RESISTENSI RELATIF BERAS PECAH KULIT DAN BERAS SOSOH LIMA VARIETAS PADI ASAL BANYUMAS TERHADAP SERANGAN SITOPHILUS ORYZAE ANNISA NURULHUDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESISTENSI RELATIF BERAS PECAH KULIT DAN BERAS SOSOH LIMA VARIETAS PADI ASAL BANYUMAS TERHADAP SERANGAN SITOPHILUS ORYZAE ANNISA NURULHUDA"

Transkripsi

1 RESISTENSI RELATIF BERAS PECAH KULIT DAN BERAS SOSOH LIMA VARIETAS PADI ASAL BANYUMAS TERHADAP SERANGAN SITOPHILUS ORYZAE ANNISA NURULHUDA DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Resistensi Relatif Beras Pecah Kulit dan Beras Sosoh Lima Varietas Padi asal Banyumas terhadap Serangan Sitophilus oryzae adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Annisa Nurulhuda NIM F

4

5 ABSTRAK ANNISA NURULHUDA. Resistensi Relatif Beras Pecah Kulit dan Beras Sosoh Lima Varietas Beras asal Banyumas terhadap Serangan Sitophilus oryzae. Dibimbing oleh YADI HARYADI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat resistensi beras pecah kulit dan beras sosoh dari lima varietas yang berbeda. Kelima varietas beras yang digunakan adalah Pandanwangi, Inpari 13, IR-64, Situ Bagendit, dan Srikandi yang ditanam di daerah Banyumas. Penelitian ini dilakukan dalam dua seri. Percobaan Seri I dilakukan untuk mengukur pertumbuhan Sitophilus oryzae, sedangkan Percobaan Seri II dilakukan untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada beras selama penyimpanan. Pada Percobaan Seri I sebanyak 200 butir beras kepala diinfestasi dengan 5 pasang serangga Sitophilus oryzae yang berumur 7-15 hari lalu disimpan selama 7 hari. Setelah itu serangga dibuang dan beras disimpan lagi selama 14 hari. Setelah 14 hari dilakukan pengamatan serangga turunan pertama (F1) yang ke luar. Pengamatan dilakukan setiap hari sejak keluarnya turunan pertama sampai tidak ada serangga yang keluar selama 5 hari berturutturut. Pada Percobaan Seri I, parameter yang digunakan adalah jumlah total populasi (Nt), periode perkembangan (D), indeks perkembangan (ID), laju perkembangan intrinsik (Rm), dan kapasitas multiplikasi mingguan (λ). Pada Percobaan Seri II, sebanyak 100 g beras diinfestasi dengan 25 ekor serangga dewasa lalu diinkubasi selama 6 minggu. Setelah 6 minggu jumlah serangga dihitung dan dibuang. Parameter yang digunakan pada Percobaan Seri II ini adalah kenaikan bobot fraksi air, kehilangan bobot fraksi bahan kering, dan persentase frass. Hasil Percobaan Seri I dan Percobaan Seri II menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh nyata terhadap resistensi beras terhadap serangan Sitophilus oryzae. Varietas Srikandi terbukti memiliki resistensi tertinggi terhadap serangan Sitophilus oryzae baik dalam bentuk beras pecah kulit maupun dalam bentuk beras sosoh. Kata kunci: beras sosoh, beras pecah kulit, penyimpanan, resistensi relatif, Sitophilus oryzae, varietas padi. ABSTRACT ANNISA NURULHUDA. Relative Resistance of Five Different Rice Varieties of Banyumas from Sitophilus oryzae Attack during Storage. Supervised by YADI HARYADI. The purpose of this study was to examine the resistance level of five different variety of brown rice and milled rice from Sitophilus oryzae attack during storage. Five varieties of rice that examined were Pandanwangi, Inpari 13, IR-64, Situ Bagendit, and Srikandi which all were planted in Banyumas region. This research was conducted in two experiments. The first experiment is done to measure the growth of Sitophilus oryzae during storage, while the second experiment is done to measure the rate of loss during storage. In the first experiment, 200 seeds of rice was infested by 5 couples of Sitophilus oryzae aged

6 7-15 days and kept for 7 days. The insects were then removed and the rice was observed every day for 14 days for emergence of the first generation (F1) of insects. The progenies were counted every day until there were no emergence for five consecutive days. The experiments were conducted in three replications. From this experiment, the parameters were number of progenies (Nt), development period (D), development index (ID), intrinsic rate of increase (Rm), and weekly multiplication capacity (λ). In second experiment, 100 g of rice infested by 25 insects and stored for 6 weeks. After 6 weeks, insects were removed and the storage loss were determined. In this second experiment, the parameters observed were percentage increase of water fraction, the loss of dry matter loss, and percentage of frass. Those two experiments were conducted in three replication. According to this experiment, Srikandi rice has the highest resistance towards Sitophilus oryzae attack among other varieties. Keywords: brown rice, polished rice, storage, relative resistance, rice variety, Sitophilus oryzae

7 RESISTENSI RELATIF BERAS PECAH KULIT DAN BERAS SOSOH LIMA VARIETAS PADI ASAL BANYUMAS TERHADAP SERANGAN SITOPHILUS ORYZAE ANNISA NURULHUDA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8

9 Judul Skripsi: Resistensi Relatif Beras Pecah Kulit dan Beras Sosoh Lima Varietas Padi asal Banyrunas terhadap Serangan Sitophilus oryzae Nama : Annisa Nurulhuda NIM : F Disetujui oleh Pembimbing.Sc Tanggal Lulus:

10 Judul Skripsi : Resistensi Relatif Beras Pecah Kulit dan Beras Sosoh Lima Varietas Padi asal Banyumas terhadap Serangan Sitophilus oryzae Nama : Annisa Nurulhuda NIM : F Disetujui oleh Dr Ir Yadi Haryadi, M.Sc Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Feri Kusnandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

11

12 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah penyimpanan beras dengan judul Resistensi Beras Pecah Kulit dan Beras Sosoh Lima Varietas Beras asal Banyumas terhadap Serangan Sitophilus oryzae. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Yadi Haryadi M.Sc sebagai pembimbing tugas akhir atas arahan dan bimbingannya selama ini, juga kepada Prof.Dr.Ir.Rizal Sjarief S.N, DESS dan Dr. Nugraha Edhi Suyatma, STP DEA selaku dosen penguji tugas akhir atas masukannya yang membangun. Penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya juga diberikan kepada keluarga : bapak, ibu, Tika dan Afi yang tak henti memberikan cinta, doa, dukungan, semangat untuk apapun yang penulis hadapi. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya pada seluruh dosen, staf departemen dan teknisi atas segala bantuan selama kuliah dan menyelesaikan skripsi di ITP IPB. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan pada teman-teman (Hafiz, Arum, Mbak Yun, Mike, Madun, Yufi, Hafiz, Riyah, Harum, Ichal, Mba Opi, Meutia,Ian) dan teman-teman ITP 45 lainnya, crew Edelweis (Mega, Euis, Ana, Priska, Bangun, Mba Mey, Mba Upe) dan teman-teman terdekat (Nuning, Ashri) atas semua kebersamaan, semangat, perhatian, dukungan, dan bantuan selama ini. Tidak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang tidak dapat disebutkan yang telah berperan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi masyarakat petani, khususnya masyarakat petani Banyumas, serta dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam penetapan kebijakan pertanian di Kabupaten Banyumas. Bogor, Juli 2013 Annisa Nurulhuda

13

14 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 METODE 6 Bahan 6 Alat 6 Prosedur Penelitian 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Hasil 10 Pembahasan 17 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP 33

15 DAFTAR TABEL 1 Analisis proksimat dan komposisi (%) gabah dan fraksi hasil penggilingan pada kadar air 14% 4 2 Rata- rata jumlah total populasi S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh 10 3 Periode perkembangan S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh 12 4 Indeks perkembangan S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh 12 5 Laju perkembangan intrinsik S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh 13 6 Kapasitas multiplikasi mingguan S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh 14 7 Jumlah populasi teoritis S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh selama penyimpanan 6 minggu 14 8 Rata- rata jumlah total populasi S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh 15 9 Perubahan kadar air pada beras pecah kulit dan beras sosoh Persentase dry matter loss beras pecah kulit dan beras sosoh Persentase frass pada beras pecah kulit dan beras sosoh 17 DAFTAR GAMBAR 1 Bagian biji padi 3 2 Serangga Sitophilus oryzae dewasa 5 3 Bagan pelaksanaan penelitian 7 4 Grafik laju pertumbuhan populasi serangga pada beras pecah kulit lima varietas beras 11 5 Grafik laju pertumbuhan populasi serangga pada beras sosoh lima varietas beras 11 DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel analisis sidik ragam total populasi serangga (Nt) beras pecah kulit 23 2 Tabel uji lanjut Duncan populasi serangga (Nt) beras pecah kulit 23 3 Tabel analisis sidik ragam total populasi serangga (Nt) beras sosoh 23 4 Tabel uji lanjut Duncan populasi serangga (Nt) beras sosoh 23 5 Tabel analisis sidik ragam periode perkembangan (D) beras pecah kulit 24 6 Tabel uji lanjut Duncan periode perkembangan (D) beras pecah kulit 24 7 Tabel analisis sidik ragam periode perkembangan (D) beras sosoh 24 8 Tabel uji lanjut Duncan periode perkembangan (D) beras sosoh 24

16 9 Tabel analisis sidik ragam indeks perkembangan (ID) beras pecah kulit Tabel uji lanjut Duncan indeks perkembangan (ID) beras pecah kulit Tabel analisis sidik ragam indeks perkembangan (ID) beras sosoh Tabel uji lanjut Duncan indeks perkembangan (ID) beras sosoh Tabel analisis sidik ragam laju perkembangan intrinsik(rm) beras pecah kulit Tabel uji lanjut Duncan perkembangan intrinsik(rm) beras pecah kulit Tabel analisis sidik ragam laju perkembangan intrinsik(rm) beras sosoh Tabel uji lanjut Duncan laju perkembangan intrinsik(rm) beras sosoh Tabel analisis sidik ragam kapasitas multiplikasi mingguan (λ) beras pecah kulit Tabel uji lanjut Duncan kapasitas multiplikasi mingguan (λ) beras pecah kulit Tabel analisis sidik ragam kapasitas multiplikasi mingguan (λ) beras sosoh Tabel uji lanjut Duncan kapasitas multiplikasi mingguan (λ) beras sosoh Tabel analisis sidik ragam jumlah populasi serangga akhir beras pecah kulit Tabel uji lanjut Duncan jumlah populasi serangga akhir beras pecah kulit Tabel analisis sidik ragam jumlah populasi serangga akhir beras sosoh Tabel uji lanjut Duncan jumlah populasi serangga akhir beras sosoh Tabel analisis sidik ragam persen kenaikan bobot fraksi air beras pecah kulit Tabel uji lanjut Duncan persen kenaikan bobot fraksi air beras pecah kulit Tabel analisis sidik ragam persen kenaikan bobot fraksi air beras sosoh Tabel uji lanjut Duncan kenaikan bobot fraksi air beras sosoh Tabel analisis sidik ragam persen kehilangan bobot bahan kering beras pecah kulit Tabel uji lanjut Duncan persen kehilangan bobot bahan kering beras pecah kulit Tabel analisis sidik ragam persen kehilangan bobot bahan kering beras sosoh Tabel uji lanjut Duncan persen kehilangan bobot bahan kering beras sosoh Tabel analisis sidik ragam persen frass beras pecah kulit Tabel uji lanjut Duncan persen frass beras pecah kulit Tabel analisis sidik ragam persen frass beras sosoh Tabel uji lanjut Duncan persen frass beras sosoh 31

17

18 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sampai saat ini masih merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Tingginya permintaan beras yang masih belum diiringi dengan ketersediaan barang dengan kualitas dan kuantitas yang memadai menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini. Kebutuhan penyimpanan beras pasca panen di Indonesia relatif penting, terutama untuk kebutuhan persediaan beras di luar masa panen. Salah satu masalah yang mengancam kualitas beras pada masa penyimpanan adalah serangan hama gudang. Hama gudang dapat merusak beras sehingga kualitasnya menurun, bahkan membuat beras menjadi bubuk yang tidak lagi dapat dikonsumsi. Hal ini akan memberikan kerugian yang besar pada petani. Salah satu contoh kasus serangan hama yang terjadi di kabupaten Banyumas diberitakan pada harian online Pikiran Rakyat tanggal 10 April Pada waktu itu, beras petani ditolak oleh Bulog karena terserang hama gudang. Di antara serangga hama gudang yang menyerang biji-bijian, Sitophilus oryzae merupakan salah satu hama yang paling merugikan. Serangga ini memiliki periode perkembangan yang singkat dan mampu berkembang biak dengan sangat cepat dan memicu serangan hama gudang lainnya setelah masa infestasi (Jadhav 2006). Sementara itu penelitian terdahulu (Haryadi 1991) telah menunjukkan bahwa varietas beras yang berbeda-beda menunjukkan tingkat ketahanan beras terhadap serangan hama dari spesies sama. Penelitian terkini tentang hal tersebut dilakukan oleh Askanovi (2011) dan Zulfahnur (2010). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menguji ketahanan berbagai varietas beras di wilayah atau daerah tertentu terhadap serangan serangga hama gudang. Dari penelitian ini dapat diketahui varietas beras yang tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae selama penyimpanan. Data yang diperoleh dapat digunakan sebagai referensi bagi petani untuk lebih banyak membudidayakan varietas tertentu yang relatif tahan terhadap serangan hama gudang. Akibatnya beras dapat disimpan dengan kerusakan minimal. Selain itu, penyimpanan beras yang memiliki kualitas tahan hama secara alami dapat meminimalisir penggunaan insektisida. Berbagai penelitian dan pengembangan beras telah banyak dilakukan, terutama dalam hal rekayasa genetika untuk menghasilkan beras yang memiliki kualitas organoleptik yang baik dengan hasil produksi yang banyak. Namun salah satu hal yang sering terlewatkan adalah pada proses penyimpanan yaitu kemungkinan terjadinya penurunan kualitas akibat serangan hama gudang. Oleh karena itu pengenalan mengenai resistensi dari berbagai varietas beras perlu dilakukan agar dapat diketahui beras mana yang memiliki ketahanan tertentu. Setelah kualitas ini diketahui, maka dapat dilakukan analisis secara genetik terhadap varietas beras ini sehingga kelak padi yang diciptakan memiliki kualias selain enak, produktif, juga tahan hama.

19 2 Tujuan Penelitian 1. Membuktikan adanya pengaruh varietas beras terhadap resistensi dari serangan hama gudang 2. Mengetahui resistensi relatif beras dari varietas Pandanwangi, Situ Bagendit, Srikandi, Inpari 13, dan IR 64 yang dibudidayakan di daerah Banyumas Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan petani di daerah Banyumas untuk menanam varietas padi yang relatif tahan terhadap serangan hama selama penyimpanan dalam jangka waktu yang relatif lama. Selain itu, hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai acuan untuk rekayasa genetika varietas padi yang tahan hama gudang. TINJUAN PUSTAKA Beras Beras merupakan makanan pokok sebagian beras penduduk Indonesia. Menurut data Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, produksi nasional Indonesia pada tahun 2012 mencapai juta ton gabah kering giling, sedangkan konsumsi beras nasional sekitar 102 kg/kapita/tahun. Secara umum, di Asia, beras menyumbangkan 35% energi dan 28% protein. (Juliano 1994). Padi (Oryza sativa L) merupakan tanaman yang tergolong Gramineae, yaitu tumbuhan dengan batang beruas-ruas dan mempunyai bendera yang menempel pada pelepah daun (Damardjati 1988). Biji padi terdiri atas sekam, pericarp, aleuron, embrio, dan endosperm. Padi tersusun atas 89%-94% zat pati, sekam 16-28%, lapisan aleuron 4-6%, kulit ari 1-2%, dan lembaga 2-3% dari berat gabah (Juliano 1994). Komposisi dan sifat biji padi dan bagian-bagiannya tergantung pada varietas lingkungan dan ragam pengolahannya. Padi yang dipanen pada umumnya mempunyai kadar air 20% atau lebih sehingga harus dikeringkan sebelum disimpan. Pengeringan padi dilakukan setelah biji padi dirontokkan dari tangkainya, menghasilkan butir-butir gabah. Di negara tropis seperti Indonesia pengeringan biasanya dilakukan menggunakan pengeringan sinar matahari hingga mencapai kadar air 14%. Sebelum dilakukan penggilingan dan penyosohan, gabah perlu dirontokkan dari batangnya dengan mesin perontok padi. Perontokan ini bertujuan membuang kotoran-kotoran dan benda-benda asing dari gabah sehingga beras giling yang dihasilkan terbebas dari kotoran-kotoran tersebut. Setelah dilakukan perontokkan, proses selanjutnya adalah pemecahan kulit. Proses ini bertujuan melepaskan kulit gabah dengan kerusakan yang seminimal mungkin pada butiran beras. Pemecahan kulit dimulai dengan memisahkan sekam dari biji beras yang tersusun atas pericarp, pembungkus biji, nuselus aleuron, dan endosperm. Pemisahan ini menghasilkan beras pecah kulit, namun jarang langsung dikonsumsi.

20 3 Alat yang digunakan untuk pemecahan kulit disebut huller. Sebagian besar gabah yang masuk ke dalam alat ini ada yang sudah terkupas kulitnya dan ada yang belum. Proses ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh gabah yang sekamnya benar-benar terbuang. Proses ini akan berjalan dengan baik apabila gabah memiliki kadar air antara % (Patiwiri 2006). Beras pecah kulit akan diproses lagi dengan penyosohan untuk memisahkan bagian dedak yang masih menempel pada beras. Selama penyosohan beras, lapisan dedak dan lembaga akan terpisah. Istilah dedak (bran) umumnya digunakan dalam perdagangan yang dapat dideskripsikan sebagai campuran dari beberapa jaringan botani: pericarp, kulit biji (seed coat), nuselus, lapisan aleuron, dan bagian terluar endosperm. Bagian utama yang diperoleh dalam proses penggilingan padi adalah beras giling atau beras sosoh yang tersusun dari bagian endosperm biji (Damardjati 1988). Gambar 1. Bagian biji padi (Juliano 1972) Berbagai varietas beras dikembangkan di Indonesia, antara lain varietas padi irigasi, hibrida, padi gogo, dan padi rawa. Varietas Inpari 13 merupakan padi sawah dengan tekstur nasi pulen dan kadar amilosa 22.4%. Varietas Situ Bagendit merupakan padi gogo dengan tekstur nasi pulen dan kadar amilosa 22%. Varietas IR 64 merupakan padi sawah dengan tekstur nasi pulen dan kadar amilosa 24,1% (BBP Padi).Varietas Pandanwangi merupakan dengan padi sawah dengantekstur nasi pulen dan kadar amilosa 24.8 % (Natalia 2007). Varietas Srikandi merupakan varietas lokal yang terdapat di daerah Banyumas dengan tekstur nasi pulen namun sudah jarang ditanam.

21 4 Banyumas Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terletak pada ketinggian mdpl dan mdpl. Curah hujan yang diperoleh daerah ini cukup tinggi dan mencapai mm per tahun. Banyumas merupakan salah satu daerah penghasil padi di Jawa Tengah. Namun produksi padi daerah Banyumas telah mengalami penurunan pada rentang tahun dari ton menjadi ton. Penurunan produksi ini umumnya disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian menjadi daerah pemukiman. Selain masalah alih fungsi lahan, masalah yang juga ditemukan di Banyumas adalah adanya kerusakan beras selama penyimpanan akibat serangan hama gudang yang juga mengancam ketersediaan beras. Tabel 1 Analisis proksimat dan komposisi (%) gabah dan fraksi hasil penggilingan pada kadar air 14% Zat gizi (%) Gabah (Rough rice) Beras pecah kulit (Hulled) Beras sosoh (Milled) Sekam (Hull) Dedak (Bran) Lembaga (Embryo) Bekatul (Polish) Protein Lemak kasar Serat kasar Abu Karbohidrat Pati Neutral detergent fiber Pentosa Hemiselulosa Selulosa ,3:1,4 β glucans Asam poliuronat Gula bebas Lignin Energi (kj/g) Sumber: Juliano 1994

22 5 Sitophilus oryzae Sitophilus oryzae merupakan hama gudang yang termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda,kelas Insecta, ordo Coleoptera, keluarga Curculionidae, genus Sitophilus, spesies Sitophilus oryzae Linnaeus (Rees 1996). Sitophilus sp terdiri atas tiga jenis spesies yaitu S. granarius, S. oryzae dan S.zeamais. Spesies Sitophilus yang dominan tersebar di daerah tropis adalah S. oryzae dan S. zeamais, sedangkan S. granarius hidup pada daerah beriklim dingin. Serangga S. oryzae dan S.zeamais sulit dibedakan secara eksternal. Kedua spesies ini dapat dibedakan dengan membuka bagian abdomen dan memeriksa permukaan alat genitalia serangga jantan di bawah mikroskop (TDRI [tahun terbit tidak diketahui]). Serangga S.oryzae dewasa berwarna coklat kemerahan yang berangsur menjadi hitam. Dari penampilan luar jantan dan betina terlihat serupa, namun dari pengamatan lebih lanjut, bagian rostrum (moncong) jantan lebih tebal, sungutnya tertutup melengkung kasar sedangkan pada betina bentuknya panjang, halus dan ramping, mengkilat dan agak melengkung. Panjang tubuh serangga dewasa sekitar mm (Jadhav 2006). Gambar 2. Serangga Sitophilus oryzae dewasa (USDA 2010) Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengamati preferensi makanan serangga Sitophilus oryzae. Haryadi dan Fleurat-Lessard (1990) membuktikan bahwa penghilangan lapisan luar (bekatul) saat penyosohan berpengaruh pada lamanya indeks perkembangan (ID) serangga. Sarup (1991) meneliti hubungan antara komposisi makanan dan beberapa parameter untuk mengetahui resistansi 24 varietas jagung terhadap serangan Sitophilus oryzae. Penelitian ini menunjukkan bahwa persentase dan tingkat kerusakan jagung berkorelasi negatif dengan kandungan lemak, namun berkorelasi positif dengan kandungan gula dan triptofan seperti yang ditemukan pada beras. Komponen lain seperti amilosa pada beras juga diketahui memiliki pengaruh terhadap ketahanan terhadap serangan hama gudang. Perbandingan kandungan amilosa dan amilopektin menyebabkan

23 6 perbedaan pada kekerasan dan kelekatan berbagai jenis beras. Menurut Baker (1982), kemampuan mencerna amilosa terkait dengan kemampuan enzim α- amilase dalam proses pencernaan karbohidrat. Rantai maltodekstrin yang terbentuk akibat hasil pencernaan amilosa oleh α-amilase lebih sulit untuk dicerna menjadi gula sederhana. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013 hingga bulan Juni 2013 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah padi yang ditanam di Kabupaten Banyumas yaitu varietas-varietas Pandanwangi, Situ Bagendit, Srikandi, Inpari 13, dan IR-64. Kadar air awal kelima varietas tersebut adalah berturut-turut 9.07%, 8.39%, 8.39%, 7.75%, dan 7.52 % untuk beras pecah kulit dan 10.34%, 10.42%, 9.04%, 8.43%, dan 8.11 % untuk beras sosoh. Serangga uji yang digunakan adalah Sitophilus oryzae yang diperoleh dari SEAMEO BIOTROP, Bogor. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah stoples, gelas plastik, kain penutup, karet, dan alat-alat uji lainnya. Prosedur Penelitian Secara umum, penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan terdiri atas persiapan serangga Sitophilus oryzae dan persiapan beras. Tahap pelaksanaan terdiri atas Percobaan Seri I dan Percobaan Seri II. Bagan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Tahap persiapan serangga Sitophilus oryzae Tujuan dari tahap persiapan ini yaitu adalah untuk memperoleh serangga Sitophilus oryzae dewasa yang berumur 7-15 hari. Media jagung grits dipanaskan dalam oven pada suhu 60ºC selama 1,5 jam. Tujuan pemanasan ini adalah untuk disinfestasi serangga sehingga tidak ada serangga selain Sitophilus oryzae yang akan diinfestasi. Sebanyak 600 ekor Sitophilus oryzae imago yang diperoleh dari SEAMEO BIOTROP diinfestasikan ke dalam 1.5 kg media jagung grits dalam wadah stoples yang ditutup oleh kain blacu dan diikat dengan karet gelang (agar serangga tidak kabur) dan diinfestasi sampai diperoleh keturunan pertama yang diketahui umurnya. Tahap persiapan beras Sampel beras yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu beras pecah kulit (BPK) yang diperoleh melalui proses penggilingan, dan beras sosoh (BS) yang diperoleh melalui proses penyosohan beras pecah kulit. Pada tahap ini, 2 kg sampel gabah masing-masing varietas diolah menjadi beras

24 7 pecah kulit menggunakan mesin pengupas sekam (rice huller). Selanjutnya sebagian beras pecah kulit diolah menjadi beras sosoh menggunakan mesin penyosoh beras (rice polisher). Gambar 3. Bagan pelaksanaan penelitian Percobaan Seri I (Haryadi 1991) Lima pasang serangga Sitophilus oryzae yang berumur 7-15 hari diinfestasikan ke dalam 200 butir beras kepala masing-masing varietas dalam gelas plastik yang ditutup kain blacu dan diikat dengan karet gelang. Setelah tujuh hari masa infestasi, serangga Sitophilus oryzae dikeluarkan dan dibuang. Beras kemudian dibiarkan selama 14 hari. Setelah 14 hari dilakukan pengamatan setiap hari untuk mengetahui keluarnya serangga turunan pertama(f1). Serangga dewasa yang ke luar diangkat, dihitung dan dibuang. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga tidak ada lagi serangga turunan pertama yang ke luar selama lima hari berturut-turut. Parameter yang diamati adalah total populasi serangga (Nt), periode perkembangan (D), indeks perkembangan (ID), laju perkembangan intrinsik (Rm), dan kapasitas multiplikasi mingguan (λ). Pada percobaan ini dilakukan pengulangan (replication) sebanyak tiga kali. Percobaan Seri II Sebanyak 25 ekor Sitophilus oryzae yang dipilih secara acak kemudian diinfestasikan ke dalam 100 gram beras masing-masing varietas. Beras yang digunakan terdiri atas beras utuh dan beras patah. Beras dimasukkan ke dalam gelas plastik yang ditutup dengan kain blacu dan diikat dengan karet gelang. Setelah 6 minggu masa inkubasi, serangga Sitophilus oryzae dihitung dan dibuang. Parameter yang diamati adalah total populasi serangga dewasa, persen kenaikan fraksi air, persen kehilangan fraksi bahan kering, dan persen frass. Pada percobaan ini dilakukan pengulangan (replication) sebanyak tiga kali.

25 8 Perhitungan Parameter Resistensi Percobaan Seri I Data yang diperoleh pada Percobaan Seri I digunakan untuk menghitung parameter lima karakteristik dinamika populasi serangga yang menunjukkan resistensi bahan pangan terhadap serangan Sitophilus oryzae. Parameter-parameter tersebut adalah Nt, D, ID, Rm, dan Jumlah total populasi (Nt) Nt merupakan total populasi serangga hama gudang pada sampel beras. Nt diperoleh dengan menghitung semua serangga yang keluar ditambah dengan serangga awal yang diinfestasikan sampai tidak ada lagi serangga yang keluar selama 5 hari berturut-turut. Periode perkembangan (D) D merupakan periode perkembangan atau lamanya waktu dari waktu tengah-tengah infestasi hingga tercapai 50% dari total populasi F1 Sitophilus oryzae. Indeks Perkembangan (ID) ID merupakan indeks perkembangan yang dihitung dari nilai Nt dan D dengan rumus: Keterangan : Nt = Jumlah akhir serangga Nt = No + N(F1) No= Jumlah awal serangga yang diinfestasikan Laju Perkembangan intrinsik (Rm) Laju perkembangan intrinsik (Rm) dihitung dengan rumus: Dimana R= Nt/No Keterangan: No = jumlah serangga yang diinfestasikan Dm= periode perkembangan dalam satu minggu Kapasitas multiplikasi mingguan(λ) (Howe, 1953)

26 9 Jumlah populasi teoritis Sitophilus oryzae selama masa penyimpanan Keterangan : Y = Jumlah teoritis S.oryzae Jika, maka perhitungan jumlah teoritis S.oryzae bisa juga menggunakan nilai laju perkembangan intrinsik (Rm). ) ) ) ) Percobaan Seri II Persen fraksi bubuk (% frass) Bubuk yang timbul ini merupakan hasil samping dari beras yang sudah mengalami kerusakan (berlubang) akibat dari kegiatan serangga memakan beras tersebut. Di dalam frass juga terkandung kotoran (feces) serangga. Untuk menghitung bubuk yang timbul, masing-masing sampel beras diayak dengan saringan untuk memisahkan antara beras dan bubuk yang ada. Kemudian sampel beras awal sebelum infestasi ditimbang dan dibandingkan dengan berat bubuk yang timbul dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Bobot fraksi air dalam sampel Pengukuran fraksi air dalam sampel dilakukan dengan menggunakan metode oven (AOAC 1995). Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengeringkan cawan alumunium pada suhu 100 ºC selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator selama 10 menit. Cawan alumunium kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca analitik (a gram). Sebanyak 2 hingga10 g sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot kosongnya. Sampel dalam cawan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ºC selama 5 jam, lalu didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot konstan (y gram). Kadar air sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ) )

27 10 Selanjutnya bobot fraksi air dalam sampel 100 g dihitung dengan mengalikan kadar air (bb) dengan bobot sampel (100 g). Persen kenaikan fraksi air dihitung berdasarkan selisih bobot fraksi air dalam sampel antara sebelum dengan sesudah penyimpanan selama 6 minggu. Persen Kehilangan Bobot Persen kehilangan bobot fraksi bahan kering dalam sampel (100 g) dihitung dengan mengalikan persen bahan kering dalam sampel dengan bobot sampel (100 g). Persen bahan kering dalam sampel adalah 100 %-kadar air (bb). Persen kehilangan fraksi bahan kering dihitung berdasarkan selisih bobot fraksi bahan kering dalam sampel antara sebelum dengan sesudah penyimpanan selama 6 minggu. Percobaan Seri I HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Total populasi serangga (Nt) Jumlah total serangga pada beras pecah kulit dan pada beras sosoh berturut-turut disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Analisis statistik menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh nyata terhadap total populasi (Nt) (Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran 3 dan Lampiran 4). Pada Tabel 1 terlihat bahwa varietas Srikandi secara nyata (p<0.05) merupakan varietas yang paling resisten terhadap serangan S. oryzae baik dalam bentuk beras pecah kulit maupun dalam bentuk beras sosoh. Sementara itu, varietas-varietas Pandanwangi, Inpari 13 dan IR 64 cenderung merupakan varietas-varietas yang rentan terhadap serangan S. oryzae. Tabel 2. Rata- rata jumlah total populasi S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh Varietas Jumlah total populasi (Nt) Beras pecah kulit Beras sosoh Pandanwangi 109 b 82 bc Srikandi 45 a 19 a Inpari b 92 c Situ Bagendit 119 b 58 b IR b 82 b,c Keterangan: angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain (uji Duncan p>0.05)

28 junlah serangga hari ke- pandanwangi srikandi inpari 13 situ bagendit ir-64 Gambar 3. Grafik laju pertumbuhan populasi serangga pada beras pecah kulit lima varietas beras jumlah serangga hari ke- pandanwangi srikandi inpari 13 situ bagendit ir-64 Gambar 4. Grafik laju pertumbuhan populasi serangga pada beras sosoh lima varietas beras

29 12 Periode perkembangan (D) Hasil analisis statistik (Lampiran 5,Lampiran 6, Lampiran 7,dan Lampiran 8) menunjukkan bahwa faktor varietas tidak berpengaruh nyata terhadap parameter periode perkembangan untuk beras pecah kulit, namun berpengaruh nyata terhadap beras sosoh. Hal ini berarti bahwa periode perkembangan S. oryzae pada beras pecah kulit tidak berbeda nyata (p>0.05), namun pada kelima varietas beras sosoh, periode perkembangannya berbeda (p<0.05) satu sama lain, seperti yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 3. Periode perkembangan S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh Varietas Periode perkembangan (D) Beras pecah kulit Beras sosoh Pandanwangi a a,b Srikandi a a Inpari a c Situ Bagendit a b,c IR a b,c Keterangan: angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain (uji Duncan p>0.05) Indeks perkembangan (ID) Nilai Indeks perkembangan (ID) menunjukkan tingkat kepekaan bahan terhadap serangan serangga. Semakin tinggi nilai ID, semakin peka bahan tersebut terhadap serangan serangga. Hasil analisis statistik (Lampiran 9, Lampiran 10, Lampiran 11,dan Lampiran 12) menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh nyata terhadap parameter indeks perkembangan (ID), baik pada beras pecah kulit maupun pada beras sosoh. Berdasarkan percobaan pada beras pecah kulit, indeks perkembangan S. oryzae pada varietas Srikandi berbeda secara nyata (p<0.05) dengan indeks perkembangan S. oryzae pada empat varietas lainnya. Hal yang berbeda terlihat pada percobaan dengan beras sosoh. Pada beras sosoh, indeks perkembangan S. oryzae pada varietas Pandanwangi secara nyata merupakan nilai terbesar, yang berarti dalam bentuk beras sosoh, varietas Pandanwangi merupakan varietas yang paling rentan terhadap serangan S. oryzae. Tabel 4. Indeks perkembangan S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh Varietas Indeks Perkembangan (ID) Beras pecah kulit Beras sosoh Pandanwangi b d Srikandi a a Inpari b c Situ Bagendit b b IR b b Keterangan: angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain (uji Duncan p>0.05)

30 13 Laju perkembangan intrinsik (Rm) Laju perkembangan intrinsik (Rm) menunjukkan laju perkembangan serangga dalam suatu bahan, sehingga dapat menunjukkan kesesuaian hidup serangga terhadap bahan yang diuji. Seperti parameter indeks perkembangan, semakin tinggi nilai laju perkembangan intrinsik, berarti serangga semakin sesuai untuk hidup pada bahan yang diuji. Berdasarkan analisis statistik (Lampiran 13, Lampiran 14, Lampiran 15,dan Lampiran16) terlihat bahwa faktor varietas berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap laju perkembangan intrinsik kelima varietas beras dalam bentuk beras pecah kulit dan beras sosoh. Tabel 5. Laju perkembangan intrinsik S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh Varietas Laju Perkembangan intrinsik (Rm) Beras pecah kulit Beras sosoh Pandanwangi b c Srikandi a a Inpari b c Situ Bagendit b b IR b c Keterangan: angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain (uji Duncan p>0.05) Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai laju perkembangan intrinsik (Rm) varietas Srikandi dalam bentuk beras pecah kulit maupun dalam bentuk beras sosoh secara nyata (p<0.05) merupakan nilai yang paling rendah dibandingkan dengan nilai Rm pada keempat varietas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Sitophilus oryzae relatif paling tidak sesuai untuk berkembang pada beras Srikandi dibandingkan dengan pada varietas lainnya. Kapasitas multiplikasi mingguan (λ) Kapasitas multiplikasi mingguan adalah kemampuan serangga untuk menggandakan diri dalam waktu satu minggu. Parameter ini dapat digunakan untuk memproyeksikan jumlah serangga selama penyimpanan pada jangka waktu tertentu. Analisis statistik (Lampiran 17, Lampiran 18, Lampiran 19,dan Lampiran 20) menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh nyata terhadap nilai kapasistas multiplikasi mingguan. Nilai λ S. oryzae pada varietas Srikandi secara nyata (p<0.05) merupakan nilai yang paling kecil dibandingkan dengan nilai λ pada keempat varietas yang lain baik pada bentuk beras pecah kulit maupun dalam bentuk beras sosoh.

31 14 Tabel 6. Kapasitas multiplikasi mingguan S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh Varietas Kapasitas multiplikasi mingguan (λ) Beras pecah kulit Beras sosoh Pandanwangi b c Srikandi a a Inpari b c Situ Bagendit b b IR b c Keterangan: angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain (uji Duncan p>0.05) Jumlah populasi teoritis Jumlah populasi teoritis Sitophilus oryzae selama masa penyimpanan 6 minggu dapat ditentukan berdasarkan nilai λ untuk masing-masing varietas dari percobaan. Jumlah populasi teoritis untuk masing-masing varietas beras dalam jangka waktu penyimpanan 6 minggu dengan jumlah serangga awal 5 pasang dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Jumlah populasi teoritis S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh selama penyimpanan 6 minggu Varietas Jumlah populasi teoritis selama penyimpanan 6 minggu (Y) Beras pecah kulit Beras sosoh Pandanwangi Srikandi Inpari Situ Bagendit IR Jumlah populasi teoritis untuk beras pecah kulit lebih banyak dibandingkan pada beras sosoh. Untuk kedua jenis beras, varietas Srikandi memiliki jumlah total populasi yang lebih rendah dibandingkan varietas-varietas lainnya. Percobaan Seri II Jumlah populasi serangga akhir Setelah masa inkubasi selama 6 minggu, beras diayak dan jumlah serangga yang terdapat pada beras dihitung. Selama masa penyimpanan, serangga berkembang biak, di sisi lain ada pula serangga yang mati. Jumlah total serangga hidup dan mati setelah penyimpanan 6 minggu dapat diamati pada Tabel 6. Berdasarkan analisis statistik (Lampiran 21, Lampiran 22, Lampiran 23,dan Lampiran 24), faktor varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah populasi serangga akhir (p<0.05) pada beras pecah kulit dan beras sosoh.

32 15 Tabel 8. Rata- rata jumlah total populasi S.oryzae pada beras pecah kulit dan beras sosoh Varietas Jumlah serangga hidup Beras pecah kulit Beras sosoh Pandanwangi 323 c 136 ab Srikandi 147 a 87 a Inpari ab 183 b Situ Bagendit 260 bc 140 ab IR abc 139 ab Keterangan: angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain (uji Duncan p>0.05) Persen Kenaikan Bobot Fraksi Air Selama masa penyimpanan 6 minggu, kadar air beras meningkat. Kenaikan ini terjadi karena adanya aktivitas metabolisme kutu beras dan efek dasar dari penyimpanan yaitu penyesuaian kadar air bahan dengan kadar air ruang penyimpanan. Kadar air awal beras pecah kulit berkisar antara 7-9 % dan kadar air akhir setelah penyimpanan berkisar pada 13% untuk semua varietas. Sementara itu, kadar air awal beras sosoh berkisar antara 8-10 % dan kadar air akhirnya berkisar antara % untuk semua varietas. Seiring peningkatan kadar air, bobot fraksi air (g/100g) pada sampel juga mengalami peningkatan. Hasil analisis statistik (Lampiran 25, Lampiran 26, Lampiran 27,dan Lampiran 28) menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh nyata terhadap persen kenaikan fraksi air, baik pada beras dalam bentuk beras pecah kulit maupun pada beras dalam bentuk beras sosoh (p<0.05). Besarnya persen kenaikan fraksi air dalam sampel disajikan pada Tabel 7. Pada Tabel 9 terlihat bahwa dalam bentuk beras pecah kulit, persen peningkatan fraksi air yang rendah ditunjukkan oleh varietas-varietas Pandanwangi, Srikandi, dan Situ Bagendit. Dalam bentuk beras sosoh, persen kenaikan fraksi air terkecil ditunjukkan oleh varietas-varietas Situ Bagendit, Pandanwangi, dan Srikandi. Varietas Srikandi baik dalam bentuk beras pecah kulit maupun dalam bentuk beras sosoh tergolong yang persen peningkatan fraksi airnya rendah. Sementara itu, varietas IR 64 baik dalam bentuk beras pecah kulit maupun dalam bentuk beras sosoh merupakan varietas yang persen peningkatan fraksi airnya tertinggi. Tabel 9. Perubahan fraksi air pada beras pecah kulit dan beras sosoh Varietas % perubahan fraksi air Beras pecah kulit Beras sosoh Pandanwangi a ab Srikandi b b Inpari d c Situ Bagendit b a IR d c Keterangan: angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain (uji Duncan p>0.05)

33 16 Persen Kehilangan Bobot Bahan Kering Selama penyimpanan, terjadi penurunan bobot bahan kering beras. Perubahan ini disebabkan oleh konsumsi beras oleh kutu, perubahan bentuk beras dari butiran menjadi bubuk (frass),dan perubahan kadar air. Persentase kehilangan bobot kering dihitung berdasarkan penurunan bobot bahan kering dari sebelum ke sesudah penyimpanan dalam 100 g sampel. Analisis statistik (Lampiran 29, Lampiran 30, Lampiran 31,dan Lampiran 32) menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh sangat nyata terhadap kehilangan fraksi bobot kering dalam sampel (p<0.05). Besarnya persen kehilangan bobot bahan kering disajikan pada Tabel 8. Pada Tabel 8 terlihat bahwa dalam bentuk beras pecah kulit, persen kehilangan fraksi bahan kering ditunjukkan oleh varietas-varietas Pandanwangi, Srikandi, dan Inpari 13. Dalam bentuk beras sosoh, persen kehilangan fraksi bahan kering terkecil ditunjukkan oleh varietas-varietas Pandanwangi, Srikandi, dan Situ Bagendit. Varietas Srikandi baik dalam bentuk beras pecah kulit maupun dalam bentuk beras sosoh tergolong yang persen kehilangan bobot fraksi keringnya rendah. Sementara itu, varietas IR 64 baik dalam bentuk beras pecah kulit maupun dalam bentuk beras sosoh merupakan varietas yang persen kehilangan fraksi bobot keringnya tertinggi. Tabel 10. Persentase kehilangan bobot kering beras pecah kulit dan beras sosoh Varietas % kehilangan bobot kering Beras pecah kulit Beras sosoh Pandanwangi a a Srikandi a a Inpari bc b Situ Bagendit ab a IR c b Keterangan: angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain (uji Duncan p>0.05) Persentase Frass Frass adalah fraksi bubuk yang terbentuk dari hancuran beras yang menjadi rapuh selama penyimpanan maupun akibat konsumsi beras oleh kutu. Pembentukan frass membuat beras menjadi rusak dan tidak dapat dikonsumsi. Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 33, Lampiran 34, Lampiran 35,dan Lampiran 36), faktor varietas tidak berpengaruh nyata terhadap persen frass baik dalam bentuk beras pecah kulit maupun beras sosoh (p>0.05). Persen frass yang timbul pada beras sosoh lebih banyak dibandingkan yang dihasilkan oleh beras pecah kulit. Pada beras sosoh, lapisan luar sudah banyak terkikis sehingga beras menjadi rapuh dan lebih mudah hancur saat diserang serangga.

34 17 Tabel 11. Persentase frass pada beras pecah kulit dan beras sosoh Varietas % frass Beras pecah kulit Beras sosoh Pandanwangi a a Srikandi a a Inpari a a Situ Bagendit a a IR a a Keterangan: angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata satu sama lain (uji Duncan p>0.05) Pembahasan Percobaan Seri I menunjukkan laju pertumbuhan populasi serangga pada varietas Pandanwangi, Srikandi, Inpari 13, Situ Bagendit, dan IR 64 dalam bentuk beras pecah kulit dan beras sosoh. Faktor varietas berpengaruh nyata terhadap laju perkembangan populasi serangga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Askanovi (2011), Zulfahnur (2010), dan Haryadi (1991). Semakin tinggi laju pertumbahan populasi pada suatu varietas beras, berarti varietas beras tersebut relatif rentan terhadap serangan serangga hama gudang. Dalam penelitian ini, terbukti bahwa faktor varietas juga berpengaruh terhadap parameter jumlah total populasi serangga (Nt), periode perkembangan (D), laju perkembangan intrinsik (Rm), dan kapasitas multiplikasi mingguan (λ). Dari semua parameter ini, varietas Srikandi secara relatif memiliki laju dinamika populasi yang paling rendah dibandingkan varietas Situ Bagendit, Inpari 13, Pandanwangi, dan IR 64. Hal ini berlaku untuk beras pecah kulit dan beras sosoh, sehingga dari percobaan ini diketahui bahwa diantara kelima varietas yang diuji, Srikandi memiliki ketahanan relatif yang paling tinggi. Parameter laju dinamika populasi serangga yang diperoleh pada Percobaan Seri I dapat digunakan untuk menghitung jumlah teoritis Sitophilus oryzae selama penyimpanan. Hasil perhitungan untuk varietas Srikandi dalam bentuk beras pecah kulit selama penyimpanan 6 minggu untuk 5 pasang serangga menghasilkan total populasi akhir serangga berturut-turut 92 ekor pada varietas Srikandi, ekor pada varietas Inpari 13, ekor pada varietas Pandanwangi, ekor pada varietas IR 64, dan ekor pada varietas Situ Bagendit. Pada Percobaan Seri II total populasi akhir serangga dari populasi awal 25 ekor serangga pada beras pecah kulit varietas Srikandi selama penyimpanan 6 minggu berturut-turut 147 ekor pada varietas Srikandi, 183 ekor pada varietas Inpari 13, 323 ekor pada varietas Pandanwangi, 233 ekor pada varietas IR 64, dan 260 ekor pada varietas Situ Bagendit. Pada kenyataannya terdapat faktor pembatas yang menyebabkan jumlah serangga tidak susuai dengan jumlah teoritis perhitungan. Perkembangan serangga dibatasi oleh ketersediaan makanan dan perubahan jumlah serangga infestasi karena selama penyimpanan terdapat serangga yang mati. Namun berdasarkan perhitungan jumlah populasi teoritis, varietas Srikandi baik dalam bentuk beras pecah kulit maupun beras sosoh merupakan varietas yang paling resisten.

35 18 Secara umum, dari beberapa parameter laju populasi serangga, kemampuan pertumbuhan S. oryzae pada beras pecah kulit lebih besar dibandingkan dengan pada beras sosoh. Beras pecah kulit masih memiliki lapisan aleuron yang mengandung nutrisi lebih tinggi dan lebih lengkap dibandingkan dengan beras sosoh (Juliano 1994) sehingga mampu menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan serangga (Lopulalan 2010). Menurut Caneppele et al. (2003), jumlah serangga Sitophilus oryzae yang berkembang di dalam bahan dan lamanya penyimpanan berkorelasi nyata dengan parameter kerusakan yaitu kenaikan kadar air dan penurunan bobot. Oleh karena itu dilakukan Percobaan Seri II untuk menunjukkan tingkat kerusakan beras akibat infestasi serangga selama penyimpanan enam minggu. Parameter yang diamati adalah jumlah total populasi akhir, persentase kenaikan kadar air, persentase kehilangan bobot kering, dan persentase frass. Percobaan Seri II diharapkan mampu memberikan verifikasi terhadap hasil yang diperoleh pada Percobaan Seri I berdasarkan analisis laju dinamika populasi. Hasil analisis laju pertumbuhan dinamika populasi serangga tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata untuk varietas Pandanwangi, IR 64, Inpari 13 dan Situ Bagendit, begitu pula analisis ragam pada Percobaan Seri II ini. Dari Percobaan Seri II ini diketahui bahwa parameter yang dipengaruhi oleh faktor varietas adalah persen peningkatan fraksi air untuk beras pecah kulit dan beras sosoh, populasi akhir serangga pada beras sosoh, dan persen kehilangan fraksi bahan kering pada beras pecah kulit. Varietas Srikandi yang diketahui paling tahan terhadap serangan hama gudang pada Percobaan Seri I tidak menunjukkan tingkat kerusakan terendah dibandingkan dengan empat varietas padi lainnya. Hal ini dapat diakibatkan adanya faktor lain pada Percobaan Seri II fertilitas dan umur serangga yang tidak dikontrol. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Varietas padi memengaruhi ketahanan beras terhadap serangan hama gudang. Beras Pandanwangi, IR 64, Inpari 13, dan Situ Bagendit memiliki ketanahan relatif yang tidak berbeda nyata terhadap serangan hama Sitophilus oryzae, sedangkan beras Srikandi memiliki ketahanan relatif yang paling tinggi dibandingkan dengan beras lain baik dalam bentuk beras pecah kulit maupun dalam bentuk beras sosoh. Berdasarkan hasil Percobaan Seri I maupun Percobaan Seri II, varietas IR 64 merupakan varietas yang rentan terhadap serangan S. oryzae, sementara varietas Srikandi tergolong varietas yang relatif tahan terhadap serangan S. oryzae. Saran Petani di daerah Banyumas sebaiknya menanam lebih banyak beras Srikandi dan menggunakan beras tersebut untuk keperluan konsumsi jangka panjang. Beras yang relatif mudah diserang serangga sebaiknya tidak disimpan dalam waktu yang lama. Untuk keperluan rekayasa genetika pemuliaan tanaman padi, gen untuk beras tahan hama gudang dapat diambil dari varietas Srikandi.

36 19 DAFTAR PUSTAKA [AOAC] Association of Analytical Chemist Official Method of Analysis , Chapter , p.7. Askanovi D Kajian Resistensi Beras Pecah Kulit dan Beras Sosoh dari Lima Varietas Padi Unggul Terhadap Serangan Hama Beras Sitophilus oryzae (L). Skripsi. Bogor: FATETA IPB [BBP Padi] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Varietas Padi [Internet] Agustus Baker JE Properties of amylases from midguts of larvae of S.zeamais and S.granarius. Insect Biochem. 13: Caneppele MAB, Caneppele C, Lázzari FA, Lázzari SMN Correlation between the infestation level of Sitophilus zeamais Motschulsky, 1855 (Coleoptera, Curculionidae) and the quality factors of stored corn, Zea mays L. (Poaceae). Rev. Bras. Entomol., 47, Damardjati DS Struktur kandungan gizi beras. Di dalam: Padi, Buku 1. Ismunadji M, Partohardjono S, Syam M, Widjono A (ed) Balitbang Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor Haryadi Y Sensibilité Varietale du Riz Aux Attaques de Sitophilus oryzae (L.) et de Sitotroga cereralella (Olivier). Analyse d une Résistance Potentielle. Thèse de Doctorat Ecole Nationale Superieure Agronomique de Montpellier, France. Haryadi Y, Fleurat-Lessard F Factors affecting survival and development of Sitophilus oryzae L. in rice grain pericarp layer. Proceeding of the 6 th International Working Conference of Stored protection.1: Jadhav K Biology and Management of Rice Weevil, Sitophilus oryzae L. in Pop Sorghum. Thesis. Dharwad University of Agricultural Science Dharwad Juliano BO The rice caryopsis and its composition. In: Houston DF(ed.). Rice, Chemistry and Technology. Minnesota: AACC, Inc. pp: Juliano BO The Rice and Its Gross Compotition, Di dalam: Rice Chemistry and Technology. Edisi ke-2. Juliano BO (ed). American Association of Cereal Chemist St. Paul Minnesota USA, halaman Lopulalan.2010.Analisa Ketahanan Beberapa Varietas Padi Terhadap Serangan Hama Gudang (Sitophilus zeamais Motschulsky). Jurnal Budidaya Pertanian: 6 (1) :11-16 Natalia Karakterisasi Beras Pandan Wangi dan Pengaruh Jenis Kemasan Terhadap Stabilitas Mutu Selama Penyimpanan Skripsi. Bogor: FATETA IPB Patiwiri AW Teknologi Penggilingan Padi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Rees D Coleoptera. Di dalam: Subbramanyam B dan Hagstrum DW (eds). Integrated Management of Insects in Stored Products. New York : Marcel Dekker, Inc. pp: Sarup P Relationship between some of the nutritive constituents and different parameters to measure resistance in stored maize varieties to Sitophilus oryzae L. Entomol. Res. 15(1): 62-65

37 20 [TDRI] Tropical Development and Research Institute [tahun terbit tidak diketahui] Insects and Arachnids of Tropical Stored Product. Their Biology and Identification (A Training Manual). London. TDRI [USDA] United States Departement of Agriculture Visual Reference Library- Insects-IN-2.0 Rice Weevil [Internet] Agustus Zulfahnur Kajian Resistensi Lima Varietas Beras Lokal Terhadap Serangan Sitophilus zeamais. Motsch. Skripsi. Bogor: FATETA IPB

38 LAMPIRAN 21

39 22

40 23 Lampiran 1. Tabel analisis sidik ragam total populasi serangga (Nt) beras pecah kulit ANOVA Nt Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 2. Tabel uji lanjut Duncan populasi serangga (Nt) beras pecah kulit Duncan Nt Varietas N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 3. Tabel analisis sidik ragam total populasi serangga (Nt) beras sosoh ANOVA Nt Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 4. Tabel uji lanjut Duncan populasi serangga (Nt) beras sosoh Duncan Nt Subset for alpha = 0.05 Varietas N Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

41 24 Lampiran 5 D Tabel analisis sidik ragam periode perkembangan (D) beras pecah kulit ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 6. Tabel uji lanjut Duncan periode perkembangan (D) beras pecah kulit D Duncan Varietas N Subset for alpha = Sig..398 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. 1 Lampiran 7. Tabel analisis sidik ragam periode perkembangan (D) beras sosoh ANOVA D Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 8. Tabel uji lanjut Duncan periode perkembangan (D) beras sosoh D Duncan Varietas N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

42 25 Lampiran 9. Tabel analisis sidik ragam indeks perkembangan (ID) beras pecah kulit ANOVA ID Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 10. Tabel uji lanjut Duncan indeks perkembangan (ID) beras pecah kulit ID Duncan Varietas N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 11. Tabel analisis sidik ragam indeks perkembangan (ID) beras sosoh ANOVA ID Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 12. Tabel uji lanjut Duncan indeks perkembangan (ID) beras sosoh ID Duncan Varietas N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

43 26 Lampiran 13. Tabel analisis sidik ragam laju perkembangan intrinsik(rm) beras pecah kulit ANOVA Rm Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 14. Tabel uji lanjut Duncan perkembangan intrinsik(rm) beras pecah kulit Rm Duncan Varietas N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 15. Tabel analisis sidik ragam laju perkembangan intrinsik(rm) beras sosoh ANOVA Rm Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 16. Tabel uji lanjut Duncan laju perkembangan intrinsic (Rm) beras sosoh Rm Duncan Varietas N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

44 27 Lampiran 17. Tabel analisis sidik ragam kapasitas multiplikasi mingguan (λ) beras pecah kulit Lambda ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 18. Tabel uji lanjut Duncan kapasitas multiplikasi mingguan (λ) beras pecah kulit Lambda Duncan Varietas N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 19. Tabel analisis sidik ragam kapasitas multiplikasi mingguan (λ) beras sosoh ANOVA Lambda Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 20. Tabel uji lanjut Duncan kapasitas multiplikasi mingguan (λ) beras sosoh Lambda Duncan Varietas N E0 Subset for alpha = E E E E0 Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

45 28 Lampiran 21. Tabel analisis sidik ragam jumlah populasi serangga akhir beras pecah kulit ANOVA Populasi Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 22. Tabel uji lanjut Duncan jumlah populasi serangga akhir beras pecah kulit populasi Duncan Subset for alpha = 0.05 sampel N E E E E E E E E E2 Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 23. Tabel analisis sidik ragam jumlah populasi serangga akhir beras sosoh ANOVA Populasi Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 24. Tabel uji lanjut Duncan jumlah populasi serangga akhir beras sosoh Duncan sampel N populasi Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

46 29 Lampiran 25. Tabel analisis sidik ragam persentase kenaikan bobot fraksi air beras pecah kulit ANOVA PeningkatanAir Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 26. Tabel uji lanjut Duncan persentase kenaikan bobot fraksi air beras pecah kulit PeningkatanAir Duncan sampel N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 27. Tabel analisis sidik ragam persentase kenaikan bobot fraksi air beras sosoh ANOVA PeningkatanKadarAir Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 28. Tabel uji lanjut Duncan persentase kenaikan bobot fraksi air beras sosoh PeningkatanKadarAir Duncan Subset for alpha = 0.05 sampel N Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

47 30 Lampiran 29. Tabel analisis sidik ragam persentase kehilangan bobot bahan kering beras pecah kulit ANOVA KehilanganBobotKering Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 30. Tabel uji lanjut Duncan persentase kehilangan bobot bahan kering beras pecah kulit KehilanganBobotKering Duncan Subset for alpha = 0.05 Sampel N Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Lampiran 31.Tabel analisis sidik ragam persentase kehilangan bobot bahan kering beras sosoh ANOVA KehilanganBobotKering Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 32. Tabel uji lanjut Duncan persentase kehilangan bobot bahan kering beras sosoh Duncan Sampel KehilanganBobotKering N Subset for alpha = Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

48 31 Lampiran 33. Tabel analisis sidik ragam persentase frass beras pecah kulit ANOVA Frass Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 34. Tabel uji lanjut Duncan persentase frass beras pecah kulit Duncan sampel N Frass Subset for alpha = Sig..130 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. 1 Lampiran 35. Tabel analisis sidik ragam persentase frass beras sosoh ANOVA Frass Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Lampiran 36. Tabel uji lanjut Duncan persentase frass beras sosoh Frass Duncan sampel N Subset for alpha = Sig..374 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. 1

49 32

50 33 RIWAYAT HIDUP Penulis, Annisa Nurulhuda, dilahirkan di Purwokerto, 20 Januari Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari Zainal Arifin dan Tuti Hartini. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Purwokerto dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui program USMI (Ujian Saringan Masuk IPB) pada program studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam bidang kemahasiswaan dan non akademik, Penulis mengikuti beberapa organisasi seperti IPB Debating Club, Gentra Kaheman, dan Badan Pengawas HIMITEPA. Selain itu penulis juga mengikuti berbagai kepanitiaan seperti Open House 46, International Scholarship Education Expo 2009, Pelatihan Manajemen Sistem Jaminan Pangan Halal Pada tahun , penulis mengikuti program Hokkaido University Short Term Exchange Program di Sapporo, Jepang selama 11 bulan.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah padi unggul dari varietas Mamberamo (tahan hama dan penyakit), Ciherang (adaptif), Inpari 10 (toleran lahan kering),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras pecah kulit varietas Way Apoburu dan varietas Ciherang, daun pepaya, daun belimbing wuluh, daun cente, daun jeruk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras varietas Cisadane dan daun mindi, serta bahan-bahan kimia seperti air suling/aquades, n-heksana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 17 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium TPPHP, Laboratorium Leuwikopo dan Laboratorium Kimia Pangan BB Pascapanen Bogor. Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan komoditas strategis yang secara langsung mempengaruhi kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan produksi

Lebih terperinci

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi: Mortalitas Sitophilus oryzae L. pada Beras Suluttan Unsrat, Ketan Putih, dan Beras Merah di Sulawesi Utara (Mortality of Sitophilus oryzae L. in Suluttan Unsrat, white glutinous, and brown rice in North

Lebih terperinci

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian Ade Santika dan Rozakurniati: Evaluasi mutu beras ketan dan beras merah pada beberapa galur padi gogo 1 Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 1, 2010: 1-5 TEKNIK EVALUASI MUTU BERAS KETAN DAN BERAS MERAH

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat 16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SAMIWAHYUFIRANALAH F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SKRIPSI. Oleh : SAMIWAHYUFIRANALAH F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR SKRIPSI MEMPELAJARI PENGARUH EKSTRAK n-heksana DAN EKSTRAK ASETON BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt.) TERHADAP PERKEMBANGAN SERANGGA HAMA GUDANG Sitophilus zeamais Motsch. PADA BERAS SELAMA PENYIMPANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

Lampiran 1a. Jumlah total populasi serangga (Nt) Sitophilus zeamais setelah penyimpanan.

Lampiran 1a. Jumlah total populasi serangga (Nt) Sitophilus zeamais setelah penyimpanan. LAMPIRAN 39 Lampiran 1a. Jumlah total populasi serangga (Nt) Sitophilus zeamais setelah penyimpanan. Nt Ratarata Jumlah U1 U2 U3 Kontrol 1924 1899 1576 5399 1799,67 0 375 393 256 1024 341,33 4 960 855

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan 4.1.1. Jumlah larva (30 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA, sedangkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 POLA PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS BEKATUL PASCA PENGGILINGAN Kerusakan hidrolitik pada bekatul mulai terjadi ketika proses penyosohan beras berlangsung, dimana terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh,

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, xi PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk dikonsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja, Cina,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di laboratorium LBP (Lingkungan dan Bangunan Pertanian) dan

Lebih terperinci

Screening Varietas Padi Lokal Kalimantan Tengah Terhadap Serangan Sitophilus oryzae selama Penyimpanan

Screening Varietas Padi Lokal Kalimantan Tengah Terhadap Serangan Sitophilus oryzae selama Penyimpanan ABSTRAK A R T I K E L Screening Varietas Padi Lokal Kalimantan Tengah Terhadap Serangan Sitophilus oryzae selama Penyimpanan Screening of Local Rice Varieties from Central Kalimantan to Sitophilus oryzae

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Pengkajian daya insektisida nabati dilakukan untuk menyeleksi bahan nabati yang memiliki potensi insektisida terhadap serangga hama gudang Sitophilus

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) Performance Test of Machine Breaking Skin Grain With Rubber Rollers Distance Variation

Lebih terperinci

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM

UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM UJI ALAT PENGGILING TIPE FLAT BURR MILL PADA KOMUNITAS BERAS, KETAN PUTIH DAN KETAN HITAM (Test of Flat Burr Mill GrinderOn The commodity of Rice, White Sticky Rice and Black Sticky Rice) Endra Rahmadan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak jaman prasejarah.

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris sangat kaya tanaman pangan yang tersebar dari Sabang dari Merauke dengan bermacam-macam jenis pangan khas bagi daerah masing-masing.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KUALITAS NATA DARI BAHAN BEKATUL (NATA DE KATUL) DENGAN STARTER BAKTERI Acetobacter xylinum SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidian Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Volume 6, Nomor 1, Juli 2010

Volume 6, Nomor 1, Juli 2010 Volume 6, Nomor 1, Juli 2010 Praktek-Praktek Pelanggaran Etika Dalam Penelitian dan Publikasi A. WALSEN... 1 Evaluation of Phosphorus Use Efficiency in Four Breeding Lines of W hite C lover (Trifolium

Lebih terperinci

Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan

Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan TEKNIK PENGUJIAN TAMPILAN BERAS UNTUK PADI SAWAH, PADI GOGO, DAN PADI PASANG SURUT Ade Santika 1 dan Gusnimar Aliawati 2 Mutu beras mendapat perhatian penting dalam perakitan varietas unggul padi. Perbaikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Subramanyam dan Hagstrum (1996), Hama kumbang bubuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras

Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae (L.) terhadap Pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras Effect Population Density Sitophilus oryzae (L.) against Population Growth and Damage Rice HENDRIVAL

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA ALLEN WIJAYA 070301024 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN DAYA DAN WAKTU OVEN GELOMBANG MIKRO TERHADAP MORTALITAS SERANGGA

PENGARUH PERLAKUAN DAYA DAN WAKTU OVEN GELOMBANG MIKRO TERHADAP MORTALITAS SERANGGA PENGARUH PERLAKUAN DAYA DAN WAKTU OVEN GELOMBANG MIKRO TERHADAP MORTALITAS SERANGGA Sitophilus zeamais (COLEOPTERA : Curculionidae) DAN KANDUNGAN PATI BERAS Oleh : KHOIRUL ANAS F 14102057 2007 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro Jalan Kenanga No. 3 16C Mulyojati,

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN DAYA INSEKTISIDA EKSTRAK DAUN MIMBA

SKRIPSI KAJIAN DAYA INSEKTISIDA EKSTRAK DAUN MIMBA SKRIPSI KAJIAN DAYA INSEKTISIDA EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) DAN EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach L. ) TERHADAP PERKEMBANGAN SERANGGA HAMA GUDANG Sitophilus zeamais Motsch. Oleh DESSY

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan September hingga bulan Desember 2008 dan berlokasi di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan pada bulan September 2017. B. Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia pada umumnya proses penggilingan padi secara komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak atau bekatul, yang selama ini sering

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007). BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L yang meliputi kurang lebih 25 spesies tersebar di daerah tropis dan daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berbagai galur sorgum banyak dikembangkan saat ini mengingat sorgum memiliki banyak manfaat. Berbagai kriteria ditetapkan untuk mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Kriteria

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA 8 AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA (THE

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

KOMPOSISI BIJI PADI. Sekam

KOMPOSISI BIJI PADI. Sekam PASCA PANEN PADI KOMPOSISI BIJI PADI Sekam Kariopsis padi (beras) dibungkus oleh sekam yang merupakan modifikasi daun (lemmae). Sekam terdiri dari palea (yang kecil) dan lemma (yang besar) Bentuk kariopsis

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN 1 TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN SKRIPSI Oleh: RIA SRI HARTATY SIDAURUK 050301037 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA Crude Protein and Crude Fiber Corncob Inoculated by Trichoderma sp. at Different Time of

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. GABAH 1. Struktur Gabah Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Klasifikasi ilmiah tanaman padi yang menjadi bahan baku beras adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL

PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL Rina D.Ningsih dan Khairatun Nafisah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan Makan Bondol Peking dan Bondol Jawa Pengujian Individu terhadap Konsumsi Gabah Bobot tubuh dan konsumsi bondol peking dan bondol jawa terhadap gabah dapat dilihat pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan 14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN RESISTENSI LIMA JENIS BERAS VARIETAS LOKAL TERHADAP SERANGAN Sitophilus zeamais Motsch. SKRIPSI ZULFAHNUR F

KAJIAN RESISTENSI LIMA JENIS BERAS VARIETAS LOKAL TERHADAP SERANGAN Sitophilus zeamais Motsch. SKRIPSI ZULFAHNUR F KAJIAN RESISTENSI LIMA JENIS BERAS VARIETAS LOKAL TERHADAP SERANGAN Sitophilus zeamais Motsch. SKRIPSI ZULFAHNUR F24060265 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 THE STUDY OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami berbagai tanaman komoditas pangan sehingga dapat menghasilkan bermacammacam produk pangan.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4 Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4 No. 1: 51-56 PEMBUATAN DAN UJI KARAKTERISTIK FISIK BERAS ANALOG BERBAHAN BAKU TEPUNG SINGKONG YANG DIPERKAYA DENGAN PROTEIN UDANG THE PRODUCTION AND PHYSICAL CHARACTERISTICS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 BAHAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bekatul dari padi non-aromatik (ciherang dan IR 64), dan padi aromatik (pandanwangi dan sintanur) yang diperoleh dari

Lebih terperinci

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA 100301019 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN OVEN GELOMBANG PADA BERBAGAI TINGKATA DAYA DAN WAKTU TERHADAP MORTALITAS Tribolium castaneum Herbst DAN KANDUNGAN TEPUNG TAPIOKA

PENGARUH PERLAKUAN OVEN GELOMBANG PADA BERBAGAI TINGKATA DAYA DAN WAKTU TERHADAP MORTALITAS Tribolium castaneum Herbst DAN KANDUNGAN TEPUNG TAPIOKA PENGARUH PERLAKUAN OVEN GELOMBANG PADA BERBAGAI TINGKATA DAYA DAN WAKTU TERHADAP MORTALITAS Tribolium castaneum Herbst DAN KANDUNGAN TEPUNG TAPIOKA Oleh RAMDHAN NURBIANTO F14103066 2008 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG PENGARUH PERLAKUAN PEMANASAN TERHADAP KADAR AMILOSA DAN SERAT PANGAN BERAS MERAH ORGANIK EFFECT OF HEATING TREATMENT ON AMYLOSE CONTENT AND TOTAL DIETARY FIBER OF ORGANIC RED RICE SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

KAJIAN RESISTENSI BERAS PECAH KULIT DAN BERAS SOSOH DARI LIMA VARIETAS PADI UNGGUL TERHADAP SERANGAN HAMA BERAS Sitophilus oryzae (L.

KAJIAN RESISTENSI BERAS PECAH KULIT DAN BERAS SOSOH DARI LIMA VARIETAS PADI UNGGUL TERHADAP SERANGAN HAMA BERAS Sitophilus oryzae (L. KAJIAN RESISTENSI BERAS PECAH KULIT DAN BERAS SOSOH DARI LIMA VARIETAS PADI UNGGUL TERHADAP SERANGAN HAMA BERAS Sitophilus oryzae (L.) SKRIPSI DEWI ASKANOVI F24070039 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 21 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Ubi kayu merupakan salah satu hasil pertanian dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan baku pembuatan etanol. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategis dalam pembangunan nasional. Undang-undang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

Kapang pada Beras yang Berasal dari Beberapa Varietas Padi

Kapang pada Beras yang Berasal dari Beberapa Varietas Padi Hayati, Darcmber 1994, hlm. 37-41 ISSN 0854-8587 Vol. 1, No. 2 Kapang pada Beras yang Berasal dari Beberapa Varietas Padi OKKY SETYAWAT1 DHARMAPUTRA Jurusan Biologi FMIPA IPB, Jalan Raya Pajajaran, Bogor

Lebih terperinci

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Klasifikasi...4

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. PADI Padi (Oryza sativa L.) termasuk dalam tumbuhan Gramineae yang merupakan tumbuhan dengan batang yang terdiri atas ruas-ruas dan mempunyai bendera yang menempel pada pelepah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beras Struktur Beras Penggilingan Padi menjadi Beras

TINJAUAN PUSTAKA Beras Struktur Beras Penggilingan Padi menjadi Beras TINJAUAN PUSTAKA Beras Beras merupakan hasil proses pasca panen dari tanaman padi yaitu setelah tangkai dan kulit malainya dilepaskan dan digiling. Berdasarkan kelompok spesies padi yang telah dibudidayakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2011 di Laboratorium Agromikrobiologi, Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan;

Lebih terperinci

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN Tesis Program Studi Agronomi Oleh Samyuni S611308012 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG VARIETAS P-23 TERHADAP BERBAGAI KOMPOSISI VERMIKOMPOS DENGAN PUPUK ANORGANIK

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG VARIETAS P-23 TERHADAP BERBAGAI KOMPOSISI VERMIKOMPOS DENGAN PUPUK ANORGANIK TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG VARIETAS P-23 TERHADAP BERBAGAI KOMPOSISI VERMIKOMPOS DENGAN PUPUK ANORGANIK SKRIPSI Oleh : EFRIDA SARI NASUTION 080301089 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di  dan tidak untuk di komersialkan Standar Nasional Indonesia Beras ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG PEMULIAAN TANAMAN

SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG PEMULIAAN TANAMAN EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA JARAK TANAM YANG BERBEDA SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG 080307024 PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG 2004 Enrico Syaefullah Posted 5 November 2004 Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor November 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng

Lebih terperinci

Pengaruh Periode Penyimpanan Beras terhadap Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae (L.) dan Kerusakan Beras

Pengaruh Periode Penyimpanan Beras terhadap Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae (L.) dan Kerusakan Beras ISSN 2302-1616 Vol 4, No. 2, Desember 2016, hal 95-101 Available online http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biogenesis DOI http://dx.doi.org/10.24252/bio.v4i2.2514 Pengaruh Periode Penyimpanan

Lebih terperinci