TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi dibentuk oleh kelompok-kelompok orang yang mengelola. keberhasilan koperasi tidak hanya cukup dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi dibentuk oleh kelompok-kelompok orang yang mengelola. keberhasilan koperasi tidak hanya cukup dengan"

Transkripsi

1 BAB TINJAUAN PUSTAKA II 2.1 Partisipasi dan Manfaat Koperasi Tujuan utama mendirikan koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota khususnya dan masyarakat daerah sekitar pada umumnya. Namun tujuan tersebut sangatlah abstrak, oleh sebab itu, tujuan yang lebih kongkrit adalah promosi ekonomi anggota. Promosi ekonomi anggota dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan manfaat atau pelayanan secara optimal pada anggota dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Koperasi dibentuk oleh kelompok-kelompok orang yang mengelola perusahaan koperasi secara bersama-sama, dan diberi tugas untuk menungjang kegiatan ekonomi para anggotanya. Setiap kelompok orang dapat merumuskan dan mewujudkan tujuan-tujuan secara bebas melalui kegiatan-kegiatan ekonomi secara bersama. Dengan demikian keberhasilan koperasi tidak hanya cukup dengan partisipasi kontributif, tetapi lebih penting adalah partisipasi insentif dari koperasi bagi anggotanya. Peningkatan partisipasi dapat menumbuhkan rasa ikut memiliki {sense of belonging) para anggota. Hal ini merupakan ciri utama koperasi yang membedakannya dengan organisasi lain (non koperasi). Disamping pengaruh faktor di atas, keberhasilan usaha koperasi juga tampaknya berhubungan erat dengan manfaat yang dirasakan oleh para Lembaga Penelitian Universitas Riau 8

2 anggota koperasi. Manfaat yang dirasakan akan dinilai secara subjektif oleh anggota dan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam menumbuhkan loyalitas dan partisipasi anggota koperasi untuk melibatkan diri dalam setiap aktivitas koperasi. Bila diamati bentuk partisipasi anggota dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Roepke, 2000), yaitu: 1. Partisipasi anggota dalam mengkontribusi atau menggerakkan sumbersumberdayanya. 2. Partisipasi anggota dalam mengambil keputusan (perencanaan, implementasi pelaksanaan, dan evaluasi). 3. Partisipasi anggota dalam menikmati manfaat. Ketiga aspek partisipasi ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Anggota yang tidak menikmati manfaat tidak akan mengkombinasikan sumber-sumberdaya yang dimilikinya. Manfaat koperasi tidak akan diberikan kepada anggota jika mereka tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pada koperasinya. Untuk mendorong tingkat partisipasi anggota yang tinggi dalam suatu koperasi, perlu dilakukan: 1) mengadopsi suatu kegiatan fungsi tunggal koperasi; 2) keanggotaan yang homogen; dan 3) membatasi jumlah keanggotaan. Koperasi harus memberikan motivasi kepada anggotanya agar partisipasi itu efektif. Hal itu diperlukan agar pertumbuhan koperasi selalu meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan partisipasi anggota menimbulkan rasa ikut memiliki. Bagi anggota yang tidak memperoleh manfaat atau tidak terpenuhi kebutuhannya, partisipasi tidak akan efektif dan Lembaga Penelitian Universitas Riau 9

3 biaya yang ditanggung bila mereka ikut berpartisipasi akan semakin besar karena adanya oportunity cost. Sebaiiknya bila manfaat atau kebutuhan anggota terpenuhi, maka partisipasi kontribusi anggota akan efektif dan biaya yang ditimbulkan relatif lebih rendah. Manajemen partisipatif memiliki kesesuaian dengan karakteriatik koperasi yang menekankan partisipasi anggota dalam pembiayaan, transaksi, dan penyampaian penda-pat. Perbedaannya adalah bahwa anggota koperasi berperan sebagai pemilik perusahaan koperasi, sehingga memiliki otoritas penuh dalam menentukan keputusan tanpa adanya hierakhi bawahan (anggota) dengan atasan (manajemen). Manajemen menjalankan perusahaan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anggota sesuai dengan tingkat partisipasinya. Pengendalian manajemen oleh anggota secara teoritis mungkin terjadi sebagaimana pendapat Roepke (2000) dalam model kesesuaian partisipasi, seperti disajikan pada Gambar 1. Bila variabel anggota, manajemen, dan program menemui kesesuaian maka akan tercapai keefektifan pertisipasi anggota. Kesesuaian tersebut adalah: a) antara pelayanan yang dibutuhkan {needs) anggota dengan output pelayanan dari program, b) antara tugas-tugas {task) program dengan kemampuan {abiity) manajemen; dan c) antara apa-apa yang diminta {demands) anggota dengan keputusan {decisions) manajemen. Alat yang digunakan untuk mengendalikan mekanisme tercapainya kesesuaian ini adalah hak suara {voice), hak pilih {vote), dan hak keluar {exit). Lembaga Penelitian Universitas Riau 10

4 Melalui model ini maka anggota akan berpartisipasi maksimal agar perusahaan koperasi bisa terwujud melalui pembiayaan (iuran anggota), memberikan pendapat, dan mengawasi jalannya perusahaan. Adanya kesesuaian tersebut berimplikasi pada pemilihan manajemen yang mampu menjalankan tugas sesuai dengan permintaan dan kebutuhan anggota, melalui mekanisme hak suara {one man one vote). Jika manajemen dianggap menyimpang dan tidak mampu memenuhi kebutuhan usahatani anggota maka anggota akan rugi, sehingga mendorong ke luar dari keanggotaan koperasi. Mekanisme inilah yang perlu ditumbuhkembangkan oleh para promotor pada diri anggota koperasi yang mayoritas kondisi sosial ekonominya lemah, maupun pada manajemen koperasi agar difahami. Bantuan promotor yang andal harus didukung oleh anggota sehingga dapat menciptakan kekuatan anggota sebagai pemilik dan pelanggan koperasi. A/ I PROGRAM ^ i si '\ EFEKTIVITAS PARTISIPASI \\\ ANGGOTA Permintaan Keputusan MANAJEMEN KOPERASI Alat-alat partisipasi (Voice, Vote, Exit) Sumber: Roepke, 2000 Gambar 1. Model Kesesuaian Partisipasi Lembaga Penelitian Universitas Riau 11

5 Mutu parisipasi tergantung pada interaksi dari tiga variable (Roepke, 2000), yaitu: 1. Antara anggota sebagai penerima manfaat dengan program harus ada kesesuaian antara kebutuhan anggota dengan pelayanan atau output sumber-sumbedaya yang disediakan oleh koperasi. 2. Antara manajement koperasi dengan anggota, harus ada kesesuaian kepentingan dengan keputusan manajemen. Manajemen harus mampu dan mau mengartikulasikan dalam keputusan organisasi bagi kepentingan anggota. 3. Program dengan manajemen koperasi harus ada kesesuaian antara syarat-syarat/kepentingan tugas sebagai tuntutan organisasi dengan kemampuan manajemen koperasi. Tingkat partisipasi anggota koperasi berkaitan erat dengan kemampuan yang dimiiiki oleh koperasi didalam menyediakan kebutuhan yang diminta oleh anggota, yaitu: apabiia permintaan anggota tidak seimbang dengan kemampuan yang dimiiiki oleh koperasi, maka anggota akan mengurangi partisipasinya, sebaiiknya apabiia kemampuan yang dimiiiki oleh koperasi sama dengan permintaan anggota, maka anggota akan meningkatkan partisipasinya. Partisipasi anggota dalam koperasi berkaitan erat dengan usaha koperasi. Jika partisipasi akan meningkat, maka efisiensi dan efektivitas usaha juga meningkat, dan partisipasi yang meningkat akan memberikan manfaat yang lebih besar pada anggotanya. Dari bentuk partisipasi anggota. Lembaga Penelitian Universitas Riau 12

6 maka dari pihak koperasi juga memberikan insentif dan kontribusi untuk para anggota, antara lain: 1. Peningkatan pelayanan secara efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh koperasi. Ciri dan intensitas yang dikehendaki melalui penyediaan barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan para anggota berkaitan erat dengan kenyataan, apakah dan seberapa besar barang dan jasa tersebut; a) memenuhi kebutuhan secara subjektif dirasakan oleh masing-masing anggota, dengan demikian akan meningkatkan kepentingan rumah tangga dan unit usahanya; b) disediakan dengan harga, kualitas yang lebih menguntungkan dari pada yang ditawarkan di pasar. 2. Kontribusi para anggota bagi pembentukan perusahaan koperasi dalam bentuk sarana keuangan yang akan dinilai secara subjektif oleh mereka atas dasar biaya oportunitas yang mungkin mahal bagi anggota miskin. 3. Partisipasi dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan mengenai berbagai kegiatan dalam kehidupan koperasi ditinjau dari sudut pandang para anggota dapat merupakan suatu insentif ataupun kontributif. Manfaat yang diterima anggota dari koperasi akan menyebabkan tiaptiap anggota melakukan evaluasi terhadap system yang berlaku di koperasinya. Besarnya manfaat yang diterima oleh setiap anggota dievaluasi secara subjektif. Partisipasi kontribusi anggota secara aktif tergantung dari besarnya manfaat yang diterima. Semuanya itu akan menambah motivasi dan kemampuan mereka untuk memainkan perannya sebagai pemilik koperasi dan sebagai mitra bagi koperasi itu sendiri. Partisipasi Lembaga Penelitian Universitas Riau 13

7 mempengaruhi nilai nnanfaat yang akan diterima anggota dan juga mempengaruhi kinerja koperasi. Sasaran organisasi koperasi adalah mewujudkan peningkatan kepentingan anggota secara maksimal. Kepentingan anggota mendukung tercapainya keberhasilan koperasi sebagai badan usaha dan dapat memperoleh manfaat secara ekonomis dari koperasi. Keberhasilan usaha koperasi harus didasarkan pada landasar teori yang baik dan rasionalitas ekonomi. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh beberapa permasalahan yang berkaitan dengan tingkat partisipasi anggota, demikian pula keberhasilan usaha serta manfaat bagi anggota koperasi di daerah Kabupaten Indragiri Hulu belumlah maksimal. Hal itu disebabkan oleh beberapa fenomena yang dihadapi, antara lain: 1. Rendahnya partisipasi kontributif anggota karena manfaat yang diterima belum sesuai dengan keinginan para anggota. 2. Keterbatasan modal usaha yang dimiiiki koperasi sehingga ruang lingkup usaha yang dapat dijangkau masih terbatas. 3. Program kerja yang dijalankan pengelola sering kali berdasarkan atas pengalaman dan keinginan mengelola sendiri, sehingga kebutuhan dan keinginan anggota terabaikan. 4. Tidak ada perbedaan manfaat yang diperoleh antara anggota dan non anggota karena pelayanan yang diberikan kepada anggota sama dengan pelayanan yang diterima oleh bukan anggota. Lembaga Penelitian Universitas Riau 14

8 2.2 Pelaksanaan Fungsi Menajemen dalam Koperasi Dalam era globalisasi ini, peran koperasi sangat dibutuhkan untuk memberi manfaat ekonomi kepada anggotanya. Dalam kerangka usaha koperasi dapat berperan sebagai lembaga penunjang kegiatan terutama untuk daerah pedesaan, baik pada subsistem pengadaan sarana produksi, produksi, pengolahan hasil, maupun subsistem pemasaran. Koperasi yang dibiayai, dikelola, dimiiiki, dan diperuntukan bagi anggota secara teoritis berperan terutama dalam: Memasok kebutuhan input produksi maupun kebutuhan konsumsi rumah tangga dengan harga lebih murah di banding di pasar; Membantu proses produksi (pertanian) melalui peningkatan keterampilan anggota melalui implementasi prinsip pendidikan anggota, dan penyediaan alat mekanisasi pertanian; Mengusahakan proses pengolahan hasil melalui pengadaan sarana produksi (terutama teknologi tepat guna); Mengusahakan pemasaran hasil usaha anggota dengan harga jual yang memberi keuntungan pada anggota; dan Sebagai wahana dalam meningkatkan posisi pasar karena adanya kekuatan kelompok anggota koperasi. Peran tersebut dapat dipenuhi jika didukung oleh manajemen (pengurus, pengelola/ manajer, dan pengawas) yang mampu dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas promosi anggota. Dukungan anggota dalam membiayai, menyampaikan pendapat, transaksi dengan Lembaga Penelitian Universitas Riau 15

9 koperasi, dan mengawasi kinerja manajemen, sangat diperlukan. Sayangnya kemampuan dan tanggung jawab manajemen sangat rendah. Intervensi pemerintah yang sangat kuat dalam pemberian bantuan keuangan, bangunan, peraiatan, manajemen dan pembinaan menghambat swadaya kelompok koperasi (KUD) sehingga hilangnya kemandiriaan serta menjadi sumber penyimpangan karena lemahnya tanggungjawab manajemen. Lemahnya kemampuan manajemen menyebabkan perusahaan koperasi tidak mampu bersaing. Hasil penelitian ini mencoba mencari jalan keluar dalam meningkatkan kemampuan dan tanggungjawab manajemen, serta meningkatkan kemampuan anggota agar dapat dicapai keberhasilan usaha anggota. Seperti halnya perusahaan lain, manajemen koperasi harus menjalankan fungsi-fungsi manajemen agar perusahaan koperasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam memenuhi tujuan promosi anggota. Downey dan Ericson (1987) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri: 1) perencanaan, menetapkan program khusus untuk mencapai hasil yang diinginkan; 2) pengorganisasian, mencakup pemaduan bagian-bagian organisasi agra cocok satu sama lain; 3) pengarahan, merupakan daya upaya untuk menunjukkan jalan terbaik; 4) penggkoordinasian, menggambarkan usaha-usaha untuk memastikan gigi-roda organisasi bertautan dengan lancar; dan 5) pengendalian, pemeriksaan atas tercapai tidaknya tujuan. Hanya melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut, hasil dan tujuan manajer dapat dicapai Lembaga Penelitian Universitas Riau 16

10 Dalam organisasi koperasi manajemen harus memahami bahwa selain sebagai pemilik perusahaan koperasi, masing-masing individu anggota memiliki perusahaan sendiri, yaitu usahatani yang sedang digelutinya yang bisa sama atau berbeda antar anggota. Keputusan yang diambil seluruh anggota dalam rapat anggota tahunan (RAT) harus dapat diakomodir melalui penetapan berbagai sasaran perusahaan koperasi yang diarahkan pada: Penyediaan unit usaha dan sarana produksi dengan harga besaing, serta jumlah dan kontinuitas ketersediaan yang memenuhi kebutuhan; *> Penyediaan unit usaha peraiatan mekanisasi, alat angkutan, dan gudang untuk mendukung proses produksi dan penanganan pascapanen; Penyediaan unit usaha pemasaran untuk penguasaan pasar atas komodi yang dihasilkan oleh seluruh anggota setelah dikurangi kebutuhan sendiri; Mengarahkan profitabilitas dari usaha seluruh angggota melalui unit-unit usaha; Mekanisme penyerahan dan besarnya sisa hasil usaha untuk anggota; Mekanisme penyerahan dividen terbatas pada para investor; dan Penyediaan unit usaha kebutuhan rumah tangga anggota. Setelah sasaran dirumuskan maka fungsi manajemen dapat dilaksanakan untuk mencapai sasaran tersebut. Perencanaan dilakukan oleh manajemen atas persetujuan dan pendapat anggota melalui langkahlangkah: Lembaga Penelitian Universitas Riau 17

11 Pengumpulan fakta kegiatan usaha dari setiap anggota meliputi: jenis komoditi, kebutuhan sarana produksi, luas lahan, potensi produktivitas/ produksi; harga jual di pasar (tengkulak), potensi agroindustri; Analisis masalah koperasi dan anggota pada setiap anggota; Memperkirakan perkembangan perusahaan koperasi dan perkembangan usaha anggota melalui penyediaan unit-unit usaha koperasi; Menetapkan pendirian unit-unit usaha, volume usaha, besarnya iuran (modal sendiri), dan modal luar untuk mengatasi masalah pada setiap jenis usaha, agar tercapainya sasaran yang telah dirumuskan; Mengembangkan alat evaluasi kemajuan perusahaan koperasi, yang dipahami oleh semua anggota, melalui market test (pengujian pasar) pada setiap priode waktu, yaitu membandingkan harga (pelayanan) di koperasi dengan harga di pasar. Pengorganisasian dalam perusahaan koperasi menyangkut organisasi manajemen dan karyawan perusahaan koperasi, serta kelompok anggota sebagai pemilik. Manajemen dengan karyawannya harus bekerja keras memenuhi kebutuhan setiap usaha anggota sebagai pemilik perusahaan. Anggota tidak terlibat dalam menentukan kinerja perusahaan (unit usaha) koperasi, tetapi menjadi pelanggan istimewanya. Anggota harus mendapat pelayanan istimewa sebagai imbalan atas berbagai partisipasinya, sedangkan karyawan berperan sebagaimanan karyawan dalam perusahaan lain. Pengarahan meliputi dua aspek, yaitu pengarahan oleh kelompok anggota terhadap manajemen koperasi dan pengarahan manajemen Lembaga Penelitian Universitas Riau 18

12 terhadap karyawan dalam perusahaan koperasi. Kelompok anggota mengarahkan sasaran yang ingin dicapai anggota (misalnya pemasaran seluruh hasil usaha dengan harga yang menguntungkan) baik dilakukan oleh manajemen maupun pendelegasiaan pada manajer lavel lebih bawah, menetapkan hasil yang harus dicapai, serta menetapkan tanggung jawab manajemen. Fungsi koordinasi dimaksudkan untuk mensinkronkan kegiatan manajemen yang terdiri dari pengurus, pengawas, dan pengelola/manajer, dalam mencapai sasaran yang diinginkan anggota. Ketiga elemen manajemen koperasi tersebut harus menjalankan tugasnya masing-masing sesuai amanat anggaran dasar dan rumah tangga. Fungsi pengendalian muncul untuk mengantisipasi penyimpangan manajemen dalam memenuhi sasaran yang diinginkan anggota, serta penyimpangan karyawan dalam memenuhi sasaran yang diinginkan manajemen. Pengendalian manajemen dilakukan setiap seat secara bergantian oleh anggota koperasi agar penyimpangan dapat diperbaiki sedini mungkin. Untuk itu manajemen harus secara transparan melaporkan kinerja perusahaan koperasi secara periodik dalam periode waktu yang telah disepakati. Uraian ini mengisyaratkan perlunya setiap anggota koperasi memiliki pemahaman manajemen yang memadai dan keberanian untuk melaksanakan fungsi manajemen tersebut agar manajemen koperasi dapat dikendalikan. Untuk itu sangat diperlukan bantuan promotor yang dapat Lembaga Penelitian Universitas Riau 19

13 mendampingi anggota koperasi sampai mereka memiliki kemampuan dan keberanian agar tidak dimanfaatkan oleh manajemen. Karakteristik koperasi penting difahami dalam upaya memperbaiki kelemahan organisasi dalam mencapai sasaran. Dulfer (1974) dan Muenkner (1976) dalam Hanel (1989) menyatakan bahwa koperasi adalah organisasi yang bersifat otonom (mandiri) sebagai suatu sistem sosial ekonomi, dengan karakteristik: > Adanya sejumlah individu yang bersatu atas dasar sekurang-kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama {kelompok koperasi); > Anggota kelompok koperasi secara individual bertekad mewujudkan tujuannya memperbaiki kondisi sosial ekonominya melalui usaha bersama dan saling membantu {swadaya kelompok koperasi); > Alat untuk mewujudkannya adalah perusahaan koperasi {perusahaan koperasi); dan > Perusahaan koperasi tersebut ditugasi untuk menunjang kepentingan anggota kelompok koperasi dengan cara menyediaakan dan menawarkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para anggota dalam kegiatan ekonominya, yaitu usahatani dan rumah tangga {prinsip promosi anggota) Sesuai karakteristik ini koperasi harus didukung oleh manajemen yang bersifat: Mampu memahami keinginan dan kebutuhan anggota sehingga dapat merumuskan tujuan anggota yang representatif untuk mewakili semua kelompok usahatani anggota; Lembaga Penelitian Universitas Riau 20

14 Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerati Mampu mengelola kemampuan swadaya anggota dalam memberi kontribusi uang, pendapat, dan pengawasan untuk mendirikan perusahaan yang bermanfaat; Bertanggungjawab melaksanakan pelayanan (promosi) pada anggota sesuai dengan kebutuhan anggota bagi keuntungan angota, tanpa mementingkan usaha sendiri; Mampu menjadi manajer agribisnis yang profesional dalam mendirikan perusahaan koperasi yang berorientasi maksimisasi output, melalui kebijakan harga yang tepat, sehingga dapat bersaing di pasar dan memberi keuntungan langsung pada anggota maupun keuntungan tahunan (sisa hasil usaha); dan Bagi daerah pedesaan, manajer harus membangun perusahaan koperasi menjadi perusahaan agribisnis dengan memahami ciri agribisnis seperti diungkapkan Downey dan Erickson (1987), yaitu: kegiatan agribisnis mulai dari: a) pasokan faktor produksi (bibit, pupuk, pestisida, dan peraiatan pertanian); b) proses produksi pertanian (pengolahan tanah, pemupukan dan pemeliharaan, panen); c) proses pasca panen (penjemuran, penggilingan, pemipilan, penyortiran, pengemasan, agroindustri, pergudangan, pengangkutan); d) proses pemasaraan (pedagang perantara, pedagang besar, pasar pemerintah, pengecer); dan e) lembaga keuangan; banyaknya perusahaan agribisnis yang akan menjadi pesaing maupun mitra; Lembaga Penelitian Universitas Riau 21

15 perusahaan agribisnis dikeiilingi oleh petani dengan produk beraneka macam; perusahaan agribisnis dapat berukuran kecil (peorangan) sannpai ukuran raksasa; banyaknya perusahaan agribisnis menyebabkan persaingan bebas perusahaan agribisnis berorientasi pada keluarga petani; perusahaan agribisnis berorientasi pada masyarakat banyak sampai pelosok; sering timbul masalah fluktuasi musim yang berpengaruh pada produksi; sangat dipengaruhi bencana alam seperti banjir, kekeringan, gempa bumi, longsor; kebijakan pemerintah sangat berpengaruh pada kinerja agribisnis, seperti kebijakan harga dasar gabah atau harga pupuk. Memahami hal ini, bagi koperasi yang berkembang di daerah pedesaan, dimana anggotanya lebih dominant petani, maka perusahaan koperasi harus dinamis dalam mengantisipasi fluktuasi produksi, perubahan musim, adanya bencana, bentuk produk pertanian yang beraneka dan cepat rusak, dan produsennya (anggotanya) adalah petani yang seringkali membutuhkan uang untuk rumahtangganya. Untuk itu diperlukan integrasi vertikal, sesuai subsistem agribisnis dimana ke atas anggota sebagai pemilik unit usaha pemasok faktor produksi dan kredit konsumsi, serta kebawah anggota sebagai pemilik unit usaha pengolahan hasil produksi (agroindustri) Lembaga Penelitian Universitas Riau 22

16 dan unit usaha pemasaran hasil produksi, sehingga sangat efisien dan memberikan keuntungan pada anggota. Dalam koperasi, manajemen tertinggi adalah anggota melalui mekanisme rapat anggota tahunan (RAT). Dalam RAT semua keputusan penting dilakukan oleh seluruh anggota, mulai dari pemilihan manajemen (pengurus, pengawas, dan pengelola/ manajer), sampai dengan penyusunan sasaran dan anggaran sesuai kebutuhan usahatani dan rumah tangga petani anggota. Dalam kondisi ini maka otoritas manajemen sebenarnya tidak ada lagi karena semuanya tergantung anggota. Manajemen hanya berperan sebagi simpul pengikat untuk mencapai tujuan yang sama. Bagi koperasi di pedesaan, kenyataan ini tidak pernah dapat dicapai karena: Manajemen bukan orang yang mengerti masalah usahatani, agribisnis, dan manajerial (biasanya elit desa); Manajemen menganggap memiliki otoritas yang sangat besar, sehingga menganbil keputusan sendiri seolah-olah pemilik perusahaan; Manajemen bukan dari kalangan petani, bukan hasil pilihan petani yang bisa mewakilinya; Anggota tidak mempunyai kemampuan untuk memilih manajemen yang tepat karena keterbatasan sosial, ekonomi dan politik. Menghadapi kenyataan ini maka anggota koperasi perlu melakukan upaya, antara lain: Perlu pendirian koperasi baru atas keinginan petani karena koperasi (KUD) bentukan pemerintah tidak mungkin dijadikan koperasi yang memberi manfaat dalam kegiatan agribisnis; Lembaga Penelitian Universitas Riau 23

17 Pendirian l<operasi agribisnis yang baru hanya dilal<ukan jika benar-benar diperlukan dan diyakini bahwa koperasi tersebut dapat memberi manfaat, jika tidak maka sebaiknya transaksi dalam kegiatan agribisnis dilakukan dalam pasar; Dalam pendirian koperasi diperlukan promotor dari perguruan tinggi yang diyakini gratis (sebagai kegiatan pengabdian pada masyarakat), memiliki independensi dan orientasi pada peningkatan kesejahteraan petani; Promotor mengarahkan anggota untuk melakukan mekanisme demokrasi satu orang satu suara dalam memilih manajemen dan memutuskan tujuan sesuai kebutuhan; Khusus untuk pemilihan pengelola/manajer selama koperasi masih kecil maka cukup oleh pengurus, jika sudah besar perlu disewa manajer yang mengerti masalah agribisnis, misalnya sarjana luiusan sosial ekonomi pertanian atau Ikopin; dengan otoritas yang disepakati dan transparan melalui perjanjian; Diperlukan pemberdayaan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga melalui pemahaman oleh manajemen dan anggota, serta perjanjian tertulis dari manajemen untuk melaksanakan ketentuan tersebut; Menempatkan perguruan tinggi sebagai pensihat (pelindung); dan Menghindari campur tangan elit desa, elit kecamatan, dan elit kabupaten; dengan cara mau menerima bantuan pemerintah (jika ada) tanpa syarat, secara tertulis. Lembaga Penelitian Universitas Riau 24

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 1. Dengan berlakunya otonomi daerah, dunia usaha khususnya koperasi di daerah akan menghadapi suatu perubahan besar yang sangat berpengaruh terhadap ikiim

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Profil Masyarakat Pedesaan 5.1.1 Keadaan Umur Petani di Pedesaan Keberhasilan suatu usaha di pedesaan sangat ditentukan oleh umur pelaku usaha itu sendiri. Umur

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelompok Tani Kelompoktani adalah kelembagaan petanian atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan sumberdaya)

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI DAN MANAJEMEN KOPERASI

BAB III ORGANISASI DAN MANAJEMEN KOPERASI BAB III ORGANISASI DAN MANAJEMEN KOPERASI PERANGKAT ORGANISASI James A.F. Stoner mendefinisikan organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pekerjaan untuk mengkoordinasikan sumber daya manusia dan

Lebih terperinci

EKONOMI KOPERASI BAB VI : PARTISIPASI ANGGOTA PADA KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y

EKONOMI KOPERASI BAB VI : PARTISIPASI ANGGOTA PADA KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y EKONOMI KOPERASI BAB VI : PARTISIPASI ANGGOTA PADA KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y MENGAPA BERPARTISIPASI Partisipasi orang merupakan suatu kebutuhan dasar dan hak asasi manusia yang mendasar (Castilo,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah kerjanya biasanya mencangkup

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 69 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penelitian ini dimulai dengan pendapat Spencer dan Spencer (1993:9-10) menyatakan bahwa setiap kompetensi tampak pada individu dalam

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang 302 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang dikuasai rumahtangga petani, harga bayangan pupuk, tenaga kerja dalam keluarga dan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

MANFAAT KEMITRAAN USAHA MANFAAT KEMITRAAN USAHA oleh: Anwar Sanusi PENYULUH PERTANIAN MADYA pada BAKORLUH (Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan Prov.NTB) Konsep Kemitraan adalah Kerjasama antara usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan ACARA 3. KELEMBAGAAN!! Instruksi Kerja : a. Setiap praktikan mengidentifikasi kelembagaan pertanian yang ada di wilayah praktek lapang yang telah ditentukan. b. Praktikan mencari jurnal mengenai kelembagaan

Lebih terperinci

Secara umum, organisasi ekonomi ini memiliki karakteristika (ciri-ciri) sebagai berikut:

Secara umum, organisasi ekonomi ini memiliki karakteristika (ciri-ciri) sebagai berikut: CIRI-CIRI UMUM Oleh : A. Henriques M.Sc Koperasi adalah organisasi ekonomi yang berwatak sosial, yang ditumbuhkan dan dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat dengan maksud meningkatkan kemampuan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN MODEL COOPERATIVE FARMING

PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN MODEL COOPERATIVE FARMING PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN MODEL COOPERATIVE FARMING Sri Nuryanti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A Yani 70, Bogor 16161 PENDAHULUAN Jalur distribusi produk dari produsen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara harfiah kata Koperasi

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.a. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata/signifikan terhadap produksi usahatani jagung

Lebih terperinci

Perbedaan Manajemen Agribisnis dan Manajemen lainnya

Perbedaan Manajemen Agribisnis dan Manajemen lainnya Perbedaan Manajemen Agribisnis dan Manajemen lainnya Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Email : asyahza@yahoo.co.id 1. Keanekaragaman jenis bisnis

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam memecahkan masalah kesenjangan ini adalah melalui kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan era globalisasi, lingkungan bisnis berkembang semakin pesat begitu juga dengan tingkat persaingannya yang semakin ketat. Oleh karena itu perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian

Lebih terperinci

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN PENDAHULUAN Sektor pertanian (dalam arti luas termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan) merupakan sektor yang paling besar menyerap

Lebih terperinci

Stoner dan Freeman Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur-prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Perencanaa

Stoner dan Freeman Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur-prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Perencanaa FUNGSI MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP. Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.unri.ac.id FUNGSI PERENCANAAN Fungsi perencanaan mencakup semua kegiatan yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah seyogyanya bertumpuh pada sumberdaya lokal yang dimiliki dan aktivitas ekonomi yang mampu melibatkan dan menghidupi sebagian besar penduduk. Pemanfaatan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi secara keseluruhan yang dilaksanakan secara terencana rencana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. masa dan merupaka salah satu bidang paling dinamis dan manajemen, Pemasaran

BAB II LANDASAN TEORI. masa dan merupaka salah satu bidang paling dinamis dan manajemen, Pemasaran 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan Subyek bagi semua orang maupun dunia usaha segala masa dan merupaka salah satu bidang paling dinamis dan manajemen, Pemasaran juga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lestari (2005:47) meneliti tentang: Pengaruh modal terhadap sisa hasil usaha KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah positif,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu

Lebih terperinci

MANAJEMEN DALAM KOPERASI

MANAJEMEN DALAM KOPERASI MANAJEMEN DALAM KOPERASI APA ITU MANAJEMEN? Pemahaman konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konsep organisasi. Organisasi adalah tempat orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA di KAB. SUMBA TIMUR Perekonomian Provinsi NTT secara sektoral, masih didominasi oleh aktivitas sektor pertanian. Apabila dilihat secara lebih khusus lagi, penggerak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

PERAN MANAJEMEN DALAM AGRIBISNIS

PERAN MANAJEMEN DALAM AGRIBISNIS PERAN MANAJEMEN DALAM AGRIBISNIS Peran Manajemen dalam Agribisnis Manajemen = suatu rangkaian proses yg meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi & penegendalian

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5355 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan penting bagi bangsa Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan globalisasi yang disertai pertumbuhan perdagangan domestik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan globalisasi yang disertai pertumbuhan perdagangan domestik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Ekonomi nasional sedang mengalami perubahan yang pesat seiring dengan perkembangan globalisasi yang disertai pertumbuhan perdagangan domestik dan persaingan

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB VI : ORGANISASI KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENGERTIAN ORGANISASI Menurut Stoner organisasi didefinisikan sebagai alat untuk mencapai tujuan Organisasi ; kesatuan (entity)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap penyediaan lapangan

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan

Lebih terperinci

Stoner dan Freeman Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur-prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Perencanaa

Stoner dan Freeman Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur-prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Perencanaa FUNGSI MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP. Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.unri.ac.id FUNGSI PERENCANAAN Fungsi perencanaan mencakup semua kegiatan yang

Lebih terperinci

PENGANTAR AGRIBISNIS

PENGANTAR AGRIBISNIS PENGANTAR AGRIBISNIS PENGANTAR AGRIBISNIS I. PEMAHAMAN TENTANG AGRIBISNIS 1. EVOLUSI PERTANIAN MENUJU AGRIBISNIS Berburu dan Meramu budidaya pertanian (farming) ekstensif untuk memenuhi kebutuhan rumah

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa

Lebih terperinci

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani 6 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Kelayakan Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dkk (1973) dalam Assary (2001) Suatu usahatani dikatakan layak atau berhasil apabila usahatani tersebut dapat menutupi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel 54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS

MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP. Email: asyahza@yahoo.co.id dan syahza@telkom.net Tujuan Memahami konsep manajemen produksi agribisnis. Memahami ruang lingkup manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Sejak tahun 1984 Indonesia telah dapat berswaswembada beras. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pada era globalisasi, persaingan antara perusahaan satu dengan yang lainnya semakin ketat. Istilah globalisasi khususnya di dunia usaha telah menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian memegang peranan penting dalam tatanan pembangunan nasional. Peran yang diberikan sektor pertanian antara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci