BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma/Perspektif Kajian Paradigma menurut Harmon (dalam Moleong, 2004: 49) adalah cara mendasar untuk mempersepsikan, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas. Friedrichs kemudian memberikan penjelasan tentang paradigma sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Menurut Thomas Khun (dalam Mulyana, 2001: 10) menyatakan bahwa paradigma menentukan apa yang tidak kita pilih, tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin diketahui. Khun juga berpendapat bahwa paradigma adalah suatu kerangka atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Paradigma penelitian menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Dapat disimpulkan bahwa paradigma dapat diartikan sebagai kacamata atau sudut pandang dalam melihat objek sesuatu yang diamati. Paradigma sangat penting perannya dalam memengaruhi teori, analisis, maupun tindakan peneliti. Paradigma berperan dalam menjelaskan asumsiasumsinya yang spesifik mengenai bagaimana penelitian harus dilakukan dalam bidang ilmu penelitian. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami masalah serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian Paradigma Interprentif Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma Interprentif. Paradigma ini muncul karena ketidakpuasan terhadap teori postpositivis. Positivis dianggap terlalu umum, terlalu mekanis, dan tidak mampu menangkap keruwetan, nuansa dan kompleksitas dari interaksi manusia. Interpretif mencari sebuah pemahaman bagaimana kita membentuk dunia

2 17 pemaknaan melalui dunia interaksi dan bagaimana kita berperilaku terhadap dunia yang kita bentuk. Dalam pencarian jenis pemahaman, interpretif mendekati dunia dan pengetahuan dengan cara yang sangat berbeda dengan cara teori post-positivis (Ardianto dan Q-Anees, 2007: 124). Paradigma interprentif adalah cara pandang yang bertumpu pada tujuan untuk memahami dan menjelaskan dunia sosial berdasarkan dari kacamata aktor yang terlibat di dalamnya. Paradigma interprentif menganggap bahwa ilmu bukanlah suatu hukum yang baku; setiap gejala/peristiwa bisa jadi memiliki makna yang berbeda. Interprentif memandang realitas sebagai bentukan dari interaksi manusia yang penuh makna (meaningfull social action). Paradigma interprentif berangkat dari upaya mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial dan budaya yang didasarkan pada perspektif/paradigma dan pengalaman orang yang diteliti (Newman dalam Kevinzky, 2011:25). Tujuan pendekatan interpretif tidak lain adalah menganalisis realita sosial semacam ini dan bagaimana realita sosial itu terbentuk. Untuk memahami sebuah lingkungan sosial yang spesifik, peneliti harus menyelami pengalaman subjektif para pelakunya. 2.2 Kajian Pustaka Penelitian Terdahulu Penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki banyak referensi yang terkait mengenai penelitian yang saat ini sedang diteliti kembali. Penelitian yang terdahulu mampu untuk mengarahkan dan memudahkan peneliti dalam menentukan langkah yang akan diambil oleh peneliti yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukannya. Peneliti mencoba merangkum penelitian yang berkaitan dengan kompetensi komunikasi antarbudaya dan penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan di lingkungan tentang mahasiswa asal Papua. Penelitian pertama disampaikan oleh Fredy Kurniawan (2011) dengan judul penelitiannya Kompetensi Komunikasi Antarbudaya (Studi Kualitatif

3 18 tentang Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Anggota Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) Etnis Tionghoa dan Jawa). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dimiliki anggota PMS baik yang beretnis Tionghoa maupun Jawa yang mendukung keberhasilan komunikasi antarbudaya ditubuh organisasi tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan interprentif yang mendeskripsikan dan memahami perilaku dan praktik komunikasi informan kedua etnis di PMS. Teknik analisis data mengacu pada teori kompetensi komunikasi antarbudaya Brian H. Spitzberg dan William B. Gudykunst. Penelitian ini difokuskan pada hasil kompetensi, faktor-faktor penghambat, dan kompetensi komunikasi antarbudaya masing-masing informan dari kedua etnis. Kompetensi komunikasi antarbudaya terdiri dari tiga unsur yakni (1) motivasi; (2) pengetahuan; dan (3) keterampilan komunikasi antarbudaya. Secara umum, penelitian memiliki kesimpulan bahwa masing-masing anggota PMS baik etnis Tionghoa dan Jawa telah mampu menjalin komunikasi antarbudaya satu sama lain secara kompeten. Hal ini dibuktikan dengan pembauran budaya di tubuh PMS. Meskipun demikian masih ditemukan faktor-faktor penghambat berupa etnosentris, streotipe dan prasangka pada masing-masing anggota PMS. Namun, faktor-faktor penghambat ini bukanlah hal yang mutlak sehingga setiap anggota mampu menyikapi faktor penghambat tersebut dengan arif. Munzaimah Masril (2014) melakukan penelitian dengan judul Kompetensi Komunikasi Antarbudaya (Analisis Hubungan Kecemasan dan Ketidakpastian dengan Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Warga Negara Jepang di Indonesia). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah hubungan kecemasan dan ketidakpastian terhadap kompetensi komunikasi antarbudaya warga Jepang di Indonesia. Penelitian ini menggunakan Teori Anxiety Uncertainty Management dari William Gudykunst dan Dimensi Nilai Budaya dari Geertz Hofstede untuk menganalisa hasil temuan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian berhubungan dengan kompetensi

4 19 komunikasi antarbudaya. Kompetensi komunikasi dalam diri seseorang dapat dilihat dari kemampuannya mengelola kecemasan dan ketidakpastian. Pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian dalam penelitian ini menyangkut pemenuhan informasi untuk berinteraksi. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan motivasi responden cukup besar untuk mengelola kecemasan dan ketidakpastian saat berinteraksi dengan orang Indonesia. Penelitian menunjukkan orang Jepang dalam penelitian ini memiliki kesadaran yang cukup baik dalam membangun interaksi dengan masyarakat tuan rumah. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Maulida (2014) menyatakan bahwa mahasiswa asal Papua mengalami Culture Shock saat berhadapan dengan budaya serta lingkungan baru yang dihadapinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi yang berlangsung antara mahasiswa Papua dan mahasiswa USU lainnya dan tahapan-tahapan culture shock dalam interaksi komunikasi antarbudaya pada mahasiswa Papua di USU serta upaya mengatasi culture shock tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Subjek penelitian adalah mahasiswa asal Papua yang kuliah di USU angkatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa para mahasiswa asal Papua memiliki kecenderungan culture shock yang tergolong sedang. Hal ini berarti mereka sudah bisa menyesuaikan diri dan merasa nyaman tinggal di Medan. Bahkan beberapa informan mengaku lebih nyaman tinggal di Medan daripada daerahnya sendiri yaitu Papua. Fakultas dan motivasi diri ikut mempengaruhi proses komunikasi yang terjalin antara mahasiswa Papua dan mahasiswa USU lainnya. Mahasiswa asal Papua tidak selalu berteman dengan sesamanya tetapi mereka juga berbaur dengan mahasiswa lainnya agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan merasa nyaman kuliah di USU. Nurhayati (2015) juga melakukan penelitian mengenai culture shock yang dialami oleh mahasiswa asal Papua. Hal yang membedakannya dari penelitian yang dilakukan oleh Indah Maulida adalah penelitian ini

5 20 menitikberatkan pada proses interaksi dan dinamika komunikasi mahasiswa asal Papua dalam menghadapi culture shock. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses interaksi dan dinamika komunikasi mahasiswa asal Papua dalam konteks culture shock di lingkungan baru mereka, yaitu Universitas Sumatera Utara, Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripif kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan teknik Snowball Sampling yang kemudian dianalisis oleh peneliti. Informan yang pada penelitian ini berjumlah sebanyak lima orang. Hasil dari penelitian ini ditemukan kecenderungan informan Papua yang mengalami beberapa gegar budaya seperti kurikulum pelajaran, kosep harga, makanan, kebiasaan dan beberapa sistem komunikasi seperti: penggunaan bahasa, intonasi, aksen ketika komunikasi dengan teman non papua. Penelitian tentang mahasiswa asal Papua juga pernah dilakukan oleh Ronny Syahputra. Penelitian ini merupakan penelitian untuk kajian ilmu Psikologi dengan judulnya Gambaran Self-efficacy Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berasal dari Papua. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran self-efficacy mahasiswa yang berasal dari Papua. Self-efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu (Bandura, 1997). Self-efficacy merupakan hal yang sangat penting dalam mendorong individu untuk memahami lebih mendalam atas situasi yang dapat menjelaskan tentang mengapa seseorang mengalami kegagalan dan keberhasilan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksud untuk melihat bagaimana gambaran self-efficiacy mahasiswa yang berasal dari Papua. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan skala. Metode skala yang digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkapkan secara tidak langsung melalui

6 21 indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk-bentuk item pernyataan. Hasil penelitian ini menunjukkan self-efficacy mahasiswa yang berasal dari Papua berada pada kategori sedang (59,52 %) Komunikasi Antarbudaya Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta buddahaya yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti budi atau akal. Kebudayaan itu sendiri dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal. Budaya berkaitan dengan cara manusia hidup, belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang sesuai dan tidak sesuai dengan dirinya karena di dalamnya terdapat tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai dan faktor lainnya yang diperoleh sekelompok besar orang secara turun-temurun (Lubis, 2012: 10). Samovar dan Potter (dalam Mulyana dan Rakhmat, 2001:19) berpendapat bahwa budaya dalam hubungannya dengan komunikasi tidak dapat dipisahkan. Godwin C. Chu (Mulyana, 2004:14) mengatakan bahwa setiap budaya dan tindakan melibatkan komunikasi. Proses pewarisan budaya dari generasi ke generasi menjadi bagian dari proses komunikasi dan komunikasi itu sendiri turut menentukan, memelihara dan mengembangkan budaya. Komunikasi antarbudaya secara sederhana dapat dilihat sebagai sebuah proses interaksi yang di dalamnya terjadi pertukaran pesan antara orang berbeda budaya. Menurut Samovar dan Porter (2003) : Komunikasi antarbudaya terjadi ketika bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa latar belakang nilai-nilai budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai-nilai-nilai yang dianut oleh kelompoknya. Stephen Dahl dari Luton University mendefenisikan komunikasi antarbudaya secara spesifik yaitu Intercultural communication as the information exchange between one person and any other source transmitting a message displaying properties of a cultural different to the one of the receiver s

7 22 cultural. The source of such a message can be either a person, in an interpersonal communication process, or any form of mass media or other form of media (Komunikasi multikultural sebagai pertukaran informasi dari satu individu ke individu lain, dimana antara pemberi pesan dan penerima pesan berasal dari unsur-unsur kebudayaan yang berbeda. Sumber dari penyampai pesan dapat berupa individu yaitu dalam proses komunikasi antarpersonal dan dapat juga dari media massa atau bentuk lain dari media massa) (Purwasito, 2002:124). Interaksi budaya yang efektif sangat bergantung dari komunikasi antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan tercapai (komunikasi yang sukses) bila bentuk-bentuk komunikasi untuk memperbaharui relasi antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbaharui suatu manajemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat kesetiakawanan, persahabatan, hingga kepada berhasilnya pembagian teknologi dan mengurangi konflik. Proser (dalam Liliweri, 2001: ) komunikasi antarbudaya yang efektif harus memperhatikan tiga syarat utama, yakni : 1. Menghormati anggota kebudayaan yang lain sebagai anggota manusia. 2. Menghormati hak anggota budaya lain untuk bertindak berbeda dari cara kita bertindak. 3. Komunikator lintas budaya yang kompeten harus belajar menyenangi hidup bersama orang dari budaya yang lain. Dalam komunikasi antarbudaya ada beberapa hambatan yang dapat menjadi penghalang tercapainya tujuan komunikasi antarbudaya (Lubis, 2012: 6-8). Hambatan ini antara lain: 1. Fisik (Physical), yang berasal dari hambatan waktu, lingkungan dan kebutuhan diri dan juga media fisik. 2. Budaya (Cultural), hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan lainnya.

8 23 3. Persepsi, dikarenakan setiap memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal setelah berinteraksi dan berkomunikasi. Jadi untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda. 4. Motivasi, berkaitan dengan tingkat motivasi dari komunikan, apakah komunikan ingin menerima pesan tersebut atau sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi. 5. Pengalaman, setiap individu memiliki pengalaman hidup yang berbeda-beda sehingga individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu. 6. Emosi, ketika emosi komunikan sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui. 7. Bahasa, ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan dengan bahsa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh komunikan. 8. Nonverbal, bahasa dalam bentuk nonverbal yang bisa terlihat dari ekspresi wajah dan gerak tubuh. 9. Kompetisi, hambatan yang muncul ketika komunikan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Komunikasi dikatakan efektif apabila setiap peserta komunikasi mampu untuk mempersepsikan makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan (mutual understanding). Kenyataannya komunikasi yang efektif sangat sulit dicapai terutama apabila peserta komunikasi yang saling bertukar pesan berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, untuk itu dibutuhkan kompetensi komunikasi. Kompetensi secara sederhana dilihat sebagai kemampuan seseorang yang di dalamnya terdapat keterampilan, pengetahuan dan sikap dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan tertentu sesuai dengan standar yang ada. Kompetensi komunikasi antarbudaya sebagai kompetensi yang dimiliki seseorang (baik secara pribadi, kelompok, organisasi atau dalam

9 24 etnik atau ras) untuk meningkatkan kapasitas, keterampilan, pengetahuan, yang berkaitan dengan kebutuhan utama dari orang-orang yang berbeda kebudayaannya (Liliweri, 2009:262). Kemampuan seseorang untuk menyampaikan pesan dengan tepat dapat disebut sebagai kompetensi komunikasi. Defenisi lainnya tentang kompetensi komunikasi adalah kemampuan yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dalam mengelola pertukaran pesan verbal dan nonverbal yang tujuannya untuk menciptakan kesamaan memahami pesan sehingga komunikasi efektif dapat tercapai (Samovar et. al., 2010: 460). Young Yun Kim (dalam Kurniawan, 2011:47) mendefenisikan kompetensi komunikasi antarbudaya sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk mengelola seluruh aspek-aspek komunikasi antarbudaya yang meliputi perbedaan budaya, sikap in-group dan tekanan-tekanan. Setiap peserta komunikasi antarbudaya dikatakan kompeten apabila mereka mampu untuk mengelola secara kompeten faktor penghambat komunikasi antarbudaya sehingga tercapai komunikasi yang efektif diantara peserta komunikasi antarbudaya. Gundykunts & Kim dalam Rahardjo mengatakan sebenarnya bahwa paling tidak ada dua pandangan mengenai sifat kompetensi. Pandangan pertama menegaskan kompetensi seharusnya ada di dalam diri seseorang (komunikator) sebagai kapasitas orang tersebut untuk memfasilitasi proses komunikasi antar individu yang berbeda budaya sedangkan proses kedua berpendapat kompetensi harus ada pada kedua belah pihak (Rahardjo, 2003:72 dalam Lubis, 2012:162). William Howel menyebutkan terdapat empat tingkatan dari kompetensi komunikasi, yaitu: 1. Unconscious Incompetence: Tidak sadar dan tidak bisa melakukan apaapa. Dimaksud tidak sadar adalah telah salah menafsirkan pesan atau perilaku komunikasi pihak lain secara tidak sadar. Sedangkan tidak bisa melakukan apa-apa adalah tidak cukup peduli dengan perilaku komunikasinya sendiri. Bentuk kompetensi ini adalah yang paling rendah dari bentuk lainnya.

10 25 2. Conscious Incompentence: Sadar dalam berkomunikasi, tetapi tidak bisa melakukan apa-apa. Sadar adalah komunikasi yang dilakukannya tidak efektif dan seringkali terjebak pada salah paham, seperti penanganan konflik yang tidak produktif. Meskipun begitu, mampu melakukan apapun untuk memperbaikinya. 3. Conscious Competence: Sadar dalam hal berkomunikasi dan mampu melakukan sesuatu. Orang pada bentuk ini mampu mengontrol perilaku komunikasinya secara sadar dan melakukannya terus menerus sehingga menjadi komunikasi yang lebih efektif. 4. Unconscious Competence: Tidak sadar karena telah menjadi sebuah kebiasaan dan mampu melakukan sesuatu. Bentuk ini merupakan tingkatan paling tinggi dalam kompetensi komunikasi. Orang pada tingkatan ini memiliki kemampuan untuk menyatukan tindakan komunikasi menjadi bagian dari perilakunya sehari-hari. Dia tidak perlu lagi sibuk untuk mengatur perilakunya terus menerus karena secara otomatis dirinya telah menyesuaikan (Griffin, 2006: 431). Kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dan tepat dalam budaya lain dipengaruhi oleh komponen utama yang patut menjadi perhatian, di antaranya motivasi untuk berkomunikasi, pengetahuan yang cukup tentang budaya, keterampilan untuk mengelola motivasi dan pengetahuan yang dimiliki dalam berkomunikasi. Spitzberg (dalam Samovar dan Porter, 2000: 395) mengemukakan tiga komponen kompetensi dalam komunikasi antarbudaya, yaitu: 1. Pengetahuan (knowledge) Semakin banyak informasi yang diketahui oleh orang yang melakukan komunikasi maka akan semakin meningkat juga interaksi yang dilakukannya di dalam komunikasi. Hal tersebut juga berlaku di dalam komunikasi antarbudaya. Pengetahuan yang cukup tentang budaya menjadi penting karena dengan mempunyai komponen ini dengan sendirinya seseorang menyadari dan memahami peraturan, norma dan harapan yang dapat dikelompokkan dengan budaya orang-orang yang berinteraksi dengannya. Ada banyak pelaku komunikasi antarbudaya yang

11 26 gagal dalam berkomunikasi dikarenakan keterbatasan akan pengetahuannya tentang budaya dari lawan bicaranya. Akibat yang ditimbulkan adalah adanya ketidakpuasan dalam diri orang-orang yang berkomunikasi bahkan tujuan dari komunikasi tersebut tidak sampai. Usaha yang dilakukan untuk mencapai kompetensi dalam komunikasi adalah seseorang diharapkan memiliki pengetahuan konten yang meliputi pengetahuan mengenai isi pesan dan pengetahuan prosedural berkaitan dengan bagaimana proses isi pesan disampaikan dalam situasi tertentu (Samovar et. al., 2010: 462). 2. Motivasi (motivation) Motivasi menjadi bagian hal yang penting untuk diperhatikan karena dalam interaksi dengan orang lain agar tercipta suasana yang positif harus terlihat oleh dua pelaku komunikasi motivasi dari kedua pihak. Motivasi yang logis dan alami akan membentuk persepsi tentang keinginan pribadi untuk meningkatkan kemampuan komunikasinya. Motivasi dalam berkomunikasi erat kaitannya dengan sasaran, tujuan yang akan dicapai dari kegiatan komunikasi tersebut. Jonathan H. Turner (dalam Liliweri, 2009:265) bahwa motivasi didasari hanya oleh kebutuhan dasar manusia untuk berkomunikasi. Kebutuhan dasar itu diantaranya kebutuhan akan perasaan aman, kebutuhan akan rasa percaya terhadap orang lain, kebutuhan akan keterlibatan dalam kelompok, kebutuhan untuk menjauhi kecemasan, kebutuhan untuk membagi pengalaman, kebutuhan terhadap faktor pemuas seperti material dan simbolis, kebutuhan untuk membagi pengalaman, kebutuhan akan bertahannya konsep diri. 3. Keterampilan (skill) Dalam berkomunikasi kebanyakan orang sering mengalami kendalakendala sehingga informasi yang disampaikan atau diterima tidak jelas bahkan ada informasi yang sering berubah arti karena adanya distorsi. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan modal dalam membangun sebuah interaksi terkhusus bagi orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Sederhananya semakin tinggi keterampilan komunikasi seseorang hal ini akan diikuti dengan semakin meningkat pula

12 27 kompetensi komunikasinya. Terdapat tiga unsur yang ada di dalam komponen keterampilan ini, yakni : (1) kemampuan menggolongkan anggota budaya lain ke dalam kategori yang sama dimana mereka menggolongkan diri mereka sendiri; (2) kemampuan untuk memaklumi kerancuan; (3) kemampuan berempati dengan anggota budaya lain. (Gudykunst dalam Griffin, 2006: ) Teori Manajemen Kecemasan dan Ketidakpastian (Anxiety and Uncertainty Management Theory) Teori Anxiety/Uncertainty Management (AUM) dikembangkan oleh William B. Gudykunst, seorang professor dari Universitas California. Gudykunst pertama sekali memperkenalkan teori ini pada tahun 1985 dengan konsep dasar yang memfokuskan pada kajian komunikasi antarbudaya dalam satu kelompok atau berbeda kelompok. Secara resmi teori ini diperkenalkan dengan label AUM pada tahun Pada perkembangannya teori ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks komunikasi antarbudaya. William B. Gudykunst mengembangkan pemikiran teori tentang pengurangan ketidakpastian dari Charles berger dan teori identitas sosial milik Henri Tajfel secara signifikan dengan melihat bagaimana ketidakpastian dan kecemasan itu dalam situasi budaya yang berbeda. Gudykunst (Turnomo, 2005:68) memfokuskan kajian mengenai kecemasan dan ketidakpastian pada pertemuan kultural (cultural encounter) antara ingroups dengan strangers (individu-individu yang ada dalam suatu situasi, tetapi bukan anggota dari ingroups). Lebih lanjut Gudykunst berasumsi bahwa paling tidak satu orang dalam pertemuan antarbudaya adalah stranger atau orang asing di mana pada tahap-tahap awal berinteraksi, orang asing ini akan mengalami kecemasan dan ketidakpastian (merasa tidak aman dan tidak pasti tentang bagaimana harus berperilaku). Teori AUM menjelaskan bahwa untuk menjadi seseorang yang pengertian (mindful) penting untuk mengurangi kecemasan dan

13 28 ketidakpastian sampai tahap optimal sehingga pada akhirnya mampu mencapai komunikasi efektif. Kecemasan muncul di tingkat afektif yang mengacu pada perasaan seperti kegelisahan, kecanggungan, kebingungan, stress yang muncul ketika seseorang mulai berhadapan dengan orang asing. Ketidakpastian menjadi satu fenomena di tingkat kognitif yang melibatkan ketidakpastian yang terduga maupun ketidakpastian yang memberi penjelasan. Langer (1989) menyebutkan bahwa jika ingin menjadi seseorang yang mindful, harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu pandangan yang dapat digunakan untuk memahami atau menjelaskan bentuk interaksi dengan orang asing (Gudykunst and Kim, 2003: 40). Dalam kondisi pertemuan antarbudaya yang dimana terdapat kecemasan dan ketidakpastian menurut Gudykunst, individu yang menjadi anggota suatu kebudayaan tertentu akan berupaya mengurangi ketidakpastian pada tahap hubungan mereka dengan cara yang berbedabeda sesuai dengan latar belakang budaya mereka. Perbedaan latar belakang budaya tersebut mencakup budaya konteks tinggi atau budaya konteks rendah (Morissan, 2009:133). Beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpastian dan kecemasan mengalami penurunan atau peningkatan dalam suatu pertemuan antarbudaya adalah konsep diri dan kompetensi komunikasi (antarbudaya) yakni motivasi, pengetahuan dan kecakapan (skill). Motivasi merujuk pada seperangkat perasaan, kehendak, kebutuhan, dan dorongan yang diasosiasikan dengan antisipasi atau keterlibatan dalam komunikasi antarbudaya. Faktor-faktor seperti kecemasan, jarak sosial yang dipersepsikan, etnosentrisme, dan prasangka dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jika ketakutan, ketidaksukaan, dan kecemasan yang lebih menonjol, maka seseorang akan mempunyai motivasi yang negatif, dan akan menghindari interaksi dengan orang lain.

14 Kerangka Pemikiran Mahasiswa Asal Papua Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa dan Dosen di USU - Pengetahuan - Motivasi - Keterampilan

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 13 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Kompetensi Komunikasi Antarbudaya DESKRIPSI Dalam modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

IDENTITAS ETNIS DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA SKRIPSI YUANITA EVIANI BR SITEPU

IDENTITAS ETNIS DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA SKRIPSI YUANITA EVIANI BR SITEPU IDENTITAS ETNIS DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (Studi Kasus Peran Identitas Etnis dalam Komunikasi Antarbudaya pada Warga Negara Amerika di Kota Medan) SKRIPSI YUANITA EVIANI BR SITEPU 100904039 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan seseorang dan masyarakat (Suwarman, 2004: 170). dari generasi ke generasi (Tubbs and Moss, 1996: 237).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan seseorang dan masyarakat (Suwarman, 2004: 170). dari generasi ke generasi (Tubbs and Moss, 1996: 237). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan produk dari sebuah budaya, yang tidak pernah lepas dari aktivitas komunikasi. Melalui interaksi secara terus menerus seorang manusia juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat mendasar dalam proses belajar manusia. Manusia dibesarkan, diasuh

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat mendasar dalam proses belajar manusia. Manusia dibesarkan, diasuh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi layaknya nafas kehidupan manusia. Kodratnya sebagai makhluk sosial membuatnya senantiasa berinteraksi demi pemenuhan kebutuhan dan keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Sebuah penelitian yang baik adalah penelitian yang merujuk kepada beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai masalah yang sama dengan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI. Fipit Novita Sari

DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI. Fipit Novita Sari DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI Fipit Novita Sari 100904099 ABSTRAK Skripsi ini berisi penelitian mengenai bagaimana dinamika komunikasi antarbudaya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Proses Komunikasi 2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya melalui belajar. Dari semua aspek belajar manusia, komunikasi merupakan aspek terpenting dan paling

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gegar budaya atau biasa dikenal dengan culture shock sering kali dialami oleh individu ketika mereka memasuki budaya baru. Ketika memasuki budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 3 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : POKOK BAHASAN Konsep Dasar Komunikasi Antarbudaya DESKRIPSI Pokok bahasan konsep dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGELOLA KETIDAKPASTIAN DAN KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASAL KALIMANTAN BARAT DI SURAKARTA

MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGELOLA KETIDAKPASTIAN DAN KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASAL KALIMANTAN BARAT DI SURAKARTA MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGELOLA KETIDAKPASTIAN DAN KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASAL KALIMANTAN BARAT DI SURAKARTA Naskah Publikasi Skripsi Ilmu Komunikasi Oleh: DESTRIADI YUNAS JUMASANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan didefinisikan sebagai alat untuk memanusiakan manusia dan juga sebagai alat mobilitas vertikal ke atas dalam golongan sosial. Konsep mengenai pendidikan

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dan Jepang sudah lama menjadi mitra strategis dalam berbagai bidang perekonomian. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs www.bppt.go.id kerjasama ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lainnya adalah hal yang tidak bisa terhindarkan karena setiap

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lainnya adalah hal yang tidak bisa terhindarkan karena setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan hakikatnya sebagai makhluk social, manusia tidak bisa hidup tanpa pengaruh manusia lain, maka dari itu komunikasi antar manusia dengan manusia yang lainnya adalah

Lebih terperinci

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Penyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi ABSTRAK Judul Skripsi : Pengalaman Akomodasi Komunikasi (Kasus: Interaksi Etnis Jawa dengan Etnis Batak) Nama : Osa Patra Rikastana NIM : 14030111140104 Jurusan : Ilmu Komunikasi Geografis Indonesia yang

Lebih terperinci

Memahami Perilaku Komunikasi dalam Adaptasi Budaya Pendatang dan Hostculture berbasis Etnisitas

Memahami Perilaku Komunikasi dalam Adaptasi Budaya Pendatang dan Hostculture berbasis Etnisitas Memahami Perilaku Komunikasi dalam Adaptasi Budaya Pendatang dan Hostculture berbasis Etnisitas Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas

Lebih terperinci

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan Yora Munirah ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Komunikasi Antara

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Kata Arab sering dikaitkan dengan wilayah Timur Tengah atau dunia Islam. Negara yang berada di wilayah Timur

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Masalah

I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori Penelitian dilakukan dengan landasan teori yang berperan sebagai dasar pemikiran untuk mendukung suatu permasalahan dengan jelas dan sistematis. Landasan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang berarti berpartisipasi untuk memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah Lembaga Tinggi Negara yang berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 Bab VIIIA pasal 23E, 23F, dan 23G, bertugas untuk melakukan

Lebih terperinci

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA system keyakinan, nilai dan sikap, terhadap pandangan mengenai dunia dan terhadap organisasi social diantara pelaku-pelaku dari budaya yang berbeda. Seperti hambatan yang timbul oleh rangsangan dari luar

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA PSIKOLOGI SOSIAL Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Pengantar Manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak berkembang dengan sendiri. Kita tidak memiliki tempurung pelingdung, dan bulu apa yang kita miliki

Lebih terperinci

Tradisi SosioPsikologi

Tradisi SosioPsikologi Tugas 3 Tradisi SosioPsikologi Mengelola Ketidakpastian dan Kecemasan Kelompok 4 Herdian Yudi H Lukni F Riski P Patrick L Metty A Hendri C Irfan J Fahrul F Bachtiar R Galang H Dodi A Teori Komunikasi Percakapan

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat sudah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat, manusia tidak bisa melepaskan diri dari aktifitas komunikasi. Apalagi masyarakat tersebut bertempat tinggal bersama dan mendiami suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

ANXIETY UNCERTAINTY MANAGEMENT MAHASISWI INHOLLAND PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL

ANXIETY UNCERTAINTY MANAGEMENT MAHASISWI INHOLLAND PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL JURNAL E-KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA, SURABAYA ANXIETY UNCERTAINTY MANAGEMENT MAHASISWI INHOLLAND PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL Rony Wijaya, Prodi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. diuraikan oleh beberapa ahli, diantaranya Fred. E. Jandt yang mengartikan

BAB II URAIAN TEORITIS. diuraikan oleh beberapa ahli, diantaranya Fred. E. Jandt yang mengartikan BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Antarbudaya II.1.1 Pengertian Komunikasi Antarbudaya Terdapat beberapa pengertian komunikasi antarbudaya yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, diantaranya Fred.

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1 1.1 Pengertian Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis ynag mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan beberapa

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 2 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : POKOK BAHASAN Subjek, Wilayah dan Fokus Kajian Komunikasi Antarbudaya DESKRPISI Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360).

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dunia bisnis yang ada membuat banyak perusahaan asing hadir di Indonesia. Berbagai perusahaan yang bergerak di bidang seperti telekomunikasi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau disebut makhluk bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta

Lebih terperinci

CULTURE SHOCK PELAJAR MINANG DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (Studi Kasus Dalam Kajian Komunikasi Antar Budaya) Fadhli Friandes ABSTRAK

CULTURE SHOCK PELAJAR MINANG DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (Studi Kasus Dalam Kajian Komunikasi Antar Budaya) Fadhli Friandes ABSTRAK CULTURE SHOCK PELAJAR MINANG DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (Studi Kasus Dalam Kajian Komunikasi Antar Budaya) Fadhli Friandes ABSTRAK Skripsi ini berjudul Culture Shock Pelajar Minang di USU, masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seseorang adalah hasil interaksi antara komponen fisik, pikiran, emosi dan keadaan lingkungan. Namun, untuk memperkuat kontrol manusia terhadap perilakunya

Lebih terperinci

PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN HUBUNGAN YANG HARMONIS

PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN HUBUNGAN YANG HARMONIS PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Kuantitatif antara Siswa Pribumi dan Siswa Tionghoa/Cina di SMA Sw. Harapan Mandiri Medan) Luktri Arsheila ABSTRAK Penelitian ini berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak orang Korea berdatangan di negara di mana mereka. satunya di Indonesia. Selain ingin melakukan perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak orang Korea berdatangan di negara di mana mereka. satunya di Indonesia. Selain ingin melakukan perjalanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan industri teknologi dan bisnis Korea Selatan telah membawa Korea Selatan menjadi negara maju, salah satu dampak ekspansi industri dan teknologi tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik, BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan analisa data, maka dapat disimpulkan komunikasi antarbudaya remaja etnis keturunan Arab dengan remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi maka pesat juga perkembangan dalam dunia mode dan fashion. Munculnya subculture seperti aliran Punk, Hippies,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak tahun 1920, dunia mengalami economic boom, yakni sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak tahun 1920, dunia mengalami economic boom, yakni sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1920, dunia mengalami economic boom, yakni sebuah keadaan di mana terjadi peningkatan yang drastis secara ekonomi, yakni tingginya pendapatan kotor negara,

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Konsep Culture Shock 2.1.1 Definisi Culture Shock Culture shock mengacu pada reaksi psikologis yang dialami individu karena berada ditengah budaya yang berbeda dengan budayanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA &KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA &KERANGKA PIKIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA &KERANGKA PIKIR 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Antarbudaya Komunikasi dan Kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tindakan, ucapan, bahkan ekspresi manusia dapat disebut dengan bentuk komunikasi baik antara

Lebih terperinci

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam Bab II Kajian Pustaka 2.1. Identitas Sosial Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok.

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

PSIKOLOGI KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI PROSES KOMUNIKASI INTER PERSONAL Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Irian Jaya merupakan salah satu dari lima pulau besar di Indonesia. Irian Jaya kemudian resmi berganti nama menjadi Papua pada 1 Januari 2000 dibawah pemerintahan

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI MAHASISWA ETNIS MINANGKABAU YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK

POLA KOMUNIKASI MAHASISWA ETNIS MINANGKABAU YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK POLA KOMUNIKASI MAHASISWA ETNIS MINANGKABAU YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK DALAM INTERAKSI SOSIAL (Deskriptif Kualitatif Pada Mahasiswa Etnis Minangkabau di Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2010-2013)

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa dan Minangkabau) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi merupakan hal yang membantu manusia dalam bertumbuh dan berkembang serta menemukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Persepsi 1.1 Defenisi Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati, 2005). Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan lingkungan sosial merupakan bagian yang memberikan pengaruh pada tugas perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pulau sebanyak pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pulau sebanyak pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau, masing-masing pulau memiliki pendidikan formal seperti sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu ruang lingkup sosial tertentu yang menjadi wadah kehidupannya. Manusia dalam aktivitasnya setiap saat memerlukan bantuan

Lebih terperinci

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT 1 PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK Dian Setiani 1, Fitria Kasih 2, Mori Dianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari PERTEMUAN 15 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Penelitian Komunikasi Antarbudaya DESKRIPSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian Secara sadar atau tidak setiap orang memiliki cara pandang terhadap suatu hal atau peristiwa. Begitu juga seorang peneliti dalam dirinya tentu memiliki cara pandang

Lebih terperinci

Malista Pauline Christy, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya

Malista Pauline Christy, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya JURNAL E-KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA, SURABAYA HAMBATAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ANTARA DOSEN NATIVE ASAL CHINA DENGAN MAHASISWA INDONESIA INDONESIA PROGRAM STUDI SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebabnya manusia tidak dapat menghindari komunikasi (Liliweri, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sebabnya manusia tidak dapat menghindari komunikasi (Liliweri, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan kehidupannya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program pelatihan bahasa Inggris dengan menggunakan English native teacher

BAB I PENDAHULUAN. program pelatihan bahasa Inggris dengan menggunakan English native teacher BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang tidak bisa dihindarkan pada zaman ini, kompetensi bahasa Inggris merupakan salah satu aspek penting, baik dalam kehidupan personal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

PERAN SERTA INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI

PERAN SERTA INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: 10 Fakultas Ilmu Komunikasi PERAN SERTA INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Peran Serta Individu Dalam Organisasi 2. Peran Serta Kelompok Dalam Organisasi Dr. Inge

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 4 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Memahami Perbedaan Perbedaan Budaya DESKRIPSI Modul ini membahas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON

PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON 100904024 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Peran Identitas Etnis dalam

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA THAILAND DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA THAILAND DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 13 KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA THAILAND DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Dwi Nurani Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

Perspektif dalam Ilmu Komunikasi

Perspektif dalam Ilmu Komunikasi TEORI KOMUNIKASI MODUL 4 Perspektif dalam Ilmu Komunikasi Membicarakan teori pada dasarnya membicarakan perspektif yang melatarbelakanginya. Dalam materi ini, kita menggunakan perspektif dan paradigma

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adalah Samovar, dkk yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses dinamis

BAB II URAIAN TEORITIS. adalah Samovar, dkk yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses dinamis BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi Beberapa ahli menguraikan berbagai pengertian komunikasi, diantaranya adalah Samovar, dkk yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DIANTARA SISWA DI SMA SPINS INTERNATIONAL SCHOOL SURABAYA SKRIPSI

KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DIANTARA SISWA DI SMA SPINS INTERNATIONAL SCHOOL SURABAYA SKRIPSI KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DIANTARA SISWA DI SMA SPINS INTERNATIONAL SCHOOL SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Pada FISIP UPN Veteran Jawa

Lebih terperinci

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN I Pendahuluan Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Al Inayah yang berlokasi di jalan cijerokaso No.63 Kelurahan Sarijadi Bandung, Kecamatan Sukasari Bandung. MTs Al

Lebih terperinci