ANALISA ALIRAN FLUIDA PADA MIXING CRUDE OIL STORAGE TANK DENGAN CFD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA ALIRAN FLUIDA PADA MIXING CRUDE OIL STORAGE TANK DENGAN CFD"

Transkripsi

1 ANALISA ALIRAN FLUIDA PADA MIXING CRUDE OIL STORAGE TANK DENGAN CFD Fachruddin Ali 1), Irfan Syarif Arief ST, MT 2), Ir. Toni Bambang M, PGD 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan ITS 2) Dosen Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan ITS ABSTRACT This study relates to the influence of fluid flow on the mixing crude oil in a stirred tank is so influential in the time required in mixing to avoid precipitation ( mixing time ). The complexity of the flow to be part of global change flow patterns from one type to another type, alternately in a large scale. Because of this, can provide a significant effect on the performance of mixing. In this study using simulations based on Computational Fluid Dynamics (CFD) using the model of Large Eddy Simulation (LES) with multiphase flow modeling using mixture models. The study was conducted in a cylindrical tank with flat bottom (flat bottomed cylindrical tanks) with a diameter of 10 m and a Pitch Blade Turbine ( PBT ) with a diameter of 3 m which is equipped with a baffle width of each - each baffle of 1 / 12 H wallmounted symmetrically in the vertical direction. Simulations performed by the method of unsteady with 27 variations (3 variable blade angle 30 ᴼ, 45 ᴼ and 60 ᴼ, 3 variable number of baffles with the use of 0, 2 and 4 and 3 variable speed rotating impeller and 250 rpm) and used the number of iterations as much as 60 times for every 10 time step. From the simulation results, to get the mixing time with achieve homogenity, then the approach contained in the Use of Number of Baffle as much as 4 to 60 ᴼ Angle impeller (150 rpm). Keywords: Pitch Blade Turbine ( PBT ), Large Eddy Simulation ( LES ), Mixture Model, Fluid flow, Mixing Time. PENDAHULUAN Industri Minyak merupakan suatu industri yang sangat vital untuk menyokong industri-industri yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum, proses yang berlangsung dalam pengolahan minyak dapat digolongkan menjadi 5 bagian, salah satunya adalah proses mixing. Minyak mentah yang baru dipompa, memiliki karakteristik fluida yang berbeda-beda ( misalnya : densitas, viskositas, titik didih ratarata, dll ) dari tiap sumur pengeboran. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, minyak mentah tersebut harus diproses terlebih dahulu. Karena minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks yang tersusun dari berbagai senyawa hidrokarbon. Di dalam proses mixing terjadi percepatan perpindahan panas, baik yang disertai atau tidak disertai reaksi kimia yang telah banyak diteliti oleh para peneliti terdahulu, Zwietering ( 1958 ) [12]. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh pengaduk yang mengubah energi mekanis tersebut menjadi energi kinetik. Selanjutnya, energi kinetik ini menimbulkan sirkulasi aliran fluida dan pusaran aliran di ujung blade yang mengakibatkan terjadinya proses pencampuran. Adapun tujuan dari proses mixing ini adalah untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem multi fase, memfasilitasi perpindahan massa atau energi di antara bagian bagian dari sistem yang tidak seragam, menunjukkan perubahan fasa pada sistem multi komponen dengan atau tanpa perubahan komposisi. Sedangkan Faktor - faktor yang mempengaruhi proses pengadukan dan pencampuran (proses mixing) diantaranya ialah jenis pengaduk, kecepatan putar pengaduk, ukuran serta perbandingan ( proporsi ) tangki, sekat dan agitator serta karakteistik fluida. Pada penelitian penelitian sebelumnya masih banyak permasalahan yang belum terselesaikan yang berhubungan dengan apa yang terjadi pada skala partikel. Contohnya dalam hal perpindahan massa dan panas, beban mekanis pada partikel hasil dari benturan partikel partikel dan partikel dengan pengaduk dan bagaimana adanya partikel dapat mempengaruhi pola aliran secara local dan global pada tangki seperti struktur pusaran disekitar pengaduk, kebutuhan tenaga, sirkulasi dan waktu pencampuran makro ( macro mxing time ) dan distribusi kuantitas turbulen ( Derkesen, 1999 ) [2]. Pilpala dan Mukhlas ( 2007 ) [10] menunjukkan adanya perubahan pola aliran fluida menyebabkan distribusi konsentrasi padatan tidak merata dan akan menambah lama waktu pengadukan jadi hasilnya tidak optimal. Dengan diketahuinya aliran dan kecenderungan hidrodinamika dalam tangki berpengaduk diharapkan dapat diprediksi mixing time yang selanjutnya dapat digunakan untuk mendesain peralatan mixing. TINJAUAN PUSTAKA Pola Alir Liquid Impeller Pitch Blade Turbine ( PBT ) adalah tipe impeller dengan aliran aksial, sirkulasi aliran beroperasi secara pumping down dan pumping up yang mana seringkali digunakan. Menurut Nurtono,et,al ( 2009 ) [9]. Aliran yang dihasilkan oleh pumping down PBT terdapat tiga pola aliran yang dikenali yaitu: 1. Double Circulation ( DC ) Pada Pola DC terdapat dua circulation loops, yang utama melalui daerah dintara blades dan yang kedua dekat dengan dasar tangki. Pola ini dipertimbangkan sebagai aliran rata rata dari impeller PBT. Dua loops dihasilkan dari jet yang diinduksi oleh impeller, mengenai dinding yangki dibawah ketinggian impeller sebelum akhirnya terpisah menjadi dua aliran. Satu langsung turun dan dipantulkan oleh dasar tangki, menjadi loop kedua. Aliran lain bergerak secara aksial mendekati dinding samping dari tangki, dan kemudian kembali pada impeller shaft, mengalir turun menuju impeller menjadi loop utama. 2. Full Circulation Discharge ( FC ) Pada Pola FC menggambarkan dimana impeller menghasilkan pumping down circulation loop yang hampir terjadi diseluruh tangki. 3. Main Circulation Interaction ( IP ) Pada Pola IP menggambarkan aliran yang berpotongan melalui sumbu axis dari tangki. Bagian dari loop kedua yang mengalir diatas dasar tangki berpotongan terhadap boundary diantara loop utama dan kedua pada sisi yang berseberangan. 1

2 Parameter Hidrodinamika dalam Tangki Berpengaduk Menurut Geankoplis ( 2003 ) [8], dalam suatu peningkatan skala pada tangki berpengaduk, jika kesamaan geometrik peralatan skala kecil ke skala besar dipertahankan pada kondisi yang sama, maka bagian bagian yang relevan dengan perilaku cairan dalam tangki berpengaduk adalah tenaga yang digunakan untuk agitasi ( P ) dan kecepatan putar pengaduk ( N ). Konsumsi energi oleh tangki berpengaduk digambarkan dengan Bilangan Power ( Power Number ). Bilangan Power merupakan bilangan yang tak berdimensi yang diperoleh dengan persamaan: Np = P /ρ N 3 5 D t ( 1 ) Dimana : Np = Bilangan Power (Power Number) P = Tenaga eksternal dari agitator ( J/detik ) Ρ = Densitas cairan dalam tangki (kg/m 3 ) N = Kecepatan agitasi (Rpm) D t = Diameter pengaduk (m ) Pergerakan cairan di dalam tangki berpengaduk dapat digambarkan dengan bilangan tak berdimensi lain, yaitu bilangan reynolds ( N Re ). Bilangan Reynolds merupakan rasio antara inersia dengan kekentalan. Bilangan Reynolds ( N Re ) didefinisikan sebagai berikut : membentuk pusaran ( vortex ). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya gravitasi dengan gaya inersia. Menurut Galletti et al. (2004) [3] hubungan antara Bilangan Power ( Np ) dengan Bilangan Reynolds ( N Re ) biasanya digunakan untuk menggambarkan hubungan antara konsumsi energi dengan kecepatan pengadukan. Hubungan ini digambarkan dalam bentuk kurva tenaga ( power curve ). Kurva ini diperoleh dengan cara memplotkan nilai nilai Np dan N Re berdasarkan data hasil percobaan yang meragamkan nilai kecepatan pengaduk ( N ), diameter pengaduk ( D ), densitas (Ρ ), dan viskositas (η ) cairan pada tiap tiap pengaduk yang mempunyai kesamaan geometrik tertentu. Berdasarkan nilai Bilangan Reynolds diperoleh tiga pola aliran, yaitu : 1) Aliran Laminer ( viscous flow ), pada N Re < 10 ( aliran didominasi oleh tingginya kekentalan cairan ). 2) Aliran transisi ( transient ) pada N Re ) Aliran turbulen ( turbulent flow ) pada N Re > 10 4 ( pencampuran terjadi lebih cepat ) Kurva hubungan antara Bilangan Power ( Np ) dan bilangan Reynolds ( N Re ) untuk berbagai jenis pengaduk dapat dilihat pada gambar dibawah ini N Re = ρ N D 2 /η ( 2 ) Dimana : N Re = Bilangan Reynolds η = Kekentalan ( kg/m.detik) Ρ = Densitas cairan dalam tangki ( kg/m 3 ) N = Putaran Pengaduk (Rpm) D t = Diameter pengaduk ( m ) Angka Aliran merupakan Fungsi dari ukuran relatif impeller dan tangki. Angka Aliran dapat didefinisikan dengan persamaan berikut : NQ = q ( 3 ) nda 3 Untuk rancangan bejana aduk bersekat, disarankan nilai nilai berikut: Untuk Propeller Kapal 13 b ( jarak bagi bujur sangar ) N Q = 0,5 Untuk Turbin 4- daun 45ᴼ 13 b ( W/D t = 1/6 ) N Q = 0,87 Untuk Turbin rata 6-daun 16 ( W/D t = 1/5) N Q = 1,3 Dimana : N Q = Angka Aliran Q = Laju Aliran Volumetrik D t = Diameter Pengaduk W = Lebar Daun Pengaduk N = Putaran Pengaduk (Rpm) Bilangan tak berdimensi ini menunjukkan perbandingan antara gaya inersia dengan gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan berikut : Fr = V2 = ( ND)2 = N2 D D.g D.g g Dimana: Fr = Bilangan Fraude N = Kecepatan putaran pengaduk (Rpm) D = Diameter pengaduk G = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) ( 4 ) Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat. Pada sistem ini bentuk permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi sehingga Gambar 1. Kurva hubungan Bilangan Power ( Np ) dan Bilangan reynolds ( N Re ) untuk beberapa jenis pengaduk pada tangki berbaffle (a) Propeller, (b) Flat-blade turbines, (c) Disk Flat blade, (d) Curved blade turbines, (e) Pitched Blade turbines, (f) Flat-blade turbines tidak berbaffle ( Treybal, 1985 ) Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga diperoleh keadaan yang homogen untuk menghasilkan campuran atau produk dengan kualitas yang telah ditentukan.sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju dimana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir. Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini dipengaruhi oleh beberapa hal : 1. Yang berkaitan dengan alat, seperti : Ada tidaknya baffle atau cruciform vaffle. Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padel). Ukuran pengaduk (diameter, tinggi). Laju putaran pengaduk. Kedudukan pengaduk pada tangki, seperti : a. Jarak pengaduk terhadap dasar tangki. b. Pola pemasangan : - Center, vertikal. - Miring (inclined) dari atas. - Horizontal. c. Jumlah daun pengaduk. d. Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk. 2

3 2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk : Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang diaduk. Perbandingan viskositas cairan yang diaduk. Jumlah kedua cairan yang diaduk. Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible). Waktu pencampuran dapat diperkirakan dari korelasi mengenai aliran total yang dihasilkan dari berbagai jenis impeller. Untuk turbin q = 0,92 nda 3 ( Dt Da ) ( 5 ) t T 5V q = 5 π Dt2 H 4 atau ntt( Da Dt )2 Dt H 1 0,92 nda 2 Dt ( 6 ) = konstan = 4,3 ( 7 ) Waktu pencampuran akan jauh lebih besar bila angka Reynolds berkisar antara 10 sampai walaupun konsumsi daya tidak banyak berbeda daripada keadaan turbulen. Faktor waktu pencampuran dapat disusun kembali untuk menunjukkan bagaimana perbedaannya dari yang diramalkan untuk rejim turbulen ft = tt(nda2 ) 2/3 g 1/6 H 1/2 Dt = ntt( Da Dt )3/2 ( Dt g H )1/2 ( n 2 Da )3/2 ( 8 ) Gambar 2. Korelasi waktu untuk zat cair mampu campur didalam bejana dengan pengaduk turbin ( Menurut Norwood dan Metzner ). Menurut André Bakker dalam Blend Times in Stirred Tanks ( Reacting Flows - Lecture 9 ). Evaluasi kinerja pencampuran: 1. Metode untuk mengevaluasi kinerja pencampuran: Karakterisasi homogenitas. Blending time. 2. Metode umum untuk mengkarakterisasi homogenitas: Keseragaman Visual. Kuantitatif perubahan dalam konsentrasi lokal sebagai fungsi waktu. Kajian statistik seketika tentang distribusi spasial dari spesies. Rata-rata konsentrasi. Minimum dan maksimum. Standar deviasi dalam konsentrasi. Koefisien variasi CoV = standar deviasi / rata-rata. CFD ( Computational Fluid Dynamic ) CFD merupakan analisa sistem yang melibatkan aliran fluida, perpindahan panas, dan fenomena yang terkait lainya seperti reaksi kimia dengan menggunakan simulasi komputer. Metode ini meliputi fenomena yang berhubungan dengan aliran fluida seperti sistem liquid dua fase, perpindahan massa dan panas, reaksi kimia, dispersi gas atau pergerakan partikel tersuspensi. Secara umum kerangka kerja CFD meliputi formulasi persamaan-persamaan transport yang berlaku, formulasi kondisi batas yang sesua, pemilihan atau pengembangan kode-kode komputasi untuk mengimplementasikan teknik numerik yang digunakan. Suatu kode CFD terdiri dari tiga elemen utama yaitu pre-processor, solver dan post processor. Large Eddy Simulation ( LES ) LES merupakan metode komputasi dimana pusaran besar dihitung dan yang kecil dimodelkan dengan subgrid scale (SGS). Yang perlu digaris bawahi adalah pusaran besar secara langsung dipengaruhi oleh kondisi batas, sebagian besar mempengaruhi Reynolds stress dan harus diselesaikan. Turbulensi skala kecil adalah yang terlemah, kurang mempunyai kontribusi terhadap Reynold stress. Selain itu lebih mendekati isotropic dan mempunyai karakteristik universal, sehingga lebih cocok dimodelkan.karena LES meliputi permodelan smallest eddy ( pusaran terkecil ), finite difference cell yang terkecil dapat lebih besar dari pada kolmogorov length, dan dapat mencapai time step yang jauh lebih besar dari pada yang bisa dicapai Direct Numerical Simulation ( DVS ). Oleh karena itu, untuk biaya komputasional yang diberikan, akan lebih mudah untuk mencapai bilangan Reynolds yang lebih tinggi bila digunakan LES dibandingkan dengan DNS, dengan kata lain untuk bilangan Reynolds yang dapat diselesaikan dengan biaya yang lebih murah. Permodelan Pengaduk Sliding mesh merupakan permodelan yang cocok untuk permasalahan yang melibatkan interaksi rotor / stator dan melibatkan 2 daerah mesh yaitu daerah yang berdekatan dengan rotor sebagai zona bergerak dan daerah yang berdekatan dengan stator sebagai zona diam, dimana kedua daerah tersebut dibatai oleh sebuah slipping plane. Untuk suatu tangki pencampur yang dilengakapi impeller, dapat didefinisikan suatu kerangka acuan yang berputar ( rotating reference frame ) yang melibatkan impeller dan aliran di sekitarnya, dan menggunakan kerangka diam ( stationary frame ) untuk aliran di luar impeller. Contoh dari konfigurasi ini dapat diilustrasikan pada gambar dibawah ini ( garis putus putus menunjukkan interface antara dua kerangka acuan METODOLOGI Sistem yang Dipelajari Pembuatan sistem dalam penelitian ini, menggunakan peranti lunak ANSYS 13. Untuk permodelan geometri menggunakan Design Modeler dengan penentuan grid dan jumlah node menggunakan Meshing dan perhitungan iterasi simulasi CFD menggunakan FLUENT. Gambar 3. Bentuk Tangki Berpengaduk 3

4 Tab el 1. Rincian Dimensi Tangki Variabel Tetap 1 Tangki Diameter ( Dt ) 10 m Tinggi Fluida ( H ) 10 m Lebar Baffle ( J ) 0.83 m Jarak Propeller dari dasar tangki ( C ) 3 m 2 Pengaduk Berjenis Pitch Blade Turbine Jumlah Blade 4 daun Tebal Blade 5 cm Lebar Balde ( W ) 0.75 m Diameter Blade ( D ) 3 m Posisi Blade Center Vertikal Diameter Shaft ( B ) 0.3 m Variabel berubah 1 Sudut Blade (α ) 30ᴼ, 45ᴼ dan 60ᴼ 2 Kecepatan Putar Pengaduk ( N ) 150,200 dan 250 Rpm 3 Baffle 0, 2 dan 4 Tabel 2. Karakteristik Fluida Material Density Spesific Thermal Viscosity Heat Conductivity kg/m³ j/kg.k w/m.k Kg/m.s Fluid CO E-05 C3H E-06 C3H E-06 O E-05 CH E-05 H2S E-05 C2H E-05 C2H E-06 N E-05 Material Density Spesific Thermal Electrical Heat Conductivity Conductivity kg/m³ j/kg.k w/m.k 1/Ohm.m Solid Steel Dinding dan Dasar tangki dianggap sebagai Wall ( No slip Condition ) 6. Pergerakan pengaduk dimodelkan dengan sliding mesh. 7. Fluida dibagi menjadi dua bagian yaitu zona diam ( stationary zone ) dan zona bergerak ( moving zone ) Gambar 4.Penentuan Kondisi Batas pada tangki Bidang Pengamatan Bidang yang diamati pada Tugas Akhir ini adalah 2 posisi kemiringan Bidang Pengamatan 1 Gambar 5. Bidang Pengamatan Tangki ( Tampak Atas ) ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Identifikasi Aliran Fluida Shaft sebagai Impermeable moving wall Interface Bidang Pengamatan 2 Kondisi Batas Kondisi batas yang digunakan untuk sistem yang dipelajari antara lain : 1. Dinding Tangki dan dasar tangki dianggap sebagai wall dimana Interfacenya dengan liquid didekati dengan no slip condition. 2. Shear stress pada dinding didekati dengan model standart wall function. 3. Poros pengaduk ( Shaft ) dianggap sebagai impermeable moving wall. 4. Pengaduk digambarkan seperti bentuk aslinya, dianggap sebagai moving wall dimana interfacenya dengan liquid didekati dengan no slip condition. 5. Interface antara permukaan liquid dengan udara luar didekati dengan kondisi no shear dan dianggap datar. ( c ) ( d ) 4

5 Pada Baffle 4 ( e ) ( f ) Gambar 6. Pola Aliran Fluida pada bidang pengamatan 1 (Baffle 2, Sudut Impeller 30ᴼ dan kecepatan Putar 150 Rpm) (a) Pada Detik 10, (b) Pada Detik 20, (c) Pada Detik 30, (d) Pada Detik 40, (e) Pada Detik 50, (f) Pada Detik 60. Pada Baffle 0 Gambar 9. Arah Aliran Fluida pada Baffle 4 (Tampak Samping) Dari gambar diatas dapat terlihat pola aliran pada Baffle 4 ialah Pola aliran berjenis Full Circulation ( FC ). Hal ini disebabkan karena aliran fluida hampir merata diseluruh tangki. Aliran fluida bergerak dari bawah ke atas secara teratur di celah sekat. Sehingga dalam hal pencampuran, zat didalamnya tercampur dengan baik. Identifikasi Nilai Densitas Gambar 7. Arah Aliran Fluida pada Baffle 0 ( Tampak Samping ) Dari gambar diatas dapat terlihat pola aliran pada Baffle 0 ialah Pola aliran berjenis Lain. Hal ini disebabkan karena aliran fluida tidak merata diseluruh tangki dan banyak terjadi di sekitar shaft dan impeller. Sehingga pada Baffle 0 dapat menimbulkan pusaran ( vortex ) yang menghambat laju homogenisasi. Pada Baffle 2 ( c ) ( d ) Gambar 8. Arah Aliran Fluida pada Baffle 2 (Tampak Samping) Dari gambar diatas dapat terlihat pola aliran pada Baffle 2 ialah Pola aliran berjenis Main Circulation Interaction ( IP ). Aliran bergerak dari impeller menuju ke bagian dasar tangki yang kemudian melalui sumbu axis dari tangki. Bagian dari loop kedua yang mengalir diatas dasar tangki berpotongan terhadap boundary diantara loop utama dan kedua pada sisi yang berseberangan.. Pada sisi yang tidak terdapat sekat terjadi pusaran aliran yang saling berpotongan. ( e ) ( f ) Gambar 10. Contour Densitas pada bidang pengamatan 1 (Baffle 2, Sudut Impeller 30ᴼ dan kecepatan Putar 150 Rpm) (a) Pada Detik 10, (b) Pada Detik 20, (c) Pada Detik 30, (d) Pada Detik 40, (e) Pada Detik 50, (f) Pada Detik 60. 5

6 Pada Baffle 0 Pada Baffle 2 Gambar 11. Iso Surface Densitas pada Baffle 0 Gambar 14. Iso Surface Densitas pada Baffle 2 Gambar 12. Grafik Perbandingan Time dengan Densitas ( Statiz Zone pada Baffle 0 ) Gambar 15. Grafik Perbandingan Time dengan Densitas ( Statiz Zone pada Baffle 2 ) Gambar 13 Grafik Perbandingan Time dengan Densitas ( Moving Zone pada Baffle 0 ) Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa Nilai Densitas tidak memenuhi dari nilai yang ditentukan. Hal ini dikarenakan pada Baffle 0, terjadi vortex yang dipengaruhi oleh aliran fluida yang terjadi. Sehingga pada Baffle 0 membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai homogenitas dari campuran tersebut. Gambar 16. Grafik Perbandingan Time dengan Densitas ( Moving Zone pada Baffle 2 ) Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa Nilai Densitas tidak memenuhi dari nilai yang ditentukan. Sehingga pada Baffle 2 perlu membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai homogenitas campuran tersebut 6

7 Pada Baffle 4 Dilhat dari Pressure Gambar 17. Iso Surface Densitas pada Baffle 4 Gambar 20. (a ) Iso Surface Pressure pada Baffle 0 ( b ) Pressure pada Bidang Pengamatan 1 pada Baffle 0 Gambar 18. Grafik Perbandingan Time dengan Densitas ( Statiz Zone pada Baffle 4 ) Gambar 21. (a ) Iso Surface Pressure pada Baffle 2 ( b ) Pressure pada Bidang Pengamatan 1 pada Baffle 2 Gambar 22. (a ) Iso Surface Pressure pada Baffle 4 ( b ) Pressure pada Bidang Pengamatan 1 pada Baffle 4 Gambar 19 Grafik Perbandingan Time dengan Densitas ( Moving Zone pada Baffle 4 ) Dari Gambar diatas dilihat bahwa memiliki nilai Densitas yang sama pada Moving Zone dan Static Zone. Dengan nilai densitas kg/m³, maka yang mendekati terdapat pada Penggunaan Jumlah Baffle sebanyak 4 dengan Sudut impeller 30 ( 150 Rpm ), Sudut impeller 45 ( 250 Rpm ), dan Sudut impeller 60 ( 150 Rpm ). Hal ini disebabkan karena pada Baffle 4 dapat menghindari pusaran aliran. Selain itu dengan inovasi berupa lubang pada bagian sekatnya dapat menjangkau zat yang terletak pada bagian tepi sekat sehingga dapat tercampur dengan baik. Gambar 23 Grafik Perbandingan Rpm dengan Pressure ( Static Zone pada detik ke - 60 ) ( b ) 7

8 Gambar 27 (a ) Iso Surface Reaksi pada Baffle 4 ( b ) Reaksi pada Bidang Pengamatan 1 pada Baffle 4 Gambar 24 Grafik Perbandingan Rpm dengan Pressure (Moving Zone pada detik ke - 60 ) Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan pressure pada Moving Zone dan Static Zone. Jika dilihat nilai pressure dari beberapa variasi, maka ditemukan bahwa pada Baffle 0 nilai tekanan lebih besar dibandingkan dengan Baffle 4. Pada Baffle 0 tekanan terjadi di bagian tepi tangki berpengaduk. Hal ini dikarenakan pada bagian tersebut tanpa adanya sekat terjadi pusaran aliran yang menyebabkan tekanan membesar. Dibandingkan dengan Baffle 4 yang mana dengan sekat tekanan hampir terjadi di bagian yang bersekat dan saling berpotongan. Sehingga hampir terjadi di seluruh area tangki berpengaduk. Dilihat dari Reaksi Gambar 28. Grafik Perbandingan Rpm dengan Reaksi (Static Zone pada detik ke - 60 ) Gambar 25. (a ) Iso Surface Reaksi pada Baffle 0 ( b ) Reaksi pada Bidang Pengamatan 1 pada Baffle 0 Gambar 29. Grafik Perbandingan Rpm dengan Reaksi (Moving Zone pada detik ke - 60 ) Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai phase 1 pada static zone lebih besar dibandingkan dengan moving zone. Static zone pada Rpm 150 lebih merata dibandingkan dengan putaran lainnya. Sedangkan pada moving zone tidak merata. Terlihat pada detik 60, pada baffle 4 fase lebih merapat dibandingkan dengan Baffle 0 serta memiliki kesamaan nilai didaerah static dan moving zone berkisar 9.40E+14 kgmol/m3-s. Gambar 26 (a ) Iso Surface Reaksi pada Baffle 2 ( b ) Reaksi pada Bidang Pengamatan 1 pada Baffle 2 Dilihat dari Volume Fraction 8

9 PENUTUP ( c ) Gambar 30. Iso Surface Volume Fraction (a ) Pada Baffle 0 ( b ) Pada Baffle 2 ( b ) Pada Baffle 4 Dari Gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pada Gambar (a ) Masih belum terjadi pencampuran. Hal ini dapat dilihat pada iso surface pada Baffle 0 detik ke 60, contur yang dihasilkan masih sama. Pada Gambar ( b ) terjadi pencampuran atau dikatakan mengalami disperse dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada iso surface pada Baffle 2 detik ke 60, muncul gumpalan gumpalan fraksi yang saling menyerap antar molekul. Sedangkan Pada Gambar ( c ) terjadi pencampuran atau dikatakan mengalami disperse dengan baik dibandingkan yang tanpa menggunakan Baffle dan dengan Baffle 0. Hal ini dapat dilihat pada iso surface pada Baffle 4 detik ke 60, lebih banyak muncul gumpalan gumpalan fraksi yang saling menyerap antar molekul. Karena dengan demikian, merupakan salah satu faktor yang perlu diamati dalam mencapai homogenitas. Dilihat dari Molecular Viscocity ( c ) Gambar 31. Iso Surface Molecular Viscocity (a ) Pada Baffle 0 ( b ) Pada Baffle 2 ( b ) Pada Baffle 4 Dari Gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pada Gambar (a) Nilai Viscocity yang dihasilkan masih besar yaitu berkisar kg.m/s. Pada Gambar ( b ) Nilai Viscocity yang dihasilkan kg.m/s. Sedangkan Pada Gambar ( c ) Nilai Viscocity yang dihasilkan kg.m/s. Hal ini diakibatkan dalam proses mixing terjadi percepatan perpindahan panas, yang disertai reaksi kimia Hal ini dapat terjadi karena pengaruh pengaduk yang mengubah energi mekanis tersebut menjadi energi kinetik. Sehingga dalam hal ini perpindahan panas pada Baffle 4 lebih besar dibandingkan dengan yang tanpa Baffle dan yang menggunakan Baffle 2. Kesimpulan Berdasarkan hasil simulasi dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Kompleksitas aliran dari pola alir satu ke tipe yang lain secara bergantian dalam skala yang besar, dapat memberikan efek yang signifikan pada kinerja pengadukan. Hal ini terlihat pada pemakaian Baffle 0 : Pola FC=19%, Pola IP=28%, Pola DC=9%, dan Pola Lain=44%, Baffle 2 : Pola FC=31%, Pola IP=32%, Pola DC=11% dan Pola Lain=25% sedangkan pada pemakaian Baffle 4: Pola FC=69%, Pola IP=1%, Pola DC=5% dan Pola Lain=26%. Dari variasi variasi yang telah dilakukan, untuk mendapatkan nilai homogenitas dengan mixing time yang cepat, maka digunakan Baffle 4 dengan sudut Impeller 60ᴼ dan Kecepatan Putar 150 Rpm. Dikarenakan pada aliran fluida cenderung hampir terjadi diseluruh tangki dengan pola FC. Sehingga mempengaruhi tekanan dalam tangki berpengaduk yang menyebabkan tekanan yang dhasilkan lebih merata dan tidak terlalu besar dari pada pada Baffle 0 dan 2. Pada reaksi fase 1 dan fase 2 di static dan moving zone memiliki nilai kesamaan pada detik ke- 60 berkisar 9.40E+14 kgmol/m3-s, serta lebih banyak muncul gumpalan gumpalan fraksi yang saling menyerap antar molekul. Karena dengan demikian, merupakan salah satu faktor yang perlu diamati dalam mencapai homogenitas. Saran Adapun saran yang ingin penulis berikan melalui penulisan tugas akhir ini antara lain : Untuk meneliti secara mendalam tentang tangki berpengaduk yang berkaitan dengan mixing time, diperlukan analisa lebih lanjut dari beberapa aspek lainnya seperti : membandingkan beberapa model tipe impeller dan off bottom clereance ( C ). Untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan time step yang lebih banyak dan iterasi yang lebih kecil. Perlu penambahan dalam memperhitungkan dari segi biaya produksi dan operasional. Kerena dengan demikian, maka akan didapatkan model tangki berpengaduk yang efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA 1.Bakker, A,Fasano, J.B,Myers, K.J, Effects of flow Pattern on the Solids Distribution in a Stirred Tanks, The Online CFM Book at 2.Derkesen, J. J., Doelman, M. S., and Van den Akker, H. E.A., 1999, Three - Dimensional LDA Measurements in the Impeller Region of a Turbulently Stirred Tank, Exp. Fluids, 27, pp Galletti, C., Paglianti, A. Lee, K.C. Yianneskis, M., 2004, Reynolds Number and Impeller Diameter Effect on Instabilities in Stirred Vessles, AlChe Journal, 50, pp Ika Putri W., Cahyanto Mufti, 2008, Makroinstabilitas (MI) dalam Tangki Berpengaduk Single Fan Turbine Multifasa ( Solid Liquid ), Teknik Kimia - ITS, Surabaya. 5.Inra Sumahamijaya, Achmad Dzakil Fikri, 2010, Makroinstabilitas (MI) dalam Tangki Berpengaduk dengan 6 Blade 45ᴼ Pitch Blade Turbine untuk 9

10 suspense ( Solid - Liquid ), Teknik Kimia - ITS, Surabaya. 6.Kresta, S.M., Wood, P.E., 1993, The Flow Field Produced by Pitched Blade Turbine : Characterization of The Dissipation Rate, Chem. Eng. Sci 48, p Marshall, E.M.Bakker, A. Computational Fluid Mixing, Fluent Inc. Lebanon, New Hampshire, USA Reprinted, with changes, from the Handbook of Industrial Mixing, sponsored by the North American Mixing Forum, edited by Edward L.Paul, Victor Atiemo-Obeng, and Suzanne m. Kresta, to be published by Joh Wiley and Sons in Spring of 2003, copyright 2003 john Wiley and Sons, Inc. 8.McCabe L. Warren, Smith C Julian, dan Harriot Peter, 1991, Operasi Teknik Kimia, Erlangga, Jakarta. 9.Nurtono. T, H. Setyawan, A. Altway, S. Winardi, 2009, Macroinstability Characteristic in Agitated Tank Based On Flow Visualization Eksperiment and Large Eddy Simulations, Chemichal Engineering Research and Design, Accepted for Publication. 10.Pilpala, R.S., Mukhlas A.N., 2007, Analisa MI dalam Tangki Berpengaduk untuk Suspensi Padat Cair, Teknik Kimia ITS, Surabaya. 11.Rizhkov D. Annisa, Renita Permata Sari, 2008, Makroinstabilitas (MI) dalam Tangki Berpengaduk Double Impeller Fan Turbine Multifasa ( Solid Liquid ), Teknik Kimia - ITS, Surabaya. 12.Zwietering, Th.N., Suspending of Solids Particles in Liquid by Agitators, Chemical Engineering Science.,8, pp

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Oleh : 1. Brilliant Gustiayu S. (2308 100 074) 2. Ayu Ratna Sari (2308 100 112) Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Sugeng

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Mixing : Ir. Gatot Subiyanto, M.T. Tanggal Praktikum : 03 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 10 Juni 2014 (Laporan)

Lebih terperinci

MIXING. I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan.

MIXING. I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan. MIXING I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan. II. Perincian Kerja Menghomogenkan Larutan garam (NaCl); Mengoperasikan mixing untuk

Lebih terperinci

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks.

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks. ABSTRAK Pengadukan (agitation) merupakan suatu operasi yang menimbulkan gerakan pada suatu bahan (fluida) di dalam sebuah tangki, yang mana gerakannya membentuk suatu pola sirkulasi. Salah satu sistem

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN DI SUSUN OLEH KELOMPOK : VI (enam) Ivan sidabutar (1107035727) Rahmat kamarullah (1107035706) Rita purianim (1107035609) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori 1.1.1 Pengertian Pengadukan Pengadukan (agitation) adalah gerakan yang terinduksi menurut cara tertentu pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu biasanya

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui jenis pola alir dari proses mixing. 2. Mengetahui bilangan Reynolds dari operasi pengadukan campuran tersebut setelah 30 detik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Percobaan untuk Pola Aliran Dengan dan Tanpa Sekat Ada jenis impeller yang membentuk pola aliran aksial dan ada juga jenis impeller lain yang membentuk pola aliran radial

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

BAB II MIXING APARATUS

BAB II MIXING APARATUS BAB II MIXING APARATUS 2.1. Tujuan Percobaan - Mengetahui pengaruh jenis pengaduk dan baffle terhadap angka Frounde pada air dan minyak kelapa - Mengetahui hubungan antara bilangan Reynold (N Re ) terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1.2 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Dapat menjelaskan pola aliran yang terjadi dalam tangki berpengaduk. 2. Dapat menjelaskan pengaruh penggunaan sekat dan tanpa

Lebih terperinci

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Mechanical Mixing Tujuan : Sifat 2 baru (rheologi, organoleptik, fisik) untuk melarutkan berbagai campuran Meningkatkan transfer massa dan

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD Oleh Achmad Irfan Santoso 1), Irfan Syarif Arief ST, MT 2), Ir. Toni Bambang Musriyadi, PGD. 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini menggunakan software jenis program CFD Ansys FLUENT 15.0 dengan diameter dalam pipa 19 mm, diameter luar pipa 25,4 dan panjang pipa

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-13 Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin Rahmat Taufiqurrahman dan Vivien Suphandani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada efektivnya pengadukan dan pencampuran zat cair dalam prose situ. Pengadukan (agitation) menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES SIMULASI

BAB IV PROSES SIMULASI BAB IV PROSES SIMULASI 4.1. Pendahuluan Di dalam bab ini akan dibahas mengenai proses simulasi. Dimulai dengan langkah secara umum untuk tiap tahap, data geometri turbin serta kondisi operasi. Data yang

Lebih terperinci

TANGKI BERPENGADUK (TGK)

TANGKI BERPENGADUK (TGK) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA TANGKI BERPENGADUK (TGK) Koordinator LabTK Dr. Dianika Lestari / Dr. Pramujo Widiatmoko PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE) STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE) Adhana Tito 2411106007 Dosen Pembimbing : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T. NIPN. 1977 11272002

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mekanika Fluida Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinyu yang mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri merupakan zat yang bisa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK Diameter pipa penstock yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130 mm, sehingga luas penampang pipa (Ap) dapat dihitung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada Penelitian ini dilakukan secara numerik dengan metode Computer Fluid Dynamic (CFD) menggunakan software Ansys Fluent versi 15.0. dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 LANGKAH-LANGKAH ANALISA DENGAN. MENGGUNAKAN ANSYS 15.0 : a. Geometry dan Mesh

LAMPIRAN. Lampiran 1 LANGKAH-LANGKAH ANALISA DENGAN. MENGGUNAKAN ANSYS 15.0 : a. Geometry dan Mesh LAMPIRAN Lampiran 1 LANGKAH-LANGKAH ANALISA DENGAN MENGGUNAKAN ANSYS 15.0 : a. Geometry dan Mesh 1. Evaporator didesain terlebih dahulu. Desain dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi seperti AutoCAD,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadukan adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai sasaran untuk menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan, dengan alat mekanis yang terpasang

Lebih terperinci

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Lampiran A: Gambar Bagian- bagian dari Alat Penukar Kalor Berdasarkan Standar TEMA

Lampiran A: Gambar Bagian- bagian dari Alat Penukar Kalor Berdasarkan Standar TEMA Lampiran A: Gambar Bagian- bagian dari Alat Penukar Kalor Berdasarkan Standar TEMA (Sumber: Lit. 1 hal. 2) Lampiran B: Tabel Tebal Shell Minimum (Sumber: Lit. 1 hal. 30) Lampiran C: Tabel Diameter Ruang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

Simulasi distribusi shear stress pada dasar tangki sistem pengadukan berbasis Computational Fluid Dynamics (CFD)

Simulasi distribusi shear stress pada dasar tangki sistem pengadukan berbasis Computational Fluid Dynamics (CFD) 20 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 9, No. 1, November 2017 Simulasi distribusi shear stress pada dasar tangki sistem pengadukan berbasis Computational Fluid Dynamics (CFD) Bayu Triwibowo 1, Megawati 2, Dessy

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KECEPATAN IMPELER TERHADAP ALIRAN FLUIDA DALAM FERMENTOR BIOETHANOL SECARA VISUALISASI

STUDI PENGARUH KECEPATAN IMPELER TERHADAP ALIRAN FLUIDA DALAM FERMENTOR BIOETHANOL SECARA VISUALISASI SKRIPSI TK 141581 STUDI PENGARUH KECEPATAN IMPELER TERHADAP ALIRAN FLUIDA DALAM FERMENTOR BIOETHANOL SECARA VISUALISASI Eizel Mauldy Muhammad NRP. 2313 100 105 Nicholas Abie NRP. 2313 100 134 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

Kajian Pola Aliran Berayun dalam Kolom Bersekat

Kajian Pola Aliran Berayun dalam Kolom Bersekat 105 Deny Supriharti dan Amir usin / Jurnal Teknologi Proses 5(2) Juli 2006: 100 104 Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 5(2) Juli 2006: 105 111 ISSN 1412-7814 Kajian Pola

Lebih terperinci

Mixing & Agitation in Food Processing (Pencampuran dan Pengadukan dalam Pengolahan Pangan)

Mixing & Agitation in Food Processing (Pencampuran dan Pengadukan dalam Pengolahan Pangan) Mixing & Agitation in Food Processing (Pencampuran dan Pengadukan dalam Pengolahan Pangan) SUHARGO 2000 BAHAN KULIAH TEKNIK PRODUK PERTANIAN I JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES FLOKULASI DALAM STIRRED TANK DENGAN INCLINED FAN TURBINE

SIMULASI PROSES FLOKULASI DALAM STIRRED TANK DENGAN INCLINED FAN TURBINE SIMULASI PROSES FLOKULASI DALAM STIRRED TANK DENGAN INCLINED FAN TURBINE Nita Setyaningrum P, Dony Aries S, Widiyastuti dan S.Winardi Laboratorium Mekanika Fluida dan Pencampuran Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini software yang digunakan untuk simulasi adalah jenis program CFD ANSYS 15.0 FLUENT. 3.1.1 Prosedur Penggunaan Software Ansys 15.0 Setelah

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP : PRESENTASI TUGAS AKHIR SIMULASI NUMERIK (CFD) ALIRAN DUA FASE GAS-SOLID (UDARA- SERBUK BATUBARA) PADA COAL PIPING DI PT. PETROKIMIA GERSIK Oleh: Zulfa Hamdani PowerPoint Template NRP : 2109106008 www.themegallery.com

Lebih terperinci

SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg)

SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg) SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perangkat Penelitian Penelitian ini menggunakan perangkat sebagai berikut : 1. Laptop merk Asus tipe A45V dengan spesifikasi, 2. Aplikasi CFD Ansys 15.0 3.2 Diagram Alir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut. kematangan tertentu. Ketiga komposisi yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut. kematangan tertentu. Ketiga komposisi yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Dodol Dodol sebagai makanan khas biasanya terbuat dari tepung beras ketan dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut kemudian diproses

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS. TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS. Dosen Pembimbing : SENJA FRISCA R.J 2111105002 Dr. Eng.

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mixer Mixer merupakan salah satu alat pencampur dalam sistem emulsi sehingga menghasilkan suatu dispersi yang seragam atau homogen. Terdapat dua jenis mixer yang

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi 4.1 Pertimbangan Awal Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk membakar gas hasil gasifikasi. Di dalam pembakar (burner), gas dicampur

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG. SIDANG TUGAS AKHIR STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEBERANGKATAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA FITRI SETYOWATI 2110 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA GASIFIKASI BATUBARA KUALITAS RENDAH

SIMULASI PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA GASIFIKASI BATUBARA KUALITAS RENDAH KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan ridho- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : SIMULASI PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA GASIFIKASI BATUBARA KUALITAS

Lebih terperinci

Pengaruh Sudut Masuk Impeller Terhadap Pola Alir Dalam Reaktor Biogas dengan Side Entering Mixer

Pengaruh Sudut Masuk Impeller Terhadap Pola Alir Dalam Reaktor Biogas dengan Side Entering Mixer Pengaruh Sudut Masuk Impeller Terhadap Pola Alir Dalam Reaktor Biogas dengan Side Entering Mixer Mochammad Murtadho 1, Yukh Ihsana 1, Ni am Nisbatul Fathonah 1, Sugeng Winardi 1*, Tantular Nurtono 1 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah

Lebih terperinci

Efek Penambahan Anti-Sloshing pada Tangki Kotak Bermuatan LNG Akibat Gerakan Rolling Kapal

Efek Penambahan Anti-Sloshing pada Tangki Kotak Bermuatan LNG Akibat Gerakan Rolling Kapal JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-262 Efek Penambahan Anti-Sloshing pada Tangki Kotak Bermuatan LNG Akibat Gerakan Rolling Kapal Murdjito, S.A. Nugraha, dan R.W.

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 B-169 Studi Numerik Peningkatan Cooling Performance pada Lube Oil Cooler Gas Turbine yang Disusun Secara Seri dan Paralel dengan Variasi Kapasitas

Lebih terperinci

I. TUJUAN. Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana

I. TUJUAN. Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana MIXING I. TUJUAN Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana II. PERINCIAN KERJA Menghitung densitas dari larutan garam Menghitung

Lebih terperinci

LAMPIRAN PEMBUATAN SIMULASI RUMAH TURBIN VORTEX. 1. Pembuatan model CAD digambar pada Software SolidWorks 2010.

LAMPIRAN PEMBUATAN SIMULASI RUMAH TURBIN VORTEX. 1. Pembuatan model CAD digambar pada Software SolidWorks 2010. LAMPIRAN PEMBUATAN SIMULASI RUMAH TURBIN VORTEX 1. Pembuatan model CAD digambar pada Software SolidWorks 2010. 10 00 m m Tiga Variasi Diameter Lubang Buang : D 1outlet = 90mm D 2outlet = 75mm D 3outlet

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 31 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 DESAIN PIPA PENSTOCK Desain Pipa Penstock yang akan berkaitan dengan besar debit air yang mengalir melalui Pipa Penstock. Jadi debit optimum air (Qopt)

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH

SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH SIMULASI FLUIDIZED BED DRYER BERBASIS CFD UNTUK BATUBARA KUALITAS RENDAH DISUSUN OLEH : REZA KURNIA ARDANI 2311105005 RENDRA NUGRAHA P. 2311105015 PEMBIMBING : Prof.Dr. Ir. Sugeng Winardi, M.Eng Dr. Tantular

Lebih terperinci

PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI

PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI Agung Rasmito Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim 100, Surabaya (031) 5945043-848 Fax. (031) - 5994620 Email

Lebih terperinci

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT 6.2.16 Ridwan Arief Subekti, Anjar Susatyo, Jon Kanidi Puslit Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI Komplek LIPI,

Lebih terperinci

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng ALIRAN FLUIDA Kode Mata Kuliah : 2035530 Bobot : 3 SKS Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng Apa yang kalian lihat?? Definisi Fluida Definisi yang lebih tepat untuk membedakan zat

Lebih terperinci

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-104 Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD Prima Ihda Kusuma Wardana, I Ketut Aria Pria Utama Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

ANALISIS REAKTOR ALIR TANGKI PENGADUK pada KAPASITAS 20 M 3 dengan TEMPERATUR C

ANALISIS REAKTOR ALIR TANGKI PENGADUK pada KAPASITAS 20 M 3 dengan TEMPERATUR C ANALISIS REAKTOR ALIR TANGKI PENGADUK pada KAPASITAS 20 M 3 dengan TEMPERATUR 152 0 C Wisjnu P.Marsis, Doni Saputro Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAK Dalam industri proses

Lebih terperinci

SIMULASI POLA ALIRAN OSILASI MENGGUNAKAN FLUENT 5.3R. ZUKRINA MASYITOH, ST Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

SIMULASI POLA ALIRAN OSILASI MENGGUNAKAN FLUENT 5.3R. ZUKRINA MASYITOH, ST Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara SIMULASI POLA ALIRAN OSILASI MENGGUNAKAN FLUENT 5.3R BAB 1. PENDAHULUAN ZUKRINA MASYITOH, ST Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Aliran osilasi di dalam kolom bersekat merupakan satu metoda yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 2 buah pipa yang terbuat dari bahan yang berbeda dan ukuran diameter yang berbeda. Pipa bagian dalam terbuat dari tembaga dengan diameter dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut

Lebih terperinci

ALAT PENCAMPURAN. BAHAN (MIXING) Agitasi(pengadukan) dan Mixing (Pencampuran)

ALAT PENCAMPURAN. BAHAN (MIXING) Agitasi(pengadukan) dan Mixing (Pencampuran) ALAT PENCAMPURAN C BAHAN (MIXING) Agitasi(pengadukan) dan Mixing (Pencampuran) Agitasi dan mixing Pengadukan (agitation) adalah pemberian gerakan tertentu sehingga menimbulkan reduksi gerakan pada bahan,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15 STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15 I Kadek Ervan Hadi Wiryanta 1, Triyogi Yuwono 2 Program

Lebih terperinci

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D STUDI NUMERIK PENGARUH VARIASI REYNOLDS NUMBER DAN RICHARDSON NUMBER PADA KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER) oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP. 2112105028

Lebih terperinci

BAB IV VALIDASI SOFTWARE. Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow

BAB IV VALIDASI SOFTWARE. Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow BAB IV VALIDASI SOFTWARE Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow problem. Simulasi pertama adalah aliran di dalam square driven cavity. Simulasi ini akan menguji kemampuan software

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN SIMULASI MESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER PUTARAN 280 RPM MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT 14.0 DAN PENGUJIAN

PERANCANGAN DAN SIMULASI MESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER PUTARAN 280 RPM MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT 14.0 DAN PENGUJIAN PERANCANGAN DAN SIMULASI MESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER PUTARAN 280 RPM MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT 14.0 DAN PENGUJIAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan

Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan Studi Numerik Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Tube Platen Superheater PLTU Pacitan Kurniadi Heru Prabowo 1, Prabowo 2 1) Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Magister Rekayasa Energi, ITS

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH Syukran 1* dan Muh. Haiyum 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS Berdasarkan pemodelan aliran, telah diketahui bahwa penutupan LCV sebesar 3% mengakibatkan perubahan kondisi aliran. Kondisi yang paling penting untuk dicermati adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE

ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE ANALISIS LAJU ALIRAN PANAS PADA REAKTOR TANKI ALIR BERPENGADUK DENGAN HALF - COIL PIPE Ir.Bambang Setiawan,MT 1. Chandra Abdi 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR Alexander Clifford, Abrar Riza dan Steven Darmawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara e-mail: Alexander.clifford@hotmail.co.id Abstract:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Karakteristik profil temperatur suatu aliran fluida pada dasarnya dapat diketahui dengan menggunakan metode Computational fluid dynamics (CFD). Pengaplikasian metode CFD digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PUNTIR SUDU PADA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SEMICIRCULAR BLADE APLIKASI ALIRAN DALAM PIPA

PENGARUH SUDUT PUNTIR SUDU PADA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SEMICIRCULAR BLADE APLIKASI ALIRAN DALAM PIPA PENGARUH SUDUT PUNTIR SUDU PADA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SEMICIRCULAR BLADE APLIKASI ALIRAN DALAM PIPA Syamsul Hadi 1*, Muhammad Sidik Teja Purnama 1, Dominicus Danardono Dwi Prija Tjahjana

Lebih terperinci

BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN

BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN 3.1 Perencanaan Bejana dan Pengaduk. Dasar-dasar perencanaan dari bejana dan pengaduk merupakan suatu dasar perencanaan yang didasarkan pada suatu teori-teori yang ada dan

Lebih terperinci

ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari

ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari 2006 33 SIMULASI AERODINAMIKA PADA MODEL SIMPLIFIED BUS MENGGUNAKAN PROGRAM COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS MSK. Tony Suryo Utomo 1) Abstrak Pada penelitian ini simulasi aerodinamika

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-198 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe U Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan Panas

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1)

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1) DAFTAR NOTASI A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1) a c a m1 / 3 a m /k s B : Koefisien-koefisien yang membentuk elemen matrik tridiagonal dan dapat diselesaikan dengan metode eliminasi Gauss : amplitudo

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK

PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK PENGARUH FAKTOR HIDRODINAMIKA (JENIS IMPELER)TERHADAP PROSES PRODUKSI HIDROGEN SECARA FERMENTATIF DI DALAM REAKTOR BERPENGADUK Oleh : Christina Wahyu K. 237194 Iss Gagha Astried N. 2371131 Pembimbing :

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER C.3 ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER Tommy Hendarto *, Syaiful, MSK. Tony Suryo Utomo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN Sulistyo Atmadi"', Ahmad Jamaludin Fitroh**' ipenellti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan. LAPAN ">Peneliti Teknik Penerbangan ITB ABSTRACT Identification

Lebih terperinci

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) G-0 Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat Agus Suhartoko, Tony Bambang Musriyadi, Irfan Syarif Arief Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH DENSITAS DAN VISKOSITAS TERHADAP PROFIL KECEPATAN PADA ALIRAN FLUIDA LAMINAR DI DALAM PIPA HORIZONTAL

PENGARUH DENSITAS DAN VISKOSITAS TERHADAP PROFIL KECEPATAN PADA ALIRAN FLUIDA LAMINAR DI DALAM PIPA HORIZONTAL PENGARUH DENSITAS DAN VISKOSITAS TERHADAP PROFIL KECEPATAN PADA ALIRAN FLUIDA LAMINAR DI DALAM PIPA HORIZONTAL BONI SENA bonisena@mail.ugm.ac.id 085692423611 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar. pada aliran di leading edge karena perubahan kecepatan aliran yang tadinya uniform

4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar. pada aliran di leading edge karena perubahan kecepatan aliran yang tadinya uniform 4.2 Laminer dan Turbulent Boundary Layer pada Pelat Datar Aliran laminer dan turbulen melintasi pelat datar dapat disimulasikan dengan mengalirkan uniform flow sepanjang pelat (Gambar 4.15). Boundary Layer

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

C I N I A. Studi Sloshing pada Independent Tank Type C secara Memanjang Akibat Gerakan Kapal LNG dengan Metode Computational Fluid Dynamic (CFD)

C I N I A. Studi Sloshing pada Independent Tank Type C secara Memanjang Akibat Gerakan Kapal LNG dengan Metode Computational Fluid Dynamic (CFD) OS C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Studi Sloshing pada Independent Tank Type C secara Memanjang Akibat Gerakan Kapal LNG dengan Metode Computational

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD

ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD Mokhammad Fakhrur Rizal *) Ir. Tony Bambang Musriyadi, PGD **) Irfan Syarif Arief, ST. MT **) *) Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci