BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006). Pendidikan IPS merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan menurut Somantri dalam Sapriya (2009:11). Pendididkan IPS yang ajarkan di SD telah disederhanakan, bukan suatu yang kompleks seperti IPS yang ada di perguruan tinggi. IPS atau studi sosial pada dasarnya merupakan konsep pilihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah secara didaktis-pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa menurut Djahiri dan Ma mun dalam Rudy Gunawan (2011:15). Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian IPS merupakan kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang mencakup seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dari berbagai ilmu-ilmu sosial yang materi dan tujuannya disederhanakan agar mudah dipahami untuk kepentingan pengajaran di sekolah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester, standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan 6

2 7 berlaku secara nasional. Di dalam standar kompetensi menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Standar kompetensi juga merupakan fokus dari penilaian. Sedangkan kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi (Permendiknas No.22 Tahun 2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan patokan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas IV semester 2 adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Sumber: Permendiknas No.22 Tahun Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta kebermaknaannya bagi siswa dalam kehidupannya, mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga, atau

3 8 membekali dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi. Mata pelajaran IPS dalam (Permendiknas No.22 Tahun 2006) Tentang Standar Isi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk : 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Tujuan kurikulum pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut (Rudy Gunawan, 2011: 40): 1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat. 2. Membekali kemampuan peserta didik denga kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 3. Membekali kemampuan anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian. 4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. 5. Membekali kemampuan anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

4 9 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Dari sekian banyak model pembelajaran yang telah ada, salah satunya adalah model pembelajaran kooperative learning tipe NHT, dikembangkan oleh Spenser Kagan (1992). Menurut Miftahul Huda (2007:130) NHT dapat di simpulkan sebagai diskusi kelompok, memberi nomor kepada setiap anggota kelompok dan memanggil nomor tertentu untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Iif Khoiru Ahmadi (2011 :59) NHT adalah suatu model pembelajaran yang dimana setiap siswa dalam kelompok diberi nomer, kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Berdasarkan pengertian model pembelajaran NHT yang telah dikemukakan peneliti menyimpulkan pengertian NHT adalah suatu model pembelajaran berkelompok dimana masing-masing anggotanya memiliki tugas dan tanggung jawab sendiri, yang menekankan pada suatu struktur untuk mempengaruhi pola interaksi sehingga tingkat penguasaan akademik akan meningkat Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000: 18), antara lain: 1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran 3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil 5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam 7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi 9. Nilai-nilai kerja sama antar siswa lebih teruji Anita Lie (2010:12) menyatakan Sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong

5 10 atau cooperative learning. Jadi bisa disimpulkan bahwa cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran gotong royong yang memiliki sisi sosial positif Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT Menurut Miftahul Huda (2011:130) menjelaskan ada beberapa langkah dalam model pembelajaran NHT yaitu: 1. Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok. 2. Masing-masing anggota diberi nomor. 3. Guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 4. Memanggil secara acak hingga semua nomor terpanggil. Sependapat dengan Arends, Iif Khoiru Ahmadi menyebutkan ada beberapa langkah-langkah dalam model pembelajaran NHT yaitu: 1. Setiap siswa dibagi kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor. 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan tugas. 3. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan. 4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil dan melaporkan hasil kerjasama kelompok. 5. Tanggapan dari kelompok yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain. 6. Guru bersama siswa menyimpulkan tugas yang diberikan kepada peserta didik. Berdasarkan pendapat para ahli tentang langkah-langkah model pembelajaran NHT dapat disimpulkan bahwa secara umum langkah dalam model pembelajaran yaitu: 1. Membentuk 4-5 siswa. 2. Menerima pertanyaan dari guru. 3. Mendiskusikan jawaban dalam kelompok. 4. Guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 5. Siswa lain memberi tanggapan dari kelompok yang lain.

6 11 6. Kemudian guru memanggil nomor lain. 7. Guru bersama siswa menyimpulkan dan mengerjakan tes formatif Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara berurutan agar penerapan model pembelajaran NHT dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran akan dapat tercapai Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran NHT Menurut Iif Khoiru Ahmadi, dkk (2011: 59-60) dalam menggunakan model pembelajaran tipe NHT ada beberapa kelebihan dan kelemahan. NHT memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1. Setiap siswa menjadi siap semua. 2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai/tutor sebaya. 4. Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain. 5. Memupuk rasa kebersamaan. 6. Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan. Kelemahan menggunakan model pembelajaran NHT, antara lain: 1. Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan. 2. Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi. 3. Guru harus bisa memfasilitasi siswa. 4. Tidak semua mendapat giliran. NHT memiliki beberapa kelemahan, namun model ini penting diterapkan untuk mendorong siswa bekerja sama dan berkembang secara positif. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model NHT dapat membuat siswa berkembang aktif dalam kelompok yang memungkinkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar mereka antara satu dengan yang lainnya. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah model pembelajaran NHT adalah menyampaikan materi, pembagian kelompok, persiapan, diskusi,pemberian jawaban, dan yang terakhir adalah kesimpulan.

7 Sintak Penerapan Model Pembelajaran NHT Dalam Mata Pelajaran IPS Berdasarkan Standar Proses Sintak Model NHT Sesuai Standar Proses Langkahlangkah Sintak NHT dalam Peran Guru Peran Siswa Standar Proses Tahap 1 Persiapan / pemberian Pendahuluan 1. Memberikan motivasi 1. Melakukan instruksi dari guru stimulus 2. Melakukan apersepsi 2. Bertanya jawab dengan guru 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Mencatat kompetensi yang ingin dicapai 4. Menjelaskan materi secara singkat 4. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru Tahap 2 Pengelompokan siswa Inti A. Eksplorasi 5. Membagi siswa menjadi beberapa 5. Berkumpul dengan teman satu kelompok kelompok Tahap 3 Pemberian nomor kepala 6. Memberikan nomor pada setiap kelompok 6. Menerima dan memakai nomor yang diberikan oleh guru Tahap 4 Penjelasan langkahlangkah 7. Menjelasakan langkah-langkah dalam pembelajaran 7. Mendengarkan dan melakukan instruksi yang diberikan oleh

8 13 pembelajaran Tahap 5 Diskusi penugasan Tahap 6 Pemahaman materi 8. Memberikan tugas / materi kepada kelompok 9. Membimbing siswa dalam mengerjakan dan memastikan semua anggota kelompok mengerti jawabannya guru 8. Melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan 9. Lempar pertanyaan kepada teman kelompok untuk memastikan semua anggota mengetahui jawabnnya Tahap 7 Penyampaian jawaban Tahap 8 Pemberian tanggapan Tahap 9 Merefleksi pembelajaran B. Elaborasi 10. Memanggil salah satu nomor dalam tiap kelompok 11. Membimbing siswa dalam menanggapi hasil diskusi yang disampaikan kelompok C. Konfirmasi 12. Memberikan refleksi kepada siswa dalam pembelajaran yang telah 10. Menyampaikan jawaban hasil diskusi 11. Kelompok lain menanggapi hasil diskusi yang telah disampaikan 12. Menyampaikan apa saja yang telah diperoleh / didapatkan setelah

9 14 Tahap 10 Mengevaluasi pembelajaran Penutup dilakukan 13. Evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi 14. Membimbing siswa dalam pembuatan kesimpulan melakukan pembelajaran 13. Mengerjakan soal evaluasi 14. Mendiskusikan kesimpulan 2.3 Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Aronson (dalam Miftahul Huda, 2011:149) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melakanakan pembelajaran. Tujuan dari Jigsaw adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Menurut Agus Suprijono (2011:89), Pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru. Selajutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Misal, topik yang disajikan adalah metode penelitian sejarah, karena topik ini terdiri dari konsep heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, maka kelompok terbagi menjadi 4. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka setiap kelompok beranggotakan 10 orang. Keempat kelompok itu adalah kelompok

10 15 heuristik, klompok kritik, kelompok interpretasi, dan kelompok historiografi. Kelompok-kelompok ini disebut home teams (kelompok asal). Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru. Kelompok heuristik akan menerima materi tekstual dari guru tentang heuristik. Tiap orang dalam heuristik memiliki tanggung jawab mengkaji secara mendalam konsep tersebut. Demikian pula kelompok kritik, tiap-tiap orang dalam kelompok ini mendalami konsep kritik, demikian seterusnya. Sesi berikutnya, membentuk expert teams (kelompok ahli). Jumlah kelompok ahli tetap 4. Setiap kelompok ahli mempunyai 10 anggota yang berasal dari masing-masing kelompok asal. Karena jumlah anggota setiap kelompok asal adalah 10 orang, maka aturlah sedemikian rupa terpenting adalah di setiap kelompok ahli ada anggota dari kelompok asal yang berbeda-beda tersebut. Dalam satu kelompok ahli ada anggota dari kelompok heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi. Melalui diskusi di kelompok ahli diharapkan mereka memahami topik metode penelitian sejarah sebagai pengetahuan utuh yaitu merupakan pengetahuan struktur yang mengintegrasikan hubungan antar-konsep heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Setelah diskusi di kelompok ini selesai, selanjutnya mereka kembali ke kelompok asal. Artinya, anggota-anggota yang berasal dari kelompok heuristik berkumpul kembali ke kelompoknya yaitu kelompok heuristik, dan seterusnya. Setelah mereka kembali ke kelompok asal berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli. Sebelum pelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjutnya, guru menutup pelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari. Model pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran yang berupaya untuk mendalami sebuah materi dengan memberikan sudut pandang yang

11 16 bervariasi dari setiap siswa. Hal ini sangat menarik dan membetuhkan peran aktif ataupun pemahaman yang baik terhadap materi yang akan dibahas Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw Ada beberapa ahli yang merumuskan tentang langkah-langkah penggunaan pembelajaran Jigsaw menurut slavin di Universitas Texas (dalam Trianto, 2011:73) menuliskan langkah-langkah pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut: 1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang). 2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab. 3. Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitu pun siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati. 4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. 5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya. 6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu. Menurut Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and Snapp, 1978 (dalam buku Asmani, 2014:42) sebagai berikut: a. Siswa dikelompokkan ke dalam empat tim. b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. d. Anggota dari tim yang berbeda, yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama, bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.

12 17 e. Setelah selesai berdiskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai. Sementara, anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi mereka. g. Guru memberi evaluasi kapada seluruh siswa, yang mencakup seluruh materi yang didiskusikan siswa. h. Guru menutup pelajaran Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw a. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Aris Shoimin (2013:93) ada beberapa kelebihan model Jigsaw : 1. Memungkinkan murid dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan, dan daya pemecahan masalah menurut kehendaknya sendiri. 2. Hubungan antara gurudan murid berjalan secara seimbang dan memungkinkan suasana belajar menjadi sangat akrab sehingga memungkinkan harmonis. 3. Memotifasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif. 4. Mampu memadukan berbagai pendekatan belajar, yaitu pendekatan kelas, kelompok, dan individual. b. Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Aris Shoimin (2013:93-94) masih ada beberapa kelemahan model Jigsaw seperti: 1. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilanketerampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing, dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. 2. Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah. 3. Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk mengubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan. Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah model pembelajaran jigsaw adalah pembentukan kelompok, pembagian

13 18 tugas, pembentukan kelompok baru, diskusi kelompok, kembali ke kelompok awal, pembahasan, penutup Sintak Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Dalam Mata Pelajaran IPS Berdasarkan Standar Proses Sintak model jigsaw sesuai standar proses Langkahlangkah Sintak NHT dalam Peran Guru Peran Siswa Standar Proses Tahap 1 Persiapan / pemberian Pendahuluan 1. Memberikan motivasi 1. Melakukan instruksi dari guru stimulus 2. Melakukan apersepsi 2. Bertanya jawab dengan guru 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Mencatat kompetensi yang ingin dicapai 4. Menjelaskan materi secara singkat 4. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru Tahap 2 Pengelompokan siswa Inti A. Eksplorasi 5. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok 5. Berkumpul dengan teman satu kelompok Tahap 3 Penjelasan langkahlangkah pembelajaran 6. Menjelasakan langkah-langkah dalam pembelajaran 6. Mendengarkan dan melakukan instruksi yang diberikan oleh guru Tahap 4 Pemberian 7. Memberikan tugas kepada setiap 7. Menerima tugas diskusi dari guru

14 19 tugas Tahap 5 Pengelompokan baru Tahap 6 Diskusi kelompok Tahap 7 Kembali dalam kelompok awal Tahap 8 Menyampaikan hasil diskusi Tahap 9 Merefleksi pembelajaran Tahap 10 Mengevaluasi pembelajaran anggota kelompok 8. Membimbing siswa dalam pembentukan kelompok 9. Membimbing siswa dalam mengerjakan dan mendiskusikan tugas B. Elaborasi 10. Membimbing siswa dalam pengembalian kelompok semula 11. membimbing siswa dalam penyampaian hasil diskusi C. Konfirmasi 12. Memberikan refleksi kepada siswa dalam pembelajaran yang telah dilakukan 13. Evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi Penutup 14. Membimbing siswa dalam pembuatan 8. Mecari anggota kelompok lain yang mendapatkan tugas yang sama 9. Diskusi dalam kelompok baru yang memiliki tugas yang sama 10. Kembali ke kelompok awal 11. Memberikan hasil diskusi kepada kelompok awal 12. Menyampaikan apa saja yang telah diperoleh / didapatkan setelah melakukan pembelajaran 13. Mengerjakan soal evaluasi 14. Mendiskusikan kesimpulan

15 20 kesimpulan 2.4 Motivasi Belajar Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Belajar dan motivasi tidak dapat saling dipisahkan artinya seseorang melakukan aktifitas belajar tertentu, tentu didukung oleh suatu keinginan yang ada pada dirinya untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini karena motivasisangat menentukan keberhasilan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:80) motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia salah satunya adalah berlaku belajar yang terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi pendorong untuk belajar, kekuatan pendorong tersebut berbagai sumber. Pada peristiwa pertama motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa memperoleh informasi yang benar dan peristiwa kedua motivasi belajar dapat menjadi rendah dan dapat diperbaiki kembali. Kedua peristiwa tersebut merupakan peranan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa motivasi sangat penting untuk menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses belajar, dan akhir belajar. Siswa dapat menginformasikan bahwa motivasi mempunyai arti yang sangat penting untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Sedangkan bagi guru motivasi dapat membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. Siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, ada siswa yang semangat untuk belajar dana ada yang tidak semangat untuk belajar. Sehingga guru harus mempunyai strategi untuk meningkatkan motivasi siswa agar nilai tetap meningkat. Sebagai tugas guru

16 21 adalah untuk membuat siswa belajar sampai berhasil dengan tantangan mengubah siswa yang tidak berminat untuk belajar menjadi senang untuk belajar Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut dimyati dan Mudjiono (2006:97-101), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ada enam meliputi: cita-cita dan asprirasi siswa, kemapuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, serta upaya guru dalam membelajarkan siswa yang akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Cita-cita aspirasi siswa Masing-masing siswa memiliki cita-cita. Cita-cita itu muncul karena adanya suatu keinginan untuk mencapai keberhasilan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh Perkembangan akal, moral, kemauan, bhasa dan nilai-nilai kehidupan. Dalam mencapai keberhasilan belajar, seorang siswa harus memiliki cita-cita untuk memperkuat motivasi dalam belajar. 2. Kemauan siswa Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan anak dalam belajar akan memperkuat motivasi anak dalam mencapai tujuan belajarnya. 3. Kondisi siswa Kondisi siswa meliputi: kondisi jasmani dan rohani. Kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Jika siswa dalam kondisi baik, proses pembelajaran akan berjalanan dengan baik pula. 4. Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa meliputi: lingkungan tempat tinggal, sekolah dan sosial masyarakat. Jika lingkungan siswa dalam kondisi baik, akan memperkuat motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah dapat memperkuat semangat dan motivasi belajar siswa. 5. Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran Lingkungan siswa dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Lingkungan siswa banyak mengalami perubahan. Semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. misalnya dengan melihat tayangan televisi

17 22 edukasi tentang penanaman pohon, maka dapat membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari tentang cara menanam pohon. Oleh karena itu, diharapkan seorang guru diharapkan mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar dan media belajaryang berasal dari lingkungan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa Guru adalah pendidik yang profesional, berbagai upaya dilakukan seorang guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Strategi pembelajaran yang aktif, interaktif dan menyenangkan diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar. Menurut Hamzah B. Uno dalam (Suprijono, 2009:163) indikator motivasi belajar diklasifikasikan sebagai berikut : a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil. b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam belajar. e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik. Berdasarkan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku agar dapat mencapai suatu tujuan. 2.5 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah kegiatan proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar bisa berupa dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil belajar ini membahas tentang pengertian belajar dan pengertian hasil belajar.untuk lebih jelaskan akan diuraikan dibawah ini Pengertian Hasil Belajar Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar adalah yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut nawawi (dalam susanto, 2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

18 23 dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu benuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (Susanto, 2013:5). Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesusai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut: 1. Faktor Internal; merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, ketekunan, sikap, dan kebiasaan belajar. 2. Faktor Eksternal; faktor yang berasala dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jadi pada umumnya faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa misalnya faktor lingkungan. 2.7 Kajian Hasil Penilitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Rini Yulianti (2012) yang berjudul Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar IPS Bagi Siswa Kelas 4 SDN 1 Nglinduk Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Jenis penilitian adalah penelitian eksperimen dengan desain Two Group Posttest Only. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran NHT efektif terhadap hasil belajar IPS kelas 4 dengan ditunjukkan adanya perbedaan mean belajar kelompok eksperimen yaitu 90,26 dan mean hasil belajar kelompok kontrol yaitu 80,39 dengan selisih mean hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 9,870. Dilihat dari taraf signifikan 0,000 maka terhitung

19 24 yang diperoleh sebesar 5,126 > tabel 2,015. Signifikansi 0,000 lebih kecil 0,005 (0,000 < 0,05) maka hipotesis ada efektivitas penggunaan model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar IPS kelas IV SDN 1 Nglinduk Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 diterima. Hasil penelitian dapat diterapakan dalam pembelajaran IPS SD. Azizah fatimah (2013) dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas IV SD Negeri Wonobodro 01 Kecamatan Blando Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014 jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Peneliti dilakukan di SDN Wonobodro 01 dengan jumlah siswa 40 siswa, terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan dan 1 guru kelas IV. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal, pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 yaitu terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang tuntas 13 orang (32,5 %) dan yang tidak tuntas 27 (67,5%) orang. Pada siklus 1 siswa yang tuntas 24 orang (60%) dan yang tidak tuntas 16 (40%). sedangkan pada siklus 2 siswa yang tuntas 37 orang (92,5%) dan sebanyak 3 siswa yang belum tuntas. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui penggunaan model kooperatif tipe NHT berbasis multimedia dapat meningkatan hasil belajar siswa. Anik Tri Purwanti (2012) dengan judul Upaya Meningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Perkembangan Teknologi Komunikasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Siswa kelas IV SD Negeri Menguneng 01 Warungasem Batang Semester 2 Tahun 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data adalah teknik tes dan teknik observasi. Adapun instrumen penelitiannya dengan menggunakan butir-butir soal dan lembar observasi. Hal ini nampak pada perbandingan skor rata-rata yakni prasiklus sebesar 64,33, siklus 1 naik menjadi 73,33 dan pada siklus 2 naik lagi menjadi 79,33. Adapun ketuntasan belajar klasikal pada kondisi prasiklus 47 %; siklus 1 naik 77% dan pada siklus 2 naik menjadi 93%. Sedangkan skor nominal pada kondisi prasiklus sebesar 40, pada siklus 1naik menjadi 50 dan pada siklus 2

20 25 naik menjadi 60. Sedangkan skor maksimal pada kondisi prasiklus dan siklus 1 sebesar 90, dan siklus 2 tetap 90. Jadi dengan model pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dite poniyatun (2010) yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran 2009/2010 Bentuk penelitian ini adalah PTK melalui dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 02 Doplang. Teknik pengumpulan data peningkatan motivasi belajar IPS melalui penggunaan model kooperatif tipe NHT digunakan teknik angket dan observasi. Pada pra tindakan diperoleh rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 60,88, siklus 1 sebesar 72,80, siklus II sebesar 84,20, ini berarti mengalami peningkatan ratarata motivasi belajar siswa sebesar 23,32%. Jadi dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS kelas IV dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS di SDN 02 Doplang Karangpandan. Dari beberapa hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT dan model pembelajaran Jigsaw dapat mempengaruhi hasil belajar siswa oleh karena itu peneliti termotivasi untuk mencoba menggunakan model pembelajaran NHT dan model pembelajaran Jigsaw dalam penelitian yang akan dilakukan untuk membuktikan apakah benarbenar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa atau bahkan sebaliknya tidak mempengaruhi hasil belajar siswa.

21 Kerangka Berpikir Siswa beranggapan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang sulit karena menekankan pada penguasaan konsep. Sedangkan Guru melaksanakan pembelajaran dengan bersifat teoretis, sumber yang digunakan oleh guru masih buku saja, jadi membuat suasana pembelajaran antara guru dan siswa sama-sama pasif. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional masih banyak guru yang hanya menggunakan metode ceramah hal itu disebabkan karena guru beranggapan bahwa dengan ceramah anak pasti akan mendengarkan dan akan memahami pelajaran. Hal itu menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa dan hasil belajar IPS. Untuk itu pada pembelajaran IPS peneliti menggunakan model pembelajaran NHT dan Jigsaw sehingga, siswa akan lebih tertarik dengan mata pelajaran IPS karena siswa dapat terlibat secara langsung dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Selain itu, dengan model Numbered heads together dan Jigsaw, siswa dimungkinkan untuk mengalami sendiri bagaimana caranya menemukan pengetahuan baru dan bagaimana cara meraih pengetahuan melalui kegiatan mandiri. Kegiatan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran NHT dan model pembelajaran Jigsaw pada dasarnya untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS terhadap siswa kelas 4 SD Negeri 4 Karangrayung Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2015/2016. Agar lebih jelas, skema kerangka berpikir dapat dilihat dalam gambar 2.2 berikut ini:

22 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Kelas Eksperimen Pretest Hasil belajar rendah atau dibawah KKM Kelas Kontrol Pretest Model Pembelajaran NHT Model Pembelajaran Jigsaw posttest posttest Ada keefektifan dengan menggunakan model pembelajaran NHT dan Jigsaw terhadap Hasil Belajar Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

23 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang dipaparkan peneliti, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: a) Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara model pembelajaran NHT dengan model pembelajaran Jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 4 Karangrayung dan SDN 1 Putatnganten Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. b) Terdapat perbedaan efektivitas antara model pembelajaran NHT dengan model pembelajaran Jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 4 Karangrayung dan SDN 1 Putatnganten Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan dibentuk SDM yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pendidik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai perubahan serta kemajuan di sekitarnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian suatu kajian teori sangat diperlukan, suatu kajian teori ini akan sangat membantu dalam penelitian. Dimana teori ini dijadikan suatu dasar atau patokan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek 24 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan digulirkannya Kurikilum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pengajar dan sekaligus sebagai manajer. Sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai sarana untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam melaksanakan suatu penelitian perlu mengkaji pendapat para ahli mengenai masalah yang diteliti. Berikut ini penulis akan mengkaji pendapat para ahli sebagai

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA YUSNELDA Guru SMP Negeri 7 Dumai yusnelday@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Era Destiyandani, dkk) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, kaena dengan pendidikan manusia dapat hidup sesuai dengan tujuan dan fungsinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Ilmu Pengetahuan Sosial

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajarn koopratif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajarn koopratif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajarn koopratif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran PKn di SD Menurut Geoch dalam Sardiman (2011: 19) menyatakan belajar adalah perubahan performa sebagai hasil latihan. Dapat dimaknai pula bahwa

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V Endah Tri Wahyuni 1 1 Universitas Negeri Malang Email: 1 endahtriw7@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran IPS, Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Media Visual.

ABSTRAK. Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran IPS, Model Kooperatif Tipe Jigsaw, Media Visual. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS MEDIA VISUAL DI KELAS IV SDN 02 TEMULUS Oleh: Yulina Ismiyanti PGSD FKIP Universitas Islam Sultan Agung ABSTRAK

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Tempat pelaksanann penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Wonobodro 01 yang beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1 Dalam Siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Pada siklus

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan 01 semester II tahun pelajaran 2015/2016, yaitu sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan Terdahulu Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Oleh : Bambang Sumantri Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI Ngawi Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT Mirna Herawati Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 2003) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) suatu siswa pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Kerja sama antara kedua pihak diharapkan dapat menciptakan atau mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 34 Nomor 1 Tahun 2017 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Dyah Kartika Sari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD 1. Pengertian IPS Ilmu pengetahuan sosial (IPS) secara resmi mulai dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 merupakan istilah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Tiara Irmawati Budi Handoyo Purwanto Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah suatu lembaga dimana guru melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa maka, peningkatan mutu pendidikan menjadi prioritas utama pebangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah proses perubahan dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi. Hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku. pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di kelas IV SDN Wonobodro 01 melalui model pembelajaran Number Heads Tugether (NHT) berbasis Multimedia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan berguna sekali dalam kehidupan manusia. Bahkan tidak hanya penting bagi individu sendiri melainkan sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk BAB I PENDAHULUAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk dilakukan oleh guru sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman merupakan hal yang penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar diingat tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun Hildayanti Anwar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Prasiklus Kondisi prasiklus merupakan titik awal munculnya penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan pra tindakan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia, sangat luhur dalam meningkatkan kualitas manusia, sehingga segala usaha yang mengarah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson dan koleganya diuniversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Berbeda halnya dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sifatnya terpadu dari sejumlah mata pelajaran. Menurut menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian telah dilakukan dan uraian pembahasan mengenai penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian teori akan disajikan teori tentang variable X yaitu model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dan teori tentang variable Y yaitu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III SD Kayuapu, semester I, yang berjumlah 27 siswa. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bagaimana bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Trianto. dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bagaimana bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Trianto. dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu komponen dari kegiatan pembelajaran, dimana dari model pembelajaran ini guru dapat memahami bagaimana bentuk pembelajaran

Lebih terperinci

Nonequivalent Control Group Design

Nonequivalent Control Group Design BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Desain Eksperimen 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini eksperimen dengan tipe Quasi Experimental Design. Menurut Sugiyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), memang merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 156) belajar adalah proses melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Arthur T. Jersild menyatakan bahwa belajar adalah modification of behavior through experience

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Arthur T. Jersild menyatakan bahwa belajar adalah modification of behavior through experience BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat

Lebih terperinci

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Dini Ayu Lestari, Chumdari, Hartono PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi

Lebih terperinci

manusia dalam mengembangkan dirinya sendiri sehingga mampu kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya di masa depan. Pendidikan

manusia dalam mengembangkan dirinya sendiri sehingga mampu kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya di masa depan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dan sangat menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia. Pendidikan pada hakikatnya

Lebih terperinci