FORMULASI KEBIJAKAN INTEGRASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DALAM UHC
|
|
- Liani Glenna Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FORMULASI KEBIJAKAN INTEGRASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DALAM UHC Supriyantoro RINGKASAN DISERTASI PROGRAM DOKTOR ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA September 214
2 PENDAHULUAN
3 Latar Belakang UUD 1945 Pasal 28H ayat (1) & (3) UUD 1945 Pasal 34 ayat (3) UUD 1945 UU No.36 Tahun 29 tentang Kesehatan UU No. 4 tahun 24 tentang SJSN UU No. 24 tahun 211 tentang BPJS pasal 1 ayat (1) dan pasal 2 SJSN BIDANG KESEHATAN/JKN 1 Januari 214 JAMKESMAS 214 JAMKESDA: integrasi bertahap UNIVERSAL HEALTH COVERAGE Latar Masalah manajemen pengelolaan, paket manfaat, sasaran penerima bantuan iuran! bervariasi. Miskin dan tidak mampu menjadi tanggung jawab Pusat! integrasi Perlu formula kebijakan yang mampu mengintegrasikan penyelenggaraan Jamkesda dalam skema Nasional baik dari sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun besaran iuran.
4 PETA JALAN KEPESERTAAN JKN (Ilustrasi ini dikutip dari Roadmap SJSN bidang Kesehatan, 2
5 Perumusan Masalah Pertanyaan Penelitian: Bagaimana pemetaan pola Jamkesda yang berjalan selama ini di 33 provinsi di Indonesia (kemampuan fiskal, Manajemen pembiayaan, paket manfaat maupun sasaran penerima bantuan iuran)? Bagaimana karakteristik Jamkesda dalam hal manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun sasaran penerima bantuan iuran? Bagaimana mengintegrasikan kebijakan SJSN dengan pola Jamkesda, khususnya dari aspek manajemen pengelolaan, paket manfaat danpenerima bantuan iuran?
6 Tujuan Tujuan Umum: Diperolehnya formula model kebijakan Universal Health Coverage yang mampu mengintegrasikan sistem Jamkesda, khususnya dari sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun penerima bantuan iuran kedalam sistem Jaminan Sosial Nasional dengan tetap berlandaskan pada kerangka desentralisasi. Tujuan Khusus: Diperolehnya peta berbagai pola Jamkesda yang berjalan selama ini di 33 provinsi di Indonesia (kemampuan fiskal, Manajemen pembiayaan, paket manfaat maupun sasaran penerima bantuan iuran). Diperolehnya peta berbagai perbedaan dalam pengembangan Jamkesda, khususnya dalam hal manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun penerima bantuan iuran. Diperolehnya model strategi pengintegrasian Jamkesda secara komprehensif kedalam SJSN. khususnya dari sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun penerima bantuan iuran yang dapat diimplementasikan dalam kerangka desentralisasi.
7 Kesuksesan pelayanan kesehatan bergantung pada desain kelembagaan yang efisien dan inovatif tanpa mengganggu kesetaraan akses kesehatan Tinjauan Pustaka Guillem López Casasnovas, David McDaid dan Joan Costa-Font (29) Desentralisa si: Perencanaa n, pembiayaan dan Sentralisasi: Kontrol Kendali dan Sistem manajemen Bossert, Bowser dan Amenyah publik (27) Decision-space approach The range of effective choice that is allowed by the central authorities to be utilised by the local authorities Bossert (1998, 2)
8 Tinjauan Pustaka: Teori yang digunakan untuk Dasar Formulasi Kebijakan Rekomendasi kebijakan yang baik mencakup unsur: Action focus, rekomendasi harus memuat aksi agar kondisi yang sebaiknya terjadi dapat terwujud oleh kebijakan tersebut. Future oriented, rekomendasi harus menjelaskan keadaan sebelum dan sesudah kebijakan. Fact-value interdependence, rekomendasi harus mampu mengkaitkan fakta dan nilai, sehingga tidak sebatas aksi tetapi juga penerimaan nilai-nilai masyarakat. Value duality, rekomendasi harus mampu menggambarkan nilai intrinsik yang menjadi tujuan akhir dari kebijakan dan nilai ekstrinsik sebagai sasaran antara menuju tujuan akhir. William Dunn, (2) terdapat beberapa kriteria yang biasa dipakai dalam mengukur ketepatan suatu formulasi kebijakan publik, antara lain : Kelayakan politik, Kelayakan ekonomi, Kelayakan keuangan/biaya, Kelayakan administrasi, Kelayakan teknologi, Kelayakan sosial budaya, dan Kelayakan-kelayakan lain sesuai dengan kriteria yang dibuat secara khusus. (24) Zainal Abidin
9 Amanat UUD 1945 SJSN Kerangka Teori < 214 JAMKESDA 1 Januari 214 BPJS Alternatif Pola Pengelolaan Jamkesda Kelayakan ekonomi Action Focus A l t e r n a t i f M a n a j e m e n Pengelolaan Kelayakan politik Kelayakan keu/biaya Kelayakan administrasi Future Oriented Fact Value Interdp Rekomendasi Strategi Integrasi Jamkesda pada BPJS Alternatif Paket Manfaat Kelayakan Sosbud Value Duality Alternatif Bantuan Iuran Kelayakan teknologi k e l a y a k a n l a i n d g n kriteria khusus. Dimensi Rekomendasi Kebijakan William Dunn Dimensi Ketepatan Kebijakan (Zainal Abidin (24)
10 Kerangka Pemikiran Formula model kebijakan yang diperlukan untuk mengintegrasikan sistem Jamkesda yang ada di berbagai provinsi ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional adalah melalui formulasi kebijakan yang mampu mengintegrasikan sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat, dan pola kepesertaan penerima bantuan iuran secara nasional dengan tetap berlandaskan pada kerangka desentralisasi. HIPOTESIS
11 METODE PENELITIAN
12 Desain Penelitian Desain penelitian : mixed methods, studi multikasus terjalin Mixed Methods! peneliti mengumpulkan, menganalisis dan mengintegrasikan data kuantitatif dan kualitatif dalam satu studi tunggal (Creswell, 29). desain multikasus terjalin! Menurut Yin (28), merupakan study case yang terdiri dari beberapa kasus dan beberapa unit analisis.
13 Alur Langkah Penelitian Tahap I & II! 33 provinsi Tahap III! 6 Provinsi : Aceh, Sumbar, DKI Jakarta, Gorontalo, NTT, Kepri Penelitian dilakukan tahun
14 Pengumpulan Data Data primer : self administered questioner, pengamatan partisipatif, wawancara mendalam, FGD Data sekunder: studi literatur, observasi dokumen, dsb.
15 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
16 PROFIL JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI 33 PROVINSI
17 MATRIKS PROFIL JAMKESDA 33 PROVINSI Propinsi PAD tahun 212 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Kapasitas Fiskal 212 Indeks Kapasi tas Fiskal Katego ri Rp ,3237 Renda Rp ,4199 h Renda h Rp ,535 Sedan g Jumlah Pendud uk Kemiskinan (Mar '13) Manajemen Cost-sharing Pembiayaan Jumlah Pendud uk Miskin % Penduduk Miskin Jenis Kepeserta an Pengelol a Provi nsi Daera h Ket. Iuran Layanan Dasar ,6% UHC PT. 1% % Rp15. Kapitasi 61 Askes ,6% Miskin Non Dinas % 1% Dana Rp1. Tarif 73 6 Jamkes Kesehat Talanga an n ,14% Miskin Non PT. 4% 6% Rp12. Kapitasi 74 Jamkes Askes Klaim Layanan Rujukan INA CBGs Tarif Tarif Paket Manfaat Jamkesm as Diatur Jamkesm as Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Rp Rp Rp Rp Rp Rp ,43 Tinggi ,936 Sedan g,2136 Renda h,344 Renda h,2259 Renda h 2,774 Sangat Tinggi ,72% Miskin Non Jamkes ,7% Miskin Non Jamkes Dinas Kesehat an Dinas Kesehat an 14,24% UHC Dinas Kesehat an ,34% SKTM Dinas Kesehat an ,86% Miskin Non Jamkes ,21% Miskin Non Jamkes PT. Askes Dinas Kesehat an 65% 35% Rp1. 3% 7% Rp1. 58% 42% Rp5. % 1% Dana Talanga n % 1% Dana Talanga Rp1. Rp1. n 4% 6% Rp1. Tarif Tarif Tarif Tarif Askes Kapitasi Tarif INA CBGs Tarif INA CBGs INA CBGs Tarif INA CBGs Jamkesm as Diatur Jamkesm as Jamkesm as Jamkesm as Jamkesm as Kepulauan Riau Rp DKI Jakarta Rp Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Rp Rp Rp ,8416 Tinggi ,177 Sangat Tinggi,2956 Renda h,1725 Renda h,2846 Renda h ,46% Miskin Non Jamkes ,55% Miskin Non Jamkes ,52% Miskin Non Jamkes 14,56% Miskin Non Jamkes ,43% Miskin Non Jamkes Dinas Kesehat an PT. Askes PT. Askes Dinas Kesehat an Dinas Kesehat an 67% 33% fee for service % 1% Dana Talanga n 1% 9% Dana Talanga Rp5. Rp6. n 4% 6% fee for service 5% 5% Rp7.5 Tarif Kapitasi Tarif Askes Tarif Tarif Tarif RS Diatur INA CBGs INA CBGs Tarif INA CBGs Diatur Jamkesm as Diatur Diatur
18 MATRIKS PROFIL JAMKESDA 33 PROVINSI Kapasitas Fiskal 212 Kemiskinan (Mar '13) Manajemen Cost-sharing Pembiayaan Propinsi PAD tahun 212 Indeks Kapasi tas Fiskal Katego ri Jumlah Pendud uk Jumlah Pendud uk iskin % Penduduk Miskin Jenis Kepesertaan Pengelol a Provi nsi Daerah Ket. Iuran Layan an Dasar Klaim Layanan Rujukan Paket Manfa at Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Sulawesi Barat Rp Maluku Rp ,742 Renda h,1148 Renda h,6724 Sedan g ,4946 Tinggi ,847 Tinggi ,385 Sangat Tinggi,621 Sedan g,3257 Renda h,447 Renda h,363 Renda h,3369 Renda h,394 Renda h,35 Renda h ,97% Miskin Non Jamkes Dinas Kesehat an ,3% SKTM Dinas Kesehat an ,24% Miskin Non Jamkes ,93% Miskin Non Jamkes ,77% Miskin Non Jamkes ,6% Miskin Non Jamkes ,88% Miskin Non Jamkes ,67% Miskin Non Jamkes ,54% Miskin Non Jamkes ,83% Miskin Non Jamkes Dinas Kesehat an Dinas Kesehat an Dinas Kesehat an Dinas Kesehat an PT. Askes PT. Askes Dinas Kesehat an Dinas Kesehat ,51% UHC an PT. Askes ,3% Miskin Non Jamkes ,49% Miskin Non Jamkes PT. Askes PT. Askes 5% % 5% 1% Dana Talanga n Dana Talanga % 1% n Dana Talanga % 1% n Dana Talanga Rp6. Rp1. Rp12. Rp12. 6% 4% n fee for service 4% 6% Rp16. % 1% Dana Talanga n Rp6.5 5% 5% Rp7. % 1% Dana Talanga n Rp6.5 4% 6% Rp1. 6% 4% Rp6. 3% 7% Rp5. % 1% Dana Talanga n Rp6. Tarif Tarif Tarif Tarif Askes Tarif Tarif Tarif Kapit asi Tarif Tarif Kapit asi Kapit asi Tarif INA CBGs Tarif INA CBGs INA CBGs INA CBGs Tarif Tarif Tarif Tarif INA CBGs INA CBGs Tarif INA CBGs Maluku Utara Rp ,8818 Sedan ,5% Miskin Non PT. % 1% Dana Rp1. Tarif Tarif Diatur Jamke smas Diatur Jamke smas Jamke smas Jamke smas Jamke smas Diatur Jamke smas Diatur Jamke smas Jamke smas Diatur Diatur
19 Cakupan Peserta Jamkesda Per Provinsi (P2JK tahun 214) BANTEN ,51% NAMA PROVINSI JUMLAH PESERTA JAMKESDA PERSENTA SE DARI TOTAL PENDUDU K ACEH ,98% JUMLAH PENDUDUK SUMATERA UTARA ,31% SUMATERA BARAT ,54% RIAU ,22% JAMBI ,22% SUMATERA SELATAN ,35% BENGKULU ,29% LAMPUNG ,32% BANGKA BELITUNG ,41% KEPULAUAN RIAU ,41% BALI ,74% NTB ,73% NTT ,5% KALBAR ,31% KALTENG ,99% KALSEL ,71% KALTIM ,59% SULAWESI UTARA ,62% SULAWESI TENGAH ,37% SULAWESI SELATAN ,89% SULAWESI TENGGARA ,2% GORONTALO ,67%
20 Kapasitas Fiskal Provinsi dan Kab/Kota Daerah Tingkat Kapasitas Fiskal Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Provinsi (33 Provinsi) 18 (54,5%) 7 (21,2%) 5 (15,15%) 3 (9,9%) Kab/kota (491 Kab/kota) 29 (59,6%) 86 (17,51%) 61 (12,42%) 54 (11%) Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah No 226 Tahun 212
21 Hasil Kuesioner Daerah Kab/kota Tingkat Kapasitas Fiskal Kab/Kota Rendah & Sedang 18 Kab/Kota (75%) Tinggi & Sangat Tinggi 6 Kab /kota (25%) Jumlah 24 Kab/Kota Berdasarkan data kuesioner pada 33 Provinsi, terdapat 24 Kab/Kota yang layak diolah sebagai sampel dari total 491 Kab/Kota dalam Peta Kapasitas Fiskal Permenkeu no 226 tahun 212.
22 Hubungan Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota dan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah UJI BIVARIAT Tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok kapasitas fiskal dengan manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan (p =,65). Perhitungan Mantel-Haenszel, diperoleh Common Odds Ratio Estimates sebesar 1,92 (Confidence Interval 95% =1,8 3,658; asymp. Sig 2 sided =,47).! Kabupaten/kota yang memiliki kapasitas fiskal tinggi (tinggi dan sangat tinggi) memiliki kecenderungan sebesar 1,92 kali lebih besar untuk memberikan manfaat Jamkesda yang sesuai atau bahkan melebihi manfaat Jamkesmas bila dibandingkan dengan kabupaten/kota yang memiliki kapasitas fiskal yang rendah (sedang dan rendah).
23 Gambaran Alokasi Anggaran Kesehatan (Rp. mil) dalam APBD Provinsi dan kabupaten/kota, Kapasitas Fiskal, per Kapita Tahun 213
24 DISTRIBUSI PROVINSI MENURUT ANGGARAN KESEHATAN KF RENDAH KF SEDANG KF TINGGI KF SANGAT TINGGI Prov. Sulawesi Barat Prov. Sulawesi Tengah Prov. Sumatera Utara Prov. Jambi Prov. Kalimantan Selatan
25 Persentase Anggaran Kesehatan Berbanding Total APBD Prov dan Kab/Kota di Masing-masing Prov (213)
26 DISTRIBUSI PROVINSI MENURUT KELOMPOK KAPASITAS FISKAL DAN PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN DALAM APBD PROVINSI KF RENDAH KF SEDANG KF TINGGI KF SANGAT TINGGI 13 9,75 6,5 3,25 Prov. Lampung Prov. Sumatera Utara Prov. Aceh Prov. Papua Barat Prov. Banten Prov. Kalimantan Timur
27 Anggaran Kesehatan APBD 213 per Kapita per Provinsi
28 DISTRIBUSI PROVINSI MENURUT ANGGARAN PERKAPITA KF RENDAH KF SEDANG KF TINGGI KF SANGAT TINGGI Prov. Jawa Barat Prov. Sulawesi Barat Prov. Gorontalo Prov. Banten Prov. Papua Barat Prov. DKI Jakarta
29 Kepesertaan & Paket Manfaat Kepesertaan Paket Manfaat
30 Pengelolaan & Pembiayaan Pemanfaatan Dana Talangan Porsi Pembiayaan
31 Pola Iuran dan Pembayaran Klaim Klaim Layanan Dasar Klaim Layanan Rujukan besaran pembayaran iuran Jamkesda,7575,1212,1212 Non Iuran > < ) Non Iuran, 2) pembayaran diatas nilai iuran BPJS dan 3) Pembayaran dibawah iuran BPJS.
32 Pola Jamkesda di Provinsi
33 ANALISIS KESIAPAN DAN POLA INTEGRASI JAMKESDA PADA BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA
34 Pendalaman Kebijakan : Analisis Kesiapan dan Pola Integrasi Jamkesda di beberapa Provinsi di Indonesia Aceh Sumut Sumsel Bengkulu Lampung Jabar Jateng Jatim D Yogyakarta Indeks Kapasitas Fiskal Rendah Sedang Tinggi Sangat Sulteng Sumbar Riau DKI Jakarta Sulsel Jambi Kalteng Kaltim Sultra Kalbar Kalsel Babel NTT Sulut Bali NTB Maluku Kepri Maluku Utara Papua Banten Gorontalo Papua Barat I Sulbar Diambil 6 Provinsi (Aceh, NTT, Gorontalo, Sumbar, Kepri dan DKI) untuk dianalisis lebih lanjut berdasarkan: Manajemen Pengelolaan Paket Manfaat Pola Bantuan Iuran
35 Karakteristik Anggaran APBD Provinsi Pada 6 Provinsi Terpilih
36 3 Fokus Pola Integrasi Jamkesda Pola Manajemen Pengelolaan Pola Paket Manfaat Pola Sasaran Bantuan Iuran
37 Matriks Perbandingan Pola Manajemen Pembiayaan Provinsi Pola Pembiayaan Penyelenggar Sharing KET Yandas Yankes a Provinsi Kab/Kota Aceh Kapitasi Klaim Lanjutan PT. Askes 1% % UHC Sumatera Barat Kapitasi Klaim PT. Askes 4% 6% Warga tanpa jamkes/miskin Gorontalo Kapitasi Klaim PT. Askes 6% 4% UHC N u s a 1. Kapitasi Tenggara 2. Klaim ke Timur PT. Askes 1. Klaim Tarif 1. Dinkes RS 2. Klaim Tarif 2. Bendahara Pemerintah 3. PT. Askes 4. RSUD Provinsi menyediak an dana talangan Kelebihan beban daerah dialihkan ke Provinsi Floating fund / dana talangan D K I Jakarta Kepulaua n Riau Kapitasi Klaim Tarif INA CBGs Kapitasi untuk Kab. K l a i m Ta r i f INA CBGs Klaim Tarif INA CBGs PT. Askes Provinsi sediakan d a n a talangan - Floating fund / dana talangan Dinkes 66% 33% Warga miskin non-quota
38 Analisis Perbandingan Kebijakan Jamkesda di 6 Provinsi Terpilih Karakteristik Kebijakan Jamkesda di 6 Prov Terpilih Dimensi D.I. Aceh Sumatera Barat Gorontalo NTT DKI Jakarta Kepulauan Riau Action Focus Future Oriented Fact Value Interdependence Value Duality Kelayakan Kebijakan Jamkesda di 6 Prov Terpilih Dimensi D.I. Aceh Sumatera Barat Gorontalo NTT DKI Jakarta Kepulauan Riau Politik dan Sosial Ekonomi dan Keuangan Administrasi Teknologi
39 Perbandingan Antar Negara Obama Care AS NHIP Phillipina JKN saat ini Sentralisasi Dinamis Manajemen Pengelolaan Paket Manfaat Cakupan PBI Dana dikumpulkan di Pusat, dikelola tidak langsung oleh pusat!bursa asuransi Fleksibel namun tdp 1 Paket Manfaat utama yg wajib dipenuhi Mengacu garis kemiskinan federal, namun memperhitungkan karakteristik daerah, jumlahnya Dana dikumpulkan oleh pusat! Philhealth Fleksibel namun terdapat paket manfaat wajib yang harus dipenuhi sesuai UU Penduduk miskin dan mendekati garis miskin. Subsidi silang bagi masyarakat tidak mampu. Dikelola langsung oleh pusat! BPJS Kesehatan Paket manfaat sesuai dengan yang diatur UU Mengacu pada PBI Nasional Pengelolaan langsung oleh pusat scr partisipatif Indikator pengelolaan Paket Manfaat Wajib + Benefit tambahan daerah+ Promotif Preventif Mengacu pada PBI nasional, daerah dapat mengajukan kelebihan/ tambahan PBI
40 MODEL FORMULASI KEBIJAKAN
41 Dasar Penyusunan Model Formulasi Kebijakan Integrasi Jamkesda dalam JKN Hasil Analisis: Terdapat pergeseran kewenangan kebijakan Terdapat gap kondisi antar wilayah Kondisi di lapangan seringkali berbeda dengan data dan asumsi nasional Nilai yang Harus dipenuhi dalam Rekomendasi Berfokus pada Rencana Aksi yang Jelas, Kuat dan Berkelanjutan (Action focus) Memiliki Komitmen yang Sama dan Berorientasi Kedepan (future oriented) Mengacu pada Kondisi Faktual di Lapangan serta Berfokus pada Kepuasan Daerah dan Masyarakat (fact value interdependence) Mengacu pada Rencana Pembangunan Secara Keseluruhan (Value Duality) Model Kebijakan: SENTRALISASI DINAMIS
42 Garis Besar Model Sentralisasi Dinamis Model Kebijakan: SENTRALISASI DINAMIS Pengelolaan Pengelolaan, pengendalian dan pembiayaan dilakukan terpusat namun indikator pengelolaan, pengendalian Paket Manfaat Paket manfaat dapat disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan mengoptimalk an manfaat promotif preventif. Cakupan PBI Penentuan penerima bantuan dan tarif secara dinamis dan melibatkan daerah namun tetap mengacu pada standar nasional dan
43 Ruang Fleksibilitas dalam Model Sentralisasi Dinamis
44 Desentralisasi Terintegrasi Gufron Mukti dan Murtjahjo, 28 Sentralisasi Dinamis Daerah tidak terintegrasi penuh Skenario Tahapan integrasi JKN Daerah terintegrasi penuh Model Desentralisasi Terintegrasi asumsi: Daerah wajib terintegrasi dalam JKN Model Sentralisasi Dinamis Skema Perbandingan Model Sentralisasi Dinamis & Model Desentralisasi Terintegrasi Pengelolaan Daerah secara terintegrasi Membentuk Institusi Pengelola daerahberkoordinasi pusat Penentuan pola integrasi Jamkesda Pola Manajemen Pengelolaan Pusat secara partisipatif indikator partisipatif: indikator pengelolaan disepakati oleh daerah Paket Manfaat Daerah mengacu pada standar nasional+paket manfaat wajib+promotif preventif Pola Paket Manfaat Paket manfaat fleksibel: paket manfaat wajib + kebutuhan daerah + Promotif preventif diluar PBI/ iuran yang dijamin pusat, daerah menambah sendiri Pola PBI Cakupan PBI Optimal: daerah dapat mengusulkan diatas jaminan PBI/iuran pusat mengacu standar nasional Daerah aktif bersama pusat Sosialisasi dan koordinasi fasilitasi pusat melibatkan daerah PENERAPAN MODEL: Tahapan Strategis Badan pengelola daerah dan menunjuk koord.peserta Pusat selaku risk equalization terlibat penuh pengawasan, mencegah fraud Implementasi dan verifikasi monitoring dan evaluasi Terpusat melalui koordinasi BPJS melibatkan penilaian Daerah, dan pusat mengawasi fraud melibatkan daerah Pusat terlibat sesuai kewenangan Redesain Kebijakan Daerah berhak memberikan usulan Seluruh Jamkesdaterintegras i dalam sistem JKN
45 SKEMA PERBANDINGAN POLA JKN SAAT INI DAN MODEL SENTRALISASI DINAMIS JKN SAAT INI SENTRALISASI DINAMIS Manajemen Pembiayaan Pembiayaan PBI sepenuhnya oleh Pusat Iuran secara nasional sama, namun faskes di daerah rural lebih minim dibanding perkotaan (daerah subsidi! Dimungkinkan sumber pembiayaan daerah atau cost sharing pusat-daerah sejauh masuk kedalam sistem JKN dan Kondisi fiskal daerah mampu. Pola Iuran disusun dengan Pola Regional! seperti Pola Tarif Regional dalam INA-CBGs (5 regional) Paket Manfaat Paket Manfaat secara nasional sama pusat menentukan SPM dgn manfaat dasar, daerah boleh melebihi manfaat yg ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah. Cakupan PBI Pemerintah pusat hanya menanggung miskin dan tidak mampu Data ditetapkan pusat (top-down, by name-by address) menggunakan survey BPS!+/- 2,5jt jiwa terdeteksi tak sesuai Boleh diperluas, daerah mengajukan permintaan perluasan diluar miskin dan tidak mampu, sesuai kondisi/kemampuan daerah Daerah mengidentifikasi PBI sesuai kriteria Pusat (Bottom-up, by name by address)! akurat dan efisien. Pusat menentukan kriteria mampu/tidak mampu dan memverifikasi
46 Penerapan Model Skema Time Frame Integrasi Jamkesda dalam JKN
47 KESIMPULAN DAN SARAN
48 Kesimpulan 1. Disimpulkan bahwa pemetaan pola Jamkesda yang berjalan selama ini di 33 provinsi di Indonesia dapat ditinjau sebagai berikut: Dari sisi manajemen pembiayaan, 13 Jamkesda Provinsi (39%) dikelola PT Askes, masih 2 Provinsi lagi yang harus didorong agar terintegrasi dengan JKN. Dari Sisi paket manfaat, 15 Provinsi (45,45%) mengatur sendiri manfaat yang akan diperoleh melalui. Dalam pembayaran tarif layanan dasar, baru 5 provinsi yang menggunakan tarif layanan dasar mengacu pada Tarif Askes. Pada tarif layanan rujukan, 15 provinsi (45,45%) masih menggunakan tarif perda dan 1 provinsi (3,3%) masih menggunakan tarif RS. Dari sisi cakupan PBI, 12,12% atau 4 Provinsi yang telah mencapai Universal Health Coverage. Provinsi yang hanya menjamin penduduk miskin non Jamkesmas 27 Provinsi (81,81%). 2 Provinsi (6%) menggunakan SKTM.
49 Kesimpulan 2. Disimpulkan bahwa pola jamkesda yang diambil setiap provinsi memiliki karakteristik kebijakan yang sangat beragam dan berbeda dalam pendalamannya, dengan gambaran sbb: Dari sisi kemampuan fiskal, disimpulkan bahwa kapasitas fiskal daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pilihan kebijakan jamkesda yang diambil. Dari sisi manajemen pembiayaan, terdapat perbedaan dalam kewenangan pengelolaan (melalui Askes atau Dikelola langsung); pembagian biaya (1% ditanggung Prov/Kab/Kota atau Cost sharing antara Prov/Kab/kota); dan tipe pembiayaan baik di tingkat pengelola (melalui anggaran atau iuran dengan nilai diatas atau dibawah iuran BPJS) maupun di tingkat faskes dasar dan rujukan (INA CBGs atau perda). Dari sisi paket manfaat, terdapat kesenjangan antarprovinsi dimana sebagian mengacu Jamkesmas dan sebagian mengacu pada tersendiri. Dari sisi cakupan PBI, terdapat kesenjangan dimana terdapat daerah yang mampu menanggung seluruh pasien kelas III; hanya pasien miskin dan tidak mampu; dan hanya menanggung SKTM.
50 Kesimpulan 3. Disimpulkan bahwa untuk mengintegrasikan kebijakan SJSN dengan Jamkesda, diperlukan model formulasi mampu mengatasi permasalahan di lapangan antara lain: dari sisi manajemen pembiayaan, terdapat pergeseran kewenangan yang selama ini terdesentralisasi di daerah baik kabupaten/kota dan provinsi menjadi tersentralisasi melalui JKN. dari sisi paket manfaat, gap antarwilayah yang memiliki kesejahteraan berbeda sehingga dapat berpotensi menimbulkan konflik. dari sisi cakupan PBI, data PBI di pusat sebagian diantaranya belum sesuai dengan kenyataan karena dinamika kondisi daerah yang berbeda-beda dan tidak terintegrasinya data. Untuk mengatasinya maka diperlukan model yang: berfokus pada rencana aksi yang jelas, kuat dan berkelanjutan (action focus), memiliki komitmen yang sama dan berorientasi kedepan (future oriented), mengacu pada kondisi faktual di lapangan serta berfokus pada kepuasan daerah dan masyarakat (fact value interdependence), dan mengacu pada rencana pembangunan secara keseluruhan (value
51 Kesimpulan 4. Sesuai hipotesis pada penelitian ini, dan berdasarkan analisis terhadap kapasitas fiskal daerah serta kelayakan dan karakteristik kebijakan dalam pengelolaan jamkesda di 33 propinsi, maka diformulasikan suatu model kebijakan pengintegrasian berupa model Sentralisasi Dinamis. Model ini diharapkan dapat menjembatani tuntutan integrasi Jamkesda kedalam JKN dan dinamika hubungan pusat dan daerah dengan tetap memberikan ruang bagi desentralisasi.
52 Saran Teoritis Penetapan pola pengelolaan pembiayaan yang berbasis pada hasil atau result based financing. Pengutamaan kemampuan daerah dalam paket manfaat. Pelaku kebijakan di pusat harus mampu menyamakan persepsi pelaku kebijakan dibawahnya Konsep formulasi kebijakan integrasi harus memberikan ruang fleksibilitas yang lebih besar bagi daerah dalam sentralisasi kebijakan integrasi jamkesda. Pengembangan model Sentralisasi Dinamis memberikan ruang fleksibilitas yang lebih besar bagi daerah dalam sentralisasi kebijakan integrasi jamkesda berbasis pada pendekatan decision-space.
53 Saran Praktis Manajemen Pembiayaan Dimungkinkan sumber pembiayaan daerah atau cost sharing pusat-daerah sejauh masuk kedalam sistem JKN dan Kondisi fiskal daerah mampu. Sesuai UU pusat membiayai semua peserta PBI, namun bila fiskal tidak cukup, tentukan pagu di tiap daerah sesuai anggaran, daerah penuhi kekurangannya. Secara bertahap pusat penuhi dgn tahapanrioritas daerah yg kapasitas fiskal rendah Pola Iuran disusun dengan Pola Regional -! seperti Pola Tarif Regional dalam INA-CBGs (5 regional) Paket Manfaat pusat menentukan SPM dgn manfaat dasar, daerah boleh melebihi manfaat yg ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah. Dalam hal ini Pemerintah memberi ruang bagi karakteristik daerah, misal: daerah gugus kepulauan, tertinggal, perbatasan, daerah industri dll. Cakupan PBI Boleh diperluas, daerah mengajukan permintaan perluasan diluar miskin dan tidak mampu, sesuai kondisi/kemampuan daerah Daerah mengidentifikasi PBI sesuai kriteria Pusat (Bottom-up, by name by address)! akurat dan efisien. Pusat menentukan kriteria mampu/tidak mampu dan memverifikasi data daerah (menghindari moral hazard)
54 Saran Praktis Tahapan integrasi Jamkesda dapat dilakukan dengan beberapa alternatif : Pemerintah Pusat secara penuh mampu membiayai seluruh kebutuhan JKN secara langsung! integrasi Jamkesda dilakukan secara serentak Pemerintah Pusat mampu membiayai seluruh kebutuhan JKN secara bertahap! integrasi dilakukan dengan tahapan prioritas: DTPK! Kapasitas Fiskal rendah & sedang! Kapasitas Fiskal tinggi & sangat tinggi. Pemerintah Pusat tidak memiliki kemampuan untuk sepenuhnya membiayai masyarakat miskin dan tidak mampu dalam JKN! Perlu kontribusi pemda
55 TERIMA KASIH
Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap
Lebih terperinciWORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)
WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan dalam human development indeks (HDI) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1 Dengan kondisi yang sehat
Lebih terperinciPANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan
PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)
Lebih terperinciINDONESIA Percentage below / above median
National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.
Lebih terperinciPEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:
PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang
Lebih terperinciINDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)
F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1
Lebih terperinciC UN MURNI Tahun
C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciPEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT
Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan
Lebih terperinciPENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN
SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciSTRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI
STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI Wiko Saputra Peneliti Kebijakan Publik Perkumpulan Prakarsa PENDAHULUAN 1. Peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) 359 per
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR
Lebih terperinciPERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT
PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT 1 2 Penanggung Jawab : Sekjen Kemenkes Pimpinan Sidang : Kadinkes Sumatera
Lebih terperinciMENJAMIN AKSESIBILITAS OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI DAERAH
MENJAMIN AKSESIBILITAS OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI DAERAH Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Disampaikan pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2017 Jakarta, 27 Februari 2017 SUSUNAN PRESENTASI
Lebih terperinciMekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017
Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi
Lebih terperinciMemahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik
Kuliah 1 Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik 1 Implementasi Sebagai bagian dari proses/siklus kebijakan (part of the stage of the policy process). Sebagai suatu studi
Lebih terperinciAKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:
AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi
Lebih terperinciHASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014
HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya
Lebih terperinciEvaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)
Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan
Lebih terperinciEVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013
KEMENTERIAN PERTANIAN EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013 DIREKTUR PUPUK DAN PESTISIDA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Pada Konsolidasi Hasil Pembangunan PSP
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciInfo Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan
Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856
Lebih terperinciDisabilitas. Website:
Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan
Lebih terperinciWORKSHOP KOMPILASI DATA SATUAN PENDIDIKAN DAN PROSES PEMBELAJARAN. Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta
WORKSHOP KOMPILASI DATA SATUAN PENDIDIKAN DAN PROSES PEMBELAJARAN Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta Kab. Karimun, 2015 PAPARAN PENDAHULUAN A. DAPODIK B. WORKSHOP
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN
No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR
Lebih terperinciKESEHATAN ANAK. Website:
KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut
Lebih terperinciCH.TUTY ERNAWATI UPTD BKIM SUMBAR
CH.TUTY ERNAWATI UPTD BKIM SUMBAR - UU 40/ 2004 tentang SJSN, UU BPJS, PP 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. - Masih banyak masyarakat yang belum tertampaung dalam kuota jamkesmas. -
Lebih terperinciLAPORAN TRIWULAN-III AKTIVITAS APBD PROVINSI
TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN PENYERAPAN ANGGARAN LAPORAN TRIWULAN-III AKTIVITAS APBD PROVINSI Persiapan Penyusunan Laporan kepada Presiden RI 18 September 2012 Agenda 1 Status Realisasi Agustus 2012 2 Kendala
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS
Lebih terperinciHasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta
Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional 7-8 Desember 2012 Yogyakarta Topik Pembahasan Regulasi Jaminan Kesehatan Kepesertaan Jaminan
Lebih terperinciNAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA
2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011
Lebih terperinciAssalamu alaikum Wr. Wb.
Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya
Lebih terperinciESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014
ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 OLEH : DR.CHAZALI H. SITUMORANG, APT, M,Sc / KETUA DJSN SJSN: Reformasi Jaminan Sosial TATA CARA SJSN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMSOS
Lebih terperinciIPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014
IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)
Lebih terperinciBuku Indikator Kesehatan
Buku Indikator Kesehatan www.dinkes.sulbarprov.go.id Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Kurungan Bassi no 19 Mamuju Telpon 0426-21037 Fax : 0426 22579 BUKU INDIKATOR KESEHATAN PROVINSI SULAWESI
Lebih terperinci6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
-,.. DS:598-75-3511-324 Jakarta. 7 Desember 215 A.N MENTERI KEUANGAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN / rv ASKOLANI NIP.19666111992211 t SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN
Lebih terperinciProfil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010
Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010 Razali Ritonga, MA razali@bps.go.id Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik 15 SEPTEMBER 2012 1 PENGANTAR SENSUS: Perintah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciPRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI
PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI Jumlah Dokter Spesialis/100.000 penduduk menurut Provinsi 26/10/09 Pendidikan KKI 4 NUMBER OF SPECIALISTS
Lebih terperinciPenyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
MENTERI Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Peluncuran Peta jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 Jakarta, 29 November 2012 1 MENTERI SISTEMATIKA 1. Pendahuluan
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017
POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017 Kepala Subdirektorat Keuangan Daerah Bappenas Februari 2016 Slide - 1 KONSEP DASAR DAK Slide - 2 DAK Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. penduduk Kota Magelang yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Program
BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Program jamkesda Kota Magelang merupakan program yang diselenggarakan untuk memberikan jaminan kesehatan secara universal bagi penduduk Kota Magelang yang belum mempunyai
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016
No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan
Lebih terperinciNAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS
5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011
Lebih terperinciPUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015
PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 Workshop Perencanaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2015
Lebih terperinciLAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018
LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) Kecuk Suhariyanto Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS RI Jakarta, 7 September 2015 SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990: UNDP merilis IPM Human Development
Lebih terperinciPOTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 Palangka Raya, 16Desember 2015 DR. Ir. Sukardi, M.Si Kepala BPS
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18/Th. VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2016 SEBESAR
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN
BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,
Lebih terperinciKonstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia
Konstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia Sindikasi Pemilu dan Demokrasi SPD Diskusi Media, 18 September 2016 Bakoel Koffie Cikini Pengantar Pembahasan RUU Penyelenggaraan
Lebih terperinciPAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012
No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00
Lebih terperinciKUALIFIKASI TAMBAHAN DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN
KUALIFIKASI TAMBAHAN DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN i.oetama Marsis PB. IKATAN DOKTER INDONESIA Diajukan dalam Rakornas KKI,Bandung, 10-13 Agustus 2015 PENDAHULUAN Profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 28 H, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak hidup
Lebih terperinciProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014
ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019 Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 Pokok Bahasan 1. Keterpilihan Perempuan di Legislatif Hasil Pemilu 2014 2.
Lebih terperinciFARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website:
FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL RUANG LINGKUP Obat dan Obat Tradisional (OT) Obat Generik (OG) Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) TUJUAN 1. Memperoleh informasi tentang jenis obat
Lebih terperinciPEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI Oleh: DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN Pada Acara : RAPAT KOORDINASI TERBATAS Jakarta, 16 Mei 2017 ISI 1 PEMBUBARAN
Lebih terperinciVIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN
185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Inflai BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 74/11/52/Th VII, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2016 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah
Lebih terperinciKesehatan Gigi danmulut. Website:
Kesehatan Gigi danmulut Latar Belakang Survey gigi bersifat nasional Dilaksanakan secara periodik yaitu : SKRT 1995 SKRT 2001 SKRT 2004 RISKESDAS 2007 RISKESDAS 2013 Data diperlukan untuk advokasi, peremcanaan,
Lebih terperinciEVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)
EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan Setjen, Kemdikbud Jakarta, 2013 LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG KONSEP Masyarakat Anak
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN TA Pusat Ketersediaan Dan Kerawanan Pangan Bali, Juni 2014
RENCANA KEGIATAN TA.2015 Pusat Ketersediaan Dan Kerawanan Pangan Bali, Juni 2014 1 o. Sub Kegiatan Vol. A Penanganan Rawan Pangan 1 Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan) 1) Pembinaan lanjutan Demapan
Lebih terperinciIPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota)
IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota) DISTRIBUSI PENCAPAIAN IPM PROVINSI TAHUN 2013 Tahun 2013 Tahun 2013 DKI DIY Sulut Kaltim Riau Kepri Kalteng Sumut Sumbar Kaltara Bengkulu Sumsel Jambi Babel
Lebih terperinciINDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017
Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun
Lebih terperinci5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA
86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan
Lebih terperinciROAD MAP NASIONAL PEMBERANTASAN RABIES DI INDONESIA
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT KESEHATAN HEWAN ROAD MAP NASIONAL PEMBERANTASAN RABIES DI INDONESIA N I KETUT DIARMITA DIREKTUR KESEHATAN HEWAN BOGOR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kepmenkes RI Nomor 128 Tahun 2004 dijelaskan bahwa fungsi puskesmas terbagi menjadi tiga yaitu pertama sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer
Lebih terperinciUSMAN SUMANTRI KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Jakarta, 27 Januari 2018
USMAN SUMANTRI KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Jakarta, 27 Januari 2018 1 PENDAHULUAN 2 KONDISI TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA 3 KONDISI PELAYANAN KESEHATAN 4 MEMPERLUAS FKTP 5
Lebih terperinciBAB V KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 2009
BAB V KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 2009 5.1.Pendahuluan Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang telah dilaksanakan sejak tahun 2001 adalah dalam rangka
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat
Lebih terperinciAnalisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008
Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Lebih terperinciDirektorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010
PENCAPAIAN DAN UMPAN BALIK PELAPORAN INDIKATOR PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT 2010 Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 SASARAN PEMBINAAN
Lebih terperinciPENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015
PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN 2015 BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015 PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM SOSIALISASI
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016
No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar setiap manusia. Sesuai dengan Amandemen kedua Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN
KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.
Lebih terperinciSELAYANG PANDANG SIMLUH KP
SELAYANG PANDANG SIMLUH KP Jakarta, 29 April 2014 PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 IMPLEMENTASI SISTEM PENYULUHAN
Lebih terperinciPEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015
PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 Penilaian Status Capaian Pelaksanaan Kegiatan/ Program Menurut e-monev DJA CAPAIAN KINERJA
Lebih terperinciPERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT
PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah
Lebih terperinci