BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Irwan Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan industri peternakan yang semakin pesat menuntut teknologi yang baik dan menunjang. Salah satu industri peternakan yang paling berkembang adalah industri ternak unggas. Dalam perkembangannya industri ternak unggas juga membutuhkan teknologi-teknologi yang tepat, guna mendukung produksi yang lebih banyak. Salah satu dari teknologi tersebut adalah teknologi penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas. Penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki banyak keuntungan dan kemudahan dibandingkan dengan cara tradisional. Tetapi disamping itu di butuhkan pula ketekunan dan ketelitian tersendiri dalam pembuatan mesin tetas ini, mulai dari pengadaan telur, seleksi telur, cara penyimpanan telur (posisi/letak telur), temperatur serta kelembaban yang harus dijaga. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan mesin penetas telur, hal-hal yang mempengaruhi dalam proses penetasan telur seperti kondisi udara ruangan dan kondisi telur yang akan ditetaskan. 2.2 Mesin Tetas Prinsip kerja dari mesin tetas yang sederhana ini adalah menciptakan situasi dan kondisi yang sama pada saat telur dierami oleh induknya. Kondisi yang perlu diperhatikan adalah temperatur dan kelembaban. Temperatur optimal berkisar antara 37 0 C 39 0 C, dan kelembaban untuk penetasan berkisar antara 60% 70 %. Pada penetasan tingkat sederhana (peternak kecil), kelembaban dapat diatur dengan mengisi air di nampan secukupnya (tidak sampai penuh). Air digunakan untuk menjaga kelembaban mesin tetas, oleh karena itu selama penetasan harus diperhatikan stabilitas volume air (jangan sampai kering). Dalam tata/cara penetasan telur selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara tradisional Cara teknologi Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 10
2 2.2.1 Cara Tradisional Sebelum adanya mesin penetas telur, penetasan dilakukan dengan menggunakan sistem pengeraman pada induk bebek. Kelemahan dengan menggunakan cara tradisional ini adalah jumlah telur yang sangat terbatas dan harus bersamaan dengan waktu mengeramnya bebek tersebut. Menetaskan telur bebek oleh induknya maksimal 15 butir per satu ekor bebek. Pengeraman dengan cara ini memerlukan waktu 28 hari, terhitung mulai saat telur pertama kali dierami Cara Teknologi Cara ini merupakan usaha penetasan dengan bantuan manusia yaitu menggunakan alat penetas. Keistimewaannya, penetasan dapat dilakukan setiap saat dan dalam jumlah yang banyak, tetapi pelaksanaannya memerlukan keterampilan khusus supaya bisa menghasilkan angka tetas yang tinggi. 2.3 Hal-hal yang Mempengaruhi dalam Proses Penetasan Telur Pada proses penetasan telur perlu diperhatikan beberapa hal, adalah: Kondisi Udara Ruangan Mesin Tetas Kondisi udara ruangan pada mesin penetas telur harus mempunyai kondisi yang sama dengan kondisi udara pada penetasan dengan menggunakan induk bebek. Kondisi udara ruangan pada mesin penetas telur harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Temperatur Udara Temperatur udara pada mesin penetas telur berkisar antara 37 0 C 39 0 C (98,6 0 F 102,2 0 F), yaitu pada temperatur 37 0 C lampu pijar (sumber panas yang digunakan) dalam keadaan on (hidup) dan pada temperatur 39 0 C thermostat mematikan lampu pijar tersebut. Temperatur tersebut disetting selama proses penetasan. Kelembaban Ruangan Kelembaban sangat dibutuhkan dalam proses penetasan telur, karena kelembaban udara pada ruang penetasan telur sangat mempengaruhi proses penetasan. Kegagalan-kegagalan dalam penetasan telur salah satunya adalah karena terlalu rendahnya kelembaban udara atau terlalu tingginya kelembaban udara dalam Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 11
3 ruangan tetas. Untuk ruang penetasan telur, kondisi kelembaban yang baik yaitu berkisar antara 60% - 70% Proses Penetasan Telur Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum proses penetasan dimulai, yaitu adalah kebersihan dari mesin tetas. Mesin tetas yang akan digunakan harus bersih dari hama/kuman penyakit, agar telur bebek yang akan ditetaskan tidak terserang penyakit. Ada beberapa cara untuk membersihkan mesin tetas dari hama penyakit, di antaranya adalah sanitasi. Pada tingkat yang paling sederhana sanitasi dapat dilakukan dengan cara membersihkan telur-telur bebek dari berbagai macam kotoran dan bakteri dengan cara mengelap dengan kain halus, tetapi sebaiknya tidak menggunakan air. Apabila menggunakan air untuk mengeluarkan kotoran yang susah dibersihkan, lebih baik menggunakan sedikit air hangat bersih dan dengan tidak menekan kulit telur. Sebaiknya mesin tetas diletakkan pada ruangan yang sejuk dan tenang, serta terhindar dari sinar matahari langsung Persiapan Penetasan Telur A. Pemilihan Telur Telur yang akan ditetaskan terlebih dahulu harus diseleksi dengan baik dan benar. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih telur yang akan ditetaskan, antara lain: Umur telur paling lama 7 hari. Mempunyai ukuran yang seragam (Ukuran tidak terlalu besar atau terlalu kecil). Bentuk telur yang baik adalah bulat, tidak terlalu bulat dan tidak terlalu lonjong. Tidak cacat atau abnormal, dan tidak retak. Mempunyai permukaan kulit paling tidak agak halus atau tidak terlalu kasar, kulit agak tebal, warna agak terang. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 12
4 B. Hal-hal yang Menentukan Proses Penetasan Berikut dibawah ini adalah hal-hal yang sangat berpengaruh dan harus menjadi perhatian khusus selama proses penetasan berlangsung, yaitu: Sumber Panas Sumber panas yang digunakan adalah lampu pijar, sumber panas tersebut harus benar-benar diperhatikan dengan baik. Air Air sangat diperlukan selama proses penetasan berlangsung. Fungsi dari air itu sendiri adalah sebagai pelembab di dalam ruangan mesin tetas. Oleh karena itu, air dalam bak air selama proses penetasan tidak boleh sampai kering, sebab dapat mengakibatkan kegagalan dalam proses penetasan. Operator Operator adalah orang yang menjaga, mengamati, serta mengoperasikan mesin penetas telur. Operator juga memiliki peranan yang sangat penting dalam proses penetasan telur, menentukan berhasil-tidaknya suatu proses penetasan. Pemutaran Telur Pemutaran telur dilakukan empat kali sehari selama proses penetasan berlangsung, yaitu pada pukul 06.00, pukul 10.00, pukul 14.00, pukul Tujuan dari pemutaran telur adalah untuk memberikan panas secara merata pada permukaan kulit telur. Pemutaran telur dilakukan dengan mengubah posisi telur atau menggeser telur ke kanan atau ke kiri, atau sebaliknya. Permukaan atas bagian ujung telur yang tumpul harus selalu berada di atas. Tampak pada Gambar 2.1 bagaimana letak/posisi telur seharusnya dimulai pada pukul hingga pukul Gambar 2.1 Letak/Posisi Telur Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 13
5 Peneropongan Telur Peneropongan telur mutlak dilakukan, bertujuan untuk melihat dan mengetahui dengan jelas perkembangan embrio selama proses penetasan berlangsung. Peneropongan telur dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu peneropongan pertama dilakukan pada hari ketiga setelah telur yang akan ditetaskan dimasukkan ke dalam mesin tetas selama 24 jam dengan kondisi inkubator yang telah dikondisikan. Guna melihat dan mengetahui apakah telur tersebut fertile atau infertile. Peneropongan kedua dilakukan pada hari ketujuh, dengan tujuan untuk melihat perkembangan embrio serta menentukan telur yang embrionya mati dan segera diapkir. Peneropongan yang ketiga dilakukan pada hari ke-17 atau pada hari ke-18. Pada hari tersebut dilakukannya penyemprotan pada telur-telur bebek atau di lap dengan air yang telah di campur dengan jeruk nipis, dengan tujuan agar kulit telur tersebut keras sehingga pada saat menetasnya telur tersebut tidak perlu di bantu dengan membuka kulit-kulit telur yang mulai retak. Pada waktu peneropongan terakhir dilakukan, gerakan embrio sudah terlihat aktif. Terlihat dengan jelas perbedaan antara telur yang embrionya hidup dengan telur yang embrionya mati. Pada telur yang embrionya hidup, akan tampak satu titik yang bergerak dan adanya pembuluh darah. Tampak pada Gambar 2.2 telur yang didalamnya terdapat embrio. Pada Gambar 2.3 tampak telur yang terlihat terang, tidak ada tanda-tanda perkembangan embrio didalamnya, hal tersebut menandakan bahwa embrio didalam telur tersebut mati (tidak berkembang). Sedangkan pada Gambar 2.4 terlihat seperti ada darah yang bercampur, hal tersebut juga menandakan bahwa embrio didalam telur telah mati. Gambar 2.2 Telur yang Memiliki Embrio Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 14
6 Gambar 2.3 Telur yang Embrionya Mati (Tampak Terang) Gambar 2.4 Telur yang Embrionya Mati (Tampak Terdapat Darah) Perawatan Telur Tetas Walaupun telur tetas mutunya bagus ketika dihasilkan, tetapi jika perawatan dan penyimpanannya kurang benar telur tetas mudah rusak dan menurun mutunya. Pengaruh yang paling besar yang menyebabkan gagalnya telur tetas adalah kelembaban air dan suhu udara yang terlalu panas. Untuk itu sebaiknya telur tetas disimpan pada tempat yang jauh dari gangguangangguan misalnya percikan dari air hujan yang bocor, dinding lembab yang berlumut, uap air dari masakan, panasnya kompor dan asap, dan ruangan yang pengap dimana tidak ada sirkulasi udara pada ruangan tersebut. Jadi tempat untuk penyimpanan telur tetas adalah tempat penyimpanan yang kering, sejuk, dan selalu dialiri udara segar. Cara penyimpanan telur adalah diletakkan dengan pangkal menghadap ke atas sebab pada bagian yang mengandung kantung udara inilah yang dipakai untuk pernafasan tunas embrio. Apabila telur tersebut ditempatkan terbalik, maka selaput udara pada kantung udara dapat robek atau rusak dan pertukaran zat dengan udara luar akan terganggu. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur antara lain temperatur, cara penyimpanan, umur telur, dan kebersihan kulit telur. Telur tetas yang berkulit kotor tidak dapat menetas dengan baik. Kotoran tersebut akan menghalangi pertukaran CO 2 dan O 2 pada pernafasan embrio telur melalui pori-pori kulit sehingga akan mempengaruhi proses penetasan. Untuk itu, kotoran yang terdapat pada telur tetas harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum telur Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 15
7 ditetaskan. Telur yang kotor dapat dibersihkan dengan lap yang sebelumnya dicelup dalam air hangat. Begitupun dengan tempat penyimpanan telur harus dijaga supaya bersih, berventilasi baik, dan bebas dari gangguan-gangguan yang bersifat merusak Kulit Telur Kotor Telur bibit yang kulit luarnya kotor masih dapat juga ditetaskan, asalkan kotoran yang menempel belum terlalu lama melekat dan harus cepat-cepat dibersihkan. Kulit telur yang kotor apabila dicuci akan mengakibatkan selaput lendir larut. Sisa lendir, cairan, dan kotoran tersebut akan menutupi lubang pori-pori. Dalam campuran tersebut akan berkembang biaknya bakteri-bakteri dan kuman-kuman perusak yang akan masuk ke dalam rongga telur, yang selanjutnya akan merusak isi telur. Oleh karena itu, pencucian kulit telur yang kotor harus dilakukan dengan hati-hati dan harus dijaga jangan sampai pori-pori kulit yang bentuknya seperti corong akan tertutup permukaannya oleh butir-butir kotoran Memilih Telur Tetas Tidak semua telur dapat digunakan untuk keperluan konsumsi. Dalam industri peternakan biasanya terdapat telur yang disisihkan untuk keperlun bibit atau untuk ditetaskan. Telur yang akan ditetaskan merupakan telur yang memiliki embrio. Selama beberapa waktu tertentu, akan lahir seekor hewan baru apabila telur tetas ini dierami oleh induknya atau ditetaskan dengan alat penetas telur. Tetapi tidak semua telur yang memiliki embrio dapat ditetaskan. Karena beberapa faktor yang menyebabkan telur tetas tersebut mengalami kegagalan, salah satunya adalah karena daya tetas yang sangat rendah. Oleh karena itu, berikut di bawah ini adalah cara memilih telur tetas yang berkualitas yang dapat digunakan sebagai standarisasi, yaitu: Bentuk oval, kulit telur licin atau tidak kasar, rata, dan memiliki berat yang seragam dan tidak ada keretakan pada kulit telur. Bentuk ideal telur tetas adalah oval tidak terlalu bulat dan juga tidak terlalu lonjong dengan perbandingan lebar dan panjang adalah 3 : 4. Telur yang berkulit mulus memiliki kualitas yang lebih baik di banding telur yang berkulit kasar. Berat telur tetas sebaiknya memiliki berat yang seragam. yakni berkisar antara gram. Berat untuk telur bebek Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 16
8 berkisar antara gram. Hal ini dimaksudkan agar yang menetas nantinya memiliki berat tubuh yang hampir sama dan mempunyai pertumbuhan yang seragam. Ketebalan Kulit Telur. Ketebalan kulit telur atau cangkang telur sebaiknya yang ideal. Tidak terlalu tebal juga tidak terlalu tipis. Kulit telur yang terlalu tebal dapat menyulitkan anak bebek keluar dari kulit telur atau cangkang telur pada saat menetas. Sehingga dapat menyebabkan kematian pada anak bebek sebelum menetas, dan apabila dibantu dengan cara memecah kulit telur atau cangkang telur, biasanya anak bebek yang dihasilkan akan mengalami cacat pada kaki. Sementara kulit telur yang terlalu tipis menggambarkan kondisi telur yang tidak normal sehingga kemungkinan menetas lebih kecil dibandingkan dengan kulit telur yang memiliki ketebalan ideal, dan apabila telur dengan kulit telur yang tipis ini menetas, bibit yang dihasilkan tidak sehat atau tidak normal. Kondisi Kantong Udara. Kantong udara yang baik akan kelihatan bening dan kokoh dengan kedalaman sekitar 3 mm dari bagian dalam telur. sementara kantong udara yang kurang baik kedalamannya lebih dari 4.5 mm serta kelihatan keruh. Kegunaan kantong udara dalam telur sangat penting. Kantong udara ini berfungsi sebagai sumber udara bagi calon anak bebek yang akan menetas. Posisi kantong udara dapat dilihat dengan melakukan peneropongan. Umur Telur. Umur telur pada penyimpanan maksimal 7 hari. Idealnya adalah 4 hari. Semakin lama penyimpanan telur maka daya tetas akan semakin kecil. Telur tetas sebaiknya dari indukan yang sehat. Indukan yang sakit mempunyai resiko menularkan penyakit melalui telur tetas. Indukan yang sehat akan sangat berpengaruh pada tingkat fertilitas telur tetas Pedoman Penetasan Berikut di bawah ini adalah beberapa pedoman penetasan agar didapatkan hasil penetasan yang maksimal: Alat penetas harus diletakkan pada tempat yang rata, tidak boleh terkena pancaran sinar matahari secara langsung, tempat penetasan tidak banyak tertiup angin. Ruangan tempat alat penetas harus bebas dari obat-obatan atau cairan yang mudah menguap, alat penetasan sudah disterilkan dengan desinfektan sebelum digunakan. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 17
9 Lampu pijar sebagai sumber panas yang digunakan dinyalakan dan diatur lebih dulu sampai panasnya sesuai dengan yang dibutuhkan dan cukup stabil. Sebaiknya dalam rak penetasan ditaruh alat pengukur suhu dan kelembaban atau hygrometer. Telur bebek yang akan ditetaskan harus dibilas/dibersihkan dengan air hangat dengan suhu berkisar antara 38 0 C C. Pembilasan/pembersihan harus merata ke seluruh permukaan kulit telur, kemudian disusun dalam rak penetas setelah sebelumnya dikeringkan. Nampan berisi air untuk mengatur kelembaban dimasukkan kedalam rak penetas. Nampan cukup diisi air setengahnya. Akan lebih baik alat penetas dilengkapi alat pengukur kelembaban sehingga dapat diusahakan kelembaban penetasan berkisar antara 60% - 70%. Range temperatur yang diperlukan adalah berkisar antara 37 0 C 39 0 C. Pembalikan telur selama penetasan dilakukan paling sedikit 2 kali sehari, mulai dari hari ke-2 sampai ke-25. Oleh sebab itu jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau diputar posisinya dalam 1 hari pada masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut dilakukan dalam 18 hari pertama penetasan. Tetapi jangan membalik telur sama sekali pada 3 hari terakhir menjelang telur menetas. Pada saat itu telur tidak boleh diusik karena embrio dalam telur yang akan menetas tersebut sedang bergerak pada posisi penetasannya. Pemeriksaan telur selama penetasan dilakukan 3 kali : Pemeriksaan pertama pada hari ke-3, Pemeriksaan kedua pada hari ke-7, Pemeriksaan ketiga pada hari ke-18. Setelah telur menetas, biarkan anak bebek yang bulunya masih basah berada dalam alat penetas selam 24 jam sampai bulunya kering. Selanjutnya dipindahkan ke kandang atau kotak anak bebek yang sudah dilengkapi pemanas. 2.4 Sumber Beban Kalor dalam Kotak Mesin Tetas Sumber beban yang terdapat pada kotak mesin penetas telur dapat dikelompokkan dalam 4 bagian, yaitu beban kalor melalui dinding, beban produk, beban sensibel dan laten. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 18
10 1. Beban kalor melalui dinding Beban kalor melalui dinding adalah banyaknya kalor yang masuk kedalam inkubator melalui dinding, karena adanya perbedaan temperatur antara lingkungan luar dengan ruangan yang dikondisikan. Besarnya kalor yang masuk melalui dinding dapat di hitung dengan persamaan: Q = U. A. T... (2.1) [Sumber : Principles of Refrigeration, Roy J. Dossat] Keterangan: Q = Laju aliran kalor (W) U = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (W/m 2 K) A = Luas permukaan dinding luar (m 2 ) T = Perbedaan temperatur ( 0 C) Nilai U tergantung pada : Ketebalan dinding Material bahan dinding Kondisi permukaan (koefisien konveksi) Besarnya harga U dapat dihitung dengan persamaan: U =... (2.2) [Sumber : Principles of Refrigeration, Roy J. Dossat] Keterangan: U = Koefisien perpindahan panas menyeluruh K = Konduktifitas bahan dinding (W/m.K) f o = Koefisien konveksi dinding luar (W/m.K) = 9,37 W/m.K f i = Koefisien dinding dalam (W/m.K) = 9,37 W/m.K Nilai K untuk berbagai bahan dapat diperoleh dalam tabel sifat-sifat bahan. 2. Beban Produk... (2.3) [Sumber : Principles of Refrigeration, Roy J. Dossat] Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 19
11 Keterangan: Q = Beban produk (W) m = Massa produk (kg) C p = Kalor spesifik produk (kj/kgk) T = Perbedaan temperatur ( 0 C) 3. Beban Sensibel dan Laten q sensibel = 1,23 x Q inf x T... (2.4) [Sumber : Perancangan Sistem Tata Udara, Andriyanto Setyawan] q laten = 3,01 x Q inf x w... (2.5) [Sumber : Perancangan Sistem Tata Udara, Andriyanto Setyawan] Keterangan: q sensibel q laten Q inf = beban pemanasan sensibel akibat infiltrasi (W) = beban pemanasan laten akibat infiltrasi (W) = debit infiltrasi (LPS) T = Perbedaan temperatur ( 0 C) w = Perbedaan rasio kelembaban udara (g/kg.da) Untuk mengetahui debit infiltrasi digunakan persamaan berikut:... (2.6) [Sumber : Perancangan Sistem Tata Udara, Andriyanto Setyawan] Keterangan: Q inf = Debit infiltrasi (LPS) ACH = Jumlah pertukaran udara ruangan per jam (air change per hour) A = Luas (m 2 ) h = Tinggi (m) Beban kalor keseluruhan adalah: Q total = Q dinding total + Q produk + Q sensibel & laten... (2.7) Kapasitas pemanasan kabin pada kotak mesin adalah: Faktor keamanan 10% = Q total x 10%... (2.8) Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 20
12 Beban faktor keamanan adalah: q t = Q total + Faktor keamanan 10%... (2.9) Kapasitas pemanasan kabin untuk jam operasi 24jam/hari Q = q t x 24/RT... (2.10) Keterangan: RT = Lamanya jam operasi, jam (hours). Teknik Refrigerasi dan Tata Udara 21
Penyiapan Mesin Tetas
Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan
BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin Tetas Prinsip kerja dari mesin tetas yang sederhana ini adalah menciptakan situasi dan kondisi yang sama pada saat telur dierami oleh induknya. Kondisi yang perlu diperhatikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan suatu proses perkembangan embrio di dalam telur hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan terbagi dua yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Metode Demonstrasi Metode Demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan
Lebih terperinci1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS
Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS 1 Ari Rahayuningtyas, 2
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan upaya dalam mempertahankan populasi maupun memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta dapat menghasilkan
Lebih terperinciTATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK
TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK SUGENG WIDODO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, BOGOR 16002 RINGKASAN Dengan melaksanakan tatalaksana penetasan telur itik secara baik akan didapatkan hasil yang maksimal.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN.
BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas terutama ayam merupakan salah satu sumber protein utama bagi manusia walaupun sekarang banyak sumber protein selain daging ayam, namun masyarakat lebih memilih
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012, bertempat di Kelompok Tani Ternak Rahayu, Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kenaikan permintaan komoditas peternakan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berpacu dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten
30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan pada April--Mei 2015. B. Alat dan Bahan 1) Alat yang digunakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha peternakan unggas di Indonesia semakin berkembang seiring dengan banyaknya kebutuhan protein hewani terutama itik lokal. Itik mulai digemari oleh masyarakat terutama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Dalam pengertian sehari-hari energy dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Sedangkan energy alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam kelas aves, ordo Anseriformes, Family Anatiade, Subfamily Anatinae, Tribus Anatini dan Genus Anas
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan Kalkun Mitra Alam Pekon Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan
10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Itik Magelang dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2015 bertempat di Desa Ngrapah,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa
12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Analisis data dilaksanakan di Laboraturium
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013 bertempat di Peternakan Kalkun Mitra Alam, Pekon Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo,
Lebih terperinciPEMBIBITAN DAN PENETASAN
PENUNTUN PRAKTIKUM PEMBIBITAN DAN PENETASAN DISUSUN OLEH : TIM PENGAJAR LABORATORIUM JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2015 PENDAHULUAN
Lebih terperinciKata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas
PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN TEMPAT AIR DAN LETAK TELUR DI DALAM MESIN TETAS YANG BERPEMANAS LISTRIK PADA PENETASAN ITIK TEGAL Subiharta dan Dian Maharsa Yuwana Assessment Institute for Agricultural Technology
Lebih terperinciBAB 9. PENGKONDISIAN UDARA
BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan
Lebih terperinciPenelitian ini telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi, dan Laboratorium
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-Maret 2014 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi, dan
Lebih terperinciBuletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan
PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan
Lebih terperinci[Pemanenan Ternak Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Magelang Bangsa itik jinak yang ada sekarang berasal dari itik liar yang merupakan species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi (Susilorini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu sentra pengembangan ternak unggas di Sumatera Barat, salah satunya adalah peternakan Itik. Di Nagari Pitalah, Kec. Batipuh,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab
HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.
31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Tetas Daya tetas merupakan banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur yang fertil. Data daya tetas pada penelitian ini dihitung dengan
Lebih terperinciSTANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) MIKROSKOP
MIKROSKOP Ambil mikroskop dengan hati-hati dengan cara memegang lengan mikroskop, lalu letakkan diatas meja datar. Hindari sentuhan-sentuhan terhadap lensa, apabila bagian lensa mikroskop terlihat kotor
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam jenis itik lokal dengan karakteristik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal Indonesia merupakan hasil dometsikasi Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) dan Ayam Hutan Hijau (Gallus varius). Ayam Hutan Merah di Indonesia ada dua macam yaitu
Lebih terperinciCara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna
1 Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna Kita semua pasti tahu kalau di gurun sangatlah panas. Fakta lainnya kurang dikenal, tetapi akan jadi penting jika menyangkut tentang hewan
Lebih terperinciBuku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif
Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.
Lebih terperinciGambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat, maka permintaan komoditas peternakan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,
23 III. BAHAN DAN MATERI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015, bertempat di peternakan ayam arab milik Bapak Ilham di Desa Tegal Rejo,
Lebih terperinciIrawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU
Pengaruh Frekuensi Pemutaran Telur terhadap Daya Tetas dan Bobot Badan DOC Ayam Kampung (The Effect of Egg Centrifugation Frequency on Hatchability and Body Weight DOC of Free-range Chicken) Irawati Bachari,
Lebih terperinciSumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai menguntungkan bagi
Lebih terperinciBISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F
BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA Disusun oleh: Sandwi Devi Andri 10.11.3934 S1 teknik informatika 2F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK
Lebih terperinciNama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08
Nama : MILA SILFIA NIM : 11.12.5933 Kelas : S1-SI 08 Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Salah satu syarat keberhasilan dalam pemeliharaan pembibitan ayam yaitu kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN
64 BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN a. Beban Pengeringan Dari hasil perhitungan rancangan alat pengering ikan dengan pengurangan kadar air dari 7% menjadi 1% dari 6 kg bahan berupa jahe dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan ayam yang sudah beradaptasi dan hidup dalam jangka waktu yang lama di Indonesia. Ayam lokal disebut juga ayam buras (bukan ras) yang penyebarannya
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda
BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tujuan Pustaka Jufril, D., (2015), melakukan penelitian tentang implementasi mesin penetas telur otomatis adapun hasil
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tujuan Pustaka Jufril, D., (2015), melakukan penelitian tentang implementasi mesin penetas telur otomatis adapun hasil dari penelitian tesebut, bahwa Mesin tetas yang digunakan
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Breeding Center Puyuh Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaranyang terletak di lingkungan Kampus Universitas
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelompok Ternak Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Tata Udara [sumber : 5. http://ridwan.staff.gunadarma.ac.id] Sistem tata udara adalah proses untuk mengatur kondisi suatu ruangan sesuai dengan keinginan sehingga dapat memberikan
Lebih terperinciTEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi
TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia peternakan terutama peternakan unggas sering kali ditemukan masalah pembusukan telur selama proses penetasan dalam inkubator. Hal tersebut dikarenakan
Lebih terperinciBuku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion
Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split
BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih
Lebih terperinciPELUANG BISNIS PENETASAN TELUR ITIK
PELUANG BISNIS PENETASAN TELUR ITIK NAMA : GIGIH SUBYARTO NIM : 10.11.3840 KELAS : S1-TI 2D TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 1. ABSTRAK Peluang bisnis penetasan telur ungas adalah salah
Lebih terperinciTemu Teknis Fungsionat non Penebti 2000 BAGIAN DAN PERLENGKAPAN MESIN TETAS Bagian-bagian dan perlengkapan yang ada pada mesin tetas sederhana dengan
Temu Tekms Fungsional non Penehn 2000 TEKNIS PENETASAN TELUR SEMI INTENSIF Sumantri Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Perubahan sistem pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi memerlukan
Lebih terperinciTELUR ASIN 1. PENDAHULUAN
TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Arab Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan dengan ayam buras (Kholis dan Sitanggang, 2002). Ayam arab merupakan ayam lokal
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam ras merupakan ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).
Lebih terperinciPENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Indonesia berjalan semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya permintaan telur konsumsi maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model
Lebih terperinci4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air
TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak unggas penghasil telur, daging dan sebagai binatang kesayangan dibedakan menjadi unggas darat dan unggas air. Dari berbagai macam jenis unggas air yang ada di Indonesia,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian produksi telur ayam Arab dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Blok B), sedangkan penelitian kualitas internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai ruang lingkup penelitian yang mencakup latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan meningkatnya kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu produk hasil peternakan yang paling disukai
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar
Lebih terperinciBudidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.
Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat
Lebih terperinciItik Petelur - Itik Indian Runner (Malaysia dan Cina) - Itik Khaki Cambell (Inggris) - Itik lokal tersebar di Indonesia (Itik Cirebon, Itik Tegal, Iti
PROSPEK DAN KIAT BETERNAK ITIK DENGAN SISTEM TERKURUNG Sumantri Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Peternak itik di pedesaan pada tempo dulu sampai sekarang masih banyak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, Family Anatidae, Sub family Anatinae, Tribus anatini dan Genus Anas
Lebih terperinciTHE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES
THE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES Lintang Griyanika, Indah Nurpriyanti, dkk. Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Abstract This
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti
14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan mulai dari bulan Juli 2011 hingga Februari 2012, penelitian dilakukan di Insektarium Bagian Parasitologi
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR
BAB II TEORI DASAR 2.1 Sistem Tata Udara Secara umum pengkondisian udara adalah suatu proses untuk mengkondisikan udara pada suatu tempat sehingga tercapai kenyamanan bagi penghuninya. Tata udara meliputi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat
MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Devisi Persuteraan Alam Ciomas. Waktu penelitian dimulai dari Juni
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC
BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC Dalam perancangan pemasangan AC pada Ruang Dosen dan Teknisi, data-data yang dibutuhkan diambil dari berbagai buku acuan. Data-data
Lebih terperinciPembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi
1 Udang Galah Genjot Produksi Udang Galah Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi gaya rumah susun. Setiap 1 m² dapat diberi 30 bibit berukuran 1 cm. Hebatnya kelulusan hidup meningkat
Lebih terperinciUNIVERSITAS MERCU BUANA
TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PENETAS (MESIN TETAS) TELUR DENGAN MEDIA PEMANAS LAMPU PIJAR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Disusun Oleh : Sugiyanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembang pesatnya teknologi saat ini memberi peluang kepada peternak unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi belum seperti saat
Lebih terperinciKompos Cacing Tanah (CASTING)
Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Sedangkan energi alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan permintaan terhadap produk hasil ternak. Produk hasil unggas merupakan produk yang lebih
Lebih terperinciSELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian
Lebih terperinciACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di
ACARA III PEMBUATAN PRODUK DAN UJI KUALITAS PRODUK TELUR A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu dari beberapa produk yang di hasilkan dari unggas.telur merupakan salah satu produk
Lebih terperinciTugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap
BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan
Lebih terperinciBAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)
BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciII. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI
II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya di pedesaan ayam kampung dipelihara oleh masyarakat secara ala kadarnya yaitu telur dierami oleh induknya secara langsung sehingga perkembangbiakan ayam
Lebih terperinci