IDENTIFIKASI PARTISIPASI STAKEHOLDERS DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DEPOK TAHUN
|
|
- Ratna Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IDENTIFIKASI PARTISIPASI STAKEHOLDERS DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DEPOK TAHUN Lucky Dwi Anggoro 1) ; Janthy Trilusianthy Hidayat 2) ; Indarti Komala Dewi 2). Abstrak Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 11 ayat (1), Mengamanatkan wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota meliputi : a. perencanaan tata ruang wilayah kota; b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. Kota Depok saat ini memiliki permasalahan tata ruang yang terjadi di wilayah tertentu salah satunya alih fungsi lahan yang sudah terjadi pada tahun 1980an yang berdampak pada pengesahan raperda rencana tata ruang wilayah Kota Depok, hal ini jelasjelas menyalahi aturan dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang adanya Rencana Tata Ruang Wilayah. Tujuan dari studi ini adalah : 1) Evaluasi proses dan prosedur dalam pelaksanaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok , 2) Identifikasi partisipasi stakeholders dalam pelaksanaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Metode yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif didukung dengan kualitatif dan menggunakan hitungan Skala Likert. Berdasarkan hasil analisis bahwa hasil evaluasi proses dan prosedur dalam penyusunan RTRW kota Depok tahun sudah dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 17 Tahun 2009, namun pada tahap penetapan rencana (RTRW) Kota Depok mendapatkan permasalahan karena muatan RTRW Kota Depok berbeda dengan RTRW Provinsi Jawa Barat setelah pihak Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jawa Barat menyatakan 4 situ di Depok hilang. Pada tahap partisipasi penyusunan peran pemerintah lebih besar dibandingkan dengan stakeholder lainnya, yaitu peran pemerintah 69% sudah cukup berperan, peran dari LSM dan Swasta sebesar 65%, dan peran masyarakat 58%. Pada tahap evaluasi Raperda, peran pemerintah 86% lebih tinggi dibanding dengan stakeholders lainnya yaitu LSM dan Swasta sebesar 76% dan masyarakat sebesar 58%. Kata Kunci: Partisipasi, Stakeholder, Penyusunan RTRW I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kota Depok merupakan kota yang terletak di sebelah Selatan kota DKI Jakarta. Bersama dengan Tanggerang dan Bekasi, kota Depok merupakan kota yang berfungsi sebagai kota penyangga kehidupan dan kegiatan ekonomi kota Jakarta atau yang disebut juga daerah sub-urban. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan arus urbanisasi ke kota Jakarta menjadikan sebagian penduduknya memilih untuk tinggal di daerah suburban dengan tetap bekerja di dalam kota Jakarta. Hal tersebut menjadi faktor utama penyebab meningkatnya migrasi penduduk, para pekerja dan pencari kerja di ibu kota ke daerah ini untuk bermukim. Jumlah penduduk Kota Depok setiap tahunnya mengalami peningkatan, tahun 2004 jumlah penduduk sebesar jiwa meningkat menjadi jiwa pada tahun Sehingga bisa dihitung rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah 4,38% per tahun. Dengan luas wilayah perencanaan adalah Ha, sehingga dapat diketahui rata-rata kepadatan penduduknya adalah sebesar 73 jiwa/ha. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Sukmajaya sebesar 170 jiwa/ha, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Sawangan. Sebagai kota penyangga Jakarta, Kota Depok juga menyimpan berbagai masalah yang timbul sebagai akibat dari pembangunan perkotaan yaitu terdapatnya pemukiman-pemukiman kumuh dan lalu lintas jalan semakin padat. Munculnya berbagai permasalahan dalam hal tata ruang di Kota Depok tersebut di atas menunjukkan masih lemahnya partisipasi masyarakat dan stakeholders lainnya terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Evaluasi proses dalam pelaksanaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok Identifikasi partisipasi Stakeholder dalam pelaksanaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok II. METODE PENELITIAN 2.1 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kota Depok yang masuk dalam wilayah administrasi Wilayah perencanaan meliputi 11 kecamatan dan 63 kelurahan, yaitu Kecamatan Beji, Pancoran Mas, Cinere, Limo, Cimanggis, Cipayung, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-UNPAK 1
2 Sukmajaya, Sawangan, Bojongsari, Cilodong, dan Tapos. Secara rinci disajikan pada Gambar Metode Pengumpulan Data a. Kuisioner Dalam penelitian ini dipakai kuesioner bersifat tertutup dan terbuka, dengan pengertian tertutup bahwa jawaban kuesioner telah tersedia dan responden tinggal memilih beberapa alternatif yang telah disediakan. Sedangkan terbuka berarti bahwa responden diminta untuk memberikan jawaban dan pendapatnya sesuai keinginan mereka, dengan menuliskannya pada tempat yang telah disediakan. Gambar 1 Peta Administrasi Wilayah Kota Depok b. Observasi Pengumpulan data langsung pada obyek yang akan diteliti, melakukan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap gejala atau fenomena yang diteliti. c. Wawancara Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab ditujukan kepada sumber narasi yang terpilih (indepth interview). Proses wawancara berpegang pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun sebelumnya. d. Dokumentasi Teknik untuk mendapatkan data sekunder, melalui studi pustaka/literatur dilengkapi dengan data statistik, peta, foto dan gambar-gambar yang relevan dengan tujuan penelitian. 2.3 Metode Analisis a. Metode Analisis Kualitatif dalam Mengidentifikasi kebijakan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok, analisis kualitatif artinya analisa yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi. b. Metode Analisis Kuantitatif Data-data yang diperoleh dari instansi dianalisa dengan menggunakan beberapa metode. 1. Teknik Sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel (masyarakat Kota Depok). Untuk menentukan jumlah ukuran sampel bagi masyarakat lokal dipakai formulasi dari Slovin dengan rumus sebagai berikut : n = N Keterangan: n : ukuran sample 1 + Ne 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-UNPAK 2
3 N : ukuran populasi e 2 : nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan Dalam hal ini batas ketelitian yang dipakai dalam menentukan jumlah sampel adalah 10%. n = = x 0, = 100 Berdasarkan formulasi diatas dalam penelitian ini akan diambil 100 sampel yang tersebar dalam 3 (Tiga) kecamatan yang ada di Kota Depok. 2. Skala Likert digunakan untuk melihat responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pertanyaan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia, rumus yang digunakan yaitu: T x Pn T = Total jumlah responden yang memilih Pn = Pilihan angka skor likert Untuk mendapatkan hasil interpretasi, harus diketahui skor tertinggi (Y) dan angka terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut: Y = Skor tertinggi likert x jumlah responden X = Skor terendah likert x jumlah responden Maka penilaian interpretasi responden tersebut adalah hasil nilai yang dihasilkan dengan mengunakan rumus index% : RUMUS INDEX% = Total Skor/Y x 100 Untuk Penyelesaiaannya yaitu dengan membagi interval (jarak) dan interpretasi persen dengan metode interval skor persen (I). Rumus yang digunakan yaitu: I = 100/jumlah skor (likert) Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval : Rendah = X 0-33% Sedang = (X + 1) (X + i) 34-66% Tinggi = (X + i + 1) Y % III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Proses dan Prosedur Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Dalam kajian ini indikator yang digunakan adalah dengan membandingkan proses penyusunan rencana tata ruang wilayah antara peraturan menteri dan dalam praktek yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Peraturan perundangan yang akan dijadikan acuan dalam hal ini adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota. Kota Depok sudah melalui tahap proses penyusunan rencana tata ruang wilayah sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun Berdasarkan keputusan DPRD Kota Depok No 24 tahun 2012 bahwa DPRD sudah menyetujui Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok. Namun Raperda Kota Depok belum mendapatkan persetujuan dari Gubernur Jawa Barat. Permasalahan hilangnya 4 situ sudah terjadi sejak Kota Depok masih merupakan kota administratif, kurang lebih 15 tahun lalu. Kenyataannya, berdasarkan arsip dan investigasi ke 4 (empat) situ tersebut memang sudah beralih fungsi menjadi perumahan, restoran dan taman yang disetujui oleh Walikota pada tanggal 17 Desember Kondisi keempat situ yang dipersoalkan yaitu: Situ Cining (Abadi Jaya), sejak tahun 1980 situ tersebut sudah rata dengan tanah dan dibangun perumahan griya lembah asri yang berada di Kecamatan Sukmajaya. Situ Bunder/Gunadarma (kelapa Dua), sejak tahun 1984 situ tersebut sudah menjadi perumahan taman duta yang berada di Kecamatan Cimanggis. Situ Telaga Subur, Sudah menjadi milik perorangan (Restoran Saung Telaga) namun masih terdapat danau didalamnya. Situ Lembah Gurami, sudah beralih fungsi menjadi fasum Perumnas Kota Depok pada tahun Secara rinci disajikan pada Gambar 2. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-UNPAK 3
4 Gambar 2 Peta Kondisi Eksisting 4 (empat) Situ Kota Depok Tahun Partisipasi Stakeholders Pada Kegiatan Penjaringan Aspirasi dan Hasil Interpretasi Penyusunan RTRW Kota Depok Sesuai hasil analisis, partisipasi stakeholders dalam pembahasan pada kegiatan penjaringan aspirasi dan hasil interpretasi penyusunan RTRW Kota Depok dapat diketahui bahwa Pemerintah memiliki peran dominan dalam pembangunan, sebagai pengatur dan menyediakan pelayanan dasar bagi publik. Selain itu dengan otonomi daerah, kewenangan dan tanggung jawab pemerintah daerah menjadi bertambah besar dalam hal pengelolaan pembangunan di daerah. Meskipun peran pemerintah masih dominan, akan tetapi dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah daerah, menghendaki partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan daerah. Kesimpulannya bahwa peran tiap pelaku pembangunan (stakeholder) dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah Kota Depok masih didominasi oleh peran pemerintah, sedangkan peran masyarakat dan swasta relatif tidak terlalu besar. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Pada Kegiatan Penjaringan Aspirasi dan Hasil Interpretasi Penyusunan RTRW Kota Depok Stakeholders Transportasi Perumahan Pasar dan PKL Lingkungan dan RTH Interpretasi Tahap Penyusunan Pemerintah % (Tinggi) LSM&Swasta % (Sedang) Masyarakat % (Rendah) Jumlah R = Rendah 0-33% S = Sedang 34-66% T = Tinggi % Sumber: Hasil Analisis dengan tabulasi kuesioner Tahun 2015 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-UNPAK 4
5 3.3 Partisipasi Stakeholders Terhadap Evaluasi Raperda Kota Depok Hasil penelitian di wilayah studi menunjukan ada 3 (tiga) tipe partisipasi dari tiap stakeholders, yaitu : Pihak pemerintah dan LSM cenderung pure moral, artinya motivasi dalam berpartisipasi didasarkan pada kesadaran diri masingmasing partisipan; Pihak Swasta cenderung calculative, artinya motivasi dalam berpartisipasi didasarkan atas perhitungan untung rugi bagi partisipan. Jadi, apabila tidak ada manfaat bagi kehidupan partisipan, cenderung tidak berpartisipasi; Masyarakat cenderung alienative, artinya motivasi dalam berpartisipasi didasarkan pada keterpaksaan dari kekuatan yang bersifat memaksa. Masyarakat terlibat dalam setiap penyelenggaraan penataan ruang Kota Depok karena mengikuti perintah dari pemerintah kota (instansi terkait). Secara umum dapat dilihat partisipasi yang dilakukan masing-masing stakeholders sudah dikatakan kuat, namun peran masyarakat dirasa masih jauh dari maksimal. Untuk lebih jelasnya mengenai tipe partisipasi dari tiap stakeholders terhadap penyelenggaraan penataan ruang di Kota Depok dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Partisipasi Stakeholders Terhadap Evaluasi Raperda Kota Depok Stakeholders Interpretasi Tahap Penyusunan Pemerintah 74% (Tinggi) LSM&Swasta 63% (Sedang) Masyarakat 41% (Sedang) R = Rendah 0-33% S = Sedang 34-66% T = Tinggi % Sumber: Hasil Analisis dengan tabulasi kuesioner Tahun 2015 Berdasarkan table diatas dan dari hasil analisis evaluasi terdapat temuan-temuan yang saling berhubungan antara lain : Partisipasi yang dilakukan pihak pemerintah dalam menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah kota Depok baik dalam proses dan prosedurnya sudah dapat dikatakan dengan baik, namun ada beberapa yang menjadi faktor penghambat diantara lain adanya pergantian Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang membahas rancangan RTRW. Awalnya rancangan ditangani Bappeda Kota Depok, tapi pada awal 2012 perancangan dialihkan ke dinas Tata Ruang dan Permukiman. Adanya perbedaan data dalam penggunaan penyusunan RTRW Kota Depok dari masing-masing instansi pemerintah, sehingga menjadi pemicu belum diperdakannya Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok. Pada tahap penyusunan pihak pemerintah mempunyai peranan penting ini terlihat dalam interpretasi sebesar 74% sementara peran dari pihak stakeholders yang lainnya tidak terlalu besar dalam penyusunan, hal ini menunjukan bahwa pemerintah mempunyai banyak andil yang besar untuk mengendalikan semua jalannya proses penyusunan dan hak penuh semua ada di tangan pemerintah itu sendiri dan stakeholders lainnya hanya menjalankan. Lemahnya kekuasaan yang dimiliki pemerintah, dikarenakan belum sahnya perda RTRW Kota Depok sehingga berdampak pada banyaknya pengembang yang sudah tidak memperhatikan siteplan perumahan, maka seluruh bangunan yang ada saat ini berstatus illegal. Baik gedung pemerintah, apartemen, pusat perbelanjaan, dan perkantoran hingga perumahan. Sebab, dalam perda itu terdapat aturan ketinggian dan luasan gedung yang ditetapkan. Hal ini untuk menata kota menjadi lebih terlihat indah. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan RTRW Kota Depok, hal ini dikarenakan oleh beberapa factor yang diantaranya masih kurangnya informasi terkait penyusunan RTRW Kota Depok, masih minimnya pengetahuan masyarakat, kurangnya minat masyarakat terhadap penyusunan RTRW Kota Depok, masih kurangnya informasi yang didapatkan masyarakat dalam proses penyusunan RTRW Kota Depok sehingga perlunya campur tangan pemerintah dalam memberikan informasi terkait RTRW kota Depok. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-UNPAK 5
6 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari wilayah studi dan analisis yang dilakukan, maka dapat disimpukan bahwa: 1. Tingkat partisipasi pemerintah sebagai pemegang komitmen semua tahap dan pemegang kebijakan dirasa belum maksimal walaupun sudah mendapatkan skor 69% dalam kategori tinggi. 2. Peran LSM dan swasta berada dibawah skor pemerintah yaitu 65% dan termasuk dalam kategori sedang, hal ini dikarenakan LSM memiliki kepentingan Karena mereka bagian dari control masyarakat terhadap peran pemerintah dalam penyusunan RTRW Kota Depok sedangkan pihak swasta memiliki kepentingan dalam hal investasi di Kota Depok. 3. Peran masyarakat masih rendah yaitu 24% hal ini bisa diliha`t dari kurangnya pembinaan dan informasi yang didapat dari pemerintah, sehingga pada saat pembahasan masih banyak masyarakat yang tidak hadir dan kemudian juga berpengaruh pada kurangnya masukan / saran / usul yang dikemukakan oleh masyarakat. Adapun masukan / saran / usul dari masyarakat yang diakomodasi oleh pemerintah tapi hal tersebut tidak menjamin akan digunakan oleh pemerintah. Mengenai proses penyusunan RTRW, pemerintah Kota Depok sudah melaksanakan proses secara bertahap dimulai dari tahap persiapan dan penyusunan naskah akademis RTRW Kota Depok. Namun sampai saat ini RTRW Kota Depok belum juga di Perdakan terkait permasalahan yang terjadi dilapangan yaitu 4 situ yang sudah beralih fungsi menjadi bangunan dan lahan pribadi sedangkan dalam muatan RTRW Provinsi Jawa Barat 4 situ tersebut masih belum berubah menjadi bangunan. Berdasarkan keputusan DPRD Kota Depok no 24 Tahun 2012 bahwa DPRD sudah menyetujui Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok. Namun Wali Kota Depok memberikan surat permohonan evaluasi RTRW Kota Depok yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Barat untuk peninjauan kembali lapangan tentang lokasi 4 situ. Secara prosedur RTRW sudah sesuai dan sampai pada tahapan persetujuan namun saat ini pemerintah masih menunggu kejelasan rekomendasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 4.2 Saran Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka dapat dikemukakan usulan atau saran dalam mendukung partisipasi Stakeholders di Wilayah Kota Depok, yaitu sebagai berikut : 1. Khususnya untuk partisipasi stakeholders dalam penyusunan RTRW Kota Depok bahwa pemerintah Daerah untuk lebih mendekatkan stakeholders khusunya masyarakat dalam penyusunan RTRW Kota Depok, sebagai contoh memberikan wawasan partisipasi dalam pembinaan dan pemberian informasi. 2. Untuk proses legalitas RTRW agar lebih cepat diperdakan dengan tujuan dari indikasiindikasi program RTRW segera terlaksana dan masyarakat Kota Depok dapat memanfaatkan lahan sesuai dengan kebijakan RTRW sebagai landasan hukumnya. 3. Terkait permasalahan muatan RTRW Kota yang berbeda dengan muatan RTRW Provinsi, dengan permasalahan yang terjadi dilapangan yaitu 4 situ yang sudah beralih fungsi menjadi bangunan dan lahan pribadi sedangkan dalam muatan RTRW Provinsi Jawa Barat 4 situ tersebut masih belum berubah menjadi bangunan. Oleh Karena itu, perlu adanya koordinasi dengan instansi pemerintah yang bersangkutan. Sehingga memerlukan koordinasi dengan Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat dalam menindak lanjuti permasalahan tersebut, sehingga terjadi kesepakatan yang dapat mempercepat pengesahan RTRW Kota Depok. 4. Memaksimalnya kegiatan publikasi yang kretaif yaitu melalui media TV, Radio, Web dan lain-lain mengenai produk RTRW Kota Depok agar bisa sampai kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Chandra. Rancangan Perda RTRW Kota Depok jadi Sorotan Investor. m.jpnn.com/news. php?id=260661&page=2 (diakses tanggal 29 September 2014) Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Kamus Tata Ruang. Perpustakaan Nasional RI:Katalog Dalam Terbitan (KDT). Jakarta. Freeman, R. E Startegic Management: A Stakeholder Approach, Boston, Pitman. Ilham tirta, Ditolak Jabar, Perda RTRW Depok, Okezone.com. m.tempo.co/read/news/2014 /10/15/ / (diakses tanggal 15 Oktober 2014) Mariska Harya Virdhani, Luas tanah perumahan dibatasi, pengembang di Depok Protes, Okezone.com. m.okezone.com/read/2013/ 02/15/475/ (diakses tanggal 11 Januari 2013 Mikkelses, Britha Metode Penelitian partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Terjemahan Matheos Nalle. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-UNPAK 6
7 Nawawi, A Peran Serta Masyarakat dalam Implementasi Pendidikan Inklusif. Makalah Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI Bandung. Niawi, H Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Pemda Kota Depok Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Tahun Tentang Penyusunan Naskah Akademis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun Depok. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 2 Tahun Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 12 Tahun 2001 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun Depok. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 68 Tahun Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang. Sekretariat Negara. Jakarta. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 17 Tahun Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Jakarta Purwoko, H Efektivitas Kemitraan Antar Stakeholder dalam Mewujudkan Kota Layak Anak (KLA) Di Surakarta Tahun Tugas Akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Slamet, Y Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Soetrisno, Loekman Menuju Masyarakat Partisipatif. Yoyakarta: Kanisius. Sunarti Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan Secara Berkelompok. Jurnal Tata Loka Volume 5, No. 1, Januari Undang Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun Tentang Pelayanan Publik. Sekretariat Negara. Jakarta Undang - Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun Tentang Penataan Ruang. Sekretariat Negara. Jakarta. Yulianti, Praptini. (2000). Pengaruh Sumber- Sumber Stres Kerja Terhadap Kepuasan Tenaga Edukatif Tetap Fakultas Ilmu Sosial Universitas Airlangga Di Surabaya. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Universitas Airlangga. PENULIS : 1. Lucky Dwi Anggoro, ST. Alumni (2016) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2. Dr. Ir. Janthy Trilusianthy Hidajat, M.Si. Pembimbing I/Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3. Dr. Ir. Indarti Komala Dewi, M.Si. Pembimbing II/ Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-UNPAK 7
KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR
KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR 1) Joao Da Silva Gusmao, 2) Janthy Trilusianthy, 3) Indarti Komala Dewi. ABSTRAK Bermain sangatlah penting dalam proses
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK.
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 5. Undang-undang Nomor
Lebih terperinciJADWAL PERENCANAAN TAHUN 2017 UNTUK PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KOTA DEPOK TAHUN 2018
JADWAL PERENCANAAN TAHUN 2017 UNTUK PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KOTA DEPOK TAHUN 2018 NO URAIAN Tanggal A. PENYUSUNAN RKPD KOTA DEPOK TAHUN 2018 DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI
Lebih terperinciPROFIL KABUPATEN / KOTA
PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian
Lebih terperinciWALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN PADA DINAS KESEHATAN Menimbang Mengingat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Depok Jawa Barat. Depok sebagai penyangga DKI Jakarta dihuni oleh masyarakat yang sangat heterogen dengan tingkat
Lebih terperinciKEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok
KEADAAN UMUM Gambaran Umum Kota Depok Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini perlu ditentukan metode penelitian yang akan digunakan guna menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DEPOK DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II CILEGON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,
Lebih terperinciKOTA DEPOK TH NO. 08 TENTANG PEMBENTU. Menimbang. Pemerintahan. di wilayah. dan. dengan. Mengingat. Lembaran. Negara. Nomor 3828); Negara
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTU UKAN KECAMATAN DI KOTA DEPOK TH. 2007 Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK
ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI Yunan Maulana 1, Janthy T. Hidajat. 2, Noordin Fadholie. 3 ABSTRAK Wilayah pengembangan merupakan bagian-bagian wilayah yang
Lebih terperinciKEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3).
KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3). Abstrak Pada tahun 2050 penduduk perkotaan dunia didominasi oleh penduduk lansia,
Lebih terperinciWALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok
IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Melihat perkembangan penduduk dan kota, urbanisasi yang tinggi dan tuntutan perumahan dan permukiman serta sarana dan prasarana yang memadai maka pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan pendahuluan yang merupakan framework dari penyusunan laporan ini. Pada bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Dibahas pula ruang lingkupnya
Lebih terperinciARAHAN DAN SAMBUTAN PEMBUKAAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
ARAHAN DAN SAMBUTAN PEMBUKAAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA Pada Acara Rapat Koordinasi Awal Pendampingan Penyusunan Raperda tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Lebih terperinciGambar 13. Citra ALOS AVNIR
32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciTINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS: KABUPATEN KENDAL DAN KOTA PEKALONGAN)
.OPEN ACCESS. TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS: KABUPATEN KENDAL DAN KOTA PEKALONGAN) Jurnal Pengembangan Kota (2015) Volume 3 No. 1 (40 48) Tersedia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, TATA BANGUNAN, DAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota
Lebih terperinciDAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG
DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Yulianti Samsidar 1), Indarti Komala Dewi 2), Bayu Wirawan 3) 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas
Lebih terperinciWALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Peneltitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan proses pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)
RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan timbulnya masalah permukiman. Masalah permukiman lebih terasa di daerah perkotaan daripada di daerah perdesaan. Masalah perumukiman
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Masalah Depok adalah sebuah Kotamadya di provinsi Jawa Barat. Luas wilayahnya 275 km² dengan populasi 1.369.461 jiwa. Terdapat enam Kecamatan di Kotamadya Depok yaitu:
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum Kota Tangerang III.1.1.1. Proses Terbentuknya Kota Tangerang Pembangunan kota administratif Tangerang secara makro
Lebih terperinciStrategi Sanitasi Kabupaten Malaka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah
Lebih terperinciTugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG
UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Provinsi Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran strategis Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebagai lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran strategis Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebagai lembaga perwakilan yang mempunyai kewenangan merancang, merumuskan dan mengesahkan Undang-undang.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dalam penelitian ini penulis memilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan daerah yang memiliki mobilitas yang tinggi. Daerah perkotaan menjadi pusat dalam setiap daerah. Ketersediaan akses sangat mudah didapatkan di
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciWALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJADINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan Kota Jakarta dengan visi dan misi mewujudkan Ibu kota negara sejajar dengan kota-kota dinegara maju dan dihuni oleh masyarakat yang sejahtera. Permasalahan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK
IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG Oleh : Alvianie Nurul Marilys 1), Janthy T. Hidayat 2), Ichwan Arief 3) ABSTRAK Perkembangan suatu kota dan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross
67 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional), dimana seluruh variabel yang diamati diukur pada saat
Lebih terperinciStudi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sistem..., Levina Ardiati, FKM UI, 2009
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat menimbulkan kematian dan wabah dalam waktu singkat. Wabah Dengue pertama
Lebih terperinciANALISIS PROSES PERUMUSAN DAN PENETAPAN KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN
ANALISIS PROSES PERUMUSAN DAN PENETAPAN KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciBAB 3 ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN POTENSI AIR HUJAN DI WILAYAH KOTA DEPOK
BAB 3 ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN POTENSI AIR HUJAN DI WILAYAH KOTA DEPOK 3.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Dan Kebutuhan Air Bersih Di Kota Depok Dalam kurun waktu 10 tahun, penduduk Kota Depok naik sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa. Penulis Melakukan Penelitian di Kabupaten Kampar- Riau, lokasi
1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mengetahui ini variabel
Lebih terperinciTENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 94 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KECAMATAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG
KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG Oleh : Meyliana Lisanti 1, Reza M. Surdia 2 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pemerintah Daerah Dan Fungsi Pemerintah Daerah 1. Pengertian Pemerintah Daerah Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 ayat (5), pengertian pemerintahan daerah adalah sebagai
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
S A L I N A N NOMOR 1/D, 2008 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH, SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAN STAF AHLI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN 1.1.1 Pertumbuhan Sektor Perumahan Nasional Peta bisnis properti di Indonesia menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan kapitalisasi pada tahun 2007,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) MARGONDA BOGOR
IDENTIFIKASI PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) MARGONDA BOGOR Surya Putra Pratama 1), Indarti Komala Dewi 2), 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2) Staf Pengajar
Lebih terperinciPERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG STUDI KASUS PENGEMBANGAN KAWASAN PRIMER GEDEBAGE *)
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG STUDI KASUS PENGEMBANGAN KAWASAN PRIMER GEDEBAGE *) PENULIS Ira Irawati 1, Ida Bagus Rai Artha Sastha 2 Staf Pengajar 1 Jurusan Teknik Planologi Institut Teknologi
Lebih terperinciteknis yang mempunyai urusan wajib dibidang perencanaan pembangunan. Untuk
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Lubuklinggau merupakan lembaga teknis yang mempunyai urusan wajib dibidang perencanaan pembangunan. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, disusun struktur
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG SELATAN
SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciUnisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KOTA BEKASI
BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA BEKASI Kota Bekasi merupakan salah satu kota dari 5 kota dengan populasi terbesar di Indonesia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa, Kota Bekasi
Lebih terperincipembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi pembangunan di Indonesia pada era otonomi daerah tidak dapat terpisahkan dari upaya perwujudan demokrasi dalam pembangunan. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian a. Gambaran Fisik Kabupaten Serang Sesuai dengan RTRW Kabupaten Serang tahun 2011 2031, karakteristik wilayah administratif, Kabupaten Serang merupakan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 57 Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG PEMBENTUKAN STAF AHLI WALIKOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi ke-32 yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002 tanggal 24 September 2002. Secara de jure Provinsi Kepulauan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 7 2016 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2009
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Instansi Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu Dinas yang bergerak dalam bidang Ke Cipta Karyaan, sebelumnya bernama Dinas
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN
STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN Tiar Pandapotan Purba 1), Topan Himawan 2), Ernamaiyanti 3), Nur Irfan Asyari 4) 1 2) Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan
25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Siak pada bulan Februari sampai dengan bulan April Tahun
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGUATAN KELEMBAGAAN KPH SEBAGAI PENGELOLA KAWASAN HUTAN DI TINGKAT TAPAK YANG MANDIRI Drs. H. Slamet, M.Si KASUBDIT WILAYAH IV DIREKTORAT FASILITASI KELEMBAGAAN
Lebih terperinci6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:
6.1 Kesimpulan 6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni antara lain : a. Berdasarkan UU No. 26/2007 standar Kebutuhan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang
IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan
Lebih terperinciMateri Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII
Bab VIII 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penataan ruang. Hal ini mengingat proses penataan ruang memerlukan lembaga yang kredibel terutama dalam pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada
Lebih terperinciGUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 41 TAHUN 1993
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 1993 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Taman Lansia berlokasi di Kecamatan Bandung Wetan, Wilayah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Taman Lansia berlokasi di Kecamatan Bandung Wetan, Wilayah Pengembangan Cibeunying, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Taman ini secara umum berada pada
Lebih terperinciBADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BPMP2T) KOTA DEPOK LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN Standar Operasional Prosedur (SOP) ini diterbitkan sebagai Izin Pemanfaatan Ruang (IPR) Bidang Pelayanan I - BPMP2T Kota DEPOK, baik dari Proses Dokumentasi mengenai Dokumen Induk (Master),
Lebih terperinciGambar 4 Peta Lokasi Penelitian.
BAB III METODA PENELITIAN 3.. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 20. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Luwu, di 7 (tujuh) kecamatan yaitu
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISIS
BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH
SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA GORONTALO
PEMERINTAH KOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciRUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 2016 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA DEPOK
RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 06 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 07 PEMERINTAH KOTA DEPOK Nama OPD :.05.0. -DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN Halaman dari 0 Indikator Rencana Tahun 06 (Tahun Rencana).05.
Lebih terperinci