BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
|
|
- Adi Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan ini muncul akibat kekalahannya pada Perang Dunia kedua. Keunikannya yaitu, tidak seperti negara normal lainnya Jepang melepaskan hak kedaulatannya untuk menyatakan perang sebagaimana tercantum dalam konstitusi Jepang Sebagai gantinya, Jepang mengadakan perjanjian pertahanan dengan Amerika Serikat (AS) untuk membantu menjaga wilayah kedaulatannya. Pada masa perang dingin ini, Jepang melancarkan politik isolasi yang didasarkan pada Doktrin Yoshida yang berimplikasi pada perilaku Jepang yaitu minim berkontribusi pada isu isu keamanan internasional dan fokus pada pembangunan dalam negeri. Namun tidak dipungkiri bahwa terdapat usaha untuk membangun kekuatan militer melalui pembentukan Japan Self Defense Force (JSDF) pada masa itu. Akan tetapi pembentukan JSDF merupakan gagasan yang dikeluarkan oleh AS, bukan dari dometik Jepang. JSDF dibanun dengan tujuan untuk melindungi dari dampak Perang Besar Korea. AS juga ingin membagi beban melindungi Jepang dengan pemerintah Jepang dan memanfaatkannya sebagai bantuan pasukan AS dalam Perang Dingin. Harapan AS terhadap potensi tambahan kekuatan dari Jepang tidak terpenuhi karena kuatnya pengaruh dari PM Yoshida dan doktrinnya, sehingga perkembangan JSDF tidak signifikan dan tetap bergantung besar pada AS sebagai pelindung utamanya. Memasuki masa setelah perang dingin, secara perlahan mulai terjadi perubahan pada politik domestik Jepang, tepatnya pada konsep kebijakan pertahanan. Perubahan kebijakan pertahanan pertama tertuang dalam National Defense Program Guidelines (NDPG) 1997 yaitu kini JSDF berperan sebagai kekuatan utama pelindung Jepang dari ancaman dan menjadikan tentara AS sebagai kekuatan cadangan. 1 Sebelum Pedoman Pertahanan Nasional 1997 tersebut, tentara AS menjadi kekuatan utama dalam hubungan kerja sama pertahanan ini. Perubahan konsep hubungan ini sangat mempengaruhi faktor kemandirian Jepang dalam 1 E. J. L Southgate, From Japan to Afghanistan: The U.S Japan Joint Security Relationship, the War on Terror, and the Ignominious End of the Pacifist State?, University of Pennsylvania Law Review, Vol. 151, No. 4, April 2003, p
2 bidang pertahanan sehingga memicu berbagai macam perubahan. Beberapa contoh dari perubahan arah kebijakan politik pertahanan yaitu pengiriman pengiriman SDF Jepang pada 15 Desember 2003 dalam perang Irak 2, pembentukan Kementrian Pertahanan pada 2007, adopsi strategi Defense Capacibility dalam Pedoman Pertahanan Nasional 2004 yang lebih agresif dan lainnya. Perubahan ini menandakan munculnya perubahan pada paham pasifis yaitu muncul kelonggaran toleransi terhadap penggunaan dan pengembangan kekuatan militer oleh domestik Jepang mengikuti perubahan keadaan yang dihadapi. Pada 23 November 2013, Tiongkok mengeluarkan kebijakan perluasan zona identifikasi pertahanan udara atau Air Defense Identification Zone (ADIZ) yang mencakup wilayah udara kepulauan Senkaku milik Jepang. 3 Jika ada yang melewati wilayah udara Senkaku namun tidak mengikuti peraturan identifikasi Tiongkok, maka akan dianggap ancaman dan akan ditembak jatuh oleh Tingkok. Konflik perluasan ADIZ ini telah meningkatkan lebih jauh tingkat ancaman keamanan Jepang dari yang sebelumnya. Sebelum perluasan ADIZ terjadi, Jepang telah lebih dulu dikelilingi oleh negara tetangga yang memiliki potensi ancaman yang besar. Ancaman ini muncul akibat sejarah penjajahan yang dilakukannya pada Perang Dunia kedua dan perbedaan kepentingan. Negara tetangga yang memiliki hubungan buruk dengan Jepang yaitu Rusia, Tiongkok, Korea Utara dan Korea Selatan. Hubungan buruk tersebut telah memuncullkan beberapa konflik besar dan kecil. Dari semua Negara yang disebutkan, Tiongkok termasuk salah satu Negara yang memiliki hubungan diplomatis yang buruk dan patut diwaspadai. Namun selama ini dalam menghadapi semua ancaman tersebut, postur pertahanan Jepang yang bergantung banyak pada AS telah sangat cukup dalam menghadapi ancaman keamanan. Tindakan sepihak Tiongkok tersebut merupakan ancaman terhadap keamanan dan kedaulatan Jepang serta kemungkinan eskalasi konflik lebih lanjut. Posisi Tiongkok yang semakin kuat secara ekonomi dan militer juga akan semakin sulit dihadapi Jepang. Konflik ini juga akan menjadi pusat perhatian dunia, mengingat pihak-pihak yang terlibat dalam konflik ini adalah negara maju. Maka dari itu Jepang merasa wajib untuk menunjukkan kekuatannya di mata dunia, terutama Tiongkok, untuk menjaga wibawanya dan keutuhan wilayah kedaulatannya. Kasus ini juga menunjukkan bahwa AS pengaruh intervensi AS tidak 2 The Asahi Shimbun, Koizumi commits SDF personnel to Iraq (daring), 10 Desember 2003, < diakses 26 Januari J. Osawa, China s ADIZ over the East China Sea: A Great Wall in the Sky?, Brookings (daring), 17 Desember 2013, < diakses 25Maret
3 efektif di hadapan Tiongkok setelah sebelumnya dapat melindungi Jepang dengan efektif. Kondisi ini menyadarkan Jepang untuk meraih kemandirian dalam mempertahankan kedaulatannya. Namun bukan berarti Jepang dapat mengeluarkan pernyataan atau kebijakan agresif yang langsung ditujukan pada Tiongkok karena adanya ketergantungan ekonomi antar keduanya. Karena itu, Jepang berfokus pada menggunakan jalur diplomasi dan kepercayaan kepada Tiongkok untuk menyelesaikan konflik ini dengan damai. Jalur diplomasi yang kurang efektif menjadikan jalur militer sebuah alternatif pilihan. Pemerintah Jepang merespon situasi ini dengan secara hati-hati yaitu dengan menjadikan menambah bagian pengembangan kekuatan militer dalam kebijakan pertahanannya dengan alasan pertahanan diri. Militer kini sejajar dengan diplomasi yaitu menjadi salah satu cara penting dalam melindungi kepentingan dan keamanan negara dari ancaman global dan regional. Jepang memberi perhatian lebih pada masuknya ancaman keamanan ke wilayah udara dan laut. Ancaman yang masuk tersebut akan dihdapi oleh kekuatan pertahanan domestik dan gabungan kekuatan pertahanan bersama AS dan negara kawan lainnya. Maka muncul kebutuhan untuk memiliki militer yang kuat dan kerja sama pertahanan dengan negara yang lebih banyak. Pemilihan jalur militer untuk merespon konflik ini menjadi kajian yang menarik, mengingat konsep pasifis selalu dominan dalam kebijakan pertahanan Jepang selama ini. B. Rumusan Masalah Skripsi ini akan menjawab permasalahan, yakni: Bagaimana respon Jepang terhadap perluasan Wilayah ADIZ Tiongkok dan apa implikasinya terhadap kebijakan pertahanan Jepang tahun 2014? C. Landasan Konseptual Guna menjawab dan menganalisa permasalahan yang telah penulis tuliskan di atas, landasan konseptual yang akan penulis gunakan ialah: 1. Teori Hukum Angkasa Internasional Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau International Civil Aviation Organization (ICIAO) merupakan agensi spesial milik PBB yang mengatur mengenai penerbangan internasional. Organisasi ini memiliki dasar hukum yaitu Konvensi Penerbangan Sipil Internasional mengatur pemakaian wilayah udara internasional antar negara. Organisasi 6
4 ini memiliki anggota sebanyak 191 negara terhitung menurut data tahun Beberapa anggotanya yaitu Jepang, AS, dan Tiongkok merupakan anggota dewan dari ICIAO. 5 Tujuan utamanya adalah menjadi forum penerbangan internasional dan membuat standarisasi serta membangun dunia penerbangan sipil. 6 Anggotanya menyetujui Konvensi Penerbangan Sipil Internasional yang didasarkan atas Konvensi Chicago dan menjadi dasar hukum internasional angkasa dunia. Berikut adalah beberapa hukum penting yang yang terkait dengan bidang penelitian tulisan ini dalam Konvensi Penerbangan Sipil Internasional: a) Bab satu artikel satu menyatakan bahwa setiap negara yang menyetujui konvensi ini mengakui bahwa setiap negara memiliki kedaulatan utuh dan ekslusif atas wilayah udara diatas teritorinya. 7 b) Bab satu artikel tiga b menyatakan bahwa pesawat yang digunakan dalam militer, dimodifikasi, dan milik polisi dikategorikan sebagai Pesawat Negara. 8 c) Bab satu artikel tiga c menyatakan bahwa tidak boleh ada Pesawat Negara dari negara yang menyetujui konvensi ini, terbang memasuki wilayah negara lain tanpa persetujuan kecuali jika ada perjanjian tertentu. 9 d) Bab satu artikel tiga bis menyatakan bahwa negara yang menyetujui konvensi ini mengakui bahwa negara harus menghindari penggunaan senjata pada pesawat sipil yang sedang terbang. Jika terjadi pencegatan, maka keselamatan penumpang haruslah diutamakan. 10 e) Bab 19 artikel 89 menyatakan bahwa pada saat perang dan kondisi darurat, konvensi ini tidak akan membatasi kebebasan negara untuk bertindak. 11 Konvensi ini hanya berupa fondasi dasar bagi negara-negara untuk dapat bekerja sama dalam bidang udara sipil. Tujuannya agar tercipta kerja sama yang teratur, adil, dan menguntungkan semua pihak. 4 International Civil Aviation Organization, Member States (daring), < diakses 11 April International Civil Aviation Organization, Member States (daring. 6 International Civil Aviation Organization, Vision & Mission (daring), < diakses 11 April International Civil Aviation Organization, Convention on International Civil Aviation - Doc 7300 (daring), < p.2, diakses 11 April International Civil Aviation Organization, Convention on International Civil Aviation - Doc 7300 (daring), p International Civil Aviation Organization, Convention on International Civil Aviation - Doc 7300 (daring), p International Civil Aviation Organization, Convention on International Civil Aviation - Doc 7300 (daring), p International Civil Aviation Organization, Convention on International Civil Aviation - Doc 7300 (daring), p
5 2. Teori Negara Pasifis Proaktif Kamiya Matake seorang profesor di akademi pertahanan nasional Jepang ( National Defense Academy of Japan) membuat sebuah tulisan berjudul A Nation of Proactive Pacifism National Strategy for Twenty-first-Century Japan. Tulisan ini menjelaskan mengenai bagaimana Jepang harus bersikap untuk menyesuaikan diri di abad ke-20. Jepang pasca perang dunia kedua memiliki tiga tujuan yaitu (1) keamanan negara di bawah perlindungan aliansi keamanan AS dalam perang dingin, (2) pemulihan ekonomi bekerja sama dengan AS dan (3) menyelesaikan masalah pasca perang dengan negara-negara Asia. 12 Tiga tujuan tersebut tidak lagi relevan pada setelah perang dingin karena tujuan pertama tidak lagi relevan dan tujuan kedua serta ketiga telah tercapai. Untuk itu Jepang membutuhkan tujuan nasional yang baru untuk sebagai pedoman untuk melindungi kepentingan-kepentingan Jepang di kancah internasional. Profesor Matake mengusulkan konsep Negara pasifis proaktif sebagai citra Jepang yang baru. Konsep ini mendefinisikan Jepang sebagai negara yang tidak akan pernah menggunakan kekuatan militer untuk memenuhi ambisi negara namun tidak menutup pilihan untuk berkontribusi secara militer yang setara dengan kekuatan negaranya untuk membuat dan menjaga perdamaian internasional. 13 Konsep tersebut akan dijalankan sebagai berikut yaitu Jepang (1) tidak akan bertujuan menjadi kekuatan militer besar dan akan mempertahankan sebanyak mungkin aspek pembatasan kekuatan militer diri sendiri, (2) menghindari aksi militer selain dalam situasi perlindungan diri sendiri dan kerja sama internasional untuk perdamaian, (3). t api tetap mengembangkan kemampuan militer yang dibutuhkan untuk pertahanan dan kerja sama dengan negara lain tanpa adanya larangan, (4) aktif bekerja sama dalam aksi perdamaian internasional sepadan dengan kekuatan nasional Jepang dalam bentuk militer dan non-militer Teori Negara Normal Jepang yang normal menurut Mike M. Mochizuki adalah Jepang yang memiliki kebijakan pertahanan yang bebas, berdaulat penuh untuk mengaturnya sendiri. Normalisasi 12 K. Matake, A Nation of Proactive Pacifism National Strategy for Twenty-first-Century Japan, Discuss Japan (daring), < diakses 25 Maret K. Matake, A Nation of Proactive Pacifism National Strategy for Twenty-first-Century Japan, Discuss Japan (daring). 14 K. Matake, A Nation of Proactive Pacifism National Strategy for Twenty-first-Century Japan, Discuss Japan (daring). 8
6 ini dicapai melalui menghapus konstitusi 1947 pasal 9, mengembangkan militer Jepang secara mandiri, kesetaraan peranan AS-Jepang dalam kerja sama dan bahkan menghapus kerja sama keamanan dengan AS. 15 Menurutnya ini merupakan satu-satunya cara agar Jepang lepas dari ketergantungan pada kekuatan eksternal dan menjadi Negara normal yang berdaulat seutuhnya. Namun mayoritas parlemen Jepang menginginkan perkembangan kebijakan militer yang bersifat pasifis dan menyesuaikan dengan perkembangan militer AS. Pandangan mayoritas ini juga dianut oleh masyarakat Jepang berkat sejarah keberhasilan Doktrin Yoshida dan dukungan legal pasal 9 konstitusi Selama tidak ada bahaya yang sangat mengancam, maka kebijakan pertahanan seperti negara normal akan sukar untuk dicapai. Pandangan mayoritas ini bertahan dengan kuat dan lama selama Perang Dingin dan awal pasca Perang Dingin. Namun perubahan situasi dan kondisi dunia membuat pandangan mayoritas tidak lagi cukup untuk melindungi kepentingan Jepang. Peningkatan ancaman regional dan global, pergeseran perimbangan kekuatan dunia dengan munculnya Negara kuat yang baru, dan menurunnya pengaruh AS memaksa Jepang harus lebih mandiri melindungi kepentingannya. Reaksi yang muncul dari parlemen Jepang adalah keinginan untuk lebih aktif secara militer dengan memperkuat militer dan keinginan merevisi hukum yang membatasi pengembangan dan pemanfaatan kekuatan militer. Selain militer yang lebih kuat, Jepang juga menginginkan kerja sama pertahanan yang lebih baik. Kerja sama yang lebih baik merupakan kerja sama pertahanan di mana Jepang tidak hanya menjadi pihak yang dilindungi namun juga ikut melindungi dan berkontribusi aktif dalam bidang militer. Pada akhirnya kebijakan ini selain meningkatkan keseluruhan kekuatan militer, juga akan meningkatkan martabatnya di mata internasional sesuai dengan statusnya sebagai Negara besar yang berdaulat penuh. Perkembangan konsep kebijakan pertahanan ini akan mengarahkan Jepang menjadi Negara normal, seperti negara besar lainnya yang berdaulat penuh. D. Argumen Utama Bagi Jepang, perluasan wilayah ADIZ Tiongkok telah meningkatkan ancaman keamanan. Kebijakan Tiongkok tersebut dapat memiliki kemungkinan besar untuk memicu terjadinya konflik bersenjata antara Tiongkok dan Jepang. Kemungkinan terburuk yang dapat 15 M. M. Mochizuki, Japan s search for strategy, International Security, vol. 8, no. 3, winter 1983/ 84, pp ; 9
7 dihadapi Jepang adalah kalah dalam menyaingi kekuatan Tiongkok dan melepaskan kepemilikan atas kepulauan Senkaku. Kasus ini juga memunculkan dua fakta yang menjadi masalah yaitu munculnya batasan kemampuan intervensi AS dan bidang pertahanan Jepang yang tidak mencukupi untuk melindungi diri sendiri. Menghadapi situasi ini, mayoritas Jepang sadar bahwa Jepang harus dapat mandiri melindungi diri sendiri. Jepang juga harus memulai kerja sama dengan negara lainnya karena tidak dapat mengandalkan AS semata untuk mendapatkan perlindungan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dibuatlah kebijakan pertahanan yang berorientasi pada pengembangan militer secara mandiri yang dapat menjadi penghalau ancaman dan dapat berperan aktif dalam kerja sama pertahanan. Kebijakan pertahanan tersebut akan menghasilkan Jepang negara normal yang memiliki pertahanan yang kuat dan berdaulat bebas mengaturnya. Bentuk Jepang sebagai negara normal ini sesuai dengan pandangan PM Shinzo Abe yang menginginkan Jepang lebih mandiri dan aktif menggunakan dan mengembangkan kekuatan militernya untuk kepentingan negara. Selama ini usaha normalisasi Jepang oleh Abe terhambat oleh kuatnya paham pasifis anti militer dan keinginan untuk tetap bergantung pada AS. Namun dengan adanya kasus perluasan ADIZ telah memudahkan usaha Abe dalam normalisasi Jepang. E. Metode Penelitian Skripsi ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui studi data resmi yang dipublikasikan oleh pemerintah Jepang, berita online yang terpercaya dan studi literatur terkait. Jepang merupakan negara yang memberi publikasi lengkap terhadap data-data dari tiap kementriannya, terutama kementrian pertahanan dan luar negeri. Data-data resmi pemerintah Jepang sangat lengkap dan dapat diakses secara mudah melalui jaringan internet. Pemberitaan online yang terpercaya digunakan untuk melengkapi dan memperkuat analisa karena berita menyajikan data-data terbaru. Studi literatur terkait juga menjadi bahan acuan untuk memperkuat teori agar dapat mempertajam analisa dalam skripsi ini. F. Jangkauan Penelitian Penulis akan membatasi penelitian ini pada kebijakan pertahanan pemerintahan perdana menteri Shinzo Abe yang kedua dari hingga Juni Pembatasan ini ditujukan untuk memberikan penjabaran yang lebih berfokus. 10
8 G. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan terdiri dari lima bab; pada bab I, penulis akan menjabarkan latar belakang permasalahan skripsi. Pada bab II, penulis apa, mengapa dan bagaimana perluasan ADIZ Tiongkok terjadi dari sudut pandng sejarah dan Tiongkok untuk memahami dasar permasalahan. Pada bab III, penulis akan menjabarkan bagaimana Jepang merespon kebijakan perluasan wilayah ADIZ Tiongkok. Kebijakan apa saja yang diambil oleh Jepang setelah terjadinya kasus ADIZ akan dibahas sehingga dapat dimengerti konsep kebijakan yang diambil. Bab IV akan menyampaikan implikasi kebijakan Jepang dalam merespon perluasan ADIZ Tiongkok pada postur pertahanan Jepang pada tahun 2014 dimasa kepemimpinan Shinzo Abe. Bab V merupakan kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari skripsi ini. 11
No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6181 PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 12) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperincipenting dalam menciptakan hukum internasional sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum internasional adalah hukum atau peraturan yang berlaku diluar dari wilayah suatu negara. Secara umum, hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari peraturan-peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh
BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan
BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan
Lebih terperincidalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan
BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinciDIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciBAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia
BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO 1944 D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia Eksistensi horisontal wilayah udara suatu negara mengikuti batas-batas wilayah
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciRESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. News. Retrieved from
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Jepang kalah Perang Dunia II pada tahun 1945 Jepang harus menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu yang dipimpin oleh Amerika. Sejak saat itu banyak sekali campur
Lebih terperinciterlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.
BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup
Lebih terperinciSEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjamin keselamatan setiap penerbangan udara sipil. 1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya berita penembakan pada Airbus A-300 milik Iran Air yang telah diakui oleh Amerika Serikat menelan korban 290 orang tewas di teluk parsi hari minggu sore
Lebih terperinciPada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace
Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak
Lebih terperinciBAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN. memiliki isu-isu yang belum terselesaikan. Kedua negara masih memiliki
BAB II HUBUNGAN JEPANG DENGAN KOREA SELATAN Jepang dan Korea Selatan merupakan negara tetangga yang saling membutuhkan satu sama lain, namun memiliki hubungan pasang surut. Dengan sebutan negara dekat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai
Lebih terperinciPELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING
PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING Oleh: Sylvia Mega Astuti I Wayan Suarbha Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,
Lebih terperinciUAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI
UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciOEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA
OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 The Columbia Encyclopedia, Yoshida Shigeru (online), 2013,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekalahan dari Sekutu dalam Perang Dunia II membuat Jepang harus rela menjadi negara yang tidak memiliki militer aktif seperti yang tertulis di dalam perjanjian San
Lebih terperinciKemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat
Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperinciKONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)
KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979) PARA PIHAK DALAM KONVENSI MEMPERHATIKAN arti penting yang tercantum dalam beberapa konvensi mengenai pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.
BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara
Lebih terperinciAncaman Terhadap Ketahanan Nasional
Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. p K. Kishimoto, Politics in Modern Japan: Development and Organization, 3rd ed., Japan Echo, Tokyo, 1988,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Konstitusi yang dibuat tahun 1947, Jepang menjadi sebuah negara yang memiliki keterbatasan besar akan kekuatan militer. Pasal 9 Konstitusi ini kurang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Salah satu pokok studi hubungan internasional yang menarik untuk dikaji adalah kebijakan keamanan negara. Kebijakan keamanan negara menjadi isu politik dan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinci2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a
No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di
Lebih terperinciHAK DAN KEWAJIBAN KAPAL DAN PESAWAT UDARA ASING MELAKUKAN LINTAS DI ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA SKRIPSI
HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL DAN PESAWAT UDARA ASING MELAKUKAN LINTAS DI ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR : 7 TAHUN 2008 TANGGAL : 26 JANUARI 2008 KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA A. UMUM. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan usaha untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam upaya pemilihan judul skripsi ini. Sebab dunia internasional dihadapkan kepada beragam
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR
Lebih terperinci91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013
Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA
Lebih terperinciDASAR KLAIM DAN UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA GUGUS KEPULAUAN SENKAKU ATAU DIOYU OLEH JEPANG DAN TIONGKOK SKRIPSI
DASAR KLAIM DAN UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA GUGUS KEPULAUAN SENKAKU ATAU DIOYU OLEH JEPANG DAN TIONGKOK SKRIPSI Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik
Lebih terperinciHak Lintas Damai di Laut Teritorial
Hak Lintas Damai di Laut Teritorial A. Laut Teritorial HAK LINTAS DAMAI DI LAUT TERITORIAL (KAJIAN HISTORIS) Laut teritorial merupakan wilayah laut yang terletak disisi luar dari garis-garis dasar (garis
Lebih terperinciI. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciMI STRATEGI
------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi internasional yang paling terkenal saat ini adalah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebuah organisasi internasional yang paling terkenal saat ini adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Saat ini PBB memiliki anggota hampir seluruh negara di dunia.
Lebih terperinciHUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni
HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada
Lebih terperinci2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA
Lebih terperinciinternasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan
BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFORMASI PERTAHANAN JEPANG PASCA PERANG DINGIN (1990-2007) SEBAGAI BENTUK ADAPTASI JEPANG TERHADAP PERKEMBANGAN KEAMANAN INTERNASIONAL DAN RESPON NEGARA ASIA TENGGARA TERHADAP
Lebih terperinciUMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciMENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL
MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary
Lebih terperinciPROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI
PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.
Lebih terperinciAlur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting
Lebih terperinciUPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER. Oleh. Abstract
UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER Oleh Ananda F Ayu 1, Christy Damayanti 2, Herning Suryo 3 Abstract This study describes how Japan's efforts to improve
Lebih terperinci