Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan dalam Lingkup RPJMN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan dalam Lingkup RPJMN"

Transkripsi

1 i

2 DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Ruang Lingkup Kegiatan... 3 I.4 Metode Pelaksanaan... 3 I.5 Keluaran dan Manfaat... 3 BAB II KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KAWASAN PERBATASAN... 5 II.1 II.2 III.3 DAFTAR ISI Perkembangan Pelaksanaan RPJMN dalam Aspek Perencanaan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan... 5 Implementasi dan Capaian Program/Kegiatan dalam Rangka Pelaksanaan RPJMN di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan...11 Identifikasi Masalah dan Kendala Implementasi Program/Kegiatan di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan...22 BAB III HASIL KEGIATAN PEMANTAUAN III.1 Hasil Pemantauan pada Rapat Singkronisasai Rencana Aksi Kegiatan Lintas...26 Batas Negara tahun 2017 pada 5 April III.2 Hasil Pemantauan Kabupaten Merauke, Provinsi Papua...27 III.3 Pemantauan dan Evaluasi di Provinsi Sulawesi Tengah...30 III.4 Hasil Pemantauan di Kabupaten Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Timur...31 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI IV.1 Kesimpulan...33 IV.2 Rekomendasi...33 ii

3 DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Overview Musrenbangnas Tabel 2. 2 Indikator Pembangunan Daerah Tertinggal Tabel 2. 3 Karakteristik Ketertinggalan setiap Wilayah Pulau Tabel 2. 4 Progres Pelaksanaan Inpres 6 PLBN Tabel 2. 5 Progres Pelaksanaan Inpres 6 PLBN (Lanjutan) Tabel 2. 6 Progres Pembangunan PLBN Terpadu Tabel 2. 7 Capaian Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Tabel 3. 1 Potensi Ekonomi Kawasan Perbatasan Kabupaten Merauke Tabel 3. 2 Kebutuhan Infrastruktur Kawasan Perbatasan Kabupaten Merauke DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Program Prioritas Nasional - PN Daerah Tertinggal... 6 Gambar 2. 2 Jumlah Usulan setiap Wilayah Pulau PN Daerah Tertinggal... 8 Gambar 2. 3 Program Prioritas Nasional PN Daerah Perbatasan... 9 Gambar 2. 4 Jumlah Usulan setiap Wilayah Pulau PN Daerah Perbatasan iii

4 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun merupakan tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun RPJMN yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden No 2 tahun 2015, menjabarkan Visi, Misi dan sembilan Program prioritas (Nawa Cita) Presiden dan Wakil Presiden. RPJMN ini merupakan salah satu dokumen yang dijadikan acuan dalam implementasi program pembangunan di Indonesia. Dalam RPJMN terdapat arah kebijakan dan sasaran pembangunan yang telah diklasifikasikan dalam beberapa dimensi pembangunan. Dengan adanya dokumen perencanaan tersebut, harapannya setiap satuan Kementrian/Lembaga (K/L) dapat fokus dalam mengimplementasikan programnya sehingga sasaran pembangunan nasional dapat tercapai seluruhnya dan memberikan dampak yang signifikan pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pembangunan di daerah tertinggal, kawasan perbatasan dan kawasan rawan bencana merupakan salah satu implementasi dari Nawa Cita Pembangunan yang telah dijabarkan dalam RPJMN Pembangunan di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan merepresentasikan Nawa Cita ke tiga, yaitu Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan. Sedangkan pembangunan kawasan rawan bencana merepresentasikan Nawa Cita ke tujuh, yaitu Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Dengan demikian, program pembangunan ini menjadi agenda prioritas yang harus segera ditangani dan dapat diselesaikan pada tahun Arah kebijakan untuk setiap bidang berbeda beda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan wilayah tersebut. Sementara itu program pembangunan dalam RPJMN sudah dijabarkan dengan jelas di dalam matrik yang memuat diantaranya mengenai sasaran, indikator, target dalam tahun tertentu ( ) dan penanggung jawab program. Sejalan dengan Peraturan Presiden (perpres) Nomor 131 tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun , penanganan daerah tertinggal pada periode dilakukan pada 122 Kabupaten. Jumlah tersebut merupakan hasil dari terentaskannya 70 kabupaten dari 183 kabupaten tertinggal pada periode RPJMN dan adanya 9 kabupaten tertinggal yang berasal dari Daerah Otonom Baru (DOB). Sedangkan pada akhir RPJMN ditargetkan dapat terentaskan paling sedikit 80 kabupaten tertinggal. Dalam upaya pengentasan 122 kabupaten tersebut telah disusun arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal yang difokuskan pada: (a) promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan; (b) upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik; dan (c) pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan strategis. Sementara itu, untuk pembangunan kawasan perbatasan pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan yang unik dengan mengedepankan aspek keamanan, kesejateraan, dan kelingkungan. Pembangunan yang ada di kawasan perbatasan tidak hanya sekedar 1

5 membangun dengan orientasi dalam wilayah tersebut, tetapi juga mempertimbangkan orientasi outward looking yaitu menguatkan hubungan sosial - ekonomi dengan negara tetangga. Dalam sasaran pembangunan kewilayahan dan antarwilayah pembangunan kawasan perbatasan memiliki target 187 lokasi prioritas yang telah ditangani dan 92 pulau kecil terluar/terdepan sehingga pada kedepannya kawasan perbatasan menjadi kawasan yang sejahtera, berdaulat, environmental friendly dan berdaya saing. Sesuai amanat UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perecanaan Pembangunan Nasional, yang selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan RPJMN, diperlukan adanya pemantauan terhadap pelaksanaan RPJMN. Pemantauan pelaksanaan RPJMN merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan untuk memberikan informasi kinerja pembangunan, permasalahan yang dihadapi dan alternatif tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan yang tercantum dalam RPJMN. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga pencapaian sasaran pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan diperlukan adanya pemantauan dan review pelaksanaan RPJMN khususnya pada bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan. 2

6 I.2 Tujuan dan Sasaran Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Daerah Tertinggal Tujuan dari pemantauan dan review pelaksanaan RPJMN bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan yang dilaksanakan oleh Bappenas beserta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes, PDTT); Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP); dan K/L lainnya yang terkait pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan adalah: 1. Mengamati perkembangan pelaksanaan RPJMN bidang daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; 2. Menjaga konsistensi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) antara realisasi dengan RPJMN bidang daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; 3. Mengidentifikasi permasalahan dalam pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan serta alternatif tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan yang tercantum dalam RPJMN; Secara umum, sasaran yang ingin dicapai melalui pemantauan dan review pelaksanaan RPJMN bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan adalah meningkatkan efektifitas pelaksanaan rencana pembangunan dan sebagai bahan masukan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan dan pengalokasian anggaran untuk menjaga konsistnesi pencapaian pencapaian target RPJMN bidang pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan. I.3 Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup pelaksanaan pemantauan dan review pelaksanaan RPJMN bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan (K/L mitra kerja utama dan mitra kerja dalam rangka meanstreaming), meliputi:(1) pengumpulan data primer untuk identifikasi dan inventarisasi program pembangunan darah tertinggal dan kawasan perbatasan, (2) analisis terhadap perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan hasil pemantauan; (3) analisis terhadap pencapaian hasil pembangunan di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan. Adapun instansi terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan tersebut adalah K/L mitra kerja serta K/L lainnya dan Pemda terkait, sebagai target dan sasaran lokasi pemantauan. I.4 Metode Pelaksanaan Metodologi yang dikembangkan dalam pelaksanaan pemantauan ini adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data yang digunakan dalam pemantauan ini diperoleh melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dan informasi mengenai pelaksanaan pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan diperoleh melalui K/L terkait, Rapat-rapat koordinasi, Focus Group Discussion (FGD), serta peninjauan kemajuan pelaksanaan program/kegiatan yang sedang berjalan. Analisis review terhadap pencapaian sasaran RPJMN dilakukan dengan menggunakan gap analysis, yaitu melihat perbedaan capaian sampai dengan tahun 2015 dan memperkirakan pencapaian sasarannya pada tahun I.5 Keluaran dan Manfaat Hasil keluaran yang diharapkan (output) kegiatan pemantauan dan review pelaksanaan RPJMN bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan adalah: 3

7 a. Terimplementasikannya program/kegiatan pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan dalam RPJMN secara konsisten; b. Teridentifikasinya penilaian terhadap capaian sasaran pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan pada tahun 2019 sesuai dengan RPJMN ; c. Teridentifikasinya permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan; d. Tersusunnya alternatif tindak lanjut dan perbaikan yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan yang tercantum dalam RPJMN ; e. Tersusunnya laporan akhir pemantauan dan review pelaksanaan RPJMN bidang Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan. Sementara itu manfaat/benefit yang didapat dari hasil pemantauan adalah: a. Terjadinya keterpaduan berbagai program/kegiatan K/L dalam pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan; b. Meningkatnya kualitas kinerja pelaksanaan program/kegiatan di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan sebagai dasar untuk penyempurnaan dan rencana pelaksanaan program/kegiatan pembangunan berjalan dan tahun berikutnya. 4

8 BAB II KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KAWASAN PERBATASAN II.1 Perkembangan Pelaksanaan RPJMN dalam Aspek Perencanaan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan RPJMN sebagai dokumen perencanaan lima tahunan dijabarkan kembali ke dalam bentuk dokumen perencanaan tahunan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Dokumen RKP tersebut merupakan bentuk perencaan yang mengkombinasi pendekatan top up dan bottom up. Melalui pendekatan top up pemerintah pusat memberikan arah kebijakan untuk masing masing aspek pembangunan bidang dan kewilayahan. Sementara itu, kontribusi daerah (bottom up) dalam perencanaan tersebut adalah dengan memberikan masukan kebutuhan daerah sesuai degnan arah kebijakan yang telah ditetapkan. Arah kebijakan dan kebutuhan wilayah tersebut dipertemukan di dalam Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) untuk dapat ditarik prioritas yang harus segera ditangani. Penyusunan RKP sebagai bentuk penjabaran RPJMN melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu dalam penyusunannya ada kemungkinan penyesuaian terhadap penjabaran RPJMN tersebut sesuai dengan isu strategis nasional, sectoral, maupun di daerah. Pada posisi tersebut RKP tidak hanya menjadi penjabaran tetapi juga menjadi perbaikan dan penyempurnaan RPJMN itu sendiri. Kaitannya dengan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan, secara konsisten Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan menjadi Prioritas Nasional tersendiri sebagai bentuk afirmasi di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan. Perencanaan 2016 menggunakan pendekatan Holistik Integratif, Tematik, dan Spasial untuk dapat mengintegrasikan seluruh stakeholder yang berperan dalam membangun Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan dengan penekanan pada aspek kewilayahan yang dibahas secara menyeluruh. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah maka tidak lepas dari tujuan arah kebijakan RPJMN yang telah disebutkan di atas. Pada tahun 2015 dan 2016, pelaksanaan RKP menggunakan prinsip memperbaiki komposisi dan efisiensi belanja dengan cara pengalihan subsidi BBM untuk perkuatan pendanaan prioritas RPJM. Selain itu pada RKP tahun 2016 terdapat penambahan arah kebijakan berupa pembangunan infrastruktur dan konektivitas antara daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan untuk merespon permasalahan daerah tertinggal khususnya terkait dengan terbatasnya aksesibilitas dan sarana dan prasarana wilayah yang menghambat peningkatan pelayanan dasar dan aktivitas ekonomi di daerah tertinggal. Adapun pada RKP tahun 2017 prinsip pelaksanaannya akan berubah menjadi peningkatkan efektifitas belanja dengan memperkuat landasan landasan pembangunan sehingga memperbanyak lapangan pekerjaan melalui pengembangan kawasan industri, destinasi wisata serta infrastruktur, serta memperkenalkan paradigma pembangunan dengan pendekatan holistik, tematik, terintegrasi dan spasial agar terjadi peningkatan kualitas belanja. Prioritas Nasional Daerah Tertinggal yang dituangkan ke dalam RKP 2017 akan berfokus kepada empat kegiatan prioritas. Apabila diurutkan maka kegiatan prioritas paling utama ialah kegiatan pemenuhan pelayanan dasar publik, lalu peningkatan aksesibilitas/ konektifitas di daerah, pengembangan ekonomi lokal, serta yang terakhir terkait peningkatan kapasitas SDM maupun IPTEK. Maksud dari penentuan urutan program prioritas nasional ialah sebagai dasar dalam penentuan proporsi perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. Disebabkan karena 5

9 adanya keterbatasan anggaran, maka intervensi kegiatan terhadap lokus lokasi harus harus ditangani secara bertahap agar memiliki dampak lebih signifikan. Hal tersebut juga selaras dengan prinsip penganggaran presiden terkait penyusunan RKP 2017 yaitu money follow program, yang berarti anggaran negara harus berorientasi manfaat untuk rakyat dan berorientasi pada prioritas untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Gambar 2. 1 Program Prioritas Nasional - PN Daerah Tertinggal Sumber : RKP tahun 2017, Bappenas Proses perencanaan kegiatan yang dilakukan pada keempat program prioritas tidak akan lepas dari proses koordinasi baik itu antar K/L di tingkat pusat maupun dengan daerah sehingga ada keterkaitan antara program yang satu dengan program lainnya demi mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal di seluruh Indonesia. Penentuan intervensi program kegiatan dilakukan dengan menggunakan konsep gabungan antara development from above dan development from below. Konsep development from above merupakan konsep yang berbasis pada akselerasi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Dasar dari adanya konsep ini dikarenakan adanya perkembangan wilayah yang tidak terjadi di seluruh bagian yang ada. Hal tersebut menjadikan perencanaan program akan difokuskan kepada wilayah yang memiliki sektor dinamis sehingga diharapkan dapat menjalar ke sektor / wilayah lainnnya. Dengan kata lain, pemilihan intervensi wilayah akan melihat kepada lokasi yang memiliki pusat pertumbuhan baru. 6

10 Adapun konsep development from below merupakan konsep yang berbasis pada pemerataan, utamanya pada pemerataan kebutuhan pokok masyarakat di suatu wilayah. Konsep ini diwujudkan dengan kegiatan pembangunan yang difokuskan kepada wilayah yang sangat membutuhkan pengembangan (dalam hal ini berupa desa-desa di Daerah Tertinggal). Program pembangunan yang difokuskan di desa tertinggal dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar/standar pelayanan minimum di wilayah tersebut sehingga gabungan antara konsep development from above dan development from below diwujudkan dengan intervensi program kegiatan yang dilakukan secara terfokus pada kawasan tertentu yang memiliki sektor dinamis berupa potensi kawasan agar memberikan hasil yang signifikan dan memberikan spillover effect kepada wilayah sekitar khususnya desa-desa tertinggal. Dengan adanya integrasi program kegiatan dengan menggunakan prinsip holistic integrative, tematik dan spasial, diharapkan dapat mengentaskan desa di Daerah Tertinggal menjadi desa mandiri atau berkembang. Musrenbangnas yang merupakan bagian dari tahapan perencanaan pembangunan nasional memiliki peran yang krusial dalam pembangunan daerah tertinggal. Berdasarkan hasil musrenbangnas pada prioritas nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, terdapat total 4737 usulan yang berasal dari daerah di seluruh Indonesia sesuai pada Tabel 2.1 berikut Program Prioritas Sumber : Analisis Musrenbangnas tahun 2016 Tabel 2. 1 Overview Musrenbangnas 2016 Disetujui dengan anggaran K/L Belum ada kesepakatan Ditolak tidak dibahas Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik Pengembangan Ekonomi Lokal Peningkatan Aksesibilitas/Konektivitas Jumlah Usulan Peningkatan SDM dan Iptek Jumlah Usulan Tabel overview kesepakatan musrenbangnas menunjukkan bahwa usulan paling banyak terdapat pada Program Prioritas Peningkatan Aksesibilitas/Konektivitas dengan jumlah usulan sebanyak 3349 usulan. Melihat dari status kesepakatan untuk usulan pada Program Prioritas Peningkatan Aksesibilitas/Konektivitas, maka dapat dikatakan bahwa usulan paling banyak ialah usulan dengan status tidak dibahas yakni sebanyak 2886 usulan. Hal tersebut menunjukan adanya kebutuhan akan infrastruktur dan sarana prasarana konektivitas di Daerah Tertinggal. Namun begitu banyak dari usulan yang belum dapat diakomodir oleh pemerintah pusat baik dikarenakan ditolak maupun tidak dibahas. 7

11 Gambar 2. 2 Jumlah Usulan setiap Wilayah Pulau PN Daerah Tertinggal Sumber : Analisis Musrenbangnas tahun 2016 Menurut jumlah usulan yang ada di tiap pulau pada Gambar 2.2 maka dapat dilihat bahwa usulan paling banyak terdapat pada Kawasan Timur Indonesia yaitu pulau Sulawesi dengan total 1254 usulan. Adapun usulan dari Kawasan Timur Indonesia lain seperti Maluku cukup banyak walaupun masih dibawah rata-rata usulan yang ada. Sementara itu Wilayah Pulau Papua yang relatif luas dan memiliki daerah tertinggal paling banyak hanya mengajukan usulan dengan jumlah 219 usulan. Perlu adanya perhatian yang berlebih terhadap mekanisme usulan yang sudah berjalan karena keterbatasan akses sarana prasarana komunikasi di daerah tertinggal yang menghambat akses ke pemerintah pusat sehingga proses pengusulan menjadi tidak terakomodir. Strategi yang digunakan dalam membangun Kawasan Perbatasan di dalam RPJMN adalah melalui pendekatan dimensi pengelolaan Batas Wilayah Negara, Pengelolaan Lintas Batas Negara, Pembangunan Kawasan dan Penguatan kelembagaan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Strategi tersebut kemudian diadopsi ke dalam perencanaan tahun 2016 untuk RKP tahun 2017 dimana digunakan lima Program Prioritas Nasional (PPN) untuk dapat mengintegrasikan Kementerian/Lembaga dalam membangun Kawasan Perbatasan dengan pendekatan Holistik Integratif, Tematik dan Spasial. Lima PPN untuk Prioritas Nasional Kawasan Perbatasan adalah sebagaimana Gambar 2.3 8

12 Gambar 2. 3 Program Prioritas Nasional PN Daerah Perbatasan Sumber : RKP 2017, Bappenas Strategi yang ada di dalam RPJMN telah diakomodir di dalam perencanaan tahun 2016 (RKP tahun 2017) dengan tetap memberikan fokus pada batas negara, lintas batas, pengembangan kawasan dan pengembangan kelembagaan. Dimensi pengembangan kelembagaan memang tidak terlihat secara langsung menjadi PPN, namun begitu pengembangan kelembagaan diakomodir di dalam PPN Peningkatan Kualitas Diplomasi, Kerjasama Sosial Ekonomi. Melalui hal tersebut kelembagaan pengelola perbatasan diharapkan dapat diperkuat untuk mendukung penyelesaian permasalahan batas wilayah negara. PPN yang menjadi sangat prioritas adalah Pembangunan 7 PLBN Terpadu (mengakomodir dimensi lintas batas pada strategi dalam RPJMN). Hal tersebut dilakukan dalam rangka implementasi Inpres 6 tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 PLBN Terpadu. Inpres tersebut menargetkan pembangunan 7 PLBN harus selesai pada tahun 2017 dan dapat berfungsi sesegera mungkin untuk melayani aktivitas lintas batas antar negara. Sementara itu kaitannya dengan dimensi batas wilayah telah diakomodir dalam PPN Pengamanan Sumberdaya dan Batas Wilayah dan PPN Peningkatan Kualitas Diplomasi. Dimensi pembangunan kawasan sendiri diakomodir dalam PPN Pembangunan 10 PKSN dan Membuka Isolasi Lokpri. 9

13 Provinsi Aceh Provinsi Sumatera Utara Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Utara Provinsi Kepulauan Riau Provinsi Maluku Provinsi Maluku Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi Papua Provinsi Riau Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Papua Barat Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Daerah Tertinggal Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak Gambar 2. 4 Jumlah Usulan setiap Wilayah Pulau PN Daerah Perbatasan Sumber : Analisis Musrenbangnas tahun 2016 Melihat pada detil usulan yang ada di dalam setiap PPN Pembangunan 10 PKSN pada Gambar 2.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar persentase usulan yang disetujui masih lebih rendah dari usulan yang ditolak dan usulan belum dibahas. Hal tersebut disebabkan karena usulan yang tidak sesuai dengan arah kebijakan K/L yang tertuang dalam Renstra dan Renja K/L, kurang siapnya kriteria teknis, tidak masuk ke dalam target nasional, tidak masuk dalam menu yang ditawarkan pemerintah pusat, dan salah Prioritas Nasional. Hal tersebut juga menunjukan bahwa kurang berjalannya koordinasi baik di level pusat maupun di level daerah. Idealnya pemerintah pusat harus mampu menyesuaikan Renstra, Renja dan target nasional sektoral dengan RPJMN yang telah disepakati bersama untuk kemudian diimplementasikan pada kebijakan yang bersifat sektoral. Selain itu pemerintah pusat harus mampu memberikan koordinasi kepada daerah terkait dengan apa yang menjadi arah kebijakan pemerintah pusat dengan memberikan uraian road map yang terintegrasi antar sektor dan sesuai dengan RPJMN Sementara itu daerah harus terus dapat berkoordinasi di daerah untuk terus memahami apa yang menjadi arah kebijakan pemerintah pusat untuk kemudian diterjemahkan kedalam bentuk usulan pembangunan dari daerah yang komprehensif dengan menjekaskan urgensi dan prioritas dari usulan tersebut, bukan sekedar memberikan shopping list yang sulit untuk direalisasikan semua oleh pemerintah pusat. Contoh persentase usulan yang ada dalam PPN Pembangunan 10 PKSN tersebut mengindikasikan bahwa dalam implementasi perencanaan tahunan untuk mendetilkan RPJMN terdapat beberapa aspek yang harus diperbaiki. Renstra dan Renja K/L harus sesuai dengan RPJMN dan RKP yang disusun. Kisi kisi arah kebijakan yang telah didetilkan dalam RKP untuk setiap Bidang/Prioritas Nasional harus diakomodir K/L di dalam Program/Kegiatan yang akan diimplementasikan. Begitu juga dengan RKP, harus terus diperbaiki kualitasnya untuk dapat mengintegrasikan seluruh K/L dalam membangun sesuai dengan fokus Bidang/Prioritas Nasional yang ada. RKP harus dapat mencegah munculnya kepentingan sektoral dalam pembangunan sehingga nantinya arah kebijakan yang ada dalam RKP maupun Renja setiap K/L akan selaras dan terintegrasi satu sama lain. Selain itu pemerintah pusat harus memberikan upaya yang lebih untuk dapat mensosialisasikan apa yang menjadi fokus pemerintah pusat 10

14 Sumber : RPJMN Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam pembangunan. Daerah harus dapat memahami apa yang menjadi isu strategis nasional dan mengkonsolidasikan dengan seluruh stakeholder pembangunan yang ada di daerah untuk kemudian memberikan usulan yang sesuai dan nantinya dapat direalisasikan. Seluruh perencanaan dan stakeholder harus terintegrasi untuk dapat menjaga konsistensi pembangunan baik dari sisi perencanaan maupun implementasi. II.2 Implementasi dan Capaian Program/Kegiatan dalam Rangka Pelaksanaan RPJMN di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Implementasi Program/Kegiatan pemerintah di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan tidak lepas kaitannya dengan sasaran pembangunan yang telah dijabarkan di dalam Buku II RPJMN Agenda Pembangunan Bidang. Sasaran pembangunan tersebut tentunya sudah mengakomodir semua isu strategis di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan yang harus segera diselesaikan. Oleh karena itu Program/Kegiatan yang merupakan dukungan nyata pemerintah kepada daerah tertinggal dan kawasan perbatasan harus dapat sejalan dan berorientasi menyelesaikan sasaran pembangunan tersebut secara berkejalnjutan dan terintegrasi. Sasaran pembangunan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan tentunya memiliki karakteristiknya masing masing sesuai dengan isu strategis yang ada di dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu perlu penetapan kebijakan program yang sesuai dengan sasaran pembangunan. Berdasarkan capaian sasaran pembangunan serta arah kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal sesuai PP 78/2014, maka upaya yang dilakukan untuk mengatasi ketertinggalan dilakukan dengan cara percepatan pembangunan infrastruktur/konektivitas, promosi potensi Daerah Tertinggal untuk mempercepat pembangunan, pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung SDM yang berkualitas. Goal jangka menengah dari pembangunan Daerah Tertinggal dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2. 2 Indikator Pembangunan Daerah Tertinggal INDIKATOR 2014 (Baseline) a. Jumlah Daerah Tertinggal 122 n.a * n.a * n.a * 42 (termasuk 9 DOB) b. Rata-rata pertumbuhan ekonomi 7,10% 6,96% 7,02% 7,17% 7,24% di daerah tertinggal c. Persentase penduduk miskin di 16,6% 16,0% 15,4% 14,9% 14,0% daerah tertinggal d. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal 68,5 68,1 68,5 68,8 69,6 Daerah Tertinggal memiliki fokus penanganan kesenjangan antar wilayah di masing masing wilayah pulau. Sasaran yang diajukan adalah dengan mengentaskan minimal 80 Kabupaten Daerah Tertinggal yang ditetapkan dalam RPJMN Outcome dari sasaran tersebut adalah sebagai berikut: (1) meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi rata-rata sebesar 7,24 persen; (2) menurunnya persentase penduduk miskin 11

15 di daerah tertinggal menjadi rata-rata 14,00 persen; dan (3) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal menjadi rata-rata sebesar 69,59. Dapat diketahui bahwa dalam sasaran tersebut yang dituju adalah pembangunan manusia dan pembangunan ekonomi wilayah di daerah tertinggal. Melalui pendekatan peningkatan kualitas SDM dan pertumbuhan ekonomi diharapkan daerah daerah yang mempunyai status sebagai Daerah Tertinggal dapat terentaskan dan memberikan trickle down effect pada wilayah di sekitarnya. Percepatan pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP 2015 dan 2016 dilaksanakan melalui tiga konsep pembangunan, yaitu (1) peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal; (2) menurunkan persentase penduduk miskin di daerah tertinggal; dan (3) meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah tertinggal yang ditunjukkan oleh peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) di daerah tertinggal. Sesuai dengan dokumen RKP 2016, maka pada tahun 2016 telah dilaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal diantaranya berupa: 1. Peningkatan sarana dan prasarana dasar di daerah tertinggal dalam bentuk: a. Pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) terpusat 5 Kwp 16 unit di 7 kabupaten; b. Pembangunan PLTS Tersebar 80 wp di 20 kabupaten; c. Pembangunan energi biomassa di 3 kabupaten; d. Pembangunan sarana air bersih sebanyak 26 unit di 17 kabupaten; e. Pembangunan fasilitas air minum di 12 kabupaten; f. Pembangunan jaringan komunikasi dan informasi desa di 20 kabupaten sebanyak 48 unit; g. Rehabilitasi Rumah Layak Huni di 8 kabupaten; h. Pembangunan Radio Komunikasi Tenaga Surya di 5 kabupaten; i. Pengadaan Televisi dan Parabola di 10 kabupaten. 2. Peningkatan sarana dan prasarana ekonomi di daerah tertinggal, diantaranya: a. Pembangunan Pasar Kecamatan di enam kabupaten; b. Pembangunan 5 peternakan modern di lima kabupaten; c. Pengadaan Keramba Jaring Apung di 11 kabupaten; d. Pendampingan terhadap 100 lembaga ekonomi masyarakat; e. Pembangunan 7 unit embung dan penampungan air hujan di 7 kabupaten. Pendekatan kewilayahan dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan berdasarkan analisis ketertinggalan di setiap wilayah yang ada. Berdasarkan indikator ketertinggalan, maka penyebab utama ketertinggalan di masing masing wilayah pulau dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2. 3 Karakteristik Ketertinggalan setiap Wilayah Pulau Sumber : Analisis Data Podes tahun

16 Berdasarkan tabel tersebut, maka arah kebijakan dalam setiap pengembangan wilayah pulau diwujudkan dalam bentuk berikut: 1. Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Sumatera: a. Upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian wilayah yang berbasis energi dan hasil bumi serta pengembangan ekonomi masyarakat melalui pengembangan Agriculture Estate/Aquaculture Estate secara terintegrasi (hulu-hilir), berbasis komoditi unggulan daerah antara lain sektor perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan, kepariwisataan bahari dan sosial-budaya menunjang kegiatan ekonomi (keterkaitan) dengan pengembangan energi dan hasil bumi yang didukung oleh sektor perdagangan dan jasa. b. Peningkatan Kemampuan Keuangan Daerah di Kabupaten Daerah Tertinggal di Wilayah Sumatera; c. Peningkatan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan; dan d. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah tertinggal. 2. Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Jawa-Bali diarahkan sebagai lumbung pangan nasional dan pendorong sektor industri dan jasa nasional: a. Peningkatan Kualitas SDM dan IPTEK kabupaten tertinggal, termasuk untung mendukung pembangunan Agriculture Estate/Aquaculture Estate secara terintegrasi (hulu-hilir), berbasis komoditi unggulan daerah antara lain sektor berbasis industri dan jasa, perikanan dan kelautan, garam, dan produk olahan laut, perkebunan, tanaman pangan, dan hortikultura, yang didukung oleh sektor perdagangan dan pariwisata. b. Peningkatan Kemampuan Keuangan Daerah di Kabupaten Daerah Tertinggal. c. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) d. Mengurangi risiko bencana pada daerah tertinggal dan meningkatkan ketangguhan pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. 3. Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Kalimantan dalam upaya pengurangan kesenjangan antar wilayah adalah sebagai berikut: a. Upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik; b. Peningkatan aksesibilitas yang menghubungkan antara kabupaten tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan di Wilayah Kalimantan, yang juga akan berdampak pada pengembangan Agriculture Estate/Aquaculture Estate secara terintegrasi (hulu-hilir), berbasis komoditi unggulan daerah antara lain sektor perkebunan, penganekaragaman pengolahan hasil hutan dan jasa lingkungan bagi masyarakat yang berada di wilayah konservasi; perikanan darat-sungai; energi, dan pertambangan; tanaman pangan, peternakan, selanjutnya kepariwisataan bahari dan sosial-budaya, yang didukung oleh kegiatan industri pengolahan. 13

17 c. Mengurangi risiko bencana pada daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan dan meningkatkan ketangguhan pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana; dan d. Peningkatan Kualitas SDM dan IPTEK kabupaten tertinggal di Wilayah Kalimantan. 4. Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Sulawesi dalam upaya pengurangan kesenjangan antar wilayah: a. Peningkatan Kemampuan Keuangan Daerah di Kabupaten Daerah Tertinggal Wilayah Sulawesi; b. Peningkatan Kualitas SDM dan IPTEK daerah tertinggal di Wilayah Sulawesi; c. Pengembangan perekonomian daerah tertinggal di Wilayah Sulawesi berbasis komoditas unggulan lokal berbasis pertanian, perkebunan, perikanan dan penganekaragaman produk hasil laut, migas, melalui pengembangan Agriculture Estate/Aquaculture Estate secara terintegrasi (hulu-hilir) yang didukung oleh kegiatan perdagangan, pariwisata dan industri pengolahan serta kegiatan pertambangan nasional. d. Mengurangi risiko bencana pada daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan dan meningkatkan ketangguhan pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. 5. Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Maluku dalam upaya Percepatan pembangunan Daerah Tertinggal adalah sebagai berikut: a. Peningkatan optimalisasi kapasitas pemerintahan dalam implementasi tata kelola yang baik dan bersih. b. Penanggulangan bencana melalui upaya mitigasi dan adaptasi, serta upaya pengelolaan konflik yang baik dan efektif melalui pendekatan sosial budaya. c. Pengembangan perekonomian daerah tertinggal di Wilayah Maluku dengan mendorong pengembangan Agriculture Estate/Aquaculture Estate secara terintegrasi (hulu-hilir), berbasis komoditas unggulan lokal di bidang perikanan laut, perkebunan, pangan, hortikultura, dan industri pengolahan (industri pengolahan hasil laut, industri pengolahan hasil kelapa, minyak atsiri) yang didukung oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (kepariwisataan bahari dan sosial-budaya) yang mengalami pertumbuhan yang tinggi. d. Peningkatan aksesibilitas yang menghubungkan antara daerah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan di Wilayah Maluku; e. Peningkatan Kualitas SDM dan IPTEK daerah tertinggal di Wilayah Maluku; dan f. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di daerah tertinggal Wilayah Maluku. 6. Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Nusa Tenggara difokuskan pada pemecahan permasalahan yang menjadi isu ketertinggalan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada sehingga bisa mengentaskan ketertinggalan di Wilayah Nusa Tenggara sebagai berikut: 14

18 a. Penguatan kapasitas dan kualitas kelembagaan daerah dalam pembangunan diutamakan pada membangun keterpaduan pelaksanaan pembangunan antar SKPD dan kemitraan dengan banyak pihak serta afirmasi daerah terhadap masalah-masalah ketertinggalan yang dihadapi; b. Peningkatan kualitas SDM dan IPTEK kabupaten tertinggal termasuk berkaitan dengan pengelolaan sumber daya lokal; c. Pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat secara terpadu dan lintas sektor terutama untuk mendukung Pintu gerbang pariwisata ekologis melalui pengembangan industri Meeting, Incentive, Convetion, Exhibition (MICE), Penopang pangan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan kelautan; Pengembangan industri berbasis peternakan sapi dan usaha tani jagung melalui pengembangan Agriculture Estate/Aquaculture Estate secara terintegrasi (hulu-hilir) serta pengembangan industri pangan, dan tembaga. d. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan publik dasar diutamakan di bidang penguatan kualitas SDM, Pendidikan, kesehatan, infrastruktur, air bersih, transportasi, listrik dan telekomunikasi; e. Mengurangi risiko bencana dan konflik sosial pada daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan dan meningkatkan ketangguhan pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana dan konflik sosial. 7. Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Papua dalam upaya pengurangan kesenjangan antar wilayah adalah sebagai berikut: a. Pengembangan perekonomian kabupaten tertinggal di Wilayah Papua berbasis komoditas unggulan lokal antara lain melalui pembangunan Agriculture Estate/Aquaculture Estate secara terintegrasi (hulu-hilir) di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, pengembangan ekonomi kemaritiman, parawisata budaya dan lingkungan hidup melalui pengembangan industri perikanan dan parawisata bahari serta melalui pengembangan ekonomi berbasis wilayah kampung masyarakat adat yang lebih inklusif (peningkatan pelibatan masyarakat) dan berkelanjutan. b. Peningkatan aksesibilitas wilayah dan prioritas pemenuhan kebutuhan dasar untuk pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di kabupaten tertinggal Wilayah Papua. c. Percepatan peningkatan kualitas SDM Papua yang mandiri dan produktif. d. Peningkatan optimalisasi kapasitas pemerintahan dalam implementasi tata kelola yang baik dan bersih. Sedikit berbeda dari Daerah Tertinggal, secara umum ruang lingkup pembangunan Kawasan Perbatasan dibagi menjadi dua, yaitu batas wilayah dan kawasan perbatasan. Batas wilayah fokus pada upaya penjagaan dan pengamanan batas wilayah negara. Isu strategis terkait batas wilayah adalah adanya kegiatan illegal di sekitar batas wilayah negara (illegal fishing, illegal logging, human trafficking, perdagangan illegal, transaksi narkoba, dan aktivitas illegal lainnya), pergeseran dan pengrusakan tanda batas, dan penyelesaian kesepakatan batas wilayah. Sementara itu pada aspek kawasan yang ditekankan adalah pembangunan infrastruktur untuk dapat mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat kawasan perbatasan. 15

19 Dua ruang lingkup kawasan perbatasan tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menentukan sasaran pembangunan Kawasan Perbatasan sebagai berikut: (1) Terlaksananya pengelolaan batas wilayah; (2) Terlaksananya aktivitas lintas batas negara yang kondusif; (3) Terlaksananya percepatan pembangunan kawasan perbatasan di berbagai bidang; dan (4) Terbentuknya kelembagaan yang kuat dalam pengelolaan perbatasan negara. Sasaran tersebutlah yang idealnya menjadi basis arah kebijakan dan program dari setiap sektor dalam membangun Kawasan Perbatasan Negara. RPJMN Buku 1 tentang Agenda Pembangunan Nasional dalam Sasaran Pembangunan Kewilayahan dan Antar Wilayah pada bidang Pengembangan Kawasan Perbatasan telah ditetapkan 187 lokpri, 10 PKSN dan 92 Pulau Pulau Kecil Terluar (PPKT) sebagai sasaran utama. Sasaran tersebut hanya menjelaskan jumlah daerah yang akan ditangani tanpa ada indikator yang menjelaskan pertumbuhan wilayah secara sosial dan ekonomi. Lokpri yang ditangani pemerintah pusat dalam rangka pembangunan kawasan perbatsan masih dibawah 50% dari target 100 lokpri dintangai untuk tahun Hal tersebut menunjukan bahwa Kawasan Perbatasan Negara masih membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah pusat lebih agar seluruh lokpri yang ditargetkan dalam RPJMN dapat ditangani. Capaian yang terkait dengan pengelolaan batas wilayah negara diantaranya adalah mengenai perundingan batas negara. Perundingan batas negara merupakan salah satu kegiatan champion dan prioritas yang dilakukan K/L untuk menjaga kedaulatan bangsa khususnya mengenai keutuhan batas wilayah. Perundingan batas wilayah dibagi menjadi dua, yaitu batas darat dan batas laut dimana perundingan batas darat dikoordinatori oleh Kementerian Dalam Negeri sementara batas laut dikoordinatori oleh Kementerian Luar Negeri. Perundingan batas negara yang dilakukan ditekankan kepada perundingan dengan negara Malaysia untuk perbatasan Indonesia Malaysia di Wilayah Kalimantan, perundingan dengan negara Republik Demokratis Timor Leste (RDTL) untuk perbatasan Indonesia RDTL di NTT, dan perundingan dengan negara Papua Nugini (PNG) untuk perbatasan Indonesia PNG di Papua. Langkah yang telah dilakukan dalam rangka perundingan batas Indonesia Malaysia adalah percepatan penyelesaian Sembilan segmen batas bermasalah atau yang sering disebut sebagai Outstanding Border Problem (OBP) karena adanya ketidaksepemahaman terhadap batas wilayah negara. OBP terdiri dari 5 OBP Sektor Timur (P. Sebatik, S. Sinapad, S. Simantipal, Titik B2700-B3100, dan Titik C500-C600) dan 4 OBP Sektor Barat (Batu Aum, S. Buan/Gunung Jagoi, Gunung Raya, dan Titik D400). Dalam rangka percepatan penyelesaian OBP tersebut telah dilakukan perundingan sebanyak 9 kali dalam Joint Working Group on the Outstanding Boundary Problem (JWG OBP). Perundingan batas negara wilayah darat di NTT (Indonesia RDTL) difokuskan pada upaya penyelesaian tiga segmen batas bermasalah, yaitu dua unresolved segment di Noel Besi-Citrana dan Manusasi-Bijael Sunan serta satu Unsurveyed Segment di Subina Oben. Dalam rangka penyelesaian permasalahan segmen batas tersebut telah dibentuk Special Working Group (SWG) yang telah melakukan pertemuan perundingan sebanyak tiga kali. Selain itu terdapat upaya perundingan tingkat teknis di empat segmen batas maritim Indonesia RDTL di Selaw Wetar, Selat Ombai Bagian Timur, Selat Ombai Bagian Barat dan Laut Timor. Sementara itu untuk perbatasan negara wilayah darat antara Indonesia PNG telah diidentifikasi bahwa tidak ada segmen bermasalah. Upaya yang harus dilakukan adalah penekanan penegasan batas wilayah melalui perapatan pilar batas. Kondisi saat ini hanya 52 Meridian Marker (MM). Selain itu perbatasan Indonesia PNG yang dominan berupa garis lurus dan cenderung mengesampingkan kondisi geografis menimbulkan berbagai permasalahan sosial dan lingkungan seperti adanya masyarakat PNG yang bermukim di wilayah Indonesia dan pencemaran di Sungai Fly yang disebabkan oleh aktivitas masyarakat di sekitar sungai tersebut. 16

20 Sumber : Analisis Inpres 6 tahun 2015 Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Daerah Tertinggal Capaian ke dua adalah mengenai pencapaian sasaran terlaksananya aktivitas lintas batas negara. Sasaran tersebut telah diakomodir dengan adanya Inpres 6 tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu. Tujuh PLBN tersebut berada di Aruk (Sambas Kalbar), Entikong (Sanggau Kalbar), Badau (Kapuas Hulu Kalbar), Wini (Timor Tengah Utara NTT), Motaain (Belu NTT), Motamasin (Malaka NTT) dan Skouw (Jayapura Papua). Setidaknya terdapat 15 K/L dan 10 Kepala Daerah yang dilibatkan dalam Inpres tersebut. Tugas K/L dan 10 Kepala Daerah dijelaskan dalam Tabel 2.4 berikut: Tabel 2. 4 Progres Pelaksanaan Inpres 6 PLBN K/L Tugas Progres Menkopolhukam Memberikan pengarahan dan Sudah dilakukan pengawasan umum dalam pelaksanaan pembangunan. Mendagri Memfasilitasi percepatan penyelesaian Sudah dilakukan dan dalam proses. status BMN/BMD Bappenas Memastikan keberlangsungan kegiatan dan pencapaian sasaran program. Sudah dituangkan di dalam arah kebijakan RPJMN dan RKP. Kemen PUPR Legalisasi masterplan, pembangunan gedung, menyediakan jaringan transportasi, penyediaan SPAM, penyediaan system sanitasi dan drainasi, dan menyediakan perumahan petugas. Sudah dilakukan terutama untuk pembangunan gedung serta sarana prasarana pendukung. Pada tahun selanjutnya difokuskan pada pembangunan kawasan pendukung dan perumahan petugas. Kemen LHK Mempercepat penyelesaian permasalahan lahan. Sudah dilakukan terutama untuk zona inti PLBN. Menkeu Percepatan pengalihan BMN dan melengkapi sarpras kepabeanan. Sudah dilakukan, beberapa sarpras kepabeanan sudah dilengkapi Kemen PUPR sehingga perlu koodrinasi untuk tugas tersebut. Sudah dilakukan terutama untuk zona inti PLBN. Dalam proses pembahasan dan perencanaan. ATR/BPN Legalisasi asset pada lokasi pembangunan PLBN. Menhub Menyediakan sarana prasarana transportasi dan pembangunan terminal barang. Kemen ESDM Penyelesaian sarpras ketenagalistrikan. Sudah dilakukan dan dalam proses. Menkumham Menyediakan sarpras keimigrasian. Beberapa sarpras kepabeanan sudah dilengkapi Kemen PUPR sehingga perlu koodrinasi untuk tugas tersebut. Kemendag Kemenkominfo Menyediakan pasar perbatasan dan memperlancar kegiatan perdagangan.tata niaga lintas batas negara. Membangun pemancar dan jaringan telkomunikasi dan informasi. Dalam proses. Dalam proses. 17

21 Sumber : Analisis Inpres 6 tahun 2015 Tabel 2. 5 Progres Pelaksanaan Inpres 6 PLBN (Lanjutan) K/L Tugas Progres Kementan Menyediakan sarpras karantina. Beberapa sarpras kepabeanan sudah dilengkapi Kemen PUPR sehingga perlu koodrinasi untuk tugas tersebut. Kemenkes Menyediakan sarpras kesehatan. Beberapa sarpras kepabeanan sudah dilengkapi Kemen PUPR sehingga perlu koodrinasi untuk tugas tersebut. Kemen KP Menyediakan sarpras karantina ikan. Beberapa sarpras kepabeanan sudah dilengkapi Kemen PUPR sehingga perlu koodrinasi untuk tugas tersebut. BNPP Gubernur terkait Bupati terkait Mengkoordinasikan pelaksanaan, menetapkan masterplan, menyusun regulasi pengelolaan, melakukan evaluasi dan pegawasan pembangunan Mengkoordinasikan dan menyiapkan lahan, melaksanakan pengalihan asset, memfasilitasi percepatan pembangunan. Menyiapkan lahan, pengalihan asset, percepatan perizinan dan percepatan pembangunan. Sudah dilakukan koordinasi, penetapan masterplan dan evaluasi pengawasan. Saat ini dalam proses pembahasan tata kelola kelembangaan PLBN. Sudah dilakukan dan dalam proses untuk zona pendukung dan zona sub inti. Sudah dilakukan dan dalam proses untuk zona pendukung dan zona sub inti. Pembangunan Kawasan PLBN Terpadu pada tahun 2015 hingga 2016 difokuskan pada pembangunan gedung utama PLBN di zona inti kawasan PLBN terpadu disertai dengan sarana prasarana yang menunjang kegiatan Custom, Immigration, Quarantine, and Service (CIQS). Pembangunan gedung inti tersebut melibatkan banyak pihak mulai dari pembebasan lahan hingga pembangunan gedung inti. Kementerian PUPR sangat berperan dalam pembangunan fisik 7 gedung inti PLBN yang ditargetkan selesai pada tahun 2016 dan dapat segera fungsional secara terpadu di tahun 2017 sesuai dengan Inpres 6 tahun Progres pembangunan PLBN dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut: Tabel 2. 6 Progres Pembangunan PLBN Terpadu PLBN PLBN Terpadu Aruk 95,45 % PLBN Terpadu Entikong 89,02 % PLBN Terpadu Nanga Badau 88,55 % PLBN Terpadu Motaain 100 % Progres 18

22 PLBN Terpadu Motamasin 92,44 % PLBN Terpadu Wini 92,71 % PLBN Terpadu Skouw 96,56 % Sumber: Weekly Report Pembangunan PLBN 2016, Kementerian PUPR Dua PLBN yang ditargetkan dapat segera dioperasikan adalah PLBN Motaain dan PLBN Entikong. Kedua PLBN tersebut ditargetkan segera diresmikan oleh Presiden pada akhir tahun 2016 dan dapat segera dioperasikan. Dalam rangka mendukung pengoperasian PLBN tersebut dalam manajemen satu atap melalui Unit Pelayanan Teknis (UPT) maka BNPP bersama Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) sedang membahas kelembagaan PLBN Terpadu. Beberapa alternatif yang diusulkan Kemenpan untuk kelembagaan PLBN, yaitu (1) PLBN ditetapkan sebagai UPT Kemendagri dengan dasar Mendagri yang merupakan ketua BNPP; (2) UPT Kemenkumham pada dirjen Imigrasi dimana di dalamnya terdapat tugas dan fungsi pelayanan lintas batas negara; dan (3) UPT Kemhan, sesuai dengan Permen 58 tahun 2015 terdapat tugas dan fungsi pengelolaan keamanan kawasan perbatasan yang lebih fokus pada lalu lintas orang. Namun begitu kepastian kelembagaan pengelola PLBN masih dalam pembahasan dan belum memberikan gambaran pasti akan pengelolaanya. BNPP dalam hal ini sebagai koordinator pembangunan Kawasan Perbatasan Negara harus segera merumuskan alternatif jangka pendek, menengah dan panjang untuk pengelola PLBN. Selain pembangunan zona sub inti dan pendukung, langkah kedepan dalam pembangunan PLBN juga diarahkan pada pembangunan kawasan di sekitar PLBN dengan menekankan pada penekanan fungsi PLBN yang berpotensi menjadi pintu gerbang perdagangan internasional yang dapat memicu aktivitas ekonomi antar dua negara. Penetapan kawasan kepabeanan, pembangunan dryport, pengembangan komoditas di sekitar kawasan, dan berbagai upaya harus segera dilakukan dalam rangka mendukung fungsi PLBN sebagai pintu gerbang perdagangan internasional. Capaian selanjutnya adalah mengenai percepatan pembangunan kawasan perbatasan. Pembangunan kawasan perbatasan menekankan pada pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung kegiatan sosial dan ekonomi. Jalan menjadi kebutuhan infrastruktur dasar yang paling utama untuk membuka isolasi lokpri sehingga distribusi hasil pertanian, bahan pokok, dan konektivitas antar wilayah dapat ditingkatkan. Kebutuhan jalan yang paling besar adalah jalan non status atau Jalan Strategis Kabupaten. Jalan non status sangat berperan dalam menghidupkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan terutama dalam mendukung konektivitas antar desa di kecamatan perbatasan. Meskipun kebutuhan jalan non status sangat besar di kawasan perbatasan, arah kebijakan Kementerian PUPR masih belum bisa mengakomodir jalan non status. Kementerian PUPR saat ini masih fokus pada pembangunan Jalan Paralel Perbatasan. Capaian pembangunan Jalan Paralel Perbatasan adalah sebagaimana dalam Tabel berikut : 19

23 Tabel 2. 7 Capaian Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Status Jalan Paralel Perbatasan Kalimantan Barat Jalan Pararel yang sudah terbangun/terbuka Jalan Paralel yang belum terbangun/terbuka Jalan Paralel Perbatasan Kalimantan Timur Jalan Pararel yang sudah terbangun/terbuka Jalan Paralel yang belum terbangun/terbuka Jalan Paralel Perbatasan Kalimantan Utara Jalan Pararel yang sudah terbangun/terbuka Jalan Paralel yang belum terbangun/terbuka Sabuk Merah Perbatasan Sektor Timur NTT Jalan Pararel yang sudah terbangun/terbuka Jalan Paralel yang belum terbangun/terbuka Jalan Perbatasan Trans Papua Jalan Pararel yang sudah terbuka Jalan Paralel yang belum terbuka Panjang Jalan 831, 9 Km Km 188,6 Km 270,4 Km 102,3 Km 168,1 Km 728,3 Km 577,5 Km 150,8 Km 177,99 Km 47 Km 130, 99 Km 1.105,1 Km 803,34 Km 301,74 Km Sumber : Laporan Sestama BNPP pada Rakortas tahun 2016 Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan tersebut sangat berperan dalam memberikan akses Kabupaten yang memiliki kawasan perbatasan menuju ke pusat - pusat pertumbuhan wilayah. Namun begitu pembangunan jalan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan pembangunan jalan sirip perbatasan atau jalan non status yang menghubungkan desa desa dalam lokpri ke dalam Jalan Paralel Perbatasan. Kawasan Perbatasan di Kalimantan Utara memiliki kebutuhan infrastruktur jalan yang sangat tinggi mengingat kondisi topografi wilayah yang sangat variatif. Perlu adanya integrasi antara pembangunan jaringan jalan dengan moda transportasi perairan darat dan moda transportasi udara untuk menjawab permasalahan isoloasi geografis wilayah dan dapat memberikan akses lebih di kawasan perbatasan tersebut. Jalan Paralel Perbatasan di NTT atau yang lebih sering disebut sebagai Sabuk Merah Perbatasan masih terfokus pada sisi utara sektor timur, yaitu di Kabupaten Belu. Langkah kedepannya adalah melanjutkan pembangunan menuju sisi selatan sektor timur, yaitu di Kabupaten Malaka. Sementara itu untuk pembangunan Jalan Paralel Perbatasan Trans Papua terkendala untuk membuka akses di sekitar pegunungan tengah Papua karena kondisi geografis yang memerlukan rekayasa teknis yang sangat memakan biaya. Jalan Trans Papua sendiri sebenarnya bukan program khusus pembangunan jalan di kawasan perbatasan Papua, tetapi merupakan program khusus untuk memberikan akses konektivitas yang lebih untuk Papua (tidak hanya di kawasan perbatasan). 20

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN 7 (TUJUH) POS LINTAS BATAS NEGARA TERPADU DAN SARANA PRASARANA PENUNJANG DI KAWASAN PERBATASAN PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas

Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas 1 VISI-MISI PEMBANGUNAN 2015-2019 DIJABARKAN MELALUI STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL RKP 2015*) RKP 2016 RKP 2017 RKP 2018 RKP 2019

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan Rilis PUPR #1 18 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/352 Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan Yogyakarta--Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 REPUBLIK INDONESIA Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 17 Januari 2017 1 OUTLINE (1) Ruang Lingkup Kementerian Desa,

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN NEGARA

SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN NEGARA SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN NEGARA Plt. Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan Disampaikan dalam Workshop Nasional Kupas Tuntas Kebijakan Asimetris

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INDONESIAN DEVELOPMENT FORUM (IDF)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INDONESIAN DEVELOPMENT FORUM (IDF) KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INDONESIAN DEVELOPMENT FORUM (IDF) Jakarta, 10 Agustus 2017 PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN DAERAH Pembangunan Daerah merupakan perwujudan dari pelaksanaan Urusan

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci

Rencana Strategis Bidang Pemerintahan Desa

Rencana Strategis Bidang Pemerintahan Desa KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Rencana Strategis Bidang Pemerintahan Desa Disampaikan oleh: Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas

Lebih terperinci

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) dan Kawasan Strategis () Imam S. Ernawi Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU 31 Januari 2012 Badan Outline : 1. Amanat UU RTR dalam Sistem

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

PRIORITAS NASIONAL 10 BIDANG DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK WILAYAH JAWA BALI

PRIORITAS NASIONAL 10 BIDANG DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK WILAYAH JAWA BALI PRIORITAS NASIONAL 10 BIDANG DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK WILAYAH JAWA BALI Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah BAPPENAS Musrenbangnas RKP Tahun 2011 Jakarta,

Lebih terperinci

MULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL

MULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL Deputi Bidang Pengembangan Regional Jakarta, 14

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016

Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016 Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Yogyakarta, 7 Maret 2016 ARTI PENTING FORUM MUSRENBANG RKPD TAHUN 2017 Partisipasi seluruh pemangku kepentingan Kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang banyak memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain yang berada di kawasan laut dan darat. Perbatasan laut Indonesia berbatasan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL Ir. H.A. Helmy Faishal Zaini (Disampaikan

Lebih terperinci

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE 2017-2022 OUTLINE 1. Sistem Manajemen Pembangunan Nasional 2. Strategi Pembangunan Nasional Periode

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG PENDAHULUAN 1 Penegasan Paradigma Perencanaan dan Penganggaran Amanat konstitusi menegaskan bahwa ANGGARAN NEGARA adalah INSTRUMEN untuk mencapai

Lebih terperinci

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SEMINAR INTERNASIONAL TEMU ILMIAH NASIONAL XV FOSSEI JOGJAKARTA, 4 MARET 2015 DR HANIBAL HAMIDI, M.Kes DIREKTUR PELAYANAN SOSIAL

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN Drs. REYDONNYZAR MOENEK, M. Devt.M

PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN Drs. REYDONNYZAR MOENEK, M. Devt.M MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Disampaikan oleh: DIREKTUR JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH Drs. REYDONNYZAR MOENEK, M. Devt.M Samarinda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH I. Pendahuluan Dengan mengacu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Visi-Misi Presiden serta Agenda Prioritas Pembangunan (NAWA CITA),

Lebih terperinci

Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional antara lain: peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara

Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional antara lain: peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara DIREKTUR PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONAL 06 FEBRUARI 2014 Pasal 1 nomor 17 Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 Gorontalo, 3-4 April 2018 S U L AW E S I B A R AT MELLETE DIATONGANAN

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017

ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017 11/05/2016 15:46 ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017 Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Jakarta, April 2016 1 ARAHAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN DANA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018 KEBIJAKAN TAHUN 2018 - DirekturOtonomi Daerah Bappenas - REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA DEFINISI SESUAI UU No.33/2004 Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO Hotel Grand Sahid Jaya - Jakarta, 11 Maret 2016 ABSOLUT 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLITIK LUAR NEGERI 6. MONETER & FISKAL 1. PENDIDIKAN 2. KESEHATAN

Lebih terperinci

REVITALISASI POTENSI KEKUATAN PERTAHANAN NIR MILITER DI WILAYAH PERBATASAN

REVITALISASI POTENSI KEKUATAN PERTAHANAN NIR MILITER DI WILAYAH PERBATASAN REVITALISASI POTENSI KEKUATAN PERTAHANAN NIR MILITER DI WILAYAH PERBATASAN Disampaikan Oleh: Drs. MARHABAN IBRAHIM, M.Sc. Asisten Deputi Potensi Kawasan Perbatasan Darat Badan Nasional Pengelola Perhatasan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

Indikator Pelayanan Sosial Dasar di Desa

Indikator Pelayanan Sosial Dasar di Desa SASARAN STRATEGIS TAHUN 2019 AGENDA NAWA CITA 3 "PENGENTASAN 5000 DESA TERTINGGAL, MEWUJUDKAN 2000 DESA MANDIR" PermenDesa PDTT No 2 Tahun 2016 INDEKS DESA MEMBANGUN (Sosial, Ekonomi, Ekologi) Indikator

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG PADA ACARA MUSRENBANG RKPD KAB WONOSOBO TH 2019 DENGAN TEMA PEMANTAPAN UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI HARMONISASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN CAPAIAN INDIKATOR MAKRO

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2019 1. PENDAHULUAN Penyusunan RKT 2019 mengacu kepada Dokumen Renstra Kemenko PMK 2015-2019, 100 Program Prioritas Presiden, serta Isu Strategis Bidang PMK dalam

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 MENTERI DALAM NEGERI SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 Disampaikan oleh : MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jambi, 7 April

Lebih terperinci

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan. Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan www.arissubagiyo.com Latar belakang Kekayaan alam yang melimpah untuk kesejahterakan rakyat. Pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan peraturan serta untuk

Lebih terperinci

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KERANGKA NASIONAL REFORMA AGRARIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya 1.1. Latar Belakang Strategi pembangunan ekonomi bangsa yang tidak tepat pada masa lalu ditambah dengan krisis ekonomi berkepanjangan, menimbulkan berbagai persoalan ekonomi bagi bangsa Indonesia. Mulai

Lebih terperinci

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL Disampaikan Oleh: Depu0 Bidang Pengembangan Regional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Dalam Acara Seminar Penutupan

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB. MALANG BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Tahun Latar Belakang

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB. MALANG BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan pola perencanaan pembangunan daerah, dari system top-down (dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab telah menjadi tuntutan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki hak dan kewenangan dalam mengelola

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

Meningkatkan Jiwa Nasionalisme dan Semangat Bela Negara untuk Pemberdayaan Wilayah Perbatasan sebagai Beranda Depan NKRI

Meningkatkan Jiwa Nasionalisme dan Semangat Bela Negara untuk Pemberdayaan Wilayah Perbatasan sebagai Beranda Depan NKRI BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA Meningkatkan Jiwa Nasionalisme dan Semangat Bela Negara untuk Pemberdayaan Wilayah Perbatasan sebagai Beranda Depan NKRI Kemerdekaan bukanlah berarti

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala RAKORBANGPUS Jakarta, 7 April 2010

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun 2017-2020 SK KETUA DEWAN RISET NASIONAL NOMOR: 27/Ka.DRN/X/2017 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA PERIODE

Lebih terperinci

Tahun terakhir RPJMN

Tahun terakhir RPJMN 1 2 3 4 2 1 DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA Nawacita 5 Revolusi Mental Nawacita 8 & 9 Pendidikan Kesehatan Perumahan (Nawacita 4) Kepastian dan Penegakan Hukum RKP 2015*) Melanjutkan Reformasi bagi Percepatan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DASAR PENYUSUNAN RIK 1. UU No. 18

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI. Disampaikan oleh : Surabaya, 14 April 2015

MENTERI DALAM NEGERI. Disampaikan oleh : Surabaya, 14 April 2015 MENTERI DALAM NEGERI SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 Disampaikan oleh : MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Surabaya,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Kubu Raya merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja yang dilaksanakan serta sebagai alat kendali dan penilaian

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan. Drs. Sumedi Andono Mulyo, M.A, Ph.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan. Drs. Sumedi Andono Mulyo, M.A, Ph. COVER KATA PENGANTAR Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana disusun dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh: MENTERIDALAMNEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Bangka Tengah, 7 April 207 2 PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN NASIONAL (Pasal

Lebih terperinci

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN KEMENTERIAN DESA, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN NASIONAL PERCEPATAN TAHUN 2015-2019 ? adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Bab ini akan menjabarkan visi dan misi pembangunan di Kabupaten Malang selama 5 tahun mendatang (2016-2021). Hal ini sejalan dengan amanat di dalam pasal 263

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci