KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan. Drs. Sumedi Andono Mulyo, M.A, Ph.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan. Drs. Sumedi Andono Mulyo, M.A, Ph."

Transkripsi

1 COVER

2 KATA PENGANTAR Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana disusun dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program/Kegiatan Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana Tahun 2016, sesuai dengan Peraturan Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No. 05 tahun 2016 tentang Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran. Di samping itu, diharapkan dapat menjadi lesson learned untuk perbaikan mekanisme perencanaan RKP pada tahun berikutnya. Maksud dan tujuan dilaksanakannya Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 untuk Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana tahun 2016 ini adalah untuk mengidentifikasi dan mensinkronisasikan isu strategis dan permasalahan pada bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana, untuk kemudian dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga mitra yaitu Kementerian Desa PDTT, BNPP, BNPB, BP- Sabang, dan BP-Batam, K/L teknis lainnya, dan pemerintah daerah, sehingga terdapat kesepakatan arah kebijakan, bentuk dan alokasi program/kegiatan, dalam RKP tahun Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana tahun 2016 ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritiknya sebagai penyempurnaan pelaksanaan koordinasi perencanaan RKP yang dilakukan setiap tahun. Jakarta, Desember 2016 Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan Drs. Sumedi Andono Mulyo, M.A, Ph.D i

3 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... III DAFTAR GAMBAR... IV BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN DAN SASARAN... 3 BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN RUANG LINGKUP KEGIATAN KOORDINASI METODE PELAKSANAAN KELUARAN ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN... 6 BAB III HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI KOORDINASI PERENCANAAN RKP, RENJA K/L, DAN RKA K/L TAHUN 2017 DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam Mendukung Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun Penelaahan RKA K/L Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi KOORDINASI PERENCANAAN RKP, RENJA K/L, DAN RKA K/L TAHUN 2017 DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam RKP Tahun Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam RKP Tahun Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Badan Nasional Pengelola Perbatasan dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Perbatasan Tahun Penelaahan RKA K/L Badan Nasional Pengelola Perbatasan KOORDINASI PERENCANAAN RKP, RENJA K/L, DAN RKA K/L TAHUN 2017 DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KAWASAN EKONOMI KHUSUS/KEK DAN KAWASAN INDUSTRI/KI) ii

4 3.3.1.Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Strategis Nasional dalam RKP Tahun Kebijakan Pembangunan Kawasan Strategis Nasional (KEK dan KI) dalam RKP Tahun Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 BP-Batam dan BP-Sabang dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Strategis Nasional Tahun Penelaahan RKA K/L BP Batam dan BP Sabang KOORDINASI PERENCANAAN RKP, RENJA K/L, DAN RKA K/L TAHUN 2017 DALAM MENDUKUNG KAWASAN RAWAN BENCANA Isu Strategis dan Permasalahan Kawasan Rawan Bencana dalam RKP Tahun Kebijakan Pembangunan Kawasan Rawan Bencana dalam RKP Tahun Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam Mendukung Kawasan Rawan Bencana Tahun Penelaahan RKA Badan Nasional Penanggulangan Bencana KOORDINASI PERENCANAAN RKP TAHUN 2017 DENGAN PEMERINTAH DAERAH BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN REKOMENDASI DAFTAR TABEL TABEL 1. TARGET PENGENTASAN DAERAH TERTINGGAL...10 TABEL 2. HASIL BILATERAL MEETING PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DALAM RKP TABEL 3. REKAP KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL...17 TABEL 4. JUMLAH USULAN PER WILAYAH PULAU...18 TABEL 5. PROGRAM/KEGIATAN YANG DISETUJUI KEMENTERIAN/LEMBAGA...19 TABEL 6. REKAP USULAN DI PRIORITAS NASIONAL PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL MENURUT KEMENTERIAN LEMBAGA...19 TABEL 7. URUTAN PROGRAM KEGIATAN PRIORITAS...21 TABEL 8. REKAPITULASI JUMLAH PROGRAM/KEGIATAN K/L DALAM PROGRAM PRIORITAS NASIONAL PEMBANGUNAN DAERAH PERBATASAN...31 TABEL 9. TARGET STRATEGIS RENCANA KERJA 2017 BP-BATAM...61 iii

5 TABEL 11. KEGIATAN PRIORITAS RKP TAHUN 2017 YANG MENDUKUNG PENANGGULANGAN BENCANA...72 TABEL 11. LAMPIRAN PAGU INDIKATIF BNPB HASIL KESEPAKATAN TRILATERAL MEETING...73 TABEL 12. REKAPITULASI USULAN KEGIATAN SEMUA PN DI KABUPATEN SAMPANG...77 DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1. PETA PERSEBARAN KABUPATEN TERTINGGAL...12 GAMBAR 2. PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DALAM RKP TAHUN GAMBAR 2. SKEMA PRIORITAS PEMBAHASAN PROGRAM KEGIATAN...20 GAMBAR 3. PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PERBATASAN NEGARA TAHUN GAMBAR 4. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS GAMBAR 5. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS GAMBAR 6. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS GAMBAR 7. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM PRIORITAS GAMBAR 8. KOORDINASI LINTAS KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM PENGEMBANGAN KEK...45 GAMBAR 9. KOORDINASI LINTAS KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM PENGEMBANGAN KI...52 iv

6 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan menjadi salah satu tahap rasional untuk menentukan pembangunan sebuah bangsa dan negara. Pada prosesnya, perencanaan pembangunan dilakukan dengan menguji berbagai arah pencapaian, mengkaji berbagai ketidak pastian yang ada, serta mengukur kemampuan (kapasitas) stakeholders pembangunan untuk kemudian memilih arah terbaik dan langkahlangkah untuk mencapaianya. Untuk mendukung keberhasilan implementasi perencanaan pembangunan, diperlukan koordinasi perencanaan sebagai sebuah proses sinkronisasi dan penyamaan persepsi terkait isu-isu strategis dan permasalahannya, sehingga dapat dirumuskan upaya-upaya terencana dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Koordinasi perencanaan pembangunan penting dilakukan untuk menentukan prioritas pembangunan serta merumuskan strategi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah/wilayah. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 sebagai penjabaran tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan integrasi upaya pembangunan yang terencana dan sistematis oleh stakeholders pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya pembangunan yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan. Undang-undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa tujuan dari perencanaan pembangunan nasional yaitu: (1) untuk mendukung koordinasi antar pelaku; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan program dan kegiatan yang akan dilakukan akan lebih tepat sasaran, tepat target, dan memberikan dampak kemanfaatan yang lebih besar. Koordinasi dan perencanaan yang baik juga diharapkan dapat melahirkan kebijakan publik yang tepat, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan anggaran yang terbatas. 1

7 Direktorat Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan memiliki peran strategis dalam mendesain dan mengawal pembangunan di daerah teringgal, kawasan perbatasan, kawasan strategis, dan penanggulangan bencana. Berdasarkan hal tersebut, maka komitmen dan dukungan kementerian/lembaga terkait khususnya Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BP KPBPB Sabang), Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP KPBPB Batam) dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kementerian Desa PDTT) serta instansi terkait lainnya dalam rangka peningkatan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan program/kegiatan pembangunan di kawasan-kawasan tersebut secara efektif sangat diharapkan. Permasalahan pokok yang masih dihadapi dalam koordinasi dan sikronisasi perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan kawasan khusus dan daerah tertinggal adalah (1) masih tingginya kesenjangan antar sektor dan antarwilayah; (2) masih dominannya ego sektoral dalam pelaksanaan pembangunan nasional; (3) masih adanya ketidaksesuaian antara Rencana Kerja Pemerintah dengan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga; serta (4) masih banyaknya perencanaan dan pelaksanaan program/proyek yang overlaping/tumpang tindih baik antar daerah, dan antara pusat dengan daerah. Oleh karena itu diperlukan adanya penguatan pemahaman dan komitmen seluruh stakeholders terkait, dalam perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan agar selalu berpegang kepada kerjasama dan koordinasi untuk keterpaduan sebagai upaya sinkronisasi antar sektor, antara kegiatan pusat dan daerah dan antar daerah. Pemerintah harus mampu menjawab tantangan upaya peningkatan efektivitas pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi berbagai program-program dan kegiatan kementerian/lembaga di pusat yang bersifat lintas pelaku, lintas sektor, dan lintas wilayah sebagai usaha percepatan pengembangan perekonomian daerah. Di samping itu, perencanaan dan koordinasi harus dapat menjawab tantangan dinamika kebutuhan dan permasalahan antar wilayah yang beraneka ragam, dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan daerah. Dengan demikian, permasalahan kesenjangan antar wilayah secara bertahap dapat terselesaikan. 2

8 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan dari Koordinasi Perencanaan RKP tahun 2017 dalam Bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana, adalah tersusunnya Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017 pada bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana secara holistik, integratif, tematik, dan spasial. Sasaran dari pelaksanaan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana sebagai berikut: (1) Melakukan identifikasi data dan informasi terkait permasalahan dan isu strategis pada bidang pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis nasional, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana, sebagai masukan rancangan RKP tahun 2017; (2) Menyusun konsep arah kebijakan, program dan kegiatan prioritas yang akan dilakukan tahun 2017 untuk mendukung pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis nasional, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana; (3) Melakukan rapat-rapat koordinasi dan diskusi terfokus dengan kementerian/lembaga mitra kerja yaitu Kementerian Desa PDTT, BNPP, BNPB, kementerian/lembaga sektor terkait dan pemerintah daerah untuk membahas isu strategis, program, dan kegiatan yang mendukung pembangunan daerah tertinggal, kawasan strategis nasional, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana dalam RKP tahun

9 BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN 2.1 Ruang Lingkup Kegiatan Koordinasi Kegiatan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana antara lain: (1) Koordinasi perencanaan dan perumusan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017 terkait isu, permasalahan, target, dan sasaran bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan; Kawasan Strategis Nasional (Kawasan Industri/KI dan Kawasan Ekonomi Khusus/KEK); dan Kawasan Rawan Bencana; (2) Koordinasi penyusunan Renja K/L untuk mendukung pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan; Kawasan Strategis Nasional; dan Kawasan Rawan Bencana Tahun 2017; (3) Koordinasi penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 dengan kementerian/lembaga mitra kerja yaitu Kementerian Desa PDTT, Badan Nasional Pembangunan Perbatasan (BNPP), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pengelola Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam, dan Badan Pengelola KPBPB Sabang dalam mendukung pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan; Kawasan Strategis Nasional; dan Kawasan Rawan Bencana Tahun Metode Pelaksanaan Pelaksanaan Koordinasi Penyususunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana akan dilaksanakan dengan menggunakan dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan top-down dan bottom-up. Pendekatan top-down dipergunakan dalam penetapan prioritas pembangunan nasional. Sedangkan pendekatan bottom-up lebih dipergunakan sewaktu menyusun program/kegiatan berdasarkan usulan dari daerah. Penyusunan RKP dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip Holistik, Integratif, Tematik, dan Spasial. 1) Untuk mempertemukan antara dua pendekatan tersebut dilakukan melalui pertemuan dan rapat-rapat koordinasi. Di tingkat pusat, koordinasi dilakukan melalui Rapat Koordinasi Pusat yang ditindaklanjuti dengan pertemuan pertemuan trilateral. Sesuai dengan namanya, pertemuan trilateral ini melibatkan tiga pihak yaitu kementerian/lembaga terkait (BNPB, BNPP, 4

10 KDPDTT, BP KPBPB Sabang dan Batam selaku mitra kerja Dit. DTTP, dan kementerian/lembaga terkait dalam koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan kawasan), dan Kementerian Keuangan dan Bappenas. Pertemuan trilateral ini bertujuan untuk melakukan sinkronisasi antara prioritas program/kegiatan nasional, bidang maupun prioritas pembangunan kementerian/lembaga dan dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran. 2) Untuk mensinkronkan antara prioritas program/kegiatan pembangunan nasional dengan usulan daerah dilakukan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). Musrenbang ini melibatkan tiga pihak yaitu pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, kementerian/lembaga dan Bappenas. 3) Sebelum melaksanakan Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting), akan dilakukan 3 (tiga) kali rapat koordinasi di dalam kota dengan melibatkan seluruh unit Eselon II Kementerian/Lembaga mitra kerja dan Kementerian Keuangan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan tahun 2015 dan membahas program, kegiatan serta sasaran pembangunan tahun Yang akan menjadi Narasumber yang dalam rapat koordinasi adalah Kepala Biro Perencanaan Kementerian/Lembaga Mitra Kerja serta Direktur Anggaran, Kementerian Keuangan yang terkait dengan Kementerian/ Lembaga Mitra Kerja. 2.3 Keluaran Adapun keluaran dari kegiatan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan rawan bencana ini yaitu sebagai berikut. (1) Data dan informasi terkait permasalahan dalam perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan kawasan strategis, daerah tertinggal, kawasan perbatasan, dan Kawasan rawan bencana sebagai masukan RKP 2017; (2) Inventaris isu strategis dan permasalahan yang dihadapi dan upaya alternatif pemecahan melalui kebijakan dan program/kegiatan tahun berikutnya; (3) Rumusan arah kebijakan dan rencana program/kegiatan pembangunan kawasan strategis, daerah tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana dalam RKP 2017 yang tertuang dalam Renja K/L Tahun 2017, dan RKA K/L mitra kerja Tahun 2017 seperti Kementerian Desa PDTT, BNPP, BNPB, BP Batam, dan BP Sabang. 5

11 (4) Laporan akhir koordinasi penyusunan RKP Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan strategis, kawasan perbatasan, dan kawasan rawan bencana. 2.4 Organisasi Pelaksana Kegiatan Organisasi pelaksana kegiatan ini mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan NO.65/PMK.02/2015 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2016 yang mengacu pada 5 (lima) ketentuan sebagai berikut: a) Mempunyai keluaran (output) jelas dan terukur; b) Bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengiikutsertakan satuan kerja/eselon I lainnya; c) Bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan atau di luar jam kerja; d) Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada pegawai negeri disamping tugas pokok sehari-hari; e) Dilakukan secara selektif, efektif dan efisien. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan cara semi-swakelola, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: 1) 1 Orang Penanggung Jawab 2) 1 Orang Ketua Tim Pelaksana 3) 1 Orang Wakil Ketua I Tim Pelaksana 4) 1 Orang Wakil Ketua II Tim Pelaksana 5) 1 Orang Sekretaris Tim Pelaksana 6) 10 Orang Anggota Tim Pelaksana 7) 1 Orang Anggota Tim Pendukung Pelaksanaan kegiatan Koordinasi Perencanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 bidang daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana, tahun 2016 adalah Deputi Bidang Pengembangan Regional sebagai Penanggungjawab, sementara Ketua Tim Pelaksana adalah Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan. Penanggung Jawab bertugas memberikan arahan kebijakan, mengawasi, membimbing, dan memantau kemajuan dan memberikan saran pemecahan atas permasalahan pelaksanaan kegiatan. Ketua Tim Pelaksana bertanggungjawab atas terlaksanakannya kegiatan dan penyusunan laporan hasil koordinasi, baik secara substansi maupun dari segi keuangannya sebagaimana berikut ini: a. Melakukan persiapan melaiui identifikasi dan informasi permasalahan dalam perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan yang terkait dengan kawasan khusus (rawan bencana, strategis, perbatasan dan daerah tertinggal) sebagai bahan masukan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017; 6

12 b. Melakukan rapat-rapat koordinasi dan diskusi terfokus dengan kementerian/lembaga terkait dan daerah untuk membahas berbagai isu strategis dan permasalahan dihadapi dan upaya alternatif pemecahan melaiui kebijakan dan program/kegiatan pembangunan tahun berikutnya; c. Menyusun rencana dan memberikan arahan kebijakan program/kegiatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan kawasan rawan bencana; d. Menyusun draft Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 dan melakukan koordinasi bersama dengan kementerian/lembaga terkait langsung seperti KDPDTT, BNPP, BNPB dan kementerian/lembaga terkait lainnya; e. Melaksanakan sinkronisasi dan fasilitasi dalam rangka pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan kawasan rawan bencana di pusat dan daerah; f. Melakukan konsinyering tentang penyusunan perencanaan koordinasi rencana kerja, sebagai bahan masukan dalam perencanaan tahun berikutnya; g. Melakukan penyusunan laporan akhir berkaitan dengan hasil-hasil pemantauan pelaksanaan program/kegiatan. Sekretaris Tim Pelaksana bertanggungjawab untuk membantu pelaksanaan tugas Ketua Tim Pelaksana dan mengkoordinasikan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan. Anggota Tim Pelaksana kegiatan koordinasi bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan koordinasi dan penyusunan laporan akhir/final atas pelaksanaan koordinasi Program/kegiatan Pembangunan dan Pengembangan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana yang dilaksanakan K/L mitra kerja. Sedangkan Anggota Tim Pendukung bertanggungjawab untuk membantu pelaksanaan tugas Tim Pelaksana dan melaksanakan tugas-tugas lain yang ditugaskan oleh Tim Pelaksana. 7

13 BAB III HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI Pendekatan pembangunan yang digunakan dalam penyusunan RKP 2017 mengalami penyempurnaan untuk mewujudkan kualitas perencanaan yang mampu menjawab tantangan pembangunan antar wilayah, yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip: 1. Holistik-tematik untuk pencapaian prioritas nasional melalui koordinasi berbagai K/L serta pemerintah daerah. 2. Integratif antar berbagai program/kegiatan untuk mencapai prioritas nasional. 3. Pertimbangan spasial agar rencana kegiatan mempertimbangkan lokasi berbagai kegiatan lain yang saling mendukung untuk mencapai sasaran prioritas nasional. Prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dalam rangkaian Penyusunan RKP 2017 melalui berbagai tahapan penting, antara lain: Sidang Kabinet, Multilateral Meeting (MM) internal Bappenas; MM antar K/L; Bilateral Meeting (BM) antara K/L dan Bappenas; Rakorbangpus dan Musrenbangnas. Adapun tahapan penting dalam pembahasan Prioritas Nasional Pembangunan Kawasan Perbatasan yaitu: 1) Multilateral Meeting I, dilaksanakan dengan Melibatkan multistakeholder K/L, BUMN, dan Pemda dalam merumuskan rencana pembangunan tahun 2017, yang bertujuan untuk Mengintegrasikan berbagai upaya K/L ke dalam satu tujuan (goal) yang jelas dan terukur; Menginformasikan mengenai Prioritas Nasional Tahun 2017 serta hasil Identifikasi awal Sasaran Prioritas Nasional, Arah Kebijakan Prioritas Nasional, Program Prioritas dan Kegiatan Prioritas Tahun 2017 kepada K/L terkait; Menginformasikan mengenai Kerangka Regulasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan prioritas; dan Memperoleh masukan dari K/L terkait sasaran prioritas, program prioritas dan kegiatan prioritas. 2) Bilateral Meeting I, dilaksanakan dengan melibatkan K/L, BUMN, dan Pemda dalam merumuskan rencana pembangunan tahun 2017 bidang pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, KSN, dan Kawasan Rawan Bencana. Tujuan utama kegiatan ini yaitu untuk Pengintegrasian berbagai upaya K/L ke dalam satu tujuan (goal) yang jelas dan terukur (dinyatakan dalam Prioritas Nasional, Program Prioritas dan Kegiatan Prioritas). Hasil yang diharapkan yaitu Pencapaian kesepakatan antar stakeholders terhadap sasaran prioritas, program K/L, kegiatan K/L, indikator sasaran (Form B), kerangka pendanaan (Form C), kerangka regulasi (Form D), kerangka kelembagaan (Form D), lokasi (Form E). 8

14 3) Multilateral Meeting II, dengan agenda penyepakatan rencana kegiatan dan anggaran yang mendukung Pembangunan Kawasan Perbatasan, finalisasi program/kegiatan prioritas serta dukungan program/kegiatan K/L dalam Rancangan Akhir RKP 2017, konfirmasi dan verifikasi usulan Pemerintah Daerah oleh Koordinator PN terkait pembangunan Daerah Tertinggal,. 4) Bilateral Meeting II, dengan agenda integrasi hasil MM II ke dalam SIMU Form A-E dengan mempertimbangkan pagu indikatif. Penelaahan pagu anggaran untuk yang mendukung pembangunan Daerah Tertinggal, dalam Rancangan Akhir RKP 2017; Konfirmasi dan verifikasi usulan Pemerintah Daerah oleh Bappenas K/L mitra. 5) Musrenbangnas, dengan agenda Penyepakatan program, kegiatan, lokasi, target dan anggaran untuk mencapai sasaran PN terkait Pembangunan Daerah Tertinggal, antara Kementerian PPN/Bappenas, K/L dan Pemprov dalam bentuk Multilateral dan disepakati dalam bentuk berita acara. 6) Trilateral Meeting, dengan agenda penyusunan Renja K/L dan RKA K/L mitra berdasarkan RKP Tahun Dalam pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Perencanaan RKP Tahun 2017 bidang Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Kawasan Strategis Nasional, dan Kawasan Rawan Bencana, prinsip-prinsip tersebut terutama digunakan dalam pengidentifikasian isu/permasalahan, penentuan target dan sasaran, serta program/kegiatan yang dibutuhkan. Dengan demikian, baik RKP, Renja K/L, dan RKA K/L tahun 2017 diharapkan dapat memberikan kontribusi program/kegiatan yang mampu menjawab tantangan, kebutuhan, dan upaya percepatan pembangunan di daerah tertinggal, kawasan perbatasan, kawasan strategis nasional, dan Kawasan Rawan Bencana. 3.1 Koordinasi Perencanaan RKP, Renja K/L, dan RKA K/L Tahun 2017 dalam Mendukung Pembangunan Daerah tertinggal Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun 2017 Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh masyarakat dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi serta keterbatasan fisik untuk menjadi daerah yang maju dengan masyarakat yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh 9

15 tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. Penanganan daerah tertinggal yang ada di Indonesia dilakukan dalam skala nasional dan merupakan program jangka panjang yang memiliki target di setiap tahun pelaksanaannya. Pembangunan daerah tertinggal merupakan perwujudan dari dimensi pemerataan dan kewilayahan khususnnya Nawacita ketiga yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam Kerangka Negara Kesatuan. Melalui kebijakan pembangunan daerah tertinggal diharapkan ada dukungan dan pemihakan yang lebih konkrit dari seluruh sektor terhadap percepatan pembangunan daerah tertinggal. Penanganan daerah tertinggal yang ada di Indonesia dilakukan dalam skala nasional dan merupakan program jangka panjang yang memiliki target di setiap tahun pelaksanaannya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 pasal 1 ayat 3 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, yang dimaksud dengan daerah tertinggal merupakan daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Ketertinggalan daerah diukur dari 6 kriteria ketertinggalan yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kapasitas keuangan daerah, aksesibilitas serta karakteristik daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka dibentuklah Peraturan Presiden No. 131 Tahun 2015 yang berisikan tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun , dengan 122 kabupaten yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal. INDIKATOR 2. PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL a. Jumlah Daerah Tertinggal b. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal c. Persentase penduduk miskin di daerah tertinggal d. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal Tabel 1. Target Pengentasan Daerah Tertinggal 2014 (Baseline) (termasuk 9 DOB) n.a * n.a * n.a * 42 7,10% 6,96% 7,02% 7,17% 7,24% 16,6% 16,0% 15,4% 14,9% 14,0% 68,5 68,1 68,5 68,8 69,6 Berdasarkan capaian sasaran pembangunan daerah tertinggal sesuai PP 78/2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, maka penetapan 10

16 daerah tertinggal dilakukan setiap 5 tahun sekali melalui Peraturan Presiden. Jumlah 42 daerah tertinggal tahun 2019 merupakan hasil dari 80 kabupaten terentaskan. Menurut arah kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal, maka upaya yang dilakukan terdiri atas percepatan pembangunan infrastruktur/konektivitas, promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan, pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung SDM yang berkualitas. Sampai saat ini, dalam rangka upaya membangun daerah tertinggal di berbagai wilayah di Indonesia memiliki permasalahan dan kendala di beberapa hal. Secara ringkas wujud dari permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal tersebut berupa : (1) Belum adanya insentif terhadap sektor swasta dan pelaku usaha untuk berinvestasi di daerah tertinggal; (2) Belum optimalnya kebijakan yang afirmatif pada percepatan pembangunan daerah tertinggal; (3) Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana publik dasar di daerah tertinggal; (4) Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal; (5) Kurangnya aksesibilitas daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan wilayah; (6) Belum optimalnya pengelolaan potensi sumberdaya lokal dalam pengembangan perekonomian di daerah tertinggal; dan (7) Rendahnya produktivitas masyarakat di daerah tertinggal. Dengan memperhatikan isu strategis tersebut maka arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal akan difokuskan kepada: (a) promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan (b) upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik; (c) pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas serta (d) mewujudkan infrastruktur penunjang konektivitas antar daerah tertinggal sehingga dapat membuka wilayah dan mengurangi keterisolasian di daerah tertinggal. Selain itu, isu lain yang penting untuk diperhatikan ialah terkait fungsi koordinasi antar K/L di tingkat pusat serta integrasi program kegiatan di tingkat daerah. Agar fungsi korrdinasi dapat berjalan optimal maka diperlukan peningkatkan serta sinergi program kegiatan antara Kementerian/Lembaga dalam mendukung pembangunan daerah tertinggal. Kementerian Desa PDTT dalam hal ini Dirjen PDT dan PDTU masih memiliki tugas besar untuk menyelesaikan STRANAS PPDT yang akan digunakan sebagai acuan bagi pelaksanaan intervensi program kegiatan di Daerah Tertinggal. RAN PPDT Tahunan yang merupakan penjabaran dari Stranas diharapkan dapat menjadi masukan dalam Rakernis/Ratek/ Konreg yang dilakukan oleh K/L untuk mengalokasikan kegiatan sesuai dengan 11

17 kebutuhan daerah tertinggal. Selain itu Kemendes PDTT diharapkan mampu mendorong pemerintah daerah untuk menyampaikan usulan kegiatan K/L terkait dan usulan DAK melalui mekanisme perencanaan yang ada Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun 2017 Berdasarkan Perpres No 131 tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun , terdapat 122 kabupaten yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal dengan mengacu pada 6 (enam) kriteria ketertinggalan. Penentuan prioritas penanganan daerah tertinggal per tahun mempertimbangkan bobot indeks ketertinggalan yang paling parah. Pada tahun 2017, prioritas penanganan daerah tertinggal difokuskan pada 54 kabupaten. Dalam rangka meningkatkan intergrasi lintas sektor dalam mendukung pembangunan di daerah tertinggal, terdapat 5 kabupaten tertinggal pada tahun 2017 yang dijadikan lokasi terintergrasi lintas sektor. Penentuan 5 kabupaten tertinggal tersebut mempertimbangkan keterkaitan antara daerah tertinggal dengan kawasan strategis, serta memperhatikan karakteristik wilayah, antara lain merupakan kawasan perbatasan, rawan bencana, rawan konflik, rawan pangan dan daerah kepulauan. Peta sebaran 122 kabupaten tertinggal, 54 kabupaten tertinggal yang prioritas ditangani tahun 2017, dan 5 kabupaten tertinggal terintegrasi terdapat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Persebaran Kabupaten Tertinggal 12

18 Pembangunan daerah tertinggal yang merupakan bagian dari agenda Prioritas Nasional Presiden RI. Di tahun 2017 akan fokus kepada 54 kabupaten tertinggal dari total 122 Kabupaten yang ada. Intervensi kegiatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan daerah berdasarkan data Strategi Nasional (STRANAS) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) tahun Dari 54 kabupaten yang akan difokuskan pada tahun 2017 maka telah ditentukan 5 kabupaten sebagai pilot project pembangunan daerah tertinggal terintegrasi. Kelima kabupaten pilot project tersebut ialah Kabupaten Lombok Timur di Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Pulau Morotai di Maluku Utara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat di Maluku, Kabupaten Sabu Raijua di NTT, serta Kabupaten Sarmi yang terletak di Papua. Melihat dari kondisi wilayahnya kelima kabupaten daerah tertinggal terintegrasi 2017 memiliki perbedaan dari aspek ketertinggalannya, sehingga dalam penentuan program kegiatan maupun arah intervensi pengembangan akan disesuaikan dengan potensi kawasan yang ada. Sebagai contoh Kabupaten Lombok Timur yang memiliki keterkaitan dengan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional maupun Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang lokasinya berdekatan dengan rencana pengembangan Blok Masela. Kabupaten Pulau Morotai yang wilayahnya merupakan bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus Morotai, serta Kabupaten Sarmi yang berdekatan dengan PKN Jayapura. Penentuan intervensi program kegiatan di 5 daerah tertinggal terintegrasi tersebut menggunakan konsep gabungan antara development from above dan development from below. Konsep development from above merupakan konsep yang berbasis pada akselerasi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Dasar dari adanya konsep ini dikarenakan adanya perkembangan wilayah yang tidak terjadi di seluruh bagian yang ada. Hal tersebut menjadikan perencanaan program akan difokuskan kepada wilayah yang memiliki sektor dinamis sehingga diharapkan dapat menjalar ke sektor / wilayah lainnnya. Dengan kata lain, pemilihan wilayah intervensi akan melihat kepada lokasi yang memiliki pusat pertumbuhan baru. Adapun konsep development from below merupakan konsep yang berbasis pada pemerataan, utamanya kebutuhan pokok masyarakat di suatu wilayah. Konsep ini diwujudkan dengan kegiatan pembangunan yang difokuskan kepada wilayah yang paling memerlukan pengembangan (dalam hal ini berupa desadesa tertinggal). Program pembangunan yang difokuskan di desa tertinggal dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar/standar pelayanan minimum di wilayah tersebut. Sehingga gabungan antara konsep development from above dan development from below diwujudkan dengan intervensi program kegiatan yang dilakukan secara terfokus pada kawasan tertentu 13

19 (bukan tersebar di seluruh wilayah) yang memiliki sektor dinamis berupa potensi kawasan agar memberikan hasil yang signifikan dan memberikan spillover effect kepada wilayah sekitar khususnya desa-desa tertinggal. Dengan adanya integrasi program kegiatan di utamanya di 5 daerah tertinggal terintegrasi maka diharapkan dapat mengentaskan desa tertinggal menjadi desa mandiri atau berkembang. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah 2017, Prioritas Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal akan berfokus kepada empat kegiatan prioritas. Apabila diurutkan maka kegiatan prioritas paling utama ialah kegiatan pemenuhan pelayanan dasar publik, lalu peningkatan aksesibilitas/ konektifitas di daerah, pengembangan ekonomi lokal, serta yang terakhir terkait peningkatan kapasitas SDM maupun IPTEK. Maksud dari penentuan urutan program prioritas nasional ialah sebagai dasar dalam penentuan proporsi perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. Disebabkan karena adanya keterbatasan anggaran, maka intervensi kegiatan terhadap lokus lokasi harus harus ditangani secara bertahap agar memiliki dampak lebih signifikan. Hal tersebut juga selaras dengan prinsip penganggaran presiden terkait penyusunan RKP 2017 yaitu money follow program, yang berarti anggaran negara harus berorientasi manfaat untuk rakyat dan berorientasi pada prioritas untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Gambar 2. Program Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP Tahun 2017 Kegiatan pemenuhan pelayanan dasar publik di prioritas nasional daerah tertinggal menjadi urutan program prioritas yang pertama disebabkan karena pelayanan dasar publik merupakan kebutuhan yang paling utama untuk 14

20 menunjang kehidupan masyarakat di suatu wilayah. Seperti yang diketahui bahwa pada daerah tertinggal hampir sebagian besar masyarakatnya masih mengalami kesulitan dalam mengakses layanan dasar baik itu berupa listrik, air bersih dan sanitasi, sarpras pendidikan, sarpras kesehatan, serta permukiman yang layak huni. Dengan menempatkan kegiatan pemenuhan layanan dasar publik sebagai program prioritas utama maka diharapkan dapat mengurangi ketimpangan antar wilayah yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tertinggal. Program prioritas kedua dalam prioritas nasional pembangunan daerah tertinggal adalah peningkatan aksesibilitas/konektifitas. Program ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan jalan & jembatan, pembangunan dermaga, pengadaan moda transportasi darat, udara, laut dan ASDP serta pelayanan angkutan keperintisan maupun penyediaan akses telekomunikasi. Peningkatan aksesibilitas maupun konektifitas juga mutlak diperlukan bagi setiap daerah tertinggal karena dengan adanya aksesibilitas maupun konektifitas yang terbangun akan membuka keterisolasian masyarakat serta menghubungkan antar wilayah satu dengan wilayah lainnya. Program prioritas ketiga berupa pengembangan ekonomi lokal dalam bentuk kegiatan yang berbasis pada penyediaan bahan baku & sarana prasarana produksi, peningkatan kapasitas nelayan/petani/pelaku usaha mikro & ekonomi kreatif, pengolahan pasca panen & home industry, pemberian bantuan permodalan & pemberian fasilitas kredit usaha ekonomi produktif/umkm, pemberian bantuan dalam hal promosi dan pemasaran serta pemberian kemudahan dalam hal perijinan usaha maupun penguatan kelembagaan usaha. Program pengembangan ekonomi lokal diarahkan kepada masyarakat agar mampu mengolah sumberdaya yang ada di lingkungannya dengan melihat potensi yang ada, sehingga mampu menumbuhkan kegiatan perekonomian yang berasal dari potensi masyarakat itu sendiri. Program prioritas keempat berupa peningkatan SDM dan IPTEK yang diwujudkan dalam bentuk penyediaan tunjangan tenaga pendidikan maupun kesehatan. Penyediaan tunjangan bagi tenaga pendidikan maupun kesehatan dimasukkan dalam program prioritas dikarenakan di daerah tertinggal segala fasilitas penunjang untuk pelayanan tenaga kependidikan maupun kesehatan masih sangat terbatas. Selain itu juga dari segi aksesibilitas maupun kondisi geografis di daerah tertinggal yang sebagian besar masih sulit untuk dijangkau sehingga dari adanya pemberian tunjangan diharapkan akan mengurangi beban dalam menjalankan tugas serta mampu mendorong minat bagi para tenaga pendidikan maupun kesehatan untuk terjun ke daerah tertinggal. Dalam proses perencanaan kegiatan yang dilakukan pada keempat program prioritas tersebut tidak akan lepas dari proses koordinasi sehingga ada keterkaitan antara 15

21 program yang satu dengan program lainnya demi mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal di seluruh Indonesia Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam Mendukung Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2017 a) Pembahasan Bilateral Meeting Bilateral Meeting merupakan salah satu rangkaian dari penyusunan RKP dengan fokus kegiatan berupa finalisasi hasil pembahasan Program dan Kegiatan Prioritas serta dukungan Program dan Kegiatan K/L yang telah dibahas dalam Multilateral Meeting yang telah dilaksanakan sebelumnya. Selain itu, dalam forum bilateral meeting juga dilakukan konfirmasi dan verifikasi dari Koordinator Prioritas Nasional terhadap usulan daerah kepada Program dan Kegiatan K/L dengan melihat aplikasi Sistem Indormasi Multilateral (SIMU) yang ada. Sedangkan output dari bilateral meeting berupa hasil penelaahan pagu untuk Program dan dan Kegiatan K/L yang mendukung dalam Rancangan Akhir RKP 2017, serta Konfirmasi dan verifikasi hasil persandingan usulan Pemerintah Daerah oleh Bappenas maupun K/L terkait sehingga dapat menjadi masukan dalam forum Musrenbangnas dalam bentuk usulan daerah yang telah dikonfirmasi dan diverifikasi dalam pelaksanaan multilateral meeting tahap II dan bilateral meeting tahap II. Dari hasil Musrenbangnas akan muncul kesepakatan antara rencana Pemerintah Pusat (K/L) dan usulan prioritas program dan kegiatan dari daerah sebagaia masukan Rancangan Akhir RKP Tabel 2. Hasil Bilateral Meeting Program Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal dalam RKP 2017 Program Prioritas Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik Pengembangan Ekonomi Lokal Peningkatan Aksesibilitas/Konektivitas HASIL BILATERAL MEETING diset belu diset ujui m ujui denga diver % % sepen n ifika uhny catata si a n 10 1% % % 85 % 2 6% 1.6 % 2 % 66.7 % 27.2 % 2.5 % ditol ak % 57.5 % 13.0 % 25.3 % Gra nd Tot al % 17.8 % 15.9 % 65.5 % 16

22 Peningkatan SDM dan Iptek Grand Total 984 0% % % 100 % % 100 % % 100 % % 100 % Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil BM jumlah usulan sama seperti pada trilateral meeting yaitu 1339 usulan kegiatan yang berasal dari empat program prioritas di daerah tertinggal. Namun, dari hasil tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar usulan masih belum diverifikasi oleh K/L terkait dikarenakan adanya keterbatasan waktu. Sedikitnya hasil bilateral meeting dengan status disetujui secara sepenuhnya maupun disetujui dengan catatan menandakan bahwa pembahasan program prioritas pada bilateral meeting telah mengerucut kepada kegiatan yang bersifat prioritas. b) Musrenbangnas Penetapan status pembahasan yang keluar di hasil Musrenbangnas berasal dari beberapa kriteria penetapan prioritas pembahasan usulan daerah yang telah dibahas sebelumnya pada forum trilateral meeting maupun multilateral meeting. Musyawarah Perencananaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) merupakan forum yang dilakukan dalam rangka penyepakatan program, kegiatan, lokasi, target dan anggaran untuk mencapai sasaran 3 dimensi pembangunan, 24 prioritas nasional. Musrenbangnas dilakukan antara Kementerian PPN/Bappenas, K/L dan Pemprov dalam bentuk Multilateral dan menghasilkan kesepakatan dalam bentuk berita acara kesepakatan. Pada prioritas nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, terdapat total usulan yang berasal dari daerah di seluruh Indonesia. Usulan tersebut belum terfilter terkait daerah mana yang termasuk ke dalam daerah tertinggal atau bukan, termasuk ke dalam prioritas daerah tertinggal atau bukan. Tabel 3. Rekap Kesepakatan Musrenbangnas Prioritas Nasional Daerah Tertinggal Disetuju Jumla Belum ada tidak Program i dengan Ditola h kesepakata dibaha Prioritas anggara k Usula n s n K/L n Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik 17

23 Pengembangan Ekonomi Lokal Peningkatan Aksesibilitas/Konektivit as Peningkatan SDM dan Iptek Jumlah Usulan Tabel rekap kesepakatan musrenbangnas menunjukkan jumlah usulan yang ada di PN daerah tertinggal. Usulan paling banyak sesuai dengan tabel tersebut terdapat pada program prioritas peningkatan aksesibilitas dengan jumlah usulan sebanyak 3349 usulan. Melihat dari status kesepakatan yang ada, maka dapat dikatakan bahwa usulan paling banyak ialah dengan status tidak dibahas yakni sebanyak 3860 usulan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dari tiap sesi pertemuan yang ada. Tabel 4. Jumlah Usulan per Wilayah Pulau Menurut jumlah usulan yang ada di tiap pulau, maka dapat dilihat bahwa usulan paling banyak terdapat pada Kawasan Timur Indonesia yaitu pulau Sulawesi dengan total 1254 usulan. Adapun usulan dari kawasan Timur Indonesia lain seperti Maluku sudah cukup banyak walaupun masih dibawah rata-rata usulan yang ada. Sedangkan yang menjadi perhatian adalah wilayah Pulau Papua yang relatif luas dan memiliki daerah tertinggal paling banyak 18

24 hanya mengajukan usulan dengan jumlah 219 usulan. Perlu adanya perhatian yang berlebih terhadap mekanisme usulan yang sudah berjalan karena keterbatasan akses sarana prasarana komunikasi di daerah tertinggal yang menghambat akses ke pemerintah pusat sehingga proses pengusulan menjadi tidak terakomodir. Tabel 5. Program/Kegiatan yang Disetujui Kementerian/Lembaga Melihat dari jumlah K/L yang paling banyak menyetujui terhadap usulan kegiatan pada prioritas nasional pembangunan daerah tertinggal, akan tampak bahwa Kementerian Desa PDTT dalam hal ini Dirjen PDT dan PDTu memiliki fungsi yang krusial sebagai koordinator dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal di seluruh Indonesia. Tabel 6. Rekap Usulan Di Prioritas Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal Menurut Kementerian Lembaga Berdasarkan rekap usulan di Prioritas Nasional pembangunan daerah tertinggal menurut Kementerian Lembaga yang menangani, maka dapat dilihat bahwa usulan terbanyak dalam pembangunan daerah tertinggal adalah kepada Kementerian PUPR yaitu sebanyak 1795 atau 37,9%, Kementerian Desa PDTT sebanyak atau 28,3% dan Kementerian Perhubungan sebanyak 563 usulan atau 11,9%. Melihat usulan terbesar ditujukan kepada Kementerian PUPR, Kementerian Desa PDTT dan Kemenhub mengindikasikan bahwa konsentrasi dari Pemerintah daerah Tertinggal pada aspek peningkatan aksesibilitas daerah, tertutama pada bidang transportasi. 19

25 c) Pembahasan Trilateral Meeting Trilateral meeting merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan penyusunan RKP Tujuan pelaksanaan TM yaitu melakukan pembahasan mencakup detail dari rencana kerja program dan kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan oleh K/L meliputi sasaran, target, anggaran beserta lokasinya yang dilakukan antara Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan dan K/L terkait. Adapun pada prioritas nasional Daerah Tertinggal, maka TM dilakukan dengan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Dasar Pelaksanaan dari dilaksanakannya Trilateral Meeting yaitu pada PP 90 Tahun 2010 terdapat pada Pasal 8 ayat 7 yang berbunyi dalam proses penyusunan Renja-K/L dilakukan pertemuan 3 (tiga) pihak antara Kementerian/Lembaga, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan. Gambar 2. Skema Prioritas Pembahasan Program Kegiatan Fokus TM ialah pembahasan Program dan Kegiatan Prioritas, pembahasan tentang kebijakan pengelolaan belanja negara serta pembahasan terkait program non prioritas yang ada di Kementerian Desa PDTT. Sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan mengacu pada arahan presiden agar perencanaan program kegiatan dilakukan secara holistik integratif, tematik, dan spasial, maka peran Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal ialah sebagai fungsi koordinator dan regulator dalam menjalankan program kegiatan. Adapun fungsi eksekutor dilaksanakan dalam kerangka percontohan dengan tetap melalui koordinasi antara Kemendesa PDTT dengan K/L terkait dalam rangka percepatan pencapaian sasaran nasional terentaskannya desa tertinggal dan desa menjadi mandiri dan pengentasan 80 daerah tertinggal dalam Hasil kesepakatan pada forum TM menunjukkan bahwa Kebutuhan tambahan mendesak untuk Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan 20

26 Pembangunan Daerah Tertentu difokuskan untuk mengakomodir usulan daerah dalam musrenbangnas pada 54 kabupaten tertinggal prioritas tahun 2017 yang belum dapat diakomodir dalam RKP 2017 akibat keterbatasan pagu anggaran, serta mengakomodir usulan daerah dalam Musrenbangnas di luar 54 kabupaten tertingal yang menjadi Stock Program Prioritas pemenuhan kebutuhan tambahan mendesak sesuai dengan urutan program dan kegiatan prioritas yang ada. Urutan program kegiatan prioritas tersebut seperti terdapat pada tabel 2 berikut: K EGI ATAN Ditjen PDT Peningkatan Sarana dan Prasarana di Daerah Tertinggal Pengembangan Sumber Daya Manusia di Daerah Tertinggal Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup di Daerah Tertinggal Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah tertinggal BOBOT P RI ORI TAS 40% 25% 20% 15% Tabel 7. Urutan Program Kegiatan Prioritas I ND I K ATOR panjang jalan strategis daerah yang ditingkatkan di daerah tertinggal Jumlah Rumah Tangga yang mendapat bantuan sarana air bersih di daerah tertinggal Jumlah PLTS yang dibangun di daerah tertinggal Jumlah pasar kecamatan yang dibangun di daerah tertinggal Jumlah pelabuhan rakyat yang dibangun di Daerah Tertinggal jumlah jembatan penyeberangan yang dibangun di daerah tertinggal jumlah kapal penumpang di daerah Tertinggal pengadaan radio komunikasi terpadu di daerah tertinggal Jumlah asrama siswa dan guru yang dibangun di daerah tertinggal Jumlah puskesmas pembantu/rs kelas D Pratama yang menerima alat kesehatan di Daerah Tertinggal Jumlah ruang kelas SMP yang dibangun di daerah tertinggal Jumlah tenaga terampil yang dilatih dan tenaga kerja yang ditempatkan pada industri-industri dan usaha mandiri Jumlah Bantuan Pengembangan Peternakan Modern Jumlah pembangunan kebun buah Jumlah pengadaan kapal pariwisata Jumlah lokasi terumbu karang yang direhabilitasi dalam mendukung desa wisata bahari Jumlah unit UMKM/koperasi di daerah tertinggal yang mendapat bantuan untuk komoditas kopi/jagung/kakao jenis komoditas unggulan yang dipasarkan melalui e-commerce/outlet jumlah unit UMKM yang diberi bantuan peralatan pengolahan pasca panen jumlah unit UMKM yang diberi bantuan sarpras produksi URUTAN P RI ORI TAS P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 K EGI ATAN BOBOT P RI ORI TAS I ND I K ATOR URUTAN P RI ORI TAS Ditjen PDTu Pembangunan Kapal Barang 30 GT P1 Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar 40% Pembangunan Kapal Penumpang Kapasitas 50 Orang jumlah pelabuhan rakyat yang dibangun di Pulau Kecil dan Terluar Jumlah tambatan perahu yang dibangun Jumlah sarana air bersih yang dibangun di pulau kecil terluar di daerah tertinggal P2 P3 P4 P5 Jumlah pembangunan PLTS komunal di pulau kecil dan terluar di daerah tertinggal P6 Jumlah PLTS komunal yang dibangun di daerah perbatasan P1 Pengembangan Daerah Perbatasan 30% panjang jalan penghubung yang ditingkatkan di perbatasan daerah tertinggal panjang jalan penghubung yang ditingkatkan di daerah tertinggal perbatasan P2 P3 Jumlah sarana air bersih yang dibangun di daerah perbatasan P4 Penanganan Daerah Rawan Pangan 20% jumlah embung irigasi dan sumur bor yang dibangun di daerah rawan pangan jumlah kabupaten rawan pangan yang mendapat bantuan input produksi pertanian Jumlah gudang pangan lokal yang dibangun di daerah rawan pangan P1 P2 P3 Penanganan Daerah Pasca Konflik 10% Jumlah Kabupaten yang melakukan internalisasi conflict sensitive planning and budgeting internalisasi kurikulum bina damai dalam lembaga pendidikan formal dan non formal Penyusunan indeks ketahanan daerah konflik di daerah tertinggal P1 P2 P3 Pembagian menu dan lokasi dalam Stock Program menjadi acuan bagi Kementerian Desa PDTT untuk mengalokasikan kegiatannya apabila ada 21

27 tambahan kegiatan, yang bertujuan untuk menjaga konsistensi capaian target pembangunan. Adapun apabila terjadi perubahan lokasi dari kesepakatan hasil Musrenbangnas maka perubahan tersebut harus disertai dengan penjelasan teknis dari Bappeda Kabupaten selaku daerah yang melaksanakan kegiatan dengan mengetahui Bappeda. Dalam hal kebijakan belanja operasional bagi Kementerian Desa PDTT maka perlu memperhatikan hal-hal seperti kebutuhan belanja operasional yang agar diprioritaskan dan diperhitungkan secara cermat dan tepat untuk masing-masing Unit Organisasi lingkup Kemendes PDTT serta terkait alokasi belanja barang operasional agar tetap memperhatikan efisiensi belanja perjalanan dinas. Hal yang paling penting dari prinsip pengalokasian anggaran ialah dimana anggaran yang tersedia dalam Pagu Indikatif TA 2017 harus sudah menampung Prioritas Nasional, Program Prioritas maupun Kegiatan Prioritas yang sudah tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun Anggaran Salah satu hal yang penting dan dibahas dalam kegiatan TM ialah perlu adanya peningkatan fungsi koordinasi maupun integrasi program kegiatan yang ada di lingkungan Kementerian Desa PDTT, sehingga mampu mengatasi debottlenecking permasalahan yang ada di daerah tertinggal sesuai kriteria dan sub kriteria ketertinggalan. Koordinasi kegiatan dilakukan antara pemerintah daerah dengan pemerintah Pusat, adapun Integrasi kegiatan dilakukan baik itu antar K/L maupun antar Ditjen di dalam Kemendesa PDTT dengan kegiatan yang tertuang dalam APBN serta APBD dengan tetap menjaga keberlanjutan bantuan program kegiatan. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah juga mutlak diperlukan agar setiap kegiatan yang diusulkan baik itu melalui mekanisme DAK, musrenbangnas, Rencana Aksi Daerah maupun mekanisme usulan daerah lainnya sehingga dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan di masyarakat. Stranas dan RAN yang menjadi acuan bagi Percepatan Pembangunan Daerah tertinggal sesuai dengan PP nomor 78 tahun 2014 diharapkan dapat selesai sehingga dapat digunakan sebagai instrumen dalam mengkoordinasikan seluruh K/L dan Daerah, serta menjadi pedoman bagi penyusunan Renja K/L di tingkat pusat. Penyelesaian Stranas dipandang sangat krusial mengingat sampai saat tahun kedua berjalan stranas belum selesai. RAN merupakan penjabaran dari Stranas yang disusun pada T-2 sampai saat ini tidak dapat diwujudkan dikarenakan Stranas yang belum selesai. Sampai dengan akhir tahun 2016 Stranas masih dalam wujud draft dan RAN yang seharusnya sudah disusun untuk tahun 2018 belum juga dibahas. Total usulan menurut program prioritas pada prioritas nasional pembangunan daerah tertinggal sebanyak 1339 usulan. Dari kempat program prioritas, usulan paling banyak terdapat pada peningkatan aksesibilitas / 22

28 konektifitas dengan total 877 usulan atau 65% dari total usulan yang ada. Berdasarkan status terhadap verifikasi program prioritas yang telah dilakukan pada Trilateral Meeting, maka sebagian besar program prioritas masih belum diverifikasi, dikarenakan keterbatasan waktu yang ada Penelaahan RKA K/L Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Pembahasan RKA K/L dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal dituangkan dalam catatan penelaahan yang berasal dari Ditjen PDT serta ditjen PDTu Kemendesa PDTT. Secara umum pembahasan RKA K/L berisikan tentang penyesuaian volume target pada program kegiatan yang mengacu pada money follow program priority dalam RKP 2017 dengan tetap memperhatikan skala prioritas kegiatan dan lokasi dalam kesepakatan trilateral meeting. Apabila ada perubahan/penyesuaian volume target dari RKP akan dibahas melalui pertemuan tiga pihak. Selain itu satuan kegiatan dalam RKA K/L harus terukur dengan jelas dan tidak lagi mengunakan satuan Paket, sehingga output yang dihasilkan akan lebih terukur. Menyikapi penyesuaian anggaran yang terjadi maka diperlukan peningkatan fungsi koordinasi pada setiap UKE 2 agar memberikan hasil yang lebih optimal. Peningkatan kualitas koordinasi diwujudkan dengan penyusunan peta konsep pengembangan per bidang (tematik) sesuai tupoksi UKE 2 terkait atau berupa kesepakatan dengan stakeholder terkait dalam rangka mengatasi permasalahan ketertinggalan per bidang. Pada program kegiatan pengembangan daerah tertentu agar fokus dilaksanakan untuk mendukung pencapaian pembangunan daerah tertinggal, utamanya di 5 kabupaten tertinggal terintegrasi dan 54 kabupaten tertinggal prioritas yang akan ditangani tahun 2017 yang memiliki karakteristik tertentu. Apabila kebutuhan pada 54 kabupaten tertinggal yang memiliki karakteristik tertentu telah terpenuhi maka dapat mengintervensi daerah lainnya. Selain secara umum membahas tentang Rencana Kerja Anggaran K/L Kemendesa PDTT, maka dilakukan juga pembahasan secara khusus tentang kegiatan di UKE II. Catatan di ditjen PDT sebagai berikut: 1. Kegiatan Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal agar menghasilkan output yang berupa rancangan RAD 2019, penetapan RAD 2018, pemantauan RAD 2017, evaluasi RAD 2016 serta yang paling krusial ialah penyelesaian Stranas PPDT Dalam hal proses perencanaan, penyusunan dokumen perencanaan agar melalui koordinasi dengan direktorat terkait di lingkup Ditjen PDT sehingga menjadi dasar bagi direktorat lain dalam melakukan intervensi kegiatan. 23

29 2. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah tertinggal berupa penyelesaian konsep PRUKAB yang konkret meliputi rencana aksi secara hulu-hilir, business process (kebutuhan investasi; target terhadap peningkatan produksi, pendapatan, serapan tenaga kerja, dll); serta pembagian peran lintas UKE 1 di Kemendes PDTT, lintas K/L dan pemerintah daerah khususnya untuk Kabupaten Lombok Timur dan Sarmi. Kegiatan Prukab dapat dikembangkan dari lokasi Prukab atau lokasi potensial lainnya yang telah ada sehingga tidak berorientasi pada peningkatan produksi melaikan pada hilirisasi komoditas, dengan demikian dapat mendorong peningkatan nilai tambah dan daya beli masyarakat. 3. Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Daerah Tertinggal dalam bentuk penguatan kapasitas tenaga kerja/pelatihan keterampilan dilakukan untuk mendukung pengembangan Produk Unggulan kabupaten (PRUKAB), sedangkan kegiatan lainnya untuk mendukung pemenuhan pelayanan dasar dasar khususnya di 5 kabupaten tertinggal prioritas. Sesuai dengan diskusi dalam Trilateral Meeting, tidak diperlukan pembangunan fisik seperti saung ketrampilan melainkan lebih baiknya apabila ada pengoptimalan pada balai atau bangunan lainnya yang telah ada. Fungsi koordinasi dengan K/L lain dibutuhkan agar PSDM di daerah tertinggal dapat merata dan memiliki kapasitas maupun skill yang dibutuhkan di masyarakat. 4. Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup di Daerah Tertinggal agar memperhatikan fungsi koordinasi ke berbagai K/L terkait sehingga SDA LH di daerah tertinggal dapat selaras dengan tujuan RKP dan RPJM yang telah dibangun. 5. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana di Daerah Tertinggal agar diarahkan untuk mendukung PRUKAB dan memenuhi pelayanan dasar khususnya di 5 kabupaten tertinggal prioritas serta pembangunan PLTS agar diarahkan kepada kabupaten yang memiliki rasio elektrifikasi yang rendah dan tidak mengintervensi kabupaten dengan rasio elektrifikasi yang sudah relatif tinggi (diatas 75%), sehingga pemenuhan sarana prasarana dasar di daerah tertinggal yang mendorong Prukab dapat tercapai dan mendorong pengembangan ekonomi lokal khususnya di daerah tertinggal. Adapun catatan yang ada pada tiap kegiatan di Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu berupa: 1. Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan agar mengarahkan kepada daerah yang memiliki tingkat kerawanan pangan 1 2 serta fokus penanganan daerah rawan pangan pada peningkatan ketahanan pangan lokal. Tingkat kerawanan pangan yang tinggi agar diintervensi lebih dahulu sehingga ketahanan pangan di daerah tertinggal dapat diwujudkan. 24

30 2. Kegiatan Pengembangan Daerah Perbatasan agar difokuskan pada efisiensi pendanaan sehingga disarankan agar rapat koordinasi dilakukan di pusat. Selain itu terdapat perubahan lokasi intervensi sesuai dengan skala prioritasnya, misal: bantuan peningkatan elektrifikasi dan air bersih dilakukan pada kabupaten yang memiliki rasio elektrifikasi dan ketersediaan air bersih yang masih rendah; kegiatan unggulan pengembangan investasi di perbatasan bukan berupa pengadaan benih dan saprotan, melainkan pada forum atau rapat koordinasi yang menghasilkan kesepakatan kerjasama investasi atau kemitraan di daerah perbatasan, khususnya untuk mendukung pengembangan aquaculture maupun agriculture estate di kawasan perbatasan. 3. Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Bencana agar fokus pada penguatan kapasitas masyarakat/aparatur pemerintah dalam menghadapi bencana. Selain itu kegiatan dalam bentuk fisik harus melalui kesepakatan bersama antara Kemendes (c.q Dit. Penanganan Daerah Rawan Bencana) dengan BNPB selaku koordinator terkait dengan penanganan bencana di Indonesia agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. 4. Kegiatan Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar yang memiliki program unggulan Aquaculture estate diharapkan dapat fokus pada hilirisasi komoditas, sehingga dapat mendorong peningkatan nilai tambah dan daya beli masyarakat. Direktorat. Pengembangan PKT selaku koordinator dalam kegiatan aquaculture estate perlu membuat rencana pengembangan aquaculture estate sebagai guidance seluruh pihak yang akan berkontribusi dalam pengembangan aquaculture estate. 5. Kegiatan Penanganan Daerah Pasca Konflik agar fokus pada kegiatan yang diarahkan untuk penguatan kapasitas aparatur dan masyarakat dalam menghadapi isu sensitif konflik. Selain itu juga diperlukan pengumpulan data dan informasi terkait dengan kebutuhan dalam penanganan konflik yang terjadi. Program kegiatan yang dijalankan baik itu oleh Dirjen PDT maupun PDTu diharapkan agar fokus dilaksanakan demi mendukung pencapaian pembangunan daerah tertinggal yang utamanya dilaksanakan di 5 kabupaten tertinggal terintegrasi dan 54 kabupaten tertinggal prioritas yang akan ditangani tahun Apabila kebutuhan pada 54 kabupaten tertinggal prioritas 2017 telah terpenuhi maka program kegiatan dapat diintervensikan ke daerah tertinggal lainnya demi mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal. 25

31 3.2. Koordinasi Perencanaan RKP, Renja K/L, dan RKA K/L Tahun 2017 dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Perbatasan Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam RKP Tahun 2017 Paradigma pembangunan kawasan perbatasan mengalami perubahan dari inward looking menjadi outward looking, yaitu dengan melihat perspektif lebih luas terhadap negara tetangga dan tetap memberdayakan potensi dalam negeri, dari halaman belakang menjadi halaman depan yaitu dengan menjadikan masyarakat mampu berdiri sama tinggi atau lebih maju dalam beraktivitas dengan masyarakat negara tetangga, serta dari pendekatan yang tidak hanya berorietasi keamanan akan tetapi juga berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. RKP Tahun 2017 menggunakan pendekatan holistik-tematik, integratif, dan spasial dalam meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan. Untuk itu, pendekatan pembangunan holistik-tematik, integratif, dan spasial yang digunakan dalam pembangunan kawasan perbatasan negara, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Holistik Tematik, yaitu untuk mencapai sasaran prioritas nasional sasaran Isolasi Lokpri/kabupaten perbatasan negara, perlu koordinasi multi kementerian, yaitu antara lain Settap BNPP, Kemen ATR, dan Kemen KLH, Kementan PUPR, Kemenhub, Kominfo, Kemen ESDM, Pemerintah Daerah, dan lain-lain. 2) Integratif, yaitu pencapaian sasaran mengatasi isolasi Lokpri/kabupaten perlu dilakukan secara terintegrasi melalui peningkatan jalan (strategis nasional, paralel, non status/strategis daerah); transportasi laut/udara, pengadaan ketenagalistrikan dan EBT; kuota BBM, pengadaan akses informasi dan telekomunikasi, dan seterusnya (kombinasi berbagai program/kegiatan). 3) Spasial, yaitu dalam pembangunan akses pembuka isolasi, harus mempertimbangkan karakteristik lokasi lokpri/kabupaten perbatasan, misal kepulauan atau daratan, jika daratan kebutuhan dominan adalah jalan yang fungsional hingga membuka desa; sedangkan jika kepulauan maka kebutuhan akses adalah transportasi laut dan/atau udara. Pembangunan Pusat Pertumbuhan/PKSN Perbatasan, harus mempertimbangkan lokasi PKSN, berdekatan dengan PLBN, terintegrasi dengan jalan/bandara/pelabuhan, gudang, pasar, kawasan industri pengolahan, dan lain-lain. Dalam menyusun rencana RKP pembangunan kawasan perbatasan, isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian yaitu: (1) Keterisolasian kawasan perbatasan negara merupakan isu utama perbatasan, karena keterbatasan 26

32 infrastruktur dasar wilayah, yaitu transportasi, energi, dan telekomunikasi yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan ekonomi; (2) Keterisolasian juga menyebabkan terhambatnya pelayanan sosial dasar, khususnya pendidikan dan kesehatan karena kesulitan akses; (3) Minimnya akses transportasi dan telekomunikasi membuat masyarakat perbatasan tergantung dengan fasilitas dan barang kebutuhan dari negara tetangga, sehingga menjadikan kedaulatan negara di perbatasan lemah; (4) Belum efektifnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di perbatasan; dan (5) Gangguan Keamanan dan Pelanggaran Hukum di Laut dan Wilayah Perbatasan Darat Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam RKP Tahun 2017 Agenda pembangunan (Nawa Cita) yang tercantum dalam RPJMN menegaskan tentang pentingnya kebijakan, program dan kegiatan yang nyata dan terukur untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Pembangunan kawasan perbatasan mendapatkan dukungan dan penegasan melalui Nawa Cita ke-3 yaitu Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam kerangka Negara Kesatuan. Dalam hal ini, pemerintah mulai meletakkan dasar-dasar desentralisasi asimetris bagi pembangunan perbatasan negara, yang dimaksudkan untuk melindungi kepentingan nasional Indonesia di kawasan-kawasan perbatasan, memperkuat daya saing ekonomi Indonesia secara global, serta membantu daerah-daerah yang kapasitas berpemerintahan belum cukup memadai dalam memberikan pelayanan publik. Kebijakan pembangunan kawasan perbatasan dalam RPJMN diterjemahkan dalam Arah Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2017 yaitu: 1. Pembangunan infrastruktur Kawasan Perbatasan 2. Peningkatan keamanan wilayah perbatasan sebagai halaman depan negara 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat wilayah perbatasan melalui peningkatan penyediaan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi Sedangkan sasaran pembangunan kawasan perbatasan negara tahun 2017 yaitu pengembangan Pusat Ekonomi Perbatasan (Pusat Kegiatan Strategis Nasional/PKSN) sebanyak 10 PKSN, 150 Lokpri, 7 PLBN (Entikong, Nanga Badau, Paloh Aruk, Skouw, Wini, Mota ain dan Motamasin), dan peningkatan keamanan dan kesejahteraan masyarakat perbatasan sebanyak 50 pulau kecil terluar/terdepan. Arah kebijakan tersebut diwujudkan dalam program prioritas pembangunan perbatasan negara tahun 2017, yaitu: 1) Pembangunan 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (Sabang, Ranai, Aruk, Entikong, Nanga Badau, Nunukan, Tahuna, Saumlaki, Atambua, dan Jayapura) sebagai Pusat Pengembangan Perbatasan Negara; 2) Membuka isolasi Lokasi Prioritas 27

33 (Lokpri), peningkatan sarpras, peningkatan SDM dan penguatan sosial ekonomi serta penyediaan air baku; 3) Pembangunan Pos Lintas Batas Nasional (PLBN) Terpadu; 4) Pengamanan sumber daya dan batas wilayah darat, laut dan udara; dan 5) Peningkatan kualitas diplomasi, kerja sama sosial - ekonomi. Setiap program prioritas memiliki kegiatan prioritas sebagai bentuk konkrit pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan tahun Program prioritas-1 yaitu Pembangunan 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai Pusat Pengembangan Perbatasan Negara, dilakukan melalui kegiatan (i) pembangunan sarana dan prasarana di kota pusat pertumbuhan; (ii) pembangunan sarpras kemaritiman penunjang pengelolaan sumber daya laut; (iii) pembangunan/revitalisasi sarana distribusi perdagangan di kota pusat pertumbuhan, regulasi perdagangan ekspor dan impor melalui perbatasan negara; (iv) pembangunan industri hilir dan industri kecil menengah; (v) peningkatan potensi komoditas unggulan perbatasan; serta (vi) penyusunan rencana detil tata ruang dan masterplan pengembangan kawasan. Program prioritas-2 yaitu Membuka isolasi Lokpri, peningkatan sarpras, peningkatan SDM, penguatan sosial ekonomi, dan penyediaan air baku, dilakukan melalui kegiatan: (i) pembangunan akses transportasi darat, laut, dan udara pembuka isolasi; (ii) pembangunan sarana dan prasarana kelistrikan, TIK, dan penyiaran; (iii) Pembangunan sarana - prasana produksi pemasaran; (iv) Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan dan pelatihan SDM; (v) Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan; (vi) Pembangunan perumahan, kawasan permukiman layak huni dan penyediaan air baku; serta (vii) Pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan. Program prioritas-3 yaitu Pembangunan Pos Lintas Batas Negara Terpadu, dilakukan melalui kegiatan (i) Pembangunan infrastruktur/gedung CIQS terpadu; (ii) Pembangunan jaringan telekomunikasi listrik, dan energi penunjang PLBN; (iii) Pengadaan fasilitas penunjang kegiatan custom, imigrasi, quarantine and security; (iv) Pembangunan perumahan dan permukiman pegawai PLBN; dan (v) Penyediaan jalan lingkungan, air bersih dan sanitasi. Program prioritas-4 yaitu Pengamanan sumber daya dan batas wilayah darat, laut, dan udara, dilakukan melalui kegiatan: (i) Kerjasama internasional pengamanan kawasan perbatasan; (ii) Pembangunan pos TNI dengan fasilitas pengamanan penunjang; (iii) Patroli pengamanan sumber daya dan batas wilayah; dan (iv) Pembangunan, pengawasan dan pemeliharaan tanda batas wilayah negara. Program prioritas ke-5 yaitu Peningkatan kualitas diplomasi, kerja sama sosial ekonomi, dilakukan melalui kegiatan: (i) Penataan Kelembagaan Diplomasi Perundingan; (ii) Penguatan Koordinasi Materi Dan Instrumen Perundingan Antar K/L; (iii) Penyelesaian Segmen Batas Negara; dan (iv) 28

34 Pembuatan Peta Kawasan Perbatasan, Database Regulasi, Dan Dokumen Teknis Pengelolaan Perbatasan. Gambar 3. Program Prioritas Pembangunan Perbatasan Negara Tahun 2017 Pengembangan kawasan perbatasan tahun 2017 diorientasikan dalam rangka menjamin adanya barang/produk komoditas dari daerah perbatasan Indonesia yang diekspor ke negara tetangga melalui perbatasan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dilakukan melalui: 1) Pengembangan Kawasan Industri di PKSN, dengan strategi meningkatkan produktivitas pengolahan bahan baku komoditas unggulan daerah dan meningkatkan ekspor komoditas bernilai tambah; 2) Pengembangan Produktivitas Kawasan Lokpri dan Kecamatan sekitar, dengan strategi meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi komoditas unggulan daerah sebagai bagian dari proses di hulu dan meningkatkan konektivitas menuju pusat pertumbuhan (KI, KEK, kota) sebagai bagian dari proses di hilir; dan 3) Pengembangan Outlet Pasar, Factory Outlet, Kawasan Pariwisata, dengan strategi mengembangkan kawasan perdagangan, meningkatkan kualitas infrastuktur, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang perdagangan dan pariwisata. Terkait dengan pembangunan PKSN, pada tahun 2017 difokuskan pada pembangunan infrastruktur pembuka konektivitas lokpri, dan pada tahun 2018 PKSN diarahkan pada orientasi ekspor komoditas unggulan kawasan perbatasan sehingga perlu untuk ditentukan komoditas yang akan dikembangkan pada setiap PKSN. Untuk itu, arah pengembangan PKSN tahun 2017 yaitu: 1) Mewujudkan PKSN sebagai pintu gerbang eskpor ke negara tetangga baik row 29

35 material/olahan; 2) Meningkatkan produktivitas komoditas dengan terlebih dahulu menetapkan prioritas komoditas yang akan dikembangkan; 3) Menetapkan fokus komoditas unggulan yang akan dikembangkan untuk setiap cluster PKSN Lokpri; 4) Menyiapkan regulasi ekspor khusus kawasan perbatasan; dan 5) Menyiapkan PLBN sebagai pusat kepabeanan. Sedangkan arah pengembangan Lokpri difokuskan pada: 1) Pembangunan konektivitas menuju dan dari lokpri untuk memudahkan mobilitas wilayah baik berupa uang, manusia, barang, maupun inovasi; 2) Pembangunan infrastruktur pelayanan dasar yang memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas sosial dan ekonomi; 3) Pemberdayaan masyarakat dalam pengolahan komoditas lokal untuk memperkuat daya jual komoditas khas kawasan perbatasan; dan 4) Penguatan kelembagaan seluruh stakeholder di daerah yang berperan dalam membangun lokpri Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Badan Nasional Pengelola Perbatasan dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Perbatasan Tahun 2017 a) Pembahasan Multilateral Meeting Multilateral Meeting I dilakukan melalui pengintegrasian berbagai upaya K/L ke dalam satu tujuan (goal) yang jelas dan terukur untuk mendukung pembangunan Kawasan Perbatasan. Output dari forum ini pengisian Form A yaitu Sasaran Prioritas Pembangunan, Arah Kebijakan, Program Prioritas (Level 1), dan Kegiatan Prioritas (Level 2), sehingga mencapai kesepakatan program/kegiatan lintas sektor yang terintegrasi dan berkontribusi untuk mencapai sasaran pembangunan Kawasan Perbatasan Negara. 30

36 Tabel 8. Rekapitulasi Jumlah Program/Kegiatan K/L dalam Program Prioritas Nasional Pembangunan Daerah Perbatasan Prioritas Nasional Daerah Perbatasan Daerah Perbatasan Program Prioritas Pembangunan 10 PKSN sebagai Pusat Pengembangan Perbatasan Negara (Urutan 2) Membuka Isolasi Lokpri, Peningkatan Sarpras Peningkatan SDM, dan Ekonomi Perbatasan (Urutan 3) Pembangunan Infrastruktur/ Gedung CIQS Terpadu (Urutan 1) Kegiatan Prioritas 1. Pembangunan sarana dan prasarana di kota pusat pertumbuhan (9) 2. Pembangunan sarpras kemaritiman penunjang pengelolaan sumber daya laut (2) 3. Pembangunan/ revitalisasi sarana distribusi perdagangan di kota pusat pertumbuhan (3) 4. Regulasi perdagangan ekspor dan impor melalui perbatasan negara (2) 5. Pembangunan industri hilir dan Industri Kecil Menengah (5) 6. Peningkatan potensi komoditas unggulan perbatasan (16) 7. Penyusunan Rencana Detil Tata Ruang dan Masterplan Pengembangan Kawasan (10) 1. Membangun akses transportasi darat, laut, dan udara pembuka isolasi (117) 2. Pembangunan sarana dan prasarana kelistrikan, TIK, dan penyiaran (7) 3. Pembangunan sarana - prasana produksi pemasaran (0) 4. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan dan pelatihan SDM (16) 5. Pembangunan Sarana dan Prasarana Kesehatan (3) 6. Pembangunan perumahan, kawasan permukiman layak huni dan penyediaan air baku (17) 7. Pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan (3) 1. Pembangunan Infrastruktur/ Gedung CIQS Terpadu (5) 2. Pembangunan jaringan telekomunikasi listrik, dan energi penunjang PLBN (0) 3. Pengadaan Fasilitas Penunjang Kegiatan Custom, Imigrasi, Quarantine and Security (2) 4. Pembangunan Perumahan Dan 31

37 Permukiman Pegawai PLBN (1) 5. Penyediaan jalan lingkungan, air bersih dan sanitasi (0) Pengamanan Sumber Daya dan Batas wilayah Darat, Laut, dan Udara (Urutan 4) Peningkatan Kualitas Diplomasi, Kerja Sama Lintas Batas Negara (Urutan 5) 1. Kerjasama internasional pengamanan kawasan perbatasan (2) 2. Pembangunan Pos TNI dengan fasilitas pengamanan penunjang (12) 3. Patroli pengamanan batas wilayah (7) 4. Pembangunan, pengawasan dan pemeliharaan tanda batas wilayah negara (4) 1. Penataan kelembagaan diplomasi perundingan (3) 2. Penguatan koordinasi materi dan instrumen perundingan antar K/L (1) 3. Penyelesaian segmen batas negara (2) 4. Pembuatan peta kawasan perbatasan, database regulasi, dan dokumen teknis pengelolaan perbatasan (10) Dukungan program/kegiatan dalam prioritas nasional pembangunan Daerah Perbatasan yaitu para program prioritas pembangunan PKSN dan pembukaan keterisolasian di lokpri (kecamatan terluar). Sehingga dalam hal ini perlu menjadi perhatian untuk memetakan komoditas yang menjadi potensi unggulan daerah, serta mekanisme hilirisasinya yang meliputi strategi pengembangan ekonomi, distribusi hasil produksi, hingga penyiapan akses pasar. Hal tersebut sejalan dengan dukungan infrastruktur yang cukup massif sehingga dapat mendistribusikan komoditas unggulan yang ada di lokpri ke pusat-pusat pertumbuhan di sekitarnya. b) Pembahasan Bilateral Meeting Pelaksanaan Bilateral Meeting (BM) dalam rangka penyusunan RKP tahun 2017 bidang pembangunan kawasan perbatasan negara bertujuan dari BM yaitu menajamkan hasil Multilateral Meeting terkait Prioritas Nasional Kawasan Perbatasan yang akan menjadi program/kegiatan K/L. Mekanisme pembahasan BM yaitu pembahasan setiap program prioritas dan di luar program prioritas, dengan mempertimbangkan norma dan standar yang telah ditentukan. Tindak lanjut dari pelaksanaan BM yaitu pemutakhiran Form B-E dan pemberian catatan pembahasan. 32

38 Dalam proses pembahasan, dilakukan beberapa identifikasi/klarifikasi terkait: (1) kesuaian dengan norma dan standar; (2) kegiatan yang mendesak (termasuk 100 prioritas Presiden) yang belum tercakup dalam pembahasan Multilateral Meeting (agar disampaikan target dan kebutuhan pendanaan 2017 dan target dan pendanaan yang telah ada di tahun 2016); (3) dukungan sumber pendanaan lainnya (jika diperlukan), antara lain: DAK (menu), Non K/L (Subsidi Non Energi dan Hibah), Dana Desa, Pembiayaan BUMN dan Dukungan Pembiayaan Infrastruktur; (4) hal-hal lainnya yang perlu diperhatikan, antara lain: Potensi efisiensi, Kesiapan pelaksanaan, Duplikasi serta rencana pengalihan ke DAK; (5) Usulan kegiatan Kerjasama Selatan Selatan dan Triangular (KSST) dan Reformasi Birokrasi; dan lain sebagainya. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: (i) Penyerhanaan nomenklatur, dimana program/kegiatan K/L hanya sebagai rumah, sehingga program/kegiatan lebih konkret dan tajam dengan indikator yang tidak hanya diukur dari kuantitas akan tetapi kualitas; (ii) indikator Koordinasi menjadi indikator utama peran Settap BNPP dalam mendukung BNPP dalam mengoordinasikan K/L, nomenklatur-nya dipertajam agar menunjukkan kualitas koordinasi, bukan sekedar kuantitas koordinasi ; dan (iii) indikator Pelaksanaan kebijakan xxx harus dipertajam sehingga benar-benar menjadi konkret sesuai output utama yang dihasilkan. Terkait dengan pelaksanaan teknis, Kegiatan Sekretariat Tetap (Settap) BNPP agar mengisi kebutuhan pembangunan LOKPRI sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Orientasi kegiatan dilakukan sebagai instrumen koordinasi untuk menggerakkan kegiatan K/L sehingga terjalin pembangunan Lokpri yang holistik dan terintegrasi, contoh: membangun agroindustri di lokpri, menyelenggarakan koordinasi penyiapan/pasca perundingan. Bentuk kegiatan yang urgent dibutuhkan tetapi tidak dilakukan oleh K/L Teknis baik karena keterbatasan kewenangan K/L atau merupakan inovasi kegiatan baru. Contohnya: Kemen Perhubungan tidak mengintervensi kapal angkutan orang berbobot 50 penumpang jalur Sebatik-Tawao; Jalan Non Status. Regulasi menjadi hal yang diperlukan, namun jangan sampai bersifat overregulated sehingga justru menghambat pembangunan. Usulan regulasi perlu mempertimbangkan apakah regulasi tersebut mudah atau sulit untuk diimplementasikan. Target pengurangan regulasi tahun 2016 ini yaitu sebesar 50%, karena ada yang overregulasi, kontradiktif, kontraproduktif, dan lain sebagainya. Program Prioritas Nasional Pembangunan Kawasan Perbatasan yang telah disepakati yaitu: (1) Pembangunan 10 PKSN sebagai Pusat Pengembangan Perbatasan Negara; (2) Membuka isolasi Lokpri, peningkatan sarpras, peningkatan SDM dan penguatan sosial ekonomi serta penyediaan air baku; (3). Pembangunan PLBN Terpadu; (4) Pengamanan sumber daya dan 33

39 batas wilayah darat, laut dan udara; (5) Pengamanan sumber daya dan batas wilayah darat, laut dan udara. Kegiatan-kegiatan untuk mendukung program prioritas tersebut diharapkan lebih fokus dan konkrit. Dalam hal ini banyak dari hasil refocusing yang masih perlu disesuaikan. Kepala Biroren BNPP menyebutkan bahwa ada beberapa kegiatan prioritas yang sulit untuk dikonkritkan, susah untuk diukur, sehingga masih bersifat abuabu. Saat ini BNPP sedang berusaha menuangkan program yang lebih konrit sesuai tusi settap BNPP, di samping juga melakukan filling the gap. Hal ini dilakukan untuk menghindari overlap dan duplikasi dengan program K/L. Di sisi lain, ada kekhawatiran jika semua prioritas (bulatan) menjadi tanggung jawab settap akan sulit ditangani karena terlalu banyak program yang dilakukan. c) Musrenbangnas Pada proses Musrenbangnas untuk prioritas nasional pembangunan kawasan perbatasan negara, dilakukan dengan melibatkan BNPP, kementerian/lembaga terkait (terutama anggota Settap BNPP), direktorat sektor Bappenas, dan pemerintah daerah perbatasan negara. Gambar 3. Hasil Pembahasan Program Prioritas 1 25 Pembangunan 10 PKSN sebagai Pusat Pengembangan Perbatasan Negara Aceh Sumatera Utara Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kepulauan Riau Maluku Maluku Utara Nusa Tenggara Timur Papua Riau Sulawesi Utara Papua Barat Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak Pada Program Prioritas Nasional Pembangunan 10 PKSN terdapat dua yang tidak mengusulkan program di dalamnya, yaitu Sumatera Utara dan Papua Barat. Kepulauan Riau memiliki usulan program yang paling banyak disetujui, dan beberapa ditolak karena tersebut memiliki usulan paling banyak. Usulan yang ditolak terkait usulan kegiatan yang tidak sesuai 34

40 dengan kegiatan prioritas Kementerian untuk tahun Kalimantan Barat, NTT dan Papua mendapatkan prioritas pelaksanaan Inpres no. 6/2015. Gambar 4. Hasil Pembahasan Program Prioritas Membuka Isolasi Lokpri, Peningkatan Sarpras Peningkatan SDM, dan Ekonomi Perbatasan Aceh Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kepulauan Riau Maluku Maluku Utara Nusa Tenggara Timur Papua Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak Riau Sulawesi Utara Sumatera Utara Papua Barat Pada Program Prioritas Nasional ke -2 banyak usulan yang belum dibahas. Usulan kegiatan yang belum dibahas diantaranya adalah usulan pembangunan jalan. Usulan jalan per satuan ruas sangat banyak di Program Prioritas ke dua sehingga menyulitkan untuk dibahas. Selain itu beberapa usulan sudah disepakati di dalam Prioritas Nasional lain. 25 Gambar 4. Hasil Pembahasan Program Prioritas 3 Pengembangan PLBN Terpadu Aceh Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kepulauan Riau Maluku Maluku Utara Nusa Tenggara Timur Papua Riau Sulawesi Utara Sumatera Utara Papua Barat Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak Pada Program Prioritas Nasional (PPN) ke - 3 tidak banyak usulan yang dibahas karena prioritas ini berkaitan erat dengan pelaksanaan Inpres No. 6/2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 PLBN. Hal tersebut dikarenakan 35

41 Pembangunan PLBN Terpadu merupakan kewenangan pusat. Selain itu pembahasan lebih difokuskan untuk PPN 1 dan 2. Gambar 5. Hasil Pembahasan Program Prioritas 4 6 Pengamanan Sumber Daya dan Batas wilayah Darat, Laut, dan Udara Aceh Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kepulauan Riau Maluku Maluku Utara Nusa Tenggara Timur Papua Riau Sulawesi Utara Sumatera Utara Papua Barat Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak Pada Program Prioritas Nasional ke- 4 tidak banyak usulan yang dibahas karena merupakan kegiatan Pemerintah Pusat. Hal tersebut dikarenakan Program/Kegiatan K/L seputar Pengamanan Sumber Daya dan Batas wilayah Darat, Laut, dan Udara merupakan kewenangan pusat. Selain itu pembahasan lebih difokuskan untuk PPN 1 dan 2. Gambar 6. Hasil Pembahasan Program Prioritas 5 7 Peningkatan Kualitas Diplomasi, Kerja Sama Lintas Batas Negara Aceh Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kepulauan Riau Maluku Maluku Utara Nusa Tenggara Timur Papua Riau Sulawesi Utara Sumatera Utara Papua Barat Belum Ada Kesepakatan Belum Dibahas Disetujui Ditolak 36

42 Pada Program Prioritas Nasional (PPN) ke-5 tidak banyak usulan yang dibahas karena merupakan kegiatan Pemerintah Pusat. Hal tersebut dikarenakan Program/Kegiatan K/L seputar Peningkatan Kualitas Diplomasi, Kerja Sama Lintas Batas Negara merupakan kewenangan pusat. Selain itu pembahasan lebih difokuskan untuk PPN 1 dan 2. Gambar 7. Hasil Pembahasan Program Prioritas JUMLAH DANA DIAJUKAN DALAM USULAN PER K/L (DALAM JUTA RUPIAH) Pelaksanaan Musrenbangnas belum efektif dalam mengarahkan program/kegiatan Kementerian/Lembaga untuk membangun kawasan perbatasan negara. Afirmasi terhadap pembangunan kawasan perbatasan masih sangat minim, terutama bagi pembangunan lokasi prioritas. Lokus pembangunan mayoritas masih berada di provinsi dan kabupaten perbatasan, belum menyentuh kecamatan-kecamatan terluar. d) Pembahasan Trilateral Meeting Pada Pembahasan Trilateral Meeting II BNPP (Badan Nasional Pengelola Perbatasan), berdasarkan SB alokasi BNPP/Settap BNPP TA 2017 total jumlah sebesar Rp , yang terdiri dari alokasi Program Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan (Program Teknis) sebesar Rp dan alokasi Prog. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNPP (Program Generik) sebesar Rp Dari total jumlah alokasi tersebut dalam pembahasan Trilateral Meeting, telah diidentifikasi adanya kekurangan anggaran dan membutuhkan tambahan alokasi anggaran sebesar Rp 65,6 miliar. 37

43 Kekurangan dimaksud dipergunakan untuk penambahan Program Dukungan Manajemen (Program Generik) terutama non operasional Biro Perencanaan, Kerjasama dan Hukum/PKH dan Biro Administrasi Umum/ADUM, sebesar Rp 40,6 miliar dan Program Teknis sebesar Rp 25 miliar (Rp 5 miliar per PLBN) untuk alokasi anggaran Operation and Maintenance (OM) di 5 (lima) PLBN. Untuk memenuhi kekurangan dimaksud, Settap BNPP telah melakukan exercise dan hanya mampu melakukan re-alokasi anggaran (pergeseran) dari Program Teknis sebesar Rp 28,6 miliar di realokasikan untuk Program Dukungan Manajemen (Biaya Non operasional). Realokasi sebesar Rp 28,6 miliar diperoleh dari pengurangan anggaran Program Teknis yaitu (a) Alokasi Non PN sebesar Rp 21,58 miliar, dan (b) Alokasi PN sebesar Rp 7 miliar untuk pembangunan jalan non status 7 km dengan alasan akan diakomodir oleh KL terkait melalui alokasi Dana DAK yang lebih memadai. Sedangkan untuk Program Teknis terkait anggaran Operation and Maintenance (OM) untuk 5 (lima) PLBN sebesar Rp 25 miliar (Rp 5 miliar per PLBN) dan kegiatan Rakorbangtas sebesar Rp 12 miliar (Nasional sebesar Rp 2 miliar dan Regional sebesar Rp 10 miliar, tidak dapat dilakukan exercise realokasi karena anggaran tidak cukup tersedia. Bappenas menanggapi bahwa secara umum total pagu definitif dalam lampiran SB tidak berbeda dengan hasil pagu infikatif yang telah di exercise. Namun belum ada anggaran biaya non operasional pada Program Dukungan dan Manajemen Teknis Lainnya. Biaya non operasional harus dialokasikan untuk melaksanakan kegiatan Rapat Koordinasi Pembangunan Perbatasan yang akan dilaksanakan mulai level kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan Nasional. Terkait kebutuhan sementara dan mendesak, Kementerian Keuangan menjelaskan bahwa Untuk sementara anggaran dikunci, tetapi kekurangan anggaran dapat diusulkan dalam catatan kesepakatan. Usulan tambahan kegiatan yang disampaikan dapat secara rinci diberikan penjelasan mengenai detil kegiatan dan kebutuhan anggaran yang ada. Kebutuhan tambahan anggaran Operation and Maintenance (OM) untuk 5 PLBN memerlukan justifikasi yang kuat terkait besaran target dan kebutuhan anggaran, apabila terdapat tambahan anggaran untuk OM 5 PLBN maka kegiatan tersebut tidak harus masuk ke dalam Program Kegiatan dalam Prioritas Nasional (reguler). Dalam hal ini, BNPP menyampaikan Kebutuhan tambahan mendesak sebagai berikut: 1. Untuk Program Dukungan Manajemen yaitu Kegiatan Rakorbangtas Nasional sebesar Rp 2 miliar dan Rakorbangtas di Regional/Daerah sebesar Rp 10 miliar belum tersedia alokasi anggarannya; Hal ini perlu pembahasan lebih lanjut guna mendukung efektivitas koordinasi perencanaan dan penguatan 38

44 kelembagaan dengan melibatkan peran serta KL dan Pemda (Badan Pengelola Perbatasan Daerah Prov./Kab/Kota yang telah terbentuk) 2. Untuk Program Teknis masih terdapat kekurangan/ membutuhkan alokasi anggaran sebesar Rp 25 miliar (Rp 5 milyar per PLBN) untuk kegiatan Operation and Maintenance (OM) 5 Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Hal ini perlu pembahasan lebih lanjut dikarenakan sangat mempengaruhi operasional 5 PLBN yang ada; 3. Berdasarkan penjelasan diatas maka Settap BNPP telah melakukan exercise alternative I dan II dengan kemampuan realokasi anggaran hanya sebesar Rp 28,6 miliar sedangkan kebutuhan anggaran sebesar Rp 12 miliar dan Rp 25 miliar belum mendapatkan alokasi anggaran sehingga dibutuhkan total tambahan anggaran sebesar Rp 37 miliar; 4. Sehingga posisi sementara exercise perubahan SB alokasi anggaran Settap BNPP TA.2017 sebagai berikut: a) Alokasi Program Dukungan Manajemen semula sebesar Rp , berubah menjadi Rp (karena tambahan Rp ) dan alokasi Program Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan (Program Teknis) semula sebesar Rp ,- berubah menjadi Rp (pengurangan sebesar Rp Rp ). Total jumlah alokasi anggaran Settap BNPP tidak berubah/tetap sebesar Rp , b) Dibutuhkan tambahan anggaran sebesar Rp ,- untuk penyelenggaraan Rakorbangtas dan 5 OM PLBN. Dari pagu yang ada di dalam SB, ternyata untuk kegiatan non operasional di dalam Program Dukungan Manajemen belum teralokasikan. Bappenas membutuhkan detail perhitungan kebutuhan anggaran tambahan dari Settap BNPP untuk kegiatan Rakorbangtas Nasional senilai Rp 2 milyar dan Rakorbangtas Regional senilai Rp 10 milyar serta dukungan kegiatan Operation and Maintenance (OM) untuk 5 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) senilai Rp 25 milyar (alokasi masing-masing Rp 5 milyar per PLBN). Usulan tambahan anggaran senilai Rp 37 milyar agar dikawal pembahasannya di DPR dan disiapkan landasan hukumnya untuk pelaksanaan OM di 7 PLBN arahan Inpres No. 6 tahun Untuk mengakomodir kekurangan alokasi dimaksud diupayakan terlebih dahulu melalui exercise alokasi yang telah ada dengan beberapa alternatif sebagai berikut: 1) Alternatif I untuk mengatasi kekurangan anggaran untuk kegiatan Dukungan dan Manajemen Teknis Lainnya dapat dialokasikan dari kegiatan non prioritas nasional. 39

45 2) Alternatif II dilakukan dengan juga mengurangi anggaran di dalam kegiatan PN yang berupa kegiatan Tugas pembantuan (TP) dan kemudian di realokasikan ke Dukungan dan Manajemen Teknis Lainnya Penelaahan RKA K/L Badan Nasional Pengelola Perbatasan Penelaahan secara online dilakukan antara DJA, BNPP, dan Bappenas, sesuai Undangan Direktur Anggaran Bidang Polhukhankam a.n Dirjen Anggaran Nomor Und-714/AG/2016 tanggal 4 November RKA-KL yang telah ditelaah telah disetujui oleh DPR Komisi terkait serta mitra kerja BNPP. Penelaahan dilakukan dengan melihat dokumen dari segi administratif dan substantif dengan melihat kesesuaian data dalam RKA-KL dengan Pagu Anggaran KL, kesesuaian antara kegiatan, keluaran dan anggarannya, relevansi komponen dengan keluaran, keluaran, konsistensi pencantuman sasaran kinerja KL dengan RKP dan konsistensi pencantuman prakiraan maju konsistensi pencantuman sasaran kinerja KL dengan RKP dan konsistensi pencantuman prakiraan maju untuk 3 (tiga) tahun ke depan. Penilaian secara detail dilakukan oleh Biro Perencanaan dan Aparat Pengawas Internal BNPP. Penetapan SP RKA-KL TA 2017 serta lampirannya merupakan dokumen perencanaaan anggaran sebagai dasar penyusunan dan pengesahan DIPA TA Pelaksanaan anggaran yang ditetapkan dalam RKA- KL TA 2017 sepenuhnya menjadi tanggungjawab Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran. Kegiatan telah sejalan dengan Renja dan RKP. Pagu per Program pada RKA-K/L telah sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S- 907/MK.02/2016 tanggal 31 Oktober Dalam hal Penyampaian Pagu Alokasi Anggaran Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2017 Pagu Alokasi Anggaran pada BNPP sebesar Rp ,00. Berdasar surat Menteri Keuangan Nomor S-907/MK. 02/2016 Pagu Belanja Pegawai Operasional adalah sebesar Rp ,00, sedangkan pagu Belanja Barang Operasional adalah sebesar Rp ,00. Setelah dilakukan penelaahan RKAKL BNPP oleh Dirjen Anggaran pagu belanja operasional masih dibawah surat Menteri Keuangan. Oleh sebab itu DJA menghimbau agar pagu belanja operasional diperbaiki minimal sesuai surat Menteri Keuangan Nomor S-709. Pagu Anggaran mengalami pergeseran alokasi anggaran di sebabkan oleh kebijakan pimpinan dalam pengelolaan pegawai/tenaga suporting staff di lingkungan settap BNPP yang tadinya dibebankan pada kegiatan masing-masing unit eselon II menjadi terpusat/dikelola oleh Biro Administrasi Umum (Layanan Perkantoran) sejumlah 95 Orang dengan alokasi pergeseran anggaran sebesar Rp

46 Hasil penelaahan menunjukkan bahwa RKA settap BNPP TA telah sesuai dengan renja dan hasil trilateral meeting II, akan tetapi terdapat pergeseran alokasi anggaran dengan tidak mengurangi/merubah besar pagu per program yaitu program Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya sebesar Rp ,- dan Pogram Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan sebesar Rp ,-. Pergeseran pagu alokasi tersebut merupakan perwujudan tindak lanjut dari instruksi presiden nomor 6 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 Pos Lintas Batas Negara Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang di Kawasan Perbatasan dan hasil kunjungan Bapak Presiden RI ke PLBN Entikong dan Motaain, dimana alokasi pagu pengelolaan PLBN terpadu di Settap BNPP khususnya Program Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan baru tersedia untuk 2 PLBN sehingga belum menampung kebutuhan pengelolaan 5 PLBN. Secara umum terdapat banyak perubahan dari kesepakatan Trilateral Meeting 2 (TM 2) dengan membagi alokasi sama rata ke seluruh keasdepan sebanyak 9.7 Milyar kecuali untuk keasdepan Pengelolaan Lintas Batas Negara dengan alokasi sebanyak 45 M. Tentunya diperlukan penjelasan terkait dasar pembagian alokasi yang sama rata ke 8 keasdepan. Diketahui bahwa pengalokasian ke keasdepan Tasbara sebanyak 45 M didasarkan pada kebutuhan terkait dengan pengelolaan PLBN terpadu. Hal tersebut kurang sesuai dengan hasil TM 2 dimana pengelolaan PLBN fokus pada 2 PLBN terlebih dahulu (PLBN Motaain dan Entikong). Perlu dasar (terutama dasar hukum) yang kuat untuk dapat membagi sebagian besar alokasi anggaran BNPP ke keasdepan Tasbara terutama kaitannya dengan dukungan pengelolaan 7 PLBN. Hal tersebut tentunya untuk menjaga konsistensi perencanaan dan target pembangunan kawasan perbatasan. Penjelasan secara detil diperlukan untuk pengalokasian tersebut dan dampaknya terhadap kegiatan keasdepan lainnya. Apabila memang diperlukan pengalokasian sebagaimana RKA yang telah disusun, diharapkan BNPP dapat memberikan detil perubahan target di dalam RKA tersebut dengan juga memberikan penjelasan urgensi pengalokasian. Detil terkait catatan penelaahan RKA dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Keasdepan Pengelolaan Batas Darat Pada Kegiatan Keasdepan Pengelolaan Batas Darat terdapat sasaran/indikator dari hasil TM yang belum memiliki pendetilan di dalam komponen/sub komponen (tidak ada dalam RKA). Terdapat komponen dan subkomponen yang merupakan penambahan atau kurang sesuai dengan sasaran/indikator hasil TM 2 Terdapat perbedaan alokasi dan target dari hasil TM 2 dengan alokasi pada RKA BNPP. Diharapkan dapat menjelaskan detil target sesuai dengan 41

47 hasil TM Keasdepan Pengelolaan Batas laut dan Udara Terdapat perbedaan alokasi dan target dari hasil TM 2 dengan alokasi pada RKA BNPP. Diharapkan dapat menjelaskan detil target sesuai dengan hasil TM 2. Contohnya pada subkomponen pembangunan tambatan perahu, kurang dijelaskan mengenai target pembangunan sehingga tidak diketahui kesesuaiannya dengan TM Keasdepan Lintas Batas Negara Terdapat perbedaan yang sangat signifikan dari alokasi dan target hasil TM 2 dengan alokasi pada RKA BNPP. Hasil TM 2 disepakati bahwa hanya akan dianggarkan untuk pengelolaan 2 PLBN sebagai bahan percontohan pengelolaan PLBN, tetapi pada RKA BNPP yang diunggah pengelolaan PLBN menjadi 7 PLBN dengan satuan biaya setiap PLBN yang melebihi hasil kesepakatan di TM 2. Perlu ditinjau lagi terkait kebutuhan untuk operasionalisasi 7 PLBN apakah akan dilakukan serempak pada tahun 2016, Apakah perlu dilakukan pengadaan meubleair mengingat pernyataan K/L dan pemerintah daerah pada Rapat Pembahasan Rencana Operasionalisasi PLBN terpadu pada tanggal 1 November 2016 yang menyatakan bahwa Kementerian PUPR sudah menyediakan meubleair untuk seluruh gedung PLBN dan kebutuhan yang diajukan sebagian besar sudah dipenuhi dan dalam proses pemenuhan. Terdapat komponen dan subkomponen yang merupakan penambahan dari hasil TM 2. Terkait dengan komponen/subkomponen Penyusunan Kebijakan Pembangunan 9 PLBN Terpadu, perlu ditinjau lagi terkait kebutuhan pembangunan PLBN dengan kondisi arus lintas batas di wilayah tersebut. Secara umum dari keasdepan lainnya menunjukkan bahwa masih terdapat perbedaan alokasi dan target hasil TM 2 dengan alokasi pada RKA BNPP, serta terdapat komponen dan subkomponen yang merupakan penambahan/kurang sesuai dengan hasil TM 2. Dari hasil penelaahan diharapkan agar RKA KL BNPP sesuai dengan Renja dan Hasil Trilateral Meeting 2 untuk menjaga konsistensi kesesuaian sasaran target nasional di Bappenas dan K/L kecuali ada kebutuhan mendesak yang sangat strategis di kawasan perbatasan. Hal tersebut ditekankan dalam rangka upaya bersama antara Bappenas, BNPP, dan K/L dalam mendukung percepatan pembangunan kawasan perbatasan negara yang sesuai target. 42

48 3.3. Koordinasi Perencanaan RKP, Renja K/L, dan RKA K/L Tahun 2017 dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Strategis Nasional (Kawasan Ekonomi Khusus/KEK dan Kawasan Industri/KI) Isu Strategis dan Permasalahan Pembangunan Kawasan Strategis Nasional dalam RKP Tahun 2017 Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah menetapkan usulan 7 (tujuh) lokasi KEK baru yang tersebar di kawasan Timur Indonesia. Persebaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan ekonomi di luar Pulau Jawa. Dalam mengembangkan KEK, perlu melihat kembali pada UU No 30 tahun 2009, tujuan dari pembangunan KEK adalah untuk mendorong investasi dan meningkatkan daya saing internasional, pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja dan penerimaan devisa. Terdapat 8 KEK yang ditetapkan, yaitu: (1) KEK Sei Mangke; (2) KEK MBTK; (3) KEK Palu; (4) KEK Tanjung Api-Api; (5) KEK Tanjung Lesung; (6) KEK Mandalika; (7) KEK Bitung; dan (8) KEK Morotai. Di samping itu terdapat 7 calon KEK yang ditargetkan dapat ditetapkan dalam jangka waktu Masing-masing KEK memiliki karakteristik cukup beragam, namun perlu dilihat kembali spesifikasi masing-masing KEK, sehingga tidak terjadi kompetisi yang berdampak pada perebutan sumber daya. Terdapat beberapa kriteria dalam pembentukan dan pengusulan KEK, yaitu: (i) sesuai dengan RTRW dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, (ii) Pemerintah /Kab/Kota yang bersangkutan mendukung KEK, (iii) terletak pada jalur strategis internasional atau pada wilayah dengan potensi sumber daya unggulan, dan (iv) mempunyai batas yang jelas. Terdapat beberapa isu strategis dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia, antara lain: 1) Potensi sumber daya alam baik di Kawasan Barat Indonesia maupun Kawasan Timur Indonesia melimpah, namun pengelolaannya belum memberikan nilai tambah 2) Kawasan KEK yang diusulkan umumnya masih terdapat keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pengembangan kawasan 3) Tenaga kerja sekitar kawasan masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah 4) Masih terdapat peraturan perundangan yang tumpang tindih serta perdaperda yang bermasalah terutama terkait regulasi pertanahan dan perijinan 5) Belum optimalnya sistem pelimpahan kewenangangan perijinan kepada administrator pengelola kawasan. 43

49 Sedangkan isu strategis dalam pengembangan Kawasan Industri, antara lain: 1) Share industri dalam PDB terus menurun dari 27,7% (2001) menjadi 23,7% (2014). Share industri dalam PDB Indonesia lebih rendah dibandingkan Malaysia (24%) dan China (31%). Hal ini menunjukkan adanya gejala deindustrialisasi. 2) Sebaran industri tidak merata antar wilayah pulau, pulau Jawa dan Sumatera sangat mendominasi keberadaan kawasan industri. 3) Jumlah industri mikro dan kecil berkontribusi 99% dari total. Namun, kontribusi ke dalam total nilai tambah nasional hanya 8%. Padahal Industri mikro dan kecil sangat penting sebagai asal mula industri sedang dan besar. Terkait kapasitas SDM, kapasitas dari usaha mikro dan kecil untuk menyerap pengetahuan dan mengimplementasikan, membangun bisnis sangat terbatas. 4) Harga lahan industri yang fluktuatif, sehingga berpotensi sebagai alat spekulasi Kebijakan Pembangunan Kawasan Strategis Nasional (KEK dan KI) dalam RKP Tahun 2017 Arah Kebijakan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tahun 2017 yaitu mempercepat pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah di Luar Pulau Jawa yang diorientasikan untuk pengembangan industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisata. Arah kebijakan tersebut diwujudkan dalam strategi yaitu: 1. Penciptaan nilai tambah potensi ekonomi wilayah dan membuka lapangan pekerjaan; 2. Percepatan Pembangunan konektivitas; 3. Penyiapan kemampuan SDM dan pemanfaatan Iptek; 4. Percepatan Penyelesaian Regulasi dan Kebijakan; 5. Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha. Kebijakan tersebut diarahkan untuk mencapai beberapa sasaran pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tahun 2017, yaitu: (i) meningkatnya investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dan KEK Tanjung Lesung; (ii) pembangunan sarana dan prasarana pendukung KEK MBTK, KEK Palu, KEK Bitung, KEK Morotai, KEK Mandalika dan KEK Tanjung Api Api; serta (iii) evaluasi dan penilaian pembentukan 7 KEK baru di Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat. 44

50 Gambar 8. Koordinasi Lintas Kementerian/Lembaga dalam Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Dalam rangka mewujudkan prioritas nasional pengembangan 15 KEK, dilakukan melalui empat program prioritas, yaitu: 1) Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah, 2) Peningkatan SDM dan Iptek, 3) Peningkatan Infrastruktur, 4) Penguatan Regulasi dan Kebijakan, dan 5) Peningkatan Iklim Investasi. Program prioritas ke-1 yaitu pengembangan potensi ekonomi wilayah dilaksanakan melalui 4 kegiatan prioritas, yaitu mendorong tumbuhnya industri pengolahan komoditas unggulan, pemanfaatan SDA (energi dan migas), pengembangan potensi pariwisata, dan pengembangan produktivitas potensi pertanian dan kelautan. Program prioritas ke-2 yaitu peningkatan SDM dan Iptek dilaksanakan melalui 6 kegiatan prioritas, yaitu pembangunan politeknik dan SMK, pembangunan science park dan techno park, peningkatan kapasitas tenaga kerja, peningkatan akses informasi dan telekomunikasi, penguatan kapasitas kelembagaan koperasi, UKM, dan administrator pengelola, serta penguatan kapasitas petani/nelayan. Program prioritas ke-3 peningkatan infrastruktur, dilakukan melalui 5 kegiatan prioritas, yaitu pembangunan akses jalan menuju kawasan; penyediaan sarana telekomunikasi; pemenuhan energi penunjang kawasan; pembangunan sarana dan prasrana pelabuhan, bandara, kereta api; serta penyediaan perumahan, air bersih, dan persampahan. Program prioritas ke-4 penguatan regulasi dan kebijakan dilakukan melalui 4 kegiatan prioritas, yaitu kebijakan fiskal; merevisi atau menerbitkan peraturan fasilitas dan kemudahan KEK; kebijakan ketenagakerjaan; serta evaluasi perda bermasalah. Program prioritas ke-5 peningkatan iklim investasi kawasan, 45

51 dilakukan melalui 5 kegiatan prioritas, yaitu penguatan PTSP; penyediaan tenaga kerja; penyederhanaan perijinan; penyediaan lahan; dan promosi investasi kawasan. Adapun rencana terintegrasi pengembangan masing-masing KEK dijelaskan sebagai berikut. 1. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Sei Mangkei Dalam pengembangan KEK Sei Mangkei dilakukan pembangunan infrastruktur yang terintegrasi baik dalam rangka peningkatan sarana prasarana fisik maupun kesiapan sumber daya manusia, yaitu pembangunan rel kereta api; pembangunan pembangkit listrik dan jaringan transmisi; pembangunan pelabuhan; dan revitalisasi Balai Latihan Kerja. PROVINSI SUMATERA UTARA Pembangunan Rel KA dilakukan dengan penyelesaian jaringan KA Bandar Tinggi Kuala Tanjung yang memiliki target 21,5 km. Progress capaian saat ini yaitu rel sepanjang 14,25 km telah dibangun. Sisanya sepanjang 7,25 km dalam proses pengadaan lahan yang ditargetkan beroperasi pada awal Pembangunan PLTG dengan target 250 MVA yang dilaksanakan pada tahun , sumber pendanaan dari PTPN III, PT Pertamina, dan Posco. Progress saat ini yaitu menunggu pelaksanaan tender IPP PLN. Pengembangan Jaringan Transmisi dan Gardu Induk dengan target 8 MVA yang akan dilaksanakan tahun Pembangunan Pelabuhan Petikemas Kuala Tanjung yang dilaksanakan oleh Kemen Perhubungan / Pelindo I, dengan target penyelesaian tahun Saat ini sudah mulai proses pelaksanaan. Untuk meningkatkan kapasitas SDM, dilakukan Pembangunan/ Pengembangan BLK Simalungun/Pematang Siantar. 46

52 2. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Tanjung Lesung Rencana terintegrasi pembangunan KEK Tanjung Lesung dilakukan melalui pembangunan infrastruktur dasar dan transportasi, seperti pembangunan jaringan kereta api, jalan tol, pembangkit listrik, bandara, dan penyediaan air bersih. Pembangunan jaringan kereta api dilakukan melalui Reaktivasi Jalur Kereta Api Rangkasbitung- Labuhan sepanjang 56 km oleh Kementerian Perhubungan, yang akan dilaksanakan pada tahun Pembangunan Jalan Tol Serang Panimbang dilaksanakan tahun dengan target 84 km oleh Kementerian PUPR dan Swasta, saat ini sedang Studi FS dan LARAP. Pengembangan Jaringan Transmisi dan Gardu Induk ditargetkan 100 MVA, pelaksanaan pada tahun , dengan sumber pendanaan dari PT PLN. Pembangunan Bandara Baru di Pandeglang oleh Kemen Perhubungan / PT BGD. Penyediaan air bersih dilakukan melalui Pembangunan Jaringan Transmisi, Instalasi Pengolahan, dan Distribusi Air Bersih oleh Kementerian PUPR dan Pemerintah Daerah. 3. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Palu Rencana terintegrasi pengembangan KEK Palu dilakukan dengan meng integrasikan pem bangunan infrastruktur dasar, transportasi, dan penunjang SDM. Penyediaan Air Bersih/Minum ditargetkan terbangunnya PROPINSI SULAWESI Jaringan TENGAH Transmisi Air Baku, IPA, dan jaringan transmisi menuju lokasi KEK, yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Palu. Progress saat ini yaitu penyelesaian kajian FS. Pembangunan Jalan Layang/Simpang susun di jalan nasional dilakukan Kementerian PUPR dengan target 855 m yang akan diselesaikan pada tahun Telah selesai dilaksanakan Kajian Perencanaan Teknis Flyover pada bulan Oktober Pembangunan jalan lingkar luar Kota Palu oleh Kementerian PUPR. Dalam hal 47

53 ini, telah dilaksanakan Kajian Perencanaan Jalan Lingkar Luar Kota Palu pada bulan Oktober Pengembangan pelabuhan dilakukan melalui perpanjangan dermaga Pelabuhan Pantoloan yang ditargetkan 130 m diselesaikan pada tahun 2019, dengan sumber pendanaan dari Kementerian Perhubungan, Pemprov Sulawesi Tengah, dan Pemkot Palu. Di samping itu, dilakukan pembangunan Terminal Peti Kemas Internasional Pantoloan dengan target pelaksanaan tahun 2018 oleh Kementerian Perhubungan. Dalam hal ini telah dikeluarkan izin untuk pembangunan terminal peti kemas oleh Kemenhub pada tahun Untuk penyiapan SDM di KEK, dilakukan pembangunan/pengembangan BLK Simalungun/Pematang Siantar. 4. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Bitung Dalam mewujudkan infrastruktur terintegrasi, dilakukan pembangunan Jalan Tol Manado Bitung dengan target 7,3 km melalui skema kerjasama pemerintah-swasta. Progress saat ini pembebasan lahan mencapai 97% dan Groundbreaking untuk Seksi I (porsi pemerintah) telah dilaksanakan sejak bulan Oktober Di samping itu, juga direncanakan pengembangan Bandara Sam Ratulangi Manado, namun belum jelas progress saat ini. Pembangunan pembangkit listrik dan jaringan transmisi melalui peningkatan Kapasitas Gardu Induk Tanjung Merah dengan target 60 MV yang akan dikerjakan mulai tahun 2019, serta pembangunan PLTU yang dilaksanakan dengan skema kerjasama antara BUMD dengan pihak swasta. Pembangunan/rehabilitasi pelabuhan dilakukan melalui pengembangan Pelabuhan Bitung (TPB) dengan sumber pendanaan dari BUMN yaitu PT Pelindo. Terkait dengan penyediaan jaringan air, dilakukan dengan pembangunan Bendungan Kuwil. Sedangkan untuk meningkatkan kapasitas SDM, dilakukan melalui pembangunan/pengembangan BLK Bitung dan pengembangan Teaching Factory/Technopark di SMK (1 unit di Sulawesi Utara). 48

54 5. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Mandalika Rencana terintegrasi pengembangan KEK Mandalika dilakukan dengan mengintegrasikan pembangunan infrastruktur transportasi, dasar, dan pengembangan SDM. Pembangunan transportasi dilakukan melalui peningkatan Kapasitas Pelabuhan Lembar, dan perpanjangan Runway Bandara Internasional Lombok dengan target 350 m yang akan dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dan PT Angkasa Pura I. Terkait penyediaan air dilakukan pembangunan Bendungan Mujur dengan target 1,3 km. sedangkan untuk mendukung penyiapan SDM, dilakukan pembangunan Sekolah Tinggi Pariwisata di dalam KEK. Untuk pembangunan pembangkit PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT listrik, dilakukan pembangunan Jaringan Distribusi ke KEK Mandalika dan pembangunan PLTS. 6. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Morotai Dalam mendukung pembangunan transportasi, dilakukan pembangunan Jalan lingkar Morotai yaitu ruas wayabula Sopi dengan target 34 km dan pemeliharan berkala, peningkatan struktur/ kapasitas ruas jalan Daruba Wayabula Sofi Bere- Bere yang dilakukan dengan sumber pendanaan dari APBN. Progress saat ini yaitu jalan telah dibuka namun belum dilakukan pengaspalan. Pengembangan bandara dilakukan melalui peningkatan intensitas penerbangan perintis Bandar Udara Pitu dengan target intensitas penerbangan setiap hari dalam seminggu. Sedangkan untuk perhubungan laut, dilakukan pengembangan Pelabuhan Wayabula. Untuk menyediakan infrastruktur ketenagalistrikan dilakukan melalui pembangunan Pembangkit Listrik di Pulau Morotai dengan target 50 MV. Dalam penyiapan SDM, dilakukan pembangunan/ Pengembangan BLK Pulau Morotai, pembangunan akademi komunitas/sekolah 49

55 tinggi Perikanan dan Pertanian, dan pembangunan/rehabilitasi ruang belajar/perpustakaan/ruang praktik siswa/ laboratorium beserta perabotnya di SMK Pariwisata Morotai. Untuk mendukung kegiatan perdagangan dan industri, dilakukan pembangunan Pasar Rakyat dan pembangunan/ Revitalisasi Sentra IKM (Industri Kecil & Menengah) melalui skema Dana Alokasi Khusus (DAK). 7. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Tanjung Api-Api Peningkatan infrastruktur transportasi dilakukan melalui pelebaran dan perbaikan jalan ruas Palembang Tanjung Api- Api dengan target 62,8 km, dan pembangunan jalan tol Palembang Tanjung Api- Api, yang dilaksanakan melalui Perpres No 117 Tahun 2015, dengan penunjukkan pembangun adalah PT Hutama Karya. Penyediaan pembangkit listrik dilakukan melalui pembangunan Gardu Induk Tanjung Api-Api Ext. 2LB dengan target 51 MV. Untuk perhubungan laut, dilakukan pembangunan upper structure dermaga Pelabuhan Tanjung Api-Api dengan target DWT dan pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat dengan target DWT yang dilaksanakan oleh PT Pelindo II. PT Pelindo II telah menyusun FS dan dipresentasikan kepada Gubernur pada tanggal 5 Desember Untuk mendukung penyiapan SDM, dilakukan pembangunan/pengembangan BLK Kabupaten Banyuasin yang akan dilaksanakan tahun 2018, dan pembangunan akademi komunitas/sekolah tinggi kelapa sawit dan karet. 50

56 8. Rencana Terintegrasi Pengembangan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) Pembangunan infrastruktur transportasi dilakukan melalui pemeliharaan jalan akses menuju kawasan yang dilakukan setiap tahun oleh Kementerian PUPR dan Pemerintah Kalimantan Timur, sesuai dengan pembagian kewenangannya. Penyediaan listrik dilakukan melalui pembangunan PLTU dengan target 20 MVA yang dilaksanakan oleh Pemprov Kaltim, progress saat ini sedang menunggu sertifikasi HPL, dan pembangunan Gardu Induk dan jaringan transmisi dengan target 30 MVA dan 150 KV oleh PT PLN yang sudah tercantum dalam RUPTL. Sedangkan untuk mendukung infrastruktur perhubungan, dilakukan pembangunan pelabuhan curah cair oleh Kementerian Perhubungan, dimana saat ini sedang dalam proses pembangunan, pada tahun 2015, telah dibangun trestle dan causeway. Selain itu, dilakukan pembangunan pelabuhan petikemas oleh PT Pelindo IV. Terkait penyediaan air, dilakukan pembangunan jaringan pipa distribusi air dan instalasi pengolahan air bersih dengan target 20 km (pipa) dan 200 l/d (instalasi) oleh Pemprov Kaltim, yang telah disetujui menggunakan kontrak multi years. Untuk peningkatan kualitas SDM dilakukan Pembangunan/ pengembangan BLK Kutai Timur dan Kalimantan Timur. Dalam RPJMN , selain Kawasan Ekonomi Khusus, yang termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional yaitu Kawasan Industri. Arah kebijakan pembangunan industri tahun 2017 yaitu akselerasi pertumbuhan industri, melalui: 1) Pengembangan Perwilayahan Industri, meliputi: Wilayah Pengembangan Industri, Kawasan Peruntukan Industri, 14 Kawasan Industri di luar Pulau Jawa, dan 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah. 2) Penumbuhan Populasi Industri, melalui: Hilirisasi bahan tambang, hasil pertanian, hasil hutan, dan hasil laut; Industri bahan baku, industri barang modal, industri padat karya; Penumbuhan IKM; dan Partisipasi dalam Global Production Network. 3) Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing, melalui: Industri bernilai tambah tinggi, seperti industri kreatif dan industri hijau; pembaharuan mesin dan proses produksi; peningkatan kemampuan disain produk; dan peningkatan keterampilan tenaga kerja. 51

57 Akselerasi pertumbuhan industri memiliki target pertumbuhan industri di Indonesia rata-rata tumbuh sebesar 7% dengan share industri dalam PDB tahun 2019 yaitu 21,2%. Untuk mewujudkan hal tersebut, dilakukan melalui beberapa kegiatan prioritas, antara lain: mendorong penanaman modal; pembiayaan dengan akses dan biaya yg kompetitif; SDM industri yang kompeten dan disiplin; hubungan industrial yang bersahabat; pemberian insentif fiskal yang harmonis; peningkatan akses ke pasar global (ekspor); ketersediaan energi dan infrastruktur; serta ketersediaan dan kualitas bahan baku. Gambar 9. Koordinasi Lintas Kementerian/Lembaga dalam Pengembangan Kawasan Industri Program prioritas penumbuhan populasi industri memiliki target berkembangnya industry baru baik sedang maupun besar sebanyak industri selama tahun Target tersebut pada RKP 2017 dicapai melalui kegiatan prioritas sebagai berikut: hilirisasi, industri bahan baku melalui pendalaman struktur, dan jaringan produksi global; promosi investasi; penyediaan insentif fiskal melalui tax holiday atau tax allowance; kemudahan memulai usaha; inkubasi wirausaha baru di technopark; dan penumbuhan IKM. Dalam hal ini, penumbuhan IKM yang sehat dan berdaya saing, dilakukan melalui 5 kegiatan prioritas, yaitu: peningkatan Sentra Industri Kecil Menengah 52

58 (SIKM), Revitalisasi LIK, peningkatan peran Pusat Layanan UKM Terpadu, pelatihan keterampilan, dan pelatihan manajerial. Sedangkan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing, dilakukan melalui 6 kegiatan prioritas yaitu: pengembangan industri kreatif, pengembangan industri hijau, pembangunan infrastruktur mutu, pembaruan permesinan industri, peningkatan kemampuan disain produk, dan peningkatan SDM yang kompetitif. Adapun rencana kebutuhan pengembangan Kawasan Industri Tahun 2017 dijelaskan sebagai berikut. 1. Kebutuhan Pengembangan KI Morowali KI Morowali memiliki luas 1200 ha yang mengembangkan produk Ferronikkel dengan investor Swasta (Tiongkok). Kebutuhan tahun 2017 yaitu: Fasum Dalam Kawasan, Jalan (Pelebaran dan peningkatan jalan dari Pelabuhan Bungku ke lokasi Kawasan Industri sepanjang 40 Km tahun dan Pelebaran dan peningkatan jalan dari Bandara ke lokasi Kawasan Industri sepanjang 5 Km tahun ), Pembangkit Listrik (PLTB MW), Air Baku, Perumahan Buruh, Politeknik, Balai Latihan Kerja, Fasilitas Standardisasi, Sekolah Dasar SMK, Fasilitas Kesehatan, dan Fasilitas Sosial. 2. Kebutuhan Pengembangan KI Sei Mangkei KI Sei Mangkei merupakan Industri Pengolahan CPO dengan luas 2,002 Ha. Adapun kebutuhan pengembangan tahun 2017, yaitu: Pengembangan Jalan Poros dan Jalan Lingkungan, Pembangunan Waste & Water Treatment Plant, Pembangunan Politeknik, Pembangunan Jalan Luar Kawasan (Peningkatan kapasitas jalan Simpang Kawat-Perdagangan dan Peningkatan kapasitas jalan Pematang Siantar - Perdagangan), Pembangunan Pembangkit Listrik Luar Kawasan, Pembangunan Rel Kereta Api (Jalur KA 53

59 KEK Sei Mangkei - Sepur Simpang sepanjang 2,9 Km dan Peningkatan rel KA Gunung Bayu Perlanaan sepanjan 4,15 km), dan Promosi Investasi (Promosi Investasi untuk industri pengolahan CPO dan turunannya). 3. Kebutuhan Pengembangan KI Kuala Tanjung Sumatera Utara KI Kuala Tanjung merupakan Industri Alumina dengan luas 1,000 Ha. Adapun kebutuhan pengembangan untuk tahun 2017 yaitu: Pembangunan jalan poros dan jalan lingkungan dan fasilitas dalam kawasan (melalui Pembentukan BLUK Pengelola), Penyelesaian Pembebasan dan Pematangan Lahan, Pembangunan pelabuhan (Pelabuhan hub Internasional Kuala Tanjung), Pembangunan rel kereta api dan sarana perhubungan lain (Pembangunan jalur KA Bandar Tinggi Pantibalan - Kuala Tanjung 22,15 km; Pembangunan underpass Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, persinyalan dan telekomunikasi; Pengembangan terminal multi-purpose di Kuala Tanjung Lanjutan), Pembangunan perumahan buruh, Rumah Sakit, BLK, dan Pendirian PTSP. 4. Kebutuhan Pengembangan KI Bintuni KI Bintuni merupakan Industri Pupuk dan Petrokimia yang memiliki luas Ha. Kebutuhan pengembangan kawasan tahun 2017, yaitu: Pembangunan Jalan Poros dan Jalan Lingkungan, Pembebasan dan Pematangan Lahan, Pembangunan Water Treatment Plant dan Gedung Pengelola (Water Treatment Plant dengan kapasitas 2000 L/detik), Akses Jalan Luar Kawasan (Akses jalan 30km dari jalan lintas propinsi ke KI), Pembangunan Pelabuhan Luar Kawasan (Pelabuhan Trestle sepanjang 5 km dengan Kapasitas 50rb DWT oleh PT. Pupuk), dan Pembangkit Listrik (Jaringan listrik Power Plant 200 MW oleh PT. Pupuk). 54

60 5. Kebutuhan Pengembangan KI Bitung KI Bitung memiliki produk Kelapa, Perikanan & Logisti, dengan luas 534 Ha. Kebutuhan pengembangan kawasan tahun 2017, yaitu: Pembangunan Jalan Poros & Jalan Lingkungan, Pembebasan dan Pematangan Lahan, Pembangunan Jalan Luar Kawasan (Peningkatan Fisik Jalan Ruas Nasional Girian-Kema 5 km; Pembangunan Jalan Akses ke Tol Manado Bitung 5 km; Peningkatan Jalan Tol Menado Minut Bitung 43 km), Pembangunan Pembangkit Listrik Luar Kawasan, (Pembangunan PLT Panas Bumi Lahendong V 1x20MW; Pembangunan PLT Uap Kema 2x25MW; Pembangunan PLT Gas Likupang 3x25MW; Pembangunan Gardu Induk Paniki 150 KV dan Tanjung Merah 150 KV), Pembangunan Rel Kereta Api Luar Kawasan, pembangunan Gudang Logistik, BLK dan PTSP Luar Kawasan. 6. Kebutuhan Pengembangan KI Palu KI Palu merupakan kawasan industri yang memiliki basis Industri Rotan, Rumput laut, kakao dan Mineral, dengan luas area 1500 Ha. Adapun kebutuhan pengembangan kawasan tahun 2017, yaitu: Pembangunan Jalan Poros & Jalan Lingkungan, Pembebasan dan Pematangan Lahan, Pembangunan Jalan Luar Kawasan, Pembangunan Pembangkit Listrik Luar Kawasan, Pembangunan Rel Kereta Api Luar Kawasan, pembangunan Gudang Logistik, BLK dan PTSP Luar Kawasan 55

61 7. Kebutuhan Pengembangan KI Buli Halmahera Timur KI Buli memiliki fokus industri produk Ferronickel dan Stainless Steel, dengan kawasan yang memiliki luas 300 Ha. Adapun kebutuhan pengembangan kawasan taun 2017 yaitu: Pembangunan Jalan Poros & Jalan Lingkungan, Pembebasan dan Pematangan Lahan, Pembangunan Waste & Water Treatment Plant (Pembangunan Water Treatment Plant kapasitas 1,000 L/detik), Pembangunan Jalan Luar Kawasan (Peningkatan kualitas jalan dari Maba ke Buli sebagai Alternatif Jalan sepanjang 8 km), Pembangunan Pembangkit Listrik Luar Kawasan (Pembangunan PLTU 2x110 MW oleh PT Antam), Pembangunan Pelabuhan Luar Kawasan (Pembangunan Pelabuhan 2 jetty kapasitas 14,000 DWT dan 35,000 DWT 2.5 km o/ PT Antam), pembangunan Perumahan Buruh, Rumah Sakit dan PTSP Luar Kawasan. 8. Kebutuhan Pengembangan KI Demak Jawa Tengah KI Demak merupakan kawasan industri dengan fokus pada bidang Tekstil, yang memiliki luas kawasan seluas 300 Ha, dikembangkan oleh investor PT. Jateng Land. Adapun kebutuhan pembangunan kawasan tahun 2017, yaitu: Pembebasan dan Pematangan Lahan, Pembangunan Kawasan Komersial dan Perkantoran, Pembangunan Infrastruktur Pndukung Logistik, Pembangunan Waste & Water Treatment Plant (Pembangunan Water Treatment Plant kapasitas 169 L/detik), dan Pembangunan Pembangkit Listrik (Pembangunan PLTU dan PLTP). 56

62 9. Kebutuhan Pengembangan KI Gresik Jawa Timur KI Gresik merupakan Java Integrated Industrial & Port Estate, dengan fokus industri CPO, Alat Berat dan Otomotif Terintegrasi dengan Pelabuhan, yang memiliki luas kawasan 1,500 Ha. Investor KI Gresik yaitu Pelindo II dan AKR. Adapun kebutuhan pengembangan kawasan tahun 2017, yaitu: Pembebasan dan Pematangan Lahan, Pembangunan Kawasan Komersial dan Perkantoran, Pembangunan Pelabuhan, dan Pembangunan Waste & Water Treatment Plant (kapasitas 844 L/detik). 10. Kebutuhan Pengembangan KI Kendal Jawa Tengah KI Kendal merupakan Java Integrated Industrial Park dengan fokus pada Industri Kayu, Tekstil, Food Processing, Elektronik, Heavy Industries yang memiliki luas kawasan sebesar 2,700 Ha. Investor yaitu PT Jababeka dan Sembcorp Dev. Adapun kebutuhan pengembangan kawasan tahun 2017, yaitu: Pembebasan dan Pematangan Lahan, Pembangunan Sarana Komersial dan Non-Komersial Pendukung di Luar Kawasan, Pembangunan Pelabuhan dan Infrastruktur Pendukung Logistik, Pelayanan perizinan dan administrasi satu pintu Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 BP-Batam dan BP-Sabang dalam Mendukung Pembangunan Kawasan Strategis Nasional Tahun 2017 a) Pembahasan Multilateral Meeting Pada pembahasan Multilateral Meeting Bidang Pembangunan KI dan KEK, disampaikan bahwa Industri mikro dan kecil menjadi kontribusi terbesar dalam statistik perkembangan industri, namun penyerapan tenaganya kecil hanya 5-20 orang, sementara jumlah industri besar yang mampu menyerap tenaga kerja di atas 100 justru lebih sedikit. Hal ini menjadi dasar perlunya menumbuhkan 57

63 industri di Indonesia. Targetnya Jokowi 14 KI, tapi pelaksanaannya disesuaikan ketersediaan anggaran. Terdapat revisi pada Arah kebijakan, terkait jumlah industri, yaitu untuk industri besar dan sedang, dan untuk industri kecil. Kepala Biro Perencanaan Kementerian Perindustrian menyampaikan bahwa pembangunan industri perlu memperhatikan aspek-aspek berikut. Aspek-aspek yang Pembangunan sumber daya industri yaitu aspek SDM, Ketersediaan bahan baku/ SDA, Inovasi dan kreativitas, serta Pembiayaan. Aspek sarana prasarana industri yang dibutuhkan yaitu aspek Infrastruktur, Sarpras industri, dan Sistem informasi jaringan nasional. Di samping itu, terdapat beberapa aspek lain yang perlu dimasukkan dalam program prioritas pembangunan kawasan industri, yaitu aspek pengamanan dan kemananan industri, aspek kewilayahan, dan aspek afirmatif yang terkait dengan IKM. Terkait pemberian insentif fiskal bagi investor, perlu ditambahkan Kemenkeu sebagai salah satu kementerian penanggung jawab. BKPM juga melaksanakan fasilitasi. Peraturan memang dari Kemenkeu, BKPM juga memfasilitasi industri baru dan existing. Insentif terdapat dua jenis yaitu, pada saat mendirikan industri baru dan untuk industri existing. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam forum ini juga menyampaikan bahwa dalam pembangunan industri, perlu dimasukkan faktor kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, misalnya dengan pemasangan early warning system, maupun bentuk-bentuk sistem peringatan bencana yang lainnya. Biro Perencanaan Kementerian Perhubungan menyampaikan bahwa untuk mendukung percepatan pembangunan konektivitas di kawasan industri/kek, perlu ditambahkan peran kementerian BUMN dalam mengkoordinasikan BUMN bidang infrastruktur konektivitas untuk mendukung hal tersebut. Kementerian Komunikasi dan Informatika meminta untuk dilibatkan dalam mendukung konektivitas dan aksesibilitas di kawasan industry dan KEK, sedangkan untuk penyediaan tenaga terampil dapat melibatkan peran Kementerian Koperasi dan UKM, melalui paket-paket kegiatan pelatihan. Dalam pembangunan KI Sei Mangke, terdapat tambahan buletan terkait bahan baku (untuk KEK). Tidak ada penambahan lahan di Tahun 2017, untuk 2017 dilakukan kegiatan penataan ruang terkait RDTR (di luar Kawasan Industri) yang secara teknis dilakukan oleh ATR. Dalam hal ini juga dilibatkan Pemda Simalungun dan Sekdenas KEK. Penyediaan energi listrik, ditambahkan Kementerian BUMN (PT PLN). Di KI Sei Mangke sudah ada pusat riset kelapa sawit tapi masih terkendala operasionalisasi. Tambahan bulatan untuk R and D center pengembangan olahan kelapa sawit. Ditangani oleh Kemenperin. Baru ada 1 pengelola, yaitu Unilever. Diisukan akan keluar, apabila belum terpenuhi kebutuhan yang harus disediakan oleh pemerintah. Pembangunan jalur Kereta 58

64 Api dibutukan untuk luar kawasan, sedangkan pembangunan rel kereta api di dalam kawasan sudah selesai. Terkait energi, 1 gardu induk sudah dibangun. Permasalahan ada pada reliabilitas, sehingga gardu induk tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya. Bulan Maret 2016 akan diselesaikan. Peningkatan investasi PTSP diganti menjadi peningkatan industri di bidang industri manufaktur. Kominfo dimasukkan dalam konektivitas. Pembangunan pusat layanan KI diganti menjadi penyelenggaraan riset pengembangan produk turunan kelapa sawit. Pembangunan WTP tidak dilakukan pada Untuk 2017 pembangunan WWTP. Infrastruktur dalam kawasan sudah dibangun oleh pengelola. Peran pengelola perlu diperjelas, supaya tidak semuanya menjadi tanggung jawab kemenperin. Pembangunan gedung administrator seharusnya dilakukan oleh pengelola. Kemen PUPR akan membangun fasilitas rusun untuk Guru. Sudah disediakan 2 unit pada tahun Pada pembangunan KI Kuala Tanjung, pada dasarnya kebutuhan infrastruktur eksternalnya sama dengan KI Sei Mangkei. Ada kebutuhan pembebasan lahan di Tahun Perlu disiapkan Masterplannya, sehingga bisa dilakukan penyediaan lahan. Kesiapan dokumen perencanaan baru akan dilakukan pada tahun Ada persoalan pelepasan kewenangan dari Badan Otoritas Asahan ke PT Inalum. Tahun 2017, dilakukan preservasi jalan. Perbaikan Geometri di Simpang Inalum dan rencana pembangunan fly over (DED di tahun 2017). Dilakukan Kemen PUPR. Peningkatan kapasitas jalan dari Simpang Kawat-Perdagangan dan Pematang Siantar-Perdagangan diusulkan melalui DAK. Terkait kelistrikan, perlu suplai dari PLN. Pelabuhan hub Internasional Kuala Tanjung menjadi prioritas untuk mengurangi kemahalan biaya. b) Pembahasan Bilateral Meeting Dalam forum pembahasan Bilateral Meeting dengan BP Sabang, dibahas tiga kegiatan utama dalam mendukung pengembangan KPBPB Sabang, yaitu: 1) Revitalisasi Pelabuhan Balohan. BP Sabang telah mengalokasikan dana sebesar 100 M di tahun 2016 untuk revitalisasi Pelabuhan Balohan. Aset pelabuhan telah menjadi kewenangan Pemerintah Kota. Sehingga apabila akan dikembangkan perlu berkoordinasi kembali dengan Pemerintah Kota. Tahun 2016 dialokasikan dana sebesar 9 Miliar untuk perbaikan dermaga kapal cepat. 2) Peningkatan Kapasitas Bandara Maimun Saleh. Termasuk bandara internasional namun persyaratan masih kurang. Kemenhub akan mereviu masterplan. Masih kewenangan Kemenhub. 3) Pelimpahan Kewenangan Ijin Tangkap Ikan. Perlu ada kepastian apakah lanjut/tidak kewenangan ini. Karena sudah ada investor yang tertarik dalam 59

65 pengelolaan perikanan. Ada kebijakan KKP untuk membatasi investor asing dalam penangkapan ikan. Draft akan dibahas kembali dengan memperhatikan kepentingan dan kewenangan saat ini. Sedangkan dalam pembahasan Bilateral Meeting dengan BP Batam, terdapat 5 kegiatan utama yang mendukung pengembangan KPBPB Batam, yaitu: 1) Pembangunan Pelabuhan Transhipment Tanjung Sauh. Kemenko Perekonomian diharapkan dapat memasukan Tj. Sauh dalam FTZ. 2) Pembangunan Jalan Tol hanya penugasan dari HK. BP Batam dalam hal ini perlu berkoordinasi dengan BPJT. Pembangunan jalan tol ini merupakan pembangunan dengan penugasan. 3) Pembangunan Kereta dan LRT. Penetapan trase di tahun 2016, dan harus ada rekomendasi dari Pemko. Dukungan kerangka anggaran di tahun Sehingga dapat dibayarkan tepat waktu. 4) Pengembangan terminal 2 Hang Nadim. Terdapat kendala terkait BUBU, sehingga perlu pembahasan lebih lanjut. 5) Pengembangan Data center. 60

66 Program Kegiatan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BP- Batam Tabel 9. Target Strategis Rencana Kerja 2017 BP-Batam Usulan Outcome/Output Usulan Indikator Target 2017 Terwujudnya Pencapaian target dukungan manajemen performance kinerja dan pelaksanaan tugas aparatur di lingkungan BPteknis lainnya sebagai Batam upaya pengelolaan Percapaian kesesuaian pengembangan pelaksanaan kegiatan KPBPB Batam program terhadap rencana kerja BP Batam Percapaian akuntabilitas laporan Unit penanggung Jawab 70 Biro SDM, Biro Pengembangan Manajemen Kinerja 75% Biro Perencanaan Program dan Litbang, Biro Perencanaan Teknik, Satuan Pemeriksa Internal WTP Biro Keuangan, Satuan Pemeriksa Internal Program pengelolaan dan penyelenggaraan KPBPB Batam Terwujudnya nilai ekonomis tinggi bagi masyarakat dan dunia usaha di Barelang Pendaftaran nilai investasi PMA Realisasi nilai investasi PMA $ 888,888,000 $ 558,001,149 Direktorat Pembangunan Sarana Prasarana, Direktorat Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Direktorat Promosi dan Humas, Direktorat Lalu Lintas Barang Kantor, Pengelolaan PDRB berdasarkan realisasi PMA $ 139,500,287 Lahan, Biro Perencanaan Pengembangan Usaha Pelayanan dan Pentarifan Penyerapan tenaga kerja Direktorat Pemanfaatan Aset, Direktorat Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pencapaian kepuasan stakeholder terhadap penyelenggaraan pelayanan publik 80% Biro Perencanaan Program dan Litbang, Satuan Pemeriksa Internal, Kantor Bandar Udara HN, Kantor Pelabuhan Laut, RSBP, Pusat PDS I, Kantor Perwakilan, Direktorat Pengamanan, Kantor Pengelolaan Lahan Tabel 10. Pagu Indikatif yang Diterima BP-Batam 61

67 PROGRAM RUPIAH MURNI PHLN RM-PHLN BLU JUMLAH Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 761, , Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kawasan PBPB-Batam 283, , , , , TOTAL 283, , , ,158, ,750, dalam juta Rp 62

68 c) Pembahasan Trilateral Meeting Pada pembahasan Trilateral Meeting BP Batam, terdapat pergeseran Pagu Indikatif (SB) dari sumber pendanaan BLU dari Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kawasan PBPB-Batam (06) ke Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BP-Batam (01) sebesar Rp ,9 juta. Pergeseran ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan asuransi sebesar Rp ,0 juta dan pembayaran remunerasi sebesar Rp ,4 juta. Sehingga Pagu Indikatif (SB) sumber pendanaan BLU untuk Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BP- Batam (01) menjadi Rp ,6 juta dan Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kawasan PBPB-Batam (06) sebesar Rp ,2 juta. Dalam memenuhi kebutuhan tambahan mendesak, alokasi yang tercantum di dalam lampiran SB Pagu Indikatif sebesar Rp ,6 juta. Alokasi ini masih belum cukup untuk melanjutkan pembangunan Gedung RSBP. Kebutuhan anggaran untuk melanjutan pembangunan Gedung RSBP tahap ke- 2 sebesar Rp ,0 juta. Masih terdapat kekurangan sebesar Rp ,4 juta. Jika alokasi ini tidak terpenuhi maka akan berdampak pada penjadwalan ulang jangka waktu pelaksanaan kontrak pekerjaan pembangunan. Di samping itu, terdapat beberapa hal yaitu: 1) Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN) masih sesuai dengan rencana penarikan yaitu Rp ,0 juta dengan target tahun 2016 sudah mulai konstruksi; 2) Jumlah alokasi yang tercantum di dalam lampiran SB Pagu Indikatif sudah sesuai dengan kebutuhan tahun 2017 sebesar Rp ,0 juta. Kegiatan ini merupakan pembangunan terminal curah Kabil lanjutan (tahap II); 3) Nomenklatur kegiatan untuk pembangunan LRT Batam disesuaikan dengan nomenklatur kegiatan pada Renja yaitu Pengelolaan dan Pengendalian Mutu Prasarana dan Sarana (5127); 4) Pembangunan LRT Batam dilakukan melalui skema KPBU dengan pembiayaan pemerintah dukungan sebagian konstruksi. Akan didiskusikan kembali terkait dengan penjaminan penganggaran; dan 5) Disepakati dalam penekanan pembahasan pertemuan Tiga Pihak bahwa Bappenas fokus pada pengalokasian anggaran Belanja Non-Operasional sedangkan Kementerian Keuangan/DJA fokus pada pengalokasian anggaran Belanja Operasional. BP Batam mengusulkan tambahan pendanaan di luar pemenuhan Multiyears Contract sebesar Rp ,0 juta yaitu: 1) Pengadaan Peralatan Medis RSBP; 2) Penyiapan dan Pematangan Lahan Pengembangan Areal Cargo Bandara Hang Nadim Batam; 3) Pembangunan Infrastruktur Jalan Akses Terminal Container Batu Ampar -Dermaga Utara; 4) Pengadaan Peralatan Keselamatan Pelayaran; 5) Pengadaan Peralatan Keselamatan Penerbangan; 6) Overlay Runway Bandar Udara Hang Nadim Batam; dan 7) Pembangunan Rumah Susun dan Fasilitas Umum di Sekitar Kawasan Industri Batam. 63

69 Pada Pembahasan Trilateral Meeting BP Sabang, dalam penyusunan kegiatan dan anggaran BP Sabang yaitu Pagu Indikatif untuk BP Sabang TA 2017 sebagaimana Surat Bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor 0163/M.PPN/05/2016 S-378/MK.02/2016 tanggal 13 Mei 2016 adalah sebesar Rp ,2 juta yang terdiri dari: (i) belanja non operasional sebesar Rp ,0 termasuk di dalamnya penggunaan BLU Rp 9.240,0 juta dan (ii) belanja operasional sebesar Rp ,2 juta. Di samping itu, setiap rincian kegiatan yang akan dituangkan di dalam Renja BP Sabang Tahun 2017 perlu disesuaikan dengan format ADIK. Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan yaitu Kegiatan Prioritas BP Sabang tahun 2017 diarahkan untuk dapat memberikan hasil pada penerimaan BP Sabang. Adapun kegitan prioritas BP Sabang antara lain (i) Pembangunan pelabuhan Balohan, (ii) Kegiatan Pariwisata, dan (iii) Kegiatan Perikanan. Kegiatan Prioritas BP Sabang yang diusulkan adalah kegiatan yang sudah memiliki dokumen-dokumen pendukung seperti DED, FS, Amdal, dan status Aset sehingga kegiatan prioritas ini sudah siap untuk dibangun pada tahun berjalan dan tidak menimbulkan perubahan/revisi kegiatan ditengah tahun angggaran berjalan. Alokasi BLU sebesar Rp 9.240,0 juta pengunaannya akan difokuskan untuk kegiatan yang mendukung Penerimaan Negara Bukan Pajak. Disepakati dalam penekanan pertemuan Tiga Pihak bahwa Bappenas fokus pada pengalokasian anggaran Belanja Non Operasional, sedangkan Kementerian Keuangan/DJA fokus pada pengalokasian Belanja Operasional. Semua kegiatan yang diusulkan oleh BP Sabang tahun 2017 adalah kegiatan prioritas dan sudah siap untuk dilaksanakan. d) Musrenbangnas Dalam forum Musrenbangnas, pengembangan kawasan industri dan KEK menjadi salah satu program prioritas dalam Prioritas Nasional Percepatan Pembambangunan Industri/KEK. Pada proses pembahasan, dukungan kegiatan prioritas terbesar dalam pengembangan kawasan industri dan KEK yaitu pada kegiatan konektivitas/aksesibilitas, ketersediaan infrastruktur dasar, dan penyediaan tenaga terampil. Namun, secara keseluruhan, forum Musrenbangnas hanya membahas sekitar 30% kegiatan prioritas, dengan hasil kesepakatan yang disetujui menggunakan alokasi K/L yaitu sebesar 8,2 %. 64

70 Tabel 12. List Kegiatan Prioritas dalam Mendukung PP Pengembangan Kawasan Industri/KEK Kegiatan Prioritas belum ada kesepakat an belum dibaha s disetuj ui dengan dana K/L ditola k Gran d Total Pengembangan Kawasan Industri/KEK Iklim Investasi PTSP (Penghapusan Perda Bermasalah) 3 3 Insentif Fiskal dan Non Fiskal Ketersediaan Infrastruktur Dasar Konektivitas / Aksesibilitas Penyediaan Lahan Kawasan Industri Penyediaan Tenaga Terampil dan Ahli(BLK,SMK,Akademi Komunitas,Politeknik) Mensosialisasikan mental Kewirausahaan Grand Total Penelaahan RKA K/L BP Batam dan BP Sabang Penelaahan Pagu Alokasi TA 2017 BP Batam telah memenuhi persyaratan secara substantif dan administratif sesuai dengan PMK No. 163/PMK.02/2016 tentang Juksunlah RKA K/L dan Pengesahan DIPA. Kriteria administratif meliputi Surat Pengantar RKA K/L, RKA K/L, daftar rincian anggaran pagu per satker, RKA Satker, ADK RKA K/L, dan persetujuan Komisi di DPR. Semua kriteria administratif sudah lengkap, kecuali persetujuan komisi di DPR yang belum lengkap ditandatangani oleh unsur pimpinan komisi di DPR. Sedangkan kriteria substantif meliputi: kesesuaian data dalam RKA K/L dengan Pagu Alokasi K/L; kesesuaian antara kegiatan, keluaran, dan anggarannya; komponen/tahapan dan keluaran disusun berdasarkan konsep berpikir logis melalui Aplikasi ADIK; konsistensi pencantuman angka perkiraan maju yang telah disusun melalui aplikasi KPJM. Berdasarkan hasil penelaahan, RKA K/L BP Batam telah sesuai dengan kriteria substantif tersebut. Alokasi yang diterima oleh BP Batam yaitu 65

71 sebesar Rp Pada proses penelaahan, Bappenas menyampaikan bahwa BP Batam memiliki 3 kegiatan Prioritas Nasional yaitu pembangunan dermaga curah kabil, pembangunan dan supervisi Gedung Rawat Inap (Gedung B-RSBP), dan pembangunan sarana transportasi massal (LRT). Ketiga proyek prioritas tersebut sudah terpenuhi dalam RKA K/L BP Batam TA Namun, dalam hal ini, BP Batam juga memberikan masukan bahwa alokasi yang tertuang dalam Aplikasi KJPM agar dikaji kembali, karena bukan merupakan usulan dari BP Batam. Penelaahan Pagu Alokasi TA 2017 BP Sabang telah memenuhi persyaratan secara substantif dan administratif sesuai dengan PMK No. 163/PMK.02/2016 tentang Juksunlah RKA K/L dan Pengesahan DIPA. Kriteria administratif meliputi Surat Pengantar RKA K/L, RKA K/L, daftar rincian anggaran pagu per satker, RKA Satker, ADK RKA K/L, dan persetujuan Komisi di DPR. Semua kriteria administratif sudah lengkap, kecuali persetujuan komisi di DPR yang belum lengkap ditandatangani oleh unsur pimpinan komisi di DPR. Sedangkan kriteria substantif meliputi: kesesuaian data dalam RKA K/L dengan Pagu Alokasi K/L; kesesuaian antara kegiatan, keluaran, dan anggarannya; komponen/tahapan dan keluaran disusun berdasarkan konsep berpikir logis melalui Aplikasi ADIK; dan Konsistensi pencantuman angka perkiraan maju telah disusun melalui aplikasi KPJM. Berdasarkan hasil penelaahan, RKA K/L BP Sabang telah sesuai dengan kriteria substantif tersebut. Namun untuk konsistensi pencantuman sasaran kinerja K/L dengan RKP saat ini menjadi fokus reviu Bappenas. Alokasi yang diterima oleh BP Batam yaitu sebesar Rp Dalam penelaahan, Bappenas menyampaikan bahwa BP Sabang memiliki 9 kegiatan Prioritas Nasional, yaitu pembangunan ecotourism track, pembangunan TPA, pembangunan sub marine tourism, pembangunan jaringan air bersih, revitalisasi kawasan mercusuar Aceh dan peningkatan sarana prasarana infrastruktur CT-3 dan CT-1. Dari 9 kegiatan Prioritas Nasional BP Sabang, 2 kegiatan Prioritas Nasional BP Sabang tidak dapat dilaksanakan pada tahun 2017, yaitu: (1) Pembangunan Sub Marine Tourism, dikarenakan permasalahan lahan untuk pembangunannya bukan aset milik BPKS, dan (2) pembangunan revitalisasi kawasan mercusuar Aceh dikarenakan merupakan kewenangan Kemenhub. 66

72 3.4. Koordinasi Perencanaan RKP, Renja K/L, dan RKA K/L Tahun 2017 dalam Mendukung Kawasan Rawan Bencana Isu Strategis dan Permasalahan Kawasan Rawan Bencana dalam RKP Tahun 2017 Permasalahan penanggulangan bencana di bidang regulasi belum jelasnya kebijakan untuk desentralisasi PRB ke daerah; Peranan BPBD belum optimal dalam mengkoordinasikan penanggulangan bencana di daerah. Terkadang koordinasinya diambil alih oleh SKPD lain. Dokumen perencanaan pembangunan belum berorientasi pada pengurangan risiko bencana. Belum tersedianya tools atau indikator yang dapat mengukur kemajuan penanggulangan bencana di suatu daerah. Keterbatasan dana penanggulangan bencana, sehingga sulit untuk merespon kejadian bencana. Di sisi pendanaan, peranan pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana sangat dominan akan tetapi dampak yang dihasilkan belum optimal. Dalam hal ini, dukungan dari pemerintah daerah sangat diperlukan untuk dapat mengoptimalkan (leverage outcome) dari upaya pemerintah pusat. Kapasitas penanggulangan bencana di dalam masyarakat belum sepenuhnya digali. BNPB/BPBD dapat mengisi celah kapasitas dalam masyarakat. Perlu dilakukan identifikasi potensi di masyarakat sebelum dilakukan intervensi oleh BNPB/BPBD/ pihak lain. Dalm hal ini, peta risiko bencana belum seutuhnya menggambarkan potensi risiko bencana suatu kawasan (daerah yang tidak berpotensi bencana, ternyata terjadi bencana). Masih banyak daerah yang belum memiliki analisa risiko dan peta risiko. Praktik-praktik pengurangan risiko bencana di tingkat masyarakat juga belum dimanfaatkan dengan optimal. Di samping itu, desentralisasi penanggulangan bencana belum sepenuhnya terlaksana, akan tetapi peranan pemerintah daerah dalam penanggulangan juga masih belum optimal. Pendelegasian peran kepada daerah. Secara umum, solusi dalam menguatkan peran BNPB dibagi menjadi tiga bidang utama. Dalam bidang koordinasi perencanaan, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi dan BNPB agar mengoptimalkan peran koordinasi perencanaan program/kegiatan dalam pembangunan daerah tertinggal dan kawasan rawan bencana. Pada bidang koordinasi pelaksanaan, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, dan BNPB, agar mengoptimalkan peran koordinasi pelaksanaan program/kegiatan dalam pembangunan daerah tertinggal dan kawasan rawan bencana. Di samping itu, BNPB melakukan pemantauan intensif untuk memastikan program/kegiatan on track dalam mendukung pencapain target dan sasaran nasional terkait pembangunan daerah tertinggal dan kawasan rawan bencana. 67

73 Kebijakan Pembangunan Kawasan Rawan Bencana dalam RKP Tahun 2017 Dalam prioritas pembangunan nasional 2017, penanggulangan bencana bukan menjadi prioritas nasional namun beberapa Prioritas Nasional diarahkan untuk mendukung penanggulangan bencana yaitu Pelayanan Kesehatan, Perumahan dan Permukiman, Daerah Perbatasan, Daerah Tertinggal, Desa dan Kawasan Perbatasan, dan Pembangunan Pariwisata. Arah kebijakan penanggulangan bencana dalam RKP 2017 yaitu mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. Dalam melaksanakan arah kebijakan tersebut, terdapat tiga strategi yang dilakukan, yaitu 1) Internalisasi pengurangan risiko bencana di kabupaten/kota yang berisiko tinggi; 2) Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana di kabupaten/kota yang berisiko tinggi; dan 3) Peningkatan kapasitas pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana. Sasaran yang harus dicapai dalam penanggulangan bencana yaitu menurunnya indeks risiko bencana serta meningkatnya ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat terhadap ancaman bencana di kabupaten/kota yang merupakan pusat-pusat pertumbuhan yang berisiko tinggi terhadap bencana; dan terlaksananya pemulihan daerah pasca bencana alam di Sinabung, Manado, Kelud serta daerah pasca bencana alam lainnya. Sasaran lokasi penurunan Indeks Risiko Bencana pada pusat-pusat pertumbuhan berisiko tinggi yaitu sebanyak 120 kabupaten/kota berisiko tinggi dan 16 kabupaten/kota berisiko sedang. Program prioritas penanggulangan bencana yaitu: 1) internalisasi PRB dalam kerangka pembangunan; 2) penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; dan peningkatan kapasitas dalam penanggulangan bencana. Gambar 4. Program Prioritas Penanggulangan Bencana dalam RKP

74 Internalisasi PRB dalam kerangka pembangunan BANJIR BANDANG GEMPA BUMI TSUNAMI LETUSAN GUNUNG API Peningkatan kapasitas dalam penanggulang an bencana LONGSOR KEKERINGAN KARHUTLA Menurunkan Indeks Risiko Bencana pada pusat-pusat pertumbuhan berisiko tinggi KAWASAN : 120 kab/kota berisiko tinggi 16 kab/kota berisiko sedang BANJIR GELOMBAN G EKSTRIM & ABRASI CUACA EKSTRIM KEGAGALAN TEKNOLOGI EPIDEMI & WABAH PENYAKIT Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana Program prioritas ke-1 Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan di Pusat dan daerah memiliki beberapa kegiatan prioritas yaitu Pengarusutama-an PRB dalam perencanaan pembangunan, Kajian risiko bencana untuk penyusunan RPJMD; Integrasi Kajian Risiko bencana dalam RTRWP/K/K; Harmonisasi kebijakan dan peraturan Pusat dan Daerah; dan Penyusunan rencana kontingensi. Program prioritas ke-2 Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; memiliki beberapa kegiatan prioritas yaitu Menumbuh-kan kesadaran dan pengetahuan bencana; Sosialisasi PB melalui media; Penyebarluas-an informasi kebencanaan; Kerjasama Pemerintah dengan lembaga non pemerintah; Percepatan penyelesaian pemulihan pascabencana; Penataan dan pemeliharaan lingkungan rawan bencana; dan Menumbuh-kan kearifan lokal. Program prioritas ke-3 Peningkatan kapasitas dalam penanggulangan bencana, memiliki kegiatan prioritas yaitu Kapasitas kelembagaan dan aparatur; Penguatan tata kelola PB; Pengembang-an sistem peringatan dini; Pengembang-an dan pemanfaatan IPTEK; Simulasi dan gladi PB; Infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan; Perlindungan dan layanan pada saat darurat bencana; Desa tangguh bencana untuk desa hebat; dan Pusat logistik kewilayahan Hasil Koordinasi Penyusunan Renja K/L dan RKA K/L Tahun 2017 Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam Mendukung Kawasan Rawan Bencana Tahun 2017 a) Pembahasan Bilateral Meeting 69

MULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL

MULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL Deputi Bidang Pengembangan Regional Jakarta, 14

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG PENDAHULUAN 1 Penegasan Paradigma Perencanaan dan Penganggaran Amanat konstitusi menegaskan bahwa ANGGARAN NEGARA adalah INSTRUMEN untuk mencapai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas JADWAL PENYUSUNAN RKP 2017

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 REPUBLIK INDONESIA Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 17 Januari 2017 1 OUTLINE (1) Ruang Lingkup Kementerian Desa,

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat 1 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Lebih terperinci

Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017

Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 Oleh : Deputi Bidang Pengembangan Regional Jakarta,

Lebih terperinci

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA

SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta, 30 April 2018 2 Pendahuluan: Agenda Penyusunan RKP 2019 Januari

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH I. Pendahuluan Dengan mengacu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Visi-Misi Presiden serta Agenda Prioritas Pembangunan (NAWA CITA),

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Sambutan Pembukaan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Sambutan Pembukaan KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Sambutan Pembukaan RAPAT KOORDINASI PEMBANGUNAN PUSAT (RAKORBANGPUS) KE-II PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 DALAM RANGKA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PENJELASAN TEKNIS SUBSTANTIF RAKORTEK K/L DENGAN PEMDA DALAM PENYUSUNAN RKP 2018 DAN TATA KELOLA PEMBAHASAN

PENJELASAN TEKNIS SUBSTANTIF RAKORTEK K/L DENGAN PEMDA DALAM PENYUSUNAN RKP 2018 DAN TATA KELOLA PEMBAHASAN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN TEKNIS SUBSTANTIF RAKORTEK K/L DENGAN PEMDA DALAM PENYUSUNAN RKP 2018 DAN TATA KELOLA PEMBAHASAN Direktur Pengembangan Wilayah dan Kawasan Kementerian Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban

Lebih terperinci

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN KEMENTERIAN DESA, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN NASIONAL PERCEPATAN TAHUN 2015-2019 ? adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018 KEBIJAKAN TAHUN 2018 - DirekturOtonomi Daerah Bappenas - REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA DEFINISI SESUAI UU No.33/2004 Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017

ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017 11/05/2016 15:46 ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017 Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Jakarta, April 2016 1 ARAHAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN DANA

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Kabupaten yang baru berusia 17 tahun, sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk mengisi pembangunan, dapat dilihat akses-akses masyarakat yang terpenuhi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci

PELAKSANAAN e-planning (DISKUSI ONLINE)

PELAKSANAAN e-planning (DISKUSI ONLINE) PELAKSANAAN e-planning (DISKUSI ONLINE) Direktur Pengembangan Wilayah dan Kawasan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Temu Konsultasi

Lebih terperinci

Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL

Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL Oleh : Direktur Keuangan Negara dan Analisa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - 1 Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2018 DAK TA.2018 DAK REGULER DAK AFIRMASI DAK PENUGASAN Untuk penyediaan pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas

Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas 1 VISI-MISI PEMBANGUNAN 2015-2019 DIJABARKAN MELALUI STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL RKP 2015*) RKP 2016 RKP 2017 RKP 2018 RKP 2019

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KERANGKA NASIONAL REFORMA AGRARIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Pengembangan Daerah Tertentu, Tahun 2016

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Pengembangan Daerah Tertentu, Tahun 2016 Jakarta, Januari 2017 Laporan Kinerja Pengembangan Daerah Tertentu, Tahun 2016 KATA PENGANTAR Sesuai amanat Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL Ir. H.A. Helmy Faishal Zaini (Disampaikan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018 Gorontalo, 3-4 April 2018 S U L AW E S I B A R AT MELLETE DIATONGANAN

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

sinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua

sinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua sinergi program direktorat jenderal pengembangan daerah tertentu di wilayah papua SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU Ir. R.r. AISYAH GAMAWATI, MSI RAPAT KONSULTASI REGIONAL BIDANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

Musrenbang 2011 untuk penyusunan RKP Bappenas, 10 Maret 2011

Musrenbang 2011 untuk penyusunan RKP Bappenas, 10 Maret 2011 Musrenbang 2011 untuk penyusunan RKP 2012, 10 Maret 2011 1 Tujuh Titik Kritis Musrenbangnas 2 Solusi Tujuh Titik Kritis No Titik Kritis Solusi 1 Tujuan dan sasaran kurang tajam 2 Hanya membahas dana Dekonsentrasi/

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.855, 2017 KEMEN-DPDTT. DAK Fisik Afirmasi bidang Transportasi TA 2017. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Nega

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Nega No.264, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pembangunan. Daerah Tertinggal. Percepatan Pembangunan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5598) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA KETERPADUAN KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan Oleh: MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa upaya memajukan

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan dilaksanakan secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.51/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) TAHUN 2018

PERKEMBANGAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) TAHUN 2018 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERKEMBANGAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) TAHUN 2018 Disampaikan oleh: Deputi Bidang Pengembangan Regional

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA, DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA, DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA, DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN Oleh: Dr. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D Direktur Daerah Tertinggal, TRansmigrasi dan Perdesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang disingkat RPJMD sebagaimana amanat Pasal 264 ayat (1) Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan

Lebih terperinci

Mekanisme Pembahasan Multilateral Meeting II, Bilateral Meeting II dan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017

Mekanisme Pembahasan Multilateral Meeting II, Bilateral Meeting II dan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Mekanisme Pembahasan Multilateral Meeting II, Bilateral Meeting II dan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015

SOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015 Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Jakarta, 10 April 2015 AGENDA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RKPD DIY. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Inovasi Proses Penyusunannya

RKPD DIY. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Inovasi Proses Penyusunannya RKPD DIY Rencana Kerja Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 & Inovasi Proses Penyusunannya Upaya & Inovasi dalam menjaga Keterkaitan dokumen Perencanaan Pembangunan 1 Keterkaitan dokumen

Lebih terperinci

Pengendalian Program Prioritas Nasional. Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo Deputi I Kepala Staf Kepresidenan

Pengendalian Program Prioritas Nasional. Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo Deputi I Kepala Staf Kepresidenan Pengendalian Program Prioritas Nasional Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo Deputi I Kepala Staf Kepresidenan PENGENDALIAN PROGRAM PRIORITAS NASIONAL Tujuan Menyusun laporan capaian kegiatan prioritas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

TINDAK LANJUT RAKORBANGPUS 2017 : PENYELESAIAN PAGU INDIKATIF K/L 2018

TINDAK LANJUT RAKORBANGPUS 2017 : PENYELESAIAN PAGU INDIKATIF K/L 2018 REPUBLIK INDONESIA TINDAK LANJUT RAKORBANGPUS 2017 : PENYELESAIAN PAGU INDIKATIF K/L 2018 Oleh: Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D Direktur Daerah tertinggal, Transmigrasi dan Perdesaan Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Kebijakan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan Program Bidang Cipta Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Arahan Direktur Jenderal Cipta Karya Kebijakan Program Bidang Cipta Karya Penajaman Program Palembang 03 Maret 2014 OUTLINE A. Konsep Perencanaan

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

Direktur Otonomi Daerah Kementerian PPN/Bappenas

Direktur Otonomi Daerah Kementerian PPN/Bappenas K E M E N T E R I A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N N A S I O N A L / B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N N A S I O N A L REPUBLIK INDONESIA Direktur Otonomi Daerah Kementerian

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

Evaluasi Perencanaan Lintas Sektor Penanggulangan Bencana Dalam Pencapaian Target Pembangunan

Evaluasi Perencanaan Lintas Sektor Penanggulangan Bencana Dalam Pencapaian Target Pembangunan i KATA PENGANTAR Laporan akhir Evaluasi Perencanaan Lintas Sektor Penanggulangan Bencana dalam Pencapaian Target Pembangunan disusun dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program/Kegiatan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Lampiran. 200 20 202 203 204 2 3 4 5 6 7 8 9 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 67,7 68 68,5 7 72,2 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA. Meningkatkan indek kualitas pembangunan manusia

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR L. Jakarta, Desember 2016 Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi dan Perdesaan, Bappenas. Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.

KATA PENGANTAR L. Jakarta, Desember 2016 Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi dan Perdesaan, Bappenas. Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph. KATA PENGANTAR L aporan Akhir Koordinasi Strategis Percepatan Pelaksanaan Program Pembangunan Daerah Tertinggal untuk Mendukung PP No.78 Tahun 2014 dan Perpres No. 131 Tahun 2015 disusun dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING

PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING Oleh : Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN 2004-2009 Disampaikan oleh : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Pada

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci