PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERPENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA TEMA BUNYI DI SMP KELAS VIII

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERPENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA TEMA BUNYI DI SMP KELAS VIII"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERPENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA TEMA BUNYI DI SMP KELAS VIII skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA oleh Ervian Arif Muhafid PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 i

2 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Semarang, Juli 2013 Ervian Arif Muhafid ii

3 PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Pengembangan Modul IPA Terpadu Berpendekatan Keterampilan Proses Pada Tema Bunyi di SMP Kelas VIII disusun oleh Ervian Arif Muhafid telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 16 Mei 2013 Panitia : Ketua Sekretaris Prof. Dr. Wiyanto, M. Si. Dr. Sudarmin, M. Si. NIP NIP Ketua Penguji Parmin, S. Pd., M. Pd. NIP Anggota Penguji/ Pembimbing Utama Anggota Penguji/ Pembimbing Pendamping Novi Ratna Dewi, S.Si., M. Pd. Arif Widiyatmoko, S.Pd., M. Pd. NIP NIP iii

4 ABSTRAK Muhafid, Ervian Arif Pengembangan Modul IPA Terpadu Berpendekatan Keterampilan Proses Pada Tema Bunyi di SMP Kelas VIII. Skripsi, Program Studi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Semarang. Novi Ratna Dewi, S.Si., M.Pd dan Arif Widiyatmoko, S.Pd.,M.Pd. Kata Kunci: Modul, IPA Terpadu, Keterampilan Proses, Bunyi. Penelitian dilatar belakangi belum terlaksananya pembelajaran IPA terpadu di SMP. Disatu sisi KTSP menghendaki pembelajaran IPA di SMP dilaksanakan secara terpadu. Belum terlaksananya pembelajaran tersebut karena masih terbatasnya perangkat pembelajaran, media ataupun sumber belajar baik untuk pegangan guru ataupun untuk siswa sehingga pembelajaran yang dilaksanakan masih terpisah-pisah ke dalam Fisika dan Biologi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengembangkan modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi di SMP kelas VIII. ` Penelitian menggunakan rancangan penelitian dan pengembangan R & D (Research and Development). Dalam proses pelaksanaannya, penelitian dan pengembangan ini membentuk suatu siklus yang dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk menemukan kerangka produk awal yang dibutuhkan. Produk awal tersebut dikembangkan dalam suatu situasi tertentu, melalui suatu uji validasi oleh pakar yang hasilnya kemudian diuji cobakan, direvisi dan diuji coba kembali sehingga pada akhirnya ditemukan suatu produk akhir yang dianggap sempurna. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah dengan menggunakan siswa kelas VIII A dan VIII B sebagai subyek penelitian. Faktor yang diteliti meliputi kelayakan bahan ajar berbentuk modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses berdasarkan uji kelayakan oleh pakar dan efektifitas modul berdasarkan hasil belajar siswa. Data penelitian yang didapatkan dianalisis secara deskriptif persentase. Hasil uji kelayakan modul IPA terpadu oleh pakar IPA 84,10%, pakar penyajian 88,21%, dan pakar bahasa 89,17%. Tingkat ketuntasan klasikal siswa 100% dengan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 90,40. Hal ini berarti modul IPA terpadu yang dikembangkan layak dan efektif digunakan dalam pembelajaran siswa SMP kelas VIII. Simpulan penelitian ini yaitu modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi yang dikembangkan memenuhi kriteria standar penilaian bahan ajar dan efektif digunakan dalam pembelajaran siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah. iv

5 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, nikmat, serta hidayah-nya sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Modul IPA Terpadu Berpendekatan Keterampilan Proses pada Tema Bunyi di SMP Kelas VIII dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IPA UNNES. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas negeri Semarang yang terlah memberikan izin penelitian kepada penulis. 2. Ketua Program Studi Pendidikan IPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian dan banyak kemudahan. 3. Novi Ratna Dewi, S.Si., M.Pd sebagai dosen pembimbing I serta Arif Widiyatmoko, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan, serta bantuan dalam penyusunan skripsi. 4. Parmin, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya untuk mengevaluasi, memberikan arahan serta masukan. 5. Dosen Program Studi Pendidikan IPA FMIPA UNNES yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan. 6. Kepala SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Salimah, A.Md. selaku guru IPA kelas VIII A dan VIII B yang telah membantu dalam proses penelitian. 8. Sabikhun Nahar, A.Md. selaku observer pengambilan data penelitian yang berkenan memberikan waktunya untuk mengamati kegiatan belajar mengajar di kelas. 9. Bapak/Ibu guru serta staf, karyawan dan siswa kelas VIII A dan VIII B di SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah yang dengan terbuka menyambut penulis. v

6 10. Bapak, Ibu dan Adik-adikku yang telah memberikan doa dan kasih sayang kepada penulis. 11. Teman-teman mahasiswa Pendidikan IPA yang saling memberikan semangat perjuangan. Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi dunia pendidikan. Semarang, Juli 2013 Ervian Arif Muhafid NIM vi

7 DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... i PENGESAHAN. ii ABSTRAK. iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Modul Pengertian Modul Tujuan Penyusunan Modul Perencanaan Pembelajaran Bermodul Karakteristik Modul Keuntungan Modul IPA Terpadu Pendekatan Keterampilan Proses Penilaian Modul Sebagai Bahan Ajar Kerangka Berpikir 17 vii

8 BAB 3. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Prosedur Penelitian Persiapan Penelitian Pelaksanaan Penelitian Analisis Data Data Validasi Pakar Data Tanggapan Guru dan Siswa Data Hasil Belajar Siswa Data Observasi Keterampilan Proses BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil Pengembangan Modul Hasil Validasi Modul Hasil Uji Coba Modul Pembahasan Validasi Pakar Tentang Modul IPA Terpadu Kelayakan Isi Kebahasaan Kelayakan Penyajian Hasil Uji coba Modul IPA Terpadu BAB 5. PENUTUP Simpulan Saran 60 DAFTAR PUSTAKA. 61 LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1 Kriteria Persentase Skor Penilaian Berdasarkan BSNP Kriteria Persentase Skor Penilaian Kriteria Hasil Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa Kriteria Observasi Keterampilan Proses Rekapitulasi Data Hasil Validasi Tahap I oleh Pakar terhadap Modul IPA Terpadu Rekapitulasi Data Hasil Validasi Tahap II oleh Pakar terhadap Modul IPA Terpadu sebelum Uji Coba Skala Terbatas Rekapitulasi Data Hasil Validasi Tahap II oleh Pakar terhadap Modul IPA Terpadu sebelum Uji Coba Skala Luas Hasil Evaluasi dan Revisi Modul IPA Terpadu Rekapitulasi Data Hasil Angket Tanggapan Siswa pada Uji Coba Skala Terbatas dan Luas Rekapitulasi Data Hasil Angket Guru IPA pada Uji Coba Skala Terbatas dan Luas Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Proses (LDS) Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Proses (LKS) 40 ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Jaringan Tema Bunyi Model Pengembangan Modul IPA terpadu Garis Besar Langkah-langkah Pengembangan Modul IPA Terpadu Persentase Hasil Validasi Tahap II Sebelum uji Coba Skala Terbatas dan Luas Persentase Kenaikan Hasil Tanggapan Siswa Sebelum Uji Coba Skala Terbatas dan Luas Persentase Kenaikan Hasil Tanggapan Guru Sebelum Uji Coba Skala Terbatas dan Luas x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Silabus Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Contoh Lembar Diskusi Siswa (LDS) Kunci Jawaban Lembar Diskusi Siswa (LDS) Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Validasi Konstruk Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Soal Ulangan Harian IPA Terpadu Materi Bunyi Kunci Jawaban Contoh Lembar Jawab Ulangan Harian Siswa Lembar Validasi Tahap I Modul IPA Terpadu oleh Pakar Rekapitulasi Lembar Validasi Tahap I Modul IPA Terpadu oleh Pakar Lembar Validasi Tahap II Modul IPA Terpadu oleh Rekapitulasi dan Perhitungan Validasi Modul IPA Terpadu Tahap II oleh Pakar Uji Coba Skala Terbatas Rekapitulasi dan Perhitungan Validasi Modul IPA Terpadu Tahap II oleh Pakar Uji Coba Skala Luas Rekapitulasi Data Validasi Modul IPA Terpadu oleh Pakar Kisi-Kisi Angket Tanggapan Guru Contoh Angket Tanggapan Guru Terhadap Modul IPA Terpadu Rekapitulasi Angket Tanggapan Guru IPA Terhadap Modul IPA Terpadu Kisi-Kisi Angket Siswa Contoh Angket Tanggapan Siswa Terhadap Modul IPA Terpadu Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Modul IPA Terpadu Uji Coba Skala Terbatas Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Modul IPA Terpadu Uji Coba Skala Luas. 131 xi

12 24. Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Untuk Praktikum Siswa Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Untuk Diskusi Siswa Rekapitulasi Keterampilan Proses Siswa (LKS) Rekapitulasi Keterampilan Proses Siswa (LDS) Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Daftar Hadir Siswa Uji Skala Terbatas Daftar Hadir Siswa Uji Skala Luas SK Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Surat Ijin Penelitian Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian Dokumentasi xii

13 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menerangkan bahwa pembelajaran IPA yang diaplikasikan di SMP/ MTs hendaknya dilaksanakan dengan model pembelajaran secara terpadu. Hal ini seperti yang terdapat dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) bahwa substansi untuk mata pelajaran IPA di tingat SMP/ MTs dilaksanakan secara terpadu. Lebih lanjut dalam Permen Diknas No 41 Tahun 2007 bahwa RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih dan harus memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. Hal tersebut membuktikan bahwa penerapan pembelajaran IPA terpadu di SMP/ MTs memiliki dasar hukum yang kuat. Penerapan pembelajaran IPA terpadu dilaksanakan oleh guru yang professional dan perangkat pembelajaran yang mendukung pembelajaran IPA terpadu di Sekolah. Menurut Amy & Cherin (2003) guru IPA akan dapat memberikan pengetahuan IPA kepada siswa dalam suatu prosedur yang sederhana dan tepat bila guru menguasai materi IPA dengan baik. Selain itu, perangkat pembelajaran sangat diperlukan untuk pedoman bagi guru dan siswa. Perangkat 1

14 2 pembelajaran yang dapat disiapkan antara lain bahan ajar berupa modul IPA terpadu yang mengandung lingkup bidang kajian IPA sehingga dapat melengkapi bahan ajar yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 3 Satu Atap Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen pembelajaran IPA terpadu belum terlaksana. Alasan belum terlaksananya pembelajaran IPA terpadu yaitu guru IPA pada sekolah tersebut berlatar belakang disiplin ilmu berbeda dan masih terbatasnya perangkat pembelajaran, media ataupun sumber belajar IPA terpadu baik untuk pegangan guru ataupun untuk siswa sehingga pembelajaran yang dilaksanakan masih terpisahpisah. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dikembangkan bahan ajar berupa modul pembelajaran pada tema bunyi yang dikemas dalam modul IPA terpadu. Penelitian ini memilih modul karena variasi bahan ajar yang sekarang ada di sekolah adalah buku teks dan LKS yang belum terpadu sehingga perlu adanya pengembangan media ajar lain berupa modul untuk mengajak siswa untuk belajar lebih mandiri. Prastowo (2012) menyatakan bahwa sebuah modul harus dapat dijadikan bahan ajar sebagai pengganti fungsi pendidik. Jadi jika pendidik dalam hal ini guru mempunyai fungsi menjelaskan sesuatu, maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima siswa seperti halnya guru. Pembelajaran yang dilakukan guru SMP N 3 Satu Atap Ayah kurang maksimal karena dilakukan dengan mentransfer ilmu tanpa mengembangkan bagaimana cara belajar, apalagi mengembangkan keterampilan proses yang dimiliki siswa. Salah satu alasannya adalah kurangnya buku panduan yang mendidik siswa

15 3 untuk mengembangkan keterampilan proses. BSNP (2006) menerangkan bahwa pembelajaran IPA terpadu di SMP/ MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Hal itu sejalan dengan Hansen & Lovedahl (2004) yang menyatakan bahwa belajar dengan melakukan merupakan sarana belajar yang efektif, artinya seseorang akan belajar efektif bila ia melakukan. Oleh karena itu, modul yang dikembangkan di dalam penelitian ini menerapkan pendekatan keterampilan proses dengan harapan pembelajaran IPA terpadu dapat terlaksana dengan mengedepankan pengembangan keterampilan yang dimiliki siswa. Buku/ bahan ajar berbentuk modul IPA terpadu untuk SMP/ MTs khususnya tema bunyi berpendekatan keterampilan proses saat ini belum ditemukan di sekolah. Tema bunyi merupakan materi yang tergolong sulit diantara sekian banyak materi IPA. Hal tersebut terlihat dari nilai ulangan sebelumnya siswa hanya mencapai nilai ketuntasan minimal. KTSP mencantumkan bahasan bunyi pada materi IPA kelas VIII. Bahasan tema bunyi termasuk dalam SK memahami konsep bunyi dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi seharihari yang diintegrasikan dengan SK memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Konsep tersebut mempunyai KD mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari yang diintegrasikan dengan KD mendeskripsikan sistem koordinasi dan alat indera pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Berdasarkan latar belakang tersebut salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menyediakan bahan ajar IPA terpadu adalah dengan menyusun modul IPA

16 4 terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi, diharapkan adanya modul IPA terpadu dapat mengatasi kendala pelaksanaan IPA terpadu dari segi keterbatasan buku panduan. Sunyoto (2006) menyatakan bahwa modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi: serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu siswa mencapai tujuan belajar. Dengan menggunakan modul IPA terpadu siswa akan dilatih dan dibiasakan untuk mempelajari IPA terpadu sehingga nantinya dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, permasalahan yang akan dikaji adalah: 1. Apakah modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi layak digunakan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah? 2. Bagaimana keefektifan modul IPA terpadu yang dikembangkan dalam penelitian ini? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui apakah modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi layak digunakan oleh siswa kelas VIII. 2. Mengetahui keefektifan modul IPA terpadu yang dikembangkan dalam penelitian ini.

17 5 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa modul yang dikembangkan oleh peneliti diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dibidang IPA dan memungkinkan siswa untuk belajar mandiri. 2. Bagi guru bahan ajar yang dikembangkan oleh peneliti dapat menjadi pedoman pembelajaran IPA secara terpadu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta dapat memberikan masukan untuk mengembangkan bahan ajar IPA pada materi yang lain. 3. Bagi sekolah, modul yang dikembangakan oleh peneliti diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengembangan bahan ajar IPA terpadu sesuai kurikulum yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. 4. Bagi ilmu pengetahuan modul yang dikembangkan dapat memperkaya konsep/ teori kajian IPA khusunya pembelajaran IPA terpadu di Sekolah. 1.5 Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran terhadap istilah-istilah dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut: 1. Pengembangan Modul Menurut Depdiknas (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerangkan bahwa modul adalah kegiatan program belajar-mengajar yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing, meliputi: perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas,

18 6 penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilai, mengukur keberhasilan murid dalam penyelesaian pelajaran. Pengembangan modul dalam penelitian ini adalah pembuatan bahan ajar yang dilakukan dengan mengumpulkan kembali informasi-informasi yang ada di buku-buku teks serta berbagai sumber lain, kemudian dilakukan penyesuaian kebutuhan. Modul yang dikembangkan dinyatakan layak apabila hasil validasi pakar telah mencapai kriteria penilaian buku teks dari BSNP tahun 2006 dan dinyatakan efektif apabila 85% siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan KKM sebesar IPA Terpadu Depdiknas (2008) dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Selain itu, Trianto (2010) menyatakan bahwa pembelajaran IPA terpadu dibedakan berdasarkan pengintegrasian materi atau tema. IPA terpadu dalam penelitian ini merupakan penyusunan modul dengan memperhatikan keterpaduan berbagai bidang kajian IPA menjadi tema. Bidang kajian yang dipadukan yaitu bunyi yang merupakan kajian fisika dan indra pendengaran yang merupakan kajian biologi. 3. Pendekatan Keterampilan Proses Dimyati (2006) menyatakan bahwa menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan alam sekaligus. Keterampilan proses di dalam modul terletak pada setiap uraian materi serta kegiatan diskusi dan kegiatan praktikum. Keterampilan proses tersebut meliputi: keterampilan eksperimen, pengamatan,

19 7 menyusun data, menyimpulkan, menjawab pertanyaan, dan mengkomunikasikan. 4. Tema Puskur (2012) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal siswa. Tema yang ditentukan adalah tema bunyi dengan mengintegrasikan SK memahami konsep bunyi dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari yang diintegrasikan dengan SK memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Konsep tersebut mempunyai KD mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari yang diintegrasikan dengan KD mendeskripsikan sistem koordinasi dan alat indera pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Gelombang bunyi merupakan kajian fisika dan indra pendengaran merupakan kajian biologi.

20 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Modul Pengertian Modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bantuan guru sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya (Majid, 2012). Penjelasan senada juga diungkapkan oleh Prastowo (2012) bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar secara (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Oleh sebab itu modul memungkinkan siswa untuk mempelajari tiap materi dengan durasi waktu yang lebih lama sehingga siswa dapat menemukan pemahamannya sendiri meski tanpa pengawasan guru dikelas. Modul dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahaminya dengan cara mereka sendiri Tujuan Penyusunan Modul Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Karena konsep 8

21 9 berciri demikian, maka kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa mengikuti pola belajar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, Ditjen PMPTK (2008) menyatakan bahwa penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal. 2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru/ instruktur. 3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya. 4. Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya Perencanaan Pembelajaran Bermodul Pelaksanaan pembelajaran bermodul sendiri, memiliki perencanaan kegiatan sebagai berikut: 1. Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum pembelajaran. 2. Penerapan modul dalam pembelajaran bermodul dengan metode diskusi dan praktikum.

22 10 3. Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes sumatif dan tugas-tugas latihan yang terstruktur. 4. Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan feedback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi ajar berikutnya. 5. Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi ajar berdasarakan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, dipertimbangkan sebagai hasil diagnosis untuk menyelenggarakan program remidial pada siswa di luar jam pembelajaran Karakteristik Modul Modul merupakan salah satu dari beberapa jenis bahan ajar yang dapat dikembangkan dalam KTSP. Menurut Ditjen PMPTK (2008) Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut: 1. Self Instructional yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. 2. Self Contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. 3. Stand Alone (berdiri sendiri) yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. 4. Adaptive yaitu modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

23 11 5. User Friendly yaitu modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan Keuntungan Modul Modul disusun untuk memudahkan siswa memahami materi pembelajaran baik disekolah maupun dirumah untuk belajar mandiri. Pembelajaran dengan modul memiliki beberapa keuntungan, yaitu: 1. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan. 2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil. 3. Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya. 4. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester. 5. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik. (Indriyanti, 2010) Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diyakini bahwa pembelajaran bermodul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep ilmiah sehingga pada giliranya hasil belajar mereka dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

24 IPA Terpadu Salah satu kunci pembelajaran IPA terpadu yang terdiri atas beberapa bidang kajian adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian. Oludipe & Idowu (2011) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu memberikan siswa dasar yang kuat untuk ilmu studi pendidikan lanjutan, maka seorang anak yang tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan yang terintegrasi pada tingkat ini tidak akan menunjukkan minat dalam menawarkan pelajaran inti (biologi, kimia dan fisika). Depdiknas (2008) menyatakan bahwa melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Oleh sebab itu siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal siswa. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek makhluk hidup dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya, atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk

25 13 dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif. Dari sejumlah model pembelajaran terpadu menurut Fogorty (1991) model pembelajaran terpadu yang dapat diterpakan di tingkat pendidikan di Indonesia adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), dan model keterpaduan (integrated). Nisak (2013) menyatakan bahwa materi yang saling tumpang tindih dan menyebabkan pemahaman yang tidak utuh bila dipisahkan, maka sesuai apabila menggunakan model terintegrasi, untuk materi yang konsep-konsepnya saling bertautan dapat dikembangkan menggunakan model terhubung, sedangkan untuk materi yang tidak beririsan akan tetapi bila dipadukan ke dalam satu tema dapat memberikan pemahaman yang lebih utuh dapat menggunakan model jaring laba-laba. Agar pembelajaran dapat berlangsung efektif, pemilihan model pembelajaran harus tepat dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model keterpaduan (integrated) dengan alasan bahwa model keterpaduan memiliki kelebihan hubungan antar bidang terlihat saat dalam kegiatan pembelajaran. Depdiknas (2010) menerangkan bahwa Model keterpaduan (integrated) adalah dimulai dengan identifikasi konsep, keterampilan, sikap yang overlap pada beberapa disiplin ilmu atau beberapa bidang studi. Model keterpaduan memiliki kelebihan Hubungan antar bidang studi jelas terlihat melalui kegiatan belajar. Selain itu, Yasin (2009) menyatakan bahwa model

26 14 keterpaduan adalah model pembelajaran sains terpadu yang menggunakan pendekatan antar disiplin ilmu. Dalam model ini digabungkan beberapa disiplin ilmu dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan dan nilai-nilai yang saling tumpang tindih di dalam beberapa disiplin ilmu. Hal pertama yang pertama dilakukan guru adalah menyeleksi tema, keterampilan, dan nilai yang akan dibelajarkan dalam satu semester dari beberapa disiplin ilmu sains. Selanjutnya dipilih beberapa tema, keterampilan, dan nilai-nilai yang memiliki keterkaitan yang erat dan tumpang tindih dengan antar beberapa disiplin ilmu tersebut. Contoh pembelajaran IPA terpadu dengan tema bunyi berpendekatan keterampilan proses. Pengaruh bunyi terhadap lingkungan Gelombang bunyi BUNYI Fenomena bunyi didalam kehidupan Sehari-hari Gangguan pada alat Indra (telinga) Gambar 2.1 Jaringan Tema Bunyi Pendekatan Keterampilan Proses

27 Pendekatan Keterampilan Proses Keterampilan proses merupakan suatu strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini keterampilan proses yang dimaksud adalah Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam pembelajaran IPA terpadu. Ozgelen (2012) menyatakan bahwa KPS adalah kemampuan berpikir seperti ilmuwan untuk membangun pengetahuan dalam rangka untuk memecahkan masalah dan merumuskan hasil. Selain itu Ajoke (2012) menyatakan bahwa KPS terdiri dari keterampilan mengamati, mengklasifikasi, mengukur, memanipulasi, menghitung, memprediksi, menafsirkan, merumuskan, permodelan, dan menyimpulkan. Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri (Devi, 2010). Selain itu Ramesh (2013) menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dapat dilakukan melalui pendekatan inkuiri, penemuan/ penelitian, investigasi yang mana siswa dapat terlibat dalam metode ilmiah, memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu sebagai seorang guru harus dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuankemampuan yang ada dalam diri siswa, yang nantinya diharapkan siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta nilai yang dituntut. Sugandi (2004) menjelaskan bahwa pada keterampilan proses perlu adanya pemikiran, bagaimana memproses hasil belajar yang berupa konsep dan fakta yang diperoleh untuk mengembangkan diri dan untuk menemukan sesuatu yang baru.

28 16 Konsep dan fakta yang tidak banyak, tetapi dipahami betul dapat menguasai dan atau menemukan fakta dan konsep yang lebih banyak. Justru pemberian konsep dan fakta yang terlalu banyak yang dapat menghambat kreativitas siswa. Pendekatan keterampilan proses bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting dalam kecakapan hidup (Eryyanti, 2013). Sudah sangat jelas bahwa keterampilan proses mendidik siswa untuk menjadi scientist. Jadi pendekatan KPS pada penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam mengamati, mengklasifikasikan, memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan dan menyimpulkan melalui modul IPA terpadu pada tema bunyi Penilaian Modul sebagai Bahan Ajar BSNP mengeluarkan beberapa kriteria sebagai standar penilaian. Standar yang dikeluarkan oleh BSNP tersebut digunakan sebagai acuan umum untuk menilai modul. Penilaian bahan ajar dari BSNP 2006 meliputi: dua tahap yaitu tahap I dan tahap II. Penilaian modul IPA terpadu tahap I dinilai pada tiga komponen penilaian yaitu komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen kegrafikan. Sedangkan penilaian modul IPA terpadu tahap II dinilai dari tiga komponen penilaian yaitu komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan dan komponen penyajian. Modul dilayakan layak berdasarkan BSNP 2006 jika rata-rata tiap komponen 2,5 atau 62,5%.

29 Kerangka Berpikir Fakta 1. Belum adanya modul IPA terpadu yang di dalamnya ada keterpaduan antar kompetensi: Fisika, Kimia, dan Biologi. 2. Siswa kurang terlatih mempadukan konsep Fisika, Kimia dan Biologi menjadi terpadu. 1. Guru belum melaksanakan pembelajaran IPA secara terpadu. 2. Diperlukan perangkat pembelajaran IPA terpadu, termasuk modul IPA terpadu yang dapat melatih keterampilan proses siswa. Inovasi bahan ajar dengan mengembangkan produk modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi. 1. Guru mampu menerapkan pembelajaran IPA terpadu. 2. Tersedia modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi yang layak dan efektif Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian dan Pengembangan Modul

30 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengerapkan pendekatan penelitian dan pegembangan (Research and Development). Menurut Halimah (2009) dalam proses pelaksanaannya, penelitian dan pengembangan ini membentuk suatu siklus, yang dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk menemukan kerangka produk awal yang dibutuhkan yang selanjutnya produk awal tersebut dikembangkan dalam suatu situasi tertentu, melalui suatu uji coba, yang hasilnya kemudian direvisi dan diuji coba kembali sehingga pada akhirnya ditemukan suatu produk akhir yang dianggap sempurna yang selanjutnya produk tersebut diuji validasinya. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model yang diadaptasi dari Sugiyono (2009) yang telah dimodifikasi pada tahapan-tahapanya. Model yang digunakan meliputi: langkah-langkah penelitian dan pegembangan seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.1. Potensi dan Masalah Pengump ulan Data Desain Produk Validasi Validasi Revisi Hasil Uji Coba Uji Coba Produk Revisi Desain Revisi Produk Uji Coba Pemakaian Revisi Produk Modul Final Gambar 3.1 Model Pengembangan Modul IPA Terpadu 18

31 Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah yang terletak di Jalan Gunung Lanang No. 001 Mangunweni, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen Waktu penelitian yaitu 3 Bulan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan VIII B. 3.3 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Sumber data dan metode pengumpulan data meliputi: 1. Validasi modul oleh pakar diambil melalui metode angket yang mengacu pada instrumen penilaian buku teks dari BSNP 2006 yang telah dimodifikasi. 2. Tanggapan guru terhadap penggunaan modul diambil dengan menggunakan angket tanggapan guru. 3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan modul diambil dengan menggunakan angket tanggapan siswa. 4. Observasi keterampilan proses diambil dengan menggunakan angket penilaian observer. 5. Uji coba modul berupa hasil belajar siswa diambil dengan tes kognitif bentuk obyektif. 3.4 Prosedur Penelitian Pengembangan modul IPA terpadu melalui tahap-tahap: Persiapan Penelitian a) Observasi awal bahan ajar yang telah digunakan. b) Perijinan penelitian dari pihak fakultas. c) Perijinan penelitian dari tempat penelitian.

32 Pelaksanaan Penelitian a) Potensi dan Masalah Pengembangan modul IPA terpadu pada tema bunyi berpendekatan keterampilan proses dilatar belakangi oleh adanya potensi dan masalah yaitu masih terbatasnya bahan ajar IPA terpadu yang di dalamnya terdapat keterpaduan bidang kajian Fisika, Biologi dan Kimia. Berdasarkan hasil wawancara di SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah diketahui bahwa siswa masih menggunakan bahan ajar berupa buku teks IPA terpadu dan LKS yang disajikan masih terpisah-pisah dalam Fisika dan Biologi, belum ditemukan buku IPA yang disusun secara terpadu. Tema bunyi merupakan materi yang tergolong sulit diantara sekian banyak materi IPA, sehingga dalam penelitian ini akan dikembangkan bahan ajar berupa modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi yang dalam peraturanya hendaknya disusun secara terpadu. b) Pengumpulan Data Pengumpulan data yang berkaitan dengan pembuatan modul antara lain, silabus (meliputi: SK dan KD), instrumen penilaian buku teks dari BSNP tahun 2006, dan materi yang berkaitan dengan tema bunyi untuk dijadikan bahan kajian untuk menyusun modul. c) Desain Produk Langkah-langkah pengembangan modul IPA terpadu yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1. Analisis SK dan KD pada tema Bunyi.

33 21 2. Merumuskan tujuan yang akan dicapai siswa dengan menggunakan modul IPA terpadu. 3. Pembuatan desain halaman muka (cover), halaman kata pengantar (foreword) dan daftar isi (content). 4. Pembuatan petunjuk penggunaan modul untuk guru dan siswa (teacher and student guidances). 5. Penulisan bagian pendahuluan (introduction) yang terdiri dari judul, kata pengantar, daftar isi, jaringan tema, peta konsep, dan tujuan pembelajaran. 6. Penyusunan bagian isi yang terdiri dari tinjauan umum materi, hubungan dengan meteri belajar lain, uraian materi, latihan soal dan rangkuman. 7. Penulisan bagian penutup yang terdiri dari glossarium, tes akhir, kunci jawaban dan indeks. d) Validasi Validasi oleh pakar berupa penilaian kualitatif dan kuantitatif. Validasi dan revisi oleh para pakar selain berupa penilaian kualitatif berkenaan dengan kinerja (performance) isi buku dan diperoleh masukan dan saran, buku tersebut juga dilakukan penilaian secara kuantitatif dalam bentuk skor (Ibrahim, 2012). Ditjen PMPTK (2008) menerangkan bahwa validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Pakar yang mengevaluasi dan memvalidasi adalah dosen FMIPA Unnes dan guru SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah. Validasi tersebut meliputi: validasi oleh pakar IPA, pakar penyajian dan pakar bahasa. Instrumen yang digunakan

34 22 mengacu pada isntrumen penilaian tahap 1 dan 2 buku teks dari BSNP tahun 2006 yang telah dimodifikasi. e) Revisi Produk Pada tahap ini dilakukan revisi untuk memperbaiki kekurangan berdasarkan hasil evaluasi dan masukan dari validator dan mempersiapkan modul IPA terpadu hasil revisi untuk uji coba lapangan awal. f) Uji Coba lapangan Awal Uji coba skala terbatas dilakukan di kelas VII B SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan urutan rangking nilai IPA pada ulangan harian sebelum materi bunyi. Sampel tersebut diambil 10 siswa dengan kriteria 3 siswa kelompok atas, 4 siswa kelompok tengah dan 3 kelompok bawah sebagai subyek uji coba. Siswa-siswa tersebut diberikan draft modul IPA terpadu hasil validasi pakar dan angket tanggapan siswa. Modul beserta angket tanggapan tersebut dibawa pulang oleh siswa dan diberikan waktu selama tiga hari untuk membaca, mempelajari, mengerjakan soal dan memberikan tanggapan secara mandiri. Setelah itu angket tanggapan diminta kembali guna menyempurnakan produk sebelum melakukan uji coba yang lebih luas. Selain itu guru IPA juga diberikan angket tanggapan beserta modul IPA terpadu hasil validasi pakar seperti halnya siswa dan setelah mempelajari modul selama waktu yang diberikan angket pada guru diminta kembali untuk keperluan penyempurnaan produk. Pelaksanaan uji coba lapangan awal ini dilakukan sebelum tema Bunyi diberikan guru.

35 23 g) Merevisi Hasil Uji Coba Pada tahap ini dilakukan revisi berdasarkan masukan dari guru dan siswa. Selain itu, dilakukan evaluasi hasil uji coba lapangan awal untuk mengkaji setiap kekurangan. Dari hasil evaluasi, kemudian dilakukan penyempurnaan untuk memperbaiki kekurangan yang ada setelah itu, mempersiapkan modul IPA terpadu hasil revisi untuk divalidasi kembali oleh pakar apabila terdapat banyak perubahan sebelum dilakukan uji coba skala luas h) Validasi Produk modul IPA terpadu hasil revisi pada uji coba lapangan awal apabila terdapat banyak perubahan di validasi kembali. Instrumen yang digunakan sama dengan instrumen untuk validasi sebelum uji coba skala terbatas tetapi yang digunakan hanya penilaian tahap II karena tahap I sudah lolos penilaian. i) Revisi Produk Pada tahap ini dilakukan revisi untuk memperbaiki kekurangan berdasarkan hasil evaluasi dan masukan dari validator dan mempersiapkan modul IPA terpadu hasil revisi untuk uji coba skala luas. j) Uji Coba Skala Luas Modul IPA terpadu diuji keefektifannya dengan diterapkan pada kondisi nyata, yaitu dengan pembelajaran menggunakan modul di kelas. Sampel yang digunakan yaitu kelas VIII A yaitu kelas dengan pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu yang dikembangkan oleh peneliti dan diakhir pembelajaran diadakan evaluasi untuk menilai hasil belajar siswa. Instrumen

36 24 tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah instrumen tes yang sudah dilakukan validasi konstruk oleh dosen pembimbing. Diakhir pembelajaran siswa diberikan angket tanggapan siswa untuk dilakukan penyempurnaan modul. Guru IPA menggunakan modul IPA terpadu di dalam pembelajaran yang sebelumnya sudah diberikan sehingga guru juga diberikan angket tanggapan guru. Peneliti selama uji coba skala luas bertindak sebagai observer yang mengamati pengelolaan kelas dan aktifitas siswa sekaligus menilai aspek keterampilan proses siswa. Setelah selesai kegiatan belajar mengajar peneliti dan observer melakukan refleksi terhadab KBM yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi digunakan untuk dasar revisi sehingga diperoleh perangkat pembelajaran hasil pengembangan. k) Revisi Produk Pada tahap ini, hasil uji coba skala luas yang telah dilakukan kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui pengembangan modul efektif atau tidak. Selanjutnya dievaluasi dan diadakan revisi akhir guna menyempurnakan modul akhir. l) Modul Final Setelah modul selesai direvisi maka akan dihasilkan modul final yang layak digunakan.

37 Analisis Data Data Validasi Pakar Skor data hasil validasi pakar terhadap modul dianalisis secara deskriptif persentase. Validasi dilakukan oleh pakar IPA, bahasa dan penyajian a. Validasi oleh pakar IPA, bahasa dan penyajian. 1) Tahap I Validasi oleh pakar IPA dan media terdiri dari 2 tahap, yaitu: Pada tahap ini dinilai dengan memfokuskan pada kesesuaian SK dan KD, kelayakan penyajian secara umum. Data penilaian tahap I dianalisis menggunakan rumus Keterangan: K= Σni N x 100% K = persentase ni = jumlah jawaban ya/ sesuai/ ada N = jumlah skor total Modul IPA terpadu dinyatakan lolos penilaian tahap ini apabila semua butir dalam lembar validasi mendapat nilai atau respon positif (Ya/ Ada/ Sesuai) dengan persentase 100%. Jika terdapat butir yang dijawab negative atau persentase yang dihasilkan < 100%, modul IPA terpadu dinyatakan tidak lolos. 2) Tahap II Pada tahap ini dinilai dengan memfokuskan pada komponen kelayakan isi, kebahasaan dan penyajian. Modul divalidasi kembali secara lebih komprehensif dan mendalam menggunakan lembar validasi tahap II.

38 26 Data-data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif persentase, menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: K= Σni N x 100% K = persentase skor yang diperoleh ni = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal Tabel 3.1 Kriteria Persentase Skor Penilaian Berdasarkan BSNP. Interval % skor 81,25% <skor 100% 62,50% <skor 81,25% 43,75% <skor 62,50% 25%<skor 43,75% Kriteria Sangat layak Layak Kurang Layak Tidak Layak Modul IPA terpadu dinyatakan lolos penilaian tahap ini apabila mempunyai rerata skor lebih besar dari 2,5 atau 62,5% pada setiap subkomponen kelayakan isi, kebahasaan, dan penyajian. Rerata skor diisi oleh peneliti Data Tanggapan Guru dan Siswa Untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap modul IPA terpadu serta untuk menyempurnakan modul guru dan siswa diberi angket tanggapan guru dan siswa terhadap modul. Data angket tanggapan guru dan siswa terhadap modul dianalisis dengan cara deskriptif persentase, yaitu dengan menjumlahkan seluruh skor butir pernyataan yang telah dipilih guru dan siswa kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus:

39 27 K= Σni N x 100% Keterangan: K = persentase skor yang diperoleh ni = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal Tabel 3.2 Kriteria Persentase Skor Penilaian Interval % skor 75 % < skor 100% 50% < skor 75 % 25 % < skor 50% 25% Kriteria Sangat baik Baik Kurang Baik Tidak baik Data Hasil Belajar Siswa Langkah-langkah analisis hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: 1. Mengubah skor dalam bentuk nilai N= jumlah skor yang diperoleh jumlah skor maksimal X 100 Siswa dikatakan tuntas apabila nilai mencapai KKM 2. Nilai akhir hasil belajar siswa Keterangan: NA = nilai akhir A = nilai tugas B = nilai evaluasi akhir NA = A + 2B 3

40 28 3. Menentukan persentase ketuntasan siswa secara klasikal Keterangan: P = ni n X 100% P = ketuntasan belajar secara klasikal ni = jumlah siswa yang tuntas secara individual (nilai 80) n = jumlah siswa keseluruhan Penilaian kualitas hasil belajar dengan mengkonfirmasikan persentase ketuntasan klasikal dengan parameter sebagai berikut: Tabel 3.3 Kriteria Hasil Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa Interval % skor 75 % < skor 100% 50% < skor 75 % 25 % < skor 50% 25% Kriteria Sangat baik Baik Kurang Baik Tidak baik Data Observasi Keterampilan Proses Untuk mengetahui keterampilan proses siswa selama pembelajaran berlangsung, setiap butir keterampilan proses akan dinilai oleh observer. Data-data tersebut akan dianalisis secara deskriptif persentase, menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: K= Σni N x 100% K = persentase skor yang diperoleh

41 29 ni N = Jumlah skor yang diperoleh = Jumlah skor maksimal Tabel 3.4 Kriteria Observasi Keterampilan Proses. Interval % skor 75 % < skor 100% 50% < skor 75 % 25 % < skor 50% 25% Kriteria Sangat baik Baik Kurang Baik Tidak baik

42 30 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil Pengembangan Modul Pengembangan modul IPA terpadu pada tema bunyi mengacu pada langkahlangkah penelitian pengembangan menurut Sugiyono (2009) yang telah dimodifikasi pada tahapan-tahapanya. Berdasarkan latar belakang masalah yang diperoleh maka dikembangkan bahan ajar dalam bentuk modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi. Secara garis besar langkahlangkah penyusunan modul dapat dilihat pada Gambar 4.1. Perumusan SK, KD dan indikator hasil belajar yang harus dicapai, serta tujuan belajar secara jelas. Merencanakan strategi pengorganisasian isi modul, meliputi: penyusunan materi. Struktur modul: 1. Bagian pendahuluan: sampul, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan modul, SK, KD, tujuan pembelajaran, pendahuluan, peta konsep. 2. Bagian isi: sub judul, tujuan pembelajaran, kata kunci, uraian materi (dilengkapi coba pikirkan, jelajah internet, tahukah anda, tindak lanjut, pertanyaan dan pernyataan keterampilan proses), LKS, LDS, latihan soal per-kegiatan pembelajaran, tes formatif, rangkuman. 3. Bagian akhir: kunci jawaban, indeks, glosarium, daftar pustaka. Gambar 4.1 Garis Besar Langkah-Langkah Pengembangan Modul IPA Terpadu 30

43 31 Produk yang dihasilkan merupakan modul IPA terpadu yang memiliki struktur kelayakan modul. Berikut ini bagian-bagian modul meliputi: a. Bagian pendahuluan modul IPA terpadu Bagian pendahuluan modul IPA terpadu terdiri atas: 1. Sampul Sampul memuat antara lain judul modul yaitu modul IPA terpadu tema bunyi, lambang Unnes dan konservasi, gambar ilustrasi (mewakili kegiatan yang dilaksanakan pada pembahasan modul), tulisan lembaga, tingkatan kelas, dan nama dosen pembimbing. 2. Kata pengantar Kata pengantar memuat ucapan syukur kepada Tuhan, gambaran singkat tentang modul yang disusun, dan harapan penulis. 3. Daftar isi Daftar isi memuat kerangka (outline) modul yang dilengkapi dengan nomor halaman. 4. Pedoman penggunaan modul Memuat panduan tatacara menggunakan modul, yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari modul secara benar. Panduan modul memuat pedoman bagi siswa dan guru. 5. SK dan KD SK dan KD yang akan dipelajari dicantumkan pada modul agar siswa dalam belajar tidak keluar dari konsep dan terarah. SK dan KD disesuaikan dengan kurikulum terbaru.

44 32 6. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran disajikan pada modul menyesuaikan SK dan KD yang disusun dengan memperhatikan unsur ABCD (Audience, Behaviour, Condition, Degree) dan memuat karakter. 7. Jaringan tema Jaringan tema disajikan pada modul sesuai dengan pembelajaran IPA yang dikemas dengan tema atau topik tentang teori yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin ilmu yang mudah dipahami siswa. Jaringan tema mencakup kajian Fisika dan Biologi. 8. Pendahuluan Pendahuluan memuat (a) Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat, (b) Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul, (c) Urutan butir sajian modul (kegiatan belajar) secara logis, (d) Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu agar berhasil dikuasai dengan baik. 9. Peta konsep Peta konsep memuat jaring-jaring materi yang ada pada modul serta konsepkonsep atau pokok-pokok materi yang ada di dalam modul. Peta konsep dibuat dalam bentuk diagram alur atau gambar. b. Bagian isi modul IPA terpadu Bagian isi modul IPA terpadu terpadu terdiri atas: 1. Tujuan pembelajaran setiap kegiatan pembelajaran. Memuat kemampuan yang harus dikuasai untuk satu kesatuan kegiatan belajar. Kegiatan belajar terdiri dari 2 kali kegiatan belajar.

45 33 2. Kata kunci Kata kunci diambil dari kata penting yang ada pada setiap kegiatan pembelajaran. Jumlah kata kunci adalah maksimal 5 kata. 3. Uraian materi Berisi uraian pengetahuan/ konsep/ prinsip tentang kompetensi yang sedang dipelajari. Uraian materi memuat coba pikirkan, tahukah anda, jelajah internet, dan tindak lanjut. 4. LKS Berisi petunjuk atau prosedur kerja suatu kegiatan praktik yang harus dilakukan siswa dalam rangka penguasaan kemampuan psikomotorik. Isi lembar kerja antara lain: tujuan praktikum, landasan teori, alat dan bahan, langkah kerja, dan gambar kerja (jika diperlukan) sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Lembar kerja perlu dilengkapai dengan lembar pengamatan yang dirancang sesuai dengan kegiatan praktik yang dilakukan meliputi: hasi pengamatan, pembahasan, dan kesimpulan. 5. LDS Berisi petunjuk atau prosedur diskusi yang harus dilakukan siswa dalam rangka penguasaan kemampuan berpendapat. Isi lembar diskusi antara lain: tujuan, landasan teori, alat dan bahan, langkah kerja, dan gambar kerja (jika diperlukan) sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Lembar kerja perlu dilengkapai dengan lembar pengamatan yang dirancang sesuai dengan kegiatan praktik yang dilakukan meliputi: hasi pengamatan, pembahasan, dan kesimpulan.

46 34 6. Coba pikirkan Item coba pikirkan merupakan bagian dari uraian materi yang didalamnya terkandung suatu pertanyaan yang merupakan konsep yang ada didalam kehidupan sehari-hari. 7. Jelajah internet Item jelajah internet berisi alamat website yang menyajikan tema bunyi yang ada pada uraian materi. Jelajah internet bertujuan untuk melatih siswa memahami konsep lebih mendalam dan mendidik siswa untuk terbiasa menggunakan media internet. 8. Tahukah anda Item tahukan anda merupakan bagian dari uraian materi yang didalamnya terkandung suatu konsep yang ada di dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang dibahas yang tidak semua orang ketahui. 9. Tindak lanjut Item tindak lanjut merupakan bagian dari uraian materi yang berisi tentang ajakan/ anjuran untuk mempelajari materi yang belum ada pada modul untuk memperdalam pengetahuan siswa. 10. Latihan soal per-kegiatan pembelajaran Latihan soal ini berisi soal-soal yang dapat mengetahui penguasaan siswa terhadap kegiatan belajar yang telah dilakukan. Latihan soal ini ada pada akhir setiap kegiatan pembelajaran berbentuk uraian.

47 Rangkuman Berisi ringkasan pengetahuan/ konsep/ prinsip yang terdapat pada uraian materi. Rangkuman harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan dapat menjawab setiap tujuan tersebut. 12. Tes formatif Berisi tes tertulis sebagai bahan pengecekan bagi siswa dan guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan hasil belajar yang telah dicapai pada tema tersebut, sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan berikutnya. Tes formatif ini terdiri dari soal pilihan ganda, isian singkat, dan uraian. 13. Kunci jawaban Berisi jawaban pertanyaan dari latihan soal dan tes formatif yang telah dilakukan. Kunci jawaban ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami materi. c. Bagian akhir modul IPA terpadu Bagian akhir modul IPA terpadu terdiri atas: 1. Daftar Pustaka Semua referensi/ pustaka yang digunakan sebagai acuan pada saat penyusunan modul. Daftar pustaka diperoleh dari referensi tidak lebih dari 10 tahun terkahir. 2. Indeks Indeks subyek merupakan daftar kata penting yang diikuti dengan nomor halaman kemunculannya.

48 36 3. Glosarium Glosarium memuat penjelasan tentang arti dari setiap istilah, kata-kata sulit dan asing yang digunakan dan disusun menurut urutan abjad (alphabetis) Hasil Validasi Modul Pada validasi tahap I diperoleh jawaban 100% positif untuk semua butir penilaian dari seluruh pakar. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa modul IPA terpadu yang telah dikembangkan dinyatakan lolos validasi tahap I dan dinilai kembali pada validasi tahap II. Validasi tahap II dapat dilakukan dengan syarat pada validasi tahap I persentase yang didapatkan 100% atau semua pakar memberikan penilaian positif. Rekapitulasi hasil penilaian pakar tahap I terhadap modul IPA terpadu dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Validasi Tahap I oleh Pakar terhadap Modul IPA Terpadu No Validasi Persentase Penilaian ke- 1 2 Kriteria 1 Pakar IPA 100% - Lolos Tahap I 2 Pakar Bahasa 79% 100% Lolos Tahap I 3 Pakar Penyajian 100% - Lolos Tahap I Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 100. Modul yang telah lolos tahap I dinilai kembali secara lebih mendalam pada validasi tahap II yang dilakukan 2 kali yaitu sebelum uji coba skala terbatas dan sebelum uji coba skala luas. Berdasarkan hasil validasi sebelum uji coba skala terbatas dapat diketahui bahwa modul IPA terpadu yang dikembangkan menunjukan hasil validasi pakar IPA sebesar 85,09% termasuk dalam kriteria layak, pakar bahasa menunjukan hasil 84,03 % termasuk dalam kriteria sangat layak dan pakar penyajian menunjukan hasil 83,75% termasuk dalam kriteria sangat layak. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa modul IPA terpadu yang

49 37 telah dikembangkan dinyatakan layak dan diuji pada uji coba skala terbatas. Rekapitulasi data hasil validasi pakar tahap II terhadap modul IPA terpadu dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Hasil Validasi Tahap II oleh Pakar terhadap Modul IPA Terpadu sebelum Uji Coba Skala Terbatas Hasil Hasil No Validasi pakar Kriteria IPA 71,48% - Layak 2. Bahasa 62,50% 84,03% Sangat Layak 3. Penyajian 83,75% - Sangat Layak Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 117. Setelah uji coba skala terbatas dilakukan, dilakukan validasi kembali sebelum dilakukan uji coba skala luas diketahui bahwa modul IPA terpadu yang dikembangkan menunjukan hasil positif validasi pakar IPA sebesar 85,09% dan 95,74% termasuk dalam kriteria sangat layak pakar bahasa menunjukan hasil 84,03% dan 96,53% termasuk dalam kriteria sangat layak dan pakar penyajian menunjukan hasil 94,58% termasuk dalam kriteria sangat layak. Rekapitulasi data hasil validasi pakar sebelum uji coba skala luas terhadap modul IPA terpadu dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Validasi Tahap II oleh Pakar terhadap Modul IPA Terpadu sebelum Uji Coba Skala Luas No Validasi pakar Hasil Kriteria 1. IPA a. IPA I b. IPA II 2. Bahasa a. Bahasa I b. Bahasa II 85,09% 95,74% Sangat Layak Sangat Layak 84,03% Sangat Layak 96,53% Sangat Layak 3. Penyajian 94,58% Sangat Layak Data selengkapnya dimuat pada lampiran 15 halaman 118.

50 38 Persentase % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% 90.42% 90.28% 84.03% 94.58% 83.75% 71.48% Pakar IPA Pakar Bahasa Pakar Penyajian Validasi Sebelum Uji Coba Skala Terbatas Validasi A Validasi B Validasi Sebelum Uji Coba Skala Luas Selama proses validasi saran dan komentar diberikan oleh pakar. Adapun beberapa perbaikan modul yang telah dilakukan adalah tersaji pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Evaluasi dan Revisi Modul IPA Terpadu No Saran/ Komentar Perbaikan 1 Gambar perlu diperjelas lagi Meninjau gambar pada modul yang perlu dilakukan dan berdasarkan fakta di perbaikan dan menambahkan gambar yang ada lapangan. dilingkungan sekitar. 2 Mengkombinasikan warna dan tulisan dengan baik agar sedap Meninjau kembali warna-warna pada modul dan mengkonsultasikan dengan pakar agar tercipta dipandang mata. kombinasi warna yang baik. 3 Memperbaiki soal-soal menjadi Soal dibuat berdasarkan fakta pada kehidupan terpadu sehari-hari degan mengaitkan pada konsep IPA terpadu Gambar 4.2 Persentase Hasil Validasi Tahap II Sebelum Uji Coba Skala Terbatas dan Luas Menyajikan pertanyaanpertanyaan yang dapat membangun keterampilan proses siswa pada setiap uraian materi Memperbaiki tata tulis yang belum sesuai dengan EYD Sampul diperbaiki agar pesan pada modul dapat tersampaikan melalui sampul. Menambahkan pertanyaan-pertanyaan pada setiap uraian materi dan jawaban tersirat pada uraian materi. Membaca kembali dan memperbaiki kata yang belum baku dengan pedoman kamus internet bahasa Indonesia. Memperbaiki kata-kata pada halaman sampul dari Modul Bunyi menjadi Modul IPA Terpadu Tema Bunyi. Selain itu style font pada sampul juga perlu diadakan perbaikan agar lebih menarik, menambahkan gambar pada sampul, menambahkan lambang Unnes dan konservasi, dan mencantumkan dosen pembimbing pada sampul.

51 Hasil Uji Coba Modul 1) Tanggapan Siswa Rekapitulasi data hasil tanggapan siswa terhadap modul IPA terpadu yang telah dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Hasil Angket Tanggapan Siswa Pada Uji Coba Skala Terbatas dan Luas Uji Coba Persentase (%) Kriteria Skala Terbatas 83 Sangat Baik Skala Luas 91 Sangat Baik Persentase Rata-rata 87 Sangat Baik Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 130. Persentase 100% 80% 60% 40% 20% 0% 83% 91% Skala Terbatas Skala Luas Uji Coba Modul Gambar 4.3 Persentase Kenaikan Hasil Tanggapan Siswa Sebelum Uji Coba Skala Terbatas dan Luas 2) Hasil tanggapan guru Rekapitulasi data hasil angket tanggapan guru IPA terhadap modul dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Rekapitulasi Data Hasil Angket Tanggapan Guru IPA Pada Uji Coba Skala Terbatas Uji Coba Persentase (%) Kriteria Skala Terbatas 87,5 Sangat Baik Skala Luas 96,25 Sangat Baik Persentase Rata-rata 91,88 Sangat Baik Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 126.

52 40 Persentase 100% 80% 60% 40% 20% 0% 87.50% 96.25% Skala Terbatas Skala Luas Uji Coba Modul Gambar 4.4 Persentase Kenaikan Hasil Tanggapan Guru Sebelum Uji Coba Skala Terbatas dan Luas 3) Hasil belajar siswa Rekapitulasi hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Hasil Belajar Rata-rata Jumlah siswa Nilai tertinggi Nilai terendah Siswa tuntas Siswa tidak tuntas Ketuntasan klasikal (Kriteria) Ketercapaian 90, ,33 82, % (Sangat Baik) Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman ) Hasil Observasi Keterampilan Proses Rekapitulasi hasil observasi keterampilan proses berdasarkan pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan 4.9. Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Proses (LDS) Aspek KPS Persentase Penilaian Observer Observer 1 Observer 2 Persentase Rata-Rata Kriteria Pengamatan 86.46% 86.49% 86.48% Sangat Baik Menyusun Data 88.51% 85.81% 87.16% Sangat Baik Menyimpulkan 88.51% 86.49% 87.50% Sangat Baik Menjawab Pertanyaan 86.49% 88.51% 87.50% Sangat Baik Mengkomunikasikan 85.81% 86.49% 86.15% Sangat Baik Persentase Rata-rata 87.16% 86.76% 86,96% Sangat Baik Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 137.

53 41 Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Proses (LKS) Aspek KPS Persentase Penilaian Observer Observer 1 Observer 2 Persentase Rata-Rata Kriteria Eksperimen 85.14% 89.19% 87.17% Sangat Baik Menyusun Data 88.51% 88.51% 88.51% Sangat Baik Menyimpulkan 87.84% 90.54% 89.19% Sangat Baik Menjawab Pertanyaan 87.16% 91.22% 89.19% Sangat Baik Mengkomunikasikan 86.49% 90.54% 88.52% Sangat Baik Persentase Rata-rata 87.03% 90.00% 88,51% Sangat Baik Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 26 halaman Pembahasan Validasi Pakar Tentang Modul IPA Terpadu 1. Validasi Tahap I Validasi tahap I dilakukan untuk menilai modul secara umum pada komponen kelayakan isi, penyajian, dan kegrafikan. Pakar bahasa pada validasi pertama memberikan skor 12 dengan skor total 14. Hal itu membuktikan bahwa modul tidak lolos tahap I. Pakar bahasa memberikan masukan untuk melakukan perbaikan pada item isi buku, kualitas cetakan dan kualitas fisik. Langkah perbaikan yang dilakukan peneliti yaitu dengan menambahkan materi yang relevan pada modul beserta uraian materi yang mencerminkan keterampilan proses yaitu terdiri dari coba pikirkan, tahukah anda, jelajah internet, dan tindak lanju yang mendidik siswa berpikir kritis serta kegiatan diskusi dan praktikum. Selanjutnya peneliti mencetak kembali modul dengan memperbaiki pixel yang lebih besar sehingga cetakan yang dihasilkan memuaskan. Langkah perbaikan yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas fisik modul yaitu dengan menggunakan kertas kualitas terbaik. Pada validasi yang kedua oleh pakar bahasa didapatkan semua item mendapat respon positif dengan persentase rata-rata 100%.

54 42 Pakar IPA memberikan masukan untuk melakukan perbaikan pada item pertanyaan/ soal latihan pada setiap bab agar menambah soal latihan yang mendidik siswa untuk berpikir kritis. Langkah perbaikan yang dilakukan yaitu membuat soal dengan memberikan pengantar berupa soal cerita yang ada didalam kehidupan sehari-hari pada awal soal sehingga dapat merangsang siswa untuk memahami setiap kata. Selain itu masukan dari pakar IPA agar melakukan perbaikan pada item daftar pustaka. Langkah perbaikan yang dilakukan adalah menyesuaikan penulisan daftar pustaka dengan aturan yang baku dan menggunakan referensi up to date maksimal 10 tahun yang lalu. Secara keseluruhan pakar IPA memberikan masukan agar menambahkan materi-meteri yang mendidik siswa mengembangkan keterampilan yang sudah dimiliki siswa. Peneliti melakukan perbaikan dengan menambahkan uraian materi yang didapatkan dari sumber internet dan lingkungan. Pakar penyajian memberikan masukan pada item tujuan setiap bab untuk dilakukan perbaikan. Langkah yang dilakukan peneliti adalah memperhatikan SK dan KD untuk membuat tujuan yang memperhatikan aspek ABCD. Selanjutnya pakar penyajian memberikan masukan pada item daftar pustaka untuk mengurutkan sesuai urut abjad. Langkah perbaikan yang dilakukan adalah memperbaiki urutan abjad dan menambah lebih banyak referensi yang up to date. Selain itu pakar penyajian memberikan masukan pada item keterbacaan, kualitas cetakan untuk diperbaiki. Langkah perbaikan yang dilakukan adalah memperbaiki setiap tata tulis sesuai EYD. Secara keseluruhan pakar penyajian memberikan masukan untuk memperbaiki konten/ isi buku sesuai dengan ketentuan bimbingan dan perbaikan halaman yang belum benar. Pada akhirnya seluruh pakar

55 43 memberikan respon positif yaitu dengan menjawab Ya/ Ada/ Sesuai pada semua butir penilaian yang diajukan. Respon positif yang diberikan merupakan syarat untuk validasi tahap II. Respon positif yang diberikan semua pakar karena SK dan KD dalam modul IPA terpadu tercantum secara implisit pada modul IPA terpadu yang ditunjukan pada halaman pendahuluan. Dilihat dari aspek penyajian modul IPA terpadu telah memenuhi komponen yang harus ada pada komponen penyajian, meliputi: adanya daftar isi, tujuan pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran, peta konsep atau ringkasan, kata kunci, dan daftar pustaka. Modul IPA terpadu juga telah memenuhi syarat kegrafikan yang ditunjukan dengan jawaban positif pada seluruh butir pada komponen kegrafikan, meliputi: kulit buku, isi buku, keterbacaan, kualitas cetakan dan kualitas fisik modul. Hal tersebut membuktikan bahwa modul IPA terpadu yang telah dikembangkan dinyatakan lolos validasi tahap I dan dinilai kembali secara lebih komperhensif dan mendalam pada validasi tahap II. Pada validasi tahap II, komponen yang dinilai meliputi: komponen kelayakan isi, kebahasaan dan penyajian. Masing-masing komponen terdiri dari beberapa sub komponen yang didalamnya memuat butir-butir penilaian. Uraian hasil validasi modul oleh pakar disajikan sebagai berikut: Kelayakan Isi 1) Cakupan Materi Pada butir cakupan materi diperoleh hasil sebesar 100%, hasil tersebut termasuk dalam kriteria sangat layak. Hal ini berarti bahwa modul IPA terpadu memenuhi butir cakupan materi yang meliputi: butir keluasan dan kedalam materi, sehingga tidak dilakukan revisi pada butir ini. Pada awal modul yaitu pada halaman

56 44 pendahuluan tertulis SK dan KD sesuai dengan silabus dalam KTSP. Modul IPA terpadu disusun secara terpadu dengan memperhatikan keterkaitan materi Kimia, Fisika dan Biologi sesuai dengan KTSP. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Azizah (2010) menyatakan bahwa penerapan modul IPA Terpadu menggunakan model terpadu (Integrated Model) pada SMP dapat meningkatkan hasil belajar. Pada setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan teori-teori beserta ilustrasi yang mendukung teori tersebut. Materi disusun secara jelas tentang apa yang dilakukan dan dapat digunakan karena mencakup kegiatan yang mengembangkan keterampilan proses siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Enco (2005) menyatakan bahwa setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan. Informasi dalam modul disajikan ke dalam beberapa kegiatan belajar. Pada masing-masing awal kegiatan belajar tertulis tujuan yang harus dicapai oleh siswa. Setiap kegiatan belajar berisi materi berupa informasi untuk membantu siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan didalam tujuan kemudian dilanjutkan dengan lembar kerja siswa, lembar diskusi siswa, latihan pada masingmasing kegiatan belajar dan uji kompetensi sesuai materi yang disajikan. Materi yang disajikan juga dilengkapi dengan coba pikirkan, jelajah internet, tahukah anda, dan tindak lanjut yang dapat merangsang siswa untuk mengembangkan keterampilan proses dan berpikir kritis.

57 45 2) Akurasi Materi Pada butir akurasi materi diperoleh hasil sebesar 83,33% termasuk dalam kriteria sangat layak, sehingga dapat dikatakan modul IPA terpadu memenuhi butir akurasi materi. Butir akurasi materi telah dipenuhi karena materi yang disajikan dalam modul disesuaikan dengan kebenaran fakta, konsep, teori, dan prinsip/ hukum serta tidak menimbulkan banyak tafsir. Modul disusun menggunakan berbagai sumber materi yang dikaitkan dengan tema bunyi serta materi diambil dari sumber yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya. Sumber yang digunakan berupa buku literature, website, maupun lingkunga sekitar. Sumber-sumber materi yang digunakan tersebut terangkum dalam daftar pustaka. Modul IPA terpadu juga dilengkapi dengan index dan glossarium untuk mempermudah pencarian kata-kata asing dan untuk menghindari kesalahan-kesalahan terhadap istilah-istilah asing. 3) Kemutakhiran Pada butir kemutakhiran diperoleh hasil 86,11% termasuk dalam kriteria sangat layak sehingga dapat dikatakan modul IPA terpadu memenuhi butir kemutakhiran. Butir kemutakhiran telah dipenuhi karena sumber yang digunakan berasal tidak lebih dari 10 tahun terakhir, sumber tercantum pada daftar pustaka. Selain dari buku teks, sumber-sumber yang digunakan juga berasal dari internet dan lingkungan, sehingga dapat disesuaikan dengan perkembangan IPTEK. Rujukan dalam modul IPA terpadu menggunakan sumber yang relevan, valid dan mencerminkan ketermasaan (up to date). Pakar IPA memberikan saran untuk memperbaiki item keterkinian/ ketermasaan (contoh-contoh) untuk menyajikan

58 46 foto dan gambar yang berasal dari lingkungan. Langkah yang dilakukan peneliti adalah dengan mengganti gambar-gambar hasil foto penulis. 4) Mengandung Wawasan Produktivitas Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 72,92% termasuk dalam kriteria layak. Pada butir ini dilakukan revisi dengan menambahkan materi yang mengandung wawasan produktivitas sehingga materi dan aktifitas yang disajikan dalam modul IPA terpadu memberikan informasi yang dapat merangsang semangat kewirausahaan, misalnya terdapat materi yang mengajak siswa untuk membuat angklung sederhana menggunakan bambu. Selain itu menambahkan kata-kata yang mencerminkan etos kerja pada uraian materi dan kegiatan praktikum dan diskusi. 5) Merangsang keingintahuan (Curiosity) Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 83,3% termasuk dalam kriteria sangat layak. Kegiatan belajar yang disajikan dalam modul mampu merangsang keingintahuan siswa untuk berfikir kritis, kreatif dan mendorong untuk mencari informasi lebih dari berbagai sumber. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan disajikan uraian, contoh latihan yang membutuhkan pemikiran kritis dan mendidik siswa menggunakan keterampilan yang dimilikinya. Keterampilan tersebut meliputi: eksperimen, pengamatan, menyusun data, menyimpulkan, menjawab pertanyaan, dan mengkomunikasikan. Hal tersebut mendorong siswa akan lebih kreatif untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah untuk memperoleh informasi. 6) Mengembangkan Kecakapan Hidup (Life Skill) Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 79,17% termasuk dalam kriteria sangat layak. Pada validasi sebelum uji coba terbatas dilakukan revisi pada

59 47 kegiatan praktikum dan diskusi sehingga pada kegiatan tersebut dapat mengembangkan kecakapan sosial dan vokasional. Namun setelah dilakukan revisi kegiatan belajar yang disajikan dalam modul mampu memotivasi siswa untuk mengenal diri sebagai pribadi mandiri, makhluk sosial, dan makhluk ciptaan Tuhan, serta dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam modul juga disajikan uraian, contoh dan latihan yang dapat mengembangkan kemampuan psikomotorik yang dapat memotivasi siswa untuk berinteraksi dan berkerjasama dengan orang lain serta dapat mendorong siswa untuk mengembangkan ketermapilan proses yang dimilikinya. 7) Mengembangkan Wawasan Kebinekaan (Sense of Diversity) Pada butir ini diperoleh hasil 83,33% termasuk dalam kriteria sangat layak. Pada validasi sebelum uji coba skala terbatas dilakukan revisi dengan menambahkan gambar dan ilustrasi yang menggambarkan kekayaan potensi keanekaragaman hayati dan syukur siswa kepada Tuhan YME sehingga modul disajikan uraian, contoh dan latihan yang dapat membuka wawasan siswa untuk membangkitkan rasa syukur siswa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan beranekaragam makhluk hidup, serta untuk mengenal, menggali potensi, dan memelihara kelestarian sumber daya yang dimiliki Indonesia. 8) Mengandung Wawasan Kontekstual Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 79,17% termasuk dalam kriteria layak. Dalam modul terangkum uraian, materi, contoh dan latihan yang disajikan seperti kejadian sehari-hari dari lingkungan terdekat sehingga mengandung unsur salingtemas. Dalam modul juga disajikan beberapa gambar dan hasil temuan ilmuwan dalam perkembangan ilmu IPA.

60 48 9) Mengembangkan Keterampilan Proses Siswa Pada butir ini diperoleh hasil 91,67% termasuk dalam kriteria sangat layak. Pada butir ini item mengkomunikasikan konsep IPA hanya mendapatkan skor 2 dengan skor maksimal 4 sehingga penulis memperbaiki modul dengan menambahkan soal-soal yang mendidik siswa untuk belajar mengkomunikasikan dalam bentuk tulisan. Mengkomunikasikan dalam bentuk lisan terletak pada kegiatan presentasi pada kegiatan diskusi dan praktikum. Modul IPA terpadu disajikan menggunakan keterampilan proses siswa yang meliputi: keterampilan mengamati, mengukur konsep obyek IPA, mengklasifikasikan konsep IPA, mengkomunikasikan konsep IPA. Keterampian mengamati merupakan keterampilan mengamati menggunakan lima indra, keterampilan mengukur merupakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok. Keterampilan menyimpulkan merupakan sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Keterampilan mengklasifikasikan merupakan proses mengadakan penyusunan atau pengelompokan atas obyek-obyek atau kejadian. Keterampilan mengkomunikasikan merupakan menyampaikan pendapat baik secara lisan atau tulisan. Segumpan (nd) menyatakan bahwa KPS dasar meliputi: (1) mengamati, (2) mengklasifikasi, (3) mengukur, (4) menggunakan hubungan ruang dan waktu, sedangkan KPS yang terintegrasi (1) menyimpulkan, (2) memprediksi, (3) merumuskan hipotesis, (4) mengontrol variabel, (5) bereksperimen. Jadi sangatlah banyak jenis-jenis keterampilan proses yang harus dimiliki siswa, tetapi minimal siswa harus mempunyai keterampilanketerampilan dasar. Keterampilan-keterampilan tersebut disajikan didalam LKS, LDS, uraian materi dan soal latihan.

61 Kebahasaan 1) Kesesuaian dengan Perkembangan Siswa Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 91,67% termasuk dalam kriteria sangat layak. Bahasa yang digunakan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa SMP. Bahasa yang digunakan menggunakan Bahasa Indonesia yang sederhana untuk menjelaskan konsep dan ilustrasi aplikasinya menggambarkan contoh konkret sampai contoh abstrak yang ada di lingkungan sekitar sampai lingkungan global. Sebelum modul dikatakan valid pakar bahasa memberikan nilai 2 dengan skor maksimal 4 pada butir ini sehingga, peneliti melakukan dengan mengganti setiap kata yang membuat penafsiran yang berbeda-beda. 2) Komunikatif Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 91,67% termasuk dalam kriteria sangat layak. Sebelum modul dikatakan valid pakar bahasa memberikan nilai 2 dengan skor maksimal 4 pada item kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan sehingga peneliti melakukan revisi dengan mengaitkan ilustrasi(gambar) dengan materi. Modul yang sudah valid karena bahasa yang digunakan telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, ejaan yang digunakan sesuai dengan kamus Bahasa Indonesia dan mengacu pada ejaan yang disempurnakan. Dalam modul juga disediakan glosarium untuk mengurangi kesalahan dalam pemahaman apabila terdapat kata atau istilah asing. Istilah-istilah tersebut telah baku diginakan dalam bahasa IPA.

62 50 3) Dialogis dan Interaktif Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 87,5% termasuk dalam kriteria sangat layak. Sebelum modul dikatakan valid pakar bahasa memberikan nilai 2 dengan skor maksimal 4 pada item kemampuan memotivasi siswa untuk merespon pesan dan skor 1 pada item menciptakan komunikasi interaktif sehingga peneliti melakukan revisi dengan meneliti setiap kata pada modul. Modul yang disajikan menggunakan bahasa yang membangkitkan rasa senang ketika siswa membacanya dan mendorong mereka untuk mempelajari modul tersebut secara tuntas. Penyajian materi bersifat dialogis yang memungkinkan siswa seolah-olah berkomunikasi dengan penulis. 4) Lugas Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 83,33% termasuk dalam kriteria sangat layak. Kalimat yang dipakai mewakili isi pesan atau informasi yang ingin disampaikan dengan tetap mengikuti tata kalimat yang benar yaitu memuat minimal mengandung subyek dan prediakat. Istilah yang digunakan sesuai dengan istilah teknis Ilmu pengetahuan yang disepakati. Dalam modul juga disediakan glosarium untuk mengurangi kesalahan dalam pemahaman apabila terdapat kata atau istilah asing. Istilah-istilah tersebut telah baku diginakan dalam bahasa ilmiah. 5) Koherensi dan Keruntutan Alur Pikir Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 83,33% termasuk dalam kriteria sangat layak. Materi dalam modul yang disesuaikan dengan kurikulum KTSP. Urutan bab dan sub bab dalam materi juga telah sesuai dengan kurikulum yang berlaku, sehingga telah mencerminkan keruntututan dan keterkaitan isi serta

63 51 keutuhan makna, sehingga materi yang disajikan mencerminkan kesatuan tema, kesatuan sub tema, dan kesatuan pokok pikiran. 6) Penggunaan Istilah dan Simbol Lambang Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 91,67% termasuk dalam kriteria sangat layak sehingga dapat dikatak modul IPA terpadu memenuhi butir penggunaan istilah dan simbol lambang. Penggunaan istilah, simbol/ lambang yang menggambarkan konsep, prinsip, dan asas telah disesuaikan antar bagian dalam modul. Penulisan nama ilmiah atau nama asing juga telah disesuaikan dengan ketentuan penulisan nama ilmiah Kelayakan Penyajian 1) Teknik Penyajian Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 87,5% termasuk kriteria sangat layak sehingga dapat dikatakan modul IPA terpadu memenuhi butir teknik penyajian. Sistematika materi dalam setiap kegiatan belajar disusun secara runtut, yang memuat pendahuluan, isi, penutup (rangkuman) dan evaluasi. Materi dalam modul disajikan mulai dari konsep dasar atau sederhana diteruskan dengan konsep yang lebih rumit. Materi yang disajikan dalam kegiatan belajar telah diurutkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku, sehingga keruntutan konsep, kekonsistenan sistematikan, serta keseimbangan antar kegiatan belajar telah sesuai dengan KTSP. 2) Pendukung Penyajian Materi Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 90% termasuk kriteria sangat layak sehingga dapat dikatakan modul IPA terpadu memenuhi setiap butir pendukung penyajian materi. Butir ini telah dipenuhi karena modul IPA terpadu

64 52 dilengkapi pengantar modul yaitu uraian penjelasan singkat modul dan cara penggunaan modul yang terdapat pada awal modul. Modul IPA terpadu juga mencantumkan rujukan/ sumber acuan gambar yang diambil dari sumber lain dan disesuaikan dengan teks. Modul dilengkapi dengan glosarium yang berisi penjelasan arti istilah dalam modul yang disusun secara alfabetis, daftar pustaka yang merupakan bahan rujukan modul, rangkuman, serta index yang merupakan halaman istilah didalam modul. Pada validasi sebelum uji coba skala terbatas pakar penyajian memberikan masukan agar rangkuman disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Peneliti melakukan revisi dengan menyesuaikan rangkuman dengan tujuan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran terjawab semua pada rangkuman. 3) Penyajian Pembelajaran Pada butir ini diperoleh hasil sebesar 90% termasuk kriteria sangat layak sehingga dapat dikatakan modul IPA terpadu memenuhi butir penyajian pembelajaran. Materi dalam modul IPA terpadu menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran, dimana siswa diajak untuk aktif dalam mencari informasi. Uraian materi dalam modul meenyajikan jelajah internet, coba pikirkan, tahukah anda dan tindak lanjut yang memungkinkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Modul IPA terpadu bersifat interaktif dan parsitipatif sehingga memotivasi siswa untuk belajar mandiri, misalnya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan atau gambar yang menarik. Setiap akhir kegiatan belajar juga disajikan soal-soal latihan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi

65 53 yang dipelajari, soal dilengkapi dengan kunci jawaban sehingga siswa dapat mengukur sendiri tingkat pemahamanya. Pakar penyajian memberikan masukan pada item glosarium. Langkah yang dilakukan adalah dengan menyesuaikan setiap kata pada glosarium dengan uraian materi. Selain itu masukan pada item menyajikan umpan balik untuk evaluasi diri juga diberikan sehingga dilakukan revisi dengan memberikan materi yang dapat melatih siswa mengevaluasi diri. Siswa dalam mengevaluasi diri dengan mengisi latihan-latihan pada modul dan menghitung sendiri skor yang didapatkan dengan melihat kunci jawaban pada modul. Pakar penyajian juga memberikan masukan agar soal uraian dan isian singkat untuk dibuat secara terpadu. Persentase tiap-tiap pakar berbeda-beda karena masing-masing ahli memberikan skor sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Pakar IPA memberikan skor rata-rata sebesar 84,10%, pakar bahasa memberikan skor rata-rata sebesar 88,21%, dan pakar media memberikan skor rata-rata sebesar 89,17%. Meskipun terdapat perbedaan hasil, tetapi rata-rata hasil validasi ketiga pakar masih berada pada kriteria sangat layak yaitu dengan rata-rata sebesar 87,16%. Hasil ini telah mencapai kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu >75%. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa modul IPA terpadu yang telah dikembangkan dinyatakan valid sebagai bahan ajar pembelajaran tema bunyi. Modul IPA terpadu sebagai bagian dari bahan ajar telah lolos validasi yang berarti mempengaruhi keefektifan bahan tersebut dalam pembelajaran.

66 Hasil Uji Coba Modul IPA Terpadu Tahap uji coba skala terbatas yaitu uji coba pengembangan modul pada sampel yang terbatas atau sedikit. Uji skala terbatas dilakukan di kelas VII B SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah sebanyak 10 siswa. Dalam tahapan ini modul yang digunakan adalah modul yang telah diperbaiki kekuranganya sesuai hasil validasi pakar dan saran yang diberikan pakar. Hasil uji coba skala terbatas meliputi: hasil tanggapan siswa tentang modul yang dikembangkan. Tanggapan siswa yang diberikan pada uji coba skala terbatas dan skala luas secara keseluruhan semua aspek mendapat tanggapan positif dengan skor 83% pada uji skala terbatas dan 91 % pada uji skala luas termasuk dalam kriteria sangat baik, tetapi pada uji coba skala terbatas aspek tanggapan nomor 6 mendapatkan kriteria baik karena ada 10% siswa yang tidak setuju bahwa modul dapat mempermudah siswa mempelajari secara mandiri tanpa bantuan guru. Siswa yang tidak setuju karena siswa malas belajar mandiri dirumah. Hal itu terlihat dari modul yang diberikan, latihan-latihan didalam modul belum dikerjakan. Langkah yang dilakukan peneliti untuk menyempurnakan modul adalah dengan menyempurnakan modul menjadi lebih menarik agar minat siswa untuk belajar menggunakan modul bertambah. Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah dengan menyediakan website tentang materi yang sedang dipelajari sehingga siswa dapat membuka internet di rumah. Setelah dilakukan penyempurnaan pada modul, aspek tanggapan nomor 6 mengalami peningkatan dengan mendapatkan tanggapan positif dengan kriteria sangat baik yang berarti siswa setuju dengan aspek tersebut.

67 55 Tanggapan positif yang diberikan siswa terhadap modul IPA terpadu dikarenakan produk modul yang dihasilkan memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya yang menarik, sajian tema bunyi yang mudah dipahami oleh siswa melalui bahasa yang sederhana dan gambar yang proporsional dapat mengarahkan siswa memahami uraian materi. Presentase pada seluruh item angket baik pada uji skala terbatas maupun uji skala luas diakumulasi dan diambil rata-ratanya terjadi peningkatan rata-rata dari 83% menjadi 91%. Hasil tersebut menginterpretasikan revisi dan validasi yang dilakukan setelah uji coba skala terbatas dinilai sangat berperan untuk meningkatkan persentase kelayakan modul. Persentase perolehan menginterpretasikan bahwa modul IPA terpadu direspon positif oleh siswa sebagai bahan ajar yang dapat diterapkan di SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nisak (2013) bahwa siswa merespon secara positif pembelajaran IPA terpadu yang disampaikan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan termasuk modul. Respon positif yang diberikan siswa menginterpretasikan bahwa secara umum modul menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi kebosanan siswa dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan simpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2012) bahwa model pembelajaran dengan media modul dapat digunakan oleh pihak sekolah atau berbagai pihak yang ingin mengembangkan metode pembelajaran di sekolah untuk mengatasi kebosanan siswa karena penggunaan metode yang monoton. Hasil tanggapan guru digunakan untuk memperoleh masukan-masukan guna penyempurnaan produk serta sebagai indikator bahwa modul yang dikembangkan efektif. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa guru

68 56 memberikan tanggapan positif. Presentase pada seluruh item angket baik pada uji skala terbatas maupun uji skala luas diakumulasi dan diambil rata-ratanya yaitu terjadi peningkatan rata-rata dari 87,5% menjadi 96,25%. Hasil tersebut revisi dan validasi yang dilakukan setelah uji coba skala terbatas dinilai sangat berperan untuk meningkatkan persentase kelayakan modul. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa modul IPA terpadu yang dikembangkan termasuk dalam kriteria sangat baik dengan rerata skor tanggapan guru sebesar 91,88%. Skor tersebut menginterpretasikan bahwa modul IPA terpadu dapat menjadi pedoman pembelajaran IPA disekolah sehingga guru tidak lagi melakukan pembelajaran terpisah-pisah menjadi Biologi dan Fisika melainkan sudah terpadu menjadi pembelajaran IPA terpadu. Harapanya dengan modul IPA terpadu yang dikembangkan peneliti dapat menjadi pedoman penyusunan modul IPA terpadu pada tema yang lain atau penyusunan bahan ajar bentuk lain sehingga pembelajaran IPA terpadu di sekolah efektif. Hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui kefektifan produk. Hasil belajar siswa diperoleh dari gabungan antara nilai tugas dan nilai evaluasi akhir. Pembelajaran dilakukan selama 3 pertemuan dikarenakan terbatasnya waktu dan biaya. Hal itu dilakukan berdasarkan masukan dari guru IPA dan Sekolah dengan alasan penelitian yang dilakukan tidak mengganggu sistem pembelajaran yang sudah dibuat di sekolah. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu menunjukan hasil positif. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang tuntas sebanyak 37 siswa dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal 100% termasuk dalam kriteria sangat baik dan rata-rata nilai 90,40. Keberhasilan

69 57 penggunaan modul IPA terpadu dikarenakan siswa dapat memahami modul IPA terpadu yang disajikan. Hal ini terbukti dari hasil tanggapan siswa menyatakan bahwa 91% siswa lebih mudah memahami modul IPA terpadu tema bunyi. Hasil tersebut membuktikan bahwa modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi efektif digunakan untuk siswa SMP kelas VIII. Kondisi ini sesuai dengan pembahasan Fitriyani (2011) bahwa penggunaan buku teks pelajaran merupakan sumber belajar pokok atau bahan ajar wajib bagi siswa yang juga mampu memudahkan siswa dalam memahami materi yang bersifar abstrak. Berdasarkan hasil belajar tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu lebih efektif dari pada menggunakan bahan ajar lain. Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rodiah (2010) bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang menggunakan modul IPA terpadu dan siswa yang menggunakan buku teks IPA. Observasi keterampilan proses digunakan untuk mengetahui keterampilan proses setiap siswa. Berdasarkan Tabel 4.8 dan 4.9 observasi keterampilan proses dibagi menjadi keterampilan proses siswa pada diskusi dan praktikum. Kegiatan pengamatan dilaksanakan pada saat melakukan diskusi. Pada aspek ini terdapat 3% siswa mendapatkan skor 2 dari total keseluruhan siswa 37 siswa, yang berarti pengamatan yang dilakukan kurang tepat. Hal tersebut mungkin karena dalam melakukan pengamatan kurang maksimal sehingga dalam mengemukakan pendapat kurang tepat. Secara keseluruhan skor yang didapatkan persentase skor rata-rata 86,48% termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal tersebut menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat meningkatkan aspek pengamatan siswa didalam melakukan diskusi.

70 58 Kegiatan eksperimen dilaksanakan pada saat melakukan praktikum. Pada aspek ini terdapat 3% siswa mendapatkan skor 2 dari total keseluruhan siswa 37 siswa, yang berarti pengamatan yang dilakukan kurang tepat. Hal tersebut karena dalam melakukan eksperimen siswa tersebut bermain sendiri dan tidak memperhatikan intruksi yang diberikan guru. Secara keseluruhan skor yang didapatkan persentase skor rata-rata 87,17% termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat menghasilkan data untuk menjawab masalah atau menguji hipotesis. Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ajoke (2012) bahwa untuk mencapai kemandirian melalui kreativitas dan keterampilan proses, siswa harus secara aktif terlibat dalam proses instruksi. Keterampilan menyusun data mendapatkan skor 87,16% pada diskusi dan skor 88,51% pada praktikum, keduanya termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat meningkatkan pemahaman dalam menginterpretasikan data kedalam bentuk tabel. Keterampilan menyimpulkan mendapatkan skor 87,5% pada diskusi dan skor 89,19% pada praktikum, keduanya termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat mendorong siswa untuk membuat pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan yang dilakukan. Keterampilan menjawab pertanyaan mendapatkan skor 87,5% pada diskusi dan skor 89,19% pada praktikum, keduanya termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat mendidik siswa untuk terbiasa menjawab pertanyaan dengan bahasa yang baik.

71 59 Keterampilan mengkomunikasikan mendapatkan skor 86,15 % pada diskusi dan skor 88,52% pada praktikum, keduanya termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat melatih siswa dalam mengkomunikasikan pendapatnya secara tertulis maupun lisan. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keterampilan proses rata-rata skor siswa pada diskusi dan praktikum berturut-turut sebesar 86,96% dan 88,51%, keduanya termasuk dalam kriteria sangat baik sehingga dapat dikatakan bahwa modul IPA terpadu yang telah dikembangkan mampu mengembangkan keterampilan proses siswa untuk aktif dan tanggap.

72 60 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi yang dikembangkan layak berdasarkan standar penilaian buku teks BSNP Berdasarkan hasil validasi pakar IPA 84,10%, pakar penyajian 88,21%, dan pakar bahasa 89,17%. 2. Modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi yang dikembangkan efektif digunakan dalam pembelajaran siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah karena diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 100% siswa telah tuntas belajar. 5.2 Saran Saran untuk yang akan melakukan penelitian yaitu: 1. Soal yang diberikan kepada siswa hendaknya di uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda sehingga soal tersebut valid dalam validitas isi. 2. Perlu penelitian lanjutan untuk menguji keefektifan modul dengan subyek penelitian yang lebih banyak sehingga hasil yang didapatkan lebih valid. 60

73 61 DAFTAR PUSTAKA Ajoke, A. A & Joe, N. P Creativity and Process Skills for Self- Reliance Using Demonstration Approach of Teaching Chemistry. Journal of Science and Technology, 2(11). Amy, J. P & Cherin, L The Power of Practice: What Students Learn From How We Teach. Journal of Chemical Education, 80 (7): Azizah Penerapan Modul IPA Terpadu Menggunakan Pembelajaran Model Terpadu (Integrated Model) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. [BSNP] Badan Standar Nasional Pendidikan Instrumen Penilaian Tahap I Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP Tersedia di [diakses ] Instrumen Penilaian Tahap II Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP online at [diakses ]. Depdiknas Permen Diknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Tersedia di [diakses ] Teknik Peyusunan Modul. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Devi, P. K Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA. Bandung: P4TKIPA. Dimyati & Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Ditjen PMPTK Penulisan Modul. Jakarta: Depdiknas. Erryanti, M. R & Poedjiastoeti, S Student Worksheet Skills Process Oriented Food Additives Materials for Deaf Students SMALB-B. Journal of Chemical Education, 2(1):

74 62 Enco, M Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Fitriyati, N Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Komik Berpendekatan JAS pada Materi Sistem Hormon di SMP 2 Mejobo Kudus.Skripsi. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA Unnes. Fogorty, R How to Integrated the Curricula. USA: IRI/Skylight Publishing.Inc. Halimah, L., Rostika, D. R., & Sudirjo, E Pengembangan Model Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang Mengacu Pada Standar Nasional Pendidikan. Jurnal Penelitian, 10(2). Hansen, J. W & Lovedahl, G. G Developing technology teachers: Questioning the industrial tool use model. Journal of Technology Education,15 (2): Ibrahim, I Representasi Konsep Biologi Kontekstual Pada Buku Pelajaran IPA Kelas VIII, Jurnal Pendidikan. 1(1). Indriyanti, N. Y., Susilowati, E Pengembangan Modul. Diberikan dalam Pelatihan Pembuatan e-module bagi Guru-guru IPA Biologi SMP se- Kota Surakarta menuju Open Education Resources, UNS Surakarta, 07 Agustus Majid, A Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ningsih, W. D. Pengaruh Penggunaan Modul Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran Pemesinan di SMK N 2 Klaten. Skripsi. Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik UNY. Nisak, K & Susasntini, E Pengembangan Perangkat Pe mbelajaran IPA Terpadu Tipe Connected pada Materi Pokok Sistem Ekskresi untuk Kelas IX SMP. Jurnal Pendidikan Sains e-pensa, 1(1). Oludipe & Idowu, D Developing Nigerian Integrated Science Curriculum. Journal of Soil Science and Environmental Managemen, 2(8): Ozgelen, S Students Science Process Skills within a Cognitive Domain Framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 8(4): Prastowo, A Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: DIVA Press.

75 63 Puskur Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas. Tersedia di Trpd. pdf. [diakses ]. Ramesh, M. & Patel, R. C Critical Pedagogy for Constructing Knowledge and Process Skills in Science, Journal Educationia Confab. 2(1). Rodiah Efektivitas Implementasi Modul IPA Terpadu Melalui Pembelajaran Model Integrasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 2 Tugu-Trenggalek. Skripsi. Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunyoto Efektivitas Penggunaan Modul Pembelajaran Interaktif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMK Bidang Keahlian Teknik Mesin. Jurnal Pendidikan, 6(1). Segumpan, R.G. nd. Bruneian Education Students Science Process Skills: Implications to Curriculum and Management. Journal of Science and Mathematics Education in S.E. Asia, 24(2). Trianto Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Yasin, M Implikasi PembelajaranSains Terpadu (Integrated Science Instruction) di SMP. Jurnal Pendidikan, 30(1):

76 Lampiran 1. Silabus 64

77 65

78 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 66 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : Smp Negeri 3 Satu Atap Ayah Kelas / Semester : VIII / 2 Mata Pelajaran : IPA/MTs Tema : Bunyi Alokasi Waktu : 4 X 40 (2x Pertemuan) A. Standar Kompetensi Fisika Biologi B. Kompetensi Dasar Fisika sehari-hari. Biologi pada manusia C. Indikator : 6. Memahami konsep bunyi dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi seharihari. : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. : 6.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan : 1.3 Mendeskripsikan sistem koordinasi dan alat indera dan hubungannya dengan kesehatan. Fisika: 1. Membedakan masing-masing 2 perbedaan infrasonik dan audiosonik melalui studi pustaka dengan percaya diri. 2. Memaparkan karkateristik gelombang bunyi melalui studi pustaka dengan mandiri. 3. Menuliskan 3 contoh gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh rasa ingin tahu. 4. Menjelaskan konsep resosnansi melalui praktikum dengan bertanggung jawab. 5. Memberikan 3 contoh pemanfaatan dan dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi melalui pengalaman didalam kehidupan sehari-hari dengan tekun. Biologi: 1. Mengidentifikasi 3 macam organ penyusun indera (khususnya telinga)

79 67 pada manusia melalui diskusi dengan cermat dan teliti. 2. Mendata menimal 3 contoh kelainan dan penyakit pada alat indera (khususnya telinga) yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya melalui pengalaman didalam kehidupan sehari-hari dengan jujur dan bertanggung jawab. D. Tujuan Setelah melakukan pembelajaran: 1. Siswa dapat membedakan masing-masing 2 perbedaan infrasonik dan audiosonik melalui studi pustaka dengan percaya diri. 2. Siswa dapat mengidentifikasi 3 macam organ penyusun sistem kordinasi dan indera(khususnya telinga) pada manusia melalui diskusi dengan cermat dan teliti. 3. Siswa dapat mendata menimal 3 contoh kelainan dan penyakit pada alat indera (khususnya telinga) yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya melalui pengalaman didalam kehidupan seharihari dengan jujur dan bertanggung jawab. 4. Siswa dapat memaparkan karakateristik gelombang bunyi melalui studi pustaka dengan mandiri. 5. Siswa dapat menunjukkan 3 contoh gejala resonansi dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh rasa ingin tahu. 6. Siswa dapat menjelaskan konsep resosnansi melalui praktikum dengan bertanggung jawab. 7. Siswa dapat memberikan 3 contoh pemanfaatan dan dampak pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi melalui pengalaman didalam kehidupan sehari-hari dengan tekun. E. Materi Pembelajaran Bunyi F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran: Pendekatan : Keterampilan Proses Siswa Metode : a. Eksperimen b. Diskusi c. Ceramah G. Langkah Pembelajaran 1) Pertemuan Pertama : 2 x 40 menit

80 68 No Tahapan Kegiatan 1 Kegiatan Awal 2 Kegiatan Inti Kegiatan 1. Guru membimbing Siswa berdoa untuk memulai pelajaran. 2. Motivasi dan Apersepsi: a. Guru bertanya kepada siswa apa yang terjadi ketika senar pada gitar kita petik? b. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan penuh rasa ingin tahu. Eksplorasi a. Guru menjelaskan pengertian bunyi. b. Guru menjelaskan macam-macam organ penyusun indra pendengar manusia secara umum. c. Guru menjelaskan syarat terjadi dan terdengarnya bunyi sampai ke telinga. d. Guru menjelaskan pengertian cepat rambat bunyi sampai ketelinga. e. Guru menjelaskan cara mengukur cepat rambat bunyi f. Guru menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi cepat rambat bunyi g. Guru menjelaskan penyakit dan kelainan pada telinga. h. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan penuh rasa ingin tahu Elaborasi a. Guru menbentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa secara heterogen. b. Siswa membentuk kelompok sesuai intruksi guru dengan rasa tanggung jawab. c. Guru membagikan Lembar Diskusi Siswa (LDS) kepada masing-masing kelompok. d. Setiap kelompok menerima LDS yang dibagikan oleh guru dengan penuh rasa ingin tahu. e. Guru memberikan intruksi kepada masing-masing kelompok, teknik diskusi yang akan dilakukan. f. Setiap kelompok mendengarkan intruksi dari guru dengan tekun. g. Guru mempersilahkan kepada setiap siswa untuk bertanya apabila ada hal yang belum diketahui mengenai diskusi yang akan dilakukan. Waktu 10 Menit 20 Menit 30 Menit

81 69 3 Kegiatan Akhir 2) Pertemuan ke 2: 2 x 40 menit h. Siswa bertanya kepada guru mengenai diskusi yang akan dilakukan apabila ada hal yang belum diketahui dengan tanggung jawab i. Guru mempersilahkan siswa untuk melakukan diskusi. j. Guru mendampingi siswa dalam melakukan praktikum dan menjawab pertanyaan siswa apabla ada siswa yang belum mengerti. k. Setiap kelompok melakukan diskusi dengan tenang dan bertanggung jawab l. Guru memberi intruksi bahwa diskusi telah berakhir dan mempersilahkan Setiap kelompok maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi. m. Setiap kelompok maju kedepan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi dengan cermat dan teliti. n. Ketika salah satu kelompok maju kedepan kelas, kelompok yang lain menanggapi/menyanggah hasil diskusi yang disampaikan didepan kelas dengan tekun. Konfirmasi a. Guru memberikan penguatan mengenai konsep-konsep yang masih banyak terdapat kesalahan dan mempersilahkan kepada siswa untuk menulis materi yang penting. b. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian a. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan. b. Guru bersama-sama dengan siswa mearik kesimpulan pelajaran pada hari ini. c. Guru membimbing siswa untuk berdoa untuk mengakhiri pelajaran. 15 Menit 5 menit No Tahapan Kegiatan 1 Kegiatan Awal Kegiatan 1. Guru membimbing Siswa untuk berdoa untuk memulai pelajaran 2. Motivasi 3. Apersepsi: a. Guru bertanya kepada siswa berapa mengapa semua alat gamelan di beri rongga? b. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan penuh rasa ingin tahu Waktu 10 menit

82 70 2 Kegiatan Inti Eksplorasi a. Guru menjelaskan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya bunyi. b. Guru menjelaskan faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya bunyi. c. Guru menjelaskan pemantulan bunyi didalam kehidupan sehari-hari d. Guru menjelaskan pengertian resonansi. e. Guru menunjukan gejala resonansi didalam kehidupan sehari-hari. f. Guru menjelaskan fenomena bunyi didalam kehidupan sehari-hari. g. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan tekun Elaborasi a. Guru menbentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa secara heterogen. b. Siswa membentuk kelompok sesuai intruksi Guru dengan rasa tanggung jawab. c. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok d. Guru menjelaskan dan memberikan intruksi mengenai praktikum yang akan dilakukan e. Kelompok siswa mendengarkan intruksi guru dengan tanggung jawab. f. Guru mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya apabila ada konsep yang belum dikuasai mengenai praktikum yang kana dilakukan. g. Siswa bertanya kepada guru mengenai praktikum yang akan dilakukan apabila ada hal yang belum diketahui dengan tanggung jawab. h. Guru mempersilahkan siswa untuk praktikum. i. Guru mendampingi siswa dalam melakukan praktikum dan menjawab pertanyaan siswa apabila ada siswa yang belum mengerti. j. setiap kelompok melakukan diskusi dengan tenang dan bertanggung jawab. k. Setiap kelompok wajib membuat laporan sementara. l. Guru memberikan intruksi bahwa waktu untuk praktikum berakhir. 20 Menit 30 menit

83 71 3 Kegiatan akhir m. perwakilan masing-masing kelompok siswa untuk melakukan presentasi hasil percobaan didepan kelas dan kelompok lain menanggapinya dengan penuh percaya diri. Konfirmasi a. Guru memberikan penguatan mengenai konsep-konsep yang masih banyak terdapat kesalahan dan mempersilahkan kepada siswa untuk menulis materi yang penting. b. Guru menyuruh setiap kelompok untuk membuat laporan praktikum dirumah. c. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian a. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan. b. guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan pelajaran pada hari ini. c. Guru membimbing siswa untuk berdoa untuk mengakhiri pelajaran. 15 menit 5 menit H. Sumber Belajar a. Karim, Saeful dkk Belajar IPA Membuka Cakrawala Sekitar. Jakarta. Jakarta: BSE Depdiknas b. Krisno, Moch. Agus dkk Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs. Jakarta: BSE Depdiknas c. Kuswanti, Nur dkk Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: BSE Depdiknas

84 Lampiran 3. Contoh Lembar Diskusi Siswa (LDS) 72

85 73

86 Lampiran 4. Kunci Jawaban Lembar Diskusi Siswa (LDS) 74 KUNCI JAWABAN LEMBAR DISKUSI SISWA (LDS) INDRA PENDENGARAN MANUSIA (TELINGA) A. Tujuan 1. Siswa dapat mengidentifikasi penyusun sistem kordinasi dan indera (khususnya telinga) pada manusia dengan cermat dan teliti 2. Siswa dapat menyebutkan masing-masing bagian telinga dengan bertanggung jawab. B. Landasan Teori Telinga adalah organ untuk mendeteksi adanya gelombang suara. Gelombang suara adalah molekul- molekul udara yang bergerak membentuk gelombang. Telinga manusia terbagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. 1. Telinga luar 2. Telinga tengah 3. Telinga dalam C. Cara Kerja 1. Cermati gambar yang tersedia 2. Amati setiap bagianya 3. Berilah keterangan pada gambar yang tersedia. 4. Isilah table pengamatan yang tersedia D. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Keterangan : 6 1. Tulang setengah lingkaran 2. Kokhlea/rumah siput. 3. Saluran eustachius. 4. Gendang telinga. 5. Saluran telinga luar 6. Tulang sanggurdi 7. Tulang Martil 8. Tulang landasan Lengkapi dan jelaskan tabel berikut ini sesuai nomor pada gambar!

87 75 NO NAMA FUNGSI ORGAN 1 Martil Meneruskan getaran suara dari gendang telinga ke tingkap oval 2 Kokhlea Menerima getaran yang memberi impuls ke sel-sel saraf untuk menuju ke cairan limfa 3 Eustachius Menjaga agar tekanan udara di dalam dan di luar rongga telinga sama besar 4 Gendang telinga Menerima getaran yang masuk ketelinga untuk diteruskan ke tiga tulang. 5 Saluran telinga Menyalurkan gelombang suara ke telinga dalam luar 6 Tulang sanggurdi Meneruskan getaran suara dari gendang telinga ke tingkap oval 7 Tulang landasan Meneruskan getaran suara dari gendang telinga ke tingkap oval NO BAGIAN TERDIRI DARI 1 Telinga luar Daun telinga dan saluran telinga luar/lubang telinga 2 Telinga tengah Gendang telinga, tulang martil, sanggurdi dan landasan. 3 Telinga dalam Koklea, tiga saluran setengah lingkaran E. KESIMPULAN Penyusun indra pendengar dibagi menjadi tiga yaitu : BAGIAN Telinga luar Telinga tengah Telinga dalam TERDIRI DARI Daun telinga dan saluran telinga luar/lubang telinga Gendang telinga, tulang martil, sanggurdi dan landasan. Koklea, tiga saluran setengah lingkaran

88 Lampiran 5. Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) 76

89 77

90 78

91 Lampiran 6. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 79 KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) A. Tujuan Mengamati resonansi pada bandul B. Landasan Teori Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena getaran benda lain. Syarat terjadinya resonansi adalah frekuensi yang sama dengan sumber getarnya. C. Alat dan bahan Benang, lima buah bandul yang massanya sama, dan dua buah tiang yang sejajar D. Cara kerja 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Hubungkan kedua tiang dengan benang. 3. Gantungkan bandul-badul tersebut pada benang tadi. Panjang tali tiap bandul dibuat berbeda seperti pada Gambar 4. Ayunkan bandul A, lalu amati bandul-bandul yang lain. Bandul manakah yang mengikuti gerakan bandul A? 5. Ulangi langkah 3 dengan mengayunkan bandul B. A B C D E

92 80 E. Pertanyaan 1. Pada saat bandul A kamu ayunkan, bandul manakah yang ikut bergetar bersama-sama bandul A? 2. Pada saat bandul B kamu ayunkan, bandul manakah yang ikut bergetar bersama-sama bandul B? 3. Mengapa demikian? F. Jawaban pertanyaan 1. Bandul D 2. Bandul E 3. Karena kedua bandul tersebut memiliki panjang tali yang sama yang berarti memiliki frekuensi yang sama G. Pembahasan Ketika bandul A digetarkan kearah samping(dengan simpangan kecil) bandul D ikut bergetar namun bandul lain tetap diam. Selain itu ketika bandul B digetarkan dengan simpangan kecil bandul E ikut bergetar. Namun ketika bandul D digetarkan dengan simpangan yang kecil pula tidak ada bandul lain yang ikut bergetar. Ikut bergetarnya A dengan bandul D dan bandul B dengan E karena panjang keduanya sama panjang. H. Kesimpulan 1. Resonansi pada bandul dapat terjadi jika panjang kedua tali bandul dama panjang. 2. Kedua bandul dapat beresonansi yang berarti kedua bandul tersebut memiliki frekuensi yang sama.

93 Lampiran 7. Lembar Validasi Konstruk Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif 81

94 82

95 83

96 84

97 Lampiran 8. Soal Ulangan Harian IPA Terpadu Materi Bunyi 85 PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SMP NEGERI 3 SATU ATAP AYAH Alamat : Jl. Gunung Lanang No. 001 Ds. Mangunweni, Kec. Ayah, Kab. Kebumen ULANGAN HARIAN IPA TERPADU MATERI BUNYI Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : IPA Materi Pokok : Bunyi Kelas/ Semester : VIII/2 Waktu : 40 menit Petunjuk pengerjaan : 1. Tulislah identitasmu di lembar jawab yang disediakan. 2. Pilihlah jawaban yang benar antara a, b, c dan d dengan memberikan tanda X pada lembar jawaban. 3. Jawaban yang benar mendapatkan skor 1 dan jika salah mendapatkan skor 0 Bacaan untuk soal no 1-3 Pada suatu hari Vian membeli gitar baru di pasar. Untuk memainkanya terlebih dahulu Vian menyetem senarnya agar nada yang dihasilkan sesuai. Pertama-tama Vian menggetarkan senar nomor 6 yang berarti nada E dengan menyamakan nada E pada piano, tertera pada layar piano frekuensi nada E 30 Hz. Setelah nada E sama, dia meneruskan dengan menyetem senar nomor 5 yang berarti nada A begitu seterusnya sampai senar nomor Bacaan diatas membuktikan bahwa bunyi berasal dari benda. a. Bergetar b. Panjang c. Terbuat dari besi d. Terbuat dari nilon 2. Apabila dalam SI nada E memiliki frekuensi 330 Hz dan nada A 440 berapa frekuensi nada Hz. a. 10 b. 20 c. 30 d Frekuensi nada E merupakan frekuensi pada daerah. a. Supersonik b. Ultrasonik

98 c. Audiosonik d. Infrasonik Bacaan untuk soal no 4-7 Suatu pagi di kampung Asem digegerkan dengan hilangnya ayam-ayam warga. Setelah diselidiki bersama, ternyata yang menyebabkan ayam-ayam hilang adalah Anjing liar. Semua warga diperintahkan oleh pak lurah untuk mencari anjing tersebut. Salah satu warga yang bernama Arif menemukan anjing tersebut sembunyi dibalik tebing, dengan dibantu satu orang kawan. Arif mencoba mendekati anjing tersebut dengan langkah yang pelan, tetapi walaupun dengan langkah yang pelan anjing tersebut lari karena mengetahui kedatangan Arif. Arif memanggil semua warga untuk mengejar anjing tersebut. Arif mengejar Anjing menggunakan motor dengan kecepatan 60 Km/Jam. Pada jarak 100 m dari posisi Arif, anjing masuk kedalam gua. Arif bersama satu orang teman masuk kedalam gua untuk memburu anjing tersebut. Tetapi ditengah perjalanan Arif kehilangan temanya sehingga Ia memanggilnya dengan keras. Selang waktu 5 detik Arif mendengar suaranya kembali. Kecepatan udara di tempat tersebut 340 m/s. Karena afid tidak berhasil menemukan temanya Ia ke tempat informasi dan berhasil bertemu dengan temanya yang sudah membawa anjing itu. 4. Berapa frekuensi yang dapat didengar Anjing sehingga tetap dapat mendengar langkah Arif? a. <20 Hz b Hz c. > Hz d Hz 5. Berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan Arif untuk masuk ke mulut gua saat jarak keduanya 100 m? a. 0,013 s b. 0,014 s c. 0,015 s d. 0,016 s 6. Kenapa Arif mendengar suaranya kembali? a. kecepatan bunyi lebih kecil dari kedalaman gua b. perambatan bunyi memerlukan waktu. c. dinding gua berupa batu keras. d. pengaruh gema yang terjadi 7. Perkirakan kedalaman gua tersebut. a. 650 m 86

99 87 b. 750 m c. 850 m d. 950 m Bacaan untuk soal no 8-12 Suatu hari Afid dan Andi hendak membunyikan petasan yang baru dibelinya. Mereka membunyikan petasan di sawah dengan harapan tidak mengganggu orang lain. Arif menjadi eksekusi petasan tersebut, Andi yang berjarak 1,2 Km dari Arif, mendengar 4 sekon setelah terlihat percikan api. Tetapi karena Andi memiliki kelainan pada kokleanya, ia tidak dapat mendengar petasan tersebut secara jelas. Suatu ketika Andi mencoba memeriksa telinganya pada dokter Heri yang merupakan Dokter spesialis telinga di desanya. Karena penyakit Andi sudah terlalu lama diderita menyebabkan infeksi pada telinganya. Setelah diperiksa oleh dokter infeksi tersebut disebabkan oleh virus. Setelah diobati penyakit Andi bisa sembuh. Perhatikan ilustrasi di bawah ini! 8. Gambar diatas membuktikan bahwa syarat terdengarnya bunyi adalah.kecuali a. penerima bunyi b. Sumber bunyi c. medium d. telinga 9. Di bagian nomor berapa Dokter Heri memeriksa? a. 1 b. 2 c. 3 d Berapa cepat rambat bunyi diudara saat itu? a. 100 m/s b. 200 m/s c. 300 m/s d. 400 m/s 11. Bagian pada no. 5 berfungsi untuk...

100 a. Menangkap bunyi b. Menghasilkan zat kimia c. Mempertahankan keseimbangan d. Membantu mengeluarkan serangga dan materi asing 12. Penyakit infeksi diatas disebut... a. Radang telinga b. Labirintitis c. Presbiopi d. Tuli 13. Perhatikan gambar dibawah ini! Gambar disamping merupakan alat musik yang bekerja dengan prinsip. a. Asas Doppler b. Resonansi c. Gema d. Gaung 14. Gaung dapat diatasi dengan cara. a. menurunkan tinggi nada b. menyesuaikan frekuensi sumber bunyi c. melapisi dinding dengan zat pemantul yang baik d. melapisi dinding dengan zat yang dapat meredam bunyi Bacaan no Suatu hari Akma disuruh mewakili Ibunya untuk menghadiri pesta tantenya. Dia datang ke acara jam Dia langsung mengambil snack dan jus alpukat lengkap dengan gelas tangkainya, kemudian duduk ditempat yang telah disediakan. Suatu saat dipanggung sudah siap artis ibukota akan menyanyikan lagu. Tiba-tiba ketika penyanyi tersebut mengeluarkan suara masnya, gelas Akma patah, dan sontak membuat geger pesta tersebut. 15. Apa yang menyebabkan gelas yang dipegang Akma patah. a. frekuensinya sama b. amplitudonya sama c. frekuensinya berbeda d. amplitudonya berbeda 16. Di bawah ini fenomena yang menggunakan prinsip sama dengan ilustrasi diatas, kecuali. a. Bergetarnya atap rumah ketika atap sedang dibetulkan. b. Ledakan bom menyebabkan gedung disamping ledakan runtuh c. Pembuatan gendang dengan bagian bawah gendang diberi lubang d. Kereta yang melintas dipinggir rumah menyebabkan getaran pada jendela rumah. 88

101 17. Sumber bunyi beresonansi pertama pada tinggi kolom udara 25 cm. Panjang gelombang kolom udara ketika beresonansi yang ke-2 kali adalah.... a. 37,5 cm b. 75 cm c. 66,7 cm d. 166,7 cm 18. Dibawah ini termasuk karakteristik gelombang bunyi, kecuali... a. Nada b. Amplitudo c. Kuat bunyi d. Tinggi bunyi 19. Sel-sel didalam saluran telinga disebut lilin telinga. Lilin telinga berfungsi... a. Menghasilkan zat kimia b. Mempertahankan keseimbangan c. Menyalurkan gelombang suara ke telinga tengah d. Membantu mengeluarkan serangga dan materi asing 20. Dibawah ini beberapa kemungkinan terjadinya asas Doppler kecuali a. Pendengar bergerak, sumber bunyi bergerak b. Pendengar bergerak sumber bunyi diam c. Pendengar diam, sumberbunyi bergerak d. Pendengar diam, sumber bunyi diam 89

102 Lampiran 9. Kunci Jawaban 90 Nama :. No. Absen :. Kelas :. A. Pilihan Ganda LEMBAR JAWAB Nilai 1 A B C D 6 A B C D 11 A B C D 16 A B C D 2 A B C D 7 A B C D 12 A B C D 17 A B C D 3 A B C D 8 A B C D 13 A B C D 18 A B C D 4 A B C D 9 A B C D 14 A B C D 19 A B C D 5 A B C D 10 A B C D 15 A B C D 20 A B C D

103 Lampiran 10. Contoh Lembar Jawab Ulangan Harian Siswa 91

104 Lampiran 11. Lembar Validasi Tahap I Modul IPA Terpadu oleh Pakar 92

105 93

106 94

107 95

108 96

109 97

110 98

111 99

112 Lampiran 12. Rekapitulasi Lembar Validasi Tahap I Modul IPA terpadu Oleh Pakar 100 REKAPITULASI LEMBAR VALIDASI TAHAP I MODUL IPA TERPADU OLEH PAKAR No Butir Penilaian Pakar Pakar Pakar IPA Bahasa Penyajian I Komponen Kelayakan Isi 1 Standar Kompetensi (SK) Ya Ya Ya tercantum secara implisit 2 Kompetensi Dasar (KD) Ya Ya Ya tercantum secara implisit 3 Kesesuaian isi buku dengan SK dan KD Ya Ya Ya II Komponen Penyajian 1 Daftar Isi Ada Ada Ada 2 Tujuan setiap Bab Ada Ada Ada 3 Peta konsep atau ringkasan Ada Ada Ada 4 Kata kunci/keyword Ada Ada Ada 5 Pertanyaan/soal latihan pada Ada Ada Ada setiap bab 6 Daftar pustaka Ada Ada Ada III Komponen Kegrafikan 1 Kulit buku Sesuai Sesuai Sesuai 2 Isi buku Sesuai Sesuai Sesuai 3 Keterbacaan Sesuai Sesuai Sesuai 4 Kualitas cetakan Sesuai Sesuai Sesuai 5 Kualitas fisik Sesuai Sesuai Sesuai Persentase 100% 100% 100% Persentase Rata-Rata 100%

113 Lampiran 13. Lembar Validasi Tahap II Modul IPA Terpadu Oleh Pakar 101

114 102

115 103

116 104

117 105

118 106

119 107

120 108

121 109

122 110

123 111

124 112

125 113

126 114

127 115

128 116

129 Lampiran 14. Rekapitulasi dan Perhitungan Validasi Modul IPA Terpadu Tahap II oleh Pakar Uji Coba Skala Terbatas 117 REKAPITULASI DAN PERHITUNGAN VALIDASI MODUL IPA TERPADU TAHAP II OLEH PAKAR UJI COBA SKALA TERBATAS Pakar IPA : Parmin, S.Pd.,M.Pd. Pakar Bahasa : Novi Ratna Dewi, S.Si.,M.Pd. Pakar Penyajian : Arif Widiyatmoko, S.Pd.,M.Pd. No Aspek yang dinilai I Banyak Butir Skor yang diperoleh Skor maksimal Ratarata Persen Kriteria KOMPONEN KELAYAKAN ISI A Cakupan materi % SL Interval % skor Kriteria B Akurasi materi % L 81,25% <skor 100% Sangat layak C Kemutakhiran % SL 62,50% <skor 81,25% Layak D Mengandung wawasan produktivitas % KL 43,75% <skor 62,50% Kurang Layak E Merangsang keingintahuan (curiosity) % L 25%<skor 43,75% Tidak Layak F Mengembangkan kecakapan hidup (life skill) % KL G Mengembangkan wawasan kebinekaan (sense of diversity) % KL Kriteria : H Mengandung wawasan kontekstual % KL SL = Sangat layak I Mengembangkan keterampilan proses siswa % SL L = Layak PERSENTASE PENILAIAN MATERI % L KL = Kurang Layak II KOMPONEN KEBAHASAAN TL = Tidak Layak A Sesuai dengan perkembangan siswa % SL B Komunikatif % SL C Dialogis dan interkatif % SL D Lugas % L E Koherensi dan keruntutan alur pikir % L F Penggunaan istilah dan simbol lambang % SL PERSENTASE PENILAIAN KEBAHASAAN % SL III KOMPONEN PENYAJIAN A Teknik penyajian % L B Pendukung penyajian materi % SL C Penyajian pembelajaran % SL PERSENTASE PENILAIAN PENYAJIAN % SL PERSENTASE RATA-RATA SEMUA KOMPONEN 79.75% L

130 Lampiran 15. Rekapitulasi dan Perhitungan Validasi Modul IPA Terpadu Tahap II Oleh Pakar Uji Coba Skala Luas 118 REKAPITULASI DAN PERHITUNGAN VALIDASI MODUL IPA TERPADU TAHAP II OLEH PAKAR UJI COBA SKALA LUAS Pakar IPA : Parmin, S.Pd.,M.Pd. Pakar Bahasa : Novi Ratna Dewi, S.Si.,M.Pd. Pakar Penyajian : Arif Widiyatmoko, S.Pd.,M.Pd. No Aspek yang dinilai I Banyak Butir Skor yang diperoleh Skor maksimal Ratarata Persen Kriteria KOMPONEN KELAYAKAN ISI A Cakupan materi % SL Interval % skor Kriteria B Akurasi materi % L 81,25% <skor 100% Sangat layak C Kemutakhiran % SL 62,50% <skor 81,25% Layak D Mengandung wawasan produktivitas % L 43,75% <skor 62,50% Kurang Layak E Merangsang keingintahuan (curiosity) % L 25%<skor 43,75% Tidak Layak F Mengembangkan kecakapan hidup (life skill) % L G Mengembangkan wawasan kebinekaan (sense of diversity) % SL Kriteria : H Mengandung wawasan kontekstual % SL SL = Sangat layak I Mengembangkan keterampilan proses siswa % SL L = Layak PERSENTASE PENILAIAN MATERI % SL KL = Kurang Layak II KOMPONEN KEBAHASAAN TL = Tidak Layak A Sesuai dengan perkembangan siswa % SL B Komunikatif % SL C Dialogis dan interkatif % SL D Lugas % L E Koherensi dan keruntutan alur pikir % L F Penggunaan istilah dan simbol lambang % SL PERSENTASE PENILAIAN KEBAHASAAN % SL III KOMPONEN PENYAJIAN A Teknik penyajian % SL B Pendukung penyajian materi % SL C Penyajian pembelajaran % SL PERSENTASE PENILAIAN PENYAJIAN % SL PERSENTASE RATA-RATA SEMUA KOMPONEN 88.13% SL

131 119 REKAPITULASI DAN PERHITUNGAN PENILAIAN MODUL IPA TERPADU TAHAP II OLEH PAKAR UJI COBA SKALA LUAS Pakar IPA : Salimah, A.Md. Pakar Bahasa : Slamet, S.Pd. No Aspek yang dinilai I Banyak Butir Skor yang diperoleh Skor maksimal Ratarata Persen Kriteria KOMPONEN KELAYAKAN ISI A Cakupan materi % SL Interval % skor Kriteria B Akurasi materi % SL 81,25% <skor 100% Sangat layak C Kemutakhiran % SL 62,50% <skor 81,25% Layak D Mengandung wawasan produktivitas % SL 43,75% <skor 62,50% Kurang Layak E Merangsang keingintahuan (curiosity) % SL 25%<skor 43,75% Tidak Layak F Mengembangkan kecakapan hidup (life skill) % SL G Mengembangkan wawasan kebinekaan (sense of diversity) % SL Kriteria : H Mengandung wawasan kontekstual % SL SL = Sangat layak I Mengembangkan keterampilan proses siswa % SL L = Layak PERSENTASE PENILAIAN MATERI % SL KL = Kurang Layak II KOMPONEN KEBAHASAAN TL = Tidak Layak A Sesuai dengan perkembangan siswa % SL B Komunikatif % SL C Dialogis dan interkatif % SL D Lugas % SL E Koherensi dan keruntutan alur pikir % SL F Penggunaan istilah dan simbol lambang % SL PERSENTASE PENILAIAN KEBAHASAAN % SL

132 Lampiran 16. Rekapitulasi Data Validasi Modul IPA Terpadu oleh Pakar 120 REKAPITULASI DATA VALIDASI MODUL IPA TERPADU OLEH PAKAR UJI COBA SKALA TERBATAS DAN LUAS KOMPONEN PAKAR IPA PERSENTASE RATA-RATA KRITERIA Parmin, S.Pd.,M.Pd. Salimah, A.Md. KELAYAKAN ISI Validasi A Validasi B Validasi B SANGAT 71.48% 85,09% 95,74% 84,10% LAYAK PAKAR BAHASA Novi Ratna Dewi, S.Si.,M.Pd. Slamet, S.Pd. KEBAHASAAN Validasi A Validasi B Validasi B SANGAT 84.03% 84,03% 96,53% 88,21% LAYAK PAKAR PENYAJIAN Arif Widiyatmoko, S.Pd.,M.Pd. PENYAJIAN Validasi A Validasi B SANGAT 83.75% 94,58% 89,17% LAYAK PERSENTASE RATA-RATA 87,16% SANGAT LAYAK Keterangan: A = Validasi sebelum uji coba skala terbatas B = Validasi sebelum uji coba skala luas

133 Lampiran 17. Kisi-kisi Angket Tanggapan Guru 121 KISI-KISI ANGKET TANGGAPAN GURU No Indikator No Soal 1. Megetahui komponen kegrafikan pada modul 1, 2, 3, 4, 6, 10 tersusun secara sistematis 2. Mengetahui apakah tujuan pembelajaran pada 5 modul tersusun secara jelas dan logis. 3. Mengetahui apakah isi/konten dalam modul 11, 12, 14 mengandung pembelajaran IPA secara terpadu 4. Mengetahui apakah kegiatan ilmiah di dalam 8,7 modul dapat dilaksanakan 5. Mengetahui kemutakhiran modul sesuai 9 dengan perkembangan iptek 6. Mengetahui apakah modul dapat membantu siswa untuk belajar mandiri Mengetahui teknik evaluasi hasil belajar siswa Mengetahui apakah modul dapat menumbuhkan ketrampilan proses siswa 16, 17, 18, 19, 20

134 Lampiran 18. Contoh Angket Tanggapan Guru Terhadap Modul IPA Terpadu 122

135 123

136 124

137 125

138 Lampiran 19. Rekapitulasi Angket Tanggapan Guru IPA terhadap Modul IPA Terpadu 126

139 Lampiran 20. Kisi-kiai angket siswa 127 KISI-KISI ANGKET SISWA No Indikator No Soal 1. Mengetahui kete 1. Megetahui komponen kegrafikan pada modul 1, 2, 3, 4, 6, 10 tersusun secara sistematis 2. Mengetahui apakah tujuan pembelajaran pada 5 modul tersusun secara jelas dan logis. 3. Mengetahui apakah isi/konten dalam modul 11, 12, 14 mengandung pembelajaran IPA secara terpadu 4. Mengetahui apakah kegiatan ilmiah di dalam 8,7 modul dapat dilaksanakan 5. Mengetahui kemutakhiran modul sesuai 9 dengan perkembangan iptek 6. Mengetahui apakah modul dapat membantu siswa untuk belajar mandiri Mengetahui teknik evaluasi hasil belajar siswa Mengetahui apakah modul dapat menumbuhkan ketrampilan proses siswa 16, 17, 18, 19, 20

140 Lampiran 21. Contoh Angket Tanggapan Siswa Terhadap Modul IPA Terpadu 128

141 129

142 Lampiran 22. Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Modul Modul IPA Terpadu Uji Coba Skala Terbatas 130

143 Lampiran 23. Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Modul IPA Terpadu Uji Coba Skala Luas 131

144 Lampiran 24. Lembar Pengamatan Keterampilan Proses untuk Praktikum Siswa 132

145 133

146 Lampiran 25. Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Untuk Diskusi Siswa 134

147 135

148 Lampiran 26. Rekapitulasi Keterampilan Proses Siswa (LKS) 136

149 Lampiran 27. Rekapitulasi Keterampilan Proses Siswa (LDS) 137

150 Lampiran 28. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa 138

151 Lampiran 29. Daftar Hadir Siswa Uji Skala Terbatas 139

152 Lampiran 30. Daftar Hadir Siswa Uji Skala Luas 140

153 141

154 142

155 Lampiran 31. SK Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi 143

156 Lampiran 32. Surat Ijin Penelitian 144

157 Lampiran 33. Surat Keterangan Sudah melakukan Penelitian 145

158 Lampiran 34. Dokumentasi Guru Memberikan Pelajaran 2. Peneliti Menjadi Observer Aspek Keterampilan Proses

159 Guru Mendampingi Siswa dalam Diskusi 4. Suasanan Belajar Menggunakan Modul IPA Terpadu yang dikembangkan Peneliti

Unnes Science Education Journal

Unnes Science Education Journal USEJ 2 (1) (2013) Unnes Science Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERPENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA TEMA BUNYI DI SMP KELAS VIII Ervian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI. Oleh: ETIK KHOIRUN NISA NIM

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI. Oleh: ETIK KHOIRUN NISA NIM MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI Oleh: ETIK KHOIRUN NISA NIM 090210102023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam proses belajar mengajar terdapat tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya, yaitu pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan bahan ajar. Pada

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Brog dan Gall dalam Sugiyono (2012: 4) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang ditujukan untuk menilai dan mendeskripsikan fakta sebanyakbanyaknya terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian yang

Lebih terperinci

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Ramona Safitri, M. Arifuddin

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL TERHUBUNG (CONNECTED MODEL)

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL TERHUBUNG (CONNECTED MODEL) PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL TERHUBUNG (CONNECTED MODEL) TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG JEMBER SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro Pelatihan sebuah Solusi dalam Pembelajaran IPA Terpadu. PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI BAGI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SE GUGUS 2 KECAMATAN NGANTANG

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI BAGI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SE GUGUS 2 KECAMATAN NGANTANG PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN TEMA SELALU BERHEMAT ENERGI BAGI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR SE GUGUS 2 KECAMATAN NGANTANG Sisca Wulandari 1, Sukamti 2, dan Dimyati 3 Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Pascasarjana

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS KOMPUTER UNTUK SISWA SMP KELAS VII DENGAN TEMA HUJAN ASAM SKRIPSI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS KOMPUTER UNTUK SISWA SMP KELAS VII DENGAN TEMA HUJAN ASAM SKRIPSI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS KOMPUTER UNTUK SISWA SMP KELAS VII DENGAN TEMA HUJAN ASAM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matermatika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII Nunik Hidayatun, Ika Kartika. Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PERBEDAAN PEMBERIAN MODUL PEMBELAJARAN DAN BUKU PAKET IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTsN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN METODE EKSPERIMEN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI HUBUNGAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN LINGKUNGAN, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

Abstrak PENDAHULUAN.

Abstrak PENDAHULUAN. Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 51 PENGEMBANGAN MODUL MATA PELAARAN AKUNTANSI KEUANGAN KOMPETENSI DASAR PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA SISWA KELAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA () BERBASIS INKUIRI POKOK BAHASAN ENERGI DAN PERUBAHANNYA Yanuar Sinatra Dosen Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Malang Email: ysinatra@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menerapkan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Halimah (2009) dalam proses pelaksanaannya,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) BERBASIS MASALAH UNTUK KELAS VIII SMP HALAMAN JUDUL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) BERBASIS MASALAH UNTUK KELAS VIII SMP HALAMAN JUDUL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) BERBASIS MASALAH UNTUK KELAS VIII SMP HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI HITUNG MELALUI RECIPROCAL TEACHING SISWA KELAS VC SD 2 PADOKAN BANTUL TAHUN 2012 HALAMAN JUDUL SKRIPSI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI HITUNG MELALUI RECIPROCAL TEACHING SISWA KELAS VC SD 2 PADOKAN BANTUL TAHUN 2012 HALAMAN JUDUL SKRIPSI MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI HITUNG MELALUI RECIPROCAL TEACHING SISWA KELAS VC SD 2 PADOKAN BANTUL TAHUN 2012 HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa pocket book IPA berpendekatan authentic inquiry learning. Berdasarkan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS HIGH ORDER THINKING SKILL (HOTS) PADA TEMA ENERGI

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS HIGH ORDER THINKING SKILL (HOTS) PADA TEMA ENERGI PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS HIGH ORDER THINKING SKILL (HOTS) PADA TEMA ENERGI Winarno 1, Widha Sunarno 2, Sarwanto 3 1 Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN. Disetujui pada tanggal: 11 Januari Menyetujui: Pembimbing. Bambang Sumarno H.M, M. Kom. NIP

HALAMAN PERSETUJUAN. Disetujui pada tanggal: 11 Januari Menyetujui: Pembimbing. Bambang Sumarno H.M, M. Kom. NIP HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) PADA SISWA KELAS VIID

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd.

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd. BAHAN AJAR MODUL Irnin Agustina D.A., M.Pd. 1. definisi modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (depdiknas)

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR Desminiarti Aprita Indah Ayu SD Negeri I Kaur Selatan Kabupaten Kaur Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI

PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI Oleh Jayanti Oktaviana NIM 090210102064 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu SMP negeri di kabupaten garut tahun pelajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar Pada Universitas Kristen Satya Wacana. Disusun oleh : PURWATI

SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar Pada Universitas Kristen Satya Wacana. Disusun oleh : PURWATI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM PENERAPAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 KANDANGAN KECAMATAN PURWODADI KABUPATENGROBOGAN SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN KELAS VIII SMP SKRIPSI. Oleh Dewi Santi NIM

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN KELAS VIII SMP SKRIPSI. Oleh Dewi Santi NIM PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN KELAS VIII SMP SKRIPSI diajukan sebagai tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

Standards for Science Teacher Preparation

Standards for Science Teacher Preparation Guru sains di SMP saat ini bukan output S1 Pendidikan IPA Standards for Science Teacher Preparation Memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika serta bumi dan antariksa. Guru-guru IPA harus memiliki

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar

Pengertian Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP

2015 PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR HAK CIPTA... ii HALAMAN PENGESAHAN TESIS... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix ABSTRAK... v BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2011: 333),

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2011: 333), BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2011: 333), tujuan

Lebih terperinci

research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU DAN IMPLEMENTASINYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU DAN IMPLEMENTASINYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU DAN IMPLEMENTASINYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Belajar yang Relevan 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini merupakan bagian yang bersifat prosedural. Pada bab ini akan diuraikan mengenai rancangan alur penelitian mulai dari desain penelitian yang digunakan, tahapan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural 53 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural Matematika Penelitian ini mengembangkan buku teks. Dalam penelitian ini model pengembangan pembelajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh HERI TRI GUNTARI

SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh HERI TRI GUNTARI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KONGKRIT PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 12 PURWODADI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGANSEMESTER

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN Anisah, Mustika Wati, dan Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN PEMAHAMAN KONSEP PERUBAHAN ZAT MELALUI PROBEX. Jaryanto. SMP Negeri 1 Pringapus

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN PEMAHAMAN KONSEP PERUBAHAN ZAT MELALUI PROBEX. Jaryanto. SMP Negeri 1 Pringapus UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN PEMAHAMAN KONSEP PERUBAHAN ZAT MELALUI PROBEX Jaryanto. SMP Negeri 1 Pringapus ABSTRAK Pembelajaran secara konvensional materi perubahan zat belum menghasilkan prestasi

Lebih terperinci

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMA NEGERI 1 GAMPING

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMA NEGERI 1 GAMPING LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMA NEGERI 1 GAMPING Jl. Tegalyoso Banyuraden, Gamping Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Disusun Oleh : Nuryadi

Lebih terperinci

Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang

Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA DENGAN PENDEKATAN SAINS, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT (STM) DALAM POKOK BAHASAN ENERGI DAN MOMENTUM Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Boyolali,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development). Metode penelitian dan pengembangan merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG SKRIPSI Oleh : Rully Agustina NIM. 070210192039 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan pendekatan penelitian pengembangan (Research & Development). Pendekatan ini mengacu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of Science untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik kelas VII Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. segi empat dengan pendekatan problem solving (pemecahan masalah) yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. segi empat dengan pendekatan problem solving (pemecahan masalah) yang telah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian mengenai pengembangan modul matematika materi segi empat dengan pendekatan problem solving (pemecahan masalah) yang telah

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DISERTAI TEHNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS DI KELAS

Lebih terperinci

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal

Desain. Produk. Revisi Produk. Produksi Massal BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian Research & Development (R&D). Research & Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) materi perbandingan dengan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 2 (2) (2013) 102-106 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii PENGEMBANGAN LKS IPA TERPADU BERBASIS INKUIRI TEMA DARAH DI SMP N 2 TENGARAN B. K. Putri*, A. Widiyatmoko

Lebih terperinci

Pengembangan modul IPA fisika berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa

Pengembangan modul IPA fisika berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 94 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL JAMUR DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMA

PENGEMBANGAN MODUL JAMUR DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMA PENGEMBANGAN MODUL JAMUR DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMA skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi Oleh Niko Satria Supardi 4401406592 JURUSAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP 476 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.2, 2009, hlm 476-483 PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP Supartono, Saptorini, Dian Sri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS 3 SEKOLAH DASAR SKRIPSI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS 3 SEKOLAH DASAR SKRIPSI PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS 3 SEKOLAH DASAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : NURUL AZIZAH NIM : Drs. Alex Harijanto, M.Si

SKRIPSI. Oleh : NURUL AZIZAH NIM : Drs. Alex Harijanto, M.Si PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X.C DI MAN 2 JEMBER TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : NURUL AZIZAH NIM.080210192018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS X SMA BERSTANDAR NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS X SMA BERSTANDAR NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS) PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI KELAS X SMA BERSTANDAR NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS) SKRIPSI Oleh : Indah Syurya Ningsih NIM. 090210101010

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Puput Ambaryuni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian pengembangan Subject Spesific Pedagogy (SSP) ini menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono (2016:30) mengartikan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran. Perangkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: DEVI HAYUNINGATI

SKRIPSI. Oleh: DEVI HAYUNINGATI PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV MELALUI PENERAPAN VIDEO PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI SDN PADOMASAN 01 JEMBER SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Vita Heprilia Dwi Kurniasari NIM

SKRIPSI. Oleh : Vita Heprilia Dwi Kurniasari NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN MENGGAMBAR GRAFIK FUNGSI ALJABAR SEDERHANA DAN FUNGSI KUADRAT PADA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum lokasi dan subyek penelitian Penelitian ini dilakukan di Prodi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berlokasi

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan

Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan Atira, Unggul Wahyono, dan Sahrul Saehana Atirasudirman066@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran pokok pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam pembelajaran IPA terdapat

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) seharusnya dilakukan secara terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu siswa diharapkan

Lebih terperinci

Kajian Validitas Konstruk Modul IPA Terpadu Berbasis Scientific Approach Materi Pokok Suhu, Kalor dan Perpindahannya SMP Kelas VII

Kajian Validitas Konstruk Modul IPA Terpadu Berbasis Scientific Approach Materi Pokok Suhu, Kalor dan Perpindahannya SMP Kelas VII Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 7 Kajian Validitas Konstruk Modul IPA Terpadu Berbasis Scientific Approach Materi Pokok Suhu, Kalor dan Perpindahannya SMP Kelas VII Intan Pratiwi Wardani 1,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development). Dalam hal ini peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran terpadu

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul Menurut Suprawoto (2009:2) modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development) yang bertujuan untuk mengembangkan modul biologi berbasis model

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGEMBANGAN MODUL BUSANA ANAK UNTUK SISWA KELAS X SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA

SKRIPSI PENGEMBANGAN MODUL BUSANA ANAK UNTUK SISWA KELAS X SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA SKRIPSI PENGEMBANGAN MODUL BUSANA ANAK UNTUK SISWA KELAS X SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II SD KECANDRAN 01 SALATIGA 2015/2016 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2010:297)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN GEOGRAFI BER- BASIS PENDEKATAN SAINTIFIK.

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN GEOGRAFI BER- BASIS PENDEKATAN SAINTIFIK. TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 1, Januari 2017 Halaman: 10-15

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Ali Usman NIM

SKRIPSI. Oleh. Ali Usman NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DENGAN MEDIA ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KARAKTER SISWA (Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 3 Balung, Jember Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO-VISUAL BERBASIS KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh: Febrian Eko Priandono NIM

PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO-VISUAL BERBASIS KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh: Febrian Eko Priandono NIM PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO-VISUAL BERBASIS KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI Oleh: Febrian Eko Priandono NIM 080210102038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Noeraida, S.Si., M.Pd., Widyaiswara PPPPTK IPA noeraida67@yahoo.co.id Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci