BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan Terdahulu Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa sekolah dasar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri di Kota Bandung dengan jumlah 15 orang yang terdiri 8 orang siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dilaksanakan dalam tiga siklus, terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Make A Match, instrumen yang digunakan berupa tes, lembar observasi keterampilan kerjasama siswa, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Make A match. Hasil penelitian ini diperoleh data yaitu peningkatan nilai kemampuan kerjasama dari pra siklus yang sebelum menggunakan pembelajaran Make A Match sampai dengan proses pembelajaran menggunakan model Make A Match, pada Siklus I,II,III terjadi peningkatan yaitu dari nilai rata-rata 49,4 pada pra siklus, menjadi 94,9 pada siklus III. Peningkatan pun terjadi pada hasil belajar siswa dimana diperoleh data peningkatan yaitu dari jumah siswa yg tuntas belajar IPS 20% siswa yang tuntas pada pra silus, menjadi 80% siswa tuntas pada siklus III. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan 10

2 11 model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dikelas IV. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat kesamaan antara permasalahan penelitian yang menggunakan dua siklus dan menggunakan model spiral Kemmis dan Mc.Taggart, dan untuk tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahannya akan dilakukan menggunakan model Make A Match untuk meningkatkan kemampuan kerjasama siswa sekolah dasar, sehingga akan mampu menghasilkan peningkatan kerjasama siswa pada mata pelajaran IPS. 2.2 Model Pembelajaran Make A Match Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai ahkir yang disajikan secara khas oleh guru kelas. Yamin (2013:17) mengemukakan bahwa Model pembelajaran merupakan contoh yamg dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah dietapkan sebelumnya. (Trianto, 2014:19). Pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan materi sesuai dengan target kurikulum, tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi juga terkait dengan unsur manusiawi, material,fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi demi mencapai tujuan pembelajaran. Pembalajaran adalah interaksi dua arah antar guru dan siswa, serta teori dan praktik. (Putra 2013:17).

3 12 Menurut Joyce dan Weil (Rusman, 2014:133) Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pelajaran dikelas atau yang lain. Sedangkan menurut Majid (2014:13) Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang di isi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disajikan sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pedoman dalam pembelajaran cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan Pengertian Model Pembelajaran Make A Match Model Make A Match merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar dan bekerja secara bersama untuk menemukan pemecahan masalah dari suatu konsep atau topik melalui soal yang dibuatkan kartu dan solusinya menggunakan kartu jawaban. Masalah yang digunakan untuk mengikat rasa kerjasama siswa pada pembelajaran. Make A Match merupakan salah satu model yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa, Model Make A Match bertujuan mengenalkan kepada siswa terhadap sebuah masalah yang akan dipecahkan melalui kartu soal dan menemui jawabannya melalui kartu jawaban yang telah disajikan oleh guru. Rusman (2014:223) mengemukakan bahwa Model Make A Match ( membuat pasangan ) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu

4 13 keunggalan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Menurut Huda (2014: 251) mengemukakan Tujuan dari Model Make A Match ini adalah sebagai berikut : 1. Pendalaman materi 2. Penggalian materi 3. Edutaimen Huda (2014:251) Adapun yang harus dilakukan guru sebelum proses pembelajaran berlangsung yaitu sebagai berikut : 1. Membuat beberapa pertanyaan seseuai dengan materi yang dipelajari jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran kemudian menuliskannya dalam kartu-kartu pertanyaan 2. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu- kartu jawaban. Akan lebih baik kartu jawaban dan kartu pertanyaan berbeda warna 3. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi yang gagal disini, guru dapat membuat aturan ini bersamasama dengan siswa Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disajikan sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa model Make AMatch merupakan pembelajaran yang menggunakan konsep atau topik yang sesuai dengan pendalaman materi yang diajarkan kepada peserta didik sebagai sarana bagi peserta didik sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk bekerjasama dalam pembelajaran Langkah-langkah Model Make A Match Langkah-langkah model Make A Match. Huda (2014:252) 1. Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi dirumah 2. Siswa dibagi 2 kelompok, misalnya A dan B, kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan 3. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban Kepada kelompok B

5 14 4. Guru menyampaikan kepada sisa bahwa mereka harus mencari atau mencocokkan katu yang dipegang dengan kartu kelompok lain, guru perlu menyampaikan batasan maksimal watu yang ia berikan kepada mereka 5. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya masing-masing. Guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya, guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan 6. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis, siswa yang belum menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul sendiri 7. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi, pasangan lain dan siswa yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak. 8. Terahkir, guru memberikan konfirmasi tentang kebeneran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi 9. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan prsentasi. Berdasarkan pendapat diatas, dalam penelitian ini langkah-langkah nya adalah sebagai berikut : 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/ topik yang cocok untuk sesi review ( satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa jawaban 2. Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa 3. Guru membagi siswa menjdi dua kelompok, kelompok A dan B 4. Setiap siswa mendapat satu kart dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang 5. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban ) 6. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 7. Guru memanggil siswa untuk mempresentasikan hasil jawabannya dan kelompok yang mendengarkan untuk membrikan tanggapan pasangan itu cocok atau tidak

6 15 8. Guru memberikan informasi tentang kecocokan jawaban itu benar atau tidak 9. Kesimpulan Kelamahan Model Make A Match Menurut Huda (2014:253). Adapun kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif Make A Match ( Mencari Pasangan) adalah sebagai berikut : 1. Jika model pemebelajaran ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang 2. Pada awal penerapan model ini, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya 3. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan 4. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberikan hukuman pada yang tidak mendapatkan pasangan, karena mereka bisa malu 5. Menggunakan model pembelajaran ini terus menerus akan menimbulkan kebosanan Kelebihan Model Make A Match Menurut Huda (2014:253). A dapun kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif Make A Match adalah sebagai berikut : 1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,baik secara koognitif maupun fisik 2. Karena ada unsur permainan model pembelajaran ini menjadi menyenangkan 3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan kerjasama siswa akan terwujud dinamis 4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi 5. Efektif melatih kedispinan siswa menghargai waktu untuk belajar 2.3 Kerjasama Pengertian Kerjasama Kerjasama adalah sikap siswa untuk mempelajari hal untuk peduli sesama saling bergotong royong untuk mengatasi permasalahan yang di hadapi. Menurut Lie (2010:28) Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya

7 16 bagi kelangsungan hidup. Tanpa ada kerja sama tidak aka nada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Sehingga kerjasama sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam bidang pendidikan atau pengajaran. Menurut Isjoni (2010:24) Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat memberikan berbagai pengalaman. Sedangkan menurut Huda (2014: ) Bekerjasama adalah agar siswa memiliki hal-hal sebagai berikut: menerima orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan dan bekerja dalam tim. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bekerrjasa adalah bentuk suatu usaha bersama yang dilakukan antara orang perorangan maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa adanya kerjasama tujuan tersebut akan sulit dicapai. Oleh sebab itu tidak ada satupun individu tidak membutuhkan kerjasama dalam upaya pencapaian tujuan yang diinginkan Indikator Kerjasama Menurut isjoni (2010:65), Kerjasama meerupaka kerja kelompok keci; yang tingkat kemampuannya berbeda, serta siswa dituntut memiliki keterampilanketerampilan bekerjasama, untuk mencapai keterampilan dalam bekerjasama terdapat 8 indikator yang perlu diamati dalam pembelajaran IPS, yaitu : 1. Keikutsertaan dalam memberikan ide dan pendapat 2. Menanggapi pendapat dan menerima pendapat orang lain 3. Melaksanakan tugas 4. Keikutsertaan dalam memecahkan masalah 5. Kepedulian terhadap sesama anggota kelompok 6. Keikutsertaan membuat laporan 7. Keikutsertaan dalam presentasi kelompok 8. Kepedulian kepada teman dalam memecahkan masalah

8 17 Pembelajaran yang menekankan prinsip kerjasama harus memiliki keterampilan keterampilan khusus, keterampilan khusus ini disebut dengan ketermpilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk memperlancar hubungan kerja dan tugas ( Kerjasama siswa dalam kelompok ) keterampilan-keterampilan kooperatif dikemukakan oleh Lungdern dalam Isjoni (2010:65-66) sebagai berikut : 1. Menyamakan pendapat dalam suatu kelompok sehingga mencapai suatu kesepakatan bersama yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja 2. Menghargai konstribusi setiap anggota dalam suatu kelompok sehingga tidak ada anggota yang merasa tidak dianggap 3. Mengambil giliran dalam berbagi tugas 4. Berada dalam kelompok selama kegiatan berlangsung 5. Mengerjakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya agar tugas dapat terselesaikan 6. Mendorong siswa lain untuk berpartisipasi terhadap tugas 7. Meminta orang lain berbicara dan berpatisipasi aktif dalam tugas 8. Menyelesaikan tugas tepat waktu 9. Menghormati perbedaan individu Keterampilan sosial berupa kerjasama harus dimiliki siswa terutama dalam pembelajaran kelompok. Berdasarkan pendapat di atas maka kerjasama akan dilihat pada indikator berikut : 1. Saling percaya 2. Peduli terhadap teman dalam memecahkan masalah 3. Melaksanakan tugas 4. Menanggapi pendapat dan menghargai pendapat orang lain 5. Menghormati perbedaan indhividu 6. Mengambil giliran dalam berbagi tugas 7. Menjaga kekompakkan kelompok 8. Mendorong siswa lain untuk bepartisipasi dan bekerjasama terhadap tugas yang diberikan

9 18 Indikator keterampilan bekerjasama adalah penanda yang digunakan oleh guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari (rutin). Indikator ini dirumuskan dalam bentuk peilaku siswa di kelas dan sekolah yang dapat diamati melalui pengamatan guru ketika seorang siswa melakukan suatu tindakan di sekolah, Tanya jawab dengan siswa, jawaban yang diberikan kepada siswa, jawaban yang diberikan kepada siswa terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisana siswa dalam laporan dan pekerjaan rumah. Indikator berfungsi bagi guru sebagai kriteria untuk memberikan pertimbangan apakah perilaku untuk nilai tersebut telah menjadi perilaku yang dimiliki siswa. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bekerjasama sangat berperan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, karena dengan adanya kerjasama tersebut mengacu siswa untuk berperan aktif sehingga pelaksanaan proses pembelajaran berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Maka dari itu diperlukan kriteria untuk melihat siswa tersebut memiliki rasa untuk bekerjasama atau tidak. Adapun kriteria yang bisa digunakan diantaranya, sebagai berikut : 1. Saling percaya 2. Peduli terhadap teman dalam memecahkan masalah 3. Melaksanakan tugas 4. Menanggapi pendapat dan menghargai pendapat orang lain 5. Menghormati perbedaan indhividu 6. Mengambil giliran dalam berbagi tugas

10 19 7. Menjaga kekompakkan kelompok 8. Mendorong siswa lain untuk bepartisipasi dan bekerjasama terhadap tugas yang diberikan Manfaat Bekerjasama Kerjasama memiliki berbagai manfaat, dengan bekerjasama siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan yang mungkin belum diasah, juga untuk memudahkan siswa untuk mencapai tujuan. Harmin (Isjoni, 2010:24) Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat memberikan pengalaman. Mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif menetukan pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan baik. Penjelasan dari paparan tersebut adalah sebagai berikut : a. Mendapatkan kesempatan berbicara Di dalam kerja kelompok, setiap siswa akan mendapatkan kesempatan berbicara untuk mengeluarkan pendapatnya. Hal ini akan melatih siswa untuk berani berbicara, mengembangkan rasa percaya diri dan mengembangkan kecerdasan verbalnya. b. Inisiatif Keterampilan inisiatif juga perlu dikembangkan dalam diri siswa. Di dalam kelompok, siswa diharapkan mampu mengembangkan sikap insiatif atau sikap tanggap dengan kegiatan didalam kelompok, sikap insiatif yang perlu dikembangkan adalah sikap tanggap mencari jawaban dari pertanyaan guru, siswa tanggap mencari jawaban dari pertanyaan guru, siswa tanggap melengkapi kekurangan dari kelompok, siswa tanggap jika kelompoknya di panggil oleh guru. c. Menentukan Pilihan

11 20 Menentukan pilihan di dalam kerjasama, contohnya menentukan pilihan ketua kelompok, menentukan jawaban yang akan diberikan terhadap pertanyaan guru dan menentukan untuk berpartisipasi aktif terhadap kelompok. d. Mengembangkan kebiasaan baik Kebiasaan baik yang dimaksud dalam bekerjasama seperti mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap kewajiban, melatih kemampuan akademik, melatih kemampuan interaksi dengan teman, mengembangkan rasa percaya diri serta meningkatkan motivasi siswa Cara Untuk Meningkatkan Keterampilan Kejasama Siswa Keterampilan bekerjasama merupakan hal bagi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik yang mampu bekerjasama dengan baik akan lebih mudah mendapatkan teman dengan demikian akan lebih mudah untuk mencapai tujuan karena mendapatkan banyak bantuan dari orang lain. Menurut Huda (2014: ) Tujuan keterampilan bekerjasama adalah agar siswa memiliki dan melakukan hal sebagai berikut: menerima orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan bekrajasama dalam tim. Bekerjasama sebagai bagian dari karakter siswa. Karakter bekerjasama dimliki oleh siswa sebagai insan yang menuntut ilmu. Siswa yang memiliki rasa bekerjasama yang tinggi terhadap pembelajaran dapat menyebabkan ilmunya jauh lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang hanya menunggu penjelasan dari guru. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran guru seharusnya mendorong siswa untuk bekerjasama. Rasa bekerjasama yang dimiliki siswa akan membuat siswa mencapai prestasi yang diinginkan, karakter bekerjasama merupakan salah satu

12 21 nilai pendidikan karakter yang di programkan oleh kemendiknas untuk di kembangkan dalam diri siswa. 2.4 Ilmu Pengetahuan Sosial Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian, pengetahuan, yang dilaksanakan dengan mengunakan pengetahuan kepada siswa. Bila pembelajaran dipandang suatu proses, maka pembelajaran merupakan kegiatan upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program belajar tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. IPS secara sederhana di definisikan sebagai ilmu tentang fenomena ilmu sosial. IPS merupakan Mata Pelajaran yang sering dianggap sulit oleh siswa. IPS merupakan suatu pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, konsep-konsep, generalisasi, penyusunan teori. Para pendidik muncul masalah bagaimana cara menyampaikan ilmu pengetahuan yang telah diajarkan dan perkembanganya, baik mengenai pengertian-pengertian pokok maupun persoalan yang kompleks. Sapriya (2009:19-20) mengemukakan bahwa IPS merupakan nama Mata Pelajaran di tingkat Sekolah Dasar dan menengah atau nama programa studi di perguruan tinggi yang Identik dengan social studies dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika serikat. Kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mengajarkan

13 22 kepada siswa SD agar mereka kelak mengenal fenomena alam dan fenomena sosial mulai dari lingkungan yang dekat sampai kepada lingkungan yang lebih jauh (dunia). Pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, yang berkaitan dengan isu sosial kewarganegaraan Gunawan (2013:53) Pengajaran IPS berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun secara sistematis komprehensif dan terpadu dalam kehidupan di masyarakat sering terjadi di lingkungan pada pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan sejarah (kebudayaan Hindu-Budha). IPS di sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat bangsa dan Negara. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006) Mata Pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: Gunawan (2013:53). 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, bekerjasama, memecahkan masalah, keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan IPS berkewajiban membiasakan anak didik menggunakan metode secara sistematis, komprehensif, dan terpadu menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. IPS merupakan Mata Pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan, konsep yang terorganisasi tentang sosial sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses interaksi sosial, penyusunan gagasan-gagasan. Dengan

14 23 pendekatan tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahan yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. IPS sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan membantu siswa untuk memahami lingkungan sosial sekitar secra lebih mendalam. IPS dapat di pandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami gejala sosial, dan IPS dapat di pandang sebagai faktor yang dapat mengubah sikap dan pandangan menusia terhadap sosial. Sesuai dengan hakikat IPS, maka tujuan pendidik tidaklah hanya sekedar agar siswa dapat memiliki pengetahuan tentang gejala gejala sosial saja, melainkan melalui pendidikan IPS di harapakan pada siswa tebentuk kemampuan memecahkan masalah-masalah mengenai lingkungan sosial sekitarnya sesuai dengan cara serta sikap yang di kehendaki dalam IPS. Pendidikan IPS terletak pada tekanan-tekanan untuk menegakkan pengakuan akan pendidikan IPS sebagai disiplin ilmu untuk mengajukan bukti akan kegunaan dan berharganya penelitian-penelitian yang dihasilkan. Sebagian dari pengakuan tersebut terletak pada deskripsi yang lebih cepat mengenai pegetahuan, keterampilan, dan sikap untuk pendidikan IPS. Dengan upaya yang lebih menekankan bagaimana anak belajar, kita dapat melihat bahwa pembelajaran IPS di kelas di pandang s ebagai suatu proses aktif, dan sangat dipengaruhi oleh apa yang ingin di pelajari oleh anak. Aspek pokok dalam pembeljaran IPS adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa untuk bekerjasama dan pengetahuan untuk menggali berbagai pengetahuan baru, dan ahkirnya dapat mengaplikasinya dalam kehidupan mereka.

15 24 Gunawan (2013:51) mengemukakan Pada Mata Pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata Pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengenal konsep-konsep dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

16 Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, untuk dapat meningkatkan kerjasama siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester II dengan Materi yaitu Aktivitas Dan Sumber Daya Alam, perlu Model Make A Match dan penggunaan komponen-komponen yang mendukung dalam pengajaran dikelas. Proses pembelajaran dapat mencapai hasil kerjasama yang maksimal jika terjadi interaksi anatara guru dan siswa. Berdasrkan keterangan di atas dapat digambarkan skema kerangka berpikir sebagai berikut : Kondisi Awal Kerjasama belajar IPS siswa Kelas IV masih rendah Tindakan Model Make A Match Penggunaan Model Make A Match pada Mata Pelajaran IPS Kondisi Ahkir Kerjasama Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Meningkat Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

17 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Make A Match dapat meningkatkan kerjasama siswa pada Mata Pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 180/ IV Kota Jambi.

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Pada umumnya proses belajar mengajar peserta didik mengandung unsur keaktifan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai tenaga profesional diharapkan mampu mewujudkan tujuan pendidikan. Karena guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan alamat Jalan Dr. Prof. Moh. Yamin, SH, RT 20 Kelurahan Payo Lebar,

BAB III METODE PENELITIAN. dengan alamat Jalan Dr. Prof. Moh. Yamin, SH, RT 20 Kelurahan Payo Lebar, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini addalah 1 bulan yaitu pada bulan Februari 2017. Penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri 180 Kota Jambi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) BERBANTUAN MAKE A MATCH SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Fembriani Universitas Widya Dharma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman merupakan hal yang penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar diingat tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD 1. Pengertian IPS Ilmu pengetahuan sosial (IPS) secara resmi mulai dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL IPS SISWA SEKOLAH DASAR Rina Siti Rohmah 1, Suhaedah 2, Srie Mulyani 3, UniversitasPendidikan Indonesia KampusPurwakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan penting dan sebagai fundamental bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Cara yang dapat ditempuh untuk mewujudkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme.

Lebih terperinci

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sifatnya terpadu dari sejumlah mata pelajaran. Menurut menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

MEIDITA CAHYANINGTYAS K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 MEIDITA CAHYANINGTYAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL OLEH AHMAD DENNIS WIDYA PRADANA NIM 110151411533 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XX/November 2016 PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS TENTANG LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XX/November 2016 PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS TENTANG LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS TENTANG LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN Risa Adilah Utami Guru SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta Abstrak Guru harus kreatif menggunakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya. pemecahan masalah itulah yang kita kenal dengan diskusi.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya. pemecahan masalah itulah yang kita kenal dengan diskusi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat, setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Bambang Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud antara lain seperti tujuan untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL. Oleh : ENGRIPIN Dosen FKIP Universitas Palangka Raya

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL. Oleh : ENGRIPIN Dosen FKIP Universitas Palangka Raya PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL Oleh : ENGRIPIN

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION Indayani, Peningkatan Prestasi Belajar pada Bidang Studi IPS... 67 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBASIS TIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS II SD NEGERI 1 KARANGTANJUNG Syifa Khoerunnisa, Susilailiy Rahmawati, Muhamad Chamdani Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara faktual adalah aktivitas sekelompok orang dan guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda secara perspektif member

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, kaena dengan pendidikan manusia dapat hidup sesuai dengan tujuan dan fungsinya.

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG Dwi Wahyuning Tiyas 1, Suminah 2, Sutansi 3 Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:114) keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang akademik maupun non

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Kerja sama antara kedua pihak diharapkan dapat menciptakan atau mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD / MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi untuk satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

Imam Hanafi, Muh. Hasbi, dan Akina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Imam Hanafi, Muh. Hasbi, dan Akina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 no. 2 ISSN 2354-614X Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menjumlahkan Pecahan Biasa di Kelas V SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa atau negara dapat dikatakan maju, berkembang atau terbelakang dapat dilihat dari sejauh

Lebih terperinci

BAB III METODEI PENELITIAN

BAB III METODEI PENELITIAN 15 BAB III METODEI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri Besani, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Siswa kelas III

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1

Lebih terperinci

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG Hj. TUTI NURYATI SMP Negeri 3 Subang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur yang diharapkan meningkatkan pendidikan yang berkualitas (Zainal Aqib, 2002 : 79). Guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share Alam Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN Inpres Mayayap Sarifa Tas, Anthonius Palimbong, dan Hasdin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan dibentuk SDM yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pendidik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (kamus besar bahasa Indonesia, 2005:895). Tri Anni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia untuk memperoleh pengetahuan, wawasan serta meningkatkan martabat dalam kehidupan. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo. PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII SMP MA ARIF 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KLOP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KLOP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KLOP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN Cani Deschuri

Lebih terperinci

Eti Rahmawati. Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Eti Rahmawati. Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IIS 2 DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SD 5 Karangbener, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Siswa kelas II ini berjumlah 24 anak

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG. Nanik Sudaryati 24

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG. Nanik Sudaryati 24 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG Nanik Sudaryati 24 Abstrak. Pada tahun pelajaran sebelumnya, sebagian besar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalau kita cermati saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan yang diinginkan, apalagi harapan yang dituangkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Mata pelajaran IPS di

BAB I PENDAHULUAN. dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Mata pelajaran IPS di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Menurut Sumaatmadja (1980:9)

Lebih terperinci

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU Hadi Guru Matematika SMP Negeri 1 Palu Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG Farraz Putri Febriani, Suminah PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembaharuan sistem pendidikan nasional, telah menetapkan visi, misi dan strategi membangun pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya

Lebih terperinci

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 BRECONG TAHUN AJARAN 2015/2016 Nurul Hidayati¹, Suripto²,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, merupakan interaksi aktif antara guru dan siswa. Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, sekarang ini makin banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Pendidikan berkualitas memerlukan suatu pembelajaran yang berkualitas. Pada proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat melakukan penelitian dengan tujuan memperoleh data yang berasal dari subjek penelitian.

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IVA SDN DEMAKIJO 1

PENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IVA SDN DEMAKIJO 1 1.980 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016 PENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IVA SDN DEMAKIJO 1 THE IMPROVEMENT OF SOCIAL STUDIES LEARNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari segala permasalahanpermasalahan sosial yang terjadi, seperti kemiskinan, kriminalitas, bencana alam, ledakan penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem. didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan berguna sekali dalam kehidupan manusia. Bahkan tidak hanya penting bagi individu sendiri melainkan sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang amat penting dalam keberlangsungan masa depan hidup suatu bangsa, maju atau tidaknya suatu bangsa dapat ditandai dengan maju ataupun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. datang. Pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003,

I PENDAHULUAN. datang. Pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan suatu bangsa melalui kegiatan pembelajaran sebagai bekal untuk kehidupan di masa yang akan datang. Pada

Lebih terperinci

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar mengajar yang bisa diterapkan dalam pembelajaran yang efektif harus diimbangi dengan kemampuan guru menguasai model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 2003) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) suatu siswa pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 5 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri Candirejo 02 yang terletak di Jl.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci