BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam suatu penelitian sangatlah penting, terutama untuk memperoleh pandangan-pandangan dan teori-teori yang dapat digunakan sebagai kriteria atau bahan pembanding dalam memahami permasalahan yang diteliti. Hasil pengkajian terhadap bahan pustaka dimanfaatkan sebagai sumber data sekunder. Beberapa bahan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. Mardika (1990) dalam skripsi yang berjudul Kapak Perunggu di Bali melakukan penelitian tentang kapak perunggu yang ditemukan di Pulau Bali. Penelitian ini meliputi klasifikasi terhadap tipe-tipe kapak perunggu yang ditemukan di Pulau Bali dan teknik pembuatan kapak perunggu. Klasifikasi kapak perunggu yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan kepada atribut yang dimiliki oleh setiap kapak perunggu. Atribut kapak perunggu yang menjadi dasar dari klasifikasi pada penelitian ini yaitu, bentuk tangkai, bentuk mata, ragam hiasan, dan warna. Kapak perunggu yang diteliti berasal dari instansi pemerintah yaitu, Museum Bali, Balai Arkeologi Denpasar, dan Balai Pelestarian Cagar Budaya serta yang berasal dari non instansi pemerintah yaitu, di dalam pura dan rumah warga. Tulisan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan klasifikasi kapak perunggu tipe jantung, ini dikarenakan dalam tulisan ini dibahas tentang

2 14 klasifikasi kapak perunggu tipe jantung yang terdapat di Pulau Bali walaupun hanya gambaran umum, sehingga tulisan ini dapat menjadi petunjuk tentang jumlah dari kapak perungu tipe jantung yang ditemukan hingga tahun 1990 dan bentuk fisik dari kapak perunggu tipe jantung yang sudah tercatat pada tahun tersebut. Soejono (1977) dalam disertasi yang berjudul Sistem-sistem Penguburan pada Akhir Masa Prasejarah di Bali menampilkan tabel yang berisikan tentang persentase kadar logam pembentuk logam perunggu yang terdapat pada beberapa tinggalan logam yang menjadi bekal kubur. Pada tabel tersebut terdapat beberapa tinggalan logam yang berupa kapak perunggu yang berasal dari wilayah Gilimanuk, Cacang, Taman Bali, dan Pasir Angin. Pada tabel ini ditemukan bahwa unsur Cu (tembaga) menjadi unsur yang terlihat paling tinggi persentasenya pada setiap tinggalan, tetapi terdapat beberapa tinggalan dimana unsur Pb (timbal) atau Sn (Timah) yang terlihat paling tinggi persentasenya. Pada tabel tersebut juga terdapat persentase bahan baku logam perunggu pada beberapa artefak perunggu dengan bentuk yang berbeda dengan kapak perunggu. Persentase bahan baku dari artefak perunggu tersebut memiliki perbedaan satu sama lain yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bentuk dan teknik pembuatan. Persentase bahan baku dari beragam artefak perunggu tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

3 15 Tabel 2.1 Unsur Logam Analisis Kapak Perunggu di Indonesia No Objek Cu Pb Sn Zn Sb Mg Si(o 2 ) S F Fe Al 1 Kapak Perunggu (Cacang) 2 Kapak Perunggu (Cacang) 3 Kapak Perunggu (Tamanbali) 4 Kapak Perunggu (Gilimanuk) 5 Kapak Perunggu (Gilimanuk) 6 Kapak Perunggu (Pasir Angin) 7 Nekara Perunggu (Bebitra) 8 Gelang Perunggu (cacang) 38, 09 35, 67 51, 42 35, 41 34, 56 26, 13 75, 50 79, 75 5,3 9 7,7 1 3,0 3 4,4 1 6,3 4 0,5 5 6,0 9 0,5 5 34,9 4 16,1 1 17, , , , , , ,7 1 6, , ,7 3 14,9 2 37,2 2 14,5 1 11, , , , , , , , ,1 0 Ket. Cu: Tembaga, Pb: Timbal, Sn: Timah, Zn: Seng, Sb: Antimon, Mg: Magnesium, Si(o 2 ): Silikon Oksida, S: Belerang, F: Fluor, Fe: Besi, Al: Aluminium. Sumber : R.P. Soejono, 1977 Data pada tabel ini dapat menjadi data sekunder dalam penelitian kali ini, sebab data tersebut menjadi acuan untuk melakukan analisis laboratorium pada ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung sehingga analisis tersebut dapat fokus pada semua unsur yang seharusnya terdapat pada logam perunggu. Data pada tabel tersebut dapat pula dijadikan sebagai perbandingan terhadap hasil analisis 3,1 0 4,2 2 3,9 7 2,3 2 3,3 7 1,5 0 0,4 4 0,8 0

4 16 ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung, hanya beberapa data dari tabel di atas yang akan digunakan sebagai data pembanding karena tidak semua data memiliki hubungan dengan ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung. Sule (1991) dalam jurnalnya yang berjudul Peranan Metalurgi dan Pengolahan Bahan Galian dalam Arkeologi menyajikan sifat-sifat yang dimiliki oleh beberapa unsur logam yang dapat menjadi bahan baku dari suatu logam paduan. Mengetahui sifat-sifat dasar dari setiap unsur logam dapat membantu dalam hal menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari jumlah persentase setiap unsur logam yang terkandung dalam logam paduan. Sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap unsur logam akan mempengaruhi kualitas dari logam paduan sehingga para pengrajin logam paduan akan menambahkan suatu unsur logam dalam jumlah persentase tertentu dengan melihat sifat yang dimiliki oleh unsur logam tersebut. Jurnal ini juga menjelaskan tentang proses untuk mendapatkan suatu unsur logam dari alam sampai dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat suatu benda. Triwuryani (1993) dalam tulisannya yang berjudul Hubungan Antara Bahan, Bentuk, dan Fungsi Artefak Perunggu di Indonesia menjelaskan bahwa logam perunggu merupakan campuran dari logam tembaga (Cu) dengan timah, baik timah putih (Sn) ataupun timah hitam (Pb). Selain campuran pokok ini, untuk membuat perunggu lebih kuat dan lebih berat dan juga lebih banyak terkadang ditambahkan logam lain, misalnya seng (Zn). Campuran antara tembaga (Cu) dengan seng (Zn) akan menghasilkan apa yang disebut dengan kuningan. Campuran seng pada tembaga menyebabkan benda menjadi lebih kuat, lebih

5 17 keras, dan ada perubahan warna pada logam serta dapat menaikan tingkat fluiditas (keadaan cair) sehingga logam lebih mudah dicetak menjadi bentuk-bentuk yang dikehendaki oleh si pembuat. Penjelasan tersebut dapat menjadi bahan analisis terhadap data persentase unsur logam dari ketiga kapak perunggu tipe jantung, analisis ini ditujukan untuk memastikan bahwa bahan baku dari kapak perunggu tipe jantung yang menjadi sampel benar-benar berupa logam perunggu. Pada bagian lain dari tulisan yang sama, Triwuryani juga menjelaskan lebih lanjut bahwa logam perunggu tidak akan terbentuk jika logam tembaga tidak dicampurkan dengan logam timah atau timah hitam (timbal). Pencampuran ini bertujuan supaya logam tembaga tidak cepat kering pada saat dituangkan. Selain itu, pencampuran timbal pada tembaga dapat membuat logam menjadi lebih cair sehingga mudah mengalir. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa pembuatan artefak logam akan lebih mudah apabila logam tembaga dicampurkan dengan logam timah atau timbal. Data tersebut juga menjadi pedoman dalam penelitian ini untuk menentukan jenis-jenis logam apa saja yang perlu difokuskan untuk dicari dari ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung dalam analisis di laboratorium Prijono (2006) dalam tulisannya yang berjudul Pemanfaatan Analisis Metalografi dalam Identifikasi Perunggu Masa Perundagian memberikan contoh tentang penerapan analisis elemental-kuantitatif pada artefak perunggu beserta dengan contoh persentase campuran logam yang menjadi logam pembentuk logam perunggu pada tinggalan gelang perunggu dan kapak perunggu. Tulisan tersebut memberikan contoh penerapan dari metode analisis yang diterapkan pada

6 18 penelitian kali ini untuk melakukan analisis terhadap persentase unsur logam pada ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung yang akan dilakukan di laboratorium. Karmana (2012) dalam skripsi yang berjudul Aktivitas Pertukaran (Exchange) Komoditi Ditinjau Berdasarkan Temuan Benda Berbahan Logam Koleksi Museum Manusia Purba Gilimanuk telah memaparkan mengenai perdagangan artefak logam yang terjadi di wilayah Gilimanuk pada masa perundagian. Perdagangan pada masa tersebut dilakukan dengan sistem pertukaran dengan benda lainnya. Pertukaran artefak logam ini pada awalnya dilakukan oleh masyarakat Gilimanuk dengan masyarakat yang berasal dari luar Pulau Bali, dapat dikatakan demikian karena di wilayah Gilimanuk tidak ditemukan kemungkinan adanya sumber bijih logam sebagai bahan baku utama artefeak logam. Artefak logam yang paling banyak ditemukan di sekitar wilayah Gilimanuk yaitu artefak berbentuk tajak atau kapak dengan tipe jantung dan tipe bulan sabit. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa artefak logam khususnya tajak memiliki kedudukan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Gilimanuk pada masa perundagian. Simpulan ini dikuatkan juga dengan penemuan tajak atau kapak perunggu pada beberapa sarkofagus sebagai bekal kubur. Pada wilayah di sekitar pesisir Pulau Bali memiliki peluang lebih besar untuk memiliki dan mengembangkan artefak logam. Hal ini dikarenakan masyarakat pesisir memiliki kesempatan lebih besar untuk berinteraksi dengan masyarakat dari luar pulau yang dapat membuat artefak logam. Masyarakat pesisir dapat melakukan pertukaran dengan masyarakat dari luar pulau untuk

7 19 mendapatkan artefak logam atau sekedar untuk mendapatkan bahan baku yang berupa bijih logam. Pendapat tersebut dapat menjadi petunjuk awal bahwa kapak perunggu tipe jantung memang berasal dari luar Pulau Bali dan masuk ke Pulau Bali melalui daerah pesisir khususnya daerah Gilimanuk. Pada skripsi tersebut, terdapat pula penelitian yang menggunakan analisis tipologi yang dilakukan terhadap artefak logam khususnya kapak perunggu tipe jantung dan analisis tentang asal dari bahan baku logam yang digunakan untuk membuat artefak logam yang terdapat di Museum Manusia Purba Gilimanuk. Analisis tipologi yang dilakukan pada skripsi tersebut berguna untuk mengetahui data tentang kapak perunggu tipe jantung yang digunakan sebagai sampel. Datadata yang didapatkan seperti bentuk mata kapak dan ukuran dari kapak tersebut. Haryono (2001) dalam bukunya yang berjudul Logam dan Peradaban Manusia menjelaskan tentang sejarah penemuan logam perunggu serta menjelaskan lebih lanjut mengenai logam perunggu dari segi campuran logam sampai persentase yang ideal untuk membuat logam perunggu yang bagus. Pada buku ini juga terdapat contoh persentase campuran logam perunggu pada nekara sehingga dapat dijadikan sebagai data pembanding. Buku ini juga berisi penjelasan tentang teknologi perunggu yang digunakan di Asia khususnya yang digunakan di Indonesia. Penjelasan yang terdapat di buku tersebut dapat menjadi sumber data sekunder untuk penelitian ini. Penjelasan yang dimaksud yaitu penjelasan tentang kandungan yang seharusnya terdapat pada logam perunggu supaya logam ini dapat dibentuk menjadi suatu benda. Penjelasan tersebut akan menjadi acuan

8 20 dalam melakukan analisis terhadap data hasil analisis laboratorium ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung. Buku ini juga berisikan penjelasan tentang teknologi perunggu yang digunakan pada umumnya di Indonesia, keterangan ini dapat menjadi acuan untuk melakukan analisis untuk mengetahui teknologi perunggu yang digunakan untuk membuat kapak perunggu tipe jantung. Haryono (1996) dalam makalahnya yang berjudul Kebudayaan Logam Masa Prasejarah Asia Tenggara dan Kaitannya dengan Indonesia memberikan secara lebih rinci tentang perkembangan kebudayaan logam yang terjadi di wilayah Asia Tenggara. Makalah ini menjelaskan tentang awal mula berkembangnya kebudayaan logam mulai dari Thailand sampai Vietnam. Makalah tersebut juga menjelaskan tentang ciri-ciri dari teknologi yang berkembang di wilayah Asia Tenggara. Penjelasan tentang teknologi tersebut dapat dijadikan referensi awal tentang teknologi yang digunakan untuk mengerjakan ketiga sampel. Haryono (2001) dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Metalurgi: Peranannya dalam Ekplanasi Arkeologi menjelaskan tentang bagaimana penerapan Teori Metalurgi untuk menganalisis artefak logam berdasarkan ilmu Arkeologi. Jurnal ini menjelaskan bahwa dalam teori tersebut terdapat beberapa analisis yang dapat digunakan untuk mengungkap permasalahan yang terdapat pada sebuah artefak logam. Salah satu permasalahan tersebut yaitu komposisi unsur logam yang menjadi bahan baku dari sebuah artefak logam. Analisis yang dapat digunakan untuk mengungkap permasalahan tersebut yaitu Analisis Elemental-Kuantitatif. Analisis tersebut dijelaskan pula di dalam jurnal tersebut

9 21 sehingga sangat berguna sebagai data sekunder untuk menentukan analisis yang tepat digunakan dalam penelitian ini. Haryono (1986) dalam artikelnya yang berjudul Beberapa Artefak Perunggu Situs Gunung Wingko Catatan Tentang Aspek-Aspek Teknologis memberikan gambaran tentang hubungan antara persentase bahan baku dengan teknik pembuatan. Artikel ini menjelaskan secara rinci pengaruh persentase bahan baku dari suatu artefak dalam melakukan analisis teknik pembuatan yang digunakan untuk membuat artefak tersebut. Dalam artikel ini juga terdapat teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penambahan suatu unsur logam ke dalam logam paduan. Teori tersebut akan digunakan untuk memperkirakan faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah persentase serta perbedaan atau persamaan yang terdapat dalam unsur logam dari setiap sampel penelitian. 1.2 Konsep Perlu diuraikan beberapa konsep atau pengertian dasar yang secara langsung berkaitan dengan judul penelitian, yang bertujuan untuk memperjelas pembahasan dalam penelitian ini. Konsep pada dasarnya memiliki arti gagasan atau ide yang dimiliki oleh seseorang yang hendak dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini perlu dijelaskan lebih lanjut untuk menuntun serangkaian proses penelitian guna memudahkan pemahaman terhadap objek penelitian. Konsep-konsep yang akan dijelaskan yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu kapak perunggu tipe jantung, logam perunggu, dan elemental-kuantitatif.

10 Kapak Perunggu Tipe Jantung Kapak perunggu adalah alat yang terbuat dari bahan perunggu yang secara umum terdiri atas tangkai/corong dan mata kapak. Bentuk dari mata kapak yang ditemukan di Indonesia sangatlah bervariasi, selain itu pada mata kapak ada yang memiliki ragam hias dan ada pula yang polos tanpa ragam hias. Kapak perunggu sering pula disebut dengan kapak corong karena sebagian besar tangkai dari kapak perunggu berbentuk corong yang diperkirakan dibentuk dengan menggunakan teknik cetak langsung tipe setangkub, tangkai corong ini diperkirakan merupakan tempat untuk memasukkan tangkai kayu yang menyiku kepada bidang kapak. Fokus penelitian ini yaitu kapak perunggu tipe jantung yang sampai saat ini hanya ditemukan di Pulau Bali. Kapak perunggu tipe jantung merupakan tipe keenam dari delapan tipe yang diklasifikasikan oleh R.P. Soejono (Poesponogoro dan Notosusanto, 1993: 234). Ciri khas dari kapak perunggu tipe jantung terdapat pada bentuk dari mata kapaknya yang berbeda dari yang lainnya, sekilas bentuk mata kapak dari kapak perunggu tipe jantung menyerupai bentuk jantung. Kapak tersebut memiliki tangkai yang panjang dan berisi lubang di dalamnya. Fungsi dari kapak ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Kapak ini diperkirakan digunakan sebagai alat upacara. Kapak perunggu tipe jantung dalam penelitian ini yaitu kapak perunggu tipe jantung yang tersimpan di tiga instansi pemerintah yaitu Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB), Museum Bali, dan Museum Manusia Purba Gilimanuk.

11 Logam Perunggu Logam menurut kamus Siegfried Mandel adalah sekelompok unsur yang dapat dibedakan dengan kelompok non logam yaitu berdasarkan sifat-sifat fisiknya seperti ductile, malleable, kekerasan, konduktivitas, kilap, dan kemampuan membentuk paduan (alloy) (Sule, 1991: 19) Logam perunggu merupakan jenis logam yang berasal dari pencampuran beberapa jenis bahan logam. Hal ini membuat logam perunggu menjadi lebih sesuai dengan keinginan manusia karena dapat lebih mudah untuk dibentuk pada saat proses peleburan logam. Manusia di dunia pada Masa Perundagian terlebih dahulu mengenal peleburan logam tembaga untuk membuat artefak sebelum beralih menggunakan logam perunggu. Manusia di Indonesia tidak mengenal pembuatan artefak logam dengan bahan baku logam tembaga melainkan langsung menggunakan bahan baku berupa logam perunggu, ini dikarenakan peradaban logam masuk ke Indonesia pada saat penggunaan bahan logam tembaga telah digantikan dengan penggunaan bahan logam perunggu. Logam perunggu merupakan campuran dari logam tembaga (Cu) dengan timah, baik timah putih (Sn) maupun timbal atau timah hitam (Pb). Campuran timah yang terlalu banyak (jumlah maksimum timah yang dapat dicampurkan ke dalam tembaga sebesar 30%) pada tembaga membuat logam menjadi getas (mudah patah) dan tidak bisa ditempa, tidak cocok untuk membuat benda-benda kebutuhan sehari-hari. Campuran dengan banyak kandungan timah membuat warna logam menjadi lebih putih. Penambahan timbal pada tembaga membuat

12 24 cairan logam menjadi lebih cair sehingga mudah mengalir (Triwurjani dalam Kalky, 1999:4). Penelitian ini akan melakukan analisis di laboratorium tentang persentase campuran logam yang menjadi pembentuk dari logam perunggu pada tinggalan kapak perunggu tipe jantung yang menjadi koleksi Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB), Museum Bali, dan Museum Manusia Purba Gilimanuk. Analisis kandungan logam ini selain bertujuan untuk membandingkan persentase campuran logam pada setiap sampel kapak perunggu tipe jantung, juga bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terdapatnya perbedaan atau persamaan jumlah persentase masing-masing unsur logam dari ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung yang memiliki beberapa perbedaan seperti perbedaan ukuran, lokasi penemuan, dan lain sebagainya Elemental-kuantitatif Elemental Kuantitatif merupakan salah satu analisis yang menjadi bagian dari Teori Metalurgi. Analisis lainnya yang menjadi bagian dari teori ini antara lain analisis warna, berat jenis, skala kekerasan, radiografi, metalografi, dan difraksi sinar-x (Haryono, 2001: 5-7). Analisis ini terdiri dari dua suku kata yaitu elemental dan kuantitatif. Kata elemental berakar kata elemen yang memiliki arti bagian-bagian dasar yang mendasari sesuatu. Kata dasar yang dimaksud dalam analisis ini yaitu unsur-unsur kimia yang mendasari dari terbentuknya suatu benda. Kata kuantitatif memiliki pengertian yang sama dengan kata kuantitas yaitu banyaknya jumlah suatu benda atau sesuatu. Berdasarkan kedua kata

13 25 tersebut, maka Analisis Elemental-Kuantitatif memiliki arti analisis yang digunakan untuk mengungkap komposisi unsur logam dari setiap artefak atau benda logam. Kata komposisi memiliki pengertian yaitu berupa susunan atau tata susun dari benda atau sesuatu lainnya, sedangkan unsur logam memiliki arti yaitu bagian terkecil yang dimiliki oleh logam. Dalam analisis ini yang dimaksud dengan komposisi unsur logam yaitu susunan dari bagian terkecil yang dimiliki oleh sebuah logam yang merupakan bahan baku untuk membuat suatu benda. Komposisi tersebut dapat berupa campuran logam paduan yang terdiri dari beberapa logam atau berupa logam yang berasal dari satu logam saja atau disebut dengan monometalik 1.3 Landasan Teori Landasan teori dibutuhkan dalam suatu penelitian sebagai alat analisis dan dasar pembahasan masalah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori Metalurgi dan Teori Tipologi Teori Metalurgi Teori metalurgi digunakan untuk menjawab atau menerangkan hal-hal yang bersangkut paut dengan proses pembuatan dan proses pakai terhadap suatu artefak khususnya yang berbahan baku logam. Teori metalurgi lahir dari fakta bahwa artefak yang terbuat dari bahan logam memiliki proses yang paling rumit

14 26 diantara semua bahan artefak lainnya seperti batu dan tanah. Karena kerumitan itu maka tidak mengherankan apabila pengetahuan metalurgi kemudian menjadi tolak ukur bagi munculnya peradaban (Childe dalam Haryoho, 2001: 1). Bagi ahli metalurgi perhatian utama terhadap logam adalah sifat-sifat logam yang menyangkut sifat mekanis, elektris, dan magnetis (Brick dalam Haryono, 2001:2). Aplikasi penggunaan teori metalurgi adalah untuk melakukan modifikasi dan mengubah sifat-sifat metalik melalui kontrol komposisi dan unsur logam (Haryono, 2001: 2). Berdasarkan komposisi dan unsur logam terdapat dua jenis logam yang disebut dengan istilah unalloyed metal (logam bukan paduan) dan alloyed metal (logam paduan). Logam paduan adalah kombinasi antara dua jenis logam atau lebih yang dicampurkan secara permanen dengan cara melebur bersama-sama (Knauth dalam Haryono, 2001: 2). Supaya dapat dikatakan sebagai alloy harus ada faktor kesengajaan karena tujuan tertentu, untuk mengetahui faktor tersebut dapat dilihat dari besar kecilnya persentase unsur logam pada logam paduan (Smith dalam Haryono, 2001: 2). Terdapat tiga fase historis tentang perkembangan teknologi logam yaitu fase awal menggunakan jenis tembaga alam (native copper) yang didapat bukan dari hasil penambangan bijih tembaga, fase selanjutnya penggunaan bijih tembaga, dan fase terakhir adalah penggunaan perpaduan tembaga dengan logam lainnya yang menghasilkan perunggu yang disebut fase polimetalik. Logam paduan perunggu dapat terdiri atas dua komponen (binary alloy) dan dapat terdiri atas tiga komponen (ternary alloy) sebagai komponen utama (Haryono, 2001:2).

15 Teori Tipologi Tipologi secara umum didefinisikan sebagai studi tentang tipe atau jenis. Istilah tipologi dalam ilmu arkeologi diartikan sebagai sebuah sistem klasifikasi yang digunakan arkeolog untuk mengatur data, sehingga dapat digunakan untuk mengelompokkan artefak sesuai dengan atribut dan ciri yang dapat diamati. Penentuan ciri yang menjadi dasar klasifikasi disesuaikan dengan kebutuhan atau masalah yang diteliti. Analisis tipologi merupakan analisis yang mengutamakan penentuan ciri khas dalam pilihan unsur-unsur yang menonjol dan penerapannya dalam artefak. Atribut merupakan salah satu acuan dalam menentukan tipe artefak. Penentuan atribut yang menjadi ciri suatu tipe atau jenis akan menentukan tipologi. Artinya, kumpulan artefak yang sama dapat diklasifikasikan secara berbeda dengan memberikan atribut yang berbeda dalam menentukan tipe. Demikian juga akan terjadi tipologi yang berbeda dihasilkan dari data yang sama ketika atribut yang sama digunakan, tetapi dengan menggunakan aturan yang berbeda. Ada dua jenis pendekatan tipologi, yaitu pendekatan monothetik dan pendekatan polithetik. Pengklasifikasian berdasarkan pendekatan monothetik didasarkan pada identifikasi atribut tunggal. Pendekatan polithetik tidak menggunakan atribut tunggal untuk membuat klasifikasi (Odell dalam Patridina, 2013: 24).

16 Model Penelitian Model penelitian merupakan abstraksi dan sintesis antara teori dan permasalahan penelitian yang dijelaskan dalam bentuk gambar atau bagan. Guna mendapatkan jawaban atas permasalahan tentang campuran bahan baku dan perbedaan atau persamaan yang terdapat pada bahan baku dari kapak perunggu tipe jantung koleksi Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB), Museum Bali serta Museum Manusia Purba Gilimanuk, maka mutlak diperlukan model penelitian dalam bentuk bagan atau diagram alir. Bagan ini dimaksudkan untuk dapat memberi gambaran dalam rangka menjelaskan model penelitian. Model penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

17 29 Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB), Museum Bali dan Museum Manusia Purba Glimanuk Tinggalan Arkeologi Kapak Perunggu Tipe Jantung Persentase Campuran Logam pada kapak perunggu tipe jantung Perbedaan dan persamaan bahan campuran logam perunggu pada ketiga sampel kapak perunggu tipe jantung a. Analisis elemental - kuantitatif b. Analisis Komparatif a. Teori Metalurgi b. Teori Tipologi Bahan Baku dan Teknologi Pembuatan Kapak Perunggu Tipe Jantung di Bali ket : : kaitan satu arah : kaitan dua arah Gambar 2.1 Bagan Model Penelitian

18 30 Berdasarkan bagan model penelitian di atas dijelaskan seperti berikut. Pulau Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki banyak tinggalan arkeologi. Terdapat berbagai jenis tinggalan arkeologi di Pulau Bali termasuk tinggalan dari zaman logam seperti nekara, penutup jari, dan kapak perunggu. Pulau Bali memiliki tiga tipe lokal kapak perunggu dan salah satunya yaitu kapak perunggu tipe jantung yang sampai saat ini hanya ditemukan di Pulau Bali. Kapak perunggu tipe jantung yang digunakan sebagai sampel merupakan koleksi dari Balai Arkeologi Denpasar (Bali, NTT, NTB), Museum Bali, dan Museum Manusia Purba Gilimanuk. Analisis yang digunakan untuk menganalisis persentase campuran logam pada ketiga sampel tersebut yaitu analisis elementalkuantitatif yang dilakukan di dalam laboratorium dengan menggunakan bahan kimia dan peralatan laboratorium, sedangkan analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan atau persamaan dari campuran logam pada ketiga sampel tersebut yaitu analisis komparatif. Kedua Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bahan baku utama dari kapak perunggu tipe jantung dan teknologi pembuatan dari kapak tersebut.

19

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud

Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja   Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud KAJIAN ELEMENTAL-KUANTITATIF TERHADAP KAPAK PERUNGU TIPE JANTUNG KOLEKSI BALAI ARKEOLOGI DENPASAR (BALI, NTT, NTB), MUSEUM BALI, DAN MUSEUM MANUSIA PURBA GILIMANUK Abstract Gusti Ngurah Ary Kesuma Puja

Lebih terperinci

Unsur Logam pada Genta Kuno Koleksi Museum Blambangan dan Museum Bali: Kajian Elemental-Kuantitatif

Unsur Logam pada Genta Kuno Koleksi Museum Blambangan dan Museum Bali: Kajian Elemental-Kuantitatif Unsur Logam pada Genta Kuno Koleksi Museum Blambangan dan Museum Bali: Kajian Elemental-Kuantitatif I Gede Arya Suartawan 1*, I Wayan Srijaya 2, Rochtri Agung Bawono 3 Prodi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berubahnya teknologi batu ke teknologi logam, kehidupan manusia dalam segala aspek sosial, politik, maupun ekonomi menjadi semakin maju (Haryono, 2001: 1).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Spesimen Dalam melakukan penelitian uji dilaboratorium bahan teknik Universitas Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA Arianto Leman S., MT Disampaikan dalam : PELATIHAN PENGEMBANGAN RINTISAN PENGECORAN SKALA MINI BAGI GURU-GURU SMK DI YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah memiliki berat jenis yang ringan, ketahanan terhadap korosi,

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK LOGAM

MATERIAL TEKNIK LOGAM MATERIAL TEKNIK LOGAM LOGAM Logam adalah Jenis material teknik yang dipakai secara luas,dan menjadi teknologi modern yaitu material logam yang dapat dipakai secara fleksibel dan mempunyai beberapa karakteristik.

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing. PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA Idris Prasojo 23411466 Teknik Mesin Dr.-Ing. Mohamad Yamin Latar Belakang Berkembangnya teknologi pada industri kereta api. Beragam

Lebih terperinci

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KRIYA LOGAM Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PERALATAN DAN BAHAN BAHAN 1. Aluminium 2. Baja 3. Besi 4. Emas 5. Kuningan/Loyang 6. Monel

Lebih terperinci

OLEH GUSTI NGURAH ARY KESUMA PUJA

OLEH GUSTI NGURAH ARY KESUMA PUJA SKRIPSI KAJIAN ELEMENTAL-KUANTITATIF TERHADAP KAPAK PERUNGGU TIPE JANTUNG KOLEKSI BALAI ARKEOLOGI DENPASAR (BALI, NTT, NTB), MUSEUM BALI, DAN MUSEUM MANUSIA PURBA GILIMANUK OLEH GUSTI NGURAH ARY KESUMA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Simbol merupakan tanda yang muncul dari kesepakatan sosial, misal pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol sangat erat dengan kehidupan

Lebih terperinci

KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG

KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG BENDA-BENDA YANG BERUSIA ABAD KE 10 14 MASEHI 1. BATU PIPISAN Batu Pipisan berkaki ini menyerupai meja dalam ukuran kecil berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Komposisi Bahan Hasil uji komposisi menunjukan bahwa material piston bekas mempunyai unsur paduan utama 81,60% Al dan 13,0910% Si. Adapun hasil lengkap pengujian

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR TUGAS AKHIR ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR Disusun : Arief Wahyu Budiono D 200 030 163 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan manusia dalam bidang industri semakin besar. kebutuhan akan material besi dalam bentuk baja dan besi cor juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A) Artefak Logam sebagai Material Arkeologi Indonesia memiliki cagar budaya dalam bentuk artefak logam dalam jumlah yang sangat berlimpah, yang tersebar di seluruh wilayah nusantara.

Lebih terperinci

BAB 3. PENGECORAN LOGAM

BAB 3. PENGECORAN LOGAM BAB 3. PENGECORAN LOGAM Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai ketrampilan pembentukan material melalui proses pengecoran : Menguasai pembentukan komponen dari aluminiun melalui pengecoran langsung DASAR

Lebih terperinci

PROSES MANUFACTURING

PROSES MANUFACTURING PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.

Lebih terperinci

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB III ZAMAN PRASEJARAH 79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR Masyrukan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta JL. A.Yani Tromol Pos I Pabelan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI I METALURGI SERBUK BY ASYARI DARYUS UNIVERSITAS DARMA PERSADA

PROSES PRODUKSI I METALURGI SERBUK BY ASYARI DARYUS UNIVERSITAS DARMA PERSADA PROSES PRODUKSI I BY ASYARI DARYUS UNIVERSITAS DARMA PERSADA OBJECTIVE Mahasiswa dapat menerangkan konsep dasar teknologi dan proses metalurgi serbuk AGENDA Definisi Karakterisasi metalurgi serbuk Metode

Lebih terperinci

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM BAB VI L O G A M Baja banyak di gunakan dalam pembuatan struktur atau rangka bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton biasa, anyaman kawat, atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 ) Nama : Gilang Adythia NPM : 23409095 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing: Ir. Tri Mulyanto, MT ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu dan teknologi bahan merupakan penerapan teknologi mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan sifat-sifat dan pemakaian yang sesuai dengan

Lebih terperinci

LOGAM DAN PADUAN LOGAM

LOGAM DAN PADUAN LOGAM LOGAM DAN PADUAN LOGAM SATU KOMPONEN digunakan luas, kawat, kabel, alat RT LEBIH SATU KOMPONEN, utk memperbaiki sifat PADUAN FASA TUNGGAL, MRPKAN LARUTAN PADAT, KUNINGAN (Tembaga + Seng) perunggu (paduan

Lebih terperinci

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN Disusun Oleh Nama Anggota : Rahmad Trio Rifaldo (061530202139) Tris Pankini (061530200826) M Fikri Pangidoan Harahap (061530200820) Kelas : 3ME Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Laporan Tugas Akhir PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Nama Mahasiswa : I Made Pasek Kimiartha NRP

Lebih terperinci

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa (P) Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya adalah suatu daerah (region) yang berbeda struktur atau komposisinya dari daerah lain. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN FASA INTERMETALIK α-al 8 Fe 2 Si DAN β-al 5 FeSi PADA PADUAN Al-7wt%Si DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BESI DAN STRONSIUM SKRIPSI

PEMBENTUKAN FASA INTERMETALIK α-al 8 Fe 2 Si DAN β-al 5 FeSi PADA PADUAN Al-7wt%Si DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BESI DAN STRONSIUM SKRIPSI PEMBENTUKAN FASA INTERMETALIK α-al 8 Fe 2 Si DAN β-al 5 FeSi PADA PADUAN Al-7wt%Si DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BESI DAN STRONSIUM SKRIPSI Oleh ALI DARMAWAN 04 04 04 006 2 SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu penanganan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan fosil itu berkaitan dengan pengetahuan sejarah flora dan fauna. Terkuburnya tulang yang menjadi fosil selama jutaan tahun dapat mempengaruhui histologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengecoran logam merupakan bagian dari industri hulu dalam bidang manufaktur, terdiri dari proses mencairkan logam yang kemudian cairan logam tersebut dicorkan ke dalam

Lebih terperinci

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS)

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN - BESI ( NONFERROUS ) Kurang lebih 20% dari logam yang diolah menjadi produk industri merupakan logam bukan besi. Indonesia merupakan negara penghasil bukan besi

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5 1. Kebudayaan Bascon Hoa bin adalah kebudayaan yang berasal dari wilayah Vietnam utara kemudian masuk ke Indonesia. Berikut

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn Teguh Raharjo, Wayan Sujana Jutusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi dustri Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 Oleh: NURHADI GINANJAR KUSUMA NRP. 2111106036 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH www.bimbinganalumniui.com 1. Studi tentang kebudayaan adalah suatu studi yang mempelajari... (A) Gagasan-gagasan untuk mewujudkan tindakan dan artefak (B) Kesenian (C) Karya sastra dan cerita rakyat (D)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar sebagai penopang tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN UNSUR DAN TINGKAT KEKERASAN PADA SENJATA LOGAM KOLEKSI MUSEUM TOSAN AJI. R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa dan Agi Ginanjar.

ANALISIS KANDUNGAN UNSUR DAN TINGKAT KEKERASAN PADA SENJATA LOGAM KOLEKSI MUSEUM TOSAN AJI. R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa dan Agi Ginanjar. ANALISIS KANDUNGAN UNSUR DAN TINGKAT KEKERASAN PADA SENJATA LOGAM KOLEKSI MUSEUM TOSAN AJI R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa dan Agi Ginanjar Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,, Depok, 16424,

Lebih terperinci

MODUL 10 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA

MODUL 10 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA MODUL 10 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA () TINGKAT : XII PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 0 Umum Logam Campuran atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di: a. Laboratorium Logam Politeknik Manufaktur Ceper yang beralamat di Batur, Tegalrejo, Ceper,

Lebih terperinci

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). b. Tugas: Studi kasus penggunaan besi tuang di industri

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam skor:0-100 (PAN). b. Tugas: Studi kasus penggunaan besi tuang di industri Media Ajar Pertemuan ke Tujuan Ajar/Keluaran/Indikat or Topik (pokok, sub pokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Gambar Audio/Video Soal-Tugas Web Metode Evaluasi dan Penilaian Metode Ajar (STAR)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS Pengaruh Penambahan Mg Terhadap Sifat Kekerasan dan... ( Mugiono) PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) 14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) Magnesium adalah logam ringan dan banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan massa jenis yang ringan. Karakteristik : - Memiliki struktur HCP (Hexagonal

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK A. Diagram Material Teknik Secara garis besar material teknik dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu 1. Logam (metal) dan 2. bukan logam (non metal). Logam (Metal) Logam besi (ferro)

Lebih terperinci

ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI 50% PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN

ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI 50% PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN 17 ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI % PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN Firlya Rosa. S.S.T., M.T. 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung firlya@ubb.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si Pengaruh Temperatur Tuang dan Kandungan Silicon Terhadap Nilai Kekerasan Paduan Al-Si (Bahtiar & Leo Soemardji) PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si Bahtiar

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.1

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.1 1. perhatikan data di bawah ini! 1. NaCl 2. Na 3. KOH 4. Fe 5. NH 3 Unsur ditunjukan oleh nomor... SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.1 1 dan 2 2 dan 3 3 dan 5 4 dan

Lebih terperinci

KULIAH III KEMASAN GELAS. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan.

KULIAH III KEMASAN GELAS. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan. KULIAH III KEMASAN GELAS Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan. SEJARAH PERKEMBANGAN Asal : pelaut Venezia membuat tungku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu. sehingga tercipta alat-alat canggih dan efisien sebagai alat bantu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tinggi kebutuhan dan tuntutan hidup manusia, membuat manusia berpikir dengan akal dan budinya seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Bahan Pengecoran Dengan Penambahan Ti-B Coran dg suhu cetakan 200 o C Coran dg suhu cetakan 300 o C Coran dg suhu cetakan

Lebih terperinci

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM Hera Setiawan 1* 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352 * Email: herasetiawan6969@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para pengambil keputusan dan para ahli produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat membuat serta menciptakan alat-alat yang dapat

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik Tool Steel (Baja Perkakas) 2 W Pengerasan dengan air (Water hardening) Pengerjaan Dingin (Cold Work) O Pengerasan dengan oli (Oil hardening) A Pengerasan dengan

Lebih terperinci

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN CYBER-TECHN. VOL NO 0 (07) ISSN 907-9044 PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR SILIKON (-%) PADA PRODUK KOPEL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO Febi Rahmadianto ), Wisma Soedarmadji ) ) Institut

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #11

Pembahasan Materi #11 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Tool Steel Sidat dan Jenis Stainless Steel Cast Iron Jenis, Sifat, dan Keterbatasan Non-Ferrous Alloys Logam Tahan Panas 1 Tool Steel (Baja Perkakas) 3 W Pengerasan

Lebih terperinci

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI Materi ( zat ) adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Batu, kayu, daun, padi, nasi, air, udara merupakan beberapa contoh materi. Sifat Ekstensif

Lebih terperinci

PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU PADA BLOK REM KERETA API

PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU PADA BLOK REM KERETA API TUGAS AKHIR PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU PADA BLOK REM KERETA API Disusun : Adi Pria Yuana NIM : D 200.04.0003 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aluminium merupakan salah satu bahan non ferro yang sangat banyak digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan industri besar, menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pengecoran casting adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang

Lebih terperinci

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A Agus Salim Peneliti pada Bidang Peralatan Transportasi Puslit Telimek LIPI ABSTRAK Telah dilakukan pengecoran

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

INTRODUCTION TO MATERIAL

INTRODUCTION TO MATERIAL INTRODUCTION TO MATERIAL Lotus effect Ilmu material atau teknik material atau ilmu bahan adalah sebuah interdisiplin ilmu teknik yang mempelajari sifat bahan dan aplikasinya terhadap berbagai bidang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL Disusun untuk memenuhi dan syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim KONDUKTOR Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah aluminium dan tembaga. Aluminium

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50 PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50 Sudarmanto Prodi Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jalan Janti Blok R Lanud Adisutjipto, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu Ricky Eko Prasetiyo 1, Mustaqim 2, Drajat Samyono 3 1. Mahasiswa, Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Lebih terperinci

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode expost facto. Ini berarti analisis dilakukan berdasarkan fakta dan data yang sudah terjadi. Dengan demikian penelitian

Lebih terperinci

Bila logam cair paduan tembaga dan seng sudah cukup dingin untuk dipindahkan, mereka dikeluarkan dari cetakan dan dipindah ke tempat penyimpanan.

Bila logam cair paduan tembaga dan seng sudah cukup dingin untuk dipindahkan, mereka dikeluarkan dari cetakan dan dipindah ke tempat penyimpanan. Melting Sejumlah bahan tembaga yang tepat sesuai takaran paduan ditimbang dan dipindahkan ke dalam tungku peleburan dalam suhu sekitar 1920 F (1050 C). Sejumlah seng yang sudah ditimbang agar sesuai paduan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH TEMBAGA DAN TIMAH SEBAGAI BAHAN KOMPONEN RADIATOR

PENGOLAHAN LIMBAH TEMBAGA DAN TIMAH SEBAGAI BAHAN KOMPONEN RADIATOR PENGOLAHAN LIMBAH TEMBAGA DAN TIMAH SEBAGAI BAHAN KOMPONEN RADIATOR Anang Subardi, Slamet Kurniawan Widianto ABSTRAK Radiator kendaraan yang berfungsi untuk pendinginan air pendingin mesin maka penggunaan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

2016 KAJIAN BENTUK KERAJINAN PEWTER HASIL BINAAN PT. TIMAH DI PANGKALPINANG PROVINSI BANGKA BELITUNG

2016 KAJIAN BENTUK KERAJINAN PEWTER HASIL BINAAN PT. TIMAH DI PANGKALPINANG PROVINSI BANGKA BELITUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Bangka Belitung menyimpan hasil bumi yang kaya terutama timah dan dapat dikembangkan sampai saat ini. PT.Timah (Persero) Tbk. sebagai salah satu Badan Usaha

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR Latar belakang Pengecoran logam Hasil pengecoran aluminium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA Ahmad Haryono 1*, Kurniawan Joko Nugroho 2* 1 dan 2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Pratama Mulia Surakarta

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu tahapan paling awal dalam perencanaan pondasi pada bangunan adalah penyelidikan tanah. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 2, OKTOBER 2015 1 PENGARUH MODEL SISTEM SALURAN PADA PROSES PENGECORAN LOGAM Al-Si DENGAN PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau mata bajak dengan menempa tembaga. Kemudian secara kebetulan

BAB I PENDAHULUAN. atau mata bajak dengan menempa tembaga. Kemudian secara kebetulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Penelitian Awal penggunaan logam oleh orang, ialah ketika orang membuat perhiasan dari emas atau perak tempaan, dan kemudian membuat senjata atau mata bajak dengan

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGINAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA BESI COR

PENGARUH MEDIA PENDINGINAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA BESI COR TUGAS AKHIR PENGARUH MEDIA PENDINGINAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA BESI COR Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

06 : TRANFORMASI FASA

06 : TRANFORMASI FASA 06 : TRANFORMASI FASA 6.1. Kurva Pendinginan Logam Murni Logam murni dalam keadaan cair, atom-atomnya memiliki gaya tarik menarik yang lemah dan tersusun secara random. Jika logam cair tersebut dibiarkan

Lebih terperinci