BAB IV ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Pelaksanaan penelitian Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan di lapangan, mulai bulan Oktober hingga November. Total proses penelitian dari pembuatan proposal hingga analisis data yaitu 7 bulan, dimulai bulan Mei hingga Desember. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam. Adapun persiapan dilakukan sebelum melakukan wawancara, seperti menetapkan subjek wawancara yang akhirnya dilakukan kepada Kepala Sekolah di 1 SMK Swasta, 1 SMK Negeri, 1 SMA Swasta dan 1 SMA Negeri. Total responden ada 4 Kepala Sekolah. Selanjutnya, menyiapkan pokok masalah yang akan menjadi bahan wawancara yang sesuai dengan teori yang ada, melangsungkan alur wawancara, melakukan wawancara dengan cara merekam menggunakan media rekam berupa telepon genggam. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analiis yang sudah ditentukan oleh peneliti. 4.2 Subyek Penelitian 1. Nama : J Sekolah : SMK Kristen T dan I Salatiga Wawancara : Selasa, 23 Oktober

2 2. Nama : S Sekolah : SMA Negeri 1 Salatiga Wawancara : Selasa, 23 Oktober Nama : K Sekolah : SMA Kristen 1 Salatiga Wawancara : Kamis, 24 Oktober Nama : B Sekolah : SMK N 1 Salatiga Wawancara : senin, 5 November Pelaksanaan Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Kepala Sekolah Di SMA dan SMK Di Kota Salatiga Berdasarkan rumusan masalah mengenai bagaimana pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh Kepala Sekolah. Hasil penelitian dapat dianalisis bahwa pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah terdiri dari fungsi supervisi, manfaat supervisi, tujuan supevisi, pendekatan supervisi, teknik supervisi dan metode yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah. 24

3 4.3.1 Manfaat dan Bentuk Kegiatan Pelaksanaan Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Kepala Sekolah di SMA dan SMK di Kota Salatiga Berdasarkan data yang dikumpulkan dapat diketahui manfaat pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah SMK Kristen T dan I Salatiga mengungkapkan bahwa manfaat supervisi adalah : Supervisi layanan bimbingan dan konseling dilakukan kalau ada yang menyimpang dari guru pembimbing dan layanan yang diberikan, dan apabila ada yang tidak sesuai barulah saya sebagai kepala sekolah melakukan supervisi. Ditambahkan oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Salatiga, pernyataannya sebagai berikut : Melalui supervisi layanan bimbingan dan konseling, kepala sekolah mampu memonitoring pergantian sistem di sekolah ini yang berdampak pada para siswa. Di mana para siswa banyak yang datang ke guru pembimbing untuk minta bantuan, khususnya di sekolah kami yang sedang berubah ke sistem sks 5 hari sekolah. Pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah juga menemukan hambatan, hambatan dirasakan oleh Kepala Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga dan SMA Negeri 1 Salatiga. Berikut pernyataan dari Kepala Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga : Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan supervisi kepala sekolah adalah waktu, di sekolah kami kepala sekolah mengajar 15 jam seminggu. Supervisi tidak hanya untuk unit BK saja, waktu yang tersita banyak merupakan hambatan sayadalam melakukan supervisi. Namun jusru dengan bimbingan dan konseling, karena tidak harus masuk kelas dan bisa dimana saja kapan saja, saya bisa sering melaksanakan supervisi layanan bimbingan dan konseling. Jadi untuk melakukan supervisi layanan bimbingan dan konseling, jalan keluar untuk hambatan tadi ya melakukan supervisi tidak harus di dalam kelas, namun fleksibel dan bisa lebih intens. Selain itu, ketika masalah yang ditangani tiap personel unit BK tidak bisa disupervisi bersamaan, karena tiap guru pembimbing memiliki ketrampilan yang berbeda-beda. Beberapa pernyataan di atas merupakan manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala 25

4 sekolah. Manfaat supervisi tersebut bisa dikategorikan seperti manfaat supervisi yang dipaparkan oleh Nurihsan (2005) : 1. Mengontrol pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. 2. Mengontrol hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling 3. Jalan keluar terhadap hambatan yang terjadi Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, serta ketercapaian tujuan layanan bimbingan dan konseling.pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah di SMK Kristen T dan I, SMA Negeri 1 dan SMA Kristen 1 Salatiga sudah mencakup 2 bentuk kegiatan seperti yang dikemukakan Jones (dalam Nurihsan, 2005) yaitu : 1. Sebagai kontrol kualitas yang direncanakan untuk memelihara, menyelenggarakan, dan menentang perubahan. (J6, J10 dan L11, K6). Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh kepala sekolah di SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga. Pernyataan responden J yang berkenaan dengan bentuk kegiatan supervisi sebagai berikut : Sama seperti supervisi pada umumnya, kalau ada yang menyimpang dari guru pembimbing dan layanan yang diberikan, dan apabila ada yang tidak sesuai barulah saya sebagai kepala sekolah melakukan supervisi. Dan perlu diketahui bahwa supervisi dilakukan karena ada ketidaksesuaian layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling. 26

5 Pernyataan dari responden K juga menyatakan bentuk kegiatan supervisi seperti yang dipaparkan Jones (dalam Nurihsan, 2005), sebagai berikut : Di sekolah ini ada tiga guru pembimbingnya, jadi untuk setiap kasus kepala sekolah selalu mengikuti perkembangannya. Bagaimana pendampingannya, penyelesaiannya, pengentasannya, perkembangannya kepala sekolah sebagai supervisor selalu mengikuti. 2. Mengadakan perubahan, penataan, dan mengadakan perubahan perilaku. (J6, J9, K13, K20, K23, K30, K33 dan K35). Kegiatan supervisi ini dilakukan di SMK Kristen T dan I Salatiga dan SMK Kristen 1 Salatiga. Peryataan responden K yang berkaitan dengan bentuk kegiatan supervisi di atas sebagai berikut : Pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah membuat saya bisa memetakan apa permasalahan siswa, kemudian mendorong konselor sekolah supaya bisa memberikan layanan bimbingan dan konseling di mana layanan tersebut merupakan layanan bimbingan dan konseling yang relevan dengan kebutuhan para siswa. Melalui supervisi dari kepala sekolah terdapat motivasi secara personel, sendiri-sendiri tidak secara kelompok. Selain itu, ketika saya mengikuti suatu kasus dan belum ada perkembangan dan guru pembimbing tidak melaporkan pada saya, sebagai kepala sekolah yang menjadi supervisor saya pasti akan menanyakan mengenai hambatan penanganan kasus tersebut melalui layanan bimbingan dan konseling sehingga belum ada perkembangan. Jadi dalam supervisi pasti ada temuan dan guru pembimbing pasti ada diskusi, kemudian kepala sekolah memberikan saran dan masuka yang diberikan langsung kepada guru pembimbing mengenai layanan yang diberikan, guru pembimbing tanda tangan apabila menerima masukan dan saran dari kepala sekolah. Pemantauan kepala sekolah tidak harus hadir melakukan supervisi tetapi bisa meminta bantuan pihak lain seperti meminta masukan dari siswa mengenai layanan yang diberikan oleh guru pembimbing, kemudian untuk tindak lanjut nanti dari saya dan unit BK Tujuan Supervisi Bimbingan dan Konseling Tujuan pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling yang dipaparkan kepala sekolah di SMK Kristen T dan I yaitu 27

6 Dan perlu diketahui bahwa supervisi dilaksanakan untuk melihat ada tidaknya kesesuaian job dan pertanggungjawaban layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling. Salatiga yaitu : Ditambahi dengan pernyataan dari kepala sekolah SMA N 1 Supervisi dari kepala sekolah sekiranya bermanfaat, karena dengan adanya supervisi menjadikan adanya laporan layanan bimbingan dan konseling serta adanya pertangggungjawaban. Kepala sekolah SMA Kristen 1 Salatiga melengkapi tujuan pelaksanaan supervisi di sekolah yang dipimpin, tujuan dipaparkan sebagai berikut : Bisa mengetahui tujuan supervisi tercapai atau tidak dengan cara melihat respon siswa terhadap layanan yang diberikan oleh unit bimbingan dan konseling. Para siswa artinya tertarik atau tidak dengan adanya layanan bimbingan dan konseling para siswa menjadi termotivasi atau tidak. Melalui kegiatan ini bisa diketahui kompetensi guru bimbingan dan konseling. Saat pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling, kepala sekolah bisa berdialog dengan siswa. Dalam dialog tersebut saya selaku kepala sekolah ingin mengetahui bagaimana layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan, apa yang siswa dapatkan dari layanan tersebut. Kepala sekolah menanyakan halhal tersebut kepada siswa yang baru saja menerima layanan bimbingan dan konseling. Melalui supervisi dari kepala sekolah terdapat motivasi secara personel, sendirisendiri tidak secara kelompok. Mengenai kinerja dan komitmen memang sudah baik. Namun, untuk keterampilan memang tiap guru pembimbing berbeda-beda. Kalau sudah baik kepala sekolah hanya memberi motivasi saja, namun bagi yang kurang pasti ada pendampingan dari kepala sekolah selaku supervisor. Kepala sekolah juga memberi kesempatan kepada guru pembimbing untuk ikut seminar dan workshop untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya berguna untuk menunjang kualitas layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling. Hasil pengumpulan data mengenai tujuan pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling di atas bisa dikategorikan sehingga sama seperti tujuan supervisi layanan bimbingan dan konseling yang diungkapkan oleh Boyd (1978), seperti berikut : 1. Memfasilitasi perkembangan personal dan profesional guru bimbingan dan konseling. (K21, K 30, K31 dan K38) 2. Mempromosikan kompetensi guru bimbingan dan konseling (K38) 28

7 3. Mempromosikan akuntabilitas program bimbingan dan konseling. Baik secara sendiri-sendiri maupun kolektif. (J10, L12, K19) Berdasarkan data yang diperoleh tujuan pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling ini bisa tercapai dan yang mampu mencapai tujuan supervisi layanan bimbingan dan konseling yaitu SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga. SMK Negeri 1 Salatiga tidak memaparkan dengan jelas apa yang membuat tujuan dari pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah tidak tercapai, berdasarkan data yang diperoleh pelaksanaan supervisi lebih banyak dilakukan secara adminitratif sehingga apabila laporan layanan bimbingan dan konseling lengkap kepala sekolah menganggap layanan bimbingan dan konseling sudah terlaksana dengan baik Pendekatan Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling Berdasarkan data yang diperoleh, pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah di SMA dan SMK di kota Salatiga yaitu berupa pendekatan perilaku yang diketahui dilaksanakan di SMA Kristen 1 Salatiga (K11 dan K38). Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga sebagai berikut Pendekatan supervisi yang saya gunakan dalam pelaksanaan supervisi tersebut adalah pendekatan perilaku. Pendekatan perilaku yang digunakan bisa memberi kesempatan kepada guru pembimbing untuk ikut seminar dan workshop untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya berguna untuk menunjang kualitas layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling. 29

8 Pendapat tersebut sesuai dengan pendekatan perilaku yang dipaparkan oleh Boyd (1978) bersamaan dengan pendekatan supervisi lainnya. Boyd (1978) mengungkapkan bahwa pendekatan perilaku menekankan fungsi pelatihan dan instruksional Metode Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling Metode yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah SMK Kristen T dan I Salatiga yaitu : Sebagai kepala sekolah saya melihat tugas guru pembimbing, adakah kesesuaian tugas yang seharusnya dilakukan. Dan itu terlihat dari ada tidaknya kesesuaian job dan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru pembimbing di sekolah ini. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah SMA Negeri 1 Salatiga yaitu : Pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah biasanya berupa laporan administratif layanan bimbingan dan konseling. Pelaksananaan supervisi layanan bimbingan dan konseling sifatnya fleksibel dan juga administratif. Metode yang sama juga dilakukan dalam pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah di SMK Negeri 1 Salatiga, yaitu supervisi administratif. Kepala sekolah SMA Kristen 1 Salatiga memaparkan metode supervisi yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling yaitu metode supervisi administratif yang terekam dalam dokumentasi berupa laporan pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling, serta penilaian 30

9 terhadap layanan bimbingan dan konseling. Kepala sekolah SMA Kristen 1 Salatiga juga menggunakan metode supervisi klinis, seperti yang diungkapkan dala wawancara sebagai berikut : Kemudian untuk supervisi klinis prosesnya sama seperti kunjungan kelas. Supervisi klinis jelas bagaimana proses layanan yang diberikan, kegiatan yang dilakukan melalui layanan bimbingan dan konseling. Kemudian yang paling intensif itu pendampingan. Jadi setiap guru bimbingan dan konseling itu mengadakan identifikasi permasalahan yang dihadapi hasilnya berbeda-beda, sehingga terkaang kepala sekolah menganjurkan guru bimbingan dan konseling untuk bekerja dalam tim. Data yang terkumpul di atas sesuai dengan metode supervisi layanan bimbingan dan konseling yang dipaparkan oleh Barret dan Schimdt (dalam Taufiq, 2008), mengemukakan jenis supervisi layanan bimbingan dan konseling berupa supervisi klinis, supervisi pengembangan dan supervisi administratif. Berdasarkan hasil pengumpulan data supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah di SMA dan SMK di kota Salatiga mencakup supervisi administratif dan supervisi klinis (J5, J10, L2, L5, B2, K13 dan K34). Menurut Barret dan Schimidt (dalam Taufiq, 2008), melalui supervisi administratif dapat diketahui adanya jaminan bahwa guru pembimbing mempunyai kebiasaan pekerjaan yang dilakukan, mematuhi hukum dan kebijakan, hubungan baik dengan staf sekolah yang lain dan orang tua dan kegiatan kependidikan lainnya secara efektif dikerjakan di sekolah. Supervisi klinis menyoroti peningkatan ketrampilan profesional dan fungsi-fungsi etis guru pembimbing yang sedang menerapkan ketrampilan profesionalnya dan nilai-nilainya. 31

10 Pelaksanaan supervisi administratif dilakukan di SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga dan SMK Negeri 1 Salatiga, sedangkan SMA Kristen 1 Salatiga melaksanakan keduanya yaitu supervisi administratif dan supervisi klinis. Pelaksanaan supervisi melalui supervisi administratif dan klinis mempunyai alasan tersendiri dari kepala sekolah yang melakukan supervisi. Kepala sekolah SMK Kristen T dan I Salatiga mengatakan bahwa supervisi administratif dilakukan untuk melihat ada tidaknya kesesuaian job dan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswanya (J10). Sedangkan kepala sekolah SMA Kristen 1 Salatiga menggunakan metode supervisi adminitrastif supaya semua pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling bisa didokumentasikan dan memberikan penilaian terhadap layanan yang diberikan oleh unit bimbingan dan konseling. Berbeda lagi dengan SMA Negeri 1, pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konsleing menggunakan metode supervisi administratif supaya kepala sekolah bisa melaksanakan supervisi secara mudah dan bersama-sama dengan supervisi untuk bagian kurikulum dan bagian unit sekolah lainnya. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah di SMA dan SMK di Kota Salatiga, penulis mampu mengumpulkan data melalui wawancara mendalam 32

11 di empat sekolah yaitu SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga, SMK Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga. Pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh Kepala Sekolah SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1, SMK Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga mencakup fungsi pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling, manfaat dan bentuk pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling, tujuan pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling, pendekatan pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling, teknik yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling, dan metode pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling Manfaat dan Bentuk Kegiatan Pelaksanaan Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Kepala Sekolah SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga, SMK Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga Manfaat pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh Kepala Sekolah di SMK Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga yaitu : 1. Memonitoring pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. 2. Mengontrol hambatan yang ditemui dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh unit bimbingan dan konseling 33

12 3. Membantu menemukan jalan keluar terhadap hambatan yang terjadi. Pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah di SMK Kristen T dan I, SMA Negeri 1 dan SMA Kristen 1 Salatiga sudah mencakup 2 bentuk kegiatan seperti yang dikemukakan Jones (dalam Nurihsan, 2005) yaitu : 1. Sebagai kontrol kualitas yang direncanakan untuk memelihara, menyelenggarakan, dan menentang perubahan. Kegiatan tersebut berupa pemantauan yang diberikan oleh kepala sekolah selaku supervisor. Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh kepala sekolah di SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga. 2. Mengadakan perubahan, penataan, dan mengadakan perubahan perilaku. Kegiatan tersebut berupa motivasi, penguatan, memberikan masukan terhadap kinerja dan layanan bimbingan dan konseling yang tidak sesuai atau tidaka ada perkembangan ke arah yang lebih baik. Kegiatan supervisi ini dilakukan di SMK Kristen T dan I Salatiga dan SMK Kristen 1 Salatiga Tujuan Pelaksanaan Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling Oleh Kepala Sekolah SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga. Tujuan pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling yaitu : 34

13 1. Mengetahui kualitas layanan bimbingan dan konseling dengan melihat respon siswa terhadap layanan yang diberikan oleh guru pembimbing. 2. Memberikan motivasi terhadap guru pembimbing supaya meningkatkan kemampuan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling. Memfasilitasi perkembangan personal dan profesional guru bimbingan dan konseling 3. Mampu memberi kesempatan kepada guru pembimbing untuk ikut seminar dan workshop untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya berguna untuk menunjang kualitas layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling. 4. Mempromosikan kompetensi guru bimbingan dan konseling 5. Mempromosikan akuntabilitas program bimbingan dan konseling. Baik secara sendiri-sendiri maupun kolektif. Berdasarkan data yang diperoleh tujuan pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling ini bisa tercapai dan yang mampu mencapai tujuan supervisi layanan bimbingan dan konseling yaitu SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga. Sedangkan SMK Negeri 1 Salatiga belum mencapai tujuan, karena tugas dan tanggung jawab kepala sekolah di sekolah tersebut yang menjadi hambatan dari supervisi layanan bimbingan dan konseling, sehingga tujuan supervisi belum tercapai. 35

14 4.4.3 Pendekatan Pelaksanaan Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Kepala Sekolah Di SMA Kristen 1 Salatiga Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah di SMA dan SMK di kota Salatiga yaitu berupa pendekatan perilaku yang diketahui dilaksanakan di SMA Kristen 1 Salatiga. Boyd (1978) mengungkapkan bahwa pendekatan perilaku menekankan fungsi pelatihan dan instruksional. Sedangkan, SMA Negeri 1 Salatiga, SMK Kristen T dan I Salatiga dan SMK Negeri 1 Salatiga tidak menggunakan pendekatan supervisi dalam pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah Metode Pelaksanaan Supervisi Layanan bimbingan dan Konseling oleh Kepala Sekolah SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga, SMK Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga Pelaksanaan supervisi layanan bimbingan dan konseling oleh kepala sekolah di empat sekolah menggunakan metode supervisi administratif dan supervisi klinis. Supervisi administratif dilakukan di SMK Kristen T dan I Salatiga, SMA Negeri 1 Salatiga, SMK Negeri 1 Salatiga dan SMA Kristen 1 Salatiga dan metode supervisi klinis dilaksanakan oleh kepala sekolah SMA Kristen 1 Salatiga. Menurut Barret dan Schimidt (dalam Taufiq, 2008), melalui supervisi administratif dapat diketahui adanya jaminan bahwa guru pembimbing mempunyai kebiasaan pekerjaan yang dilakukan, mematuhi hukum dan kebijakan, hubungan baik dengan staf sekolah yang lain dan 36

15 orang tua dan kegiatan kependidikan lainnya secara efektif dikerjakan di sekolah. Supervisi klinis menyoroti peningkatan ketrampilan profesional dan fungsi-fungsi etis guru pembimbing yang sedang menerapkan ketrampilan profesionalnya dan nilai-nilainya. 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan diananisis yang telah dilakukan mengenai Pelaksanaan Supervisi Layanan Bimbingan dan Konseling oleh Kepala Sekolah

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA Boyd (1978) Aspek Indikator Pertanyaan. 1. Membantu guru. pembimbing dalam. mengembangkan profesinya.

PEDOMAN WAWANCARA Boyd (1978) Aspek Indikator Pertanyaan. 1. Membantu guru. pembimbing dalam. mengembangkan profesinya. 46 Lampiran I PEDOMAN WAWANCARA Boyd (1978) Aspek Indikator Pertanyaan 1. Fungsi Supervisi 1. Membantu guru pembimbing dalam mengembangkan profesinya. 2. Membantu sekolah termasuk guru pembimbing dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Layanan Bimbingan dan Konseling

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Layanan Bimbingan dan Konseling BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Layanan Bimbingan dan Konseling Nursalim (2002) mengungkapkan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling disebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu (Nurihsan, 2005). Pendidikan yang bermutu menurut penulis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gysbers & Henderson (2006) menjelaskan program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai program BK komprehensif. Terdapat empat komponen dalam program BK Komprehensif,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada Bab IV maka dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada Bab IV maka dapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan konseling pada konselor di SMP/Mts Negeri se- Kota

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada Bab V ini akan diuraikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Supervisi Manajerial Pengawas terhadap Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah di Kecamatan

Lebih terperinci

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) INSTRUMEN PENELITIAN FUNDAMENTAL Tim Peneliti: Dr. Diding Nurdin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Sesuai dengan hakikat pekerjaan bimbingan dan konseling yang berbeda dari pekerjaan pengajaran, maka sasaran pelayanan bimbingan

Lebih terperinci

Kepala Sekolah, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn

Kepala Sekolah, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn Kepala Sekolah, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn Probo Puji Graffita Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail: affitd@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bersama oleh warga sekolah, diperlukan kondisi sekolah yang kondusif dan keharmonisan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING Aan Purwanto (purwanto.aan29@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Yusmansyah 3 ABSTRACT The purpose of this study is to describe

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dan dikategorikan sebagai penelitian survei. Furchan (1982) menyatakan bahwa penelitian deskriptif dirancang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU SD NEGERI 49 CAKRANEGARA

OPTIMALISASI PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU SD NEGERI 49 CAKRANEGARA ABSTRAK OPTIMALISASI PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU SD NEGERI 49 CAKRANEGARA HARUN Kepala SD Negeri 49 Cakranegara Supervisi akademik adalah merupakan salah satu cara

Lebih terperinci

ADMNISTRATOR SEKOLAH

ADMNISTRATOR SEKOLAH ADMNISTRATOR SEKOLAH Nila Isti Khoeriyah (702010059) Kartikaning Endah (702010061) Diah Oktie Utami (702010062) Bayu Sedono (702012601) FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2013

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Menurut Arikunto (1998) penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

SOAL UKPS (UJI KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH)

SOAL UKPS (UJI KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH) SOAL UKPS (UJI KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH) 1. Tujuan pembuatan laporan supervisi manajerial adalah: a. Sebagai bahan refleksi pengawas dalam pembuatan laporan ke dinas b. Memberikan gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. 175 BAB VI KESIMPULAN Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Secara umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai proses konseling terhadap klien HIV/AIDS. Untuk memperoleh gambaran yang sesuai

Lebih terperinci

Sugiyatno, M.Pd Prodi Bimbingan dan Konseling FIP UNY

Sugiyatno, M.Pd Prodi Bimbingan dan Konseling FIP UNY Sugiyatno, M.Pd Prodi Bimbingan dan Konseling FIP UNY sugiyatno@uny.ac.id Penilaian Kegiatan BK adl segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan

Lebih terperinci

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta 1. BK Komprehensif muncul berdasar evaluasi thp sistem sebelumnya 2. Sistem yang lama berorientasi tradisional/konselor 3. Sistim yang lama

Lebih terperinci

Kuesioner Variabel Independen Peranan Audit Internal

Kuesioner Variabel Independen Peranan Audit Internal Kuesioner Variabel Independen Peranan Audit Internal NO Pertanyaan Ya 1 Apakah perusahaan memiliki struktur organisasi perusahaan secara tertulis? 2 Apakah dalam struktur organisasi perusahaan tercantum

Lebih terperinci

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta 1. BK Komprehensif muncul berdasar evaluasi thp sistim sebelumnya 2. Sistem yang lama berorientasi tradisional/konselor 3. Sistim yang lama

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF Program bimbingan dan konseling sekolah yang komprehensif disusun untuk merefleksikan pendekatan yang menyeluruh bagi dasar penyusunan program, pelaksanaan program,

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #2 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Objek Penelitian Gambaran objek penelitian menggambarkan tentang objek yang diteliti oleh peneliti baik sejarah,letak serta visi misi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai Evaluasi Program education expo SMA Karangturi Semarang tahun 2014 ini merupakan penelitian evaluatif CIPP dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. karir dengan contoh beragam pada masing-masing kategori. Kualifikasi

BAB V PENUTUP. karir dengan contoh beragam pada masing-masing kategori. Kualifikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Bentuk kenakalan yang dilakukan oleh santriwati Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta dikategorikan menjadi empat bentuk yaitu kenakalan pribadi, kenakalan belajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi adalah unit sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. organisasi adalah unit sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran. Amitai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara

Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara L A M P I R A N Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara Berikut ini kisi-kisi instrumen pedoman wawancara tentang Kompetensi Konselor Guru BK, yang diajukan kepada 3 ( tiga ) guru BK di SMA Kristen

Lebih terperinci

PANDUAN. Peraturan Akademik Studek, Magang, KKN FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

PANDUAN. Peraturan Akademik Studek, Magang, KKN FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA PANDUAN Peraturan Akademik Studek, Magang, KKN FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA November 2017 PERATURAN AKADEMIK STUDI EKSKURSI, MAGANG, DAN KULIAH KERJA NYATA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling di Indonesia, secara legal tercantum dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Bimbingan Konseling yang dilaksanakan atau dipraktekan sebagai upaya untuk membantu individu-individu yang memerlukan bantuan diperlukan adanya berbagai persiapan-persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja didalamnya. Orang-orang yang bekerja di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja didalamnya. Orang-orang yang bekerja di sekolah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan manusia dalam organisasi, termasuk sekolah memiliki posisi yang sangat vital. Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh kualitas orangorang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari seperempat angkatan muda Indonesia kini menganggur dan masih banyak lagi yang mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed)

Lebih terperinci

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Panduan EDS Kepala Sekolah Dokumen ini diperuntukkan bagi PTK dan Siswa KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas.

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas. ANALISIS PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS PADA SMA NEGERI 1 WATAMPONE Muhammad Subaer SMA Negeri 1 Watampone Kabupaten Bone subaermuhammad@yahoo.com Abstrak MUHAMMAD SUBAER. 2015. Analisis Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang berada di Kabupaten Subang secara keseluruhan rata-rata berada pada

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang berada di Kabupaten Subang secara keseluruhan rata-rata berada pada 149 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang merujuk kepada hipotesis penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai organisasi yang menjalankan proses pendidikan dengan segala fungsi dan hasilnya, mempunyai perangkat yang mewujudkan fungsi dan tugasnya melalui manajemen

Lebih terperinci

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH FORM EDS KEPALA SEKOLAH NAMA : Nuptk : 1. KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... 2. KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada

Lebih terperinci

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013 KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013 Oleh: Muswardi Rosra, Shinta Mayasari, Ranni Rahmayanthi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional

BAB I PENDAHULUAN. secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintregasikan tiga bidang utama secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional dan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful K

KONSEP DASAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful K KONSEP DASAR MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING By: Asroful K memimpin melaksanakan mengurus mengemudikan menyelenggarakan MANAGE mengatur mengemudikan mengelola mengarahkan menangani mengendalikan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I P E N D A H U L U A N. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggariskan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak lepas dari individu lainnya. Di dalam proses interaksi sosial tersebut, keterbukaan

Lebih terperinci

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan kajian teoritik dan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan kajian teoritik dan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan kajian teoritik dan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka dapat penulis simpulkan bahwa: 6.1.1 Kepala sekolah

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN MAGANG INDIVIDU

BUKU PANDUAN MAGANG INDIVIDU BUKU PANDUAN MAGANG INDIVIDU PROGRAM STUDI SI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BINA BANGSA MAJENE DAFTAR ISI halaman A. PENDAHULUAN... 1 B. BATASAN MASALAH... 2 C. TUJUAN MAGANG... 2 D. PRINSIP-PRINSIP MAGANG...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 ` DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Arah pembentukan lembaga

Lebih terperinci

KERJA PRAKTIK. 2. ACUAN NORMATIF Panduan ini disusun dengan mengacu pada : 1. Kurikulum Program Studi Fakultas MIPA Unlam tahun 2007.

KERJA PRAKTIK. 2. ACUAN NORMATIF Panduan ini disusun dengan mengacu pada : 1. Kurikulum Program Studi Fakultas MIPA Unlam tahun 2007. PENDAHULUAN Untuk memenuhi dan menjawab tantangan pasar kerja serta menyiapkan mahasiswa akrab dan mengetahui seluk beluk dunia kerja, maka Fakultas MIPA UNLAM melakukan pembinaan terhadap mahasiswa melalui

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

UNIVERSITAS SEBELAS MARET PEDOMAN PELAKSANAAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PENDIDIKAN PROFESI GURU SM3T FKIP UNS TAHUN 2017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting untuk dilakukan. Media adalah bentuk perantara dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang penting untuk dilakukan. Media adalah bentuk perantara dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan media dalam bimbingan dan konseling merupakan sebuah hal yang penting untuk dilakukan. Media adalah bentuk perantara dalam berbagai jenis kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini akan membahas tentang kendala pelaksanaan program bimbingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini akan membahas tentang kendala pelaksanaan program bimbingan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini akan membahas tentang kendala pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu, akan dibahas teori-teori yang berkaitan dengan program bimbingan dan konseling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai dari kurikulum, tenaga kependidikan, kepemimpinan dan managemen sekolah, sarana dan prasarana,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 179 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam laporan penelitian, membahas simpulan dan rekomendasi penelitian agar hasil penelitian dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Definisi Pengawas Pengawas sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang bertugas untuk membantu kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Lebih terperinci

Hasil Penelitian Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Kristen Tahun 2015

Hasil Penelitian Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Kristen Tahun 2015 Executive Summary Hasil Penelitian Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Kristen Tahun 2015 A. Pendahuluan Salah satu tenaga kependidikan yang dinilai strategis dan penting serta sebagai ujung tombak dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 79 BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kompetensi manajerial kepala

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SUPERVISI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SALATIGA

PELAKSANAAN SUPERVISI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SALATIGA PELAKSANAAN SUPERVISI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SALATIGA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode 54 BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, langkah-langkah penelitian, definisi operasional variabel, penyusunan alat

Lebih terperinci

Evaluasi Program BK di Sekolah Oleh: Indiati (FKIP UMM)

Evaluasi Program BK di Sekolah Oleh: Indiati (FKIP UMM) Evaluasi Program BK di Sekolah Oleh: Indiati (FKIP UMM) Abstraksi Evaluasi program BK di sekolah adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang

Lebih terperinci

Laporan Rapat Tinjauan Manajemen November 2012

Laporan Rapat Tinjauan Manajemen November 2012 Laporan Rapat Tinjauan Manajemen November 2012 Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang Tinjauan manajemen merupakan komponen penting untuk menjamin

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE (IC) OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SMK KOSGORO 2 NGANTANG KABUPATEN MALANG Mochamad Mudjiono Cabang Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 200 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Bertitik tolak dari masalah penelitian yang ingin dipecahkan dan hasil analisis data penelitian ini, didapatkan lima buah konklusi, sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Rancangan dan Prosedur Penelitian Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki/ meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Pendekatan dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research), adapaun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah suatu bukti pengakuan terhadap peningkatan profesionalitas pekerjaan guru dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI DI SMK MUHAMMADIYAH KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI DI SMK MUHAMMADIYAH KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI DI SMK MUHAMMADIYAH KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Kompetensi Pedagogik guru PAI di SMK Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya di sekolah. Masalah ini cukup kompleks, bisa dilihat dari beragamnya faktor yang terlibat. Ada

Lebih terperinci

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran 1 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN STATUS SEKOLAH POTENSIAL MENJADI SEKOLAH STANDAR NASIONAL PADA SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen program bimbingan dan konseling merupakan siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Siklus tersebut senantiasa saling berkaitan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 120 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan mengambil lokasi penelitian di SMK Bina Banua Banjarmasin. Dalam penelitian

Lebih terperinci

pelatihan, bantuan teknis dan lain-lain sesuai apa yang dilaporkan BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

pelatihan, bantuan teknis dan lain-lain sesuai apa yang dilaporkan BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA pelatihan, bantuan teknis dan lain-lain sesuai apa yang dilaporkan BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA C. Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan pada waktu penelitian yang dirasakan oleh peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. perolehan sampel acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. perolehan sampel acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Poerwandari (1998) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memiliki dasar yang berbeda, tidak menekankan pada upaya generalisasi (jumlah) melalui perolehan

Lebih terperinci

PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 137-143 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS

Lebih terperinci

TUGAS INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING

TUGAS INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING TUGAS INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu : Prof. Dr. Edi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat kaitannya dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KINERJA PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISA KINERJA PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISA KINERJA PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Kinerja Pengawas dalam Meningkatkan Kualitas Guru Madrasah Ibtidaiyah

Lebih terperinci

LAPORAN LOGO SAKOLA SMP... GARUT. HASIL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK SMP...GARUT Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester 1 (Satu)

LAPORAN LOGO SAKOLA SMP... GARUT. HASIL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK SMP...GARUT Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester 1 (Satu) LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK SMP...GARUT Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester 1 (Satu) LOGO SAKOLA Disusun Oleh : N a m a : NIP : Jabatan : Kepala SMP... Garut DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS

PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat di ambil yaitu:

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat di ambil yaitu: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat di ambil yaitu: 5.1.1 Kekuatan, kelemahan, Peluang dan Ancaman di SD Kanisius Gendongan

Lebih terperinci

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI KALONGAN 02, DESA KALONGAN, KECAMATAN UNGARAN TIMUR

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI KALONGAN 02, DESA KALONGAN, KECAMATAN UNGARAN TIMUR PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI KALONGAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah (1) Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah adalah seperangkat aturan mengenai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu manajemen perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah faktor utama dalam kemajuan sebuah negara. Sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah faktor utama dalam kemajuan sebuah negara. Sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor utama dalam kemajuan sebuah negara. Sebuah negara yang memiliki pemerintahan serta perekonomian yang baik, pasti didukung oleh mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Sebagaimana yang tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteritik Subyek Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN No. 86 Kota Tengah Kota Gorontalo

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS RPP TEMATIK MELALUI SUPERVISI AKADEMIK GURU KELAS SMPLB/C PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KUALITAS RPP TEMATIK MELALUI SUPERVISI AKADEMIK GURU KELAS SMPLB/C PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 JRR Tahun 2, No. 2, Desember 214 6979 PENINGKATAN KUALITAS RPP TEMATIK MELALUI SUPERVISI AKADEMIK GURU KELAS SMPLB/C PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 21/214 Oleh: Abdullah Abdullahsiraj96@yahoo.co.id

Lebih terperinci

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan kepada peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal

Lebih terperinci