BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
|
|
- Shinta Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen program bimbingan dan konseling merupakan siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Siklus tersebut senantiasa saling berkaitan dan berkesinambungan. Suatu hasil akan dipengaruhi oleh perencanaan dan pelaksanaan program. Hasil akan terlihat manakala proses evaluasi berjalan dengan baik (P4TK, 2010). Begitu pentingnya peranan evaluasi pada program bimbingan dan konseling, maka evaluasi program hendaknya dijalankan dengan seksama. Evaluasi program merupakan salah satu fungsi manajemen penting dalam bimbingan dan konseling dan harus dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Tanpa adanya evaluasi guru bimbingan dan konseling tidak mungkin dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dijalankan. Dengan dilakukan evaluasi manajemen program secara jelas dan cermat maka dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik sebagai subyek layanan (P4TK, 2010). 1
2 Menurut Mashudi (2013) bahwa kedudukan evaluasi dalam manajemen ada empat fungsi manajemen yang berasal dari klarifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial yaitu: planning, organizing, leading, dan controlling. Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari program pendidikan, juga dituntut untuk menjalankan evaluasi terhadap berbagai layanan BK yang diselenggarakan. Tuntutan terhadap evaluasi ini terdapat dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 Bab I pasal 1 ayat 4 mengenai tugas pokok guru BK. Tugas pokok guru BK ialah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan, menganalisis hasil pelaksanaan program bimbingan dan menindak lanjuti program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas guru BK untuk melaksanakan evaluasi program, juga tertuang dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) di bagian kompetensi profesional, yang menyatakan bahwa guru BK mampu melaksanakan evaluasi pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan BK. Menurut Badrujaman (2011) kenyataan di lapangan, pelaksanaan evaluasi manajemen program bimbingan dan konseling di Indonesia masih terjadi 2
3 permasalahan sampai sekarang. Seringkali program BK yang diselenggarakan tidak dipedulikan siswa, bahkan tidak diminati siswa. Salah satu penyebab adalah ketiadaan evaluasi program yang dilakukan oleh guru BK. Ketiadaan evaluasi manajemen program mendorong terjadinya pengulangan berbagai program bimbingan dan konseling yang tidak menarik dan tidak relevan dengan kebutuhan siswa. Penelitian Rachmalia (dalam Badrujaman 2011) mengenai pelaksanaan tugas pokok guru BK menunjukkan bahwa untuk aspek evaluasi program bimbingan dan konseling masih belum dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari guru BK melakukan evaluasi layanan untuk mengetahui seberapa sukses layanan yang telah diberikan. Responden menjawab selalu 18,75%; sering 25%; kadang-kadang 50%; pernah 6,25%; dan tidak pernah 0% (Rachmalia, 2006). Berdasarkan penelitian Rachmalia ditemukan bahwa masih ada guru BK ada yang tidak melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan konseling yang diselenggarakannya. Penelitian yang dilakukan Astramovich (dalam Badrujaman 2011) yang dilakukan terhadap 241 konselor sekolah menengah atas, menengah pertama dan dasar di Amerika menunjukkan bahwa konselor yang tidak menggunakan data dari program yang mereka selenggarakan untuk modifikasi atau perbaikan program sebanyak 50,4%, dan hanya 5,2% setiap hari, 7,4% yang melakukannya, 8,3 % melakukannya 3
4 dua kali, dan 14,3% yang pernah melakukannya sekali. Hal menarik dari studi ini yaitu 90% dari seluruh konselor yang menjadi subjek penelitian di atas sadar bahwa melakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas program yang mereka selenggarakan menjadi sebuah kebutuhan pada era sekarang. Berdasarkan dua penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prosentase guru BK dalam melakukan evaluasi manajemen program bimbingan dan konseling yang diselenggarakan masih rendah. Permasalahan yang timbul dengan tidak dilakukannya evaluasi manajemen program adalah tidak diperolehnya informasi tentang efektivitas program sebagai umpan balik yang seharusnya menjadi petunjuk berkenaan dengan kekuatan dan kelemahan program yang diselenggarakan. Informasi derajat keberhasilan proses pelaksanaan maupun hasil pelaksanaan program tersebut, digunakan sebagai dasar dalam menetapkan langkah tindak lanjut untuk memperbaiki manajemen program menyebabkan guru BK melaksanakan program sebagai hal yang rutin, cenderung mengulang program yang sesungguhnya sudah tidak menjadi kebutuhan siswa, serta tidak bersentuhan dengan permasalahan siswa. Program BK yang diselenggarakan tanpa dasar hasil evaluasi program sebelumnya tidak akan mampu menjawab, mengurangi atau mengatasi masalah secara signifikan dan permasalahan yang dialami siswa tetap tinggi. 4
5 Program education expo merupakan salah satu program tahunan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh SMA Karangturi sejak tahun Program Education Expo dilaksanakan karena kebanyakan siswa SMA sulit memilih Perguruan Tinggi yang tepat, apalagi menentukan jurusan yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan serta masa depan yang menjanjikan untuk siswa. Semakin banyak jumlah lembaga pendidikan tinggi di Indonesia dan luar negeri, memiliki dampak bagi para lulusan SMA yaitu semakin terbuka pilihan bagi siswa ikut program education expo. Siswa dituntut jeli untuk menimbang dan memutuskan pilihan yang tepat diantara lembaga pendidikan tinggi yang ada. Keputusan yang tepat dapat siswa ambil jika siswa mendapatkan informasi yang tepat dan dari sumber informasi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu program education expo merupakan program yang sangat strategis dalam memberikan informasi, wawasan bagi siswa sekaligus langkah antisipatif agar siswa tidak mengalami kebingungan dalam memperoleh informasi tentang studi lanjut. Program education expo direncanakan untuk memfasilitasi siswa memperoleh informasi dari beberapa lembaga pendidikan tinggi dalam negeri dan luar negeri. Tujuan education expo sesuai dokumen proposal kegiatan education expo tahun 2012, adalah agar siswa dapat memilih pendidikan tinggi yang diminati dengan alasan tepat sesuai dengan bakat dan minat- 5
6 nya (SMA Karangturi, 2012). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gębarowski (2012), education expo adalah salah satu instrumen yang memungkinkan untuk komunikasi yang efektif dengan para calon mahasiswa. Tujuan kegiatan education expo ini sejalan dengan pendapat Hurlock, 1997 bahwa usia siswa SMA mulai memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh. Beny (2012) menyatakan kurangnya informasi yang berkaitan dengan pendidikan lanjutan dan juga berkaitan dengan orientasi karier siswa merupakan penghambat siswa untuk mengambil keputusan kariernya secara cepat. Menurut Gani (2012), para siswa yang melanjutkan pendidikannya maupun yang langsung bekerja, tidak berlangsung demikian saja tetapi melalui suatu proses pengambilan keputusan. Keputusan memilih perguruan tinggi dan pekerjaan yang dipilih sangatlah kompleks sehingga memerlukan informasi, pengetahuan dan pertimbangan. Permasalahan siswa di SMA Karangturi dari hasil wawancara awal penulis dengan guru BK adalah menentukan perguruan tinggi yang tepat sesuai minat dan bakat mereka. Faktor penyebabnya adalah: (1) belum memiliki pemahaman yang mantap tentang kelanjutan pendidikan setelah lulus, (2) program studi yang dimasuki bukan pilihan sendiri, (3) belum memahami jenis jurusan yang cocok sesuai kemampuan diri sendiri. Kesulitan muncul disebabkan siswa merencanakan jurusan perguruan 6
7 tinggi hanya berdasarkan keinginan mereka yang tidak sesuai dengan bakat dan minatnya. Menurut Mc Daniel et. al (dalam Munandir, 1996), bahwa dalam rangka evaluasi education expo, perlu diperoleh tanggapan-tanggapan balik dari siswa, guru, dan orang tua yang telah mengikuti kegiatan education expo. Prinsipnya mengenai bagaimana proses dan hasil serta manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan program education expo serta harapan mereka ke depan. Dua alasan yang dianggap sebagai alasan kuat mengapa guru bimbingan dan konseling jarang atau bahkan tidak melakukan evaluasi program BK adalah kurangnya pengetahuan konselor sekolah mengenai metode evaluasi program serta terbatasnya waktu dan biaya (Trevisan & Hubert, Brown & Trusty dalam Badrujaman 2011). Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Shertzer & Stone (1981) yang mengemukakan tujuh alasan yang menyebabkan guru BK tidak melakukan evaluasi terhadap programnya. Pertama, guru BK tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan evaluasi. Kedua, guru BK tidak memiliki pengetahuan mengenai evaluasi program. Ketiga, perilaku manusia tidak mudah untuk diukur. Keempat, data sekolah yang tersedia cenderung tidak lengkap. Kelima, evaluasi membutuhkan anggaran tersendiri. Keenam, guru BK mengalami kesulitan dalam penggunaan kelompok kontrol. Ketujuh, guru BK kesulitan memformulasikan kriteria yang sesuai dan dapat diukur. Ketujuh hal tersebut disinyalir menjadi alasanalasan yang menyebabkan kegiatan evaluasi 7
8 program BK terkesampingkan bahkan tidak tersentuh. Evaluasi program BK sebagai proses pemberian penilaian terhadap keberhargaan dan keberhasilan program BK yang dilakukan melalui pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis data yang akan dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Evaluasi manajemen program BK adalah evaluasi terhadap berbagai program BK yang ada di sekolah (Badrujaman, 2011). Program bimbingan dan konseling merupakan sebuah program yang unik dan kompleks sedangkan waktu yang tersedia dari sekolah bagi guru BK terbatas. Hal ini menyebabkan program bimbingan dan konseling hanya terfokus pada pelaksanaannya, maka menjadi terlihat masuk akal jika kegiatan evaluasi yang membutuhkan waktu khusus untuk melakukan pengukuran dengan metode-metode tertentu menjadi terabaikan. Hasil wawancara awal dengan guru BK bahwa SMA Karangturi Semarang menyatakan telah melaksanakan evaluasi program education expo setiap tahunnya. Hal ini memberikan interpretasi bahwa evaluasi program education expo kemungkinan berubah tiap tahunnya karena siswanya juga berubah. Dari studi dokumentasi awal menunjukkan evaluasi program education expo di SMA Karangturi selama 3 tahun ( ) kecenderungannya sama, pelaksanaan evaluasi program education expo sudah dilaksanakan, tetapi belum dilaksanakan secara menyeluruh atau 8
9 evaluasi program education expo sudah dilaksanakan tetapi hanya sepintas. Proses evaluasi lebih pada evaluasi penyelenggaraan, belum mengevaluasi pencapaian tujuan program education expo secara menyeluruh. Gysbers dan Henderson (2006) menyatakan bahwa dalam evaluasi program bimbingan dan konseling secara menyeluruh ada tiga hal yaitu evaluasi perencanaan, evaluasi pelaksanaan, serta evaluasi hasil. Program yang dibuat perlu dievaluasi (evaluasi program) sejauh mana dapat dilaksanakan (evaluasi pelaksanaan) dan bermanfaat untuk mencapai hasil yang diinginkan (evaluasi hasil), sehingga jika terdapat kelemahan program dapat segera diperbaiki dan dikembangkan. Dalam melaksanakan program education expo perlu adanya evaluasi program dan evaluasi manajemen program, sebab dengan adanya evaluasi program education expo akan diperoleh hasil sesuai tujuan program, sehingga tidak ada pengulangan yang berakibat tidak menarik bahkan tidak diminati peserta didik atau terkesan sekedar kegiatan rutin tahunan saja. Sehingga efektivitas dan capaian program belum dapat diukur. Sesuai pendapat Badrujaman (2011) bahwa tidak adanya perbaikan dalam program menyebabkan kegiatan program BK akan berulang setiap tahunnya menjadi tidak menarik bahkan tidak diminati peserta didik atau terkesan sekedar kegiatan rutin tahunan 9
10 saja, sehingga efektivitas dan tujuan program belum dapat diukur. Evaluasi program education expo menjadi penting karena evaluasi program ini dapat mengukur efektifitas dan capaian tujuan program yang telah ditetapkan. Jika program tidak dievaluasi secara menyeluruh maka yang terjadi adalah guru BK tidak dapat mendeteksi apa yang sebenarnya perlu diperbaiki dalam programnya. Guru BK tidak melakukan evaluasi program secara menyeluruh karena guru BK merasa nyaman dengan apa yang ada. Mereka menganggap kegiatan education expo adalah kegiatan rutin tahunan, sehingga tanpa adanya evaluasi program secara menyeluruh pun, program sudah berjalan. Padahal, sebuah program dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan (Badrujaman, 2011). Untuk itu penting melaksanakan evaluasi program secara menyeluruh. Menurut Stufflebeam (1985) dalam Badrujaman (2011) menyatakan bahwa evaluasi seharusnya memiliki tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan untuk membuktikan (to prove). Dengan demikian evaluasi seharusnya dapat membuat perbaikan, meningkatkan akuntabilitas, serta pemahaman yang lebih dalam mengenai fenomena. Evaluasi seharusnya dapat memberikan gambaran menyeluruh terhadap program. Lebih daripada itu, menurutnya, penelaahan menyeluruh terhadap program harus dilakukan melalui sebuah cara yang sistematis. Stufflebeam melihat evaluasi 10
11 sebagai sebuah tahapan yang sistematis dan menyeluruh. Dengan melaksanakan evaluasi manajemen program bimbingan dan konseling secara menyeluruh maka dapat membuat perbaikan dan pengembangan program. Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Program Education Expo SMA Karangturi Semarang Tahun Rumusan Masalah Bagaimana evaluasi program education expo SMA Karangturi Semarang Tahun 2014 melalui jenis evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product )? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengevaluasi program education expo SMA Karangturi Semarang Tahun 2014 melalui jenis evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product ). 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritik maupun praktik. 1. Manfaat Teoritik Gysbers dan Henderson (2006) menyatakan bahwa dalam evaluasi program BK secara menyeluruh 11
12 ada tiga hal yaitu evaluasi perencanaan, evaluasi pelaksanaan, serta evaluasi hasil. Program yang dibuat perlu dievaluasi (evaluasi program) sejauh mana dapat dilaksanakan (evaluasi pelaksanaan) dan bermanfaat untuk mencapai hasil yang diinginkan (evaluasi hasil), sehingga jika terdapat kelemahan program dapat segera diperbaiki dan dikembangkan. Apabila penelitian evaluasi program educatioan expo sesuai teori Gysbers dan Handerson serta dapat mengevaluasi secara menyeluruh program education expo di SMA Karangturi, maka penelitian ini sejalan dan mendukung teori tersebut tetapi apabila dalam penelitian tidak sesuai dengan teori Gysbers dan Henderson (2006), maka dapat memberikan sumbangan untuk pelaksanaan evaluasi program education expo di tahun-tahun yang akan datang. 2. Manfaat Praktik Memberi masukan sekolah dan yayasan untuk membuat keputusan/kebijakan bagi penyelenggaraan program education expo di tahun yang akan datang. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan; 12
13 Bab II : Kajian Teori. Pada bab ini memuat teori-teori evaluasi program BK, konsep model evaluasi program CIPP (Context, Input, Process, Product), education expo, penelitian yang relevan dan kerangka berfikir; Bab III : Metode Penelitian menjelaskan tentang metode penelitian yang meliputi sub pokok bahasan: Jenis dan tempat penelitian, Subyek penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisa data; Bab IV : Hasil dan Pembahasan. Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian yang meliputi hasil diskripsi responden penelitian, analisis dan interpretasi data, serta pembahasan hasil penelitian; Bab V : Penutup. Pada bab ini memuat kesimpulan dari penelitian dan saran-saran demi perbaikan dan pengembangan program BK khususnya education expo. 13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gysbers & Henderson (2006) menjelaskan program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai program BK komprehensif. Terdapat empat komponen dalam program BK Komprehensif,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Evaluasi Program BK 2.1.1 Pengertian Evaluasi Program BK (Education Expo) Menurut Gysbers dan Henderson (2006) bahwa program BK mencakup tiga hal yaitu dari perencanaan program,
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN
79 EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN Oleh: Ivani Mirasari 1 Dra. Gantina Komalasari, M.Psi. 2 Dra. Retty Filiani 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan menilai keberadaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Program Bimbingan & Konseling Perencanaan program BK memberikan manfaat yang penting bagi kelangsungan program (Nurihsan & Sudianto, 2005). Pertama, adanya kejelasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang masalah; tujuan penelitian dan pengembangan; spesifikasi produk; pentingnya penelitian dan pengembangan; asumsi dan keterbatasan penelitian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari seperempat angkatan muda Indonesia kini menganggur dan masih banyak lagi yang mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed)
Lebih terperinciANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA
ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo Program
Lebih terperinciCONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI
Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 342-347 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Sesuai dengan hakikat pekerjaan bimbingan dan konseling yang berbeda dari pekerjaan pengajaran, maka sasaran pelayanan bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi adalah unit sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran. Amitai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai Evaluasi Program education expo SMA Karangturi Semarang tahun 2014 ini merupakan penelitian evaluatif CIPP dengan pendekatan
Lebih terperinciBUPATI SOPPENG BUPATI SOPPENG,
BUPATI SOPPENG PERATURAN BUPATI SOPPENG NOMOR : 35 TAHUN 2017 TAHUN TENTANG PEDOMAN EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DENGAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Menurut Arikunto (1998) penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program akselerasi merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dana pembangunan sektor ekonomi, yang satu dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan hidup. Di dalam masyarakat secara luas terdapat berbagai jenis pekerjaan, tetapi pekerjaan-pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat menjalankan
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M.
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA Oleh : Taufik Yusuf * dan M. Fatchurahman ** Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)
ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah, sehingga
Lebih terperinciKata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir
PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP PEMILIHAN KARIR (CAREER CHOICE) PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Oleh : Ahmad Roni. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan harus didukung oleh peningkatan profesionalitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi tolak ukur kualitas dari lulusannya. Kompetensi lulusan yang baik dari lembaga pendidikan yang terpercaya
Lebih terperinciInstrumen EVALUASI PROGRAM Bimbingan dan Konseling
Instrumen EVALUASI PROGRAM dan Konseling A. Program Menurut Suharsimi (2005:290) evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap siswa pasti ingin mempunyai masa depan yang baik, cerah dan sesuai dengan impian. Upaya untuk mewujudkan impian yang diinginkan harus mempunyai perencanaan
Lebih terperinciIndonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application
IJGC 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK NEGERI 1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan
Lebih terperinciCIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM :
CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM : 2015082087 The CIPP Evaluasi Model ini dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam pada tahun 1966, dan selanjutnya diperbarui sepanjang tahun,
Lebih terperinciEVALUASI PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL. Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian
EVALUASI PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL Dipersiapkan oleh: Biro Keanggotaan dan Kepegawaian SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2013 1 BAB SATU PENDAHULUAN A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dewasa ini Lembaga Pemerintah di Indonesia memang lebih terkesan sebagai lembaga politik dari pada lembaga ekonomi. Akan tetapi sebagaimana bentuk-bentuk
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSEDUR PENGENDALIAN DOKUMEN DAN DATA SILABUS
SILABUS 1. Nama Mata Kuliah : 2. Kode Mata Kuliah : PBK 220 3. SKS : 2 SKS (1 Teori dan 1 Praktik) 4. Dosen : Fathur Rahman, M. Si Sugiyatno, M. Pd 5. Program Studi : Bimbingan dan 6. Prasyarat : Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dimana biasanya anak mulai memasuki dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dihadapkan kepada fenomena yang sering ada di dalamnya. Selama ini masyarakat sering menentukan seorang anak yang belajar di suatu sekolah dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciOleh Didik Rinan Sumekto, S.Pd., M.Pd.
EFEKTIFITAS SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERBANKANSYARIAHMELALUI PENERAPANEVALUASI EVALUASI MODEL CIPP Oleh Didik Rinan Sumekto, S.Pd., M.Pd. Dipresentasikan pada sesi Seminar tentang Perbankan Syariah
Lebih terperinciINSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media BK Dosen Pengampu : Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh:
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN EVALUASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses pengembangan pendidikan pada saat ini. Kegiatan evaluasi pendidikan menempati posisi penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan diri merupakan salah satu program yang relatif baru yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan diri adalah kegiatan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0058 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN 2013 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam mencapai kemajuan bangsa. Oleh karena itu, di era global seperti saat ini, pemerintahan yang kurang peduli
Lebih terperinciNama kelompok : Perbedaan secara umum Penelitian Eksperiman dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Nama kelompok : Aan Yudianto 11504241004 Adi Iswoyo 11504241015 Ariza Eka D. S 11504241007 Fuad Hardhiyansyah 11504244002 Putu Desna A P 11504241008 Fajar Dwi H 11504244005 Zidni Nurol Fahmi 11504241010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi bagi peserta didik. Tidak semua lulusan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditunjukkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini ditandai dengan semakin berkembang dan semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh laba dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa SMA secara psikologis sedang memasuki perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Hurlock (2009: 207)
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya di sekolah. Masalah ini cukup kompleks, bisa dilihat dari beragamnya faktor yang terlibat. Ada
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 UPAYA MENINGKATKAN ORIENTASI KARIER MELALUI LAYANAN INFORMASI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING Kamaruzzaman 1, Aliwanto 2, Ema
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dilihat dari jenisnya penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, metode ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karier merupakan pilihan dalam kehidupan setiap individu. Setiap individu dihadapkan dengan berbagai pilihan yang akan dijalani, dipertahankan, maupun ditingkatkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan publik yang baik, efisien, efektif dan berkualitas menuntut kehadiran sumber daya manusia (SDM) aparatur
Lebih terperincipeningkatan SDM berkualitas menjadi sangat penting, Terutama dengan dua hal (teori dan praktek) harus berjalan seiring dan saling melengkapi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi, menuntut kemampuan kompetitif dalam berbagai aspek, termasuk dalam Sumberdaya Manusia (SDM). Sehubungan dengan itu, upaya peningkatan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan dan modal untuk menentukan masa depan bangsa. Pendidikan juga erat kaitannya dengan bagimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan peserta didik, baik secara mental maupun intelektual, digembleng agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, dan merupakan salah satu faktor penentu mutu sumber daya manusia. Melalui pendidikan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa Bangsa Indonesia, saat ini dihadapkan pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa Bangsa Indonesia, saat ini dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis dan mempengaruhi birokrasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciEvaluasi Program BK di Sekolah Oleh: Indiati (FKIP UMM)
Evaluasi Program BK di Sekolah Oleh: Indiati (FKIP UMM) Abstraksi Evaluasi program BK di sekolah adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMANTAUAN PENETAPAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.
175 BAB VI KESIMPULAN Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian,
Lebih terperinciJurnal Bimbingan Konseling
Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) (2016) Jurnal Bimbingan Konseling http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk MODEL EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja dari semua unsur yang terlibat dalam proses pelaksanaan
Lebih terperinci2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan
Lebih terperinciI.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga pelayanan BK benar-benar memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laju pembangunan yang sedang berkembang dengan begitu cepat di hampir semua bidang kehidupan menuntut masyarakat untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kata ini terambil dari bahasa Inggris Classroom Action Research (CAR). PTK Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan faktor yang sangat penting dan menjadi pusat perhatian dalam setiap kegiatan produksi. Hal ini mendorong perusahaan untuk dapat mengembangkan dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi guna mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diberlakukannya Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi titik tolak acuan standarisasi dalam pengelolaan pendidikan nasional.
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )
ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2003-2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciBAB III STANDAR NASIONAL PENELITIAN. Bagian Kesatu. Ruang Lingkup Standar Nasional Penelitian. Pasal 42
BAB III STANDAR NASIONAL PENELITIAN Bagian Kesatu Ruang Lingkup Standar Nasional Penelitian Pasal 42 Ruang lingkup Standar Nasional Penelitian terdiri atas: a. standar hasil penelitian; b. standar isi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam
15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu pengumpulan dan penyajian datanya dituangkan dalam kata-kata dan
72 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu pengumpulan dan penyajian datanya dituangkan dalam kata-kata dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu (Nurihsan, 2005). Pendidikan yang bermutu menurut penulis adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur utama pelaku pendidikan di sekolah yang dalam melaksanakan tugasnya perlu bersinergi agar tujuan sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah pasti akan menghadapi penjurusan sesuai dengan yang ada di sekolahnya masingmasing. Pemilihan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengawas pendidikan diangkat dengan tugas melakukan pembinaan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengawas pendidikan diangkat dengan tugas melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan atau sekolah yang menjadi binaannya. Pengawasan
Lebih terperinciSugiyatno, M.Pd Prodi Bimbingan dan Konseling FIP UNY
Sugiyatno, M.Pd Prodi Bimbingan dan Konseling FIP UNY sugiyatno@uny.ac.id Penilaian Kegiatan BK adl segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman SAMPUL DALAM...i. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...ii. PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI...iii. MOTTO...iv.
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...i PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...ii PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI...iii MOTTO...iv PERSEMBAHAN v ABSTRAK...ivi KATA PENGANTAR...viiii DAFTAR ISI... ixx DAFTAR TABEL...
Lebih terperinci2016 MANAJEMEN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM LAYANAN AKADEMIK SEKOLAH MENENGAH ATAS
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang setiap saat berubah seiring perkembangan zaman, maka tuntutan terhadap layanan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pihak sekarang ini yang mengritik tajam sistem pendidikan di Indonesia. Ada yang merasa bahwa sekolah-sekolah di negeri ini hanya menghasilkan manusia-manusia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara harfiah PTK adalah riset yang dapat dilakukan oleh orang yang sedang melakukan suatu
Lebih terperinciWALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KOTA BENGKULU
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaksang Masalah Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang baru, sebab sebelumnya legitimasi legal formal peran serta masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat berkaitan erat dengan kejelian dan ketepatan dalam mengidentifikasi, memformulasi, mengemas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa. Pekerjaan yang dimiliki seseorang bukanlah mengenai pekerjaan apa yang dilakukannya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologik, yaitu
79 III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian dan Desain Desain kegiatan evaluasi program dalam bahasan ini menggunakan model CIPP dengan rancangan penelitian evaluasi kualitatif yang bersifat deskriptif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan kompleks yang harus direspons secara positif dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Lembaga
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Bab ini adalah merupakan penutup dari penelitian yang dilakukan, terdiri dari tiga hal yaitu 1) Simpulan, 2) Implikasi, 3) Saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN
Lebih terperinci