BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penangkaran Merak Hijau Jawa di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah Kandang sebagai habitat buatan Kandang merupakan tempat hidup habitat buatan satwa di penangkaran (exsitu). Kandang harus disesuaikan dengan jenis satwa serta menyerupai kondisi habitat asli di alam. Sistem perkandangan yang digunakan di Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah adalah sistem kandang semi tertutup yaitu bagian depannya dipagari jeruji besi dan disekat dengan tembok atau kawat dan beratap. Atap kandang berupa kawat jeruji sama seperti dinding kandangnya (Gambar 1). Bentuk kandang terdiri dari dua macam yaitu bentuk kubah setengah lingkaran dan bentuk persegi empat yang berada di dalam kubah. Kubah tempat tangkar merak hijau jawa di Taman Burung TMII ini disebut dengan Kubah Barat. Ukuran kandang bentuk kubah setengah lingkaran adalah panjang diameter 68 m dan tinggi 30 m. Kubah ini memiliki beberapa sub-kandang berbentuk persegi empat. Terdapat koridor dengan dua pintu utama yang digunakan untuk masuk atau keluar pengunjung. Pintu-pintu masuk ke dalam sub-kandang terbuat dari besi. Ukuran kandang bentuk persegi empat adalah panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m. Kandang berbentuk persegi empat ini terletak di dalam kubah setengah lingkaran. Terdapat 3 kandang persegi empat dengan masing-masing berisi 2 ekor merak hijau jawa. Bahan kandang berbentuk persegi empat terdiri dari besi bulat sebagai rangka bangunan (diameter 5 cm), sisi-sisinya ditutup dengan kawat ram dengan salah satu sisinya berdinding beton. Diameter kawat ram tersebut adalah 0,3 cm (3 mm) dengan jarak kotak antar kawat 5 x 5 cm. Pondasi bagian bawah kawat berupa adonan pasir dengan semen yang berbentuk balok dengan tinggi 20 cm, lebar 20 cm dan panjangnya mengitari kandang (Gambar 1).

2 Gambar 1 Bentuk kawat ram kandang dan pondasi bawah dinding kandang. Sebagai alas atau lantai kandang adalah tanah yang ditumbuhi oleh rumput dan sebagian ada tataan batu sungai berukuran kecil (Gambar 2 : a dan b). Sisi bagian atasnya juga ditutup dengan kawat ram yang ukurannya sama dengan ukuran dinding kandang (Gambar 2 : c). (a) (b) (c) Gambar 2 (a) Bebatuan sungai berukuran kecil yang menutupi lantai kandang persegi empat, (b) lantai kandang yang ditumbuhi rumput, dan (c) atap kandang yang berupa kawat ram.

3 Suatu kandang satwa tidak hanya dilihat dari bahan penyususn kandang tetapi juga komponen yang ada di dalamnya. Dalam satu kandang merak hijau jawa terdapat beberapa komponen habitat buatan yang berfungsi untuk mendukung keberhasilan penangkarannya. Taman Burung TMII mendesain kandang merak hijau jawa dan burung-burung lainnya sedemikian rupa sesuai dengan habitat alaminya. Komponen habitat buatan yang ada di Kubah Barat Taman Burung TMII antara lain tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak (Tabel 1). Tabel 1 Komponen Habitat Buatan di Kubah Barat Taman Burung TMII No Jenis Kandang Komponen Habitat Keterangan Buatan 1. KB (3,7, dan 10) Tempat istirahat Ada 3 macam : batang pohon (1 buah), lantai kandang (pasir dan rerumputan) dan bambu yang digantung melintang (2 buah) Tempat tidur Tempat makan Tempat minum Tempat berteduh Pasir (untuk mandi debu) Padang rumput Semak Berupa bambu yang digantung melintang (juga digunakan sebagai tempat istirahat) berukuran panjang 3 meter, diameter 10 cm dan ketinggian dari lantai kandang 6 m. Di atasnya tedapat penutup berbahan seng dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter Berupa kolam dengan panjang 2 meter, lebar 1 meter dan dalam 30 sentimeter Berupa semak-semak dan bambu yang digantung dengan penutup diatasnya yang terbuat dari seng Hampir menutupi lantai kandang (seluas kurang lebih 2x4 meter dengan campuran bebatuan kecil) Sebagian menutupi lantai kandang (ratarata berukuran seluas 4x3 meter) Terletak di sisi ujung ruang kandang, rata-rata luas 2x2 meter 2. Kubah besar Tempat istirahat Ada 3 macam : tanaman yang ada di dalam kubah, lantai kubah dan kerangkakerangka besi yang ada di dalam kubah.

4 Tabel 1 (Lanjutan) No. Jenis Kandang Komponen Habitat Buatan Tempat tidur Tempat makan Tempat minum Tempat berteduh Pasir Padang rumput Keterangan Pepohonan yang ada di dalam kubah dengan ketinggian > 5 meter Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter dan diletakkan di beberapa sudut halaman kubah Berupa kolam-kolam yang ada di dalam kubah dengan rata-rata ukuran panjang 3x3 meter dengan kedalaman kurang lebih 60 sentimeter Berupa pepohonan dan semak yang ada di dalam kubah. Pepohonan tersebut menyebar rata di dalam kubah dan kandang persegi. Ada 3 tempat, rata-rata berukuran 2x3 meter Hampir penutup lantai kubah berupa rerumputan Semak Ada 3 plot utama yang digunakan merak dengan rata-rata berukuran 2x3 meter Di dalam kandang merak hijau jawa di Kubah Barat TMII, baik kandang persegi maupun kubah besar, terdapat beberapa jenis vegetasi. Merak hijau jawa banyak menggunakan vegetasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Vegetasi-vegetasi yang ada di dalam kandang beraneka macam tingkatan dan berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat tidur dan tempat berteduh bagi merak hijau jawa (Tabel 2). Tabel 2 Tingkatan Vegetasi yang ada di dalam Kubah Barat TMII beserta fungsinya bagi merak hijau jawa No Tingkat Nama Nama Fungsi Vegetasi Lokal Ilmiah 1. Pohon Sempur Dillenia exelsa Tempat istirahat dan tempat tidur Ayang-ayang Eleaocarpus glandiflorus Tempat berteduh Nyamplung Dillenia Tempat istirahat dan philippinensis tempat tidur Gondang Ficus sp Bisbul Dyospiros discolour Tempat berteduh dan Nagasari Messua ferrea tempat istirahat Kepel Stelechocarpus burahol

5 Tabel 2 (Lanjutan) No Tingkat Nama Nama Fungsi Vegetasi Lokal Ilmiah Salam Syzygium polyanthum Jeruk kingkit Triphesia trifolia Lengkeng Euphoria lungan Namnam Cynometra Tempat berteduh cauliflora Rukem Flacoutin rukam 2. Semak Drasenia Dracenia sp Tempat berteduh 3. Rumput Paitan Axonopus compressus Tempat istirahat dan tempat tidur Tempat istirahat, berjemur dan mencari makan Pakan dan minum Jenis-jenis makanan pokok (utama) yang diberikan kepada merak hijau jawa di Taman Burung TMII ada 2 (dua) jenis, yaitu pakan kering dan pakan segar/basah (Gambar 3 : a dan b). (a) (b) Gambar 3 Komposisi makanan merak hijau jawa : (a) kering, (b) segar Komposisi bahan penyususn dan perbandingannya serta berat total yang diberikan per pasang burung per hari seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi dan perbandingan bahan pakan kering dan basah untuk merak hijau jawa di penangkaran TB TMII Jrnis Pakan Komposisi Bahan Perbandingan Pakan Pakan kering 1. Jagung giling Beras merah Kacang hijau Gabah 2 14 Jumlah berat total 35 Pakan basah/segar 1. Tauge Kangkung 1 15 Jumlah berat total 30 Berat (gram/pasang/hari)

6 Selain pakan pokok, setiap satu minggu merak hijau diberi makanan tambahan berupa kalsium yang berasal dari cangkang/kulit kerang dan food-dog (Gambar 4 : a dan b). (a) (b) Gambar 4 Makanan tambahan : (a) cangkang kerang dan (b) food-dog Seluruh makanan disajikan dalam satu tempat berbentuk nampan atau baki terbuat dari plastik dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter (Gambar 5). Gambar 5 Nampan plastik yang berisi makanan merak hijau jawa Air minum disediakan dalam kolam berukuran rata-rata panjang 2 meter, lebar 1 meter dan dalam 50 sentimeter (Gambar 6).

7 Gambar 6 Kolam tempat minum merak hijau jawa Penyakit Penyakit pulorum, tetelo, infeksi, dan gangguan saluran pencernaan pernah di jumpai di tempat penangkaran merak hijau jawa Taman Burung TMII. Jenis penyakit yang ditemukan menyerang merak hijau jawa selama penelitian adalah pulorum dan masuk angin (Tabel 4). Tabel 4 Jenis Penyakit yang Menyerang Merak Hijau Jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII Tahun No. Nama Penyakit Merak Hijau Jawa yang Terserang Keterangan Penyakit 1. Pulorum 1 ekor Betina dewasa berumur 3 tahun yang ada di kandang dalam kubah 2. Tetelo - 3. Infeksi - 4. Gangguan saluran pencernaan - 5. Masuk angin 1 ekor Anakan berumur 1 bulan yang di lepas di dalam kubah Populasi Jumlah merak Jumlah merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII sebanyak 6 ekor. Selain ditempatkan di Kubah Barat, beberapa merak hijau jawa juga di tempatkan di kubah lama atau yang disebut Taman Konservasi (4 ekor), di penangkaran anakan (4 ekor) dan di Unit Karantina (1 ekor).

8 Sex ratio Merak hijau jawa yang berada di Kubah Barat terdiri dari 4 ekor betina dan 2 ekor jantan. Penempatan merak hijau jawa berdasarkan sex ratio di Kubah Barat Taman Burung TMII dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Penempatan merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII Nomor Kandang Ukuran kandang (p x l x t) (m) Jumlah merak hijau jawa (ekor) KB 3 6 x 4 x 10 1 ekor jantan dan 1 ekor betina KB 7 6 x 4 x 10 2 ekor betina KB 10 6 x 4 x 10 1 ekor jantan dan 1 ekor betina Keterangan : KB = Kandang Burung Struktur umur Umur merak hijau jawa di Kubah Barat Taman Burung TMII tahun beraneka macam. Menurut hasil penelitian sampai dengan bulan Januari 2011, 3 ekor merak hijau jawa betina berumur 2 tahun, 1 ekor merak hijau jawa betina berumur 3 tahun, 2 merak hijau jawa jantan berumur 3 tahun dan 4 ekor anakan masih berumur 2 bulan (Tabel 6). Tabel 6 Struktur Umur Merak Hijau Jawa yang Ada di Kubah Barat Taman Burung TMII Tahun No. Struktur Umur Jumlah Merak Keterangan 1. Dewasa (>3 tahun) 3 ekor 1 ekor betina dan 2 ekor jantan 2. Remaja (1-3 tahun) 3 ekor Betina semua 3. Anakan (<1 tahun) 4 ekor Perilaku Perkawinan Perkawinan dimulai dengan terlebih dahulu terjadi penjodohan. Penjodohan atau pembentukan pasangan kawin merak hijau jawa jantan dengan merak hijau jawa betina di Kubah Barat Taman Burung TMII terjadi secara alami yakni merak dibiarkan memilih sendiri pasangannya. Merak hijau jawa betina memilih sendiri pasangannya, yaitu merak hijau jawa jantan menentukan sendiri yang ia sukai dan bersedia untuk dikawini. Proses perkawinan terjadi secara alami. Terdapat 2 ekor jantan di mana 1 ekor jantan mengawini 1 ekor betina dan 1 ekor jantan lain mengawini 2 ekor betina lain. Sebelum terjadi proses kawin, merak jantan membentangkan bulu hiasnya dan kemudian melakukan tarian untuk menarik

9 perhatian betina (Gambar 7). Musim kawin merak hijau jawa ini terjadi antara Agustus hingga November. Gambar 7 Merak hijau jawa jantan menari untuk menarik perhatian merak hijau jawa betina Bertelur Berdasarkan hasil penelitian, merak hijau jawa betina yang ada di Kubah Barat Taman Burung TMII ini bertelur antara September 2010 hingga Januari Sebelum bertelur, merak hijau tersebut menentukan lokasi sarang mereka berupa hamparan tanah berukuran kurang lebih 50 cm x 50 cm tanpa ditutupi rerumputan (gambar 8). Bila sudah saatnya untuk beretelur merak hijau jawa mengeluarkan dan mengumpulkan telur-telurnya pada satu lokasi. Ukuran ratarata telur merak hijau jawa di TB TMII panjang 8 cm dan dimeter 5 cm. Gambar 8 Telur merak hijau jawa rata-rata berjumlah 4-6 butir.

10 Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh sepasang merak hijau jawa di tempat ini adalah 4-6 butir (Tabel 7). Di Kubah Barat Taman Burung Taman Burung TMII terdapat 3 pasang merak hijau jawa yang kawin dan berhasil bertelur. Piyik yang berhasil hidup hingga dewasa umumnya adalah 2-3 ekor. Tabel 7 Data merak hijau jawa yang bertelur dan banyaknya telur yang menetas di Taman Burung TMII. No. Merak Hijau Jawa Jumlah Betina Telur Menetas Keterangan 1. Betina Menetas di sarang yang berada di dalam kubah 2. Betina Menetas di sarang yang berada di dalam kubah 3. Betina Jumlah 14 5 Persentase rata-rata daya tetas telur merak hijau jawa di Taman Burung TMII adalah 36,6 % (Tabel 8). Penetasan telur-telur tersebut terjadi secara alami, yaitu induk atau merak hijau jawa betina mengerami telur-telur mereka sendiri di lokasi mereka bertelur selama kurang lebih 28 hari. Tabel 8 Persentase daya tetas telur di Taman Burung TMII Merak Betina Jumlah Telur Menetas % Tetas Jumlah , Gangguan Selama penelitian berlangsung, gangguan yang terjadi pada merak hijau jawa di lokasi ini adalah pengunjung. Pengunjung membuat perilaku beberapa merak hijau jawa yang dilepas di dalam kubah besar menjadi tidak seperti di habitat alaminya yang peka terhadap manusian dari radius kurang lebih 5 meter. Mereka menjadi tidak begitu takut terhadap manusia yang jaraknya tidak jauh dari mereka. Bahkan, ada juga merak hijau yang biasa saja saat pengunjung melewatinya Pengelolaan Pakan Jenis pakan yang diberikan ada 2 macam yaitu pkan segar dan pakan kering. Pakan segar meliputi kangkung dan tauge, sedangkan pakan kering meliputi

11 jagung giling, beras merah, kacang hijau, dan gabah. Pakan tersebut ditakar oleh pengurus satwa yang telah diletakkan di nampan-nampan berukuran panjang 45 cm dan lebar 30 cm dan diberikan langsung kepada merak hijau jawa dengan diletakkan di dalam kandang. Pemberian pakan diberikian setiap pagi pukul WIB sebelum pintu pengunjuk dibuka. Setiap sore pukul WIB tempat pakan diambil lalu dicuci/dibersihkan dan kemudian digunakan lagi sebagai tempat pakan pada keesokan harinya. Sumber pakan biasanya dipasok dari KopkarBiotek LIPI Bogor, selaku pemegang kontrak. Pasokan dilakukan setiap 2 hari sekali untuk papaya dan jagung, pembelian sayur-sayuran dilakukan 2 hari, untuk pakan yang tahan lama seperti biji-bijian dan pakan lainnya dibeli seminggu sekali. Pakan tambahan yang diberikan berupa kerang tumbuk dan dogfood diberikan atau disiapkan setiap dua hari sekali. Pemberian vitamin dan antibiotik ini dilakukan secara ditaburkan pada pakan biji-bijian atau diolesi pada pakan buah-buahan Kubah Pengelolaan kubah dilakukan untuk menjaga keindahan dan kebersihan tempat hidup merak hijau jawa. Kubah tersebut berukuran cukup luas (panjang 6 m, lebar 4 m, dan tinggi 10 m), di dalamnya dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk menunjang hidup merak hijau jawa, sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan habitat aslinya. Fasilitas tersebut meliputi pepohonan, semak-semak, kolam, tempat istirahat dan beberapa tempat tenggeran untuk menaruh pakan berupa buah-buahan dan jagung, serta beberapa rumah-rumahan untuk menaruh pakan yang berbentuk biji. Perawatan kubah dilakukan setiap hari dimulai dari pukul WIB. Pengelolaan yang dilakukan meliputi pembersihan sangkar-sangkar, baik yang ada di dalam maupun di luar kubah, serta membersihkan jalan dari feses, sampah organik maupun anorganik. Pembersihan jalan dilakukan dengan cara menyapu dan menyikat kemudian disiram air Pembiakan

12 Bagian ini berfungsi untuk mengawinkan atau mengembangbiakkan burung, menetaskan telur, merawat dan membesarkan anak (piyik). Perawatan anaknya (piyik) dilakukan dengan tujuan agar terhindar dari gangguan dari burung lain dan anak yang tidak dirawat induknya. Perawatan anakan ini juga dilakukan pada anak burung lain Kesehatan Semua kegiatan yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan burung dipusatkan pada bagian kesehatan. Bagian ini meliputi karantina dan klinik. Perawatan yang dilakukan karantina dan klinik meliputi sanitasi kandang, pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat. Karantina merupakan tempat untuk menampung burung-burung yang baru masuk agar menyesuaikan diri dengan pakan dan lingkungan Taman Burung sebelum dilepas ke kubah. Selain itu karantina juga berfungsi sebagai tempat untuk mencegah tersebarnya penyakit yang mungkin terbawa oleh burung dari tempat aslinya. Klinik merupakan tempat untuk menampung, merawat dan mengobati burung-burung yang sakit baik berasal dari kubah, penangkaran maupun karantina. Obat yang diberikan disuap langsung atau dicampurkan ke dalam pakan burung Faktor penentu keberhasilan penangkaran Dilihat dari segi habitat, populasi, perilaku, dan pengelolaan, keberhasilan penangkaran di Taman Burung TMII ini sudah mencukupi kriteria-kriteria keberhasilan penangkaran. Merak hijau jawa yang ada di lokasi ini hidup dan berkembang dengan baik. Dilihat dari segi penetasan telur, hampir semua telur merak hijau jawa menetas dan anakan tersebut hidup hingga dewasa. Pakan yang diberikan pun mencukupi gizi dan jumlah yang dibutuhkan merak hijau jawa. Hanya saja perilaku merak hijau jawa terhadap manusia (pengunjung) berbeda dengan perilaku alaminya. Mereka tidak begitu takut jika didekati oleh manusia, padahal di habitat alaminya mereka sangat peka jika ada manusia dan akan segera berlari untuk bersembunyi atau pun menghindar.

13 Tabel 9 Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di Taman Burung TMII. No. Kriteria penentu Keberhasilan Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai Keterangan 1. Habitat - Kandang Luasan sangat mencukupi untuk merak bergerak (minimal berukuran 2 m x 3 m x 4 m) dan komponen kandang sesuai dengan kebutuhan merak (terdapat tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, area pasir, padang rumput, dan semak) dimana ukuran dan jumlah komponen kandang juga mencukupi. - Pakan dan minum Jenis dan komposisinya sesuai dengan yang dibutuhkan merak hijau jawa. Jenis kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, dan gabah) dengan komposisi 1:1 (kecuali gabah 2) total 35 gr/hari/sepasang merak. Jenis segar/basah (kangkung dan tauge) dengan komposisi 2:1. Kandungan protein dalam pakan tidak melebihi 50 %. - Penyakit Terdapat 1 ekor anakan merak hijau jawa yang mati karena kedinginan, 1 ekor anakan mati karena penyakit tetelo, dan 1 ekor merak hijau jawa betina remaja mati karena pulorum. 2. Populasi - Jumlah merak Jumlah merak hijau yang ada sesuai dengan luasan kandang merak hijau jawa yaitu satu kandang terdapat sepasang merak hijau jawa dan sisanya di lepas di dalam kubah besar. - Sex ratio Perbandingan jantan betina kurang sesuai dengan perbandingan merak hijau di alam (1 jantan : 4 betina) - Umur Perbandingan kelas umur sesuai dalam upaya pelestarian populasi merak hijau jawa (dewasa 3 ekor, remaja 3 ekor, anakan 4 ekor). 3. Perilaku - Reproduksi Musim kawin dan proses kawinnya sesuai seperti di alam (Agustus- November). Pemilihan pasangan

14 dilakukan oleh merak itu sendiri bukan di jodohkan. Tabel 5 (lanjutan) No. Kriteria penentu - Bertelur dan menetas Keberhasilan Kurang Sesuai sesuai Tidak sesuai Keterangan Dari 3 ekor merak hijau jawa betina yang bertelur, hanya 1 ekor merak hijau jawa betina yang tidak berhasil menetaskan telur-telurnya. Semua jumlah telur yang dihasilkan tiap indukan sesuai dengan jumlah telur merak hijau jawa di alam. - Gangguan Tidak ada gangguan yang menyerang merak hijau jawa 4. Pengelolaan - Pakan Pemberian pakan rutin (setiap hari dan satu hari satu kali pemberian pakan setiap pagi hari) tetapi kuantitas pakan kurang sesuai kebutuhan merak (berat pakan seharusnya 20% dari berat badan) meskipun merak tidak kelaparan. - Kandang/ kubah Kandang selalu dibersihkan dan dirawat setiap hari dari pagi hingga sore - Kesehatan Kesehatan merak dipantau setiap hari tanpa menunggu ada merak yang sakit terlebih dahulu 5.2 Penangkaran Merak Hijau Jawa di Taman Margasatwa Ragunan Habitat Kandang Kandang-kandang yang ada di penangkaran TMR umunya berbentuk empat persegi panjang, ada juga yang berbentuk lain yaitu kubah (Gambar 9 a dan b). Ukuran kandang persegi panjang adalah panjang 5 m, lebar 4 m, tinggi 6 m.

15 (a) (b) Gambar 9 Bentuk kandang merak hijau jawa : (a) kubah dan (b) persegi Bahan kandang berbentuk persegi empat terdiri dari besi bulat sebagai rangka bangunan, sisi-sisinya ditutup dengan kawat ram dengan ukuran diameter kawat 0,3 cm (3 mm) dan jarak kotakan antar kawat 5 x 5 cm. Sebagai alas atau lantai kandang adalah tanah dan sebagian ada tataan batu berukuran kecil (Gambar 10). Sisi bagian atasnya juga ditutup dengan kawat ram. Sebagian atap kandang ditutupi oleh asbes. Gambar 10. Bebatuan sungai berukuran kecil yang menutupi lantai kandang persegi empat TMR mendesain kandang merak hijau jawa dan burung-burung lainnya sedemikian rupa sesuai dengan habitat alaminya. Komponen habitat buatan yang ada di tiap kandang merak hijau di TMR antara lain tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan, tempat minum, tempat berteduh, dan pasir (Tabel 10). Tabel 10 Komponen Habitat Buatan di TMR No Jenis Kandang Komponen Habitat 1. Kandang berbentuk persegi panjang Buatan Tempat istirahat Keterangan Ada 3 macam : batang pohon (1 buah), lantai kandang (pasir dan rerumputan) dan bambu yang digantung melintang (2 buah) Tempat tidur Tempat makan Tempat minum Berupa bambu yang digantung melintang (juga digunakan sebagai tempat istirahat) berukuran panjang 3 meter, diameter 10 cm dan ketinggian dari lantai kandang 4,5 m Berupa nampan plastik sebanyak 1 buah dengan ukuran panjang 45 sentimeter, lebar 30 sentimeter dan tinggi 5 sentimeter Berupa kolam dengan panjang 2 meter,

16 lebar 1 meter dan dalam 30 sentimeter Tabel 10 (Lanjutan) No Jenis Kandang Komponen Habitat Buatan Tempat berteduh Keterangan Berupa ruang kandang dan bambu yang digantung dengan penutup atapnya yang terbuat dari asbes Pasir (untuk mandi debu) Setengan bagian dari lantai kandang Di dalam kandang merak hijau jawa di TMR terdapat beberapa jenis vegetasi. Merak hijau jawa banyak menggunakan vegetasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Vegetasi-vegetasi yang ada di dalam kandang beraneka macam tingkatan dan fungsinya bagi merak hijau jawa (Tabel 11). Tabel 11 Tingkatan Vegetasi yang ada di dalam Kubah Barat TMII beserta peranannya No Tingkat Vegetasi Nama Lokal Nama Ilmiah 1. Pohon Salam Syzygium polyanthum Fungsi Tempat istirahat Drasenia Dracenia sp Tempat berteduh Palm wregu Tempat berteduh Pakan dan minum Jenis-jenis makanan yang diberikan kepada merak hijau jawa di TMR ada 2 (dua) jenis, yaitu pakan kering dan pakan segar/basah (Gambar 11 a). Jumlah dan komposisi bahan penyusun pakan seperti Tabel 12. Tabel 12 Jenis dan komposisi makanan merak hijau jawa di TMR No. Bentuk Pakan Bahan Penyusun Berat (gr) 1. Kering Jagung giling 5 Gabah 5 Persentase (%) Jumlah Basah Tauge 5 15,51 Kangkung 4 10,81 Roti tawar 3 8,11 Tahu 5 15,51 Pepaya 20 54,05 Jumlah ,00 Keterangan Untuk sepasang/hari Untuk sepasang/hari Setiap satu minggu sekali merak hijau diberi makanan tambahan berupa vitamin yang dicampurkan ke dalam makanan (Gambar 11 b).

17 Gambar 11 (a) Komposisi makanan merak hijau jawa, dan (b) vitamin yang dicampur ke makanan merak hijau jawa Seluruh makanan disajikan dalam satu tempat berbentuk baki terbuat dari plastik dengan ukuran panjang 45 cm, lebar 30 cm dan tinggi 5 cm. Makanan tersebut diberikan satu kali per hari yaitu pukul dan dimakan sampai habis (tanpa sisa). Minum disediakan dalam kolam berukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan dalam 50 cm. Air minum diganti apabila sudah hampir habis/ pun kotor, berkisar antara 1-2 hari dengan mengosongkan kolam (menguras satu per satu tiap kandang) kemudian mengisinya dengan air yang baru dengan mengalirkan air melalui selang yang disalurkan dari sebuah kran air yang berada di belakang kandang (Gambar 12). Gambar 12 Kolam minum merak hijau jawa yang sedang diisi air Perawatan kesehatan dan pengendalian Penyakit pulorum dan tetelo pernah dijumpai di tempat penangkaran merak hijau jawa Taman Margasatwa Ragunan. Selama penelitian dilakukan tidak ada penyakit yang menyerang merak hijau jawa (Tabel 13).

18 Tabel 13 Jenis Penyakit yang Menyerang Merak Hijau Jawa di TMR Tahun No. Nama Penyakit Merak Hijau Jawa yang Terserang Penyakit 1. Pulorum - 2. Tetelo - 3. Infeksi - 4. Gangguan saluran pencernaan - 5. Masuk angin - Keterangan Populasi Jumlah merak Jumlah merak hijau jawa di Taman Margasatwa Ragunan sebanyak 11 ekor. Sebanyak 6 ekor (3 pasang) merak hijau jawa terbagi ke dalam 3 kandang persegi dengan jumlah 1 pasang tiap kandangnya. Merak hijau jawa yang lain (5 ekor) berada di kandang yang berbentuk kubah Sex ratio Merak hijau jawa yang berada di kubah TMR terdiri dari 4 ekor betina dan 1 ekor jantan (sex ratio 1 : 4). Pada kandang berbentuk persegi berisikan 1 ekor betina dan 1 ekor jantan di tiap kandang (sex ratio 1 : 1) Umur Umur merak hijau jawa di Kubah barat Taman Margasatwa Ragunan beraneka macam. Menurut hasil penelitian sampai dengan bulan Januari 2011, rata-rata merak hijau jawa berumur 3 tahun. Pembagian umur merak hijau jawa di TMR disajikan pada tabel 14. Tabel 14 Pembagian umur merak hijau jawa di TMR bulan September Januari 2011 No. Umur Jumlah (ekor) Jantan Betina 1. 2 tahun tahun tahun tahun 1 - Total (ekor) 4 7 Keterangan Perilaku Reproduksi Proses penjodohan merak hijau jawa dengan merak hijau jawa betina di TMR dengan cara ditetapkan pengelola. Merak hijau jawa dipilihkan pasangannya

19 tanpa ada proses pengenalan terlebih dahulu. Proses perkawinan terjadi secara alami. Sebelum terjadi proses kawin, merak jantan membentangkan bulu hiasnya dan kemudian melakukan tarian untuk menarik perhatian betina (Gambar 13). Musim kawin merak hijau jawa ini terjadi antara bulan Agustus hingga bulan November. Gambar 13 Merak hijau jawa jantan sedang membentangkan bulu hiasnya di depan merak hijau jawa betina Bertelur Jumlah telur yang dihasilkan oleh sepasang merak hijau jawa di TMR adalah 3-10 butir (Gambar 14). Presentase penetasan telur secara secara alami 0% (tidak ada yang menetas). (a) (a) (b) Gambar 14 Telur-telur merak hijau jawa di beberapa kandang TMR

20 Jumlah merak yang bertelur dan telur yang menetas dapat dilihat pada tabel (Tabel 15). Ukuran telur merak hijau jawa di TMR ini rata-rata panjang 7 cm dan diameter 5 cm. Tabel 15 Data merak hijau jawa yang bertelur dan banyaknya telur yang menetas di Taman Margasatwa Ragunan. No. Merak Hijau Jumlah Jawa Betina Telur Menetas % Menetas Keterangan 1. Betina Betina Betina Jumlah Persentase rata-rata daya tetas telur merak hijau jawa di TMR adalah 0 % (Tabel 16). Tidak ada satu butir telur yang menetas selama penelitian berlangsung. Pengeraman telur-telur tersebut dilakukan secara alami, yaitu induk atau merak hijau jawa betina mengerami telur-telur mereka sendiri di lokasi mereka bertelur (kandang). Merak hijau jawa tersebut mengerami telurnya selama 28 hari. Tabel 16 Persentase daya tetas telur di TMR Merak Betina Jumlah Telur Menetas % Tetas Jumlah Gangguan Selama penelitian berlangsung, gangguan yang terjadi pada merak hijau jawa di lokasi ini adalah pengelolaan mengenai ukuran dan komponen kandang yang kurang sesuai untuk ukuran habitat merak hijau jawa, khususnya kandang berbentuk persegi. Burung yang ada di kandang tersebut terlihat stress karena ruang gerak terbatas dan komponen habitatnya ada yang belum mendukung. Merak hijau yang stress biasanya terlihat berdiam diri di pojokan kandang Pengelolaan Pakan Jenis pakan yang diberikan kepada merak hijau jawa di TMR adalah jenis pakan segar yang meliputi tauge, kangkung, tahu, pepaya, dan roti tawar, dan jenis pakan kering yaitu jagung giling dan gabah. Sebelum diberikan kepada satwa, pakan-pakan tersebut diambil dan diracik di gudang pakan. Setelah diracik, makanan siap ditimbang dan dikirim ke lokasi satwa. Di lokasi satwa makanan

21 tersebut masih dibagi-bagi lagi karena pasokan makanan yang dikirim dari gudang pakan adalah takaran secara kelompok wilayah kandang. Pakan merak hijau jawa diberikan setiap satu hari sekali dan pada pagi hari pukul WIB. Pakan merak hijau jawa diletakkan pada nampan plastik kemudian diletakkan di lantai kandang merak hijau jawa. Tiap satu pasang merak diberi pakan dengan komposisi untuk pakan kering masing-masing 5 gram (1 :1) dan komposisi pakan segar tauge 5 gram, kangkung 4 gram, roti tawar 3 gram, tahu 5 gram, dan pepaya 20 gram Kandang/kubah Jenis kandang merak hijau jawa yang digunakan di TMR ini adalah semi terbuka, dimana dinding dan atap kandang terbuat dari jeruji besi. Bentuk kandang merak hijau jawa adalah persegi panjang dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 4 meter dan tinggi 6 meter. Setiap satu kandang berkapasitas satu pasang merak hijau jawa. Pengelolaan kandang/kubah merak hijau jawa di TMR dilakukan untuk menjaga kebersihan tempat hidup merak hijau jawa. Di dalamnya dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk menunjang hidup merak hijau jawa, sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan habitat aslinya. Fasilitas tersebut meliputi pohon, kolam, tempat istirahat dan beberapa tempat tenggeran (sebagai tempat istirahat dan tempat tidur). Setiap hari dilakukan sanitasi kandang yaitu kegiatan pembersihan kandang dan lingkungan sekitar kandang. Kegiatan sanitasi dilakukan mulai pukul WIB yaitu sebelum pengunjung datang. Sanitasi kandang dilakukan oleh perawat burung (keeper) Kesehatan Semua kegiatan yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan burung dipusatkan pada bagian kesehatan. Bagian ini meliputi karantina dan klinik. Perawatan yang dilakukan di dalam karantina dan klinik meliputi sanitasi kandang, pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat.

22 5.2.6 Faktor penentu keberhasilan penangkaran Dilihat dari segi habitat, populasi, perilaku, dan pengelolaan, keberhasilan penangkaran di TMR ini sudah mencukupi kriteria-kriteria keberhasilan penangkaran. Merak hijau jawa yang ada di lokasi ini hidup dan dengan baik. Dari segi lain, keberhasilan penangkaran tersebut tidak tampak pada penetasan telur. Telur-telur tersebut sebagian besar tidak menetas. Menurut wawancara kepada perawat, hal tersebut mungkin terjadi karena kondisi cuaca dan atau karena kondisi merak hijau jawa betina yang belum siap untuk mengerami telur-telurnya. Tabel 17 Faktor-faktor penentu keberhasilan penangkaran merak hijau jawa di Taman Margasatwa Ragunan. No. Kriteria penentu Sesuai Keberhasilan Kurang sesuai Tidak sesuai Keterangan 1. Habitat - Kandang Ada sebuah kandang yang kurang memenuhi komposisi habitat yang dibutuhkan merak hijau jawa yaitu tidak ada semak dan area/padang rumput. - Pakan dan minum Pemberian pakan dan minum kepada merak hijau jawa sudah sesuai baik dilihat dari segi jenis (kering: gabah dan jagun giling; segar/basah: tauge, kangkung dan papaya) dan komposisi pakannya. Kuantitas pakan tidak sesuai dengan perbandingan berat badan merak hijau jawa (berat pakan 20 % dari berat total merak hijau jawa) meskipun merak hijau jawa tidak kelaparan. - Penyakit Tidak terdapat merak hijau jawa yang terserang penyakit. 2. Populasi - Jumlah merak Jumlah merak hijau yang ada sesuai dengan luasan kandang merak hijau jawa yaitu setiap satu kandang terdapat sepasang merak hijau jawa - Sex ratio Perbandingan jantan betina sesuai dengan perbandingan merak hijau di alam (1 jantan : 4 betina) 3. Perilaku - Reproduksi Musim kawin dan perilaku kawin sesuai dengan di alam (Agustus- Desember)

23 Tabel 17 (Lanjutan) No. Keberhasilan Kriteria Kurang Tidak penentu Sesuai sesuai sesuai Keterangan - Gangguan Pernah ada gangguan yang menyerang merak hijau jawa 4. Pengelolaan - Pakan Pemberian pakan rutin dan banyaknya tidak sesuai kebutuhan merak untuk satu hari (total berat pakan 20 % dari berat tubuh merak hijau jawa) - Kandang/ kubah Untuk kandang yang komponen habitatnya kurang sesuai dengan habitat asli merak hijau jawa, pengelola tidak melakukan penambahan/perbaikan komponen habitat tersebut. - Kesehatan Pengecekan kesehatan rutin kepada merak hijau jawa masih kurang. Kesehatan merak hijau jawa diperhatikan jika hanya terdapat merak yang sakit. 5.3 Pembahasan Pengelolaan penangkaran di TMII dan TMR Pengelolaan penangkaran di kedua lokasi penelitian tidak seluruhnya berbeda yang disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Perbedaan kondisi penangkaran di TMII dan TMR. No. Komponen TMII TMR Keterangan 1. Kandang : - Ukuran panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m panjang 4 m, lebar 4 m, tinggi 6 m Berbeda (volumenya) - Bahan Kawat ram, diameter kawat 0,3 cm (3 mm) Kawat ram, diameter kawat 0,3 cm (3 mm) Sama - Bentuk Persegi (balok) Persegi (balok) Sama - Komponen tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan & minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak - Letak Tepat di tepi jalan pengunjung dan terkena sinar matahari tempat istirahat, tem-pat tidur, tempat ma-kan & minum, tempat berteduh, dan tempat mandi debu. Tepat di tepi jalan pengunjung dan terkena sinar matahari Berbeda (tidak ada lahan ber-umput dan semak di TMR) Sama

24 Tabel 18 No. Komponen TMII TMR Keterangan 2. Makanan : - Jenis kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, gabah dan kacang hijau) dan basah/segar (kangkung dan tauge) kering (gabah dan jagung giling) dan basah (tauge, kang-kung,tahu, roti tawar dan pepaya) Berbeda (di TMR ter-dapat jenis pakan segar berupa roti tawar, tahu dan pepaya) - Jumlah dan komposisi kering 1 : 1 (kecuali gabah 2), basah 1 : 2 (tauge : kangkung), total keseluruhan 35 gr. basah masingmasing 10 gr (kecuali buah 20 gr) dan kering total 0,8 gr Berbeda (komposisi pakan segar dan pakan kering) - Cara pengelolaan dan pemberian Diberikan satu hari sekali setiap pagi 3. Kesehatan : - Jenis Pulorum dan masuk angin Diberikan satu kali sehari setiap pagi Sama - Berbeda (tidak ada penyakit di TMR) - Perawatan Pemberian vitamin dan dipindahkan ke klinik burung Pemberian vitamin 4. Reproduksi : - Musim kawin Agustus-Desember Agustus- Desember - Jumlah telur Indukan pertama : 4 butir Indukan kedua : 5 butir Indukan ketiga : 5 butir - Jumlah telur yang menetas Indukan pertama : 2 butir Indukan kedua : 3 butir Indukan ketiga : tidak ada yang menetas ndukan pertama : 5 butir ndukan kedua : 9 butir ndukan ketiga : 3 butir Tidak ada telur yang menetas sama sekali sama Sama Berbeda (jumlah telur tiap in-dukan tiap lokasi)) Berbeda (di TMR tidak ada telur yang me-netas) 5. Gangguan : - Jenis gangguan - Satwa lain : tikus Berbeda (tidak ada gangguan di TMR) - pengendalian - Diatasi dengan ditutupnya pinggiran kandang dengan campuran semen dan pasir. Berbeda (karan tidak ada gang-guan di TB TMII jadi tidak ada yang dikendalikan) perlu

25 Pengelolaan kandang merak hijau dari segi ukuran dan komponen kandang berbeda, tetapi dari segi bahan, bentuk dan letak kandang sama. Ukuran kandang merak hijau jawa di TMII yaitu panjang 6 m, lebar 4 m, tinggi 10 m. Ukuran kandang merak hijau jawa di TMR yaitu panjang 4 m, lebar 4 m, tinggi 6 m. Perbedaan kandang merak hijau jawa dari segi komponen kandang juga berbeda. Komponen kandang merak hijau jawa di TMII yaitu tempat istirahat, tempat tidur, tempat makan & minum, tempat berteduh, pasir, padang rumput dan semak. Komponen kandang merak hijau jawa di TMR hampir sama seperti di TMII, hanya saja di TMR tidak ada padang rumput dan semak. Tidak adanya padang rumput dan semak di TMR membuat salah satu perilaku merak hijau di alam berubah, yaitu dalam hal mengerami telurnya. Merak hijau jawa tersebut enggan untuk mengerami telurnya karena tempat sarangnya terlalu terbuka sehingga bisa dilihat oleh pengunjung dan merak hijau jawa tersebut jadi merasa terganggu. Secara umum dari keseluruhan kandang yang diamati, bentuk kandang empat persegi panjang paling banyak digunakan oleh penangkar merak hijau jawa. Hal ini disebabkan dalam tahap pembuatan kandang lebih mudah dan efektif. Namun demikian bentuk kandang lain dapat dijadikan kandang merak hijau jawa asalkan di dalam kandang tersebut merak hijau jawa dapat hidup nyaman terutama pada masa reproduksi. Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah kandang dibuat jauh dari gangguan aktivitas manusia unuk menghindari kebisingan dan stress. Lantai kandang diusahakan tetap bersih. Atap diatur sedemikian rupa agar dapat melindungi diri merak hijau jawa. Sebagian atap dibuat agak terbuka agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam kandang. Dengan demikian kandang terhindar dari kelembaban yang mengundang berkembangbiaknya bakteri atau virus penyakit. Anyaman kawat sebaiknya berukuran kecil untuk mencegah binatang pengganggu seperti tikus masuk ke dalam sarang dan diameter kawat harus cukup tebal agar kokoh karena merak hijau adalah satwa yang cukup kuat jadi ketika merak hijau jawa tersebut menabrakkan diri ke dinding kandang, kandang tersebut, dinding kandang tersebut tidak rusak. Di dalam Taman Burung TMII, vegetasi yang sering dimanfaatkan merak hijau jawa adalah pepohonan yang tingginya minimal 4 meter. Ada satu pohon

26 yang keberadaannya ada di Taman Burung TMII maupun di TMR, yaitu pohon salam (Syzygium polyanthum). Pakan merupakan unsur penting yang menempati komponen biaya terbesar dalam suatu usaha penangkaran, besarnya dapat mencapai 60 % atau lebih dari keseluruhan biaya (Masy ud et al, 2001). Bagi satwa sendiri, pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan, kesehatan dan reproduksi. Pengelolaan pakan merak hijau jawa dari segi jenis dan komposisi di kedua lokasi berbeda, yang sama hanya cara pengelolaan dan pemberiannya yaitu sama-sama satu kali setiap pagi hari. Di TMII jenis pakan yang diberikan adalah kering (pur burung, jagung giling, beras merah, kacang hijau, gabah dan kacang hijau) dan basah/segar (kangkung dan tauge) dengan komposisi kering 1 : 1 (kecuali gabah 2), basah 1 : 2 (tauge : kangkung) dan berat total keseluruhan 35 gram. Di TMR jenis pakan yang diberikan adalah kering (gabah dan jagung giling) dan basah (tauge, kangkung,tahu, roti tawar dan pepaya) dengan jumlah dan komposisi basah masing-masing 10 gr (kecuali buah 20 gr) dan kering total 0,8 gr. Pemberian jumlah pakan dan jenisnya yang berbeda tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan merak hijau jawa, karena merak hijau jawa tidak kekurangan makanan dan gizi selama dalam penangkaran. Pemberian pakan burung merak, sebaiknya diberikan untuk sekali habis (Suryawan, 2004). Artinya, untuk satu hari burung merak diberi pakan yang dapat habis dalam satu hari. Bila pemberian pakan terlalu banyak, maka pakan tersebut akan tidak habis dan akan membusuk. Burung merak yang memakan sisa-sisa pakan yang busuk akan mudah terserang penyakit sehingga menimbulkan kematian. Oleh sebab itu, pemberian pakan di Taman Burung TMII dan TMR jumlah dan kandungannya disesuaikan dengan kebutuhan dan jenisnya disamakan dengan pakan aslinya di alam. Kebersihan kandang menjadi penting, karena kandang yang kotor dan lembab dapat menjadi sumber virus atau bakteri penyakit. Kotoran tinja burung yang terserang penyakit tetelo ataupun pulorum di dalam kandang juga dapat menjadi penyebab terjadinya virus ulangan terhadap burung yang lain. Untuk itu pembersihan kandang dilakukan secara rutin setiap hari untuk mencegah penularan penyakit ini. Di TMII penyakit yang menyerang merak hijau jawa

27 adalah pulorum dan masuk angin. Di TMR tidak ada seekor pun merak hijau jawa yang terserang penyakit. Umur merak hijau jawa di kedua lokasi penelitian dalam proses perkawinan dapat dibilang sudah mencukupi. Di Taman Burung TMII, rata-rata umur merak hijau jawa betina yang melakukan perkawinan diatas 2 tahun dan merak hijau jawa jantan berumur diatas 3 tahun. Telur yang dihasilkan dari tiap betina jumlahnya normal atau seperti di alam (4-6 butir) dan kondisi telurnya baik. Daya tetas telur merak hijau jawa tersebut rata-rata 36,6 %. Di Taman Margasatwa Ragunan, rata-rata umur merak hijau jawa yang melakukan proses perkawinan sama seperti umur merak hijau jawa yang ada di Taman Burung TMII. Ada yang berbeda dari hasil telur yang dikeluarkan baik dari segi jumlah ataupun kondisi telur. Terdapat satu ekor merak hijau jawa betina yang mengeluarkan telur dengan jumlah cukup banyak yaitu hingga 9 butir telur dan terdapat satu ekor merak hijau jawa betina yang menghasilkan telur dengan kondisi fisik telur kurang baik (terdapat selaput darah pada cangkang telur dan warna telur kusam tidak segar). Dari semua telur yang dikeluarkan oleh tiap merak hijau jawa betina yang bertelur di TMR ini, tidak ada satupun telur yang menetas sehingga daya tetasnya 0%. Gangguan adalah salah satu masalah yang sering dihadapi dalam penangkaran. Di penangkaran Taman Burung hampir tidak ada gangguan dari kondisi kandang ataupun pakan yang diberikan, hanya saja sifat alami merak hijau tersebut ada yang hilang yaitu tidak takut lagi terhadap manusia. Di penangkaran TMR gangguan yang muncul adalah pengelolaan terhadap merak hijau tersebut. Kandang yang mereka tempati kurang sedikit memberikan kenyamanan terhadap kondisi psikologis merak hijau tersebut. Ada komponen kandang yang kurang sesuai dengan kebutuhan merak hijau tersebut, seperti ketersediaan tempat istirahat dan bertengger Faktor penentu keberhasilan penangkaran Berhasil tidaknya suatu usaha penangkaran merak hijau ditentukan oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah kesehatan merak hijau jawa. Perawatan kesehatan dan pengobatan penyakit secara baik dan lebih dini ketika

28 terlihat ada gejala penyakit merupakan tindakan penting yang perlu dilakukan untuk menghindari kematian dan meluasnya penyakit. Kesehatan merak hijau di penangkaran dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kondisi lingkungan pemeliharaan, makanan, pola manajemen, bibit penyakit dan kelainan-kelainan metabolisme. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah adanya perbedaan dalam masalah penetasan telur. Telur-telur di TMR tidak ada yang menetas satu pun. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kandungan protein dalam makanan yang diberikan kepada merak hijau jawa terlalu tinggi atau karena tidak terjadi pembuahan. Menurut hasil wawancara, tidak menetasnya telur-telur tersebut diakibatkan karena cuaca yang kurang mendukung. Terjadinya hujan yang hampir setiap hari dengan frekuensi air hujan tinggi menyebabkan suhu disekitar sarang merak hijau jawa rendah dan tingkat kelembabannya tinggi. Dalam usaha penangkaran ini masalah pengembangbiakkan memegang peranan yang penting, sebab pada dasarnya keberhasilan usaha penangkaran sangat ditentukan oleh keberhasilan reproduksinya. Dalam usaha penangkaran satwa dengan ketersediaan jumlah bibit yang terbatas, keberhasilan pengembangbiakkan merupakan kunci utama. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada produksi tanpa reproduksi ( Hardjanto, Masy ud, Hero, 1991) Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR berbeda dilihat dari segi kandang, pakan, kesehatan dan reproduksi (Tabel 19) Tabel 19 Perbandingan keberhasilan penangkaran di TMII dan TMR. No. Kriteria TMII TMR Keterangan 1. Reproduksi Persentase berhasil a. bertelur Jumlah total telur 14 butir Jumlah total telur 17 butir Masing-masing lokasi 3 indukan yang bertelur b. daya tetas 36,6 % 0 % Hasil persentase rata-rata 2. Morbiditas Dua ekor terserang Tidak ada yang Penyakit yang penyakit terserang penyakit menyerang di TB TMII adalah pulorum dan masuk angin 3. Mortalitas Dua ekor mati Tidak ada yang Merak hijau jawa mati di TB TMII mati

29 karena terserang penyakit Penilaian tingkat keberhasilan penangkaran merak hijau jawa tersebut berdasarkan sesuai tidaknya kebutuhan kehidupan merak hijau jawa seperti di habitat alaminya. Dalam hal ukuran kandang, merak hijau jawa memerlukan luasan habitat atau tempat tinggal minimal seluas ukuran tubuh mereka dan tidak terlalu sempit untuk merak hijau jawa jantan melakukan tarian (melebarkan bulu hias) menarik perhatian betina saat musim kawin. Merak hijau jawa beristirahat di dahan pohon yang tinggi, jadi ketinggian kandang tersebut juga harus sesuai dengan kebutuhan merak hijau jawa di alam, minimal 5 meter, di mana di dalam kandang tersebut tersedia pohon atau gantungan melintang bambu atau kayu yang biasa digunakan merak hijau jawa untuk bertengger. Merak hijau jawa di alam sering mencari makan, oleh sebab itu pengelola di TMII dan TMR memberikan jenis pakan dan jumlahnya tidak berbeda seperti di alam, dan yang paling utama merak hijau jawa di dalam penangkaran tidak kelaparan kan kekurangan gizi. Untuk lebih melengkapi kebutuhan pakan merak hijau jawa tersebut, pengelola juga memberikan pakan tambahan. Jenis pakan tambahan di TMII dan TMR tidak sama atau berbeda. Inti dari keberhasilan penangkaran merak hijau jawa adalah tingkat reproduksi. Di TMII merak hijau jawa berhasil bereproduksi dengan menghasilkan anakan merak hijau jawa sebanyak 5 ekor dari dua indukan ( 2 : 3). Berbeda dengan merak hijau jawa di TMR, tidak ada satu ekor merak hijau jawa pun yang berhasil menetaskan telur. Keberhasilan dan kegagalan penetasan telur tersebut akibat faktor umur yang belum mencukupi sehingga kegagalan penetasan karena tidak adanya kandungan embrio di dalam telur merak hijau jawa tersebut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom Phyllum : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Terrarium II Taman Margasatwa Ragunan (TMR), DKI Jakarta selama 2 bulan dari bulan September November 2011. 3.2 Materi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Penangkaran UD Anugrah Kediri, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juni-Juli 2012.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus) Oleh: Rizki Kurnia Tohir Rizki Amalia Adinda Putri Priyatna Windya Giri E34120028 E34120047 E34120074 DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di

Lebih terperinci

Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan

Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR NEWS Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga tak hanya memiliki fasilitas akademik yang menunjang kegiatan belajar mahasiswa, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Penangkaran 5.1.1 Perkandangan Kandang merupakan salah satu syarat yang diperlukan di dalam penangkaran mambruk. Untuk membuat kandang mambruk sebaiknya tidak terlalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Penangkaran Secara umum terdapat beberapa aspek teknik manajemen penangkaran satwa yang diketahui dapat menentukan keberhasilan penangkaran suatu jenis satwa. Aspek

Lebih terperinci

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Karya Ilmiah Di susun oleh : Nama : Didi Sapbandi NIM :10.11.3835 Kelas : S1-TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Abstrak Belut merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan industri peternakan yang semakin pesat menuntut teknologi yang baik dan menunjang. Salah satu industri peternakan yang paling berkembang adalah industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mega Bird and Orchid farm, Bogor, Jawa Barat pada bulan Juni hingga Juli 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

Libatkan Mahasiswa, FKH UNAIR Ternakkan Iguana Hingga Belasan Ekor

Libatkan Mahasiswa, FKH UNAIR Ternakkan Iguana Hingga Belasan Ekor Libatkan Mahasiswa, FKH UNAIR Ternakkan Iguana Hingga Belasan Ekor UNAIR NEWS Iguana adalah salah satu kelompok hewan reptil yang berasal dari negara kawasan Amerika Latin. Meski demikian, karena kecocokan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD Nama : Angga Rio Pratama Kelas : S1 TI 2C NIM : 10.11.3699 Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 Peluang Usaha Pengembangbiakan Love Bird (

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PP (Menyusun Proposal Evaluasi Dampak Dengan Judul Sistem Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran

Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PP (Menyusun Proposal Evaluasi Dampak Dengan Judul Sistem Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran Saputra. 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam Buras (Bukan Ras) atau ayam kampung banyak dijumpai di daerah pedesaan dan hampir setiap rumah tangga memeliharanya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08 Nama : MILA SILFIA NIM : 11.12.5933 Kelas : S1-SI 08 Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama dan di bawah program PT. Taman Safari Indonesia didampingi oleh Bapak Keni Sultan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten 30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan pada April--Mei 2015. B. Alat dan Bahan 1) Alat yang digunakan

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA BEKICOT

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA BEKICOT TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA BEKICOT NAMA : LATIP SETIAWAN NIM : 11.02.7937 KELAS : D3-MI-01 JURUSAN : MANAJEMEN INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFOERMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti. Dari hasil perhitungan jumlah sarang seriti yang ada di bawah jembatan dan di dalam

Lebih terperinci

Cara Ternak Jangkrik

Cara Ternak Jangkrik Cara Ternak Jangkrik Oleh : M Huda romdon BP3K Udanawu. cara ternak jangkrik Jangkrik merupakan hewan serangga herbivora yang bernafas menggunakan trakea. Jangkrik juga disebut Cengkrik dalam bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa 22 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kondisi Penangkaran Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor terletak di Jalan Raya Bogor-Jakarta KM 46, Desa Sampora, Kecamatan

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan Pendahuluan Pembenihan merupakan suatu tahap kegiatan dalam budidaya yang sangat menentukan kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan bertujuan untuk menghasilkan benih. Benih yang dihasilkan dari proses pembenihan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rawamangun Selatan, Gg. Kana Tanah Merah Lama, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan empat bulan, yaitu mulai bulan Agustus sampai

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA : BUNGA DWI CAHYANI NIM : 10.11.3820 KELAS : S1 TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Manajemen Perkandangan

Manajemen Perkandangan Manajemen Perkandangan Suhardi, S.Pt.,MP Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Sistem Perkandangan RU Replacement Unit Rearing Unit Finishing Unit FU VE RrU Veal Unit

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Itik Magelang dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2015 bertempat di Desa Ngrapah,

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Oleh : Rangga Ongky Wibowo (10.11.4041) S1Ti 2G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Kata Pengantar... Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Perkandangan Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Devisi Persuteraan Alam Ciomas. Waktu penelitian dimulai dari Juni

Lebih terperinci

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna 1 Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna Kita semua pasti tahu kalau di gurun sangatlah panas. Fakta lainnya kurang dikenal, tetapi akan jadi penting jika menyangkut tentang hewan

Lebih terperinci

UNIVERSITI PUTRA MALAYSIA

UNIVERSITI PUTRA MALAYSIA OPERASI PERKHIDMATAN SOKONGAN TAMAN PERTANIAN UNIVERSITI Kod Dokumen : OPR/TPU/BP/TERNAKAN/Itik Pedaging BUKU PANDUAN TERNAKAN ITIK PEDAGING TAMAN PERTANIAN UNIVERSITI UNIVERSITI PUTRA MALAYSIA TARIKH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Penangkaran 5.1.1 Sumber dan Jumlah Bibit Sebagian besar burung-burung yang terdapat di penangkaran burung MBOF berasal dari orang-orang yang memiliki hobi dalam mengoleksi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN Iitik merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping ayam. Kelebihan ternak itik

Lebih terperinci

(a) Kelinci perlu makanan untuk hidup. (b) Boneka tidak memerlukan makanan.

(a) Kelinci perlu makanan untuk hidup. (b) Boneka tidak memerlukan makanan. Di kebun rumah atau sekolahmu banyak sekali makhluk hidup dan benda mati. Dapatkah kamu menyebutkan contoh makhluk hidup yang terdapat di lingkungan sekitarmu? Tahukah kamu ciri-ciri makhluk hidup? Ari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dimulai dari bulan Agustus sampai

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012, III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012, bertempat di Kelompok Tani Ternak Rahayu, Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lokasi Penelitian Secara umum RW 3 dan RW 4 Kelurahan Pasir Kuda memiliki pemukiman yang padat dan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Jumlah sampel rumah yang diambil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB Totok B Julianto dan Sasongko W R Ayam KUB Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), masih digemari oleh masyarakat baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati ) TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya

Lebih terperinci

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa Panduan Ikan Louhan A. Jenis-jenis ikan louhan yang pernah populer di Indonesia. Mungkin, dari beberapa jenis ikan ini, ada jenis ikan louhan yang pernah kamu pelihara : 1. Ikan Louhan Cencu Ikan louhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER)

USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER) USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER) Tugas: Lingkungan Bisnis Disusun oleh: Nama : Tri Mulyani NIM : 10.01.2693 Kelas : D3TI 2A PROGRAM D3TI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010 / 2011 Abstrak Berternak ayam pedaging

Lebih terperinci

Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air

Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air Echo Asia Notes, Issue 26 December 2015 Gundukan, Tandon Air dan Model Sawah Opsi bagi Petani Kecil: Prinsip- prinsip Rancangan Tata Kelola Air Dicetak ulang dengan seijin Natural Farming Journal, September

Lebih terperinci

TEKNIK PENGELOLAAN DAN PENILAIAN KESEJAHTERAAN MURAI BATU (Copsychus malabaricus Scopoli, 1788) DI MEGA BIRD AND ORCHID FARM, BOGOR, JAWA BARAT

TEKNIK PENGELOLAAN DAN PENILAIAN KESEJAHTERAAN MURAI BATU (Copsychus malabaricus Scopoli, 1788) DI MEGA BIRD AND ORCHID FARM, BOGOR, JAWA BARAT TEKNIK PENGELOLAAN DAN PENILAIAN KESEJAHTERAAN MURAI BATU (Copsychus malabaricus Scopoli, 1788) DI MEGA BIRD AND ORCHID FARM, BOGOR, JAWA BARAT ISNIA ESTU MARIFA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Penangkaran Rusa Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (PPPKR) yang terletak di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak ayam merupakan komuditas peternakan yang paling banyak dipelihara oleh petani-peternak di pedesaan. Produk komuditas peternakan ini adalah sumber protein hewani

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Nilai Gizi Pakan Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar

Lebih terperinci

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. Bahan Penelitian 3.. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan bobot badan 300-900 gram per ekor sebanyak 40 ekor (34 ekor

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L. PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) Husnul Jannah Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram E-mail: nung_okas@gmail.com

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan Kalkun Mitra Alam Pekon Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.

Lebih terperinci