V. ANALISIS DAN SINTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. ANALISIS DAN SINTESIS"

Transkripsi

1 V. ANALISIS DAN SINTESIS Hasil dari tahapan inventarisasi data kondisi umum, biofisik, dan sosial berupa deskripsi data dan gambar-gambar inventarisasi. Selanjutnya, data dan gambar-gambar hasil inventarisasi tersebut digunakan pada tahap analisis. Analisis merupakan tahap pengolahan data dan gambar-gambar yang telah diperoleh untuk menentukan kendala, potensi, dan kesesuaian pada tapak. Proses analisis dilakukan dengan mencari hubungan antara data yang diperoleh dengan tujuan perancangan. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan sintesis. Sintesis merupakan tahap kristalisasi dan pengembangan hasil analisis. Hasil dari tahap sintesis digunakan sebagai input untuk mencapai tujuan perancangan, berupa solusi desain yang selanjutnya dikembangkan ke dalam konsep desain. Oleh karena itu, analisis dan sintesis harus dikerjakan berdasarkan kombinasi pendekatan yang diamati. Rangkuman hasil analisis dan sintesis tersaji dalam Lampiran 10 dan Kondisi Umum Sejarah dan Kedudukan BBRVBD didirikan pada tahun 1997 atas kerja sama pemerintahan Republik Indonesia dan Jepang. Misi didirikannya BBRVBD adalah untuk meningkatkan sistem rehabilitasi vokasional penyandang cacat di Indonesia. Dengan demikian, keberadaan BBRVBD Cibinong diharapkan dapat mengakomodasi penyandang cacat di seluruh Indonesia dalam pembekalan vokasional secara gratis agar penyandang cacat dapat memiliki kesempatan kerja dan penghasilan yang layak demi kebutuhan hidupnya Lokasi, Batas Tapak, dan Aksesibilitas Dilihat dari segi lokasi, BBRVBD Cibinong terletak di Kabupaten Bogor, tetapi berbatasan dengan Kota Bogor sehingga akses menuju BBRVBD dapat ditempuh dengan lebih mudah. Terdapat beberapa alternatif akses jalan raya beraspal dua arah dengan kondisi yang cukup baik menuju BBRVBD, baik yang datang dari arah Kota Bogor, Kota Jakarta, maupun Kota Depok.

2 Aspek Biofisik Iklim Menurut Laurie (1986), iklim merupakan merupakan hasil dari sejumlah faktor-faktor tidak tetap (variabel) yang berhubungan timbal balik, meliputi suhu, uap air, angin radiasi matahari, dan curah hujan. Dalam kegiatan perancangan kondisi iklim yang ada sebaiknya dipertimbangkan agar dapat memanfaatkan potensi dan menyelesaikan kendala. Iklim adalah sintesis dari perubahan nilai unsur cuaca, baik hari demi hari maupun bulan demi bulan, dalam jangka panjang di suatu tempat pada suatu wilayah. Berdasarkan posisi geografisnya Kota Bogor beriklim tropis. Iklim pada tapak dipengaruhi iklim perkotaan yang merupakan hasil interaksi faktor alam dan antropogenik, seperti tata guna lahan, jumlah penduduk, aktivitas industri, transportasi, serta ukuran dan struktur kota. Iklim merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan dan perancangan suatu tapak. Meskipun secara keseluruhan tapak berada pada kawasan tropis Indonesia, perlu diperhatikan penyesuaian terhadap iklim mikro. Penyesuaian ini memiliki pengertian pemanfaatan berbagai aspek yang menguntungkan dan mengendalikan yang merugikan. Hal ini dilakukan agar tercipta iklim mikro yang nyaman sehingga tapak tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengguna tapak dan vegetasi dan satwa dapat hidup, tumbuh, dan berkembang dengan baik. Dalam penelitian ini, data iklim yang digunakan adalah data iklim Kota Bogor tahun Curah Hujan Curah hujan pada tapak tergolong tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan tapak yang terdiri dari perkerasan dan vegetasi penutupnya tumbuh tidak sempurna menjadi daerah licin, tergenang air, dan becek. Genangan air ini terjadi karena saluran drainase kurang berfungsi dengan baik dan penutupan lahan yang kurang sempurna. Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan penyulaman vegetasi penutup tanah (rumput) yang gundul, penggunaan material yang memiliki daya serap yang tinggi dan tekstur permukaan yang kasar, serta pemilihan jenis vegetasi yang dapat menangkap air hujan. Menurut Grey and Deneke (1978), tanaman berkanopi dapat mengurangi air hujan

3 50 yang jatuh sebanyak 20%, tanaman conifer yang mempunyai daya tangkap air hujan sebanyak 40%, dan tanaman yang mempunyai percabangan horizontal lebih efektif menahan air hujan. Curah hujan yang rendah dapat menjadi kendala bagi tersedianya kadar air tanah bagi vegetasi dan satwa. Pada musim kemarau, curah hujan terlalu rendah sehingga mengganggu ketersediaan kandungan air tanah untuk tanaman berfotosintesis dan mengganggu ketersediaan air minum bagi satwa. Hal ini dapat diatasi dengan penyediaan kolam buatan yang airnya berasal dari air tanah. Kolam ini juga berfungsi untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan sehingga dapat digunakan pada musim kemarau. Curah hujan juga dapat mempengaruhi frekuensi dan lamanya kegiatan pada tapak. Semakin tinggi nilai curah hujan dan hari hujan, semakin berkurang frekuensi serta lamanya kegiatan di luar ruangan. Untuk mengatasi hal ini, perlu disediakan fasilitas untuk berteduh, seperti shelter, pergola, dan vegetasi peneduh Suhu Kisaran suhu udara yang nyaman bagi manusia adalah 27 O C 28 O C (Laurie, 1986). Berdasarkan hal ini, dapat diketahui bahwa suhu udara rata-rata di Kompleks BBRVBD berada pada kisaran suhu nyaman bagi manusia. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Baranangsiang, Kota Bogor, suhu rata-rata Kota Bogor adalah 26,9 O C, dengan kisaran 26,0 O C 27,5 O C. Suhu tertinggi (27,5 O C) terjadi pada bulan Oktober dan suhu terendah (26,0 O C) terjadi pada bulan Februari. Suhu udara berfluktuaksi setiap tahunnya. Ketidakstabilan ini, antara lain, disebabkan oleh berkurangnya lahan terbuka hijau akibat pembangunan dengan membuka lahan. Pada siang hari, matahari bersinar terik sehingga akan menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas pengguna tapak. Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan menciptakan suasana teduh, baik dengan peneduh alami berupa tanaman atau peneduh buatan berupa shelter, pergola, dan gazebo. Vegetasi sebagai pengendali iklim mikro dapat menurunkan suhu dan menyejukkan udara di sekitarnya karena vegetasi dapat mengurangi pancaran sinar matahari yang masuk serta menyerap panas yang dipantulkan dari

4 51 perkerasan. Selain itu, vegetasi juga dapat meningkatkan kelembaban serta mengatur dan memecah arah angin. Penempatan vegetasi (pohon yang berfungsi sebagai peneduh) harus memperhatikan arah matahari agar dapat memberikan efek pencahayaan dan bayangan yang cukup untuk menaungi pengunjung dan satwa di dalam tapak (Laurie, 1986). Badan air dapat mempengaruhi iklim mikro. Uap air yang terbawa oleh angin dapat memberikan efek penyejukan. Besar atau kecilnya badan air yang tersedia mempengaruhi efek penyejukan pada tapak. Penyediaan badan air juga dapat berfungsi sebagai habitat satwa air dan sumber air minum bagi satwa yang hidup di darat (Laurie, 1986) Kelembaban Kisaran kelembaban yang nyaman bagi manusia adalah 40% 75% (Laurie, 1986). Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara memperhatikan struktur dan penempatan vegetasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memilih vegetasi yang tidak telalu rapat/masif dan jarak penanaman yang jarang sehingga memungkinkan masuknya sinar matahari yang dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetasi dan satwa serta manusia yang bernaung di bawahnya Kecepatan Angin Kecepatan angin rata-rata di Kompleks BBRVBD sebesar 2 km/jam (1,08 knot) dengan kiasaran 1,5 2,7 km/jam (0,81 1,46 knot). Berdasarkan klasifikasi angin menurut skala Beaufort, kecepatan angin di Kompleks BBRVBD tergolong dalam kelas 1 (1 6 km/jam atau 0,54 3,24 knot), yakni angin sepoisepoi. Arah angin terlihat pada arah asap dan kecepatan angin tidak berbahaya bagi tanaman (Kartasapoetra, 2008). Angin memiliki peran sebagai media pembawa polusi udara dan kebisingan yang berasal dari mesin kendaraan bermotor. Hal tersebut dapat mengganggu kenyamanan pengguna tapak dan kehidupan satwa yang cukup sensitif seperti rusa. Berdasarkan analisis iklim pada tapak, dibutuhkan vegetasi sebagai pengendali iklim mikro. Beberapa peran vegetasi tersebut ditujukan untuk

5 52 melindungi pengguna dan satwa dari terik matahari ataupun kehujanan, menjaga suhu dan kelembaban, dan mengatur arah angin. Vegetasi dengan struktur daun yang mempunyai banyak bulu dapat digunakan untuk menjerap polutan dan debu, sedangkan untuk meredam kebisingan dapat digunakan vegetasi dengan tekstur daun rapat serta vegetasi yang mengandung air. Vegetasi juga dapat digunakan untuk mengarahkan angin serta mereduksi arus kecepatan angin yang tinggi melalui tajuknya yang tidak terlalu rapat untuk mencegah terjadinya turbulensi. Dengan adanya vegetasi, hembusan angin dapat diarahkan ke pusat-pusat aktivitas sehingga kegiatan rekreasi dapat dilakukan dengan nyaman (Grey and Deneke, 1978). Elemen air dapat mempengaruhi pembentukan iklim mikro pada suatu kawasan. Uap air yang terbawa oleh angin dapat terbawa oleh angin dapat memberikan efek penyejukan (Gambar 34). Besar atau kecilnya efek penyejukan yang dihasilkan bergantung pada luasan badan air tersebut. Pengadaan badan air juga dapat berfungsi sebagai sumber air minum dan habitat bagi satwa. Gambar 34. Badan Air Membantu Efek Penyejukan pada Tapak (Akmal, 2004) Tanah Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman. Pengaruh tersebut meliputi banyak hal, bukan hanya kesuburannya, tetapi menyangkut derajat keasaman (ph), struktur, tekstur, air tanah, udara, dan mikroba yang ada di dalam tanah (Hardjowigeno, 2003). Jenis tanah pada lokasi studi adalah latosol coklat kemerahan. Warna tanahnya merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kuning, atau kuning bergantung pada bahan induk, umur, iklim, dan ketinggian. Jenis tanah latosol merupakan

6 53 jenis tanah tanah yang sering dijumpai di daerah tropis dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun (Soepardi, 1983). Sifat lain dari tanah latosol coklat kemerahan pada Kompleks BBRVBD adalah liat, remah agak gumpal, gembur, dan lapisan bawahnya berwarna kemerahan. Tanah bereaksi agak masam, kadar zat organik dan nitrogen rendah, P 2 O 5 agak tinggi dan kadar K 2 O rendah. Kondisi tanah pada saat hujan berair sehingga menimbulkan beberapa bagian tapak menjadi becek dan licin karena sifat liatnya (Hardjowigeno, 2003). Tanah jenis latosol ini memiki kapasitas tukar kation yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik yang rendah dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro-oksida. Kadar bahan organik mempengaruhi jumlah air yang diikat oleh tanah dan jumlah air yang tersedia dalam tanaman. Kondisi bahan organik dan kapasitas tukar kation yang rendah dapat diatasi dengan memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu penambahan bahan organik, penambahan top soil, mulsa, dan pengaturan drainase yang tepat. Sifat lain yang menonjol dan penting dari tanah latosol adalah terbentuknya granular. Keadaan ini merangsang drainase dalam tanah yang sangat baik sehingga dapat menjadi potensi dalam pengembangan tapak berupa perkerasan. Tanah yang bereaksi agak masam diperbaiki dengan menambahkan N, P, K, Mg, dan beberapa unsur lain tertentu. Tanah latosol biasanya memberikan respons yang baik terhadap pemupukan dan pengapuran (Soepardi, 1983). Sifat fisik tanah dapat diperbaiki dengan penambahan bahan organik, perbaikan drainase, pengaturan kadar asam tanah, penggemburan tanah, dan penambahan mulsa. Pupuk yang sesuai dengan sifat fisik tanah tersebut juga perlu dipertimbangkan (Grey dan Deneke, 1978). Keadaan tanah di Kompleks BBRVBD ini merupakan potensi habitat hidup bagi vegetasi dan satwa di dalam tapak. Tanah latosol cocok digunakan untuk bercocok tanam karena tanah latosol mempunyai sifat granular yang menyebabkan drainase tanah menjadi baik. Selain itu, tanah latosol memiliki kesuburan alami atau mempunyai ciri-ciri yang mendorong tanaman berespons dengan baik terhadap pemupukan dan juga dapat menahan air yang tinggi.

7 Topografi Pada awalnya bentukan tapak di Kompleks BBRVBD tergolong klasifikasi bergelombang dengan ketinggian meter di atas permukaan air laut (dpl). Perataan tanah dengan sistem grading membuat topografi menjadi relatif datar yang disesuaikan untuk kebutuhan Kompleks BBRVBD. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan desain tapak, struktur bangunan, dan penampilan estetikanya Hidrologi dan Drainase Sumber air bersih utama yang ada di tapak berasal dari air tanah yang diambil dari sumur gali dengan menggunakan pompa air, yang kemudian didistribusikan ke berbagai bagian yang membutuhkan. Aliran permukaan (run off) diatur sedemikian rupa agar tidak terdapat genangan air pada tapak. Perlu pengelolaan dan perawatan berkala untuk aliran drainase agar disribusi aliran air tidak tersumbat Vegetasi Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan vegetasi adalah kesesuaian vegetasi tersebut dengan keadaan tanah, iklim, dan faktor lingkungan yang spesifik. Untuk taman di tengah kota hendaknya vegetasi yang dipilih tidak bergetah atau beracun, batang dan dahan tidak mudah patah, kecepatan tumbuhnya sedang, merupakan tanaman tahunan dan tanaman budi daya, tahan hama dan penyakit, dan mudah penanaman dan pemeliharaannya. Pada Kompleks BBRVBD Cibinong terdapat beraneka ragam jenis tanaman dan memiliki kondisi yang cukup baik. Tanaman yang berkondisi baik hendaknya dipelihara sedangkan tanaman yang sudah mati atau lapuk segera dicabut berikut sistem perakarannya agar dapat digantikan dengan tanaman yang baru dan lebih bermanfaat. Vegetasi yang terdapat pada Kompleks BBRVBD terdiri dari pohon, semak, dan vegetasi penutup tanah dengan jenis spesies yang beragam dan memiliki dominasi yang rendah. Hal tersebut memberikan kesan yang kurang menyatu dan mengacaukan karaktertistik ruang-ruang. Untuk menciptakan karakteristik tiap ruang perlu diperhatikan jenis dan pola penanaman di tiap-tiap ruang yang akan dirancang.

8 55 Carpenter et al. (1975) mengemukakann nilai fungsional vegetasi, antara lain, adalah pengendali visual (screen), pengarah angin, modifikasi radiasi matahari dan suhu udara, pengendali kelembaban dan hujan, penyaring polutan, peredam kebisingan, pengendali erosi, penjaga habitatt alami, dan estetika (Gambar 35). Secara mum, fungsi yang dihadirkan oleh vegetasi dibagi menjadi tiga, yaitu fungsi konservasi lingkungan, fungsi struktural dan arsitektural, dan fungsi visual (Booth, 1990). RTH dapat berfungsi sebagai pelembut kesan keras dari struktur fisik, membantu manusia mengatasi tekanan-tekanan kebisingan, udara yang panas, dan polusi udara, serta membentuk ruang yang terdiri dari bidang alas, dinding, dan atap. Gambar 35. Berbagai Nilai Fungsional Vegetasi (Carpenter et al., 1979)

9 Satwa Keragaman jenis satwa yang hidup di Kompleks BBRVBD menunjukkan adanya stabilitas dan keberlanjutan ekosistem. Habitat (tempat hidup) bagi satwa tersebut harus dijaga dan dipertahankan kelestariannya. Berdasarkan pengamatan langsung di tapak, terdapat satwa yang dipelihara sehingga dibutuhkan perlakuan khusus untuk menciptakan habitat yang sesuai dengan kemampuan adaptasi satwa tersebut. Selain itu, dengan menciptakan habitat sesuai karya aslinya, tapak tersebut diharapkan dapat menjaga kelestarian ekosistem tapak dan menyediakan habitat bagi satwa liar lain untuk masuk ke dalamnya. Satwa yang dipelihara secara khusus pada tapak adalah rusa (Axis axis). Menurut Anthony dan Nayman (1979) dalam Akmal (2004), rusa tutul biasa ditemukan di hutan dan tepi hutan serta hidup dalam kelompok besar, sedangkan menurut Grzimek (1972) dalam Akmal (2004), rusa tutul lebih memilih habitat berupa padang rumput dengan semak-semak dekat tepi hutan. Berdasarkan hal ini, dapat dengan jelas dilihat bahwa bentuk habitat rusa tutul merupakan kombinasi antara hutan dan padang rumput (Gambar 36). Hutan berfungsi (Zona A dan B) sebagai tempat rusa tutul berlindung dari terik matahari dan hujan (Gambar 38), sedangkan padang rumput (Zona C) berfungsi sebagai sumber makanan utamanya. Gambar 36. Ilustrasi Bentuk Habitat Rusa. (Akmal, 2004) Salah satu perilaku rusa tutul yang harus diperhatikan adalah perilakunya pada saat musim kawin, terutama perilaku rusa tutul jantan. Menurut Grzimek (1972) dalam Akmal (2004), saat musim kawin, rusa jantan mengalami birahi dan

10 57 selama musim ini rusa jantan dapat menyerang apa saja. Mereka menyerang pohon dan pagar, menggaruk tanah dengan tanduknya, bahkan dapat menyerang spesies rusa lain yang jauh lebih besar darinya. Untuk menghindari kerusakan pohon, sebaiknya pohon yang digunakan adalah yang memiliki perakaran yang kuat atau dengan memberi pagar pelindung di sekeliling batang pohon (Gambar 37). Beberapa contoh pohon yang memiliki perakaran kuat adalah beringin (Ficus benjamina), beringin karet (Ficus elastica), serta mahoni (Swietenia mahogani). Selain memiliki perakaran yang kuat, daun pohon beringin juga disukai oleh rusa tutul. Untuk menghindari terlukanya rusa tutul akibat perilakunya ini, sebaiknya pagar yang digunakan adalah pagar yang jarak antarkisi-kisinya tidak terlalu lebar agar tanduk atau kepalanya tidak tersangkut. Untuk melindungi pengunjung dari perilaku rusa tutul yang sewaktuwaktu dapat membahayakan, terutama pada saat musim kawin, yaitu pada bulan April atau Mei (Republika, 2003 dalam Akmal, 2004), perlu disediakan papanpapan peringatan yang memberikan informasi kepada para pengunjung untuk tidak terlalu dekat dengan rusa. Papan-papan peringatan itu berguna pula untuk melindungi rusa itu sendiri dari pengunjung, terutama pada bulan November atau Desember ( 7,5 bulan setelah musim kawin) saat induk rusa melahirkan anakanaknya dan kemudian mengasuhnya. Selain itu, untuk menjaga habitat alami pada kawasan konservasi, hendaknya tidak diperkenankan adanya aktivitas pengunjung agar tidak menggangu rusa. Gambar 37. Beberapa Pohon yang Diberi Pelindung dari Rusa. Salah satu cara untuk menentukan kapasitas tampung tapak adalah dengan menaksirkan kapasitas tampung padang rumput (luas padang rumput yang dibutuhkan per unit rusa per tahun). Kapasitas tampung padang rumput

11 58 merupakan hasil kali antara luas padang rumput yang dibutuhkan oleh salah satu unit rusa (dengan periode merumput tertentu) dengan suatu nilai (y). Nilai (y) dihitung dengan metode Viosin sebagai berikut: (y - 1) s = r atau y = r/s + 1 y merupakan variabel untuk jumlah satuan luas padang rumput terkecil (paddock) yang dibutuhkan oleh satu ekor rusa, s merupakan variabel untuk periode merumput (occupation period) rusa pada setia paddock, dan r merupakan variabel untuk periode istirahat (restoration period) dari setiap paddock yang bertujuan untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) dari rumput (Akmal, 2004). Dalam perhitungan menggunakan metode ini, terdapat faktor yang perlu diperhatikan, yaitu faktor proper use (bagian tanaman yang dapat dimakan oleh satwa, karena tidak seluruh tanaman tersedia untuk satwa tetapi harus ditinggalkan untuk menjamin pertumbuhan kembali). Nilai proper use dipengaruhi oleh keadaan lapangan, jenis tanaman, jenis satwa, tipe iklim, dan keadaan musim. Besar nilai faktor proper use untuk penggunaan lapangan ringan adalah 25 30%, penggunaan sedang 40 45%, dan penggunaan berat sebesar 60 70%. Berdasarkan hasil penelitian di negara-negara tropis, periode istirahat (r) nilainya berkisar minggu (Akmal, 2004). Menurut Akmal (2004), periode merumput (s) pada setiap satuan tanah adalah 15 hari dan periode istirahat (r) adalah 70 hari (10 minggu). Berdasarkan data ini, didapat jumlah satuan luas padang rumput terkecil (paddock) yang dibutuhkan oleh satu unit rusa (y) adalah 5,67. Berdasarkan penelitian Fajri (2000) dalam Akmal (2004). Produksi rata-rata rumput segar sebanyak 1,1424 kg/m 2, dengan bobot kering 0,332 kg/m 2, sedangkan kebutuhan rumput rusa berdasarkan hasil penelitian Aziz (1996) dalam Akmal (2004) adalah kg bobot segar/ekor/hari atau bobot kering/ekor/hari. Berdasarkan data di atas, kapasitas tampung padang rumput berdasarkan bobot segar adalah 11 ekor rusa/ha, sedangkan jika dhitung berdasarkan bobot kering adalah 14 ekor rusa/ha sehingga didapat sebuah kesimpulan bahwa pada tapak jumlah pakan yang dibutuhkan belum mencukupi dan perlu tambahan pakan baik dari luar maupun penambahan luasan padang rumput. Hasil perhitungan

12 59 kapasitas tampung padang rumput secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 11). Tabel 11. Perhitungan Kapasitas Tampung Padang Rumput Menurut Produksi Rata-Rata Segar dan Bobot Kering Rumput (Akmal, 2004) No. Keterangan Satuan Bobot Segar Bobot Kering 1 Produksi rata-rata rumput kg/ha Faktor proper use % Rumput yang tersedia bagi rusa (1) x (2) kg/ha 7425, Kebutuhan rumput per ekor rusa per hari kg/ekor/hari 8,043 1,739 5 Kebutuhan rumput per ekor rusa dengan periode merumput 15 hari (4) x 15 kg/ekor 120,645 26,085 6 Kebutuhan luas padang rumput untuk periode merumput 15 hari (5) : (3) ha/ekor 0,016 0,012 7 Kapasitas tampung padang rumput dengan periode istirahat 70 hari (10 minggu) 1/((6)x(y)), nilai (y) = 5,67 ekor/ha 11,023 14, Kualitas Lanskap Aspek pembentuk kualitas lanskap di Kompleks BBRVBD adalah berupa pemandangan (view), akustik (sound), dan aroma. Pemandangan (view) pada tapak terbagi menjadi pemandangan yang baik (good view) dan pemandangan yang buruk (bad view). Pemandangan yang baik meliputi tapak secara keseluruhan yang merupakan kawasan terbuka hijau, dengan atraksi satwa liar (rusa) dimanfaatkan sebagai objek pemandangan yang dapat menggugah nilai estetika pada tapak. Pemandangan yang buruk meliputi beberapa bagian pada tapak, yakni daerah pembuangan sampah dan elemen-elemen perkerasan yang rusak. Pemandangan buruk perlu ditanggulangi semaksimal mungkin agar tidak mengganggu interpretasi tapak pengguna tapak. Akustik pada tapak terbagi menjadi akustik yang baik (good sound) dan akustik yang buruk (bad sound). Akustik yang baik terdapat pada tapak di bagian ruang terbuka, yakni suara angin yang berhembus dan suara kicauan berbagai burung. Akustik yang baik tetap dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai estetika

13 60 pada tapak. Akustik yang buruk terdapat pada batas tapak bagian timur yang berbatasan langsung dengan Jalan SKB dan pada daerah dekat utilitas pembangkit energi dan mesin pompa air. Akustik yang buruk dan tidak diharapkan ini diredam dengan tanaman dengan karakteristik yang mampu meredam kebisingan. Aroma tidak sedap berasal dari bau sampah dan bau dari kotoran rusa yang dipelihara di halaman belakang BBRVBD. Aroma tidak sedap ini dapat ditanggulangi dengan perbaikan fasilitas tempat penampungan sampah dan juga pemanfaatan penanaman tanaman aromatik Struktur Bangunan Bangunan yang terdapat pada Kompleks BBRVBD Cibinong memiliki bentuk arsitektur yang menarik dan menjadi ciri khas pada tapak. Hal tersebut terlihat dari bentuk bangunannya yang berarsitektur bangunan modern Jepang. Dalam pengembangan tapak selanjutnya, sebaiknya bentuk bangunan tetap dipertahankan, tetapi perlu diperhatikan perawatan di beberapa bagian bangunan agar terjaga kondisi yang baik. Sebagai pendukung bangunan yang secara khusus mengakomodasi para siswa dengan keterbatasan kemampuan fisik, hendaknya perancangan ruang terbuka juga lebih dispesifikkan untuk siswa Utilitas Utilitas yang telah ada pada tapak akan tetap dipertahankan, yaitu terdiri dari jaringan listrik, telepon, pemadam kebakaran (hydrant), serta saluran air bersih dan air kotor. Utilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan fungsi tapak dan membentuk kenyamanan bagi pengguna. 5.3 Aspek Sosial Karakteristik Pengguna Tapak Pada umumnya segala fasilitas dan sarana yang ada pada Kompleks BBRVBD Cibinong adalah untuk mengakomodasi pengguna tapak yang sebagian besar penyandang cacat ringan dan cacat sedang. Penyandang cacat tersebut memiliki kondisi fisik dan ketahanan tubuh yang berbeda sehingga dalam perancangan ruang terbuka perlu diperhatikan standar untuk pemanfaatan elemenelemen taman pada tapak agar penyandang cacat dapat menggunakan ruang terbuka hijau dengan mudah, nyaman, dan maksimal.

14 Persepsi dan Harapan Pengguna Tapak Dari analisis dan sintesis terhadap hasil kuisioner yang diajukan kepada siswa BBRVBD Tahun 2009 (angkatan XII), dapat disimpulkan bahwa kondisi ruang terbuka hijau pada saat ini sudah cukup baik, hanya saja masih diperlukan perancangan khusus untuk mengakomodir aktivitas siswa di ruang terbuka hijau yang sesuai dengan standar untuk siswa berketerbatasan kemampuan fisik. Siswa (responden kuisioner) mengharapkan adanya kegiatan tambahan yang dapat dilakukan pada ruang terbuka hijau berupa rekreasi aktif (kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan kebosanan) dan rekreasi pasif (kegiatan yang bersifat relaksasi untuk menghilangkan keletihan fisik). Selain itu, responden juga mengharapkan adanya tambahan fasilitas pada ruang terbuka untuk mengakomodasi kegiatan ruang luar. Hasil analisis persepsi dan harapan responden tersebut mengindikasikan perlu adanya perancangan ulang ruang terbuka hijau sebagai pemanfaatan ruang terbuka hijau pada Kompleks BBRVBD Cibinong.

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS 41 V. ANALISIS DAN SINTESIS V.1. Analisis V.1.1. Kondisi Fisik V.1.1.1. Lokasi, Luas dan Batas Tapak Tapak berada di pusat kota dan merupakan bagian dari kawasan tepian Sungai Martapura dengan penggunaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Tapak merupakan jalan lingkar kampus di mana area tersebut adalah sebuah area pendidikan yang dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya.

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut : BENTUK DAN FUNGSI HUTAN KOTA 1. Bentuk Hutan Kota Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis Menurut Petterssen (1941), iklim merupakan rata-rata atau kondisi normal cuaca dalam jangka waktu panjang, 30 tahun atau lebih. Iklim suatu wilayah ditentukan

Lebih terperinci

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan disain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... 1 Daftar Isi... 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Permasalahan... 4 1.3 Tujuan... 5 BAB II PEMBAHASAN/ISI 2.1 Hakikat Penghijauan Lingkungan... 6 2.2 Peran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat pembudidayaan dan wisata penangkaran buaya dirancang berangkat dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 1 Juli 2010 hingga tanggal 20 Agustus 2010. Lokasi penelitian terletak di Padang Golf Sukarame. JL. H. Endro Suratmin

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang baik berupa jalur maupun mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi-vegetasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen BAB II ANALISIS TAPAK Tujuan kegiatan dari survei yaitu mengumpulkan Data dan Fakta, maka pada metode selanjutnya yang kami lakukan yaitu analisa. Metode yang berlanjut dan berkesinambungan inilah yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN WISATA HUTAN KOTA BUNGKIRIT

BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN WISATA HUTAN KOTA BUNGKIRIT BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN KAWASAN WISATA HUTAN KOTA BUNGKIRIT 5.1 Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Hutan Kota Bungkirit Berdasarkan hasil analisis didapat hasil perhitungan proyeksi

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya 1. Faktor Genetik : Faktor dalam yang sifatnya turun temurun + 2. Faktor lingkungan: - Tanah - Air - Lingkungan - udara (iklim) Iklim-------- sifat/peradaban

Lebih terperinci