Meningkatkan Jiwa Nasionalisme dan Semangat Bela Negara untuk Pemberdayaan Wilayah Perbatasan sebagai Beranda Depan NKRI
|
|
- Devi Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA Meningkatkan Jiwa Nasionalisme dan Semangat Bela Negara untuk Pemberdayaan Wilayah Perbatasan sebagai Beranda Depan NKRI Kemerdekaan bukanlah berarti kebebasan tanpa batas yang lebih mengutamakan adanya kebebasan individu. Tetapi kemerdekaan Indonesia adalah hasil jerih payah perjuangan seluruh bangsa Indonesia yang patriotik, sehingga disini kita lihat bahwa kebersamaan selalu merupakan titik sentral yang menjadi arah setiap individu sebagai warga negara. Pelestarian nilai kebangsaan mengakibatkan adanya dorongan (motivasi) untuk berbuat dan bertindak dalam menegakkan serta mengisi kemerdekaan dengan pembangunan. Sejarah perjuangan bangsa juga memberi bukti yang nyata bahwa hanya dengan semangat persatuan dan kesatuan, rasa cinta tanah air, kesadaran bela negara serta wawasan sebagai satu bangsalah yang memungkinkan kita mampu menjaga dan menegakkan kemerdekaan NKRI sampai sekarang. Untuk itu, seluruh warga negara harus mempunyai semangat pembelaan yang tangguh terhadap eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang disebut sebagai semangat bela negara. Semangat bela negara harus ditanamkan kepada seluruh warga negara secara dini, terpadu dan teruji disemua strata kehidupan dari bangsa Indonesia. Dewasa ini, kita mengamati bahwa rasa naionalisme yang seharusnya tumbuh dan mengakar pada setiap dada warga negara semakin lama dirasa semakin menurun. Adanya suatu sikap ketidakperdulian dari sebagian warga mengakibatkan kekurang pekaan terhadap berbagai ancaman yang dapat membahayakan stabilitas dan keutuhan negara kita. Ketidak-perdulian ini menggambarkan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air semakin menipis kalau kita bandingkan perbedaan masa lalu dengan sekarang dalam urusan kecintaan terhadap bangsa, rasanya semakin lama rasa cinta tanah air dalam bangsa ini semakin lama semakin menipis, kita ingat kembali bagaimana saat dahulu di sekolah-sekolah mulai tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi kita masih diingatkan untuk menghapalkan lagu-lagu perjuangan, namanama pahlawan, kecintaan terhadap bendera kebangsaan diwujudkan dengan upacara bendera tiap hari Senin, Naskah Pembukaan UUD 1945 di luar kepala, tapi sekarang, rasanya semakin sedikit anak sekolah yang hafal lagu-lagu wajib, dia akan lebih cepat mengenal lagu-lagu cinta yang dinyanyikan para artis. Makin sedikit murid-murid yang tahu nama pahlawannya, dan pasti lebih banyak muridmurid yang hafal nama-nama tokoh film dan artis di televisi. Makin sedikit rasanya sekolah yang melaksanakan upacara bendera, dan lebih banyak sekolah yang melakukan kegiatan ektra lain tanpa perduli akan penghormatan pada bendera negaranya. Tentunya menjadi kewajiban bersama untuk menanamkan kembali rasa cinta tanah air yang semakin meluntur dari warga negara kita sehingga tumbuh kemauan dari setiap warga negara untuk turut serta dalam upaya bela negara. 1
2 Kita sadari bahwa warga negara adalah salah satu unsur negara yang mutlak menjadi bagian dari diakuinya sebuah negara. Kuat tidaknya suatu negara tergantung dari kemampuan tiap warga negaranya untuk memajukan, mengembangkan kemampuannya, juga senantiasa berusaha mempertahankannya dari segala ancaman yang akan mengganggu stabilitas keamanan suatu negara. Memperhatikan masalah menurunnya rasa nasionalisme warga negara tersebut khususnya di wilayah perbatasan negara, maka dirasa perlu untuk memberikan solusi pemecahan masalah ini agar dapat mengembalikan rasa dan jiwa nasionalisme warga negara khususnya di sekitar batas negara, untuk menciptakan wilayah perbatasan sebagai beranda depan NKRI. Keikutsertaan setiap warga negara dalam bela negara telah digariskan dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 30 UUD 1945, bahwa : "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara". Sebagai jabaran pasal 30 UUD 1945, hak dan kewajiban warga negara telah dituangkan dalam UU No. 3 Tahun tentang Undang-Undang Pertahanan Negara. Dengan demikian dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan UUD 1945, setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Landasan inilah yang menjadi acuan bagi setiap warga negara termasuk yang berada disekitar wilayah perbatasan negara untuk senantiasa siap berperak aktif dalam bela negara. Agar kemauan itu tumbuh maka perlu dipupuk rasa dan semangat nasionalisme setiap warga negara. Warga negara yang berada diwilayah perbatasan sangat dibutuhkan untuk memperkuat rasa nasionalismenya mereka dengan pendekatan keamanan, kesejahteraan dan melestarikan lingkungan mereka, namun pada saat ini begitu banyak permasalahan yang dihadapi warga Negara di wilayah perbatasan terutama bidang sosial budaya dan ekonomi, permasalahan tersebut antara lain : Kesatu, adanya paradigma pengelolaan kawasan perbatasan di masa lampau sebagai Halaman Belakang wilayah NKRI membawa implikasi terhadap kondisi kawasan perbatasan saat ini yang tersolir dan tertinggal dari sisi sosial dan ekonomi. Munculnya paradigma ini, disebabkan oleh sistem politik dimasa lampau yang sentralistik dan sangat menekankan stabilitas keamanan. Di samping itu secara historis, hubungan Indonesia dengan beberapa negara tetangga pernah dilanda konflik. Konsekuensinya, persepsi penanganan kawasan perbatasan lebih didominasi pandangan untuk mengamankan perbatasan dari potensi ancaman dari luar (external threat) dan cenderung memposisikan kawasan perbatasan sebagai sabuk keamanan (security belt). Hal ini mengakibatkan kurangnya pengelolaan kawasan perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan melalui optimalisasi potensi sumberdaya alam. Kedua, terjadinya kesenjangan pembangunan dengan negara tetangga, kehidupan masyarakat di kawasan perbatasan yang miskin infrastruktur dan tidak memiliki aksesibilitas yang baik, pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi di negara tetangga misalnya kawasan perbatasan di Kalimantan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, pada umumnya berkiblat ke wilayah negara Malaysia. Hal ini disebabkan adanya infrastruktur yang lebih baik atau pengaruh sosial ekonomi yang lebih kuat dari wilayah negara tetangga. Ketiga, ketersediaan prasarana dan sarana, baik sarana dan prasarana wilayah maupun fasilitas sosial ekonomi masih jauh dari memadai. Jaringan jalan dan angkutan perhubungan darat maupun laut masih sangat terbatas, yang 2
3 menyebabkan sulit berkembangnya kawasan perbatasan, kondisi prasarana dan sarana komunikasi dan informasi seperti pemancar atau transmisi radio dan televisi serta sarana telepon setiap hari mereka dapatkan dari negara tetangga karena di kawasan perbatasan umumnya masih relatif minim. Terbatasnya sarana komunikasi dan informasi menyebabkan masyarakat perbatasan lebih mengetahui informasi tentang negara tetangga daripada informasi dan wawasan tentang Indonesia. Ketersediaan sarana dasar sosial dan ekonomi seperti pusat kesehatan masyarakat, sekolah, dan pasar juga sangat terbatas. Hal ini menyebabkan kawasan perbatasan sulit untuk berkembang dan bersaing dengan negara tetangga yang akan berimplikasi pada kehidupan sosial masyarakat di wilayah batas negara. Keempat, tingginya angka kemiskinan dan jumlah keluarga pra-sejahtera. Kemiskinan menjadi permasalahan yang terjadi di kawasan perbatasan baik laut maupun darat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah keluarga prasejahtera di kawasan perbatasan serta kesenjangan sosial ekonomi dengan masyarakat tetangga. Hal ini disebabkan oleh akumulasi berbagai faktor, seperti rendahnya mutu sumberdaya manusia, minimnya infrastruktur pendukung, rendahnya produktifitas masyarakat dan belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan perbatasan. Implikasi lebih lanjut dari kondisi kemiskinan masyarakat di kawasan perbatasan mendorong masyarakat terlibat dalam kegiatan-kegiatan ekonomi ilegal guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini selain melanggar hukum dan potensial menimbulkan kerawanan dan ketertiban juga sangat merugikan negara. Selain kegiatan ekonomi ilegal, kegiatan ilegal lain yang terkait dengan aspek politik, ekonomi dan keamanan juga terjadi di kawasan perbatasan laut seperti penyelundupan senjata, amunisi, bahan peledak, narkoba. Kelima, terisolasinya kawasan perbatasan akibat rendahnya aksesibilitas menuju kawasan perbatasan. Kawasan perbatasan masih mengalami kesulitan aksesibilitas baik darat, laut, maupun udara menuju pusat-pusat pertumbuhan. Sulitnya aksesibilitas memunculkan kecenderungan masyarakat untuk berinteraksi dengan masyarakat di wilayah tetangga. Minimnya asksebilitas dari dan keluar kawasan perbatasan wilayah merupakan salah satu faktor yang turut mendorong orientasi masyarakat yang cenderung berkiblat aktivitas sosial ekonominya ke negara tetangga yang secara jangka panjang dikhawatirkan akan memunculkan degradasi nasionalisme masyarakat perbatasan. Keenam, rendahnya kualitas SDM sebagai dampak dari minimnya sarana dan prasarana dibidang pendidikan dan kesehatan, kualitas SDM masyarakat di sebagian besar kawasan perbatasan masih rendah. Masyarakat belum memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan sebagaimana mestinya akibat jauhnya jarak dari permukiman dengan fasilitas yang ada. Optimalisasi potensi sumber daya alam dan pengembangan ekonomi di kawasan perbatasan akan sulit dilakukan. Rendahnya tingkat pendidikan, keterampilan, serta kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menghambat pengembangan ekonomi kawasan perbatasan untuk dapat bersaing dengan wilayah negara tetangga, malahan ketergantungan ekonomi dengan negara tetangga akibatnya juga akan menggerus rasa, semangat nasionalisme. Ketujuh, adanya aktivitas pelintas batas tradisional kesamaan budaya, adat dan keturunan (suku yang sama) di beberapa kawasan perbatasan di Kalimantan (Dayak dan Melayu), menyebabkan adanya kegiatan pelintas batas tradisional yang ilegal dan sulit dicegah. Persamaan budaya dan adat masyarakat dan 3
4 kegiatan pelintas batas tradisional ini merupakan isu sekaligus masalah perbatasan antarnegara yang telah ada sejak lama dan kini muncul kembali seiring dengan penanganan kawasan perbatasan darat di beberapa daerah seperti Papua dan Kalimantan serta Timor Leste. Kegiatan lintas batas ini telah berlangsung lama namun sampai saat ini belum dapat diatasi oleh kedua negara. Dari sekian banyak permasalahan di atas, sedikit banyaknya akan berpengaruh pada kemungkinan adanya degradasi NASIONALISME pada warga Negara yang berada di wilayah perbatasan. Perwujudan usaha dalam menegakkan kedaulatan negara dan rasa cinta tanah air harus melibatkan unsur-unsur dan stakeholder untuk segera terciptanya kondisi yang kondusif bagi kelangsungan kehidupan warga perbatasan. Selain itu kesadaran warga negara perbatasan yang merasakan pemerintah hadir ditengahtengah mereka sangat menentukan terciptanya keutuhan wilayah Indonesia. Untuk itu dibutuhkan prioritas yang tinggi untuk membangun wilayah perbatasan. Tergerusnya nasionalisme warga negara perbatasan dapat kita lihat dan buktikan melalui media massa dimana banyak sekali warga perbatasan yang tidak hafal Pancasila, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya serta lebih memilih menggunakan mata uang Malaysia (Ringgit) dibanding menggunakan Rupiah. Lalu untuk membangkitkan rasa nasionalisme warga perbatasan TUGAS SIAPAKAH INI.?????. Jawabannya tentunya adalah tugas negara yang di dalamnya melibatkan semua komponen baik pemerintah sebagai pemegang kebijakan bidang pertahanan, alat negara termasuk TNI dan Polri serta segenap Pemerintah Daerah, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan komponen masyarakat lainnya. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN diantaranya menekankan bahwa diperlukan adanya perubahan paradigma baru dalam pengelolaan perbatasan yang semula berorientasi inward looking menjadi outward looking. Dengan perubahan ini, perbatasan negara memiliki fungsi sebagai pintu gerbang aktivitas perekonomian dan perdagangan dengan negara tetangga disamping fungsi pertahanan dan keamanan. Pada tahun 2008 telah ditetapkan UU 43 tentang Wilayah Negara yang mengamanatkan agar dibentuk badan pengelola di tingkat pusat dan daerah untuk mengelola Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan. Amanat UU ini tidak serta merta terealisasi sebagaimana yang diharapkan sehingga kondisi perbatasan negara sampai saat ini belum menunjukkan kemajuan yang berarti bahkan di banyak tempat di perbatasan, masih terisolir, miskin, tertinggal dan bahkan terkebelakang. 7 (tujuh) tahun kemudian, atau tepatnya era pemerintahan sekarang muncul komitmen yang SANGAT KUAT untuk membangun Perbatasan Negara dengan mengagendakannya dalam Nawa Cita ke tiga yakni Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah- Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan. Pengelolaan perbatasan negara, diarahkan untuk perwujudan perbatasan negara sebagai halaman dan beranda depan negara, sekaligus sebagai pintu gerbang perdagangan dengan negara tetangga. Dalam kaitan ini, terdapat 3 domain pengelolaan perbatasan negara, yaitu: 1. Pengelolaan Batas Wilayah Negara, dalam upaya penegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah negara. 4
5 2. Pengelolaan Lintas Batas Negara, dalam upaya untuk menjamin terciptanya kondisi aman dan tertib di wilayah perbatasan dalam mendukung keamanan nasional maupun regional, dan 3. Pembangunan Kawasan Perbatasan, dalam upaya mensejahterakan masyarakat perbatasan sekaligus perwujudan daya saing negara. Ketiga domain tersebut dijabarkan ke dalam 5 (lima) Arah Kebijakan Pengelolaan Perbatasan Negara, yakni: 1. Penyelesaian penetapan dan penegasan batas wilayah Negara; 2. Peningkatan upaya pertahanan, keamanan, serta penegakan hukum; 3. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di kawasan perbatasan; 4. Peningkatan pelayanan sosial dasar di kawasan perbatasan; 5. Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan secara terintegrasi. Membangun perbatasan negara sejatinya adalah membangun bangsa di bahagian pinggir NKRI, sehingga cakupan atau spektrum pembangunannya 8 (delapan) gatra yakni mulai dari Demografi, SDA, Geografi, Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya sampai kepada Pertahanan-Keamanan. Dengan demikian, pembangunan ekonomi di kawasan perbatasan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan dalam arti luas memperhatikan atau bersinergi dengan dimensi pembangunan lainnya sehingga pada akhirnya akan terwujud KETAHANAN MASYARAKAT dalam semangat bela negara di kawasan perbatasan. Hal ini secara khusus telah ditegaskan pada konsideran menimbang Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Ditegaskan bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Sejalan dengan hal tersebut, sebagai pedoman pengelolaan kawasan perbatasan negara Presiden RI telah menetapkan 5 (lima) Perpres Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara (Perpres RTR KPN) yakni: 1. Perpres RTR KPN 179/2014 di NTT; 2. Perpres RTR KPN 31/2015 di Kalimantan; 3. Perpres RTR KPN 32/2015 di Papua; 4. Perpres RTR KPN 33/2015 di Maluku; dan 5. Perpres RTR KPN 34/2015 di Malut-Pabar. Perpres RTR KPN secara rinci telah memberikan arahan tentang pengembangan kawasan perbatasan negara seperti: 1. Zona pengembangan (pertanian/perkebunan, perumahan, perkotaan, lindung) 2. Pengembangan Sistem Pusat (Perkotaan termasuk perumahan dan industri) dan Sistem Jaringan (Transportasi, Energi, Telekomunikasi, Sumber Daya Air dan Jaringan Sarana Permukiman) 3. Waktu pembangunannya, Sumber Pendanaan dan Instansi Pelaksana. Dengan demikian, Perpres RTR KPN menuntun K/LPNK dan semua stakeholders untuk membangun kawasan perbatasan sehingga akan memberikan pengaruh terhadap jiwa nasionalisme dan semangat bela negara warga negara perbatasan. 5
6 Agenda pembangunan Perbatasan secara garis besar telah tertuang dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Ditegaskan bahwa dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, Pembangunan Kawasan Perbatasan agar segera terwujud perbatasan negara sebagai halaman depan Negara Kesatuan Republik Indonesia, akan difokuskan pada: Pembangunan 10 (sepuluh) Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dari 26 (dua puluh enam) PKSN yang ada di Perbatasan. PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara sebagaimana dirumuskan Pasal 1 angka 22, PP 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Adapun 10 PKSN tersebut adalah: 1. Sabang (Kota Sabang); 2. Ranai (Natuna); 3. Nunukan (Nunukan); 4. Tahuna (Sangihe); 5. Saumlaki (Maluku Tenggara Barat); 6. Paloh-Aruk (Sambas); 7. Entikong (Sanggau); 8. Nanga Badau (Kapuas Hulu); 9. Atambua (Belu); dan 10. Jayapura (Jayapura). Dalam upaya pembangunan 10 PKSN dan persiapan pembangunan 16 PKSN selebihnya, secara simultan juga dibangun Sistem Jaringan yang menghubungkan antar PKSN, antar PKSN dengan Kota-kota di sekitarnya serta jaringan di dalam PKSN itu sendiri. Sistem Jaringan dimaksud meliputi: 1. Sistem Jaringan Transportasi; 2. Sistem Jaringan Energi; 3. Sistem Jaringan Telekomunikasi; 4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air; dan 5. Sistem Jaringan Sarana Permukiman. Pelaksana teknis pembangunan di kawasan perbatasan negara dilakukan oleh K/LPNK sebagaimana diamanatkan Pasal 15 ayat (2) UU 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Tahun Anggaran akan dilakukan percepatan pembangunan di 7 (tujuh) PLBN Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang di Kawasan Perbatasan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 6 tahun Adapun 7 (tujuh) PLBN Terpadu tersebut adalah: 1. Aruk, Kabupaten Sambas; 2. Entikong, Kabupaten Sanggau; 3. Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu; 4. Motamasin, Kabupaten Malaka; 5. Motaain, Kabupaten Belu; 6. Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara; dan 7. Skouw, Kota Jayapura. 6
7 Dari 7 (tujuh) PLBN Terpadu ini 2 (dua) diantaranya yakni Entikong di Kalimantan Barat dan Motaain di NTT akan dimulai peletakan batu pertama pada awal bulan Juli 2015 dilanjutkan secara bertahap untuk 5 (lima) PLBN lainnya. Masterplan untuk 7 (tujuh) PLBN terpadu saat ini telah rampung dan diagendakan akan ditetapkan Menteri Dalam Negeri selaku Kepala BNPP. PENUTUP 1. Perubahan adalah jalan ideologis yang bersumber pada Proklamasi, Pancasila, dan UUD 1945, yang menegaskan jatidiri dan identitas kita sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan arah dan tujuan nasional NKRI: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikiut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2. Membangun perbatasan negara sejatinya adalah membangun bangsa di bahagian pinggir NKRI, merupakan ujud dan tujuan nasional. 3. Spektrum atau cakupan pembangunan perbatasan negara meliputi seluruh gatra (8 gatra) mulai dari Demografi, SDA, Geografi, Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya sampai kepada Pertahanan-Keamanan. 4. Pembanguan Ekonomi dan Infrastruktur di kawasan perbatasan negara memiliki nilai yang sangat penting dan perlu didukung oleh semua pihak untuk mewujudkannya, sehingga akan memacy cinta tanah air. 5. Perpres RTR KPN merupakan tuntunan kepada K/LPNK dan semua stake holders yang akan melaksanakan pembangunan di kawasan perbatasan untuk segera terwujudnya perbatasan sebagai halaman depan NKRI. 6. Perlu langkah-langkah affirmative untuk mempercepat dan mengatasi berbagai kendala pembangunan di kawasan perbatasan, sehinga akan terwujud jiwa nasionalisme dan semangat bela negara warga perbatasan. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA KEPALA TJAHYO KUMOLO 7
LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang banyak memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain yang berada di kawasan laut dan darat. Perbatasan laut Indonesia berbatasan
Lebih terperinciRENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011
LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN 7 (TUJUH) POS LINTAS BATAS NEGARA TERPADU DAN SARANA PRASARANA PENUNJANG DI KAWASAN PERBATASAN PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan
Rilis PUPR #1 18 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/352 Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan Yogyakarta--Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki
Lebih terperinciREVITALISASI POTENSI KEKUATAN PERTAHANAN NIR MILITER DI WILAYAH PERBATASAN
REVITALISASI POTENSI KEKUATAN PERTAHANAN NIR MILITER DI WILAYAH PERBATASAN Disampaikan Oleh: Drs. MARHABAN IBRAHIM, M.Sc. Asisten Deputi Potensi Kawasan Perbatasan Darat Badan Nasional Pengelola Perhatasan
Lebih terperinciRENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011
LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)
Lebih terperinciRENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011
LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional
Lebih terperinciANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA PUSANEV_BPHN. ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si
ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si ISU STRATEGIS BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN DALAM RPJMN 2015-2019 PENINGKATAN KAPASITAS DAN STABILITAS
Lebih terperinciBAB III ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN
BAB III ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN Pada bagian ini dipaparkan berbagai isu dan permasalahan yang dihadapi kawasan perbatasan, baik perbatasan darat maupun laut. Agar penyelesaian
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTAHANAN RI DIREKTORAT JENDERAL POTENSI PERTAHANAN
KEMENTERIAN PERTAHANAN RI DIREKTORAT JENDERAL POTENSI PERTAHANAN POINTERS DIRJEN POTHAN KEMHAN PADA SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN Dengan topik: REVITALISASI POTENSI KEKUATAN PERTAHANAN
Lebih terperinciGrand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.
Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan www.arissubagiyo.com Latar belakang Kekayaan alam yang melimpah untuk kesejahterakan rakyat. Pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan peraturan serta untuk
Lebih terperinciPENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA
PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA Oleh Staf Ahli Menneg PPN Bidang Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Tertinggal ikhwanuddin@bappenas.go.id
Lebih terperinciPOLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN
POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara
Lebih terperinciPROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN
PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN Oleh: Dr. Suprayoga Hadi Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, BAPPENAS 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang berbatasan
Lebih terperinciPENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO
PENGERTIAN, LINGKUP & KEBIJAKAN PERENCANAAN WILAYAH PERBATASAN (MKP 3) aris SUBAGIYO PENGERTIAN Tipologi wilayah (Rustiadi, 2007): Wilayah homogen, faktor-faktor dominan wilayah homogen. Wilayah sistem/fungsional,
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara lain (UU No. 43 Tahun 2008). Menurut pasal 10 ayat 3 UU No. 24 tahun 1992,
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN. Pontianak, 26 Juni 2008
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN Yang saya hormati, Pontianak, 26 Juni 2008 - Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal;
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INDONESIAN DEVELOPMENT FORUM (IDF)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INDONESIAN DEVELOPMENT FORUM (IDF) Jakarta, 10 Agustus 2017 PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN DAERAH Pembangunan Daerah merupakan perwujudan dari pelaksanaan Urusan
Lebih terperinciANATOMI KEAMANAN NASIONAL
ANATOMI KEAMANAN NASIONAL Wilayah Negara Indonesia Fungsi Negara Miriam Budiardjo menyatakan, bahwa setiap negara, apapun ideologinya, menyeleng garakan beberapa fungsi minimum yaitu: a. Fungsi penertiban
Lebih terperinciBadan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU GAMBARAN UMUM WILAYAH - Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan
Lebih terperinciMEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2)
MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2) ABSTRAK Pengelolaan wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar, selama ini
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan dengan garis pantai kurang lebih 81.900 km dan memiliki kawasan yang berbatasan dengan sepuluh negara,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan
Lebih terperinciModul ke: GEOPOLITIK. 10Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU
Modul ke: GEOPOLITIK Fakultas 10Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan pengertian dan makna geopolitik 2. Menguraikan latar belakang filosofis Wawasan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINTANG
PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA
Lebih terperinciKebijakan pengembangan kawasan strategis nasional antara lain: peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara
DIREKTUR PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONAL 06 FEBRUARI 2014 Pasal 1 nomor 17 Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
Lebih terperinci09 MARET PENGEMBANGAN POS LINTAS BATAS NEGARA Tahap II. Profil Kegiatan Satker PKP Strategis DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
09 MARET 2018 Profil Kegiatan Satker PKP Strategis PENGEMBANGAN POS LINTAS BATAS NEGARA Tahap II DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
Lebih terperinciPotensi Pertahanan di Indonesia sebagai Daya Dukung Pembangunan Nasional
Potensi Pertahanan di Indonesia sebagai Daya Dukung Pembangunan Nasional Kol Sus Drs. Khaerudin, MM dan Dr. Supandi, MM (Materi Kuliah Umum di Prodi PPKn FKIP UNS, 8 September 2017) 1. Pendahuluan Pada
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
[Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA Yang saya hormati, Tanggal : 11 Agustus 2008 Pukul : 09.30 WIB Tempat : Balai
Lebih terperinciPada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut bebas di antara pulau-pulau di Indonesia. Laut bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten yang sedang tumbuh dan berkembang di wilayah pesisir barat-selatan Provinsi Aceh. Kabupaten yang terbentuk secara
Lebih terperinciSINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA DEPUTI BIDANG
Lebih terperinci5.1 Kondisi dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan
V PEMBAHASAN UMUM Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, diamanatkan bahwa wilayah perbatasan negara sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN), maka program pengembangan wilayahnya
Lebih terperinciPembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur Rabu, 08 April 2009
Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur Rabu, 08 April 2009 Adri Patton Direktur Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman, Samarinda,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara yang memiliki perananan penting baik dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO
Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO Hotel Grand Sahid Jaya - Jakarta, 11 Maret 2016 ABSOLUT 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLITIK LUAR NEGERI 6. MONETER & FISKAL 1. PENDIDIKAN 2. KESEHATAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal. yang dapat disimpulkan di antaranya adalah :
178 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan di antaranya adalah : 1. Implementasi Otsus Papua di Kabupaten
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika
KEWARGANEGARAAN Modul ke: KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL STRATEGI PERTAHANAN
DIREKTORAT JENDERAL STRATEGI PERTAHANAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan disebut Ditjen Strahan adalah unsur pelaksanaan tugas dan fungsi pertahanan yang berada dibawah
Lebih terperinciDr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH PERBATASAN MELALUI PENGEMBANGAN INVESTASI KAWASAN PERBATASAN PADA DAERAH TERTINGGAL DALAM KERANGKA RPJMN 2015-2019 Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP (suprayoga@bappenas.go.id)
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA
2012, No.362 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 1. Latar belakang
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan
Lebih terperinciPROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA
PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb
No.580, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pengamanan Perbatasan. Pengerahan Tentara Nasional Indonesia. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGERAHAN
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Geopolitik. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.
Modul ke: 09 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Geopolitik Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Geopolitik 2. Latar Belakang Wawasan Nusantara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah
Lebih terperinciNOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan
Lebih terperinciMenteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional POKOK-POKOK PENJELASAN PERS MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciRENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2013
LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 14 TAHUN 2012 TANGGAL : 27 DESEMBER 2012 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2013 A. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Badan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus
1 2 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan oleh para pendiri bangsa ini dengan tujuan yang sangat mulia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciDisampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016
Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Yogyakarta, 7 Maret 2016 ARTI PENTING FORUM MUSRENBANG RKPD TAHUN 2017 Partisipasi seluruh pemangku kepentingan Kesejahteraan
Lebih terperinciBAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi
BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SEMINAR INTERNASIONAL TEMU ILMIAH NASIONAL XV FOSSEI JOGJAKARTA, 4 MARET 2015 DR HANIBAL HAMIDI, M.Kes DIREKTUR PELAYANAN SOSIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menyikapi permasalahan yang muncul di wilayah binaan pada era reformasi pembina teritorial pada hakekatnya adalah segala unsur potensi wilayah geografi,
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2
PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN 2010 2014 1 Ignatius Mulyono 2 1. Misi mewujudkan Indonesia Aman dan Damai didasarkan pada permasalahan bahwa Indonesia masih rawan dengan konflik.
Lebih terperinciMahendra Putra Kurnia
MEMPERKUAT KEDAULATAN NEGARA MELALUI OPTIMALISASI PARIWISATA KAWASAN PERBATASAN NKRI Sosialisasi Potensi Pariwisata Kawasan Perbatasan dan Pulau Terluar Indonesia Diselenggarakan Oleh KKN Non-Reguler FH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham demokrasi, sehinggga semua kewenangan adalah dimiliki oleh rakyat. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciPENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA
PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,
Lebih terperinciWAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1
WAWASAN NUSANTARA Dewi Triwahyuni Page 1 WAWASAN NUSANTARA Wawasan Nusantara adalah cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Daerah pada dasarnya harus selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional secara exsplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi
Lebih terperinciTANTANGAN PENGEMBANGAN INFSRASTRUKTUR PERMUKIMAN DI KAWASAN PERBATASAN ANTAR NEGARA Studi Kasus : Pulau Nunukan
TANTANGAN PENGEMBANGAN INFSRASTRUKTUR PERMUKIMAN DI KAWASAN PERBATASAN ANTAR NEGARA Studi Kasus : Pulau Nunukan Oleh Kuswara Peneliti Muda Bidang Tata Ruang Bangunan dan Kawasan Puslitbang Permukiman Departemen
Lebih terperinciSENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA. Muthia Septarina. Abstrak
SENGKETA-SENGKETA PERBATASAN DI WILAYAH DARAT INDONESIA Muthia Septarina Abstrak Sengketa perbatasan antar negara merupakan suatu ancaman yang konstan bagi keamanan dan perdamaian bukan hanya secara nasional
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Bab ini akan menjabarkan visi dan misi pembangunan di Kabupaten Malang selama 5 tahun mendatang (2016-2021). Hal ini sejalan dengan amanat di dalam pasal 263
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciPerbatasan, Tertinggal Dan Diterlantarkan
Perbatasan, Tertinggal Dan Diterlantarkan Beranda Depan Kedaulatan Bangsa Yang Kurang Mendapat Perhatian Sejauh yang kita pahami, pengenalan terhadap wilayah perbatasan masih sangat terbatas, apalagi pengembangannya.
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinci2 Badan Nasional Pengelola Perbatasan untuk menetapkan Masterplan Pos Lintas Batas Negara Terpadu; d. bahwa penetapan Masterplan Pos Lintas Batas Nega
No.941, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPP. Pos Lintas Batas Negara. Terpatu. Nanga Badau. Kabupaten Kapuas Hulu. Kalimantan Barat. Masterplan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciA. Pengertian Geopolitik B. Latar Belakang Wawasan Nusantara C. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan
GEOPOLITIK Modul ke: 9 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Geopolitik B. Latar Belakang Wawasan Nusantara C. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan D. Kedudukan (Status) Wawasan Nusantara E. Bentuk
Lebih terperinciUpacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-72 di Kementerian PUPR: Kobarkan Semangat Proklamasi, Jaga Kredibilitas dan Integritas
Rilis PUPR #2 17 Agustus 2017 SP.BIRKOM/VIII/2017/408 Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-72 di Kementerian PUPR: Kobarkan Semangat Proklamasi, Jaga Kredibilitas dan Integritas Jakarta--Upacara Pengibaran
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciPROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN
PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Lebih terperinciOTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
Jakarta, 17 Desember 2012 OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT Pasal 18B ayat (1) UUD 1945: Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan yg bersifat khusus dan bersifat
Lebih terperinciSTRATEGI GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI GUNA MENDORONG STABILITAS KEAMANAN DAN POLITIK DALAM RANGKA SUKSESI PEMILU 2014 PAPARAN SESDITJEN KESBANGPOL
STRATEGI GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI GUNA MENDORONG STABILITAS KEAMANAN DAN POLITIK DALAM RANGKA SUKSESI PEMILU 2014 PAPARAN SESDITJEN KESBANGPOL Jakarta, 11 FEBRUARI 2014 1 AMANAT PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan
Lebih terperinciPemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan nasional adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang
Lebih terperinciBERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING)
PANITIA PENGADAAN/KELOMPOK KERJA/PEJABAT PENGADAAN JASA KONSULTANSI SUMBER DANA APBD TAHUN ANGGARAN 2011 DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk menetapkan perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam pengelolaan wilayah perbatasan
Lebih terperinciAji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Modul ke: Geo Politik Pada Modul ini kita akan mempelajari pengertian dan latar belakang Wawasan Nusantara; Pemahaman kedudukan, fungsi, tujuan, bentuk, wadah, isi, dan tata laku Wawasan Nusantara serta
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Lebih terperinci