BAB I. Pendahuluan. Menurut WHO, sehat adalah suatu keadaan sejahtera, sempurna dari fisik,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. Pendahuluan. Menurut WHO, sehat adalah suatu keadaan sejahtera, sempurna dari fisik,"

Transkripsi

1 BAB I Pendahuluan 1.1.Latar belakang Menurut WHO, sehat adalah suatu keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (Cockerham, 1992: 2). Menurut Sarwono, terdapat dua aspek utama dalam kesehatan yaitu aspek fisik dan non fisik, aspek fisik berkaitan dengan pengobatan penyakit, sedangkan aspek nonfisik menyangkut perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan adalah segala bentuk interaksi individu dengan lingkungan yang menyangkut pengetahuan, sikap, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 1993). Faktor perilaku ini memiliki pengaruh besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat. Secara ilmiah penyakit adalah gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan, sedangkan sakit adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit (Sarwono, 1993). Ditinjau dari epidemiologi, penyakit disebabkan oleh proses interaksi tiga komponen yaitu hospes (host) yaitu orang yang mudah terkena penyakit, penyebab (agent), dan lingkungan (environment). Penyebab penyakit dibagi menjadi penyebab fisik (radiasi dan suhu), penyebab kimiawi (pencemaran udara, air, dan makanan), dan penyebab biologis (bakteri, virus, parasit dan fungus) (Fauzi, 1997). Lumenta (1989 dalam Fauzi, 1997) menyatakan lingkungan tidak terbatas pada lingkungan fisik saja, tetapi juga meliputi lingkungan biologi dan sosial budaya masuk di dalamnya. Penyakit dan penyebabnya pada manusia

2 sekarang dapat diketahui dengan mempelajari patologi (Spector, 1993), sedangkan penyakit pada manusia masa lampau dapat diketahui dengan mempelajari paleopatologi Paleopatologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit pada populasi manusia masa lampau yang tampak pada tulang, gigi, dan jaringan lunak yang terawetkan (White & Folkens, 1991). Data yang dapat memberikan informasi mengenai penyakit pada masa lampau dapat ditemukan terutama pada tulang dan gigi (Fauzi, 1997). Menurut Ubelaker (1978) terdapat sepuluh kategori penyakit yang tampak pada tulang, yang dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Artritis yaitu peradangan pada sendi. 2. Fraktur yaitu gangguan struktur normal tulang yang biasannya disebabkan oleh trauma. 3. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri. 4. Penyakit kongenital yaitu penyakit yang muncul pada saat lahir. 5. Gangguan peredaran darah 6. Tumor yang merupakan pertumbuhan abnormal baik yang berasal dari jaringan tulang maupun dari jaringan lain yang menyebar ke tulang. 7. Gangguan metabolisme. Penyakit ini mengurangi massa tulang baik dengan mengganggu perkembangan normal maupun dengan menyebabkan kerusakan berlebihan. 8. Gangguan endokrin, malfungsi kelenjar yang mempengaruhi tulang. Kelenjar yang sering terlibat adalah thyroid, parathyroid, dan pituitary. 9. Penyakit jaringan pembuluh darah. 10. Penyakit lainnya misalnya dysplasias. Selain pada tulang, penyakit juga tampak pada gigi. Gigi merupakan elemen rangka yang paling tahan terhadap kerusakan fisik dan kimiawi (White & Folkens,

3 1991). Dengan mempelajari penyakit gigi kita dapat mengetahui tentang kesehatan dan diet yang dilakukan oleh manusia (White & Folkens, 1991). Penyakit gigi yang berhubungan dengan kesehatan adalah enamel hypoplasia, penyakit periodontal, dan kista gigi. Penyakit gigi yang berhubungan dengan diet adalah karies, dental calculus, dan atrisi. Gigi-geligi juga memberikan informasi mengenai pola-pola perilaku budaya (Koesbardiati et al, 2010: 211). Contoh pola perilaku budaya tersebut adalah ablasi atau pencabutan gigi dan mutilasi gigi. Ablasi atau pencabutan gigi biasanya dilakukan pada gigi seri (incisor). Mutilasi gigi biasanya ditemukan pada gigi seri (incisor). Biasanya gigi tersebut diasah atau dipotong (pangur) untuk menciptakan bentuk yang spesifik. Selain itu, terkadang gigi juga dilapisi dengan logam. Ablasi dan mutilasi gigi ini termasuk dalam trauma gigi (Ortner, 2003: 603). Temuan gigi yang mengalami ablasi dan mutilasi gigi di Indonesia dijumpai di Anyer, Gilimanuk dan Semawang (Bali), Plawangan, Gunung Piring (Lombok Selatan), Batangmatasapo (Sulawesi Selatan), Gua Alo dan Liang X (Flores) ( Perilaku budaya lain yang tampak pada gigi adalah aktivitas mengunyah sirih pinang. Hal ini terlihat dari perubahan warna gigi menjadi coklat (Ortner, 2003: 605). Tradisi mengunyah sirih pinang di Indonesia dapat ditemui di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Maluku, Sulawesi, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (Wilujeng, tanpa tahun: 2). Tradisi mengunyah sirih pinang di Nusa Tenggara Timur diperkirakan sudah berlangsung sejak masa Mesolitik. Hal ini diketahui dengan adanya temuan

4 gigi berwarna coklat kemerahan pada Situs Liang Bua (Suriyanto dan Koebardiati, 2010: 83). Perubahan sistem mata pencaharian dari berburu dan meramu menjadi bercocok tanam menjadikan manusia masa lalu rentan terhadap penyakit. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola makan yang semula variatif menjadi cenderung monoton, sehingga menyebabkan defisiensi elemen yang diperlukan tubuh (Koesbardiati et al, 2010). Perubahan pola makan merupakan salah satu penyebab penyakit gigi. Penyakit gigi pada manusia prasejarah ditemukan di beberapa situs arkeologi di Indonesia. Beberapa situs tersebut adalah Situs Liang Bua, Situs Lewoleba, Situs Melolo yang terletak di Nusa Tenggara Timur, dan Situs Semawang yang terletak di Bali. Penyakit gigi yang ditemukan pada manusia pendukung situs-situs tersebut adalah karies, atrisi, dental calculus, periodontitis, dan anomali gigi. Selain penyakit, perilaku budaya budaya berupa mengunyah sirih pinang dan pangur juga ditemukan pada gigi dari situs-situs tersebut. Penyakit gigi dan perilaku budaya pada manusia pendukung situs tersebut dapat memberikan informasi mengenai diet, stress, kesehatan gigi dan mulut, dan kebudayaan etnis tertentu (Murti, 2011; Herbiamami, 2014; Roberts & Manchester, 2005). Situs lain di Nusa Tenggara Timur yang memiliki tinggalan gigi dan rangka adalah Situs Warloka yg teletak di Pulau Flores. Secara administratif Situs Warloka terletak di Desa Warloka, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Secara geografis Situs Warloka

5 terletak pada 36º 6 3 Lintang Selatan dan 119º 48 41,1 Bujur Timur. Lokasi ini berbatasan dengan Desa Macang Tanggar di sebelah utara, Desa Watu Nggelek di sebelah timur, Desa Golo Mori di sebelah selatan, dan dengan Selat Molo di sebelah barat (Jeannie I.K., 1994:17). Situs Warloka diteliti pada tahun 2010 oleh Tular Sudarmadi dan Tim Arkeologi UGM. Temuan arkeologis di Situs Warloka hasil ekskavasi tahun 2010 antara lain berupa artefak batu Paleolitik, fragmen gerabah polos dan berhias, kulit kerang, fragmen gelang dan fragmen keramik. Artefak perunggu yang ditemukan berupa gelang kaki, fragmen gelang tangan, spiral hiasan telinga dan pelindung jari, cincin, bandul kalung, serta bingkai cermin. Fragmen keramik yang ditemukan berasal dari Cina, Vietnam, dan Thailand dari abad ke M (Ariyadi, 2012). Pada Situs Warloka ditemukan tiga rangka individu manusia, dua di antaranya memiliki karakteristik ras Australomelanesid. Menurut Ariadi (2012) rangka tersebut terdiri dari dua individu manusia dewasa dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan satu individu anak-anak yang tidak diketahui jenis kelaminnya. Rangka individu dengan jenis kelamin laki-laki ditemukan cukup lengkap, terdiri dari tengkorak, scapula bagian kanan, humerus dan ulna bagian kanan kiri, femur bagian kanan kiri, fragmen-fragmen tibia dan fibula, fragmen jari-jari tangan dan kaki, sedangkan tulang-tulang bagian dada seperti vetebra, clavicula, thorax, dan sacrum telah hancur (Ariadi, 2012). Pada rangka individu dengan jenis kelamin perempuan hanya tengkorak bagian kanan saja yang ditemukan, sedangkan pada rangka individu kanak-kanak hanya gigi-geliginya

6 saja yang tersisa, bagian badannya telah hancur (Ariadi, 2012). Berdasarkan hasil analisis 14 C, diperkirakan rangka laki-laki dan kanak-kanak berasal dari abad ke- 13 M. Mengingat sebagian besar rangka manusia pendukung Situs Warloka telah fragmentaris (hancur), maka sulit untuk dilakukan identifikasi. Akan tetapi temuan gigi-geligi manusia pendukung Situs Warloka relatif lengkap, sehingga memungkinkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Penelitian terhadap gigigeligi manusia dari Situs Warloka yang terkait dengan kesehatan gigi perlu dilakukan, mengingat penelitian mengenai penyakit gigi pada masa lampau lebih sering dilakukan terhadap gigi manusia prasejarah. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Penyakit apa saja yang dapat diketahui dari gigi individu pendukung Situs Warloka? 2. Apa penyebab penyakit gigi pada individu pendukung Situs Warloka? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan gigi individu pendukung Situs Warloka.

7 1.4. Keaslian Penelitian Penelitian di Situs Warloka sudah sering dilakukan, beberapa diantaranya adalah: a. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun Penelitian ini berisikan peninjauan ulang terhadap peninggalan purbakala hasil dari penelitian terdahulu, data temuan baru baik yang bersifat arkeologis maupun historis. b. R.A.M.O. Jeannie I.K. tahun 1994 dalam skripsi berjudul Strategi Adaptasi Pendukung Situs Warloka, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (Tinjauan Berdasarkan Persebaran Artefak Paleolitik). Penelitian ini berisikan tentang sebaran habitasi sementara dilihat dari tempat yang memiliki akumulasi temuan limbah alat sebagai sisa pemangkasan maupun pecahan alat batu. c. Adyanti Putri Ariadi tahun 2012 dalam skripsi berjudul Sistem Penguburan Pada Situs Warloka, Manggarai Barat, Flores. Penelitian ini berisikan tentang Situs Warloka sebagai situs penguburan, dengan temuan tiga rangka dalam satu kotak galian. Rangka tersebut terdiri dari dua individu orang dewasa dan satu individu anak. Anak dikuburkan dengan bekal kubur yang jumlah dan nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan bekal kubur individu dewasa. d. Dian Nisa Anna Rahmayani tahun 2012 dalam skripsi berjudul Gerabah Situs Warloka, Manggarai Barat, Flores (Tinjauan Berdasarkan: Tipologi, Teknologi, dan Kontekstual). Penelitian ini berisikan tentang temuan gerabah di Situs Warloka dan indikasi adanya kontak dengan wilayah lain di luar

8 Situs Warloka yang dibuktikan dengan ditemukannya cawan berkaki yang mirip dengan temuan di Situs Tomu dan Situs Hatasua di Maluku Tengah. e. Tular Sudarmadi tahun 2014 dalam disertasi berjudul Between Colonial Legacies and Grassroots Movements: Exploring Cultural Heritage Practice in the Ngadha and Manggarai Region Flores. Salah satu situs yang diteliti dalam disertasi tersebut adalah Situs Warloka. Penelitian mengenai penyakit dan gigi juga sudah banyak dilakukan, beberapa diantaranya adalah: a. Martha Luhana Herbiamami tahun 2014 dalam skripsi berjudul Status Kesehatan Manusia di Situs Semawang, Bali (Kajian Paleopatologi Rangka dan Gigi). Penelitian ini berisikan tentang usia kematian yang beragam dari anak-anak, remaja- dewasa awal, dewasa awal, dewasa menengah serta status kesehatan manusia di Situs Semawang yang kurang baik dikarenakan kurangnya perhatian terhadap kesehatan mulut dan gigi. b. Artikel berjudul Perubahan Adaptasi Diet dan Dampaknya Terhadap Kesehatan: Studi Bioarkeologis pada Masyarakat Prasejarah Pulau Flores dan Sekitarnya yang di tulis oleh Dr. Dra Toetik Koesbardiati, Rusyad Adi Suriyanto, S.Sos., M.Hum., dan Delta Bayu Murti S.Sos tahun Artikel ini berisikan tentang perubahan sistem mata pencaharian dari berburu dan meramu makanan menjadi bercocok tanam dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Aktifitas bercocok tanam mengakibatkan terjadinya perubahan jenis makanan yang semula lebih banyak mengandung protein menjadi lebih banyak mengandung karbohidrat, yang berdampak semakin

9 banyak jenis penyakit yang diantaranya adalah atrisi, karies, antemortem tooth loss, dan periodontitis. c. Restu Ambar Rahayu Ningsih tahun 2014 dalam skripsi berjudul Makronutrien Pada Manusia Pendukung Situs Petawua Anditu dan Wineki, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Penelitian ini berisikan tentang prosentase makronutrien pada kalkulus gigi manusia pendukung Situs Petawua Anditu dan Situs Wineki. Kalkulus diperoleh dari gigi geraham permanen rahang bawah yang dikuburkan di dalam kubur tempayan yang terbuat dari tanah liat di Situs Petawua Anditu, Lembah Bada dan kalamba Situs Wineki, Lembah Besoa, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. d. Delta Bayu Murti, dalam tesis berjudul Beberapa Patologi Pada Seri Tengkorak dan Gigi dari Situs Liang Bua, Lewoleba, dan Melolo: Suatu Tinjauan Bioarkeologis dan Rekomendasi Konservasi. Tesis ini berisikan tentang kondisi patologis tengkorak dan gigi geligi yang berasal dari Situs Liang Bua, Lewoleba, dan Melolo. Patologis tersebut adalah porotic hyperostosis, cribra orbitalia, tumor, lepra, karies, periodontitis, abscess, dan antemortem tooth loss. Patologis tersebut terjadi karena adanya perubahan subsistensi dari berburu dan meramu menjadi bercocok tanam yang mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan, yang semula bersifat variatif menjadi lebih dominan pada satu jenis saja. Kepadatan jumlah populasi, hidup menetap, dan interaksi yang dilakukan, membuat individu lebih rentan terhadap infeksi oleh berbagai penyakit.

10 1.5. Tinjauan Pustaka Pada penelitian ini dibutuhkan beberapa literature yang mendukung analisis status kesehatan individu melalui identifikasi penyakit, diantaranya adalah: Ortner, Donald J berjudul Identification of Pathological Conditions in Human Skeletal Remains. Dibuku ini dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam menganalisis luka yang terdapat pada tulang manusia. Selain itu buku ini juga menjelaskan jenis-jenis patologi yang terdapat pada tulang dan gigi manusia. Charlotte, Roberts dan Manchester, Keith berjudul The Archaeology of Disease. Buku ini berisikan tentang sejarah mengenai studi paleopatologi, penyebab penyakit seperti perpindahan manusia, lingkungan hidup, okupasi, diet dan ekonomi, iklim dan cuaca. Penyakit-penyakit yang tampak pada manusia masa lampau misalnya penyakit kongenital, trauma, penyakit neoplastik. Selain membahas penyakit yang tampak pada tulang buku ini juga membahas mengenai penyakit pada gigi. Waldron, Tony berjudul Palaeopathology. Buku ini berisikan tentang cara mendiagnosis penyakit yang tampak pada tulang dan gigi. Buku ini berisikan deskripsi mengenai penyakit-penyakit yang tampak pada tulang dan gigi Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang diperlukan untuk menjawab permasalahan di atas

11 dapat diperoleh dari observasi langsung terhadap objek penelitian dan data sekunder dapat diperoleh dari studi literatur. a) Cara Pengumpulan Data Data Primer Data primer yang digunakan adalah gigi manusia dari Situs Warloka yang saat ini tersimpan di Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Gigi manusia tersebut merupakan gigi dari tiga individu hasil ekskavasi oleh Dr. Tular Sudarmadi dan Tim Arkeologi UGM pada tahun Pengamatan dilakukan pada gigi untuk melihat penyakit yang tampak pada gigi. Data Sekunder Data sekunder yang digunakan adalah studi literatur berupa buku, jurnal, artikel, laporan penelitian mengenai Situs Warloka, bioarkeologi, osteologi, serta budaya masyarakat lampau. Analisis data Pada tahap analisis data dilakukan dengan pengidentifikasian gigi masingmasing individu pendukung Situs Warloka. Identifikasi dilakukan dengan mengamati abnormalitas yang tampak pada gigi geligi secara makroskopis. Abnormalitas tersebut berupa perubahan bentuk dan perubahan warna pada gigi. Abnormalitas yang dapat diamati, dapat digunakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita oleh individu-individu tersebut dan penyebabnya.

12 1.7. Kesimpulan Tahap ini merupakan gambaran keseluruhan isi penelitian mengenai status kesehatan gigi individu pendukung Situs Warloka, Flores.

13 1.8. Bagan Alir Penelitian Permasalahan Pengumpulan data Primer: Gigi-geligi individu pendukung Situs Warloka Sekunder: Buku, jurnal, dan artikel yang berkaitan dengan patologi Identifikasi abnormalitas gigi: perubahan bentuk dan perubahan warna Analisis: Identifikasi penyakit pada gigi-geligi Status Kesehatan Gigi Individu Pendukung Situs Warloka Bagan 1 1. Bangan alir penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Menurut WHO (World Health Organization) dan UU No. 23 tahun 1992,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Menurut WHO (World Health Organization) dan UU No. 23 tahun 1992, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia selama hidupnya pasti mengalami fase sehat dan sakit. Menurut WHO (World Health Organization) dan UU No. 23 tahun 1992, sehat merupakan kondisi normal baik secara

Lebih terperinci

PRASEJARAH INDONESIA

PRASEJARAH INDONESIA Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah

Lebih terperinci

SISTEM PENGUBURAN PADA SITUS WARLOKA, MANGGARAI BARAT, FLORES (Burial System on Warloka Site, West Manggarai, Flores)

SISTEM PENGUBURAN PADA SITUS WARLOKA, MANGGARAI BARAT, FLORES (Burial System on Warloka Site, West Manggarai, Flores) SISTEM PENGUBURAN PADA SITUS WARLOKA, MANGGARAI BARAT, FLORES (Burial System on Warloka Site, West Manggarai, Flores) Adyanti Putri Ariadi Pusat Arkeologi Nasional adyanti.putri@gmail.com ABSTRACT Research

Lebih terperinci

Patologi Gigi-Geligi Pada Tengkorak Manusia Liang Bua, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur

Patologi Gigi-Geligi Pada Tengkorak Manusia Liang Bua, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur Patologi Gigi-Geligi Pada Tengkorak Manusia Liang Bua, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur Fitri Arizona ftrarizona@gmail.com Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA 2014 Indah Asikin Nurani Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. A. Hasil Penelitian Sampai Tahun

Lebih terperinci

Toetik Koesbardiati dan Delta Bayu Murti

Toetik Koesbardiati dan Delta Bayu Murti SISA RANGKA TENTARA JEPANG DARI PERANG DUN la II Dl BIAK (The Japan Soldier Bones Remains from World War II in Biak Island) Toetik Koesbardiati dan Delta Bayu Murti Departemen Antropologi Fakultas llmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

Budaya Banten Tingkat Awal

Budaya Banten Tingkat Awal XIX. Budaya Banten Tingkat Awal Penelusuran sejarah kebudayaan manusia sangat diperlukan sebagai rekam jejak untuk mengetahui tingkat peradaan suatu bangsa. Asal usul manusia yang tinggal di wilayah tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di Asia Tenggara serta terdiri dari banyak pulau dan terbagi dalam 34 provinsi. Berdasarkan data sensus penduduk pada

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

Kata kunci: Liang Bua, Homo floresiensis, subsistensi, Papagomys

Kata kunci: Liang Bua, Homo floresiensis, subsistensi, Papagomys ANALISIS TEMUAN TULANG TIKUS SEBAGAI STRATEGI SUBSISTENSI MANUSIA PURBA LIANG BUA, FLORES BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR ABSTRAK Situs Liang Bua merupakan situs gua hunian yang penting bagi perkembangan sejarah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga mulut saat ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies, disebabkan karena lapisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas

Lebih terperinci

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).

Contoh fosil antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan). Kehidupan Manusia Pra Aksara Pengertian zaman praaksara Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan zaman Praaksara yaitu zaman Nirleka, Nir artinya tidak ada dan leka artinya tulisan, jadi zaman Nirleka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang hubungan Indeks Massa Tubuh dengan maloklusi menggunakan Handicapping Malocclusion Assessment Index (HMAI) pada anak usia diatas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang ditularkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, merupakan penyebab kematian terutama di negaranegara berkembang di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

PENYAKIT MASA LAMPAU PADA PENDUDUK CARUBAN MASA KLASIK- ISLAM: SUATU TINJAUAN PALEOPATOLOGI

PENYAKIT MASA LAMPAU PADA PENDUDUK CARUBAN MASA KLASIK- ISLAM: SUATU TINJAUAN PALEOPATOLOGI PENYAKIT MASA LAMPAU PADA PENDUDUK CARUBAN MASA KLASIK- ISLAM: SUATU TINJAUAN PALEOPATOLOGI DISEASES IN THE PAST FROM CLASSICAL-ISLAMIC PERIOD COMMUNITY OF CARUBAN: PALEOPATHOLOGICAL PERSPECTIVE Ashwin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki fungsi yang penting bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan estetik (Fernatubun dkk., 2015).

Lebih terperinci

SISTEM PENGUBURAN TERLIPAT TAKENGON Tambahan Data Baru Penguburan Dalam Gua di Indonesia

SISTEM PENGUBURAN TERLIPAT TAKENGON Tambahan Data Baru Penguburan Dalam Gua di Indonesia SISTEM PENGUBURAN TERLIPAT TAKENGON Tambahan Data Baru Penguburan Dalam Gua di Indonesia Taufiqurrahman Setiawan Balai Arkeologi Medan Jalan Seroja Raya Gang Arkeologi no. 1, Medan tokeeptheexplorer@gmail.com

Lebih terperinci

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan salah satu penyakit dengan penyebab multifaktorial, dapat dikarenakan reaksi patologis dan fisiologis yang bisa muncul sebagai konsekuensi dari

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian yang penting dalam perkembangan anak (Poureslami, et al., 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kejadian yang penting dalam perkembangan anak (Poureslami, et al., 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kronologi dan urutan erupsi gigi desidui dan gigi permanen merupakan kejadian yang penting dalam perkembangan anak (Poureslami, et al., 2015). Erupsi gigi adalah pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengunyahan atau sistem mastikasi merupakan suatu proses penghancuran makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah

Lebih terperinci

BEBERAPA ASPEK BIOKULTURAL RANGKA MANUSIA DARI SITUS KUBUR KUNA LERAN, REMBANG, JAWA TENGAH

BEBERAPA ASPEK BIOKULTURAL RANGKA MANUSIA DARI SITUS KUBUR KUNA LERAN, REMBANG, JAWA TENGAH BEBERAPA ASPEK BIOKULTURAL RANGKA MANUSIA DARI SITUS KUBUR KUNA LERAN, REMBANG, JAWA TENGAH Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta. Jl. Gedong Kuning 174, Yogyakarta 55171 noerwidi@arkeologijawa.com

Lebih terperinci

BEBERAPA ASPEK BIOKULTURAL RANGKA MANUSIA DARI SITUS KUBUR KUNA LERAN,REMBANG, JAWA TENGAH. Oleh: Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta

BEBERAPA ASPEK BIOKULTURAL RANGKA MANUSIA DARI SITUS KUBUR KUNA LERAN,REMBANG, JAWA TENGAH. Oleh: Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta BEBERAPA ASPEK BIOKULTURAL RANGKA MANUSIA DARI SITUS KUBUR KUNA LERAN,REMBANG, JAWA TENGAH Oleh: Sofwan Noerwidi Balai Arkeologi Yogyakarta Abstrak. Situs kubur kuna Leran dilaporkan oleh masyarakat kepada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia BAB V PENUTUP Manusia prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini makanan, telah mengembangkan teknologi pembuatan alat batu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mereka untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah yang mengancam kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2014). Penyakit infeksi atau penyakit menular adalah suatu penyakit spesifik yang ditularkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RANGKA MANUSIA SITUS GUA BALANG METTI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN

IDENTIFIKASI RANGKA MANUSIA SITUS GUA BALANG METTI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN IDENTIFIKASI RANGKA MANUSIA SITUS GUA BALANG METTI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN Identification of Human Skeleton of Balang Metti Cave Site, District of Bone, South Sulawesi Fakhri Balai Arkeologi

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER ) Lampiran 1 Nomor Kartu DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA

Lebih terperinci

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa lebih. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

SISTEM KUBUR PENGHUNI GUA KIDANG, BLORA BURIAL SYSTEM OF GUA KIDANG S SETTLERS, BLORA

SISTEM KUBUR PENGHUNI GUA KIDANG, BLORA BURIAL SYSTEM OF GUA KIDANG S SETTLERS, BLORA SISTEM KUBUR PENGHUNI GUA KIDANG, BLORA BURIAL SYSTEM OF GUA KIDANG S SETTLERS, BLORA Indah Asikin Nurani 1, Toetik Koesbardiati 2 dan Delta Bayu Murti 2 1 Balai Arkeologi Yogyakarta 2 Departemen Antropologi,

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh parasit cacing yang dapat membahayakan kesehatan. Penyakit kecacingan yang sering menginfeksi dan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia. I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia. Beberapa kasus tersebut antara lain kasus mutilasi di Malang dan Klaten pada bulan Februari,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16 1. Proses pencernaan pada mulut menggunakan gigi disebut pencernaan Biasa Mekanik Kimiawi Mekanik dan kimiawi Kunci Jawaban : D Proses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perawatan ortodonti merupakan suatu disiplin bidang kedokteran gigi yang dapat meningkatkan fungsi serta penampilan mulut dan wajah. Tujuan utama perawatan ortodonti adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan, menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 dalam Bab I Pasal 1 disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang memiliki keahlian dalam membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria umumnya menyerang daerah tropis (Cina daerah Mekong, Srilangka, India, Indonesia, Filipina) dan subtropis (Korea Selatan, Mediternia Timur, Turki

Lebih terperinci

MODIFIKASI GIGI MANUSIA BINANGUN DAN LERAN: Temuan Baru di kawasan Pantai Utara Kabupaten Rembang, Jawa Tengah

MODIFIKASI GIGI MANUSIA BINANGUN DAN LERAN: Temuan Baru di kawasan Pantai Utara Kabupaten Rembang, Jawa Tengah MODIFIKASI GIGI MANUSIA BINANGUN DAN LERAN: Temuan Baru di kawasan Pantai Utara Kabupaten Rembang, Jawa Tengah HUMAN TEETH MODIFICATION IN BINANGUN AND LERAN: New findings in the Northern Coast of Rembang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bass, William. M Human Osteology: A Laboratory And Field Manual. Columbia: Missouri Archaeological Society.

DAFTAR PUSTAKA. Bass, William. M Human Osteology: A Laboratory And Field Manual. Columbia: Missouri Archaeological Society. DAFTAR PUSTAKA Anderson, J. E. 1962. The Human Skeleton: A Manual for Archaeologist. Ottawa: Department of Northern Affairs and Natural Resources Ottawa. Bass, William. M. 1987. Human Osteology: A Laboratory

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BIOLOGI ORAL. Pengertian :

BIOLOGI ORAL. Pengertian : BIOLOGI ORAL Pengertian : Biologi Oral adalah ilmu yg mempelajari struktur,pertumbuhan, perkembangan dan fungsi jaringan mulut dan sekitarnya yang tercakup dlm sistem stomatognatik meliputi : gigi, jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terbentang antara 6 o garis Lintang Utara sampai 11 o. terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terbentang antara 6 o garis Lintang Utara sampai 11 o. terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terbentang antara 6 o garis Lintang Utara sampai 11 o garis Lintang Selatan, dan dari 97 o sampai 141 o garis Bujur Timur serta terletak antara dua

Lebih terperinci

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Ruang Lingkup Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Fisika medik, Kimia medik, Biologi medik, Fisika Medik Aplikasi konsep, prinsip, hukum-hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diikuti dengan semakin kompleknya masalah dibidang kesehatan yang timbul dewasa ini, disertai dengan kesadaran masyarakat tentang

Lebih terperinci

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola perilaku seksual Kebiasaan mengadakan hubungan seksual bebas mungkin dapat dianggap sebagai suatu bentuk kenakalan. Hubungan bebas diartikan sebagai hubungan seksual yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam. 148 BAB V KESIMPULAN Penelitian mengenai temuan gerabah pada suatu situs arkeologi dapat menjawab berbagai macam hal tentang kehidupan manusia di masa lampau. Gerabah cukup populer didapati pada situs-situs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas. 1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan mengeluarkan

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam suatu penelitian sangatlah penting, terutama untuk memperoleh pandangan-pandangan dan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara hidup manusia yang berkembang merupakan salah satu bukti adanya peradaban dan kebudayaan pada kehidupan masyarakatnya. Adanya peradaban dan kebudayaan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keausan gigi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya jaringan keras gigi karena proses fisik maupun kimiawi, bukan proses karies (Oltramari-Navarro

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

KUBUR TEMPAYAN DI KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR Jar Burial at Alor Regency East Nusa Tenggara

KUBUR TEMPAYAN DI KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR Jar Burial at Alor Regency East Nusa Tenggara KUBUR TEMPAYAN DI KABUPATEN ALOR NUSA TENGGARA TIMUR Jar Burial at Alor Regency East Nusa Tenggara Ati Rati Hidayah Balai Arkeologi Denpasar Jl. Raya Sesetan No. 80, Denpasar 80223 Email: hanie_satik@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, anaerob dan mikroaerofilik yang berkolonisasi di area subgingiva. Jaringan periodontal yang

Lebih terperinci

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari,

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi saat ini telah memberi dampak yang sangat baik pada kehidupan manusia, banyak teknologi telah ditemukan yang berfungsi mempermudah manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam di sekitarnya. Pemanfaatan ini dilakukan sebagai upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. alam di sekitarnya. Pemanfaatan ini dilakukan sebagai upaya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dulu manusia memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan hasil alam di sekitarnya. Pemanfaatan ini dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan hidup mereka.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES 2.1 Deskripsi Diabetes Diabetes adalah penyakit yang disebabkan oleh pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan stress. Penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanak-kanak yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanak-kanak yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi bagi seorang anak penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanak-kanak yaitu sebagai alat pengunyah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Indikator yang paling penting dalam kesehatan gigi dan mulut adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan gigi geligi. Beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) yang mempunyai kekhasan tertentu bila dibandingkan dengan sapi-sapi lainnya.

Lebih terperinci

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

OSTEOBIOGRAFI INDIVIDU NOMOR 38 DARI SITUS PRASEJARAH GILIMANUK

OSTEOBIOGRAFI INDIVIDU NOMOR 38 DARI SITUS PRASEJARAH GILIMANUK OSTEOBIOGRAFI INDIVIDU NOMOR 38 DARI SITUS PRASEJARAH GILIMANUK Ashwin Prayudi dan Rusyad Adi Suriyanto Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Usia lanjut dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem stomatognasi merupakan suatu unit fungsional yang terdiri atas gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi, sistem saraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan dari wajah dan rongga mulut merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan dari wajah dan rongga mulut merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan dari wajah dan rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Kelainan yang sering terjadi pada wajah adalah celah bibir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pemahaman mengenai pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan salah satu hal penting untuk seorang dokter gigi khususnya dalam melakukan perawatan pada anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Artefak obsidian..., Anton Ferdianto, FIB UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Artefak obsidian..., Anton Ferdianto, FIB UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Pada awal abad ke 20, Pulau Jawa menjadi pusat penelitian mengenai manusia prasejarah. Kepulauan Indonesia, terutama Pulau Jawa memiliki bukti dan sejarah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi Lengkung gigi merupakan suatu garis imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah yang dibentuk oleh mahkota gigigeligi dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan ternak lain, yaitu laju pertumbuhan yang cepat, mudah dikembangbiakkan,

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,

Lebih terperinci

TEMUAN RANGKA MANUSIA AUSTRONESIA DI PANTURA JAWA TENGAH: Sebuah kajian awal

TEMUAN RANGKA MANUSIA AUSTRONESIA DI PANTURA JAWA TENGAH: Sebuah kajian awal TEMUAN RANGKA MANUSIA AUSTRONESIA DI PANTURA JAWA TENGAH: Sebuah kajian awal AUSTRONESIANS SKELETONS FOUND IN THE NORTH COAST OF CENTRAL JAVA: A Preliminary Research H. Gunadi Kasnowihardjo Balai Arkeologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI DAN SEKRESI SALIVA. Sekresi saliva - fungsi normal - kesehatan rongga mulut.

Lebih terperinci