BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah suatu lembaga dimana guru melakukan kegiatan pembelajaran agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula untuk membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Hal itu mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika. Menurut Ibrahim (2012: 35) matematika merupakan ilmu universal yang menjadi dasar bagi perkembangan teknologi modern, matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Dalam hal ini matematika sangat berperan penting dan digunakan sebagai landasan bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui berbagai disiplin ilmu yang terwujud dalam perkembangan teknologi modern. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006: 147). Menurut Piaget (dalam Heruman, 2007: 1) siswa sekolah dasar yang berumur 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan yang bersifat abstrak, siswa memerlukan benda nyata yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, penggunaan media atau alat peraga sangat penting bagi penguatan pemahaman siswa dalam mempelajari materi. Dalam pembelajaran matematika, penanaman konsep yang benar pada siswa merupakan hal yang penting. Karena sekali saja siswa mendapatkan konsep yang 1

2 2 salah, maka konsep yang salah itu akan dipakainya terus hingga ia dewasa. Setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar tersimpan dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan menjadi dasar bagi pola pikir dan pola tindakannya. Oleh karena itu guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif, sesuai dengan pola pikir siswa, dan mengutamakan pada penanaman konsep. Menurut Heruman (2007: 3) penanaman konsep dalam pembelajaran matematika adalah pembelajaran suatu konsep baru matematika, dimana siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan berpikir siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan penanaman konsep ini, guru diharapkan dapat memanfaatkan alat peraga. Alat peraga sangat berperan penting untuk membantu siswa dalam menemukan konsep-konsep dasar matematika. Alat peraga juga dapat mengkongkritkan pemahaman siswa yang masih abstrak. Pada kenyataannya matematika adalah mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Mereka menganggap matematika berisi perhitungan angka-angka yang sulit untuk dipecahkan. Hal inilah yang menyebabkan siswa enggan untuk belajar matematika. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketidaksukaan siswa terhadap pelajaran matematika adalah karena cara pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional. Pembelajaran masih bersifat teacher centered yaitu guru yang menjadi pusat kegiatan pembelajaran sedangkan siswa tidak terlibat aktif. Di samping itu guru juga belum bisa memanfaatkan alat peraga secara maksimal. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Perilaku siswa yang pasif dalam pembelajaran matematika sangat berpengaruh pada hasil belajarnya. Siswa tidak dituntut untuk berpikir kritis sehingga kemampuan berpikir siswa tidak berkembang secara optimal. Proses belajar yang kurang efektif inilah yang mengakibatkan hasil belajar siswa juga tidak optimal. Berdasarkan hasil observasi awal di SD Kristen 03 Salatiga, pelaksanaan pembelajaran matematika masih belum maksimal. Hal ini dikarenakan faktor guru yang kurang kreatif dan monoton dalam pembelajaran. Selain itu, siswa juga tidak

3 3 memiliki keberanian untuk bertanya karena takut salah. Jika dibiarkan terus menerus maka siswa akan mengalami kesulitan untuk memahami konsep matematika yang benar. Nilai hasil belajar siswa pada saat sebelum dilaksanakan tindakan menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa belum mencapai ketuntasan (KKM=66) yang telah ditentukan. Hal ini dapat terlihat dari nilai hasil pretest yang diperoleh, yaitu siswa yang sudah mencapai ketuntasan (KKM) sebanyak 9 orang dengan presentase 35%. Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan (KKM) sebanyak 17 orang dengan presentase 65%. Dari data nilai hasil pretest tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa terhadap pembelajaran matematika masih tergolong rendah. Dalam keadaan yang seperti ini, guru masih menerapkan pembelajaran yang konvensional. Guru juga masih kurang dalam memanfaatkan alat peraga yang mendukung pembelajaran. Sehingga hal tersebut berdampak pada kemampuan dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran matematika yang masih rendah. Selain itu, kenyataan yang sering terjadi adalah siswa dalam belajar kelompok hanya ditekankan pada penyelesaian tugas yang diberikan guru tanpa adanya proses interaksi dan kerjasama diantara siswa untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Bahkan dalam belajar kelompok siswa yang lebih pandai sering mendominasi kelompok dalam menyelesaikan tugas sehingga terjadi kesenjangan antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Hal ini menyebabkan siswa yang kurang pandai tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya secara optimal. Dalam usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar matematika, maka peneliti menggunakan sebuah strategi untuk memudahkan siswa dalam belajar matematika. Strategi tersebut adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif pada siswa. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah memahami konsep jika mereka saling berdiskusi dengan siswa lainnya. Menurut Agus Suprijono (2009: 32) pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pasangan periset May dan Doob juga menemukan bahwa orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama ternyata lebih berhasil dalam mencapai tujuan dibandingkan dengan

4 4 mereka yang tetap bekerja sendiri-sendiri untuk mencapai tujuan yang sama (Warsono, 2012: 160). Model pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa akan lebih mudah menyelesaikan masalah secara bersama-sama daripada harus bekerja secara individu. Melalui kegiatan kerjasama siswa dapat menyatukan pikirannya untuk menemukan cara yang tepat bagi penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil. Siswa yang pasif maka akan menjadi aktif dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Siswa secara berkelompok diminta berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah sedangkan guru sebagai pembimbing dan fasilitator jalannya diskusi. Beberapa peneliti terdahulu menggunakan pembelajaran kooperatif dengan berbagai macam tipe. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu Numbered Heads Together (NHT). Dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), siswa lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran kooperatif ini setiap siswa diberikan nomor. Siswa dengan nomor tertentu sewaktu-waktu akan dipanggil nomornya untuk melaporkan hasil diskusinya. Oleh karena itu, selain bertanggung jawab kepada kelompok, siswa juga memiliki tanggung jawab individual. Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah agar masing-masing anggota kelompok menjadi seorang individu yang lebih kuat dan bertanggungjawab. Siswa belajar bersama-sama supaya selanjutnya mereka dapat menunjukkan performa yang lebih baik sebagai individu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andhika Imam Kartomo menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan LKS dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V di SD Negeri Candiroto Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Christina Sumarti juga menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SD Kepohkencono 01 meningkat setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Juwito juga

5 5 menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV SD Madugowongjati 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas V di SD Kristen 03 Salatiga semester II tahun pelajaran 2013/ Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi permasalahannya adalah pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton. Guru masih sering menggunakan metode ceramah dan pembelajaran terpusat pada guru sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Selain itu, siswa juga menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Hal ini juga tidak didukung oleh inisiatif dari guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Dalam pembelajaran kelompok, guru hanya menekankan pada penyelesaian tugas sehingga proses kerjasama antara siswa dalam kelompok masih kurang. Siswa yang pandai seringkali mendominasi diskusi kelompok. Sedangkan siswa yang kurang pandai cenderung hanya menyalin pekerjaan temannya. Permasalahan dalam pembelajaran tersebut akan berdampak pada perkembangan belajar siswa yang kurang optimal. Hal ini sangat berpengaruh pada kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran yang kurang efektif dan tidak menyenangkan mengakibatkan siswa menjadi cepat bosan dan tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran kelompok, siswa yang tidak mampu bekerjasama dengan baik maka akan tertinggal dan tidak dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Siswa yang tidak mampu memahami materi dengan baik maka hasil belajarnya juga akan rendah. Sehingga masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan.

6 6 1.3 Cara Pemecahan Masalah Cara pemecahan masalah untuk masalah penelitian adalah membuat strategi yang tepat dengan menarapkan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Strategi pembelajaran yang tepat adalah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Menurut Slavin (dalam Miftahul Huda, 2013: 203) metode yang dikembangkan oleh Russ-Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selama ini siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran sangat sulit. Namun dengan melakukan pembelajaran ini siswa akan lebih tertarik dan mudah dalam memahami materi karena mereka berpikir bersama untuk mencari dan mempertimbangkan jawaban yang tepat atas pertanyaan yang diberikan. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), setiap anggota dalam kelompok akan diberikan nomor. Siswa saling berdiskusi dan saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Peranan guru juga akan menjadi sangat penting karena guru sebagai fasilitator dan juga pembimbing saat siswa berdiskusi. Ketika bekerjasama, siswa diminta untuk saling mengeluarkan ide yang dimilikinya. Bagi siswa yang pandai diharapkan dapat membantu temannya yang kesulitan. Sehingga terjadi transfer ilmu diantara siswa. Selain bertanggung jawab terhadap kelompok, siswa juga bertanggung jawab terhadap dirinya masing-masing. Setiap siswa harus mengetahui dan memahami jawaban dari timnya karena siswa dengan nomor tertentu akan dipanggil oleh guru untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Proses pembelajaran yang seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam berkelompok. Jika siswa benar-benar mau bekerjasama maka pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari akan menjadi lebih baik, sehingga hasil belajar siswapun juga akan meningkat.

7 7 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas V semester II pada mata pelajaran matematika di SD Kristen 03 Salatiga tahun pelajaran 2013/2014? 2. Apakah dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester II pada mata pelajaran matematika di SD Kristen 03 Salatiga Tahun 2013/2014? 3. Bagaimana cara meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran matematika kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Meningkatkan kerjasama siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran matematika kelas V semester II di SD Kristen 03 Salatiga tahun pelajaran 2013/ Meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran matematika kelas V semester II di SD Kristen 03 Salatiga tahun pelajaran 2013/ Mengetahui langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas V semester II pada mata pelajaran matematika di SD Kristen 03 Salatiga tahun pelajaran 2013/ Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

8 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi semua pihak yang bersangkutan untuk mengembangkan pembelajaran matematika Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa. b. Bagi guru Meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa. c. Bagi siswa 1. Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menyelesaikan masalah secara bersama-sama. 2. Dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa. d. Bagi peneliti Dapat menerapkan metode pembelajaran yang berkualitas dan sesuai dengan karakter siswa.