KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3)."

Transkripsi

1 KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3). Abstrak Pada tahun 2050 penduduk perkotaan dunia didominasi oleh penduduk lansia, termasuk Indonesia. Sehingga dibutuhkan pembangunan perkotaan yang ramah lansia. Bogor adalah salah satu kota yang berupaya dalam mewujudkan Ramah Lansia melalui penyediaan taman kota yang digunakan untuk aktivitas lansia serta memiliki infrastruktur yang ramah lansia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis luas taman kota ramah lansia yang diperlukan di Bogor pada Tahun 2031, mengidentifikasi sebaran taman kota di Bogor, dan menganalisis kebutuhan taman kota ramah lansia di Bogor. Metode penelitian yang dilakukan antara lain metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan, wawancara dengan instansi terkait, observasi lapangan untuk mengukur luas taman. Sedangkan metode analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif dengan mengacu pada kriteria taman kota di Bogor dan analisis kuantitatif dengan memproyeksikan jumlah penduduk dan menghitung luas taman. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menghasilkan bahwa luas Taman Ramah Lansia yang diperlukan yaitu m 2 dengan sebaran taman kota di Taman Heulang, Taman Sempur, dan Taman Kencana. Kebutuhan taman kota ramah lansia di Bogor harus memperhatikan aktivitas yang biasa dilakukan lansia di taman kota yaitu sebagian besar untuk olahraga. Kata kunci : Ramah Lansia, Penduduk Lansia, Taman Ramah Lansia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2050 penduduk perkotaan dunia diperkirakan hampir dua kali lipat (Wunas, 2011). Peningkatan jumlah penduduk negara berkembang didominasi oleh penduduk lansia, termasuk Indonesia (Musa, 2012). Pada tahun 2002, WHO mengeluarkan pedoman kota ramah lanjut usia. Salah satu indikatornya adalah perlunya Gedung dan Ruang Terbuka yang ramah lansia (Musa, 2012). Di Indonesia saat ini belum mengadopsi konsep kota ramah lansia. Namun, dengan isu global ini akan menjadi perhatian besar bagi pemerintah Indonesia. Salah satu upaya yang mengarah pada terwujudnya Ramah Lansia di Indonesia yaitu pentingya mempertahankan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau. Bogor adalah salah satu kota penyangga ibukota yang diperuntukan bagi permukiman sehingga penduduk yang bekerja di Jabodetabek, sebagian besar tinggal di Bogor. Oleh sebab itu, laju pertumbuhan penduduk Bogor semakin meningkat. Berdasarkan proporsi jumlah penduduk serta angka harapan hidup yang terus meningkat, maka beberapa tahun yang akan datang penduduk lansia Bogor akan semakin meningkat. Hal ini menjadi perhatian besar bagi Bogor dalam mewujudkan kota yang pelayanannya dapat menunjang kebutuhan lansia. Salah satu pelayanan pemerintah Bogor yang dapat dinikmati lansia yaitu penyediaan taman kota. Melihat dari kondisi Bogor yang diuraikan di atas, dapat dikatakan Bogor mulai mengarah pada pemenuhan salah satu indikator Ramah Lansia yaitu ruang terbuka dan bangunan dalam konteks ini yaitu Ruang Terbuka Hijau berupa taman kota. Saat ini, Bogor telah memiliki beberapa taman kota. Namun, belum adanya informasi taman kota yang ramah lansia. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini berupaya untuk menganalisis kebutuhan Taman Ramah Lansia di Bogor. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Menganalisis taman apa saja yang merupakan taman kota di Bogor; Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 1

2 2. Menganalisis luas Taman Ramah Lansia yang diperlukan di Bogor pada Tahun 2031; 3. Menganalisis kebutuhan Taman Ramah Lansia di Bogor 1.3 Ruang Terbuka dalam Ramah Lansia Lansia (lanjut usia) merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya, kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (World Health Organization, 2007). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Maryam, 2008). Ramah Lansia berdasarkan World Health Organization merupakan suatu konsep pembangunan Ramah Lansia sangat konfrehensif. Berdasarkan pedoman kota ramah lanjut usia, indikator dalam pembangunan Ramah Lansia antara lain sebagai berikut (World Health Organization, 2007): a. Outdoor spaces and buildings (Ruang terbuka dan bangunan), b. Transportation (Transportasi), c. Housing (Perumahan), d. Social participation (Partisipasi sosial), e. Respect and social inclusion (Penghormatan dan penghargaan dari lingkungan sosialnya), f. Civic participation and employment (Partisipasi dan pekerjaan), g. Communication and information (Komunikasi dan informasi), h. Community support and health services (Dukungan masyarakat dan layanan kesehatan). Dalam penelitian ini yang menjadi fokus objek penelitian adalah Outdoor spaces and buildings (Ruang terbuka dan bangunan) khususnya ruang terbuka berupa taman kota. Dalam Age Friendly Cities guideline Tahun 2012 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ruang terbuka dan bangunan merupakan suatu kondisi ruang publik dan bangunan yang memiliki dampak yang besar terhadap mobilitas, kemandirian dan kualitas hidup serta mempengaruhi kemampuan para lansia. Pada kenyataannya, karakteristik lanskap perkotaan dan lingkungan binaan dapat memberikan kontribusi terhadap lansia. 1.4 Taman Ramah Lansia Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 disebutkan bahwa Taman kota merupakan lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi, atau kegiatan lain pada tingkat kota (Menteri Pekerjaan Umum, 2008). 1.5 Kebijakan Pengembangan Taman Adapun kriteria taman kota di Bogor mengacu pada kebijakan sebagai berikut: 1. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan (RTHKP) 2. Rencana Tata Ruang Wilayah Bogor Tahun Taman Berdasarkan Program Urban Park Connector (UPC) 4. Taman Menurut Dinas Perumahan dan Permukiman Bogor II. METODE PENELITIAN 2.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah penelitian kebutuhan Taman Ramah Lansia di Bogor ini yaitu taman kota yang ada di Bogor. Adapun pertimbangan pengambilan wilayah studi penelitian ini yaitu mengacu pada beberapa kriteria taman kota di Bogor. Untuk lebih jelasnya mengenai ruang lingkup wilayah dapat dilihat pada Gambar Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dalam penelitian ini yaitu Taman Ramah Lansia di Bogor. Adapun yang dimaksud ramah lansia yaitu taman kota yang dapat diakses seluruh penduduk Bogor dan ramah dikunjungi penduduk lansia. 2.3 Metode Pengumpulan Data 1. Studi Literatur Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan mengumpulkan data pustaka dengan membaca dan mencatat untuk diolah menjadi bahan penelitian. Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 2

3 taman kota yang merupakan hasil kajian yang telah dilakukan terhadap berbagai kriteria taman kota di Bogor. Tabel 1. Kriteria Taman Berdasarkan Hasil Kajian Kriteria/ Permen Kebijakan PU RTRW UPC DPP Luas m 2 m 2 Lokasi Skala Pelayanan jiwa Dikunjungi penduduk dari semua kecamatan Sumber: PerMen PU Nomor: 05/PRT/M/2008; Perda Bogor Nomor 11 Tahun 2011 tentang RTRW Bogor, dan Hasil Survey Instansi Gambar 1. Peta Sebaran Taman Berdasarkan Kriteria di Bogor 2. Survei Instansi Survei instansi merupakan teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari instansi-instansi terkait, diantaranya adalah Direktorat Jenderal Penataan Ruang (Kementerian PU PERA), Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bogor, Dinas Perumahan dan Permukiman Bogor, Badan Statistik (BPS) Bogor, dan Dinas Kesehatan Bogor. 3. Observasi Observasi dilakukan dengan mengamati langsung objek di lapangan serta melakukan pengambilan dokumentasi untuk mendukung kegiatan penelitian. 2.4 Metode Analisis 1. Analisis Sebaran Taman di Bogor Dalam menganalisis sebaran taman kota di Bogor dilakukan dengan mengkaji kebijakan yang terkait taman kota di Bogor. Berikut ini merupakan rumusan kriteria 2. Analisis Luas Taman Ramah Lansia yang Diperlukan di Bogor pada Tahun 2031 Dalam menganalisis kebutuhan luas Taman Ramah Lansia di Bogor pada tahun 2031 dilakukan dengan cara memproyeksikan penduduk lansia Bogor pada tahun Setelah mendapatkan jumlah penduduk lansia kemudian menghitung kebutuhan luas taman dengan mengacu pada kriteria taman kota dari Kementrian Pekerjaan Umum yaitu 0,3 m 2 per jiwa. Dalam memproyeksikan jumlah penduduk lansia Bogor selama 16 tahun yang akan datang digunakan dengan metode proyeksi penduduk bunga berganda. Dalam metode bunga berganda ini diperkirakan jumlah didasarkan atas adanya tingkat pertambahan penduduk pada tahun sebelumnya yang relatif berganda dengan sendirinya. Perhitungan proyeksi penduduk menurut metode bunga berganda dengan rumus sebagai berikut: Metoda bunga berganda berbasis pada rumus: Pt = Po * (l + r) n dengan: Pt = jumlah penduduk pada tahun 2031 Po = jumlah penduduk pada tahun 2015 r = angka pertumbuhan penduduk n = jangka waktu dalam tahun (16) Selanjutnya dalam menentukan jumlah lansia Bogor pada Tahun 2031 menggunakan asumsi proporsi lansia di Provinsi Jawa Barat tahun 2031 yaitu 14,22% dari total jumlah penduduk Jawa Barat Tahun 2031 (Bappenas, 2010). Dalam hal ini, diasumsikan bahwa perkembangan lansia di Bogor sama dengan perkembangan lansia di Provinsi Jawa Barat. Perhitungan jumlah Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 3

4 penduduk lansia pada Tahun 2031 ialah sebagai berikut: Diketahui: Proporsi penduduk lansia Jawa Barat Tahun 2031 = 14,22% Jumlah penduduk Bogor Tahun 2031= Maka, 14,22% * = Sehingga menghasilkan jiwa penduduk lansia Bogor pada Tahun Keterangan: PL = Penduduk lansia Bogor tahun 2031 Pr = Proporsi jumlah lansia Jawa Barat P = Jumlah penduduk lansia Bogor Tahun 2031 Setelah menghasilkan penduduk lansia Bogor Tahun 2031, kemudian menghitung kebutuhan luas Taman Ramah Lansia sebagai berikut: Keterangan: L PL = Pr * P L = PL * l = Luas Taman Ramah Lansia yang dibutuhkan PL = Jumlah penduduk lansia Tahun 2031 l = Luas minimal per jiwa (0,3 m 2 ) 3. Analisis Kebutuhan Taman Ramah Lansia di Bogor Dalam menentukan tercapainya tujuan terakhir dari penelitian ini yaitu kebutuhan Taman Ramah Lansia di Bogor, maka cara yang ditempuh dalam menghasilkan kebutuhan Taman Ramah Lansia di Bogor ini menggunakan metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode pengambilan kesimpulan dari data-data atau hasil analisis yang dilakukan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sebaran Taman di Bogor Penentuan taman kota dalam penenlitian ini dengan mempertimbangkan ke empat ketentuan yang telah dibahas sebelumnya yang kemudian dirumuskan ke dalam bentuk matriks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini. Tabel 2. Analisis Penentuan Taman No Nama Taman Kebijakan Jumlah RTRW UPC DPP 1 Heulang I I I 3 2 Lingkungan Malabar I I 2 3 Palupuh I 1 4 Situ Angalena I 1 5 Cipaku I 1 6 Peranginan I 1 7 Air Mancur I 1 8 Sempur I I I 3 9 Ekspresi I 1 10 Kencana I I 2 Sumber: Hasil Analisis, Tahun Berdasarkan Tabel 2. di atas, dapat diketahui bahwa taman yang memiliki kriteria paling banyak adalah Taman Heulang, Taman Lingkungan Malabar, Taman Sempur, dan Taman Kencana. Dari keempat taman tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pertamanan Dinas Perumahan dan Permukiman Bogor yang memegang kewenangan pengelolaan taman, diperoleh informasi bahwa Taman Lingkungan Malabar merupakan taman lingkungan walaupun memenuhi kriteria RTRW dan UPC. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, bahwa penetapan taman kota di Bogor dalam RTRW (rencana) dengan fakta lapangan masih belum sesuai. Di mana secara fakta lapangan, luas taman kota bukan satu-satunya ketentuan yang menjadi ukuran dalam penentuan taman kota. Dengan demikian, maka taman kota yang ditetapkan dalam penelitian adalah Taman Heulang, Taman Sempur dan Taman Kencana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. dan Gambar 1. Tabel 3. Taman di Bogor No Nama Taman Luas (m 2 ) 1 Heulang ,58 2 Sempur ,41 3 Kencana 4.425,79 Lokasi TOTAL ,78 Sumber: Hasil Analisis, Tahun x ' 7,514" E ' 0,455" E ' 6,631" E Koordinat y 6 34' 9,786" S 6 35' 30,018" S 6 35' 19,563" S Berdasarkan Tabel 3. di atas, dapat dilihat bahwa pada Tahun 2017 Bogor memiliki Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 4

5 luas taman kota sebesar ,78 m 2. Ketiga taman tersebut perlu diukur kondisinya dengan mengacu pada kriteria Taman Ramah Lansia di Bogor dalam mengembangkan Taman Ramah Lansia yang ideal. Gambar 2. Peta Sebaran Taman Wilayah Studi 3.2 Luas Taman Ramah Lansia yang Diperlukan di Bogor pada Tahun 2031 Dalam menghitung luas Taman Ramah Lansia yang diperlukan di Bogor pada tahun 2031 yaitu dengan menghitung jumlah lansia pada Tahun 2031 dengan cara memproyeksikan jumlah penduduk Bogor pada Tahun 2031 dikali proporsi jumlah penduduk lansia Provinsi Jawa Barat yaitu 14,22% dari total jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun Diketahui: Proporsi penduduk lansia Jawa Barat Tahun 2031 = 14,22% Jumlah penduduk Bogor Tahun 2031 = Maka, 14,22% * = Sehingga menghasilkan jiwa penduduk lansia Bogor pada Tahun Setelah mengetahui jumlah penduduk lansia pada Tahun 2031, kemudian menghitung luas taman kota dengan mengacu pada standar kriteria taman kota menurut Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) yaitu 0,3 m 2 per jiwa. Dengan demikian, jumlah penduduk lansia jiwa dikali 0,3 m 2, maka luas taman kota yang diperlukan yaitu m Kebutuhan Taman Ramah Lansia di Bogor a. Kebutuhan Pengembangan Fasilitas 1) Taman Heulang Hasil dari penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada 48 sampel di Taman Heulang menghasilkan bahwa aktivitas yang dilakukan lansia di Taman Heulang antara lain olahraga, duduk santai, olahraga dan duduk santai, olahraga dan bertemu kerbat, serta olahraga, duduk santai, dan bertemu kerabat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. berikut. Tabel 4. Aktivitas Lansia di Taman Heulang 1 Olahraga 77,1 % 2 Duduk Santai 2,1 % 3 Olahraga dan Duduk Santai 8,3 % 4 Olahraga dan Bertemu Kerabat 8,3 % 5 Olahraga, Duduk Santai, dan Bertemu Kerabat 4,2 % Berdasarkan pada Tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa aktivitas lansia di Taman Heulang didominasi oleh olahraga yaitu mencapai 77,1% ditambah dengan aktivitas yang berbarengan dengan olahraga yaitu olahraga dan duduk santai, olahraga dan bertemu kerabat, serta olahraga, duduk santai, dan bertemu kerabat. Sedangkan aktivitas yang tujuannya untuk duduk santai saja hanya 2,1%. Adapun olahraga yang biasanya dilakukan lansia di Taman Heulang dapat dilihat pada Tabel 5. berikut. Tabel 5. Jenis Olahraga Lansia di Taman Heulang 1 Jogging 37,0 % 2 Senam 32,6 % 3 Jalan Santai 21,7 % 4 Badminton 6,5 % 5 Bersepeda 2,2 % Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 5

6 Berdasarkan pada Tabel 5. di atas dapat dilihat bahwa jenis olahraga yang biasanya dilakukan lansia di Taman Heulang antara lain 37,0% jogging, disusul oleh senam yaitu 32,6%, jalan santai 21,7%, badminton 6,5%, dan bersepeda 2,2%. Olahraga jogging, jalan santai, badminton dan bersepeda bersifat pribadi, sehingga dilakukan sendiri-sendiri. Sedangkan olahraga senam bersifat kelompok yang biasanya dilakukan setiap hari minggu pagi hari pukul WIB. 2) Taman Sempur Hasil dari penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada 42 sampel di Taman Sempur menghasilkan bahwa aktivitas yang dilakukan lansia di Taman Sempur antara lain olahraga, duduk santai, bertemu kerbat, serta olahraga dan duduk santai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. berikut. Tabel 6. Aktivitas Lansia di Taman Sempur 1 Olahraga 76,2 % 2 Duduk Santai 14,3 % 3 Bertemu Kerabat 2,4 % 4 Olahraga dan Duduk Santai 7,1 % Berdasarkan pada Tabel 6. di atas, lansia di Taman Sempur didominasi oleh olahraga yaitu mencapai 76,2% ditambah dengan aktivitas yang berbarengan dengan olahraga yaitu olahraga dan duduk santai. Sedangkan aktivitas yang tujuannya untuk duduk santai saja mencapai 14,3% dan aktivitas yang tujuannya untuk bertemu kerabat hanya 2,4%. Adapun olahraga yang biasanya dilakukan lansia di Taman Sempur dapat dilihat pada Tabel 7. berikut. Tabel 7. Jenis Olahraga Lansia di Taman Sempur 1 Jogging 38,9 % 2 Senam 13,9 % 3 Jalan Santai 38,9 % 4 Terapi Kaki 8,3 % Berdasarkan pada Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa jenis olahraga yang biasanya dilakukan lansia di Taman Sempur didominasi oleh jogging dan jalan santai yaitu mencapai 38,9%. Kemudian olahraga lainnya yaitu senam mencapai 13,9 % dan terapi kaki hanya 8,3%. Olahraga jogging, jalan santai, dan terapi kaki bersifat pribadi, sehingga dilakukan sendirisendiri. Sedangkan olahraga senam bersifat kelompok yang biasanya dilakukan setiap hari senin-sabtu pagi hari pukul WIB. 3) Taman Kencana Hasil dari penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada 10 sampel di Taman Kencana menghasilkan bahwa aktivitas yang dilakukan lansia di Taman Kencana antara lain olahraga, duduk santai, bertemu kerbat, serta olahraga dan duduk santai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Aktivitas Lansia di Taman Kencana 1 Olahraga 70 % 2 Duduk Santai 10 % 3 Bertemu Kerabat 10 % 4 Olahraga dan Duduk Santai 10 % Total 100 Berdasarkan pada Tabel 8. di atas dapat dilihat bahwa aktivitas lansia di Taman Kencana didominasi oleh olahraga yaitu mencapai 70% ditambah dengan aktivitas yang berbarengan dengan olahraga yaitu olahraga dan duduk santai. Sedangkan aktivitas yang tujuannya untuk duduk santai saja mencapai 10% dan aktivitas yang tujuannya untuk bertemu kerabat hanya 10%. Adapun olahraga yang biasanya dilakukan lansia di Taman Kencana dapat dilihat pada Tabel 9. berikut. Tabel 9. Jenis Olahraga Lansia di Taman Kencana 1 Senam 25 % 2 Jalan Santai 75 % Berdasarkan pada Tabel 9. di atas dapat dilihat bahwa jenis olahraga yang biasanya dilakukan lansia di Taman Kencana didominasi oleh jalan santai yaitu mencapai 75%. Olahraga jalan santai bersifat pribadi, sehingga dilakukan sendiri-sendiri. Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 6

7 Sedangkan olahraga senam bersifat kelompok yang biasanya dilakukan setiap hari jumat sore pukul WIB. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas lansia di taman kota pada umumnya adalah untuk berolahraga. Jenis olahraga yang sering dilakukan di Taman Heulang yaitu jogging, di Taman Sempur yaitu jogging dan jalan santai sedangkan di Taman Kencana yaitu jalan santai. Dengan demikian, dalam mengembangkan Taman Ramah Lansia di Bogor perlu memperhatikan aktivitas yang biasa dilakukan lansia di taman tersebut. Mengacu pada aktivitas tersebut maka kebutuhan yang perlu menjadi prioritas pengembangan antara lain sebagai berikut: Pada Taman Heulang dibutuhkan jogging track khusus untuk lansia sehingga dapat memfasilitasi lansia yang melakukan aktivitas jogging di taman. Pada Taman Sempur dibutuhkan pengembangan jogging track yang sudah ada dengan memisahkan antara jogging track umum dan jogging track khusus lansia sehingga lansia merasa aman ketika melakukan aktivitas jogging di taman. Selain itu, untuk memfasilitasi aktivitas lansia lainnya yaitu jalan santai, perlu menyediakan jalur pejalan kaki yang ramah lansia dan dilengkapi tempat duduk yang letaknya tidak berjauhan satu sama lain. Pada Taman Kencana dibutuhkan penambahan tempat duduk di sepanjang jalur pejalan kaki agar lansia merasa nyaman ketika melakukan aktivitas jalan santai di Taman Kencana. b. Kebutuhan Penambahan Luas Taman Dalam upaya memenuhi kebutuhan luas Taman Ramah Lansia di Bogor pada Tahun 2031 dapat dilakukan dengan mengembangkan taman-taman kota yang termasuk ke dalam obyek studi dalam penelitian ini. Kemudian apabila kebutuhan luas Taman Ramah Lansia belum terpenuhi, maka dapat ditambahkan dengan keberadaan taman lain yang termasuk dalam taman kota serta harus memenuhi kriteria Taman Ramah Lansia. Luas taman yang menjadi wilayah studi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Luasan Taman di Bogor No Nama Taman Luas (m 2 ) 1 Heulang ,58 2 Sempur ,41 3 Kencana 4.425,79 TOTAL ,78 Sumber: Hasil Analisis, Tahun Berdasarkan Tabel 10. di atas dapat dilihat bahwa luas taman kota yang menjadi wilayah studi dalam penelitian ini yaitu ,78 m2, sedangkan luas yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan Taman Ramah Lansia di Bogor pada Tahun 2031 yaitu m 2. Dengan demikian luasan tersebut masih kurang, sehingga perlu penambahan luasan Taman Ramah Lansia sebesar ,34m 2. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Sebaran taman kota di Bogor antara lain Taman Heulang, Sempur, dan Kencana. 2. Luas Taman Ramah Lansia yang diperlukan di Bogor pada Tahun 2031 sebesar m Kebutuhan Taman Ramah Lansia di Bogor harus memperhatikan aktivitas yang biasa dilakukan lansia di taman kota yaitu sebagian besar untuk olahraga. Luas Taman Ramah Lansia yang diperlukan untuk tahun 2031 masih kurang besar ,34 m Saran Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Hasil kajian penentuan kriteria taman kota dalam penelitian ini dapat menjadi pertimbangan Pemerintah Bogor dalam menetapkan kriteria taman kota di Bogor. 2. Dalam memproyeksikan jumlah lansia Bogor tahun 2031 seharusnya menggunakan metode cohort untuk mendapatkan data yang akurat karena melibatkan kelahiran dan kematian Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 7

8 penduduk. Namun, dikarenakan pada penelitian ini data sangat terbatas sehingga tidak bisa menggunakan metode cohort. Dengan demikian, maka apabila menemukan kasus yang sama dengan penelitian ini yaitu kurang data, maka dapat menggunakan metode asumsi jumlah penduduk lansia berdasarkan proporsi lansia Provinsi Jawa barat. 3. Penelitian ini menghasilkan bahwa luas yang diperlukan untuk Taman Ramah Lansia di Bogor pada Tahun 2031 belum bisa dipenuhi oleh taman kota yang telah ditentukan, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menentukan taman kota lainnya yang dapat dikembangkan menjadi taman ramah lansia. 4. Kebutuhan taman yang ramah lansia tidak hanya diperlukan untuk Taman saja tetapi seluruh taman yang ada di Bogor harus ramah terhadap lansia baik taman skala RT, RW, maupun. Dengan demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan taman lingkungan (skala RT atau RW) yang ramah terhadap lansia. 5. Penelitian ini menghasilkan kebutuhan Taman Ramah Lansia di Bogor yang masih umum, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan konsep dan desain Taman Ramah Lansia. 6. Perhatian besar terhadap lansia dalam pembangunan suatu kota di seluruh di dunia ini sangat diperlukan dalam rangka mewujudkan Ramah Lansia, sehingga perlu pengembangan seluruh ruang dan fasilitas publik yang ramah terhadap lansia salah satunya yaitu Taman. DAFTAR PUSTAKA 1. Maryam, S Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. 2. Musa. S Kajian Ramah Lansia di Bekasi. Jurnal of Education Universitas Riau 7 (1) : Wunas, S Humanis Integrasi Guna Lahan dan Transportasi di Wilayah Suburban. Surabaya: Brilian Internasional. 4. [Men Sek Neg RI] Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta: Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 5. [Sekda Bogor] Sekretaris Daerah Bogor Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Bogor, Lembaran Daerah Bogor Tahun Bogor: Sekretariat Daerah Bogor. 6. [WHO] World Health Organization Global Age-friendly Cities: A Guide. France: World Health Organization. 7. [Menteri Pekerjaan Umum] Departemen Pekerjaan Umum Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. 8. [Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Kepala BPS, dan UNFPA] Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Statistik/United Nations Population Fund Proyeksi Penduduk Indonesia Jakarta: Badan Statistik PENULIS : 1. Eneng Dayu Saidah, S.T. Alumni (2017) Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan. 2. Dr. Ir. Indarti Komala Dewi, M.Si. Pembimbing I/Dosen Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan. 3. Ir. Ni Made Esti Nurmani, M.Si. Pembimbing II/Dosen Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan. Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 8

KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR

KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR 1) Joao Da Silva Gusmao, 2) Janthy Trilusianthy, 3) Indarti Komala Dewi. ABSTRAK Bermain sangatlah penting dalam proses

Lebih terperinci

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Hapsari Wahyuningsih, S.T, M.Sc Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email: hapsariw@unisayogya.ac.id Abstract: This research

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Beralihnya piramida penduduk dunia dari piramida penduduk muda menjadi piramida penduduk tua dan urbanisasi merupakan dua tren global yang menjadi fokus utama di abad

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan pendahuluan yang merupakan framework dari penyusunan laporan ini. Pada bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Dibahas pula ruang lingkupnya

Lebih terperinci

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD Oleh : Linda Dwi Rohmadiani Abstrak Proporsi Ruang Terbuka Hijau sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA Dhian Krisna Kusuma Umar Mansyur Ni Made Esti Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG ANALYSIS OF PUBLIC GREEN OPEN SPACE IN BITUNG CITY Alvira Neivi Sumarauw Jurusan Perencanaan Wilayah, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 Jalan Raden Intan sepenuhnya berfungsi sebagai jalan arteri sekunder, jalan ini cenderung macet terutama pagi dan sore

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar) Kota Kekerabatan Maja dan Masa Depan Oleh : Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar) Persoalan perumahan masih menjadi salah satu issue penting dalam pembangunan ekonomi mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang kemudian disingkat dengan UUD 1945 bahwa Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di

Lebih terperinci

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan

Lebih terperinci

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO Ristanti Konofo 1, Veronica Kumurur 2, & Fella Warouw 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado 2 & 3 Staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia. Keberhasilan pembangunan nasional memberikan dampak peningkatan

Lebih terperinci

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR Oleh: TITI RATA L2D 004 357 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN

STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN Tiar Pandapotan Purba 1), Topan Himawan 2), Ernamaiyanti 3), Nur Irfan Asyari 4) 1 2) Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lansia, Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lansia, Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Keberadaan Lansia Dalam Masyarakat Berdasarkan kejadian dan pemberitaan pada media saat ini, keberagaman masyarakat di Indonesia seringkali menimbulkan kesenjangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lanjut usia merupakan salah satu fase hidup yang akan dialami oleh setiap manusia, meskipun usia bertambah dengan diiringi penurunan fungsi organ tubuh tetapi lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Reka Geomatika No.1 Vol. 2016 14-20 ISSN 2338-350X Maret 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau FERI NALDI, INDRIANAWATI Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Arti Penting Kasus Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan suatu bentuk pemanfaatan lahan pada satu kawasan yang diperuntukan untuk penghijauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana Direktur Perkotaan 26 Oktober 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Outline Pentingnya Jalur Pejalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah terjadinya peningkatan usia harapan hidup merupakan salah satu tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transit oriented development (TOD) merupakan konsep yang banyak digunakan negara-negara maju dalam kawasan transitnya, seperti stasiun kereta api, halte MRT, halte

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan yang signifikan merupakan wujud nyata pembangunan dalam perkembangan kawasan perkotaan. Perkembangan kawasan perkotaan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat C38 Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat Bagiar Adla Satria dan Prananda Navitas Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian disajikan dalam diagram langkah-langkah metodologi penelitian yang merupakan skema sistematis mengenai keseluruhan proses studi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan C12 Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan Ellen Deviana Arisadi dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Cipanas berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dalam penelitian ini, peran ruang terbuka hijau dibagi menjadi fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama terkait dengan fungsi ekologis, sedangkan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsur pergerakan (movement).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Banyaknya penurunan yang terjadi pada lanjut usia, menuntut lansia dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:

6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian: 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yakni antara lain : a. Berdasarkan UU No. 26/2007 standar Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia Karakteristik transportasi Indonesia dihadapkan pada kualitas pelayanan yang rendah, dan kuantitas atau cakupan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 03/PRT/M/2014 /2011 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN, PENYEDIAAN, DAN PEMANFAATAN DI KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah wilayah. Menurut Nasution (1996), transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan

Lebih terperinci

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang Bab I : Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 Pengertian pasar tradisional menurut peraturan Menteri perdagangan RI, (2008): Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klaten merupakan Kabupaten yang terletak di antara dua kota besar,yaitu Yogyakarta dan Surakarta. Hal ini menjadikan Klaten menjadi persimpangan jalur transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa public space/ruang publik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa public space/ruang publik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik sebagai salah satu elemen penting perkotaan dapat menjadi petunjuk dan mencerminkan karakter khusus suatu masyarakat. Secara umum ruang publik/public

Lebih terperinci

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Direktorat Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK Eka Agus Sugito 1 )., Syafaruddin As 2 ).,Siti Nurlaily 2 ) madridgito@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju

Lebih terperinci

PEMANFATAN FUNGSI TAMAN AYAM DAYA KOTA MAKASSAR

PEMANFATAN FUNGSI TAMAN AYAM DAYA KOTA MAKASSAR PROS ID I NG 2 0 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PEMANFATAN FUNGSI TAMAN AYAM DAYA KOTA MAKASSAR Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1666-2015 KEMENHUB. Jabodetabek. Rencana Induk Transportasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 172 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG Fernanda Gilsa Rahmatunnisa 1, Mutia Ravana Sudarwati 1, Angga Marditama Sultan Sufanir

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Ben

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Ben - 2-3. 4. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data. BAB III METODE PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu optimalisasi peran dan fungsi ruang publik Taman Sungai Kayan kota Tanjung Selor Kalimantan Utara, maka diperlukan penajaman metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur ruang merupakan bagian dari organisasi keruangan sebuah kota dan mencirikan penggunaan lahan tertentu di kota (Bourne, 1971). Struktur ruang mempresentasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu permasalahan kota Jakarta yang hingga kini masih belum terpecahkan adalah kemacetan lalu lintas yang belakangan makin parah kondisinya. Ini terlihat dari sebaran lokasi kemacetan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI 62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk 60 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung, yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Metro adalah kota hasil pemekaran Kabupaten Lampung Tengah dan memperoleh otonomi daerah pada tanggal 27 April 1999 sesuai dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kota merupakan sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI Yunan Maulana 1, Janthy T. Hidajat. 2, Noordin Fadholie. 3 ABSTRAK Wilayah pengembangan merupakan bagian-bagian wilayah yang

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Sri Sutarni Arifin 1 Intisari Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB II KAJIAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Permasalahan... 4 1.3 Tujuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan RTH sangat penting pada suatu wilayah perkotaan. Disamping sebagai salah satu fasilitas sosial masyarakat, RTH kota mampu menjaga keserasian antara kebutuhan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengertian judul : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MESIN DAN OTOMOTIF BERSTANDAR INTERNASIONAL DI SOLO BARU (PENEKANAN PADA ARSITEKTUR BIOKLIMATIK) adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berkembangnya suatu kota membawa konsekuensi terhadap perubahan fisik kota yang biasanya juga dibarengi pertumbuhan penduduk dan pembangunan fasilitas ekonomi yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Udara di perkotaan tak pernah terbebas dari pencemaran asap beracun yang dimuntahkan oleh jutaan knalpot kendaraan bermotor. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2007 2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan perekonomian di kota-kota besar dan metropolitan seperti DKI Jakarta diikuti pula dengan berkembangnya kegiatan atau aktivitas masyarakat perkotaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses demokratisasi yang berlangsung sejak tahun 1998 memberikan pengaruh besar terhadap sistem pemerintahan di Indonesia. Proses yang menawarkan mekanisme keterbukaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari berbagai macam uraian pada bab kelima dan keenam, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai penelitian ini. Kesimpulan tersebut diantaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA Bangunan Rehabilitasi Alzheimer di Yoyakarta merupakan tempat untuk merehabilitasi pasien Alzheimer dan memberikan edukasi atau penyuluhan

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah

Lebih terperinci

Khalid Fikri Fiddien Indarti Komala Dewi Ni Made Esti Nurmani

Khalid Fikri Fiddien Indarti Komala Dewi Ni Made Esti Nurmani IDENTIFIKASI PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI BESAR TERHADAP PERKEMBANGAN PERUMAHAN DI KABUPATEN TANGERANG (Studi Kasus : Kecamatan Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa) Khalid Fikri Fiddien Indarti Komala Dewi Ni

Lebih terperinci