DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG"

Transkripsi

1 DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Yulianti Samsidar 1), Indarti Komala Dewi 2), Bayu Wirawan 3) 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2) Staf Pengajar Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3) Staf Pengajar Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan yuli_samsidar@yahoo.com Abstrak Perkembangan kota serta peningkatan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan aktivitas dan kebutuhan lahan untuk menunjang aktivitas tersebut, sementara lahan walaupun merupakan salah satu sumber daya alam yang paling berharga tetapi memiliki keterbatasan baik ketersediaan maupun kemampuan daya dukungnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi fungsi kawasan lindung dan budidaya; mengidentifikasi kemampuan lahan kawasan budidaya berdasarkan aspek fisik dasar untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan; analisis daya dukung lahan serta menganalisis kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dan rencana pemanfaatan lahan RTRW Kabupaten Pesawaran Tahun dengan kemampuan lahan. Hasil yang diperoleh berdasarkan metode kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan sistem informasi gografis menunjukan kawasan lindung seluas ha dan kawasan budidaya seluas ha. budidaya dengan kemampuan pengembangan tinggi dan sedang merupakan wilayah yang sangat baik dalam pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Ratio tutupan lahan/building Coverage (BC) untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan pada kemampuan pengembangan tinggi sebesar 5,74% dan sedang sebesar 9,48% dengan kapasitas maksimal perluasan kedua lahan tersebut seluas ha dan seluas ha. Kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan adalah permukiman, perkebunan, tegalan/lahan, tambak dan belukar sebesar 22,56% berada di kemampuan pengembangan tinggi dan sedang. Sedangkan kesesuaian rencana kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran sebesar 45,54% berada di kemampuan pengembangan tinggi dan sedang. Kata Kunci : Daya Dukung Lahan, Kemampuan Lahan PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk yang ditunjang dengan kebijakan sistem pembangunan dan letak wilayah Kabupaten Pesawaran yang strategis, telah menyebabkan pesat perkembangan kawasan ini. Kondisi ini, khususnya terjadi pada Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Negeri Katon yang merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran. Konsekuensi dari pesatnya perkembangan wilayah, mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk sekaligus berbagai aktivitas pembangunan, baik secara fisik, ekonomi maupun sosial budaya bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, terjadi pula peningkatan kebutuhan lahan mengingat fungsi lahan sebagai ruang yang mewadahi penduduk dan aktivitasnya, terutama untuk pemanfaatan kegiatan perkotaan. Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan dengan sisi lainnya terdapat keterbatasan ketersediaan dan kemampuan lahan, mengharuskan perencanaan pemanfaatan lahan dilakukan secara optimum. Salah satu pertimbangan yang harus dilakukan adalah pertimbangan aspek fisik dasar lahan yang meliputi aspek sumberdaya air, karakteristik tanah dan batuan, kemiringan lereng serta kerentanan bencana, yang kesemuanya merupakan pencerminan dari kemampuan lahan. Pertimbangan tersebut diperlukan karena setiap lahan memiliki kemampuan yang terbatas sekaligus berbeda antara suatu kawasan dengan kawasan lainnya. Dengan mengetahui tingkatan kemampuan lahan, maka kawasan tersebut dapat dibedakan menjadi kemampuan pengembangan rendah, kemampuan pengembangan sangat rendah, kemampuan pengembangan sedang dan kemampuan pengembangan tinggi. Pembagian menjadi kawasan seperti tersebut, akan memudahkan di dalam mengarahkan rencana pemanfaatan lahan kawasan permukiman perkotaan sesuai dengan kemampuan lahan, sehingga terhindar dari terjadinya dampak negatif penurunan kualitas lingkungan yang menghambat pembangunan kota. Bertolak dari pemikiran seperti tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu a). mengidentifikasi fungsi kawasan lindung dan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 1

2 budidaya; b). mengidentifikasi kemampuan lahan kawasan budidaya berdasarkan aspek fisik dasar untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan; c). analisis daya dukung lahan serta d). menganalisis kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dan rencana pemanfaatan lahan RTRW Kabupaten Pesawaran Tahun dengan kemampuan lahan. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Adapun tahapan analisis yang dilakukan meliputi : 1. Mengidentifikasi kawasan lindung dan kawasan budidaya berdasarkan aspek fisik dasar Analisis ini didasarkan pada ketentuan dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Penentuan Lindung. Analisis ini menghasilkan peta persebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya. Metode sistem informasi geografis yang digunakan dengan cara mengtumpangtindihkan (overlay) peta kelerengan, peta jenis tanah dan peta intensitas curah hujan. 2. Mengidentifikasi tingkat kemampuan lahan kawasan budidaya untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan berdasarkan aspek fisik dasar Analisis penentuan kemampuan lahan didasarkan pada ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang. Metode sistem informasi geografis yang digunakan dengan cara mengtumpangtindihkan (overlay) 5 (lima) peta satuan kemampuan lahan (SKL). Satuan kemampuan lahan tersebut meliputi SKL Morfologi-Kestabilan Lereng, SKL Drainase, SKL Ketersediaan Air Tanah, SKL Kerentanan Bencana Alam dan SKL Kestabilan Pondasi. Analisis ini menghasilkan peta kemampuan lahan pada kawasan budidaya untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan yang terdiri dari : Kemampuan Pengembangan Tinggi yaitu lahan yang mempunyai kemampuan baik dan sangat sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Kemampuan Pengembangan Sedang yaitu lahan yang mempunyai kemampuan sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Kemampuan Pengembangan Rendah yaitu lahan yang kurang mampu dikembangkan atau sesuai bersyarat apabila tetap akan dikembangkan untuk kawasan permukiman perkotaan. Kemampuan Pengembangan Sangat Rendah yaitu lahan yang tidak sesuai dikembangkan untuk kawasan permukiman perkotaan. 3. Analisis daya dukung pada kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui atau memberikan informasi berupa kapasitas daya dukung lahan yang masih tersedia dan dapat dimanfaatkan. Analisis ini dilakukan berdasarkan pada ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang serta konsep daya dukung lahan menurut Toubier (1976) dalam Laiko (2010), dimana daya dukung lahan yang baik akan tercapai apabila maksimal lahan terbangun/building Coverage (BC) tidak melebihi 70% dari keseluruhan lahan yang dapat digunakan di wilayah kemampuan pengembangan tinggi sedangkan di wilayah kemampuan pengembangan sedang maksimal lahan terbangun/building Coverage (BC) tidak melebihi 50% dari keseluruhan lahan yang dapat digunakan. Metode sistem informasi geografis yang digunakan dengan cara mengtumpangtindihkan (overlay) peta pemanfaatan lahan eksisting dengan peta kemampuan lahan. Berdasarkan hasil tumpang tindih (overlay) kedua peta tersebut menghasilkan peta kesesuaian pemanfaatan lahan serta dapat diketahui luas lahan tidak terbangun dan luas lahan terbangun yang terdapat pada setiap tingkat kemampuan lahan. Lahan terbangun yang dimaksud adalah luas lahan yang tertutup oleh bangunan yang bersifat kedap air. Setelah itu dilakukan perhitungan ratio tutupan lahan/building Coverage (BC) pada setiap tingkat kemampuan lahan (Kemampuan Pengembangan Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah) dan Lindung dengan menggunakan rumus (Laiko, 2010) : Keterangan : BC = Building Coverage A = Area ( Lahan) OS = Open Space (lahan tidak terbangun) 4. Menganalisis kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dan rencana pemanfaatan lahan RTRW Kabupaten Pesawaran Tahun dengan kemampuan lahan di kawasan permukiman perkotaan Analisis ini dimaksudkan memberi gambaran kondisi kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dan rencana kawasan permukiman perkotaan yang telah ditetapkan Pemerintah Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 2

3 No Kabupaten Pesawaran dalam RTRW Tahun dengan tingkat kemampuan lahan. Keluaran dari analisis ini memberikan masukan atau pertimbangan bagi arahan dan penataan fisik kawasan untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Metode sistem informasi geografis yang digunakan dengan cara mengtumpangtindihkan (overlay) : 1). Peta pemanfaatan lahan eksisting dengan peta tingkat kemampuan lahan; 2). Peta rencana kawasan permukiman perkotaan yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Pesawaran dalam RTRW Tahun dengan tingkat kemampuan lahan. PEMBAHASAN 1. Mengidentifikasi Lindung Dan Budidaya Berdasarkan Aspek Fisik Dasar Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Penentuan Lindung maka dapat ditentukan kawasan lindung di Kabupaten Pesawaran seluas Ha atau sebesar 8,14%. lindung ini secara administrasif termasuk bagian dari Kecamatan Kedondong, Kecamatan Punduh Pidada, Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Way Lima dan Kecamatan Gedongtataan. lindung sebagai kawasan yang tidak diperkenankan bagi kegiatan budidaya, dapat dikatakan sebagai kawasan limitasi. budidaya pada Kabupaten Pesawaran terletak pada Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Punduh Pidada, Kecamatan Tegineneng, Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Way Lima, dan Kecamatan Gedongtataan dengan luas keseluruhan kawasan budidaya Ha atau sebesar 91,86%. Persebaran dan luasan fungsi kawasan di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1 Lindung dan Budidaya Di Kabupaten Pesawaran Fungsi Lindung Budidaya Kecamatan Kedondong 210 Punduh Pidada Padang Cermin Way Lima Gedongtataan 692 Negeri Katon Kedondong Punduh Pidada Tegineneng Total Persentase (%) , ,86 No. Fungsi Kecamatan Padang Cermin Way Lima Gedong Tataan Total Persentase (%) Kabupaten Pesawaran ,00 Sumber : Hasil Analisis Tahun Gambar 1 Peta Fungsi 2. Mengidentifikasi Tingkat Kemampuan Lahan Budidaya Untuk Sebagai Berdasarkan Aspek Fisik Dasar Berdasarkan hasil tumpang tindih (overlay) seluruh peta satuan kemampuan lahan (SKL), Kabupaten Pesawaran dibagi menjadi 5 (lima) rentang kelas skor kemampuan lahan, sebagai berikut : 1. Kemampuan pengembangan tinggi yaitu lahan yang mempunyai kemampuan baik dan sangat sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan dengan skor >79 seluas ha (1,66%). 2. Kemampuan pengembangan sedang yaitu lahan yang mempunyai kemampuan sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan dengan skor seluas ha (37,99%). 3. Kemampuan pengembangan rendah yaitu lahan yang kurang sesuai dikembangkan atau sesuai bersyarat apabila tetap akan dikembangkan untuk kawasan permukiman perkotaan dengan skor seluas ha (41,31%). 4. Kemampuan pengembangan sangat rendah yaitu lahan yang tidak sesuai dikembangkan untuk kawasan permukiman perkotaan dengan skor seluas ha (10,90%). 5. lindung yaitu lahan yang tidak layak dikembangkan untuk kawasan permukiman Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 3

4 Kecamatan Negeri Katon Kedondong Punduh Pidada Tegineneng Padang Cermin perkotaan (wilayah konservasi) dengan skor <64 seluas ha (8,14%). Ditinjau dari hasil analisis kemampuan lahan dengan menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 maka arahan pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran pada wilayah dengan kemampuan pengembangan tinggi tersebar di 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Way Lima, Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Punduh Pidada, Kecamatan Negeri Katon dan Kecamatan Way Lima dan kemampuan pengembangan sedang dengan lokasi tersebar di masing-masing kecamatan. Karena memiliki satuan kemampuan lahan morfologi-kestabilan lereng sedang sampai tinggi, ketersediaan air tanah sedang sampai tinggi, kestabilan pondasi tinggi, drainase sedang sampai tinggi, relatif aman dari bencana alam dan tidak terdapat kawasan lindung. Untuk lebih jelasnya tentang persebaran dan luasan wilayah kemampuan lahan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2. Lindung <64) Tabel 2 Wilayah Kemampuan Lahan Di Kabupaten Pesawaran Kemampuan Pengembangan Sangat Rendah 64 69) Rendah 70 74) Sedang 75 79) Tinggi >79) Way Lima Gedongtataan Jumlah Persentase (%) Sumber : Hasil Analisis, Tahun ,14 10,90 41,31 37,99 1,66 100,00 3. Analisis Daya Dukung Pada Kemampuan Lahan Untuk Pengembangan Kapasitas daya dukung lahan berdasarkan kemampuan pengembangan sangat rendah dan kawasan lindung (limitasi) terdapat pemanfaatan lahan terbangun yang tertutup oleh bangunan bersifat kedap air, menyebabkan telah terlampaui batas ratio tutupan lahan (building coverage) sebesar 7,71% dan sebesar 0,18% yang disyaratkan oleh Toubier (1976) sebesar 0%. Sedangkan kemampuan pengembangan rendah sebesar 3,92% menunjukan pemanfaatan lahan terbangun yang masih di bawah ambang batas ratio tutupan lahan (building coverage) yang disyaratkan sebesar 20%, maka luasan maksimal lahan terbangunnya seluas ha tapi kurang sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan. Gambar 2 Peta Kemampuan Lahan Pengembangan Kemampuan pengembangan tinggi sebesar 5,74% dan kemampuan pengembangan sedang sebesar 9,48% di Kabupaten Pesawaran masih di bawah ambang batas yang disyaratkan oleh Toubier (1976) sebesar 70% dan sebesar 50%. kemampuan pengembangan tinggi dan kemampuan pengembangan sedang secara umum perluasan lahan terbangun masih sangat memungkinkan untuk pengembangan perkotaan, dengan maksimal perluasan pada kawasan pengembangan tinggi ha dan kemampuan pengembangan sedang ha. Pemanfaatan lahan bagi pengembangan kawasan permukiman perkotaan seharusnya tetaplah memperhatikan batasan ratio kapasitas daya dukung lahan. Untuk lebih jelasnya tentang persebaran wilayah ratio tutupan lahan untuk kawasan pengembangan sedang dan tinggi di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Gambar Menganalisis Kesesuaian Pemanfaatan Lahan Eksisting Dan Pemanfaatan Lahan RTRW Kabupaten Pesawaran Tahun Dengan Kemampuan Lahan Di a. Kesesuaian Pemanfaatan Lahan Eksisting Dengan Kemampuan Lahan Kesesuaian lahan di Kabupaten Pesawaran seluas ha atau sebesar 22,56% untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan berdasarkan kemampuan pengembangan sedang dan kemampuan pengembangan tinggi. Kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman perkotaan pada pemanfaatan lahan permukiman, perkebunan, tegalan/lahan, tambak dan belukar. Adapun sisanya pada kemampuan pengembangan sedang dan kemampuan pengembangan tinggi dimanfaatkan untuk hutan, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 4

5 pasir pantai, rawa dan persawahan tidak sesuai untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan seluas ha atau sebesar 77,44% dari keseluruhan luas ha. Keberadaan hutan, pasir pantai, rawa dan persawahan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya mencegah kerusakan lingkungan yang akan berdampak secara umum terhadap keseluruhan wilayah Kabupaten Pesawaran. Untuk lebih jelasnya tentang persebaran wilayah kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dengan kemampuan lahan di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Gambar 4. menempati kemampuan pengembangan sedang dan kemampuan pengembangan tinggi. Kesesuaian rencana kawasan permukiman perkotaan pada kemampuan pengembangan sedang seluas ha tersebar di Kecamatan Negeri Katon seluas ha, Kecamatan Tegineneng seluas ha, Kecamatan Padang Cermin seluas ha dan Kecamatan Gedongtataan seluas ha. Kesesuaian rencana kawasan permukiman perkotaan pada kemampuan pengembangan tinggi seluas 540 ha tersebar di Kecamatan Negeri Katon seluas 184 ha, Kecamatan Tegineneng seluas 141 ha, Kecamatan Padang Cermin seluas 165 ha dan Kecamatan Gedongtataan seluas 50 ha. Untuk lebih jelasnya tentang persebaran wilayah kesesuaian rencana pemanfaatan lahan kawasan permukiman perkotaan RTRW Kabupaten Pesawaran dengan kemampuan lahan di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 3 Peta Ratio Tutupan Lahan Gambar 5 Peta Kesesuaian Dengan Kemampuan Lahan Gambar 4 Peta Kesesuaian Pemanfaatan lahan Eksisting Dengan Kemampuan Lahan b. Kesesuaian Pemanfaatan Lahan RTRW Kabupaten Pesawaran Tahun Dengan Kemampuan Lahan Ketidaksesuaian lokasi yang direncanakan untuk kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran seluas ha atau sebesar 54,46% dari keseluruhan luas rencana kawasan permukiman perkotaan ha yang menempati kawasan lindung, kemampuan pengembangan rendah dan kemampuan pengembangan sangat rendah. Kesesuaian lokasi yang direncanakan untuk kawasan permukiman perkotaan seluas ha atau sebesar 45,54% dari keseluruhan luas rencana kawasan permukiman perkotaan ha yang KESIMPULAN Daya dukung lahan untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran berada di kawasan budidaya yaitu pada kemampuan pengembangan tinggi seluas ha dan sedang dengan seluas ha. Kapasitas daya dukung lahan kemampuan pengembangan tinggi dan sedang masih di bawah ambang batas ratio tutupan lahan dengan maksimal perluasan pengembangan kawasan permukiman perkotaan seluas ha dan ha. Kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting untuk dikembangkan kawasan permukiman perkotaan seluas ha adalah permukiman, perkebunan, tegalan/lahan, tambak dan belukar berada di kemampuan pengembangan tinggi dan sedang. Sedangkan kesesuaian rencana kawasan permukiman perkotaan berada di kemampuan pengembangan tinggi dan sedang seluas ha dan seluas ha. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 5

6 SARAN Berdasarkan analisa dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. permukiman perkotaan di kawasan lindung dan kemampuan sangat rendah dapat membekukan ijin lokasi dan menghentikan perluasan perkembangannya. Kemudian diarahkan bermukim di wilayah kemampuan pengembangan sedang dan tinggi. 2. permukiman perkotaan yang berada di wilayah rawan bencana gempa bumi tidak semestinya digunakan untuk hunian, karena sangat membahayakan. Pemerintah memberikan stimulan untuk melestarikan dan mempertahankan rumah panggung dan menyediakan jalur serta ruang evakuasi bencana darurat maupun permanen dalam ramgka mengurangi resiko bencana ketika datang. Atau dapat menggunakan sistem perancangan struktur bangunan tahan gempa untuk kawasan permukiman perkotaan yang mengacu pada SNI tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. 3. kawasan permukiman perkotaan di kemampuan pengembangan rendah dijadikan prioritas terakhir dan di kemampuan pengembangan sedang dan tinggi dijadikan prioritas pertama, karena luas pemanfatannya masih tersedia dan sangat sesuai dalam memperluas pengembangan kawasan permukiman perkotaan. 4. Pembatasan pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perkotaan di kemampuan pengembangan rendah, sehingga dapat mengalihkan rencana pengembangan permukiman perkotaan ke kemampuan pengembangan sedang dan tinggi. 5. Arahan pengubahan penggunaan lahan untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pesawaran terdapat pada Tabel 3 dan Gambar 6. Arahan penggubahan penggunaan lahan ini didasarkan pada kesesuaian lahan hasil analisis memperhatikan penggunaan lahan yang ada sekarang dan rencana kawasan permukiman perkotaan, sebagai berikut ini : Penggunaan lahan eksisiting berupa belukar seluas 52 ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka sesuai untuk dapat dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Tersebar di Kecamatan Padang Cermin. Penggunaan lahan eksisiting berupa hutan seluas ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka tidak sesuai dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan dan arahannya hutan tetap dipertahankan dengan membatasi perkembangan kawasan perkotaan disekitar hutan. Tersebar di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Gedongtataan dan Kecamatan Padang Cermin. Penggunaan lahan eksisiting berupa permukiman seluas ha, sedangkan pada rencana pemanfaatan lahan RTRW akan perkotaan maka sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Tegineneng. Penggunaan lahan eksisiting berupa perkebunan seluas ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Tegineneng. Penggunaan lahan eksisiting berupa rawa seluas 227 ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka tidak sesuai dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan dan arahannya rawa tetap dipertahankan. Tersebar di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Tegineneng. Penggunaan lahan eksisiting berupa sawah seluas 954 ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka tidak sesuai dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan dan arahannya sawah tetap dipertahankan dengan membatasi perkembangan kawasan permukiman perkotaan disekitarnya. Tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Tegineneng. Penggunaan lahan eksisiting berupa tambak seluas 12 ha, sedangkan pada rencana perkotaan maka sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Tersebar di Kecamatan Padang Cermin. Penggunaan lahan eksisiting berupa tegalan/ladang seluas ha, sedangkan pada rencana pemanfaatan lahan RTRW Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 6

7 akan perkotaan maka sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan. Tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Tegineneng. Tabel 3 Arahan Pengubahan Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemampuan Pengembangan Tinggi dan Sedang Di Kabupaten Pesawaran Penggunaan Lahan Eksisting Belukar Hutan Perkebunan Pasir Pantai Rawa Sawah Tambak Tegalan/ Ladang RTRW Kabupaten Pesawaran Tingkat Kesesuaian Lahan Tidak Tidak Tidak Tidak Arahan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Sumber : Hasil Analisis, Tahun Keterangan : Dipertahankan : Guna lahan saat ini tetap dipertahankan dengan membatasi perkembangannya. : Guna lahan saat ini dapat dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Gambar 6 Peta Saran Pengembangan DAFTAR PUSTAKA [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran Tahun Kabupaten Pesawaran. [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Pesawaran No. 4 Tahun 2012 Tentang Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran Tahun Kabupaten Pesawaran. [Dep PU] Departemen Pekerjaan Umum Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Tata Ruang. Jakarta. Keputusan Presiden No. 32 Tahun Pengelolaan Lindung. Jakarta. Laiko. Firman Pengembangan Berdasarkan Aspek Kemampuan Lahan Pada Satuan Wilayah Pengembangan I Kabupaten Gorontalo. Tesis. Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. Semarang. RIWAYAT PENULIS 1. Yulianti Samsidar, ST., Alumni (Tahun 2013) Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pakuan. 2. DR. Ir. Indarti Komala Dewi, M.Si., Staf Dosen Program Studi Perencanaan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 7

8 Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Unpak Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 8

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN ASPEK KEMAMPUAN LAHAN PADA SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN I KABUPATEN GORONTALO

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN ASPEK KEMAMPUAN LAHAN PADA SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN I KABUPATEN GORONTALO PENGEMBANGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN ASPEK KEMAMPUAN LAHAN PADA SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN I KABUPATEN GORONTALO RINGKASAN TESIS Oleh : FIRMAN LAIKO L4D 008 094 Pembimbing : Wido Prananing Tyas, ST, MDP

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii iv viii x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Isu Strategis dan Rumusan Masalah... 4 1.2.1 Isu

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: HENDRA WIJAYA L2D 307 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan wilayah yang didominasi oleh permukiman, perdagangan, dan jasa. Perkembangan dan pertumbuhan fisik suatu kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk,

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Asmirawati Staf Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba asmira_st@gmail.com ABSTRAK Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,

Lebih terperinci

sendiri sesuai dengan tujuan otonomi daerah.

sendiri sesuai dengan tujuan otonomi daerah. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Administrasi negara sebagai salah satu cabang ilmu yang membahas tentang tiga elemen penting kehidupan bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN PERUMAHAN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjabaran analisis berikut :

BAB IV ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN PERUMAHAN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjabaran analisis berikut : BAB IV ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN PERUMAHAN Penelitian mengenai analisis daya dukung dan daya tampung terkait kebutuhan perumahan di Kota Cimahi dilakukan dengan tujuan mengetahui daya

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI Yunan Maulana 1, Janthy T. Hidajat. 2, Noordin Fadholie. 3 ABSTRAK Wilayah pengembangan merupakan bagian-bagian wilayah yang

Lebih terperinci

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR Oleh: TAUFIQURROHMAN L2D 004 355 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 KESESUAIAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN ANALISIS DAYA DUKUNG AIR

BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN ANALISIS DAYA DUKUNG AIR BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN ANALISIS DAYA DUKUNG AIR 4.1 Analisis Kemampuan Lahan Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan lahan untuk dapat mendukung upaya pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan dalam hal

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian 20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah harus dipandang sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya ruang agar sesuai dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No.5 Tahun 1960). Penataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No 28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG PADA KORIDOR JL. LANGKO PEJANGGIK SELAPARANG DITINJAU TERHADAP RTRW KOTA MATARAM Oleh : Eliza Ruwaidah Dosen tetap Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Cipanas berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI...

BAB II TINJAUAN TEORI... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan dan Sasaran...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan & Sasaran... 3 1.3.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan mendasar manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari demi kelangsungan hidup manusia. Perumahan dan permukiman mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah , I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan

Lebih terperinci

EVALUASI LAHAN UNTUK KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH

EVALUASI LAHAN UNTUK KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH EVALUASI LAHAN UNTUK KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO Iqbal L. Sungkar 1, Rieneke L.E Sela ST.MT 2 & Dr.Ir. Linda Tondobala, DEA 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan 230 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Wilayah Kecamatan Nglipar mempunyai morfologi yang beragam mulai dataran, perbukitan berelief sedang sampai dengan pegunungan sangat curam yang berpotensi

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telukjambe Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telukjambe Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan wilayah yang didominasi oleh permukiman, perdagangan, dan jasa. Perkembangan dan pertumbuhan fisik suatu kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISI PRAKATA... v DAFTAR ISI..... vi DAFTAR TABEL..... iiv DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran... 5 1.4 Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D

Lebih terperinci

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011 IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota didefinisikan sebagai living systems yang dibentuk dan dipengaruhi oleh interaksi manusia terhadap lingkungannya (Castells dalam Leitmann; 28: 1999). Pada dasarnya

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Analisis Geospasial Persebaran TPS dan TPA di Kabupaten Batang Menggunakan Sistem Informasi Geografis Mufti Yudiya Marantika, Sawitri Subiyanto, Hani ah *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o 40 30 LS-6 o 46 30 LS dan 106

Lebih terperinci

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Perikanan di Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Perikanan di Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Perikanan di Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng Fadhil Surur Laboratorium Keahlian Perencanaan Tata Ruang Pesisir dan Kepulauan, Jurusan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Maksud dan Tujuan... 5 1.4 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI

ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI Nur Afni Dosen Jurusan Teknik PWK, UIN Alauddin Makassar nurafnie_pwk07@yahoo.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai Timur dan Pantai Barat. Salah satu wilayah pesisir pantai timur Sumatera Utara adalah Kota Medan.

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN DI KAWASAN WANEA KOTA MANADO LAND CAPABILITY CLASSIFICATION IN WANEA SUB-DISTRICT OF MANADO CITY

KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN DI KAWASAN WANEA KOTA MANADO LAND CAPABILITY CLASSIFICATION IN WANEA SUB-DISTRICT OF MANADO CITY KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN DI KAWASAN WANEA KOTA MANADO LAND CAPABILITY CLASSIFICATION IN WANEA SUB-DISTRICT OF MANADO CITY Dr. Ir. Veronica A. Kumurur, M.Si Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan 27 METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain luas ruang sifatnya

Lebih terperinci

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³ KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN PADA KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG BERAPI DI KOTA TOMOHON Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³ ¹Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik

Lebih terperinci

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Tujuan... 1.3. Kerangka Pikir Studi... BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 2.1. Perencanaan Lanskap... 2.2. Gempa Bumi...

Lebih terperinci

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. C6 Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. Lumajang) Zahra Rahma Larasati, Teguh Hariyanto, Akbar Kurniawan Departemen

Lebih terperinci

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Untuk Menentukan Intensitas Pemanfaatan Ruang

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Untuk Menentukan Intensitas Pemanfaatan Ruang Lampiran 5. Contoh Perhitungan Untuk Menentukan Intensitas Pemanfaatan Ruang I. Penentuan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) KDB adalah perbandingan antara luas bangunan dengan luas lahan. Nilai KDB di suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL , Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume, Issue : () ISSN ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL Dzati Utomo

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN)

HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN) HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN) Sri Rezeki Mokodompit 1, Ir. Sonny Tilaar MSi², & Raymond

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi dengan alam sekelilingnya atau lingkungannya. Seiring dengan perkembangan zaman,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 D. Manfaat...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON 110 BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON Pada Bab ini dilakukan analisis data-data yang telah diperoleh. Untuk mempermudah proses analisis secara keseluruhan, dapat

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdesaan (rural) didefenisikan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI OPAK HULU Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam menggunakan data penelitiannya (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Handayani (2010), metode

Lebih terperinci

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung 50 BAB VI SINTESIS Untuk menetapkan zonasi perencanaan tapak diterapkan teori Marsh (2005) tentang penataan ruang pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang membagi tapak menjadi tiga satuan lahan, yaitu Satuan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Sabua Vol.7, No.1: 383 388, Maret 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Verry Lahamendu Staf Pengajar JurusanArsitektur,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsoran adalah salah satu jenis bencana yang sering dijumpai di Indonesia, baik skala kecil maupun besar. Upaya penanggulangan longsoran biasanya dilakukan setelah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG I. UMUM Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah ± 37.735,15 km 2 dengan

Lebih terperinci

BAB IV. Kajian Analisis

BAB IV. Kajian Analisis 97 BAB IV KAJIAN BAB IV ANALISIS Kajian Analisis 4.1 Analisis Karakteristik Kawasan Pesisir 4.1.1 Karakteristik Kebijakan Kawasan Pesisir 4.1.1.1 Keterkaitan Kebijakan Pemanfaatan Ruang/Peraturan Zonasi,

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 3 PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data dan langkah-langkah pengolahan datanya. Data yang digunakan meliputi karakteristik data land use dan land cover tahun 2005 dan tahun 2010.

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW

VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW 232 VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW 6.1.1 Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW Dengan menggabungkan hasil simulasi model, Multi Dimensional Scaling dan Analytical

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kabupaten Cianjur Berdasarkan hasil proses klasifikasi dari Landsat-5 TM areal studi tahun 2007, maka diperoleh 10 kelas penutupan lahan yang terdiri dari:

Lebih terperinci

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh 1 Hairul Basri, 2 Syahrul, 3,4 *Rudi Fadhli 1 Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah

Lebih terperinci

ANALISIS EVALUASI FUNGSI KAWASAN DENGAN KONDISI LAHAN EXISTING DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. Nur Andy Baharudin

ANALISIS EVALUASI FUNGSI KAWASAN DENGAN KONDISI LAHAN EXISTING DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. Nur Andy Baharudin ANALISIS EVALUASI FUNGSI KAWASAN DENGAN KONDISI LAHAN EXISTING DAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. Nur Andy Baharudin Abstrak : Penelitian ini bertujuan menganalisis data spasial

Lebih terperinci