PANDUAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI"

Transkripsi

1 PANDUAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KAB/KOTA DI SUMATERA UTARA Oleh: Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN NOVEMBER 2017

2 PANDUAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI MENGHITUNG CURAH HUJAN (CH) RATA-RATA Pendahuluan Data jumlah curah hujan (CH) rata -rata untuk suatu daerah tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bid ang pertanian data CH sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi, mengetahui neraca air lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off). Untuk dapat mewakili besarnya CH di suatu wilayah/daerah diperlukan penakar CH dalam jumlah yang c ukup. Semakin banyak penakar dipasang di lapangan diharapkan dapat diketahui besarnya rata -rata CH yang menunjukkan besarnya CH yang terjadi di daerah tersebut. Disamping itu juga diketahui variasi CH di suatu titik pengamatan. Menurut (Hutchinson, 1970 ; Browning, 1987 dalam Asdak C. 1995) Ketelitian hasil pengukuran CH tegantung pada variabilitas spasial CH, maksudnya diperlukan semakin banyak lagi penakar CH bila kita mengukur CH di suatu daerah yang variasi curah hujannya besar. Ketelitian akan semakin meningkat dengan semakin banyak penakar yang dipasang, tetapi memerlukan biaya mahal dan juga memerlukan banyak waktu dan tenaga dalam pencatatannya di lapangan. Media yang digunakan 1. Kalkulator 2. Komputer dengan program Sofware MS Excel Tujuan Praktikum 1. Menghitung curah hujan dengan metode Rata -rata aritmatik. 2. Menghitung curah hujan dengan Teknik poligon (Thiessen polygon). 3. Menghitung curah hujan dengan Teknik Isohyet (Isohyetal). 1. Cara rata-rata aritmatik Cara rata-rata aritamatik adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya (poligon dan Isohyet). Digunakan khususnya untuk daerah seragam dengan variasi CH kecil. Cara ini dilakukan dengan mengukur serempak untuk Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 1

3 lama waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya. Kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka akan dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Secara matimatik ditulis persamaan sbb: Rata-rata CH = ( Ri)/n, dimana Ri = besarnya CH pada stasiun i n = jumlah penakar (stasiun) perhitungan: Untuk mengukur rata-rata curah hujan yang mewakili suatu daerah X diperlukan 4 (empat buah) penakar hujan yaitu pada stasiun A, B, C dan D. Tercatat selama waktu tertentu di stasiun A sebesar 6 cm, di B (10 cm), di C (8 cm) dan di D (11 cm). Maka : Rata-rata CH = ( )/4 = 8,75 cm 2. Cara Poligon (Thiessen polygon) Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. Menurut Shaw (1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi. Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing daerah a i ), seperti pada Gambar 1.1 : a1 a2 a4 a3 A Gambar 1.1 Daerah-daerah poligon (a1, a2, a3, a4) yang dibatasi oleh garis putus-putus pada Wilayah A. Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 2

4 Tabel 1.1. Perhitungan prosentasi luas daerah (a i )pada suatu wilayah A ( ha) Daerah Luas Daerah a I (ha) Tetapan Thiessen * a a a a Jumlah A = * tetapan Thiessen = ratio luas a/ luas A 0,10 0,30 0,15 0,45 1,00 Prosentasi Luas 10% 30% 15% 45% 100% Untuk menghitung Curah Hujan ra ta-rata cara poligon menggunakan persamaan : Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) + R3(a3/A) Rn(ai/A) dimana R = jumlah curah hujan pada penakar/stasiun di daerah a Tabel 2.1 Perhitungan Curah Hujan rata -rata cara poligon di suatu Wilayah A Stasiun di Daerah Kedalaman CH yang terukur (cm) ratio a i /A Volume CH (cm) daerah a a1 6 x 0,10 = 0,60 a2 10 x 0,30 = 3,00 a3 8 x 0,15 = 1,20 a4 11 x 0,45 = 4,95 Curah Hujan rata-rata wilayah A = 9,75 3. Cara Isohyet (Isohyetal) Cara ini dipandang paling baik, tetapi bersifat subyektif dan tergantung pada keahlian, pengalaman, pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan pada daerah setempat. Isohyet adalah garis pada peta yang menunjukkan tempat -tempat dengan curah hujan yang sama (Gambar 1.2). Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 3

5 I 1 (7 cm ) I 3 (5,5 cm) I 4 (4,5 cm) I 5 (4 cm) I 2 (6,5 cm) A Gambar 1.2. Garis-garis besarnya curah huja n pada masing-masing Isohyet (I). Dalam metode Isohyet ini Wilayah dibagi dalam daerah -daerah yang masing-masing dibatasi oleh dua garis Isohyet yang berdekatan, misalnya Isohyet 1 dan 2 atau (I 1 I 2 ). Oleh karena itu, dalam Gambar 2, curah hujan rata -rata untuk daerah I 1 I 2 adalah (7 cm + 6,5 cm)/2 = 6,75 cm. Untuk menghitung luas darah ( I 1 menggunakan Planimeter. I 2 ) dalam suatu peta kita bisa Sercara sederhana bisa juga menggunakan kertas milimeter block dengan cara menghitung kotak yang masu k dalam batas daerah yang diukur. Tabel 1.2. Perhitungan Curah Hujan rata -rata cara Isohyet pada wilayah A Daerah antara CH rata-rata antara Prosentasi Luas Volume CH (cm) dua Isohyet dua Isohyet (cm) antara dua Isohyet *) I 1 I 2 6,75 x I 2 I 3 6,00 x I 3 I 4 5,00 x I 4 I 5 4,25 x *) terhadap luas wilayah A 40% = 2,700 20% = 1,200 25% = 1,250 15% = 0,638 Curah Hujan rata-rata wilayah A = 5,788 Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 4

6 Metode Isohyet berguna terutama berguna untuk mempelajari pengaruh hujan terhadap perilaku aliran air sungai terutama untuk daerah dengan tipe curah hujan orografik (daerah pegunungan). TUGAS PRAKTIKUM: 1. Hitunglah Curah Hujan Wilayah Meteode Aritmatik/Aljabar! 2. Hitunglah dan gambarkan Curah Hujan Wilayah Metode Poligon Thiessen! 3. Hitunglah dan gambarkan Curah Hujan Wilayah Metode Isohyet! Langkah-Langkah: Tahun Setiap mahasiswa mengambil data curah hujan wilayah Kota Medan meliputi 3 stasiun iklim yaitu Stasiun Klimatologi Sampali, Stasiun Maritim Belawan, dan Stasiun Geofisika Tuntungan. Setiap mahasiswa mengambil data 10 tahunan dengan tahun awal dan akhir yang berbeda. Pembagian tahun dilakukan dengan cara menyesuaikan urutan nama di absen dengan data iklim. Contohnya mahasiswa dengan urutan satu di absen mendapatkan data iklim dari tahun , mahasiswa urutan dua mendapatkan data iklim dari tahun , begitu seterusnya hingga mahasiswa urutan ke-22 yang mendapatkan data tahun , selanjutnya mahasiswa urutan ke-23 dan kembali lagi ke data dan begitu seterusnya. Buatlah Tabel Perhitungan seperti contoh berikut: Jumlah Rata2 Tabel Curah Hujan Stasiun... Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jumlah Ratarata Setelah dirata-ratakan, gambarkanlah Peta Curah Hujan Polygon Thiessen dan Isohyet di peta yang telah disediakan. Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 5

7 ANALISIS TIPE IKLIM SUATU TEMPAT DENGAN KLASIFIKASI IKLIM SCHMIDT-FERGUSON A. Pendahuluan Praktikum Meterorologi dan Klimatologi tahap selanjutnya dilakukan dengan kegiatan analisis tipe iklim di suatu tempat dengan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson. Iklim merupakan unsur alam yang penting dalam mempengaruhi kehidupan manusia, oleh karenanya pengetahuan mengenai kondisi iklim di suatu wilayah juga merupakan hal yang penting. Iklim di suatu tempat tidak hanya berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakatnya tetapi juga hubungannya dengan budidaya manusia dalam bidang pertanian. Untuk mengetahui kondisi iklim terlebih dahulu dilakukan identifikasi dan klasifikasi jenis iklim. Thornthwaite (1933) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pemerian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif, terutama air dan panas. Meskipun semua unsur iklim penting hubungan yang menyatakan kecukupan panas dan air banyak mempengaruhi klasifikasi iklim. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus. Klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson merupakan salah satu jenis klasifikasi yang banyak digunakan di Indonesia. Klasifikasi iklim ini mendasarkan pada curah hujan. Data hujan yang digunakan dalam analisis minimal 10 tahun. Berdasarkan data hujan tersebut Schmidt- Ferguson menentukan bulan basah dan bulan kering kemudian dianalisis sehingga diperoleh 8 daerah iklim dari yang paling basah hingga paling kering. Dalam praktikum ini akan dilakukan analisis tipe iklim di Kota Medan. Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 1

8 B. Dasar Teori Schmidt-Ferguson (1951) menentukan tipe iklim di Indonesia berdasarkan bulan basah dan bulan kering yang dianalisis dari data hujan minimal 10 tahun. Schmidt-Ferguson menerima metode Mohr dalam menentukan bulan kering dan bulan basah. Menurut Mohr berdasarkan penelitian tanah, terdapat tiga derajat kelembaban yaitu: Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka bulan ini dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui jumlah penguapan. Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka bulan ini dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air dalam tanah daripada curah hujan. Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100 mm maka bulan ini dinamakan bulan lembab, curah hujan dan penguapan kurang lebih seimbang. Schmidt-Ferguson menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah dari tiap-tiap tahun kemudian diambil rata-ratanya. Tipe iklim ditentukan dengan menghitung nilai Q yaitu perbandingan antara rata-rata bulan kering dengan rata-rata bulan basah. Hasilnya terdiri dari 8 tipe iklim yaitu tipe iklim A (sangat basah), B (basah), C (agak basah), D (sedang), E (agak kering), F (kering), G (sangat kering), H (luar biasa kering). C. Alat/Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kalkulator dan alat tulis. Adapun bahan yang dianalisis adalah data curah hujan Kota Medan 10 tahun terakhir. Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 2

9 D. Langkah Kerja 1. Siapkan alat dan bahan yang akan dianalisis 2. Perhatikan angka curah hujan bulanan, tentukan apakah termasuk bulan basah, lembab, atau kering. 3. Lengkapi kolom-kolom data hujan mengenai jumlah bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering, serta jumlah curah hujan dan ratarata curah hujan bulanan dalam kurun waktu 10 tahun 4. Hitung jumlah bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering 5. Hitung nilai Q dengan persamaan: 6. Tentukan tipe iklim dengan mencocokkan nilai Q yang diperoleh dengan kriteria iklim Schmidt-Ferguson: A: 0 Q < 0,143 B: 0,143 Q < 0,333 C: 0,333 Q < 0,600 D: 0,600 Q < 1,000 E: 1,000 Q < 1,670 F: 1,670 Q < 3,000 G: 3,000 Q < 7,000 H: 7,000 Q Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 3

10 ANALISIS TIPE IKLIM SUATU TEMPAT DENGAN KLASIFIKASI IKLIM MOHR DAN OLDEMAN A. Pendahuluan Selain klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson, jenis klasifikasi iklim lain yang dirasa sesuai dan banyak diterapkan untuk wilayah Indonesia adalah tipe iklim Mohr dan Oldeman. Sama halnya dengan metode Schmidt-Ferguson, Mohr dan Oldeman juga menggunakan unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim. Bahkan, Mohr (1933) merupakan ahli yang pertama yang mengajukan klasifikasi iklim di Indonesia yang didasarkan pada curah hujan. Perbedaan antara klasifikasi Mohr dengan Oldeman adalah, Mohr mendasarkan pada evaporasi tiap hari 2 mm hasilnya terdapat 5 kelas iklim dengan tingkat kelembaban antara basah hingga sangat kering. Adapun Oldeman menentukan klasifikasi iklim berdasarkan kebutuhan air untuk persawahan dan palawija, sehingga penentuan tipe iklim menurut Oldeman terutama digunakan dalam usaha pertanian di Indonesia. Perbedaan antara satu tipe iklim dengan tipe iklim lainnya pada satu wilayah yang sama memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai suatu wilayah ditinjau dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kondisi iklim berdasarkan beberapa tipe iklim. Dalam kegiatan praktikum meteorologi-kilmatologi acara ke 6 ini akan dilakukan analisis tipe iklim menggunakan klasifikasi Mohr dan Oldeman untuk pada daerah Kota Medan yang terdiri dari beberapa stasiun pengamatan. B. Dasar Teori Klasifikasi iklim di Indonesia menurut Mohr didasarkan pada jumlah bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam waktu yang lama. Curah hujan rata-rata yang digunakan diperoleh Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 4

11 dari pengamatan curah hujan selama minimal 10 tahun. Klasifikasi Iklim Mohr berdasarkan hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan. Asumsi untuk penguapan/ evaporasi (E) adalah 2 mm per hari. Menurut Mohr berdasarkan penelitian tanah, terdapat tiga derajat kelembaban yaitu: Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka bulan ini dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui jumlah penguapan. BB (Bulan Basah) CH > 100 mm ; sehingga CH > E Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka bulan ini dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air dalam tanah daripada curah hujan. BK (Bulan Kering) CH < 60 mm ; sehingga CH < E Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100 mm maka bulan ini dinamakan bulan lembab, curah hujan dan penguapan kurang lebih seimbang. BL (Bulan Lembab) 60 < CH < 100 mm. Berdasarkan keberadaan bulan basah dan bulan kering, terdapat kelas iklim menurut Mohr yaitu sebagai berikut: Dasar yang digunakan dalam sistem klasifikasi iklim Oldeman adalah adanya bulan basah yang berturut-turut dan adanya bulan kering yang berturut-turut pula. Kedua bulan ini dihubungkan dengan kebutuhan tanaman padi sawah dan palawija terhadap air. Dalam konsep ini, curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 5

12 padi sawah, sedangkan untuk sebagian besar palawija maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim. Meskipun lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis yang digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan. Dalam metode Oldeman bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai jumlah curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. Dari tinjauan di atas Oldeman membagi 5 daerah agroklimat utama yaitu: A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan B: jika terdapat 7-9 bulan basah berurutan C: jika terdapat 5-6 bulan basah berurutan D: jika terdapat 3-4 bulan basah berurutan E: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan Stratifikasi kedua adalah jumlah bulan kering berurutan. Bulan kering didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai curah hujan kurang dari 100 mm, karena untuk pertumbuhan tanaman palawija diperlukan curah hujan sekurang-kurangnya 100 mm tiap bulan. Jika terdapat kurang dari 2 bulan kering, petani dengan mudah mengatasinya karena tanah cukup lembab. Jika peiode bulan kering antara 2 dan 4, maka petani harus hati-hati dalam membudidayakan tanaman. Periode 4 sampai 6 bulan kering berurutan dipandang sangat lama jika irigasi tambahan tidak tersedia. Dengan demikian pendaerahan agroklimat dengan meninjau stratifikasi kedua adalah sebagai berikut: Zona A: jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 6

13 B1: jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering B2: jika terdapat 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering C1: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering C2: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering C3: jika terdapat 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering D1: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering D2: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering D3: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering D4: jika terdapat 3 sampai 4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering E1: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering E2: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering E3: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5 sampai 6 bulan kering E4: jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering Hasil perhitungan bulan basah dan bulan kering juga dapat dianalisis dengan menggunakan segitiga iklim Oldeman berikut ini: Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 7

14 C. Alat/Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kalkulator dan alat tulis. Adapun bahan yang dianalisis adalah data curah hujan Kota Medan yang terdiri dari beberapa stasiun pengamatan. D. Langkah Kerja Analisis tipe iklim menurut Metode Mohr 1. Siapkan alat dan bahan yang akan dianalisis 2. Jumlahkan data hujan masing-masing bulan dalam kurun waktu 10 tahun 3. Hitung rata-rata curah hujan masing-masing bulan 4. Tentukan masing-masing bulan tersebut apakah termasuk bulan basah, bulan lembab, atau bulan kering dengan melihat curah hujan rata-rata 10 tahun 5. Tentukan kelas iklim menurut Mohr Analisis tipe iklim menurut Metode Oldeman 1. Siapkan alat dan bahan yang akan dianalisis Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 8

15 2. Jumlahkan data hujan masing-masing bulan dalam kurun waktu 10 tahun 3. Hitung rata-rata curah hujan masing-masing bulan 4. Tentukan masing-masing bulan tersebut apakah termasuk bulan basah, bulan lembab, atau bulan kering dengan melihat curah hujan rata-rata 10 tahun 5. Perhatikan bulan basah yang berlangsung berurutan ada berapa 6. Tentukan kelas agroklimat pertama 7. Perhatikan jumlah bulan kering 8. Tentukan tipe iklim menurut Oldeman Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi 9

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E Sumber Jaya Sinabung Tiga Pancur Gunung Meriah Munte Kabanjahe Barusjahe DELI SERDANG Simolap Pancar Jaya Sukanalu Laubaleng Bunuraya KARO 3 0'0"N Juhar 3 0'0"N SIMALUNGUN Seribu Dolok Merek Situnggaling DAIRI Silalahi Bantun Kerbo DANAU TOBA 2 45'0"N Sidikalang ARG Sidikalang Sumbul 2 45'0"N Kerajaan KABUPATEN DAIRI 1:350,000 PAKPAK BHARAT SAMOSIR Sianjur Mulamula KM Si Empat Rube Resdes 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E

29 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E DELI SERDANG KARO SIMALUNGUN DAIRI DANAU TOBA 2 45'0"N 2 45'0"N 3 0'0"N 3 0'0"N KABUPATEN DAIRI 1:350, KM PAKPAK BHARAT SAMOSIR 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E

30

31

32 98 15'0"E 98 30'0"E 98 45'0"E 99 0'0"E Janji Martahan 2 30'0"N Onan Runggu SAMOSIR T E L E Palipi SAMOSIR 2 30'0"N Sektor Tele PAKPAK BHARAT Sitiotio Nainggolan DANAU TOBA Pollung Parlilitan Baktiraja Sihonongan Lintong Nihuta TOBA SAMOSIR Muara Tarabintang Dolok Sanggul 2 15'0"N HUMBANG HASUNDUTAN 2 15'0"N Manduamas Pakkat Hauagong Onan Ganjang Sijamapolang Pagaran Parmonangan Sektor Aek Raja TAPANULI UTARA Sipoholon Pagar Batu 2 0'0"N TAPANULI TENGAH HUMBANG HASUNDUNTAN 1:325,000 Barus KM Sipodang Tarutung Siatas Barita Siarang Arang 2 0'0"N 98 15'0"E 98 30'0"E 98 45'0"E 99 0'0"E

33 98 15'0"E 98 30'0"E 98 45'0"E 99 0'0"E 2 30'0"N SAMOSIR SAMOSIR 2 30'0"N PAKPAK BHARAT DANAU TOBA TOBA SAMOSIR HUMBANG HASUNDUTAN 2 15'0"N 2 15'0"N TAPANULI UTARA 2 0'0"N TAPANULI TENGAH HUMBANG HASUNDUNTAN 1:325, KM 2 0'0"N 98 15'0"E 98 30'0"E 98 45'0"E 99 0'0"E

34 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E Maryke LANGKAT 3 15'0"N DELI SERDANG Sibolangit 3 15'0"N Mardinding Kutabuluh Berastagi Buluh Pancur Siabangabang Kuta Gadung 1 Sumber Jaya Sinabung KARO Tiga Pancur Munte Kabanjahe Barusjahe Simolap Pancar Jaya Sukanalu Laubaleng Bunuraya 3 0'0"N Juhar SIMALUNGUN 3 0'0"N Seribu Dolok DAIRI Merek Situnggaling KABUPATEN KARO 1:325, KM DANAU TOBA 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E

35 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E LANGKAT DELI SERDANG 3 15'0"N 3 15'0"N KARO 3 0'0"N SIMALUNGUN 3 0'0"N DAIRI KABUPATEN KARO 1:325, KM DANAU TOBA 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E

36 99 45'0"E 100 0'0"E '0"E Air Batu Empl ASAHAN Panei Hilir Aek Loba Tanjung Leidong Kamng Mesjid Membang MudaLabuhan Haji 2 30'0"N Gunting Saga Kualuh Hulu Panai Hulu Panai Tengah 2 30'0"N Panai Jaya Halimbi LABUHAN BATU UTARA Ajamu 1 Afd I Aek Pamingke Negeri Lama Aek Hite Toras Lobu Rampah LABUHAN BATU Bilah Hilir Sennah Berangir Pernantian Merbau Selatan Rantau Parapat Afd. I Pangkatan Rantau Parapat Ujung Bandar Aek Nabara Selatan Aek Nabara Utara Parlabian Bilah Hulu 2 0'0"N 2 0'0"N Sisumut PADANG LAWAS UTARA Sei Rumbia LABUHAN BATU SELATAN Kota Pinang Aek Torop Kbn. Beruhur Sei Kebara 99 45'0"E 100 0'0"E '0"E 1:450,000 LABUHANBATU KM

37 99 45'0"E 100 0'0"E '0"E ASAHAN LABUHAN BATU UTARA LABUHAN BATU 2 0'0"N 2 0'0"N 2 30'0"N 2 30'0"N LABUHAN BATU SELATAN PADANG LAWAS UTARA 99 45'0"E 100 0'0"E '0"E 1:450,000 LABUHANBATU KM

38

39

40 99 30'0"E 99 45'0"E 100 0'0"E SIMALUNGUN Ambalutu Bunut Sei Dadaphessa Sei Silau Sipaku Tanjung Balai Sei Dadap EmplTanjung Balai Sijambidatuk Bandar Sei Dadap Afd I TANJUNG BALAI Sei Silau Timur Sei Dadap Afd Iv Teluk Manis Simpang Empat Sei Kepayang Kanan Pulau Mandi Pertahanan Piasa Hulu ASAHAN Air Batu Empl Gunung Melayu Aek Tarum Lae Hole Pulu Raja Empl Bandar Pulau PekanPulau Rakyat Pekan Bandar Selamat Aek Loba Aek Songsongan Bandar Pulau Empl Aek Kuasan Tanjung Leidong Kamng Mesjid Kanopan Hulu Membang MudaLabuhan Haji 2 30'0"N Gunting Saga Kualuh Hulu 2 30'0"N Halimbi LABUHAN BATU UTARA TOBA SAMOSIR Nassau Aek Pamingke Negeri Lama Aek Hite Toras Lobu Rampah Bilah Hilir Sennah Berangir Pernantian Merbau Selatan Rantau Parapat Afd. I Pangkatan Rantau Parapat TAPANULI UTARA LABUHAN BATU Ujung Bandar Aek Nabara Utara Aek Nabara Selatan Bilah Hulu Parlabian 2 0'0"N Garoga 2 0'0"N Pijor Koling Sisumut Sipangimbar Sei Rumbia TAPANULI SELATAN PADANG LAWAS UTARA LABUHAN BATU SELATAN 99 30'0"E 99 45'0"E 100 0'0"E 1:450,000 LABUHANBATU UTARA KM

41 99 30'0"E 99 45'0"E 100 0'0"E SIMALUNGUN TANJUNG BALAI ASAHAN LABUHAN BATU UTARA TOBA SAMOSIR LABUHAN BATU TAPANULI UTARA 2 0'0"N 2 0'0"N 2 30'0"N 2 30'0"N TAPANULI SELATAN PADANG LAWAS UTARA LABUHAN BATU SELATAN 99 30'0"E 99 45'0"E 100 0'0"E 1:450,000 LABUHANBATU UTARA KM

42

43 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E MEDAN LANGKAT MEDAN BINJAI MEDAN 3 30'0"N 3 30'0"N 4 0'0"N 4 0'0"N DELI SERDANG KARO 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E 1:500, KM LANGKAT

44 99 0'0"E 99 30'0"E 100 0'0"E Hutabalang TAPANULI TENGAH Marancar Banuanasikop 1 30'0"N Stasiun Meteorologi F.L Tobing Badiri Lumut Aek Pahu Batang Toru 1 Sangkunur Rawa Genjer Hapesong Simagomago Stasiun Meteorologi Aek Godang Gunung Tua PADANG LAWAS UTARA 1 30'0"N Padang Sidempuan Hutakoje Stamet Aek Godang Siunggam TAPANULI SELATAN MarpingganPargarutan Padang Matinggi PADANGSIDIMPUAN Huta Holbung Sosopan PADANG LAWAS ARG Lubuk Barumun Balangka Sitongkon 1 0'0"N Bange Aliaga 1 0'0"N Patiluban Natal Penyabungan Mompang MANDAILING NATAL Muara Soma Huta Imbaru Muara Sipongi Sinunukan NIAS SELATAN 0 0'0" 0 0'0" 0 30'0"N 0 30'0"N 99 0'0"E 99 30'0"E 100 0'0"E 1:750, KM MANDAILING NATAL

45 99 0'0"E TAPANULI UTARA 99 30'0"E 100 0'0"E LABUHAN BATU SELATAN TAPANULI TENGAH PADANG LAWAS UTARA PADANGSIDIMPUAN TAPANULI SELATAN PADANG LAWAS MANDAILING NATAL NIAS SELATAN 0 0'0" 0 0'0" 0 30'0"N 0 30'0"N 1 0'0"N 1 30'0"N 1 30'0"N 1 0'0"N 99 0'0"E 99 30'0"E 100 0'0"E 1:750, KM MANDAILING NATAL

46

47

48 99 30'0"E 100 0'0"E Simagomago Stasiun Meteorologi Aek Godang 1 30'0"N Gunung Tua LABUHAN BATU SELATAN 1 30'0"N PADANG LAWAS UTARA Padang Sidempuan PADANGSIDIMPUAN Hutakoje Stamet Aek Godang ARG Tapanuli Siunggam Marpinggan Pargarutan Padang Matinggi Huta Holbung Sosopan TAPANULI SELATAN PADANG LAWAS Sosa Balangka Sitongkon 1 0'0"N Bange Aliaga 1 0'0"N Patiluban MANDAILING NATAL Penyabungan Mompang PADANG LAWAS 1:500, KM 99 30'0"E 100 0'0"E

49 99 30'0"E 100 0'0"E 1 30'0"N LABUHAN BATU SELATAN 1 30'0"N PADANG LAWAS UTARA PADANGSIDIMPUAN TAPANULI SELATAN PADANG LAWAS 1 0'0"N 1 0'0"N MANDAILING NATAL PADANG LAWAS 1:500, KM 99 30'0"E 100 0'0"E

50 99 30'0"E 100 0'0"E LABUHAN BATU UTARA Ujung Bandar Aek Nabara Utara Aek Nabara Selatan Bilah Hulu Parlabian PADANG LAWAS UTARA 2 0'0"N TAPANULI UTARA Garoga Pijor Koling LABUHAN BATU Sisumut 1:525, KM 2 0'0"N Sipangimbar Sei Rumbia Kota Pinang LABUHAN BATU SELATAN Aek Torop Kbn. Beruhur Simangumban A R S E Batang Gogar Lg Payung Sei Kebara Torgamba Kebun Sei Daun Bukit Tujuh TAPANULI SELATAN Banuanasikop PADANG LAWAS UTARA Sei Meranti Simagomago Stasiun Meteorologi Aek Godang Gunung Tua 1 30'0"N 1 30'0"N Padang Sidempuan Hutakoje ARG Tapanuli Marpinggan Pargarutan Padang Matinggi Stamet Aek Godang PADANGSIDIMPUAN Siunggam Huta Holbung PADANG LAWAS Sosopan 99 30'0"E 100 0'0"E

51 99 30'0"E 100 0'0"E LABUHAN BATU UTARA PADANG LAWAS UTARA 2 0'0"N TAPANULI UTARA LABUHAN BATU 1:525, KM LABUHAN BATU SELATAN TAPANULI SELATAN PADANG LAWAS UTARA 1 30'0"N 1 30'0"N 2 0'0"N PADANGSIDIMPUAN PADANG LAWAS 99 30'0"E 100 0'0"E

52 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E Bantun Kerbo 2 45'0"N Sidikalang ARG Sidikalang Sumbul DANAU TOBA 2 45'0"N DAIRI Kerajaan Sianjur Mulamula PAKPAK BHARAT Si Empat Rube Resdes SAMOSIR Janji Martahan 2 30'0"N Onan Runggu 2 30'0"N HUMBANG HASUNDUTAN PAKPAK BHARAT Parlilitan 1:325, KM TAPANULI TENGAH Tarabintang 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E

53 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E 2 45'0"N DANAU TOBA 2 45'0"N DAIRI PAKPAK BHARAT SAMOSIR 2 30'0"N 2 30'0"N HUMBANG HASUNDUTAN PAKPAK BHARAT 1:325, KM TAPANULI TENGAH 98 0'0"E 98 15'0"E 98 30'0"E

54 98 30'0"E 98 45'0"E 2 45'0"N Sumbul 2 45'0"N DANAU TOBA Simanindo SIMALUNGUN Aek Nauli Stageof Parapat Stasiun Geofisika Parapat DAIRI ARG Simanindo Bah Birung Ulu Ajibata Pangururan Sianjur Mulamula Ronggur Nihuta SAMOSIR TOBA SAMOSIR PAKPAK BHARAT SAMOSIR Janji Martahan 2 30'0"N Onan Runggu Palipi 2 30'0"N Sektor Tele T E L E Sitiotio Nainggolan KABUPATEN SAMOSIR 1:250, KM 98 30'0"E HUMBANG HASUNDUTAN Pollung 98 45'0"E TAPANULI UTARA TAPANULI UTARA

55 98 30'0"E 98 45'0"E DANAU TOBA SIMALUNGUN DAIRI SAMOSIR TOBA SAMOSIR PAKPAK BHARAT SAMOSIR 2 30'0"N 2 30'0"N 2 45'0"N 2 45'0"N KABUPATEN SAMOSIR 1:250, KM 98 30'0"E HUMBANG HASUNDUTAN 98 45'0"E TAPANULI UTARA TAPANULI UTARA

56 98 45'0"E 99 0'0"E 99 15'0"E MEDAN Pagar Merbau Saentis Stasiun Meteorologi Kualanamu Pantai Cermin 2 Bpp Batang Kuis Sampali Kbn. Batang Kuis Staklim Sampali Stamet Kuala Namu Pantai Cermin 1 Bandar Klippa Pematang Sijoman Perdamean / Lab. Php Murni Tanjung Morawa MEDAN Tanjung Gorbus Melati Tanjung Garbus Mata Pao 3 30'0"N DELI SERDANG Adolina Afd I Aek Pancur AAWS Deli Serdang Tanah Raja Sei Rejo Tanjung Beringin 3 30'0"N Jaharun B Sei Bamban Afd Vii Sei Bamban Batu Rata Sei Karang Sei Putih Karet Sei Putih SERDANG BEDAGAI Sarang Ginting Dolok Masihul Kotarih 1 Bangun Bandar Rambutan Rantau Laban Berohol TEBING TINGGI Kampung Baru Tanah Bersih BATU BARA Bandar Negeri Tanjung Maria Kotarih 2 Pabatu Empls Tanjung Kasau Stm Hulu Galang Kehutanan Silau Dunia Gunung Monako Marjanji Bandar Betsy Gunung Para 2 Sinder Rayasambosar Dlk Ilir/Bah Tobu Dolok Ilir Emplasmen Bridgestones Sei Balei Laras Emplasmen Pematang Kerasaan SIMALUNGUN Dolok Sinumba Empl Simarjarunjung 3 0'0"N Bangun Bah Jambi Empl 3 0'0"N PEMATANG SIANTAR Marihat Bah Jambi Afd 1 Bukit Lima Empl Panei Tongah Tiga Lingga Huta Bayu Raja 98 45'0"E 99 0'0"E 99 15'0"E 1:370, KM SERDANG BEDAGAI

57 98 45'0"E 99 0'0"E 99 15'0"E MEDAN MEDAN 3 30'0"N DELI SERDANG 3 30'0"N SERDANG BEDAGAI TEBING TINGGI BATU BARA SIMALUNGUN 3 0'0"N 3 0'0"N PEMATANG SIANTAR 98 45'0"E 99 0'0"E 99 15'0"E 1:370, KM SERDANG BEDAGAI

58 98 40'0"E 99 0'0"E 99 20'0"E LANGKAT Berastagi Sibolangit Stm Hulu DELI SERDANG Kotarih 2 Galang Kehutanan Kotarih 1 Tanjung Maria Bandar Negeri Silau Dunia Marjanji Gunung Monako Kampung Baru Pabatu Empls TEBING TINGGI SERDANG BEDAGAI Tanjung Kasau Bandar Betsy Bah Bolon Sei Suka Deras Tanah Itam Ulu Afd I Tanah Gambus Lubuk Besar BATU BARA Petatel Kuta Gadung 1 KARO Sukanalu Bunuraya Barusjahe Gunung Meriah Soranpodang Sinder Rayasambosar Gunung Para 2 Dlk Ilir/Bah Tobu Dolok Ilir Emplasmen Bridgestones Sei Balei Laras Emplasmen Sei Mangkei Gunung Bayu Empl Pematang Kerasaan Dolok Sinumba Empl Lima Puluh Sei Muka Dolok Dusun Hulu Tinjowan Tinjowan Bibitan Tinjowan I Afd I Sukarame Maligas 3 0'0"N Simarjarunjung Bangun Bah Jambi Empl Mayang Empl 3 0'0"N Merek Situnggaling Seribu Dolok SIMALUNGUN Tiga Runggu Tobasari Gorbus PEMATANG SIANTAR Marihat Panei Tongah Tiga BalataKasinder Bahal Gajah Bah Butong Bah Jambi Afd 1 Tiga Lingga Pagar Jawa Balimbingan Tanah Jawa Gunung Sayang Balimbingan Bibitan Sipoltong Tonduan Empl Huta Bayu Raja Huta Padang Bukit Lima Empl Ambalutu Bunut Sei Dadaphessa Sei Silau Sei Silau Timur Pulau Mandi Silalahi Tiga Dolok Parongil Piasa Hulu DANAU TOBA Sektor Aek Nauli ASAHAN Huta Bagasan DAIRI Simanindo Aek Nauli Stageof Parapat Sei Kopas Empl Gunung Melayu 2 40'0"N SAMOSIR Pangururan Stasiun Geofisika Parapat ARG Simanindo Ajibata Bah Birung Ulu Aek Tarum Lae Hole Bandar Pulau PekanPulau Rakyat Pekan Bandar Selamat Aek Songsongan Bandar Pulau Empl 2 40'0"N SAMOSIR Sianjur Mulamula Ronggur Nihuta TOBA SAMOSIR LABUHAN BATU UTARA 98 40'0"E 99 0'0"E 99 20'0"E 1:450, KM KABUPATEN SIMALUNGUN

59 98 40'0"E 99 0'0"E 99 20'0"E LANGKAT TEBING TINGGI DELI SERDANG SERDANG BEDAGAI BATU BARA KARO 3 0'0"N 3 0'0"N PEMATANG SIANTAR SIMALUNGUN DANAU TOBA ASAHAN DAIRI 2 40'0"N SAMOSIR 2 40'0"N SAMOSIR TOBA SAMOSIR LABUHAN BATU UTARA 98 40'0"E 99 0'0"E 99 20'0"E 1:450, KM KABUPATEN SIMALUNGUN

60 99 0'0"E 99 30'0"E HUMBANG HASUNDUTAN Sektor Aek Raja Sipoholon Pagar Batu Sipahutar TOBA SAMOSIR LABUHAN BATU UTARA 2 0'0"N Tarutung Siatas Barita Siarang Arang Garoga 2 0'0"N Pijor Koling TAPANULI UTARA Purba Tua Sipangimbar Pahae Julu Pangaribuan Adian Koting Pahae Jae Stamet Pinang Sori SIBOLGA SIBOLGA Pandan Simangumban A R S E TAPANULI TENGAH Hutabalang Marancar TAPANULI SELATAN Stasiun Meteorologi F.L Tobing Aek Pahu Simagomago Stasiun Meteorologi Aek Godang 1 30'0"N Badiri Lumut Batang Toru 1 Sangkunur Rawa Genjer Hapesong 1 30'0"N Padang Sidempuan Hutakoje ARG Tapanuli Marpinggan Pargarutan Padang Matinggi PADANGSIDIMPUAN Stamet Aek Godang Siunggam PADANG LAWAS UTARA Huta Holbung Sosopan PADANG LAWAS ARG Lubuk Barumun 1 0'0"N MANDAILING NATAL Bange 1 0'0"N 99 0'0"E 99 30'0"E 1:525, KM Tapanuli Selatan & Padangsidempuan

61 99 0'0"E 99 30'0"E HUMBANG HASUNDUTAN TOBA SAMOSIR LABUHAN BATU UTARA TAPANULI UTARA SIBOLGA SIBOLGA TAPANULI TENGAH TAPANULI SELATAN 1 30'0"N 1 30'0"N 2 0'0"N 2 0'0"N PADANGSIDIMPUAN PADANG LAWAS UTARA PADANG LAWAS 1 0'0"N MANDAILING NATAL 1 0'0"N 99 0'0"E 99 30'0"E 1:525, KM Tapanuli Selatan & Padangsidempuan

62

63

64 98 40'0"E 99 0'0"E 99 20'0"E 99 40'0"E SAMOSIR Pollung SAMOSIR DANAU TOBA Laguboti Tampahan Silaen Sigumpar 2 20'0"N Parlilitan Baktiraja Dolok Sanggul Sihonongan Lintong Nihuta Muara Balige Sibarani TOBA SAMOSIR Nassau 2 20'0"N HUMBANG HASUNDUTAN Siborongborong Borbor Pakkat Hauagong Onan Ganjang Sijamapolang Pagaran LABUHAN BATU UTARA Sektor Aek Raja Sipoholon Parmonangan Pagar Batu Sipahutar LABUHAN BATU 2 0'0"N Sipodang Tarutung Siatas Barita Siarang Arang TAPANULI UTARA Garoga 2 0'0"N Purba Tua Pijor Koling Sipangimbar LABUHAN BATU SorkamHite Urat Pahae Julu Pangaribuan TAPANULI TENGAH Adian Koting Kolang Hutaimbaru Pahae Jae TAPANULI SELATAN 1 40'0"N TAPANULI TENGAH Stamet Pinang Sori SIBOLGA SIBOLGA Pandan Simangumban A R S E PADANG LAWAS UTARA 1 40'0"N 98 40'0"E 99 0'0"E 99 20'0"E 99 40'0"E 1:500, KM KABUPATEN TAPANULI UTARA

65 98 40'0"E 99 0'0"E 99 20'0"E 99 40'0"E SAMOSIR SAMOSIR DANAU TOBA 2 20'0"N 2 20'0"N TOBA SAMOSIR HUMBANG HASUNDUTAN LABUHAN BATU UTARA LABUHAN BATU 2 0'0"N TAPANULI UTARA 2 0'0"N LABUHAN BATU TAPANULI TENGAH TAPANULI SELATAN SIBOLGA SIBOLGA 1 40'0"N TAPANULI TENGAH PADANG LAWAS UTARA 1 40'0"N 98 40'0"E 99 0'0"E 99 20'0"E 99 40'0"E 1:500, KM KABUPATEN TAPANULI UTARA

66

67

68 99 0'0"E 99 20'0"E 99 40'0"E 2 40'0"N ARG Simanindo Bah Birung Ulu Ajibata SIMALUNGUN Aek Tarum Lae Hole Aek Songsongan Bandar Selamat Bandar Pulau Empl 2 40'0"N ASAHAN Tanjung Leidong Aek Kuasan Lumban Julu Kanopan Hulu SAMOSIR Pintu Pohan M Membang Muda Gunting Saga Sektor Matio Habinsaran Porsea Nainggolan Uluan Head Office Narumonda DANAU TOBA Sigumpar Tampahan Silaen TOBA SAMOSIR Laguboti LABUHAN BATU UTARA 2 20'0"N Balige Sibarani Nassau 2 20'0"N Sihonongan Lintong Nihuta Muara HUMBANG HASUNDUTAN Siborongborong Borbor Pagaran TAPANULI UTARA Sipoholon Pagar Batu Sipahutar TAPANULI SELATAN 99 0'0"E 99 20'0"E 99 40'0"E 1:350, KM KABUPATEN TOBA SAMOSIR

69 99 0'0"E SIMALUNGUN 2 40'0"N 99 20'0"E 99 40'0"E 2 40'0"N ASAHAN SAMOSIR DANAU TOBA TOBA SAMOSIR LABUHAN BATU UTARA 2 20'0"N 2 20'0"N HUMBANG HASUNDUTAN TAPANULI UTARA TAPANULI SELATAN 99 0'0"E 99 20'0"E 99 40'0"E 1:350, KM KABUPATEN TOBA SAMOSIR

LAPORAN MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN.

LAPORAN MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN. LAPORAN MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN Dosen Pengampu: Drs. Kamarlin Pinem, M.Si Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Oleh

Lebih terperinci

02. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA UTARA

02. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA UTARA 02. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA UTARA 41 Sumatera Utara 1. Batahan 250 100* 50 230 100* 0 225 50* 30 Mandailing Natal

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN

ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN TUGAS MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI Disusun Oleh : Samuel Novan Manik 3173331043 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS

Lebih terperinci

P E N G U M U M A N Nomor : /DBM-PE/ /2012

P E N G U M U M A N Nomor : /DBM-PE/ /2012 P E N G U M U M A N Nomor : /DBM-PE/ /2012 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara merencanakan akan menyelenggarakan Pengadaan Barang dan Jasa dengan Sumber Dana

Lebih terperinci

Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST)

Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST) 1 Sumatera Utara 160.211 22.407 20.628 22.711 25.405 34.567 61.108 26.421 41.347 414.805 2 Asahan 4.438 503 943 330 372 636 790 393 1.702 10.107 3 Aek kuasan - - - - - - - - - - 4 Aek ledong - - - - -

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Manusia selalu menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan jumlah kebutuhan manusia

Lebih terperinci

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan. Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus

Lebih terperinci

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan pajak dan

Lebih terperinci

1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada 1º - 4º LU dan 98º - 100º BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, sebelah timur dengan Malaysia di Selat Malaka, Sebelah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN MELALUI PENYEDIA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA

RENCANA UMUM PENGADAAN MELALUI PENYEDIA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA RENCANA UMUM PENGADAAN MELALUI PENYEDIA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA NO. 1 Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor Perbaikan Kamar mandi Kantor Dinas Tarukim Sumut Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Profil Balai Wilayah Sungai Sumatera II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Profil Balai Wilayah Sungai Sumatera II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Profil Balai Wilayah Sungai Sumatera II DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DaftarIsi A. Informasi Umum 1 B. Potensi dan Prasarana Sumber Daya Air 1. Sungai 2 2. Danau 4 3. Bendungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi daerah disekitarnya, sehingga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun Lampiran 1 Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Kabupaten/Kota Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi (kw/ha) Nias 9449 30645 32.43 Mandailing Natal 37590

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI SUMATERA UTARA

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI SUMATERA UTARA DATA DASAR PROVINSI SUMATERA UTARA KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI SUMATERA UTARA KAB/KOTA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISUSUN OLEH : Nama : Winda Novita Sari Br Ginting Nim : 317331050 Kelas : B Jurusan : Pendidikan Geografi PEDIDIKAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Kecamatan

Lampiran 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Kecamatan Lampiran 1. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Kecamatan No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Desa/ (km 2 ) Kelurahan 1. Parmonangan 257,35 14 2. Adian Koting 502,90 14 3. Sipoholon 189,20

Lebih terperinci

2.1 KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA

2.1 KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA Bangun Purba KE L. PAKAM Kotarih Galang Pantai Cermin Perbaungan Dolok Masihul Sipis-pis Teluk Mengkudu KEC. SEI RAMPAH Dolok Merawan KE P. SIANTAR KOTA TEBING TINGGI Tebing Tinggi Tanjung Beringin Bandar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan perlu mendapat perhatian yang baik bagi pemerintah daerah untuk keberlangsungan

Lebih terperinci

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba , Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan

Lebih terperinci

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Lampiran 1 Perkembangan Harga Kacang Kedelai Tingkat Produsen di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2012 Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des 2003 2,733 2,733 2,375 2,921 2,676

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan persebaran

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 50/08/12/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 147.810 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 33.896 TON,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Singkat Pendirian PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Singkat Pendirian PT. Toba Pulp Lestari, Tbk KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Singkat Pendirian PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Berdirinya PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. yang dulunya bernama PT. Inti Indorayon Utama Tbk. (IIU) adalah untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu perhatian masyarakat sehubungan dengan meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan adalah usaha untuk mengkonsumsi lebih banyak lagi sayuran dan buah buahan,

Lebih terperinci

RINCIAN DANA ALOKASI DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN 2016

RINCIAN DANA ALOKASI DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN 2016 LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI SERDANG BEDAGAI NOMOR : 5 TAHUN 2016 TANGGAL : 17 Maret 2016 TENTANG : TATA CARA PERHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA, ALOKASI DANA DESA, SERTA DANA BAGI HASIL PAJAK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 2 TAHUN 2008 Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENATAAN KECAMATAN DALAM DAERAH KABUPATEN ASAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten B II GAMRAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Pengantar Angkola sebenarnya adalah sebutan untuk sebuah daerah yang sebelumnya berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten tersebut

Lebih terperinci

PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.12 Nomor Tanggal : 94/Kpts/KPU/TAHUN 2013 : 9 MARET 2013 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 No DAERAH

Lebih terperinci

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Sebelum Dinas berdiri sendiri sebagai instansi tersendiri, Pengelolaan Pajak dan Pendapatan Daerah adalah merupakan salah satu bagian yang berada di bawah Biro Keuangan yang bernaung pada Sekretariat Kantor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS SELATAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT, DAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS SELATAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT, DAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 31/05/12/Thn. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran I JADWAL PENELITIAN kegiatan Sep-15 okt 2015 Nov-15 des 2015 Jan-16 peb 2016 Mar-16 Apr-16 mei 2016 juni2016 pengajuan judul penyetujuan judul penulisan proposal bimbingan proposal penyelesaian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA GUNUNGSITOLI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM KOTA GUNUNGSITOLI TAHUN 2016 SEBESAR 66,85 No. 01/12785/06/2017, 11 Juli 2017 Pembangunan manusia di Kota Gunungsitoli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pupuk pada tanah pertanian terutama pupuk kandang telah di mulai berabad abad yang silam sesuai dengan sejarah pertanian. Penggunaan senyawa kimia sebagai pupuk

Lebih terperinci

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016 KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Lampiran 1 Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No. Kabupaten No. Kota 1. Kabuapaten Asahan 1. Kota Binjai 2. Kabuapaten Batubara 2. Kota Gunung Sitoli 3. Kabuapaten Dairi

Lebih terperinci

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN No Uraian 2005 2006 2007 2008 1 Kab. Asahan 292231000000 493236000000 546637000000

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN LAMPIRAN A PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN 1. Menghitung densitas sampel Densitas Keterangan: ρ = kerapatan / densitas (gr.cm -3) m = massa (gr) V = volume (cm 3 ) - Sampel I m = 4,37 gr V = 5,5 cm 3 - Sampel

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nomor : 7570 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan

Lampiran 1 Nomor : 7570 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan Lampiran 1 Nomor : 7570 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli 2017 Daftar Undangan 1. Kepala Badan Pengembangan SDM Kabupaten Aceh Barat 2. Kepala Badan Pengembangan SDM Kabupaten Aceh Barat Daya 3. Kepala

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010. Lampiran 1. Jumlah tani per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2009 No KABUPATEN/KOTA KELOMPOK TANI/POKTAN 1 Dairi 673 2 Deli Serdang 1.512 3 Humbang Hasundutan 808 4 Karo 2.579 5 Langkat 1.772 6 Pak Pak

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 39 BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 3.1. Karakteristik Kemiskinan Propinsi Sumatera Utara Perkembangan persentase penduduk miskin di Sumatera

Lebih terperinci

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang menginginkan pembangunan dan setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Memang kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan, tetapi bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara IV

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara IV BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara IV PT. Perkebunan Nusantara IV disingkat PTPN IV didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1996 tentang

Lebih terperinci

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 SUMATERA UTARA

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 SUMATERA UTARA PNPM PNPM PERAN LOKASI DAN (Rp. x (Rp. x 1 Asahan 1 Kisaran Timur 1.640 1.640 1.312 328 2 Kisaran Barat 1.970 1.970 1.576 394 3 Aek Kuasan 2.000 2.000 1.600 400 4 Aek Ledong 2.000 2.000 1.600 400 5 Aek

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel Kriteria No Nama Kabupaten / Kota 1 2 Sampel 1 Kota Binjai Sampel 1 2 Kota gunung Sitoli X X - 3 Kota Medan Sampel 2 4 Kota Pematang Siantar Sampel 3 5 Kota Sibolga

Lebih terperinci

(ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL DI KOTA MEDAN KAB/KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA)

(ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL DI KOTA MEDAN KAB/KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA) (ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL DI KOTA MEDAN KAB/KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA) TUGAS MINI RISET MATA KULIAH (METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI) TRI SUSANTO 3172131007

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS SELATAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT, DAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

B. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota Wilayah Indonesia Barat

B. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota Wilayah Indonesia Barat LAMPIRAN UNDANGAN (PEMERINTAH DAERAH) A. Sekretaris Daerah Provinsi Wilayah Barat 1. Sekretaris Daerah Provinsi Aceh 2. Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara 3. Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi). 1. Klasifikasi Iklim MOHR (1933) Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasrakan curah hujan agaknya di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun demikian, tiap tahun penduduk yang tidak cukup makan makin banyak jumlahnya. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov 94 Lampiran 1: Jadwal Kegiatan Penelitian Nama : PUTRA RAJA TUNGGAL NIM : 147017061 Fakultas : EKONOMI Jurusan : MAGISTER AKUNTANSI Universitas : SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan KEMENTERIAN DALAM NEGERI Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan Medan, 3 April 2013 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 150 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir.

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir. BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir. Kabupaten Samosir merupakan sebuah kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Toba Samosir. Diawali

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Jenis Pendapatan Pajak untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota Jenis pajak kabupaten/kota meliputi: 1. Pajak kendaraan bermotor 2. Bea balik nama kendaraan bermotor 3. Pajak bahan bakar kendaraan

Lebih terperinci

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010 Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010 Energy planning is essentially an estimate of energy demand and supply in the future. Estimates of energy

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian 2015 Tahapan Penelitian Januari Jan-Mei Jun-Sep Oktober Pengajuan proposal skripsi Penyetujuan proposal skripsi Penyelesaian proposal skripsi Bimbingan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

RINCIN DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN Alokasi Berdasarkan Formula Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG

RINCIN DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN Alokasi Berdasarkan Formula Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SERDANG BEDAGAI NOMOR : 5 TAHUN 2016 TANGGAL :17 Maret 2016 TENTANG : TATA CARA PERHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA, ALOKASI DANA DESA, SERTA DANA BAGI HASIL

Lebih terperinci

~1~ INDIKASI PROGRAM UTAMA JANGKA MENENGAH LIMA TAHUNAN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA

~1~ INDIKASI PROGRAM UTAMA JANGKA MENENGAH LIMA TAHUNAN ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA I ~1~ INDIKASI PROGRAM UTAMA JGKA MENENGAH LIMA TAHUN ARAH PEMFAAT RUG KAWAS DAU TOBA D SEKITARNYA PERWUJUD STRUKTUR RUG KAWAS DAU TOBA RENCA DETAIL TATA RUG A. Rencana Sistem Pusat Permukiman 1. Pengembangan,

Lebih terperinci

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PAPARAN USULAN REVISI KA WASAN H UTAN P ROVINSI SUMATERA UTARA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA JA NUARI 2010 KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA No Fungsi Hutan TGHK (1982) RTRWP (2003) 1 2 3 4 5

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BRASTAGI MARDINDING DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KARO, KECAMATAN PEMATANG BANDAR, HUTABAYU RAJA DAN UJUNG

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P )

DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P ) DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P ) ( HASIL REVISI DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN YANG DITAYANGKAN TANGGAL 13 MARET 2012 ) INSTANSI ALAMAT PROGRAM KEGIATAN TAHUN ANGGARAN DINAS BINA MARGA KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

ACARA IV KLASIFIKASI IKLIM UNTUK BIDANG PERTANIAN

ACARA IV KLASIFIKASI IKLIM UNTUK BIDANG PERTANIAN ACARA IV KLASIFIKASI IKLIM UNTUK BIDANG PERTANIAN Oleh : NIM : Rombongan : 1 Kelompok : 4 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN GAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum. dalam bidang linguistik terdapat beberapa kajian, salah satunya dari kajian itu adalah kajian tentang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR 2.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir Kabupaten Samosir merupakan sebuah kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Toba Samosir. Diawali

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN 13 (TIGA BELAS) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TAPANULI SELATAN, TAPANULI UTARA, TOBA SAMOSIR, LABUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 1. Jadwal Penelitian Bulan No. Kegiatan Penelitian April 2013. Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013 Agustus 2013 September 2013. M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 1 Pengajuan

Lebih terperinci

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized losure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized RENCANA PENGADAAN/PROCUREMENT PLAN TA 2009 DINAS Pengairan Provinsi Sumatera Utara 1 G4-A-DIN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km 2 ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 236/PA/2009 TENTANG KUASA PENGGUNA ANGGARAN BADAN PUSAT STATISTIK TAHUN ANGGARAN 2010 DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah) LAMPIRAN 1 Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Surplus/Defisit APBD DAERAH 2011 2012 2013 2014 Kab. Nias -58.553-56.354-78.479-45.813

Lebih terperinci

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL DAN PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA DARI SETIAP KABUPATEN/KOTA DI TINGKAT PROVINSI DALAM PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 diisi berdasarkan formulir Model DB1 PPWP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama dengan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Penganggaran juga merupakan komitmen resmi

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis Analisis Pertumbuhan Dan Persebaran Penduduk Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN 2.1. Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 39/07/12/Thn.XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SUMATERA UTARA 2015 MENCAPAI 69,51. Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA ii PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA 140823016 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beranekaragam. Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam penyediaan

Lebih terperinci