BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Sesuai dengan hakikat pekerjaan bimbingan dan konseling yang berbeda dari pekerjaan pengajaran, maka sasaran pelayanan bimbingan dan konseling berbeda dari sasaran evaluasi dalam pengajaran. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang evaluasi program bimbingan dan konseling, terlebih dahulu perlu dibahas dan dikaji pengertian evaluasi program bimbingan dan konseling. Yusuf (dalam Tohirin, 2009:60) mengemukakan bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan proses penilaian terhadap keberhasilan program bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui pengumpulan data, pengolahan data serta analisis data yang akan dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Prasetyo (2010:50) evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah usaha penelitian dengan cara mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh secara objektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan, pengembangan dan pengarahan staf. Nurihsan (2005:35) evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan suatu proses pengumpulan informasi untuk mengetahui dan menentukan efektivitas dari program bimbingan dan konseling dalam membantu para siswa untuk mengetahui serta memahami kebutuhan-kebutuhan dan kelemahannya.

2 Sedangkan menurut Winkel (dalam dan konseling) di akses 26 April 2013 Pukul Wita, evaluasi program bimbingan dan konseling mencakup usaha menilai efesiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan dan konseling. Pelaksanaan evaluasi menuntut diadakan penelitian, dengan mengumpulkan data secara sistematis, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan. Sejalan dengan itu, Suherman (2009:79) mengemukakan pendapatnya bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data untuk menentukan nilai dari suatu program dalam membantu pengelolaan, perencanaan program, latihan staf dan peningkatannya, agar memperoleh pertimbangan yang sebaik-baiknya tentang efektivitas dan efisiensi tidaknya suatu program. Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena berdasarkan hasil evaluasi itulah dapat diambil suatu kesimpulan apakah kegiatan yang telah dilakukan itu mencapai sasaran yang diharapkan secara efektif dan efesien atau tidak, serta apakah kegiatan tersebut perlu diteruskan atau tidak. 2.2 Tujuan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Stone (dalamhttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/evaluasi program bimbingan dan konseling) di akses 26 April 2013 Pukul Wita, merekomendasikan enam tujuan evaluasi program bimbingan dan konseling, diantaranya:

3 a. Mengukur keefektivan dari keseluruhan program dan kegiatannya b. Mengumpulkan data yang akan menentukan apakah memerlukan modifikasi program c. Menentukan tingkatan penerimaan program dan dukungan dari stakeholders d. Memperoleh informasi yang dapat digunakan oleh publik e. Mengumpulkan data untuk staf evaluasi f. Menganalisis biaya program dan membandingkannya dengan kebutuhan program ke depan. Sedangkan menurut Hastuti (dalam Sukardi, 2008:86) evaluasi program bimbingan dan konseling memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, diantaranya : a. Tujuan umum Secara umum, penyelenggaraan evaluasi program bimbingan dan konseling bertujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. 2. Mengetahui tingkat efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. 3. Secara operasional penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditujukan untuk: a) Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

4 b) Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan. c) Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling. b. Tujuan khusus Sedangkan secara khusus, penyelenggaraan evaluasi program bimbingan dan konseling bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apakah sudah ada atau belum diberikan kepada siswa di sekolah ( madrasah ). 2. Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukkan kedalam program bimbingan dan konseling untuk perbaikan layanan yang diberikan. 3. Untuk membantu kepala sekolah ( madrasah ), guru-guru termasuk pembimbing atau konselor dalam melakukan perbaikan tata kerja mereka dalam memahami dan memenuhi kebutuhan tiap-tiap siswa. 4. Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan. 5. Untuk mendorong semua personil bimbingan dan konseling agar bekerja lebih giat dalam mengembangkan program-program bimbingan dan konseling di sekolah.

5 Berdasarkan penjelasan mengenai tujuan dari pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang tujuan pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, sehingga mampu untuk mendorong semua personil bimbingan dan konseling di sekolah agar lebih giat dalam mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling. 2.3 Prinsip Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Untuk mencapai tujuan dan terlaksananya program bimbingan dan konseling dengan baik, maka pelaksanaannya harus dikelola seefisien dan seefektif mungkin selaras dengan pinsip-prinsip suatu program. Gibson dan Mitchell (dalam Prasetyo, 2010:80) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperankan dalam penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut: a. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program. Adapun tujuan dari program bimbingan dan konseling yakni untuk menghasilkan tenaga professional dalam bidang bimbingan dan konseling yang menguasai konsep-konsep layanan bimbingan dan konseling, serta terbuka dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan tentang bimbingan dan konseling. b. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas. c. Evaluasi melibatkan berbagai unsur yang professional.

6 d. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan. Hal ini bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan yang bersifat insidental, melainkan proses kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan. Berdasarkan prinsip-prinsip pelaksanaan evaluasi tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keefektifan pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling haruslah menuntut adanya umpan balik (feed back) dan tindak lanjut (follow-up) dari pelaksanaan evaluasi, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk membuat kebijakan / keputusan. 2.4 Lingkup Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Lingkup evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah mencakup empat komponen, sebagaimana yang dikemukakan Tohirin (2009:53) yakni: a. Evaluasi peserta didik (input) Evaluasi jenis ini dimulai dari layanan pengumpulan data pada saat peserta didik diterima oleh sekolah yang bersangkutan. Menurut Sukardi (2003:250) jenis data yang dikumpulkan dari peserta didik dapat berupa: kemampuan sekolastik, bakat, minat, kepribadian, prestasi belajar, riwayat kependidikan, riwayat hidup, citia-cita pendidikan atau jabatan, hobi dan penggunaan waktu luang, kebiasaan belajar, hubungan sosial, keadaan fisik dan kesehatan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan minat terhadap mata pelajaran sekolah.

7 b. Evaluasi program Evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu program bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut Prayitno (2004:59) bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dikelompokkan menjadi beberapa kegiatan layanan, yakni sebagai berikut : 1. Layanan kepada peserta didik. 2. Layanan kepada guru. 3. Layanan kepada kepala sekolah. 4. Layanan kepada orang tua siswa atau masyarakat. c. Evaluasi proses Dalam evaluasi proses, yang dievaluasi yakni proses pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan. Menurut Syamsul (dalam Suherman, 2009:89) dalam evaluasi proses, banyak faktor yang perlu diperhatikan berhubungan dengan proses pelaksanaan program bimbingan dan konseling diantaranya : 1. Organisasi dan administrasi program bimbingan. 2. Personal / petugas pelaksana bimbingan dan konseling. 3. Fasilitas dan perlengkapan bimbingan dan konseling. 4. Kegiatan bimbingan dan konseling. 5. Partisipasi guru/personil sekolah lainnya. 6. Anggaran pembiayaan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

8 d. Evaluasi hasil Untuk mendapatkan gambaran tentang hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang telah dijalankan, maka harus dilihat bagaimana perkembangan dalam diri siswa yang mendapatkan layanan bimbingan dan konseling itu sendiri. Dengan kata lain, evaluasi terhadap hasil pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ditujukan pada pencapaian tujuan program baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Sejalan dengan itu Hallen (dalam Prayitno, 2004:29) mengemukakan bahwa lingkup evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, diantaranya: a. Evaluasi Peserta Didik (raw-input) Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling maka pemahaman terhadap peserta didik (konseli) yang mendapat bimbingan dan konseling penting dan perlu. Pemahaman mengenai (raw input) peserta didik perlu dilakukan sedini mungkin, dengan pemahaman terhadap raw input dapat dipakai mempertimbangkan hasil pelaksanaan program bimbingan dan konseling bila dibandingkan dengan produk yang dicapai. Evaluasi raw-input dimulai dari pelayanan himpunan data pada saat peserta didik (konseli) diterima di sekolah bersangkutan. b. Evaluasi Program Evaluasi program pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah harus disesuaikan dengan pola dasar pedoman operasional pelayanan bimbingan dan

9 konseling. Kegiatan operasional dari masing-masing pelayanan hendaknya disusun dalam suatu sistematika yang rinci, diantaranya: 1. Tujuan Khusus pelayanan bimbingan dan konseling 2. Kriteria keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling 3. Lingkup pelayanan bimbingan dan konseling 4. Rincian kegiatan dan jadwal kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling 5. Hubungan antara kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling dengan kegiatan luar sekolah 6. Metode dan teknik layanan bimbingan dan konseling 7. Sarana pelayanan bimbingan dan konseling 8. Evaluasi dan penelitian pelayanan bimbingan dan konseling 9. Evaluasi terhadap program bimbingan dan konseling dan butir-butir di atas memerlukan alat-alat/instrumen evaluasi yang baik. c. Evaluasi Proses Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, dituntut proses pelaksanaan bimbingan dan konseling yang mengarah pada tujuan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah banyak faktor yang terlibat yang perlu dievaluasi, terutama yang terkait dengan pengelolaan pelayanan bimbingan dan konseling. Menurut Syahril (dalam Surya, 2006:56) faktor pengelolaan yang perlu di evaluasi, diantaranya: 1. Organisasi dan administrasi program pelayanan bimbingan dan konseling

10 2. Petugas pelaksanaan atau personel (tenaga profesional) dan bukan profesional. 3. Fasilitas dan perlengkapan seperti; fasilitas teknis yang terdiri dari : tes, inventory, dan instrumen evaluasi lainnya. 4. Fasilitas fisik seperti; ruang kerja konselor, ruang konseling, ruang tunggu, ruang pertemuan, ruang adminisrasi, ruang penyimpanan instrumen, ruang penyimpanan data. 5. Perlengkapan seperti; meja, kursi, filling kabinet, files, lemari dan sebagainya. 6. Anggaran biaya Anggaran biaya yang perlu dipersiapkan adalah untuk pos-pos seperti; honorarium pelaksana, pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik dan perlengkapan, biaya operasional (perjalanan, kunjungan rumah, penilaian dan penelitian) d. Evaluasi Hasil Untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan memperhatikan lingkup evaluasi program bimbingan dan konseling tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling akan terlaksana dengan baik jika memperhatikan empat komponen yang berkaitan dengan jenis-jenis evaluasi seperti; evaluasi peserta didik sebagai objek atau sasaran pelayanan bimbingan

11 dan konseling, evaluasi program sebagai acuan untuk mengembangkan mutu program pelayanan bimbingan dan konseling, evaluasi proses sebagai usaha untuk menentukan efektivitas dan efisiensi pelayanan program bimbingan dan konseling, kemudian yang terakhir dan terpenting dari ketiga jenis evaluasi program bimbingan dan konseling yakni evaluasi terhadap hasil pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang berfungsi sebagai dasar untuk perbaikan dan pengembangan program nantinya. 2.5 Aspek-Aspek Yang Perlu Dievaluasi Dalam Program Bimbingan dan Konseling Menurut Surya (2006:32) aspek-aspek program bimbingan dan konseling yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut : a. Dasar atau acuan penyusunan program seperti ; produk hukum dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan dan kebijakan baik berasal dari pemerintah maupun sekolah. b. Proses penyusunan program dengan melihat bagaimana program bimbingan dan konseling diwujudkan, apakah melalui penelaahan kebutuhan, melihat kondisi sekolah, melibatkan tim pengembang atau hanya pekerjaan perseorangan. c. Kurikulum layanan seperti ; layanan dasar, perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem. Sedangkan menurut Tohirin (2009:88) aspek-aspek yang perlu dievaluasi dalam program bimbingan dan konseling yaitu : a. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan layanan,

12 b. Keterlaksanaan program yang telah direncanakan, c. Dampak layanan bimbingan dan konseling terhadap kegiatan belajar mengajar, d. Respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan dan konseling e. Kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan, pencapaian tugastugas perkembangan, dan hasil belajarnya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang perlu dievaluasi dalam program bimbingan dan konseling yaitu partisipasi/aktivitas dan pemahaman siswa, kegunaan layanan menurut siswa, perolehan siswa dari layanan, minat siswa terhadap layanan lebih lanjut, perkembangan siswa dari waktu ke waktu, perolehan guru pembimbing, komitmen pihak-pihak terkait, serta kelancaran dan suasana penyelenggaraan kegiatan layanan. Deskripsi tentang aspek yang dievaluasi tersebut mencerminkan sejauh mana proses penyelenggaraan layanan/pendukung memberikan sesuatu yang berharga bagi kemajuan dan perkembangan layanan serta memberikan kemudahan untuk kegiatan layanan terhadap siswa. 2.6 Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Menurut Surya (2006:40) dalam mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah harus melalui prosedurprosedur evaluasi yakni sebagai berikut: a. Identifikasi tujuan yang akan dicapai dalam program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling

13 Melakukan identifikasi terhadap tujuan yang ingin dicapai sangatlah penting karena memberikan arah terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan, artinya selama melakukan evaluasi tetap mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. b. Pengembangan rencana evaluasi program bimbingan dan konseling Pengembangan rencana evaluasi merupakan langkah lanjutan setelah menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Zikri (dalam Surya, 2006:42) mengemukakan bahwa komponenkomponen rencana evaluasi program bimbingan dan konseling yang perlu dikembangkan adalah : 1. Data atau informasi yang dibutuhkan 2. Alat pengumpulan data yang digunakan 3. Sumber data atau informasi yang dapat dihubungi 4. Personil pelaksanaan 5. Waktu pelaksanaan 6. Kriteria penilaian dan 7. Bagaimana pelaporan serta pada siapa laporan disampaikan. c. Proses pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling Setelah rencana disusun dan disetujui, pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling bergantung pada metode yang digunakan. Prinsip pelaksanaan evaluasi perlu memperhatikan faktor-faktor yang telah direncanakan sehingga terjadi interaksi antara faktor yang satu dengan lainnya dan dapat membantu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

14 d. Pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi program bimbingan dan konseling Pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi dianggap sangat penting sebab langkah ini merupakan bentuk konkrit sikap akuntabilitas atas program dan hasil kegiatan yang telah dilakukan seorang guru bimbingan dan konseling sekolah beserta staf lainnya. Sedangkan menurut Nurihsan (2007:53) dalam melaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan oleh guru pembimbing di sekolah, diantaranya : 1. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan evaluasi program bimbingan dan konseling. Karena tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka guru pembimbing (konselor) perlu mempersiapkan pertanyaanpertanyaan yang terkait dengan hal-hal yang akan dievaluasi. Pertanyaanpertanyaan itu pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi seperti ; tingkat keterlaksanaan program (aspek proses), dan tingkat ketercapaian tujuan program (aspek hasil). 2. Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu menyusun instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut.

15 Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi. Setelah data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai. 3. Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Stone (dalam Suherman, 2009:56) tahap tindak lanjut dalam prosedur evaluasi meliputi dua kegiatan, yaitu a) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (b) mengembangkan program, dengan cara merubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program. Dengan melihat prosedur-prosedur pelaksanaan evaluasi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berhasil atau tidaknya pelaksanaan evaluasi juga ditentukan oleh penggunaan prosedur evaluasi yang baik sesuai apa yang telah direncanakan. Sehingga pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling dapat dipertanggung jawabkan dengan baik, serta dapat menghasilkan suatu layanan bimbingan dan konseling yang ideal. 2.7 Metode Pendekatan dalam Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan berbagai cara dan kegiatan. Sebagaimana yang dikemukakan Sukardi (2008:257) bahwa metode yang digunakan untuk menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yaitu :

16 a. Metode survei Metode survei lebih sering menggunakan metode evaluasi dalam setting sekolah. Metode ini dimaksudkan guna mendapatkan data tentang lingkungan, pengelolaan sikap serta pandangan personil sekolah lainnya, dan sikap serta pandangan siswa terhadap program bimbingan dan konseling. Jadi, metode survei ini merupakan usaha untuk mengenal keadaan sesungguhnya dari suatu sekolah secara menyeluruh sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan kegiatan sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi, dan memperbaiki hubungan antara unsur-unsur yang mendukung kehidupan sekolah tersebut. b. Metode observasi Sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci, yang mencakup perilaku-perilaku siswa yang diamati seperti; kapan akan diamati?, oleh siapa akan diamati?, akan direkam dengan cara yang bagaimana?, dan akan diberi interpretasi evaluatif menurut apa?. Oleh karena itu, sebelum observasi dilaksanakan, observer perlu membuat pedoman atau kriteria terlebih dahulu agar data yang diperoleh lebih terarah dan tepat. c. Metode eksperimental Metode eksperimental dimaksudkan untuk mempelajari satu kelompok atau lebih yang menyangkut apakah tujuan layanan yang diharapkan dapat tercapai atau belum, apakah layanan tersebut efektif dan efisien atau tidak.

17 Metode ini harus dilaksanakan dalam periode waktu yang cukup lama, supaya pengaruh perbedaan layanan bagi kedua kelompok dapat dibandingkan. d. Metode studi kasus Metode studi kasus digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seorang siswa yang dijadikan objek studi kasus. Sebelum melakukan studi kasus perlu ditetapkan hal-hal yang dianggap penting tentang diri siswa yang berkaitan dengan usaha layanan-layanannya. Metode studi kasus cukup banyak memakan waktu, akan tetapi dapat menghasilkan informasi yang dapat dijadikan sebagai data yang objektif. Sehubungan dengan penjelasan tentang metode yang digunakan dalam evaluasi program bimbingan dan konseling, Prasetyo (2010:89) mengemukakan pendapat yang sama bahwa metode atau pendekatan yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah di antaranya: a. Pendekatan Survei Pendekatan ini merupakan suatau usaha untuk mengenal keadaan sesungguhnya dari suatu sekolah secara menyeluruh sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan kegiatan sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik, melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi, memperbaiki hubungan antara unsur-unsur yang mendukung kehidupan sekolah tersebut. b. Pendekatan Eksperimental Pada pendekatan ini dibentuk dua kelompok peserta didik. Kelompok pertama dijadikan kelompok instrumen yaitu yang mendapat pelayanan

18 bimbingan dan konseling. Kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yaitu yang tidak mendapat layanan bimbingan dan konseling. Dalam suatu periode tertentu kemudian keduanya diperbandingkan. Dari hasil perbandingan akan diketahui sejauh mana program bimbingan dan konseling itu dapat membantu peserta didik. c. Pendekatan Kelompok Tunggal Prosedur ini ialah dengan menghilangkan kelompok kontrol, dan menggantinya dengan penilaian terhadap kelompok yang sama sebelum dan segera sesudah pelayanan bimbingan diberikan kepada kelompok itu. d. Penilaian oleh Klien (Peserta didik) Prosedur yang sederhana adalah dengan mengumpulkan pendapat kepada peserta didik yang telah mendapat pelayanan bimbingan dan konseling mengenai kegunaan dan faedah pelayanan bimbingan dan konseling yang diterimanya. Hal ini mempunyai kelemahan bahwa pendapat peserta didik kurang teliti. Pendapatnya akan sangat dipengaruhi oleh masalah yang diusahakan untuk dipecahkan dalam rangka pelayanan yang diperolehnya yang sangat mempengaruhi penilaian yang diberikannya. e. Studi Lanjutan (Follow-up Study) Studi lanjutan ini mempunyai nilai evaluatif terhadap program bimbingan konseling yang sudah dan atau sedang berjalan. f. Penilaian Para Ahli Prosedur ini dilakukan dengan meminta kepada para ahli bimbingan dan konseling yang tidak turut serta dalam memberikan pelayanan bimbingan dan

19 konseling di sekolah yang bersangkutan, untuk memberikan penilaian tentang pelaksanaan program bimbingan dan konseling. g. Penilaian Diri Oleh Konselor (Counselor Self-Evaluation) Prosedur ini pada dasarnya sama dengan penilaian oleh para ahli. Dalam hal ini konselor dianggap sebagai ahli, akan tetapi ahli yang turut mengambil bagian di dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian faktor subjektif kurang dapat dihindarkan, tetapi informasi dapat terkumpul lebih memadai dan lebih dapat dipercaya. 2.8 Sumber Data dan Kriteria Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling a. Sumber data evaluasi Untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat dalam melakukan evaluasi program bimbingan dan konseling, maka diperlukan sumber data yang relevan. Adapun sumber data yang perlu dihubungi, sangat bergantung pada jenis data atau informasi yang diperlukan. Menurut Prayitno (2004:33) sumber data yang dapat dihubungi, yaitu : 1. Kepala sekolah 2. Wakil kepala sekolah 3. Koordinator bimbingan dan konseling 4. Konselor sekolah 5. Guru mata pelajaran 6. Personil sekolah lainnya 7. Siswa dan teman terdekatnya

20 8. Orang tua dan masyarakat 9. Para ahli atau lembaga-lembaga terkait Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dapat bertindak sebagai evaluator terutama yaitu koordinator bimbingan dan konseling, kepala sekolah dan konselor sekolah. b. Kriteria evaluasi Penetapan kriteria sebagai patokan dalam evaluasi program bimbingan dan konseling sudah lama merupakan persoalan yang belum terpecahkan secara tuntas. Patokan untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada terpenuhi tidaknya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Stone (dalamhttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/evaluasi program bimbingan dan konseling) di akses 26 April 2013 Pukul Wita,) kriteria yang dapat dijadikan langkah awal dalam menilai efektif dan efisiennya suatu program bimbingan dan konseling adalah : 1. Terdapat seorang tenaga ahli bimbingan dan konseling untuk setiap orang siswa, dengan alasan bahwa rasio ini pada umumnya memungkinkan konselor untuk melayani populasi siswa secara memadai 2. Tenaga-tenaga bimbingan mempunyai kualifikasi yang memadai dalam hal pendidikan prajabatan bidang bimbingan dan konseling 3. Terdapat sistem kartu pribadi (commutative record) yang memuat data relevan tentang siswa, yang dikelola dengan baik dan digunakan secara aktual dalam memberikan layanan kepada siswa

21 4. Terdapat sumber-sumber informasi pendidikan dan jabatan (career information) yang lengkap, mudah untuk dimanfaatkan dan secara berkala diperbarui 5. Tersedia sarana-sarana material dan teknis yang memadai 6. Tersedia dana finansial yang cukup, sehingga kegiatan-kegiatan dapat berjalan dan tidak sering mengalami kemacetan karena tidak tersedia dana. 2.9 Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Ada beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling, sebagaimana yang dikemukakan Sukardi (2008:253) yaitu sebagai berikut : a. Penyelenggaraan evaluasi program bimbingan dan konseling membutuhkan banyak waktu dan biaya. Tidak dapat diragukan lagi untuk memulai evaluasi tampaknya memerlukan biaya yang cukup mahal dan perlu biaya yang banyak. b. Belum adanya guru inti atau instruktur bimbingan dan konseling yang ahli dalam bidang evaluasi programa bimbingan dan konseling di sekolah. Kebanyakan yang terlibat dalam bidang ini adalah perguruan tinggi yang sudah tentu konsep dan kerangka kerjanya tidak berorientasi pada kepentingan sekolah. c. Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah belum tegas dan baku sampai saat ini.

22 Dengan memperhatikan pendapat tentang hambatan-hambatan dalam pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling tersebut, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan evaluasi bukan merupakan suatu persoalan yang mudah. Olehnya itu, perlu adanya tenaga ahli yang betul-betul memahami konsep tentang evaluasi program bimbingan dan konseling sehingga akan tercipta sebuah program bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien Upaya-Upaya Penanggulan Masalah Dalam Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Menurut Mitchell (dalam Sukardi, 2003) bahwa upaya penanggulan masalah dalam pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling yakni : a. Memberikan tindak lanjut singkat dan segera misalnya berupa pemberian penguatan (reinforcement) dan penugasan kecil (siswa diminta melakukan sesuatu yang berguna bagi dirinya). b. Menempatkan atau mengikutsertakan siswa yang bersangutan dalam jenis layanan tertentu (misalnya dalam layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok). c. Membentuk program satuan layanan atau pendukung yang baru, sebagai kelanjutan atau pelengkap dari layanan sebelumnya. Berdasarkan penjelasan tentang upaya-upaya penanggulangan masalah dalam pelaksanaan evaluasi, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa guru pembimbing atau konselor harus tanggap dalam merespon masalah yang terjadi pada peserta didiknya.

23 Hal tersebut dilakukan agar proses pelayanan bimbingan dan konseling dapat mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan, meskipun begitu banyak hambatan-hambatan yang di alami guru pembimbing atau konselor dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo Program

Lebih terperinci

Evaluasi Program BK di Sekolah Oleh: Indiati (FKIP UMM)

Evaluasi Program BK di Sekolah Oleh: Indiati (FKIP UMM) Evaluasi Program BK di Sekolah Oleh: Indiati (FKIP UMM) Abstraksi Evaluasi program BK di sekolah adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang

Lebih terperinci

TUGAS INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING

TUGAS INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING TUGAS INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu : Prof. Dr. Edi

Lebih terperinci

TEST, PENGUKURAN, ASSESMEN, EVALUASI

TEST, PENGUKURAN, ASSESMEN, EVALUASI TEST, PENGUKURAN, ASSESMEN, EVALUASI Sugiyatno, M.Pd sugiyatno@uny.ac.id TEST Seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait/sifat/atribut dimana tiap butir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan harus didukung oleh peningkatan profesionalitas

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M.

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA Oleh : Taufik Yusuf * dan M. Fatchurahman ** Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi

Lebih terperinci

untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di

untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di BAB I PENDAHULUAN Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan

Lebih terperinci

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga pelayanan BK benar-benar memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan tujuan

Lebih terperinci

INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media BK Dosen Pengampu : Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh:

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER KELOMPOK KOMPETENSI G PROFESIONAL : PENILAIAN DALAM BK Direktorat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i iii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Deskripsi Singkat... 2 C. Tujuan Pembelajaran... 2 D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok... 3 E.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 179 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam laporan penelitian, membahas simpulan dan rekomendasi penelitian agar hasil penelitian dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang

Lebih terperinci

MODUL GURU PEMBELAJAR

MODUL GURU PEMBELAJAR MODUL GURU PEMBELAJAR Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelompok Kompetensi G Profesional: Penilaian dalam BK Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah. dengan peserta didik yang diasuhnya.

BAB V ANALISIS DATA. a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah. dengan peserta didik yang diasuhnya. BAB V ANALISIS DATA 1. SMPN 1 Sumberrejo a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah Bagi konselor, jam pelajaran bagi bimbingan dan konseling mempunyai makna yang sangat penting,

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH I. Struktur Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan

Lebih terperinci

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013 KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013 Oleh: Muswardi Rosra, Shinta Mayasari, Ranni Rahmayanthi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Berikut dikemukakan landasan teori tentang pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar. 2.1 Pengertian Program Bimbingan Menurut pendapat Hotch dan Costor (dalam

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN

EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN 79 EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN Oleh: Ivani Mirasari 1 Dra. Gantina Komalasari, M.Psi. 2 Dra. Retty Filiani 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan menilai keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen program bimbingan dan konseling merupakan siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Siklus tersebut senantiasa saling berkaitan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan Dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia dan oleh manusia. Dari manusia artinya

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk PELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING Yan Ermawan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling. pelayanan bimbingan dan konseling dalam periode tertentu.

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling. pelayanan bimbingan dan konseling dalam periode tertentu. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Program Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan konseling, guru bimbingan konseling harus berpanduan pada program

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMENT EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M. Pd & Dr. Ali Muhtadi, M. Pd.

PENGEMBANGAN INSTRUMENT EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M. Pd & Dr. Ali Muhtadi, M. Pd. PENGEMBANGAN INSTRUMENT EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M. Pd &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada berbagai unsur, antara lain program pendidikan, guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, secara fitrah manusia telah dibekali potensi untuk tumbuh dan berkembang serta mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudjahardjo, 2008: 56). Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudjahardjo, 2008: 56). Dalam arti sederhana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini akan membahas tentang kendala pelaksanaan program bimbingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini akan membahas tentang kendala pelaksanaan program bimbingan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini akan membahas tentang kendala pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu, akan dibahas teori-teori yang berkaitan dengan program bimbingan dan konseling,

Lebih terperinci

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan di Taman Kanak-kanak 47 PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Bimbingan perkembangan merupakan suatu bentuk layanan bantuan yang

Lebih terperinci

DESKIPSI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTS NEGERI GORONTALO. Irma Amir, Maryam Rahim, Meiske Puluhulawa ABSTRAK

DESKIPSI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTS NEGERI GORONTALO. Irma Amir, Maryam Rahim, Meiske Puluhulawa ABSTRAK DESKIPSI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTS NEGERI GORONTALO Irma Amir, Maryam Rahim, Meiske Puluhulawa ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan layanan bimbingan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jrakahpayung 01 Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang sebanyak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MODUL PEMBELAJARAN

KARAKTERISTIK MODUL PEMBELAJARAN MODUL PEMBELAJARAN PENGERTIAN MODUL PEMBELAJARAN Merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR 53 LAMPIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut perusahaan untuk beroperasi seefisien dan seefektif mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960 dan baru mulai 1975 secara resmi memasuki sekolah-sekolah

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Sekolah Manajemen pendidikan di tingkat sekolah merupakan suatu sistem yang setiap komponen didalamnya mempunyai kewenangan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. Dari manusia artinya pelayanan

Lebih terperinci

Sugiyatno, M.Pd Prodi Bimbingan dan Konseling FIP UNY

Sugiyatno, M.Pd Prodi Bimbingan dan Konseling FIP UNY Sugiyatno, M.Pd Prodi Bimbingan dan Konseling FIP UNY sugiyatno@uny.ac.id Penilaian Kegiatan BK adl segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konseling merupakan salah satu aktivitas layanan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Konseling merupakan salah satu aktivitas layanan yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konseling merupakan salah satu aktivitas layanan yang penting dalam keseluruhan pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah.counseling is the heart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gysbers & Henderson (2006) menjelaskan program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai program BK komprehensif. Terdapat empat komponen dalam program BK Komprehensif,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Program Bimbingan & Konseling Perencanaan program BK memberikan manfaat yang penting bagi kelangsungan program (Nurihsan & Sudianto, 2005). Pertama, adanya kejelasan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta,

Lebih terperinci

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah Landasan Pengembangan Diri UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas: Pasal 1 butir 6 tentang pendidik, pasal 3 tentang tujuan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian, implikasi, dan rekomendasi yang dikemukakan berdasarkan berbagai temuan dari pengolahan data, terutama

Lebih terperinci

MODUL GURU PEMBELAJAR

MODUL GURU PEMBELAJAR MODUL GURU PEMBELAJAR Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas / Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) Kelompok Kompetensi G Profesional: Penilaian dalam BK Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Statistika, Vol. 7 No., 5 3 Nopember 007 Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Yunia Mulyani Azis Tenaga Pengajar di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perusahaan atau organisasi yang relatif kecil, pimpinan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perusahaan atau organisasi yang relatif kecil, pimpinan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perusahaan atau organisasi yang relatif kecil, pimpinan perusahaan dapat mengawasi dan mengendalikan sendiri semua operasi perusahaan tetapi jika perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah pasti akan menghadapi penjurusan sesuai dengan yang ada di sekolahnya masingmasing. Pemilihan

Lebih terperinci

pembelajaran itu merupakan kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain,

pembelajaran itu merupakan kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan manusia. Pada akhir-akhir ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut manusia untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Simbangdesa 01 Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang sebanyak 2 siklus,

Lebih terperinci

BAB XII PERAN PERSONEL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

BAB XII PERAN PERSONEL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH BAB XII PERAN PERSONEL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami tentang peran guru, peran guru BK, dan peran kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan Kelompok Bimbingan dan Konseling memiliki layanan untuk

Lebih terperinci

PENGANTAR TENTANG PENELITIAN PENDIDIKAN

PENGANTAR TENTANG PENELITIAN PENDIDIKAN PENGANTAR TENTANG PENELITIAN PENDIDIKAN A. PENGERTIAN PENELITIAN PENDIDIKAN Penelitian menurut David (dalam Hadi dan Hariono, 2005: 10) adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Pelaksanaan penelitian Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan di lapangan, mulai bulan Oktober hingga November. Total proses penelitian dari pembuatan proposal hingga

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULIAN. memberikan informasi kepada siswa terkait pembentukan konsep diri.

BAB I PEDAHULIAN. memberikan informasi kepada siswa terkait pembentukan konsep diri. 1 BAB I PEDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan bimbingan dan konseling bisa dilakukan dalam setting lembaga pendidikan (sekolah atau madrasah), keluarga, masyarakat, organisasi, industri, dan lain

Lebih terperinci

V1. SIMPULAN DAN SARAN

V1. SIMPULAN DAN SARAN 77 V1. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Bimbingan dan konseling merupakan proses yang berkesinambungan dalam membantu individu agar dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Bimbingan dan Konseling Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan lembaga yang berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kualifikasi dan kompetensi

Lebih terperinci

Pemantauan dan Evaluasi Dampak Diklat Pusat Penelitian dan Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa (P4TK) Jakarta Oleh Syihabuddin

Pemantauan dan Evaluasi Dampak Diklat Pusat Penelitian dan Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa (P4TK) Jakarta Oleh Syihabuddin Pemantauan dan Evaluasi Dampak Diklat Pusat Penelitian dan Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa (P4TK) Jakarta Oleh Syihabuddin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas guru bahasa perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berkenaan dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan tingkah laku manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara/aset negara yang ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang merupakan

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian maka metode yang akan digunakan yaitu metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan A. Tujuan I. PENDAHULUAN Setelah mempelajari modul ini para konselor diharapkan : 1. Memiliki pemahamam tentang konselor sebagai suatu profesi 2. Memiliki pemahamam tentang kinerja profesional konselor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas tentang topik-topik yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yaitu partisipasi guru dalam pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan bersedia mengerahkan segenap kemampuannya untuk. diluar diri seseorang itu turut mempengaruhinya, pemimpin harus memilih

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan bersedia mengerahkan segenap kemampuannya untuk. diluar diri seseorang itu turut mempengaruhinya, pemimpin harus memilih BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karyawan bersedia mengerahkan segenap kemampuannya untuk melaksanakan pekerjaan jika dengan melaksanakan pekerjaan tersebut karyawan dapat memenuhi kebutuhannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakter Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Manggis Kabupaten Batang sebanyak 2 siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah memiliki peran yang cukup besar dalam peningkatan sumber daya manusia melalui proses belajar mengajar. Hamalik (1993) menyatakan bahwa secara operasional

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan adalah layanan konseling individual. Hal ini berbeda jauh saat pelaksanaannya. Terkadang, pada saat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan adalah layanan konseling individual. Hal ini berbeda jauh saat pelaksanaannya. Terkadang, pada saat A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Guru Bimbingan dan Konseling (BK) atau Konselor adalah salah satu pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam proses pendidikan. Berdasarkan

Lebih terperinci

Aprilia Tina L PEMAHAMAN TERHADAP INDIVIDU

Aprilia Tina L PEMAHAMAN TERHADAP INDIVIDU Aprilia Tina L PEMAHAMAN TERHADAP INDIVIDU Components of Guidance Program (Sherzer-stone) Appraisal Evaluation Counseling Consulting Information Planning n placement Appraisal (pengumpul data) Semua usaha

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Suyanto (1997) penelitian tindakan

Lebih terperinci

BIMBINGAN KELOMPOK DAN PENILAIANNYA Oleh: Indiati Dosen FKIP Univ. Muhammadiyah Magelang. Abstraction

BIMBINGAN KELOMPOK DAN PENILAIANNYA Oleh: Indiati Dosen FKIP Univ. Muhammadiyah Magelang. Abstraction BIMBINGAN KELOMPOK DAN PENILAIANNYA Oleh: Indiati Dosen FKIP Univ. Muhammadiyah Magelang Abstraction Group counseling services are services that provide assistance to students through the group to obtain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development) yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (Syaodih, 2005:164)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN HIMPUNAN DATA OLEH GURU BK UNTUK KONSELING KARIR DI KELAS XI SMK NEGERI 1 SOLOK. Oleh: Junita SK Nanda NPM:

PELAKSANAAN HIMPUNAN DATA OLEH GURU BK UNTUK KONSELING KARIR DI KELAS XI SMK NEGERI 1 SOLOK. Oleh: Junita SK Nanda NPM: PELAKSANAAN HIMPUNAN DATA OLEH GURU BK UNTUK KONSELING KARIR DI KELAS XI SMK NEGERI 1 SOLOK Oleh: Junita SK Nanda NPM: 11060297 Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial di masyarakat, seorang individu tidak lepas dari individu lainnya. Di dalam proses interaksi sosial tersebut, keterbukaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

BAB II KERANGKA TEORI. 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling BAB II KERANGKA TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rencana Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Cilaku Kabupaten Cianjur. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1.1 Pengadilan telah mengumumkan visi, misi (tujuan), dan detil bagaimana memenuhi nilai dasar (seperti : aksesibilitas, aktualitas, dan keadilan). 1.2 Pimpinan

Lebih terperinci

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI OLEH : ELA WULANDARI ERA1D010125 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan kuantitatif mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bentuk upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bentuk upaya dari pendidikan untuk mewujudkan pengembangan potensi diri peserta didik atau siswa agar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini disajikan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. Kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian, sedangkan rekomendasi berkenaan

Lebih terperinci

CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI

CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 342-347 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN BIMBINGAN KONSELING

KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN BIMBINGAN KONSELING KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN BIMBINGAN KONSELING Assalammualaikum Wr.Wb. Dalam rangka mendukung pencapaian visi Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa, pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan layanan konseling di sekolah-sekolah sangatlah penting bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan layanan konseling di sekolah-sekolah sangatlah penting bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan layanan konseling di sekolah-sekolah sangatlah penting bahkan diperlukan. Sebab keberadaan layanan konseling merupakan bagian integral dalam Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik membutuhkan manusia sebagai sumber daya pendukung utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci