BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1976, pemerintah Australia melalui buku putih pertahannya memperkenalkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1976, pemerintah Australia melalui buku putih pertahannya memperkenalkan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1976, pemerintah Australia melalui buku putih pertahannya memperkenalkan perubahan pertahanan Australia yang semula forward defence yang sangat tergantung kepada kekuatan aliansi menjadi pertahanan self reliance yang lebih mandiri. Dalam pertahanan self reliance ini, area yang menjadi konsen dalam pertahanan Australia tidak lagi terletak diwilayah yang jauh dari Australia, namun lebih dekat ke wilayah disekitaran Australia (huisken 2007: 15). Angkatan bersenjata Australia (ADF) juga tidak lagi dikirim ke wilayah yang jauh, namun dikonstrasikan secara terbatas di wilayah sekitaran Australia yang dibutuhkan untuk pertahanan self reliance. Pertahanan self reliance sendiri secara resmi diperkenalkan oleh pemerintah Australia melalui buku putihnya tahun 1976 yang berjudul Australia Defence. We no longer base our policy on the expectation that Australia s Navy or Army or Air Force will be sent abroad to fight as part of some other nation s force, supported by it. We do not rule out an Australian contribution to operations elsewhere if the requirement arose and we felt our presence would be effective, and if our forces could be spared from their national tasks. But we believe that any operations are much more likely to be in our own neighbourhood than in some distant theatre, and that our Armed Forces will be conducting joint operations together as the Australian Defence force (DoD 1976: 10) Semenjak saat itu, strategi pertahanan Australia memasuki era baru dimana pertahanan Australia tidak lagi bergantung secara penuh kepada negara lain dalam rangka memenuhi keamanan mereka. Self reliance memberikan ruang bagi Australia secara lebih mandiri untuk menentukan dan mengembangkan pertahanannya sendiri. Dalam kurun waktu 25 tahun strategi pertahanan ini mendapat dukungan luas dari kalangan politisi, professional dan publik (Huisken 2007: 2). 1

2 Dalam kurun waktu 25 tahun ini, pertahanan Australia mengalami beberapa dinamika dalam pelaksaannya karena Australia harus beradaptasi dengan perubahan politik regional, terutama dengan berakhirnya perang dingin. Dinamika nilah yang akan diteliti dalam skripsi ini, termasuk didalamnya faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika tersebut. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, munculah rumusan masalah: Bagaimanakah dinamika implementasi pertahanan Australia tahun ? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dinamika tersebut? C. Landasan Konseptual Konsep pertama yang akan digunakan adalah defence. Secara sederhana, defence dapat diartikan sebagai bertahan atau pertahanan. Dalam buku International Military and Defence Encyclopedia, konsep defence mencangkup seluruh bagian dari perlindungan bagi teritori negara, keamanan dan masyarakatnya dari ancaman musuh yang berada di perbatasan (Dupuy (b) 1993: 714). Defence memiliki sifat lebih pasif, protektif, dan less threat daripada offence. Defence juga memiliki tujuan preventif dan mitigasi daripada menciptakan ancaman atau kerusakan. Selain itu defence juga memiliki tujuan utama untuk menciptakan resistensi bagi setiap serangan yang dilancarkan. Dalam konteks ini, defence dapat disimpulkan sebagai posisi bertahan ketika akan atau sedang terjadi konflik(ibid). Sementara dalam buku A Dictonary of Modern Defence and Strategy, defence juga dapat diartikan sebagai usaha untuk menghindarkan musuh untuk menimbulkan ancaman bagi negara (Robertson 1987: 95). Jadi konsep defence bukan hanya dapat digunakan waktu terjadi konflik atau perang, namun secara lebih luas memiliki arti semua usaha negara untuk bertahan, 2

3 baik tertuang dalam kebijakan, aksi politik, atau pun masalah tehnis dalam sudut pandang militer (Ibid: 101). Jadi dapat disimpulkan pengertian dari defence adalah semua usaha dari negara untuk memberikan perlindungan bagi teritori dan masyarakatnya dari segala bentuk ancaman dengan berbagai cara yang diperlukan. Konsep kedua yang digunakan adalah National Interest atau kepentingan nasional. Kepentingan nasional dapat diartikan sebagai the goal that states pursue to maximize what is selfishly best for their country (Charles 2006: 34). Ide dasar dari kepentingan nasional sendiri adalah prisnsip dari national security dan kelangsungan dari negara tersebut (ibid). Defence homeland dan pemeliharaan integritas wilayah adalah basis dari kepentingan nasional (disebut juga kepentingan vital). Selain defence homeland dan pemeliharaan integritas wilayah, kepentingan nasional mempunyai aspek lain yang lebih luas seperti ekonomi, ideology, hegemoni dan perimbangan kekuatan (Evans 1990: 207). Sedangkan National Security yang merupakan prinsip dasar kepentingan nasional dapat diartikan sebagai kapasitas sebuah negara untuk menahan/menolak segala jenis ancaman baik internal maupun eksternal yang mengarah secara fisik maupun nilai-nilai dari negara tersebut (Charles 2006: 442). National Security dapat juga diartikan sebagai rasa bebas sebuah negara dari segala macam bentuk ancaman (ibid). Dengan demikian, rasa bebas dari segala bentuk ancaman adalah inti utama dari kepentingan nasional. Setiap usaha negara untuk menangkal segala bentuk ancaman adalah upaya negara tersebut dalam mengejar kepentingan utamanya, yaitu memelihara keberlangsungan dari negara tersebut. Salah satu upaya untuk menangkal ancaman tersebut adalah dengan membangun pertahanan yang kuat beserta strateginya. 3

4 Konsep ketiga yang digunakan adalah forward defence. Menurut buku A Dictonary of Modern Defence and Strategy, forward defence adalah strategi defence yang mengarah pada strategi bertahan yang digunakan oleh NATO pada perang dingin dengan menempatkan pasukannya di wilayah Eropa Tengah untuk menghentikan invasi pakta Warsawa (Robertson 1987: ). Tujuan dari penempatan pasukan ini adalah untuk memberikan waktu untuk datangnya bantuan dari Amerika dan Inggris apabila terjadi serangan. Apabila bantuan tersebut sudah datang, pasukan NATO yang telah bertempur akan mundur dan digantikan oleh pasukan Amerika dan Inggris untuk melakukan counterattack (ibid: 142). Selain untuk menunggu pasukan bantuan dari Amerika dan Inggris, penggunaan forward defence ini juga untuk memberikan serangan sayap yang dilakukan oleh Italia dan Norwegia (Dupuy (b) 1993: 992) Sementara menurut International Military and Defence Encyclopedia, forward defence mempunyai 2 konsep utama yaitu strategi dan operasional (Ibid: 991). Secara operasional, forward defence dapat diartikan sebagai upaya untuk menangkis serangan musuh pada jalur invansi sehingga musuh tidak sampai pada teritori negara yang bertahan (ibid). Sedangkan secara strategis, forward defence mengarah pada strategi bertahan digunakan NATO ketika perang dingin untuk menangkis kemungkinan invasi dari Uni Soviet. Forward defence dalam strategi pertahanan Australia dapat diartikan sebagai penempatan pasukan bersenjata pada wilayah-wilayah diluar Australia dengan tujuan untuk menghindarkan potensi ancaman yang dapat mengancam teritori Australia (Modern History: 1). Konsep ini juga kemudian berkembang bukan hanya untuk memerangi musuh potensial, namun penempatan pasukan untuk menciptakan perdamaian (ibid). Forward defence juga dapat diartikan sebagai melakukan intrusi strategis terhadap kekuatan utama di regional dengan rangka mengembangkan militernya yang mengarah kepada Australia (White 2007: 39) 4

5 Forward defence Australia ini didasarkan pada collective defence melalui The Australian Monroe Doctrine, yaitu usaha untuk memperkuat dominasi Anglo-Saxon di Pasifik Selatan dimana kekuatan lain tidak dapat mengganggu (Fry 1991: 2). Dari sinilah kekuatan Inggris selalu berusaha untuk menguatkan dominasinya di wilayah ini. Dotrin ini memberikan ikatan yang kuat pada kulit putih untuk bersama mempertahankan kepentingan mereka di regional Pasifik Selatan, bahkan ketika negara-negara koloni Inggris telah merdeka dan mempunyai konstitusi sendiri. Pada era perang dunia kedua, Jepang melakukan serangan ke Asia dan serangan secara langsung ke wilayah Australia. Australia yang pada waktu itu belum memiliki kekuatan untuk melawan Jepang secara sendirian. Australia yang pada masa itu merupakan anggota dari commonwealth secara otomatis mendapatkan bantuan dari Inggris dan Amerika, namun Australia juga memiliki kewajiban untuk memberikan bantuan kepada kedua negara tersebut dalam perang dunia kedua. Dari pengalaman perang dunia inilah Australia menganggap bahwa dukungan dari kekuatan negara besar diperlukan Australia untuk menjaga pertahanan mereka (Fry 1991: 4). Usaha pencarian dukungan kekuatan asing oleh Australia dikuatkan dengan beberapa kerjasama diantaranya adalah pacific security pact yang kemudian berubah menjadi ANZUZ treaty. Pemerintah Australia menganggap ANZUZ ini lebih dari sekedar treaty yang memungkinkan Australia memperoleh dukungan yang besar dari Amerika Serikat, namun juga simbol dari kehadiran Amerika di regional Pasifik Selatan yang mana dapat memperkuat pertahanan dan deterrent Australia dalam keamanan regional (Ibid). Implementasi dari forward defence ini lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi politik internasional pada saat perang dingin (Fry 1991: 4). Persebaran komunis di IndoChina sebagai bentuk dari efek domino menjadi ancaman secara langsung bagi Australia. Untuk mencegah ancaman ini semakin besar, perlu usaha penanggulangan agar komunisme tidak semakin meluas. Usaha tersebut dilakukan 5

6 dengan cara berperang di wilayah lain untuk membendung komunisme terutama di Asia Tenggara. Tentu saja Australia tidak dapat melakukan usaha ini sendiri karena keterbatasan sumber daya sehingga membutuhkan bantuan dari kekuatan lain. Kerangka kerja dari implementasi forward defence ini adalah beberapa kerjasama Australia dengan Amerika Serikat dan Inggris yaitu Colombo Plan, SEATO dan ANZUS. Atas dasar collective defence inilah Australia mengimplementasikan forward defence bersama-sama dengan Amerika Serikat dan Inggris. Kesimpulannya, forward defence dalam strategi pertahanan Australia adalah strategi Australia untuk mendapatkan keamanan negaranya dengan cara menghancurkan ancaman, diluar wilayah teritori Australia, langsung pada sumbernya atau pada jalur invasi sebelum ancaman tersebut sampai pada teritori Australia yang didasarkan pada framewok collective defence dan sangat bergantung pada bantuan aliansi. Konsep keempat yang digunakan adalah self reliance. Self reliance dapat dikatakan sebagai sebuah konsep karena konsep militer dalam pertahanan Australia dapat diartikan sebagai sebuah ide yang belum dicoba dan dites tentang bagaimana militer berfikir untuk melakukan operasi dalam jangka menengah atau jangka panjang (DoD 2012: 3.3). Self reliance ini mengarah pada sebuah konsep yang digunakan untuk mendefinisikan ide pertahanan Australia yang mandiri. Pertama kali ide pertahanan self reliance pertama kali dipublikasikan oleh pemerintah Australia melalui buku putih tahun Di buku putih ini konsep self-reliance masih belum dapat didefiniskan secara jelas, namun hanya sebagai perubahan strategi pertahanan Australia yang tidak lagi mengirimkan pasukannya keluar negeri sebagai bagian operasi negara lain dan akan lebih difokuskan kewilayah sekitar Australia,. We no longer base our policy on the expectation that Australia s Navy or Army or Air Force will be sent abroad to fight as part of some other nation s 6

7 force, supported by it. But we believe that any operations are much more likely to be in our own neighbourhood than in some distant theatre (DoD 1976:10). Pada masa ini konsep dari seflreliance hanya sebatas pada kemandirian pertahanan Australia. Ide self reliance sendiri muncul sebagai reaksi bahwa tidak ada yang menjamin keamanan Australia. Amerika Serikat, yang diharapkan mampu menjamin keamanan Australia, sudah tidak lagi mampu menjamin keamanan wilayah di sekitar Australia (ibid). Definisi dari self-reliance ini kemudian dijelaskan kembali melalui Dibb report dan buku putih pertahanan Australia tahun Dalam buku putih pertahanan tahun 1987, self reliance diterjemahkan sebagai hak Australia untuk memiliki kemampuan untuk mempertahankan dirinya sendiri (DoD 1987: 1). Angkatan bersenjata Australia akan memiliki postur yang mandiri dengan tujuan untuk mempertahankan wilayah dan kepentingan Australia (ibid: 2). Sedangkan dalam Dibb Review, self-reliance dalam Australia defence sendiri dapat diartikan sebagai pemikiran bahwa fungsi dari ADF, dan basis utama dari kemampuannya, adalah untuk mempertahankan daratan Australia dari serangan militer secara langsung, dan dalam prakteknya memiliki kemampuan untuk melawan segala bentuk level serangan tanpa mengandalkan angkatan bersenjata dari sekutu dan diprioritaskan untuk mempertahankan teritori dan kepentingan strategis Australia (Hugh 2007: 1). Dalam laporannya, Dibb menjelaskan bahwa DoA memiliki 2 pendekatan yaitu layered defence dan self-reliant (Dibb 1986: 44, 51). Namun kemudian pemerintah Australia menjelaskan bahwa pertahanan Australia akan bertumpu pada dua hal yaitu defence in depth dan self-reliant. Dalam buku A Dictonary of Modern Defence and Strategy, Defence In Depth dapat diartikan sebagai pengorganisasian dari posisi untuk memberikan resistensi kepada musuh sebelum memasuki garis pertahanan (Dupuy (a) 1993: 96). Tujuan utamanya adalah 7

8 memperlambat gerak musuh dan menyebabkan korban tambahan sehingga pihak yang bertahan memiliki waktu untuk menyiapkan pertahanan utama (Ibid). Sedangkan dalam buku putih ini dijelaskan bahwa strategi defence in depth akan dilakukan dengan pendekatan laut dan udara (yang selanjutnya disebut dengan sea-air gap approach) dan difokuskan ke bagian teritori Australia yang paling rawan, yaitu perairan laut bagian utara (DoD 1987: 37). Defence in depth sendiri dalam self reliance memiiki pendekatan berbeda dengan forward defence. Defence in depth dalam konsep self reliance pertahanan Australia adalah pertahanan di wilayah kedaulatan Australia (Stephen 2007: XV). Sedangkan forward defence adalah menghancurkan ancaman langsung pada sumbernya atau jalur invasi yang digunakan, diluar teritori Australia. Konsep self reliance ini kemudian disempurnakan dan dipublikasikan secara formal melalui buku putih pertahanan 1987 yang berjudul The Defence of Australia. Dalam buku putih ini konsep self reliance dalam pertahanan Australia dijelaskan kembali secara lebih lengkap dan terperinci, terutama dalam implementasi. Self reliance ini kemudian lebih dikenal sebagai Defence of Australia atau yang disingkat menjadi DoA, yaitu sebuah doktrin tentang pertahanan Australia yang bersifat mandiri. Mengacu kepada beberapa tulisan Hugh White dan Paul Dibb serta dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia, DoA dinyatakan sebagai sebuah doktrin pertahanan. Doktrin pertahanan sendiri merupakan cara bagaimana militer digunakan dalam rangka mendukung kebijakan nasional (DoD 2012: 3.2). Doktrin juga menjelaskan bagaimana operasi militer diarahkan, disusun, dilakukan dan dijalankan (Ibid). Ada beberapa hal penting yang perlu dijelaskan dalam pertahanan self reliance ini. Pertama, DoA tidak hanya berfokus semata pada pertahanan teritori Australia, namun juga mempertimbangkan operasi diluar teritori Australia apabila dibutuhkan untuk kepentingan nasional (Huisken 2007: 12). 8

9 Kedua, self reliance bukan berarti self sufficiency (ibid) (DoD 1987: X). Hal ini berarti self reliance tidak secara keseluruhan benar-benar mandiri tanpa sama sekali membutuhkan bantuan dari pihak lain. Meskipun berusaha untuk dapat membangun pertahanan yang lebih mandiri tanpa bergantung pada pihak lain, bukan berarti Australia sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari negara lain. Bantuan dari Amerika tetap menjadi aspek penting dalam pertahanan Australia, namun Australia sendiri memiliki tanggung jawab untuk menyediakan keamanan mereka sendiri (DoD 1976: 10). Mandiri yang dimaksud adalah mampu mengatasi dan menangani setiap ancaman yang muncul secara lebih independent tanpa harus menggantungkan sepenuhnya pada kekuatan aliansi, meskipun kekuatan aliansi masih dibutuhkan. Ketiga, self-reliance ini bukan berarti upaya isolasi. Namun doktrin ini adalah upaya Australia untuk keluar dari forward defence sebagai dasar bagi pertahanan Australia karena tidak adanya komitmen dari sekutu Australia terhadap keamanan Australia (Huisken 2007: 167). Sehingga tanpa aliansi pun angkatan bersenjata Australia dapat beroperasi tanpa bantuan dari pihak luar (ibid). Meskipun telah dijelaskan sebelumnya bahwa ADF akan lebih dikonsentrasikan untuk beroperasi diwilayah Australia, namun bukan berarti ADF tidak dapat beroperasi ke luar negeri. DoA ini bukan didasarkan kepada pertahanan teritori Australia, namun lebih difokuskan tentang kemandirian (ibid). DoA memungkinkan Australia untuk beroperasi keluar negeri dapat dilatar belakangi oleh beberapa hal. Pertama adalah untuk mendapatkan kepentingan strategis Australia. Hal ini terangkum dalam Dibb Review dan buku putih tahun 1987: A requirement has also been identified for Australia s defence policy to take account both of development in the South-West and South-East Asia Our region of primary strategic interest and to be capable of reacting positively to calls for military support further afield from our allies and friends, should we judge that our interest require it (DoD 1986: 8) 9

10 Kedua adalah tetap berkontribusi secara efektif terhadap aliansi (DoD 1976: 11). Ketiga adalah memberi dukungan terhadap negara yang berada pada area of direct military interest (DoD 1987: 6). Wilayah yang termasuk area of direct military interest adalah area sepanjang 7000 km dari Kepulauan Cocos sampai New Zealand, 5000 km dari wilayah laut bagian utara sampai laut bagian selatan (ibid: 2). Wilayah ini juga berkembang berdasarkan kepentingan strategis pertahanan Australia, termasuk wilayah Asia Tenggara, Indo China, Samudra Hindia dan PAsifik Barat yang sangat mempengaruhi keamanan Australia. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa self reliance dalam strategi pertahanan Australia adalah upaya Australia untuk menciptakan pertahanan yang mandiri dalam rangka menciptakan keamanan dan mendapatkan kepentingan Australia, tanpa menggantungkan diri pada bantuan negara lain. D. Hipotesis Pertahanan self-reliance merupakan pondasi utama dalam pertahanan Australia pada tahun 1976 sampai tahun Hal ini dapat dilihat pada setiap buku putih pertahanan yang menyatakan bahwa Australia tetap menggunakan self-reliance untuk menciptakan keamanan Australia. Namun pada jangka waktu 1976 sampai tahun 2000, terjadi beberapa dinamika tentang bagaimana pertahanan self-reliance diimplementasikan. Kebanyakan dinamika ini dipengaruhi oleh ancaman dan kondisi regional yang selalu berubah dari satu periode ke periode selanjutnya. Ancaman adalah faktor yang paling mempengaruhi dinamika pertahanan Australia, karena ancaman merupakan faktor utama yang dilihat Australia ketika mereka merumuskan pertahanannya. Sedangkan kondisi regional juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi 10

11 dinamika pertahanan Australia. Australia sendiri selalu melihat keamanannya yang selalu dipengaruhi oleh kondisi regional di sekitaran Australia. E. Metodologi Langkah awal untuk melakukan analisa di topik ini adalah menetapkan unit analisa, yaitu yang perilakunya hendak kita deskripsikan, jelaskan dan ramalkan (disebut juga variabel dependen); dan unit eksplanasi, yaitu dampaknya terhadap unit analisa yang hendak kita amati (disebut juga variabel independen) (Mas oed 1990: 39). Penelitian ini akan berfokus pada unit analisa tingkat negara yaitu pertahanan Australia dalam kurun waktu Sedangkan unit eksplanasi yang akan dimunculkan adalah unit ekplanasi di tingkat internasional, yaitu ancaman dari lar yang mengarah kepada Australia dan kondisi regional yang mempengaruhi keamanan Australia Pertanyaan riset yang pertama mengenai Bagaimanakah dinamika doktrin The Defene of Australia dalam strategi pertahanan Australia tahun ?, akan di jawab secara deskriptif. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya akan dijawab secara analitis dengan mengamati fenomena-fenomena yang terjadi dan memiliki hubungan dengan keamanan Australia Data yang akan di dapat berasal dari artikel-artikel di Media massa cetak maupun elektronik, jurnal-jurnal internasional dan sumber bacaan buku yang relevan dengan topik ini. F. Organisasi Kepenulisan Skripsi ini akan terdiri dari lima bab. Bab 1 adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual, hipotesis, metodologi, dan organisasi 11

12 kepenulisan. Selanjutnya di bab 2 akan mendeskripsikan kronologi dan dinamika pertahanan Australia dari tahun 1976 sampai tahun Kemudian di bab 3 akan di bahas tentang analisa faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika pertahanan Australia. Bab 4 yang merupakan bab terakhir berisi Penutup, akan mengakhiri skripsi ini dengan memberikan sejumlah kesimpulan yang bisa diambil dari pembahasan kasus ini. 12

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keterlibatan Australia dalam Perang Irak 2003 dianggap sebagai sebuah momentum bagi kembalinya prinsip forward defence policy sebagai basis kebijakan pertahanan Australia.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Setelah Perang Dunia ke II (PD II) berakhir, negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai dihadapkan pada dua kondisi yang berbeda. Kondisi pertama,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

PERSOALAN DEFENCE AND SECURITY

PERSOALAN DEFENCE AND SECURITY PERSOALAN DEFENCE AND SECURITY AUSTRALIA SEBAGAI THE FRIGHTENED COUNTRY Sejak 1788 yang dipengaruhi oleh pengalamanpengalaman dari masa kolonisasi (Werner Levi) Konsep Defence in Depth --) lingkaran pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFORMASI PERTAHANAN JEPANG PASCA PERANG DINGIN (1990-2007) SEBAGAI BENTUK ADAPTASI JEPANG TERHADAP PERKEMBANGAN KEAMANAN INTERNASIONAL DAN RESPON NEGARA ASIA TENGGARA TERHADAP

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Chauvel, Richard H. Budaya dan Politik Australia, terj.oleh Harlinah, Sujinah,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992.

DAFTAR PUSTAKA. Chauvel, Richard H. Budaya dan Politik Australia, terj.oleh Harlinah, Sujinah,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992. DAFTAR PUSTAKA Buku: Chauvel, Richard H. Budaya dan Politik Australia, terj.oleh Harlinah, Sujinah,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992. Firth, Stewart. Australian in International Politics: Introduction

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNASIONAL By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNATIONAL Kegiatan bisnis yang dilakukan antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Kegiatan : Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

PERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN

PERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN PERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN (Review Kuliah Umum Bpk Edy Prasetyono, Ph.D.) 2 Desember 2006 Pasca Perang Dunia II, keadaan Eropa mengalami kehancuran yang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2 1. Negara-negara yang tergabung dalam blok fasis adalah... Jerman, Jepang, dan Italia Jerman, Jepang, dan Inggris Jepang, Italia, dan Uni Soviet Jerman, Hungaria, dan Amerika Serikat SMP kelas 9 - SEJARAH

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si Teori Aliansi Teori Integrasi Teori Kerjasama Teori Peranan TEORI ALIANSI TEORI ALIANSI

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

Kepentingan Vietnam Dalam Konflik Laut China Selatan

Kepentingan Vietnam Dalam Konflik Laut China Selatan Kepentingan Vietnam Dalam Konflik Laut China Selatan I Gede Made Dwi Jaya Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email: dwijaya1990@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6181 PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 12) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan

BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN Bab IV ini akan membahas mengenai reaksi Rusia sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan Amerika Serikat dalam melancarkan ambisi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR : 7 TAHUN 2008 TANGGAL : 26 JANUARI 2008 KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA A. UMUM. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdamaian dunia merupakan isu penting dalam upaya pencapaian keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24 Oktober 1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2004 atau berdasarkan tahun pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Pertahanan Tahun 2000-2004, pertumbuhan anggaran pertahanan

Lebih terperinci

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Amerika 1776 Perang Sipil di Amerika 1861-1845 Perkembangan Amerika Serikat dan Amerika Latin Amerika Serikat Sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menyebabkan negara ini kehilangan kedaulatannya dan dikuasai oleh Sekutu. Berdasarkan isi dari Deklarasi Potsdam, Sekutu sebagai

Lebih terperinci

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Negara Bangsa Dalam Politik Luar Negeri Teori-Teori Level Negara Bangsa Dalam Politik

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN AWAL KOLONI AUSTRALIA

PEMERINTAHAN AWAL KOLONI AUSTRALIA PEMERINTAHAN AWAL KOLONI AUSTRALIA TERBENTUKNYA FEDERASI AUSTRALIA MENGAPA PERLU FEDERASI? Terbentuknya koloni menyebabkan perbedaan pemerintahan dan tidak adanya koordinasi Dalam hal perdagangan, terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini sumber-sumber literatur tentang sejarah Perang Dunia II (1939-1945) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

DOKTRIN DAN STRATEGI PERTAHANAN. Edy Prasetyono, PhD Universitas Indonesia

DOKTRIN DAN STRATEGI PERTAHANAN. Edy Prasetyono, PhD Universitas Indonesia DOKTRIN DAN STRATEGI PERTAHANAN Edy Prasetyono, PhD Universitas Indonesia DOKTRIN PERTAHANAN (buku Doktrin Pertahanan Negara, DEPHAN-RI, 2008) Prinsip-prinsip fundamental pertahanan negara yang diyakini

Lebih terperinci

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH Oleh : Uci Sanusi, SH., MH PENGERTIAN BELA NEGARA Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun multilateral antar negara biasanya mengalami suatu kondisi dinamika pasangsurut yang disebabkan

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA FAREWELL PRESIDEN DENGAN PERWIRA

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

PERANAN AMERIKA SERIKAT DI KAWASAN PASIFIK SELATAN

PERANAN AMERIKA SERIKAT DI KAWASAN PASIFIK SELATAN BAB IX PERANAN AMERIKA SERIKAT DI KAWASAN PASIFIK SELATAN (Oleh: Dewi Triwahyuni) PENDAHULUAN Adalah agak sulit membicarakan peranan Amerika Serikat (AS) di kawasan pasifik Selatan (KPS) dari Administrasi

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT

ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? By: Dewi Triwahyuni 1 Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? Sejak 1920an, adanya pergerakan negara totaliter di

Lebih terperinci

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II

BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II BAB I PASUKAN KAMIKAZE DALAM SEJARAH MILITER JEPANG PADA PERANG DUNIA II 1.1 Latar Belakang Masalah Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

STUDI KAWASAN: TEORI DAN KONSEP DASAR DIPLOMASI

STUDI KAWASAN: TEORI DAN KONSEP DASAR DIPLOMASI Diplomasi HI di Asia Pasifik STUDI KAWASAN: TEORI DAN KONSEP DASAR DIPLOMASI Yesi Marince, S.IP., M.Si Dalam Studi Kawasan 2 (dua) hal yang harus disimak yaitu : 1. Sistem Sub Ordinasi (Sub-Ordinate System)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan salah satu dari negara yang tergabung dalam rezim Uni Soviet pada masanya. Setelah runtuhnya Uni Soviet Rusia menjadi negara eks- Soviet terbesar

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang.

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang. Bab I Pendahuluan Naskah ini disusun sebagai tugas akhir Program Magister Studi Pembangunan Alur Studi Pertahanan pada Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) di Institut Teknologi

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu hal atau maksud-maksud tertentu antar manusia. Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, bahasa

Lebih terperinci

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme

Lebih terperinci

There are no translations available.

There are no translations available. There are no translations available. Kapolri, Jenderal Polisi H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D menjadi salah satu pembicara dalam Panel Discussion yang diselenggarakan di Markas PBB New York, senin 30

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang selama ini dikenal sebagai negara dengan kemajuan teknologi yang luar biasa pesat jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia. Kemajuan teknologi yang

Lebih terperinci

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan,

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan, SUMBER DAYA AIR Perubahan iklim akibat pemanasan global bukan lagi dalam tataran wacana, namun secara nyata telah menjadi tantangan paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Pada dasarnya perubahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya Spanyol pada Perang Dunia II tahun 1939-1945 merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi

Lebih terperinci