IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil kajian tahun 2010 Buku Putih Kota Depok tentang Sanitasi bahwa terdapat lokasi kawasan kumuh yang tersebar di 20 kelurahan berada di wilayah padat yang telah lebih dulu berkembang, dan sebagian lainnya di wilayah yang tidak begitu padat namun relatif rendah ketersediaan sarana dan prasarananya. Kawasan kumuh tersebut melihat kami permukiman padat yang sudah berkembang dari tahun ke tahun tidak ada perubahan. Tujuan adalah Mengidentifikasi kondisi eksisting permukiman di RW 13 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas di Kota Depok kriteria Permukiman Kumuh. Buku Putih tentang sanitasi Kota Depok dalam Kawasan Kumuh terdapat di RT 03, 04, 05, 08, 10, 11 dan 13 yang terkait dalam penelitian ini. Analisa yang digunakan dalam penelitan ini menggunakan analisa kuantitatif dan analisa kualintatif. Hasil penelitian antara lain adalah kondisi eksiting kawasan permukiman kumuh sangat kurang layak huni dari itu muncul permasalahan di kawasan permukiman kumuh di pinggiran setu dan sepanjang rel kereta api, terdapat bangunan semi permanen dan tidak permanen sebagai tempat tinggal dengan status kepemilikan lahan milik negara dan hak guna bangunan, keadaan sarana dan prasana terbatas, sanitasi yang kurang memadai, kepadatan penduduk yang semakin berkembang dan sekaligus menambah jumlah penduduk yang semakin tinggi serta tingkat pendidikan yang rendah. Kata kunci : Permukiman, Kumuh, Kepadatan Bangunan, Kepadatan, Kepemilikan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kota di Indonesia yang umumnya berkembang pesat dan berfungsi sebagai pusat kegiatan dengan penyediaan layanan primer maupun sekunder, telah mengundang penduduk dari daerah lain mapun pedesaan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di pusat-pusat kegiatan. Perpindahan pusat-pusat kegiatan ini mengakibatkan halhal sebagai berikut : 1. Terjadinya pertambahan penduduk yang lebih pesat di banding kemampuan pemerintah dalam menyediakan hunian serta layanan primer lainnya. 2. Tumbuhnya kawasan permukiman yang kurang layak huni, bahkan yang terjadi pada berbagai kota cenderung berkembang menjadi kumuh dan tidak sesuai lagi dengan standar lingkungan permukiman yang sehat. 3. Di kota-kota yang menunjukan tingkat dominasi yang tinggi, penguasaan lahan oleh sekelompok penduduk secara tidak legal juga cukup tinggi. Lahan berkembang cepat menjadi hunian sementara yang kumuh dan seringkali bukan pada peruntukan permukiman dalam Rencana Umum Tata Ruang. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan kawasan permukiman. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis dan non teknis. Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standard yang berlaku, baik standard kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka hijau, serta Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 1

2 kelengkapan fasilitas lainnya. Kota Depok telah memiliki data lokasi kawasan kumuh hasil kajian rencana induk penataan kawasan kumuh tahun Dari teridentifikasi kawasan kumuh yang tersebar di 20 kelurahan. Sebagian kawasan tersebut berada di wilayah padat yang telah lebih dulu berkembang, sedangkan sebagian lainnya di wilayah yang tidak begitu padat namun relatif rendah ketersediaan sarana dan prasarananya. Menurut isu yang berkembang di Kelurahan Depok permasalahan Infrastruktur jalan masih semi permanen, belum adanya tempat pembuangan sampah di perkarangan rumah/ titik lapangan kebiasaan, saluran drainase masih belum tertata dengan baik, kurang tersedianya MCK, mayoritas rumah semi permanen, mayoritas masyarakat menggunakan air tanah. Dari data potensi desa 2008 di wilayah ini terdapat satu lokasi kawasan kumuh dengan 40 kepala keluarga miskin dan 55 bangunan non permanen. lokasi kawasan RW 13 bagi menjadi RT 03, 04, 05, 08, 10, 11 dan 13 Tingginya kepadatan penduduk tersebut dapat menjadi pendorong munculnya permukiman kumuh di Kelurahan Depok dan berujung pada kebutuhan akan hunian yang tinggi dan layak huni, yang kemudian dalam penelitian ini dikhususkan di RW 13 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: Identifikasi kondisi eksisting Permukiman kumuh terdapat di RT 03, 04, 05, 08, 10, 11 dan 13 di RW 13 Kelurahan Depok kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Berdasarkan Kriteia Buku Putih Kota Depok tentang Sanitasi. 2. LANDASAN TEORI Sadana S. Agus, (2014), Kampung kota merupakan suatu bentuk permukiman wilayah kota dengan ciri-ciri sebagai berikut : - Penduduknya masih membawa sifat dan perilaku kehidupan pedesaan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat. - Kondisi fisik bangunan dan lingkungan kurang baik dan tidak beraturan. - Kerapatan bangunan dan penduduk tinggi - Sarana pelayanan dasar serba kurang, seperti air bersih, saluran air limbah dan air hujan, pembuangan sampah dan lainnya. Hutapea (2012) mendefinisikan permukiman kumuh dengan indikator : - Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang per Ha), - Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah, - Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya di bawah standar, - Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan, - Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diatur perundang undangan yang berlaku. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah yang berisi tentang wilayah studi dari penelitian yang akan dilakukan, sedangkan ruang lingkup materi merupakan penjelasan mengenai batas dari aspek kajian-kajian dalam penelitian ini. Di RW 13 Kelurahan Depok memiliki luas wilayah ha. Lingkup wilayah yang terletak di RW 13 memiliki batas wilayah secara administratif lokasi studi memiliki batas administrasi sebagai berikut : Utara: berbatasan dengan RW 20 Kelurahan Depok, Selatan : berbatasan dengan RW 14 Kelurahan Depok Jaya, Timur :berbatasan dengan RW 14 Kelurahan Depok, Barat :berbatasan dengan RW 11 Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 2

3 3.4. Metode Analisis Metode Deskriptif merupakan metode untuk mendukung proses pengerjaan penulisan lebih terarah dengan pembahasan meliputi kondisi eksisting, pendapat masyarakat, jenis bangunan, sarana dan prasarana,status kepemilikan lahan. Gambar 1 : Peta Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Gambar 2 : Peta RW 13 Kelurahan Depok Wilayah Studi 3.2. Lingkup Materi Lingkup materi penelitian meliputi mengidentifikasi kekumuhan suatu kawasan permukiman menggunakan kriteria dari beberapa ahli yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya dan peneliti memilih dengan mempertimbangkan dengan kondisi bangunan di wilayah studi Metode Pengumpula Data Metode Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder berdasarkan kuisioner dan wawancara masyarakat dan kebijakankebijakan mengenai penataan kawasan Permukiman Kumuh di RW 13 Kelurahan Depok, khususnya pada wilayah studi. 1. Data Primer Data primer didapatkan melalui metode observasi lapangan dan pengambilan sampel malalui kuisioner kepada masyarakat. 2. Data Sekunder Data sekunder didapatkan melalui studi literatur dengan berbagai referensi dan survey instansi untuk mendapatkan data peraturan dan pedoman pelaksanaan instansi terkait dengan ruang lingkup penelitian. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Sanitasi dan Pasokan Air Bersih di RW 13 A. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 03 Kondisi eksisting sanitasi yang terdapat di RT 03 kondisinya sangat layak tiap rumah sedangkan rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum yang campur dengan orang kondisi kurang layak. Pasokan air bersih rumah pribadi mengunakan PDAM dan rumah kontrakan menggunakan baik air. Hasil wawancara di RT 03 bahwa sanitasi rumah pribadi memiliki sanitasi sendiri layak sedangkan yang rumah kontrakan memiliki sanitasi bersama dipakai per kepala keluarga dengan kondisi kurang layak. Pasokan air bersih di RT 03 di tiap rumah memiliki PDAM sedangkan masyarakat tinggal di kontrakan memiliki pasokan air bersih menggunakan sumur air tanah. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut : Gambar 3 (1): Sanitasi Kontrakan (2): Air PDAM B. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 04 Kondisi eksisting sanitasi yang terdapat di RT 04 kondisi sangat layak di tiap rumah sedangkan rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum kondisi kurang layak. Pasokan air bersih yang mengunakan sumur air pompa di rumah pribadi. Hasil wawancara kondisi di RT 04 bahwa sanitasi rumah pribadi mempunyai sanitasi sendiri sedangkan yang rumah kontrakan memiliki sanitasi umum kondisi kurang layak. Pasokan air bersih di RT 04 hasil Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 3

4 wawancara bahwa di rumah pribadi memiliki pasokan air bersih di tiap rumahnya menggunakan sumur air pompa sedangkan rumah kontrakan menggunakan sumur air tanah. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut : keluarga. Pasokan air bersih di RT 08 rata rata mengunakan air sumur pompa yang di bak penampungan air digunakan di tiap rumah kontrakan untuk kebutuhan sehari hari. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut: Gambar 4 (1): Sanitasi Kontrakan (2): Sumur Air Tanah C. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 05 Kondisi eksisting sanitasi yang terdapat di RT 05 kondisi layak di tiap rumah memiliki sanitasi sendiri sedangkan rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum digunakan bersama. Pasokan air yang rumah pribadi mengunakan air PDAM sedangkan rumah kontrakan menggunakan sumur pompa. Hasil wawancara kondisi di RT 05 bahwa sanitasi di tiap rumah mempunyai sanitasi pribadi dan rumah kontrakan menggunakan sanitasi bersama dan masyarakat membuat sanitasi alami. Pasokan air bersih menggunakan air tanah menggunakan bak penampungan yang tinggal di kontrakan dan ada juga yang menggunakan PDAM di tiap rumah pribadi. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut: Gambar 6 (1): Sanitasi umum di rumah kontrakan (2): Air bersih menggunakan sumur pompa E. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 10 Kondisi eksisting sanitasi yang terdapat di RT 10 sangat layak tiap rumah pribadi memiliki sanitasi sendiri dan rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum yang campur dengan orang. Pasokan air bersih rumah pribadi yang mengunakan sumur pompa air. Hasil wawancara kondisi di RT 10 bahwa sanitasi di rumah pribadi mempunyai sanitasi sendiri dan rumah kontrakan menggunakan sanitasi umum. Pasokan air bersih di mengunakan air sumur pompa digunakan di tiap rumah, rumah kontrakan menggunakan sumur pompa. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut: Gambar 5 (1): Sanitasi alami pinggiran setu (2): Air bersih menggunakan sumur pompa D. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 08 Kondisi eksisting sanitasi yang terdapat di RT 08 kondisi sangat layak tiap rumah pribadi memiliki sanitasi sendiri dan rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum kondisinya sangat tidak layak. Pasokan air bersih rata - rata ada yang yang mengunakan air pribadi menggunakan sumur pompa. Hasil wawancara kondisi di RT 08 bahwa sanitasi di tempat tinggalnya mempunyai sanitasi sendiri dan ada juga sanitasi umum gabung dengan per kepala Gambar 7 (1): Sanitasi umum di rumah kontrakan (2): Air bersih menggunakan sumur pompa F. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 11 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 11 kondisi sanitasi sangat bagus tiap rumah pribadi memiliki sanitasi sendiri dan ada juga rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum yang campur dengan orang. Pasokan air bersih rata - rata ada yang yang mengunakan air pribadi menggunakan sumur pompa. Hasil wawancara kondisi di RT 11 bahwa sanitasi di tempat tinggalnya mempunyai Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 4

5 sanitasi sendiri dan ada juga sanitasi umum gabung dengan per kepala keluarga, sanitasi ada di luar kontrakan. Pasokan air bersih di RT 11 rata rata mengunakan air sumur pompa yang di bak penampungan air digunakan di tiap rumah kontrakan untuk kebutuhan sehari hari. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut: Gambar 8 (1): Sanitasi umum di rumah kontrakan (2): Air bersih menggunakan sumur pompa G. Kondisi Eksisting Sanitasi dan Pasokan Air Bersih Di RT 13 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 13 kondisi sanitasi sangat bagus tiap rumah pribadi memiliki sanitasi sendiri dan ada juga rumah kontrakan yang memiliki sanitasi umum yang campur dengan orang. Pasokan air bersih rata - rata ada yang yang mengunakan air pribadi menggunakan sumur pompa. Hasil wawancara kondisi di RT 13 bahwa sanitasi di tempat tinggalnya mempunyai sanitasi sendiri dan ada juga sanitasi umum gabung dengan per kepala keluarga, sanitasi ada di luar kontrakan. Pasokan air bersih di RT 13 rata rata mengunakan air sumur pompa yang di bak penampungan air digunakan di tiap rumah kontrakan untuk kebutuhan sehari hari. Untuk mengetahui sanitasi dan pasokan air tanah dapat dilihat pada Gambar 9 sebagai berikut : A. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 03 Kondisi eksisting kualitas rumah semi permanen yang terdapat di RT 03 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 03 tidak ada rumah semi permanen tetapi kondisi disana rumahnya sangat rapat jarak antar rumah jaraknya satu meter dengan rumah lainnya. Hasil wawancara kondisi di RT 03 bahwa kondisi rumah semi permanen tidak ada di tempat tinggalnya tetapi kondisi lainnya. Untuk kebutuhan sehari hari. Untuk mengetahui kualitas rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 10 sebagai berikut: Gambar 10 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah pribadi B. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 04 Kondisi eksisting kualitas rumah semi permanen yang terdapat di RT 04 kondisi rumah semi permanen yang ada rumah di RT 04 rumah terbuat dari kayu dan beton rumahnya sangat rapat jarak antar rumah jaraknya satu meter dengan rumah lainnya hanya kondisi kurang layak huni. Hasil wawancara kondisi di RT 04 bahwa kondisi rumah semi permanen kualitas rumah tidak layak. Untuk mengetahui kualitas rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 11 sebagai berikut: Gambar 9 (1): Sanitasi umum di rumah kontrakan (2): Air bersih menggunakan sumur pompa 4.2 Kondisi Kondisi Kualitas Rumah Semi Permanen di RW 13 Gambar 11 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah pribadi B. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 05 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 05 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 05 rumah semi permanen tetapi kondisi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 5

6 lainnya. Kondisi rumah di RT 05 rumah terbuat dari kayu dan beton hanya kondisi. Hasil wawancara kondisi di RT 05 bahwa kondisi rumah semi permanen sirkulasi udara tidak masuk kerumah sehingga di dalam rumah panas. Untuk mengetahui Kondisi rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 12 sebagai berikut: Gambar 12 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah kontrakan C. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 08 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 08 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 08 rumah semi permanen tetapi kondisi lainnya. Kondisi rumah di RT 08 rumah terbuat dari kayu dan beton. Hasil wawancara kondisi di RT 08 bahwa kondisi rumah semi permanen sirkulasi udara tidak masuk kerumah sehingga di dalam rumah panas.. Untuk mengetahui Kondisi rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 13 sebagai berikut: (1) (2) Gambar 13 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah kontrakan D. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 10 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 10 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 10 rumah semi permanen tetapi kondisi lainnya, Kondisi rumah di RT 10 rumah terbuat dari kayu dan beton. Hasil wawancara kondisi di RT 10 bahwa kondisi rumah semi permanen sirkulasi udara tidak masuk kerumah sehingga di dalam rumah panas. Kondisi lingkungan di RT 10 tempat tinggalnya kondisi tidak bersih di sekitar rumahnya sehingga masyarakat hidup tidak sehat karena masih membuang sampah di sekitar rumahnya dengan cara di bakar. Lokasi di RT 10 terletak dekat tower telepon dekat dengan sepanjang rel kereta api. Salah satu faktor sistem drainase tidak lancar dapat menimbulkan banjir tidak ada bantuan dari pemerintah untuk perbaikan di sekitar sepanjang rel kereta api baik rumah warga maupun saluran drainase. Untuk mengetahui Kondisi rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 14 sebagai berikut: Gambar 14 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah kontrakan E. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 11 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 11 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 11 rumah semi permanen tetapi kondisi lainnya. Kondisi rumah di RT 11 rumah terbuat dari kayu dan beton. Hasil wawancara kondisi di RT 11 bahwa kondisi rumah semi permanen sirkulasi udara tidak masuk kerumah sehingga di dalam rumah panas Untuk mengetahui Kondisi rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 16 sebagai berikut: Gambar 16 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah kontrakan F. Kondisi Eksisting Kualitas Rumah Semi Permanen Di RT 13 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 13 kondisi rumah semi permanen yang ada di RT 13 rumah semi permanen tetapi kondisi lainnya. Kondisi rumah di RT 13 rumah terbuat dari kayu dan beton hanya kondisi kurang layak huni. Hasil wawancara kondisi di RT 13 bahwa kondisi rumah semi permanen sirkulasi udara tidak masuk Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 6

7 kerumah sehingga di dalam rumah panas. Lokasi di RT 13 yang terletak dekat dengan sepanjang rel kereta api. Salah satu faktor tidak ada bantuan dari pemerintah untuk perbaikan di sekitar sepanjang rel kereta api baik rumah warga. Untuk mengetahui Kondisi rumah semi permanen dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18 peta sebaran jenis bangunan sebagai berikut: Gambar 17 (1): Kondisi rumah kontrakan (2): kondisi rumah kontrakan B. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 04 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 04 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor dan ada juga jalannya berupa jalan tanah yang lokasinya dengan setu. Hasil wawancara kondisi di RT 04 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian dan ada juga jalannya masih tanah disekitar setu kalo hujan banjir sekitar setu masuk ke rumah akibat saluran drainase yang buruk.. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 19 sebagai berikut : 4.3 Kondisi Eksisting Kondisi jalan di RW 13 A. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 03 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 03 jarak antar rumah jaraknya satu meter dengan rumah lainnya. Kondisi jalannya beton hanya bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor. Hasil wawancara kondisi di RT 03 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya mempunyai jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian. Kondisi kesehatan di RT 03 hasil wawancara bahwa di tempat tinggalnya kondisi sangat bersih di sekitar rumahnya sehingga masyarakat hidup sehat pola sirkulasi udara sangat bagus dan cahaya matahari masuk kerumah dan tidak ada sampah di sekitar tempat tinggal. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 18 sebagai berikut: Gambar 19 (1): kondisi jalan di gang H. Ita1 (2): kondisi jalan di RT 03 C. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 05 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 05 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor dan ada juga jalannya berupa jalan tanah yang lokasinya dengan setu. Hasil wawancara kondisi di RT 05 bahwa Kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian dan ada juga jalannya masih tanah disekitar setu kalo hujan banjir sekitar setu masuk ke rumah akibat saluran drainase yang buruk. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 20 sebagai berikut : (1) (2) Gambar 18 (1): kondisi jalan di gang H. Ita1 (2): kondisi jalan di RT 03 Gambar 20 (1): kondisi jalan di gang melati 6 (2): kondisi jalan di gang masjid 3 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 7

8 D. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 08 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 08 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor yang lokasinya dengan sepanjang rel kereta api. Kondisi kesehatan yang ada sangat kurang sadar agar kesehatan karena masih membuang sampah sembarang dengan cara di bakar lokasinya sepanjang rel kereta api di sekitar rumahnya. Hasil wawancara kondisi di RT 08 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian.untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 21 sebagai berikut: F. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 11 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 11 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor dan ada juga jalannya berupa jalan tanah yang lokasinya dengan sepanjang rel kereta api. Hasil wawancara kondisi di RT 11 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian dan ada juga jalannya masih tanah disekitar sepanjang rel kereta api kalo hujan banjir sekitar sepanjang rel kereta api masuk ke rumah akibat saluran drainase yang buruk. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 23 sebagai berikut : (1) (2) Gambar 21 (1): kondisi jalan di gang melati 6 (2): kondisi jalan di gang masjid 3 E. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 10 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 10 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor yang lokasinya dengan sepanjang rel kereta api. Hasil wawancara kondisi di RT 10 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian dan kalo hujan banjir sekitar masuk ke rumah akibat saluran drainase yang buruk. Lokasi di RT 10 terletak dekat tower telepon dekat dengan sepanjang rel kereta api. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 22 sebagai berikut : (1) (2) Gambar 22 (1): kondisi jalan di gang mawar 1 (2): kondisi jalan di gang mawar 2 (1) (2) Gambar 23 (1): kondisi jalan di gang mawar 2 (2): kondisi jalan kampung lio 3 G. Kondisi Eksisting Kondisi jalan Di RT 13 Kondisi eksisting yang terdapat di RT 13 bisa dilalui oleh kendaraan sepeda motor lokasinya dengan sepanjang rel kereta api. Hasil wawancara kondisi di RT 13 bahwa kondisi jalan di tempat tinggalnya ada jalannya beton jalan yang bagus akses jalan yang sempit sehingga yang keluar masuk kendaraan sepeda motor secara bergantian sepanjang rel kereta api. Untuk mengetahui Kondisi Jalan dapat dilihat pada Gambar 24 sebagai berikut : Gambar 24 (1): kondisi jalan di gang mawar 2 (2): kondisi jalan gang mawar Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana di RW 13 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 8

9 A. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 03 Kondisi eksisting terdapat di RT 03 yang memiliki sarana air bersih yang terdapat rumah petak di gunakan sehari hari untuk mandi cuci kaskus dan kondisi jalan beton hanya bisa dilalui oleh roda empat dan roda dua. Kondisi saluran drainase sangat tertata rapih tidak banjir sehingga masyarakat nyaman dengan kondisi yang ada. Hasil wawancara di RT 03 bahwa sarana dan prasarana sarana dan prasarana yang ada sangat cukup dapat dinikmati oleh warga sudah terlayani oleh RT yang di berikan bantuan kepada pemerintah seperti bantuan gerobak sampah, perbaikan saluran drainase, sarana air bersih yang bisa digunakan warga sekitar ada manfaat bisa digunakan sebaik baiknya. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 25 sebagai berikut : Gambar 25 (1): air bersih sumur pompa di bak penampungan air (2): kondisi jalan gang H. Ita 2 B. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 04 Kondisi eksisting terdapat di RT 04 yang memiliki sarana dan prasarana. Sarana pendidikan berupa Sekolah Dasar yang digunakan masyarakat untuk sehari hari, sarana peribadatan biasa digunakan masyarakat beribadah setiap hari. Hasil wawancara di RT 04 bahwa sarana dan prasarana sarana dan prasarana yang ada belum dapat dinikmati oleh warga karena tidak dapat bantuan kepada pemerintah seperti bantuan gerobak sampah, perbaikan saluran drainase, sarana air bersih. Untuk mengetahui sarana dan prasarana dapat dilihat pada Gambar 26 sebagai berikut : C. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 05 Kondisi eksisting terdapat di RT 05 yang memiliki sarana dan prasarana. Sarana persampahan kondisi persampahan sangat buruk sehingga keluar jalan, Tempat Pembuangan Sampah keliling yang mau membuang sampah sehari-hari, kondisi jalan sempit hanya bisa dilalui roda dua Hanya jarak satu meter dekat rumah tetangga. Hasil wawancara di RT 05 bahwa sarana dan prasarana sarana dan prasarana yang ada belum dapat dinikmati oleh warga karena tidak dapat bantuan kepada pemerintah seperti bantuan perbaikan saluran drainase, sarana air bersih. Disebabkan pemerintah kurang menyediakan fasilitas yang masyarakat ada yang mendapatkan bantuan dari pemerintah dan ada yang tidak mendapatkan bantuan pemerintah karena tidak merata memberikan fasilitas yang ada. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 27 sebagai berikut : Gambar 27 (1): sarana persampahan (2): sarana TPS keliling D. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 08 Kondisi eksisting terdapat di RT 08 yang memiliki sarana dan prasarana. Kondisi prasarana jalan bisa dilalui oleh roda dua dan roda empat kondisi jalan beton dan tidak ada saluran drainase, kondisi MCK yang buruk karena rusak sehinga tidak bisa di pakai satu kamar mandi. Hasil wawancara masyarakat di RT 08 perlu ada perbaikan seperti MCK, saluran drainase supaya masyarakat bisa menggunakan fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 28 sebagai berikut: Gambar 26 (1): SDN 1 lio (2): sarana peribadatan Gambar 28 (1): Prasarana jalan (2): sarana MCK Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 9

10 E. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 10 Kondisi eksisting terdapat di RT 10 yang memiliki sarana dan prasarana. Kondisi prasarana jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua jarak 1 meter dari rumah tetangga kondisi jalan menggunakan beton, sarana air bersih yang biasa digunakan masyarakat sehari hari untuk mandi dan mencuci sangat mencukupi untuk menggunakan air bersih. Hasil wawancara masyarakat di RT 10 perlu ada perbaikan seperti MCK, saluran drainase supaya masyarakat bisa menggunakan fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 29 sebagai berikut : Gambar 29 (1): Prasarana jalan (2): sarana air bersih F. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 11 Kondisi eksisting terdapat di RT 11 yang memiliki sarana dan prasarana. Sarana persampahan berupa TPS Keliling masyarakat bisa membuang sampah di gerobak sampah, kondisi prasarana jalan bisa dilalui roda dua sempit jarak 1 meter dari rumah tetangga kondisi jalan menggunakan beton. kondisi drainase tidak dapat teraliri karena saluran mampet akibat membuang sampah sembarangan sehingga menimbulkan banjir. Hasil wawancara masyarakat di RT 11 perlu ada perbaikan seperti MCK, saluran drainase supaya masyarakat bisa menggunakan fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 30 sebagai berikut: Gambar 30 (1): Prasarana jalan (2): Kondisi drainase G. Kondisi Eksisting Ketersediaan Sarana dan Prasarana Di RT 13 Secara Kondisi eksisting terdapat di RT 13 yang memiliki sarana dan prasarana. sarana air bersih yang biasa digunakan masyarakat sehari hari untuk mandi dan mencuci air bersih di RT 13 sangat mencukupi, kondisi prasarana jalan yang bisa dilalui oleh roda dua jalannya jarak antar rumah tetangga 1 meter kondisi jalan menggunakan beton, kondisi jalan besar yang terdapat di RT 13 sepanjang rel kereta api yang menghubungkan stasiun depok. Hasil wawancara masyarakat di RT 11 perlu ada perbaikan seperti MCK, saluran drainase supaya masyarakat bisa menggunakan fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Gambar 31 dan Gambar 32 peta sebaran sarana dan prasarana sebagai berikut: Gambar 31 (1): sarana air bersih (2): prasarana jalan besar sepanjang rel kereta api 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi eksisting di RW 13 Kelurahan Depok dapat dikatakan kawasan kumuh yaitu kawasan sepanjang rel kereta api dan setu dengan menggunakan kriteria tentang sanitasi sebagai berikut : a. Kondisi sanitasi dan pasokan air bersih - Sanitasi yang pribadi kondisi sangat layak sedangkan sanitasi umum kondisi kurang terawat ada juga sanitasi alami yang langsung buang ke setu, pasokan air bersih Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 10

11 yang rumah pribadi ada yang menggunakan air PDAM terdapat di RT 03, 05, 13 dan ada yang menggunakan sumur pompa air di bak penampungan air terdapat di RT 04, 08, 10, 11. b. Kualitas rumah semi permanen - Kualitas rumah kondisi rumah terbuat dari kayu dan beton rumahnya usia sampai 5 tahun tidak tahan lama rata rata rumah kontrakan karena masyarakat yang berpenghasilan rendah mengontrak tanahnya milik pemerintah. sedangkan Kualitas rumah pribadi kondisi sangat layak dibandingkan rumah semi permanen yang kondisi sangat tidak layak. c. Kondisi jalan - Kondisi jalan di tiap RT 03, 04, 05, 08, 10, 11 dan 13 jarak antar rumah cuma satu meter dari rumah tetangga tidak bisa dilalui kendaraan roda empat sedangkan Kondisi Jalannya ada dari beton dan ada yang tanah sehingga hujan tanah cepat rusak sering di lewati, tidak ada perbaikan kondisi jalannya d. Kondisi Sarana dan Prasarana - Prasarana drainase sudah tertata ketika hujan tidak menyebabkan banjir yang terdapat di RT 03 dan RT 11, sedangkan di RT 04, 05, 08, 10 dan 13 kondisi drainase belum tertata sehingga dapat menimbulkan banjir ketika hujan, sedangkan Sarana persampahan ada yang teratur diangkut ke gerobak sampah ada yang tidak diangkut dengan cara membakar sampah. 5.2 Saran Saran dan rekomendasi dalam penelitian Identifikasi kawasan kumuh di RW 13 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok sebagai berikut: 1. Perlunya dilakukan perbaikan sarana dan prasarana supaya masyarakatnya mendapatkan fasilitas yang bagus di tiap RT 03, 04, 05, 08, 10, dan Adanya penataan kualitas rumah semi permanen supaya masyarakat mendapatkan rumah yang layak bagi masyarakat yang kurang layak di tiap RT 04, 05, 08, 10, dan Peningkatan kualitas sanitasi dan pasokan air bersih di RT 03, 04, 05, 08, 10, dan 13 di RW 13 Kelurahan Depok supaya masyarakat bisa digunakan sebaik- baiknya. 4. Perlu adanya perbaikan kondisi jalan lingkungan di di RT 03, 04, 05, 08, 10, 13 di RW 13 Kelurahan Depok dan peningkatan fasilitas persampahan supaya mendapatkan gerobak sampah yang belum terlayani dengan gerobak sampah. DAFTAR PUSTAKA Sadana, Agus S Tipe Tipe Manusia, Penerbit Graha Ilmu Universitas Pancasila, Jakarta Hutapea,2012, Denifisi permukiman Kumuh, Penerbit Graha Ilmu Universitas Pancasila, Jakarta, Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsipprinsip dasar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Budiyono, 2008, Ciri Ciri permukiman Kumuh, Penerbit Graha Ilmu Unversitas Trisakti, Jakarta [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok, Laporan Kajian Pemerintah Daerah Kota Depok Buku Putih Tentang Santitasi Tahun 2010, Depok PENULIS : 1. Bagus Ahmad Zulfikar, S.T. Alumni (2016) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak. 2. Ir. Lilis Sri Mulyawati, M.Si. Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak. 3. Dr. Ir. Umar Mansyur, MT. Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 11

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 43 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Umum Kelurahan Depok Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Depok Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Lurah bertanggung

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN Sabua Vol.7, No.2: 429-435 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MERAH KOTA BITUNG Gerald Mingki 1, Veronica Kumurur 2 & Esli

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016 Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS BAB 4 PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS Kawasan prioritas yang terpilih selanju Permukiman Kumuh Bandar Kidul yang kawasan sentra industri Bandar Kidul (C Kawasan Prioritas Pakalan-Jagalan (Kaw Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT Dalam bab ini menjelaskan tentang Analisis Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 1 TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT Oleh Ambarwati, D. Sugandi *), D. Sungkawa **) Departemen Pendidikan Geografi,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin meningkat dan tidak terkendali. Hal ini menyebabkan kebutuhan permukiman meningkat. Dengan kebutuhan permukiman yang meningkat,

Lebih terperinci

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok 1 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok Fachrul Irawan Ali dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.1: 199-206, Mei 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO Alfath S.N. Syaban 1, Sonny Tilaar

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

Lingkungan Permukiman

Lingkungan Permukiman 8 Lingkungan Permukiman Lingkungan permukiman adalah lingkungan buatan, bukan lingkungan alami. Lingkungan permukiman merupakan salah satu komponen pembentuk perkampungan / kota. Secara garis besar, lingkungan

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V akan diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil dan pembahasan pada penelitian yang telah dilakukan. Hasil dan pembahasan terdiri dari kondisi infrastruktur pada permukiman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-218 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Mia Ermawati dan Ema Umilia

Lebih terperinci

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN Kelayakan kawasan hunian salah satunya adalah tersedianya kebutuhan prasarana dan sarana permukiman yang mampu memenuhi kebutuhan penghuni didalamnya untuk melakukan aktivitas,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permukiman Kumuh Berdasarkan Dinas Tata Kota DKI tahun 1997 dalam Gusmaini (2012) dikatakan bahwa permukiman kumuh merupakan permukiman berpenghuni padat, kondisi sosial ekonomi

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Penulis : Mia Ermawati, dan Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB IV PANDUAN KONSEP BAB IV PANDUAN KONSEP 4.1. Visi Pembangunan Sesuai dengan visi desa Mekarsari yaitu Mewujudkan Masyarakat Desa Mekarsari yang sejahtera baik dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Maka dari itu visi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Dari hasil keselurusan analisa dan pembahasan untuk merumuskan arahan perbaikan lingkungan permukiman kumuh berdasarkan persepsi masyarkat di Kelurahan Tlogopojok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kelurahan Kapuk merupakan suatu wilayah dimana mengacu pada dokumen Direktori RW Kumuh 2011 dalam Evaluasi RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 adalah

Lebih terperinci

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis BAB I PENDAHULUAN 1.4. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan permasalahan klasik yang sejak lama telah berkembang di kota-kota besar. Walaupun demikian, permasalahan permukiman kumuh tetap menjadi

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan timbulnya masalah permukiman. Masalah permukiman lebih terasa di daerah perkotaan daripada di daerah perdesaan. Masalah perumukiman

Lebih terperinci

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Tambora yang merupakan salah satu dari dari 8 kecamatan yang berada di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat. Dengan luas

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS BAB 4 ANALISIS 4.1. Analisis Kondisi Fisik Tapak 4.1.1. Tinjauan Umum Kawasan Kawasan Kelurahan Lebak Siliwangi merupakan daerah yang diapit oleh dua buah jalan yaitu Jalan Cihampelas (di sebelah barat

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET 4.1 Analisis Deskriptif Beberapa Aspek Kawasan Sebelum masuk kepada analisis relevansi konsep penanganan permukiman

Lebih terperinci

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan Afif Bizrie Mardhanie Staff Pengajar Politeknik Negeri Samarinda Jurusan teknik Sipil fifa_yudhistira@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH 1 BAB I PENGANTAR Aturan bersama ini dibuat bersama oleh masyarakat dan pihak kelurahan dan selanjutnya semua pihak meneruskan aturan bersama ini kepada semua elemen masyarakat sehingga bisa diketahui

Lebih terperinci

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta 30 KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta Kota Jakarta sebagai ibukota negara merupakan kota yang dinamis. Setiap waktu fisik kota tampak berubah oleh kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kota seiring pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di pedesaan yang dilengkapi oleh sarana dan prasarana lingkungan yang mendukung kegiatan penduduknya. Seiring

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN Oleh : Akhmad Nasikhudin 3606100004 PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran

Lebih terperinci

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan Kota Jakarta dengan visi dan misi mewujudkan Ibu kota negara sejajar dengan kota-kota dinegara maju dan dihuni oleh masyarakat yang sejahtera. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, keadaan lingkungan telah menjadi permasalahan penting yang perlu diperhatikan. Polusi udara, tanah longsor, banjir, dan ketahanan sumber daya air menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu permasalahan yang umumnya terjadi di daerah perkotaan. Dampak langsung yang dihadapi oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa Hindia Belanda) yang pekerjanya sebagai pembantu pada keluarga-keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. masa Hindia Belanda) yang pekerjanya sebagai pembantu pada keluarga-keluarga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pengertian Kampung Kampung adalah kawasan yang ditinggali oleh masyarakat atau pribumi (pada masa Hindia Belanda) yang pekerjanya sebagai pembantu pada keluarga-keluarga

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C124 Arahan Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Kecamatan Kenjeran dengan Pendekatan Eco-Settlements Bayu Arifianto Muhammad dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU) PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1 STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH Raghanu Yudhaji 2014280001 Retno Kartika Sari 2014280003 Resty Juwita 2014280021 Antya Franika 2014280013 Aprido Pratama 2014280024 Khoirurozi Ramadhan G 2014280005

Lebih terperinci

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-240 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat Niken Fitria dan Rulli Pratiwi

Lebih terperinci

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah 01 Program Kota Tanpa Kumuh(KOTAKU) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang merupakan upaya

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Perencanaan pengembangan drainase di wilayah Kota Batam khususnya di Kecamatan Batam Kota sangatlah kompleks. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah kampung berasal dari bahasa Melayu, digunakan sebagai terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan. Istilah kampung sering dipakai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di DKI Jakarta bertambah tiap tahunnya. Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-125 Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya Rivina Yukeiko

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin C166 Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin Abi Syarwan Wimardana, dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

STUDI PASCAHUNI RSS BERDASARKAN TINJAUAN ASPEK KEPUASAN PENGHUNI DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: RSS CITRAMAS RAYA TIDAR)

STUDI PASCAHUNI RSS BERDASARKAN TINJAUAN ASPEK KEPUASAN PENGHUNI DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: RSS CITRAMAS RAYA TIDAR) Spectra Nomor 24 Volume XII Juli 2014: 64-71 STUDI PASCAHUNI RSS BERDASARKAN TINJAUAN ASPEK KEPUASAN PENGHUNI DI KOTA MALANG (STUDI KASUS: RSS CITRAMAS RAYA TIDAR) Titik Poerwati Tri Bhuana Tungga Dewi

Lebih terperinci

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) Pendahuluan Perkembangan Kota dapat mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk Permukiman

Lebih terperinci

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 63 BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 6.1 Pendahuluan Dampak Sosio-Ekologi Kampung Cikaret memiliki dua buah sungai yang mengaliri kawasan RW 01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK BAB. II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi KawasanPrioritas Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan komprehensif, sehingga upaya penanggulangan

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50) MUTU PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI BANJARMASIN Kurnia Widiastuti Jurusan Arsitektur Univ. Lambung Mangkurat Banjarmasin Abstrak Secara empiris daerah bantaran

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-191 Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso Sekar Ayu Advianty dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni Program

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK Kegiatan studi lapangan untuk kasus proyek ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan selama dalam pembuatan proyek dan juga untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh TEMU ILMIAH IPLI 206 Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Muhammad Rijal (), Ardiansyah (2) () Lab. Preservasi dan Konservasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia, Jakarta memegang peran yang cukup besar dalam skala nasional maupun internasional. Salah satu peranan yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. semarang utara yang memiliki luas Ha. Kecamatan ini

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. semarang utara yang memiliki luas Ha. Kecamatan ini BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Kelurahan dadapsari merupakan bagian dari kecamatan semarang utara yang memiliki luas 81.243 Ha. Kecamatan ini berbatasan langsung

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci