KESEJAHTERAA8 NELAYAN PANCING TONDA

Transkripsi

1 KESEJAHTERAA8 NELAYAN PANCING TONDA ( Troll Lines 1 Dl KECAMATAN PARIAMAM KABUPATEN PPlDANG PARIAMAW, SUMATERA BARAT MASALAH KHUSUS Oleh NENMARMI C JURUSAN SOSlAL EKONOMI PERlKANAN FAKULTAS PERIKANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 198 9

2 RINGKASAN NENMARNI (C ). Kesejahteraan Nelayan Pancing Tonda (Troll Lines) di Kecamatan Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Propinsi Sumatera Barat (dibawah bimbingan Ir. Sarib Murtadi, M.Sc. dan Ir. M. Prihatna Sobari). Kecamatan Pariaman merupakan salah satu kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Padang Pariaman. Ibuko- ta Kecamatan Pariaman adalah Pariaman, yang secara geografi terle tak pada 0~38'40" Lintang Selatan dan 100~.7'00" Bujur C Timur. Luas wilayah Kecamatan Pariaman lebih kurang 67,l kslometer persegi dengan kepadatan penduduk 823 jiwa per kilometer persegi (data tahun 1987). Wiluyah perairan Kecamatan Pariaman merupakan bagian dari wilayah peralran Barat ~umatera/samudera Indonesia Jumlah nelayan yang terdapat di wilayah Kecamatan Pariaman tahun 1988 yzitu orang. Alat tanglrap yang ada bcr- ju@.lah 391 unit, dan pancing tonda merupakan alat tangkap yang terbanyak jumlahnya (111 unit atau 28,4 persen). Produksi perikanan Kecamatan Pariaman tahun 1988 berjumlah kilogram, yang sebagian besar terdiri dari ikan pelagis besar maupun pelagis kecil lebih kurang 75 persen. Daerah pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan daerah Kecamatan Pariaman adalah, semua pasar di wilayah Kabupaten Padang Pariaman kecuali Kepulauan Mentawai (83 persen) dan sisanya (17 persen) dipasarkan ke Kabupaten lain di Sumate- ra Barat. dan ke Propinsi Riau. Di Kecamatan Pariaman ter-

3 dapat sebuah TPI (TPI Muara) yang terletak di Kelurahan Pasir Pariaman. Saat ini tianya nelayan yang menggunakan alat tangkap pancing tonda saja yang mendaratkan hasil tang kapinnya ke TPI Muara. Nelayan yang menggunakan alat lain- nya mendaratkan hasil tangkapannya di sepanjang pantai tempat pemukiman mereka. Pendapatan yang diterima nelayan dari usaha pancing tonda rata-rata dalam setahun; untuk nelayan pemilik ada- lah $ ,-, juru mudi g ,- dan anak tonda $ ,-., Sedangkan pendapatan rumah tangga nelayan pancing tonda rata-rata dalam setahun; pemilik F$ juru mudi $ dan anak tonda $ Dengan pendapatan perkapita pemilik $ , juru mudi sebesar Pq dan anak tonda Fq dalam setahuh. Pengeluaran rumah tangga pemilik untuk bahan makanan 27,73 persen dan untuk bukan makanan adalah 72,27 persen dari total pengeluannga, juru mudi sebesar 70,73 persen untuk makanan dan 29,27 persen untuk bukan makanan dari to- tal pengeluarannnya. Sedangkan pengeluaran rumah tangga anak tonda untuk makanan qe,bas.ar 77,05 persen dan untuk bu- kan makanan sebesar 22,95 persen dari total pengeluarannya. Pengeluaran perkapita pertahun pemilik , juru mudi dan anak tonda sebesar $ Berdasarkan kriteria tingkat kemiskinan menurut kriteria Sajogyo untuk Pedesaan dan Kota serta kriteria Direktorat Tata Guna Tanah seluruh nelayan pemilik (100 persen) tergolong tidak miskin. Sedangkan juru mudi berdasarkan

4 kriteria Sajogyo untuk Pedesaan 100 persen tergolong tidak miskiin, kriteria Sajogyo untuk Kota 31,3 persen juru mudi tergolong miskin. Dan berdasarkan kriteria Direktocat Ta- Ta Guna Tanah 31,3 persen juru mudi tergolong hampir miskin. Sedangkan anak tonda berdasarkan k~iteria Sajogyo untuk Pe- desaan sebesar 30 persen tergolong miskin dan-kriteria Sa- jagyo untuk Kota 45 persen tergolong miskin, 55 persen ter- golong mi.%kin ~ ~ k a(tidak l i cukup pangan). Rata-rata pendidikan nelayan pemilik adalah 7 tahun (kelas satu SMTP), juru mudi 5,6 tahun (kelas 6 SD) dan a- nak tonda 5,4 tahun (lrelas 6 SD). Semua nelayan pancing tonda baik pemilik, juru mudi maupun,anak tonda sudah memasuk kan anak-anak mereka yang usia wajib belajar (usia 7-12 tahun) ke SD. Dan untuk ini semua nelayan menyatakan mudah. Menyekolahkan anak ke SMTP nelayan pemilik menyatakan mudah sedangkan nelayan buruh; juru mudi menyatakan mudah dan anak tonda 66,7 persen menyatakan sulit. Menyekolahkan anak ke SMTA bagi nelayan pemilik mudah, jusu mudi menyatakan sulit dan an& tonda menyatakan sulit. Mendapatkan pelayanan kesehatan, nelayan pemilik, juru mudi dan anak tonda pada umumnya menyatakan mudah. Tingkat kesehatan pemilik lebih tinggi dari tingkat kese- hatan juru mudi dan anak tonda. Rendahnya tingkat kesehat- an juru mudi dan anak tonda disebabkan antara lain; kurangnya pemenuhan gizi keluarga, kurangnya kebersihan rumah dan lingkungannya, rnasih sedikitnya rumah tangga yang mempunyai WC sehdiri, pendapatannya yang rendah.

5 Rumah yang ditempati nelayan baik pemilik, juru mudi maupun anak tonda sebagian besar termasuk permanen, berdinding tembok, atap seng dan lantai semen. Rumah yang ditempati umumnya rumah milik mertua (ibu dari pihak istri). Fasilitas rumah yang ditempati nelayan pemilik lebih lengkap dibanding dengan fasilitas rumah yang ditempati juru mudi dan anak tonda. Keamanan fisik nelayan pancing tonda baik pemilik, juru mudi maupun anak tonda cukup aman. Akan tetapi kea- manan psikis nelayan buruh (juru mudi dan anak tonda) meras,a tidak aman, dimana nelayan buruh tidak mempunyai tai bungan karena pendapatan mereka untuk memenuhi lcebutuhan pakok saja tidak cukup dan keluarga yang ditinggalkan selama nelayan melaut sering merasa gelisah. Nelayan pemilik lebih banyak melakukan kegiatan sosial budaya dibandingkan dengan juru mudi dan anak tonda. Hal ini diantaranya disehabkan nelayan buruh lebih banyak menghabiskan waktunya di laut. Berdasarkan indikator tingkat kendapatan, tingkat kemiskinan, persentase pengeluaran untuk pangan, keadaan rumah, pendidikan, kesehatan dan sosial budaya maka dapat di katakan nelayan pemilik sudah sejahtera. Sedangkan juru- mudidan anak tonda belum dapat hidup layak atau dapat dikatakan belum sejahtera. Untuk memperbaiki kehidupan nelayan buruh dapat ditempuh melalui diberlakukannya UU No. 16/1964 dan perhatian berbagai pihak/instansi yang berwenang untuk kesejahteraan nelayan. iv

6 KESEJAHTERAAN NXLAYBN PANCING TOI,I.DA ( Troll Lines) DI :XXCAMATAN PAHIAFIAN ICAUUFATEN PADANG PARIAMAN, SUiQXTERk BARAT Masalah Khusus Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perilranan Institut Pertanian Bogor Ole h Mn~rsn ; i~lni.lfliint Kro : C Menge tahui, Ketua Jurusan, A Ke tua DR. IT.. E:nan M. Adiwilaga -. Pembantu Dekan I Anggota

7 2I;iVAYAT IIIDUP Penulis adalah analt pertama dari sembilan bersaudara, dan dilahirltan di Pariaman pada tanggal 9 Januari ta- hun Ayah bernama Usman Zaini dzn Ibu bernama Marin. Pada tahun 1972 penulis mulai masuk sekolah di Sekolah Dasar Negeri I Campago, dan tamat tahun Tahun 1978 melanjutkan ire Sekolah Menengah Pertama Negeri V Koto Kam- pung Dalam hing~a tahun Pada tahun 1981 melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri I Pariaman dan tama~ tahun Pada tahun itu juga penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi PMDIC (Penelusuran Minat dan Kemampuan). Setelah lulus di Tinglrat Persiapan Bersama, pada tahun 1985 penulis diterima di Fakultas Perikanan. Kemudian pada semester 3 (tahun 1986) penulis memilih juru- san Sosial Ekonomi Perikanan. Akhirnya berkat Rahmat Allah jualah penulis berhasil lulus dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 1989 ini.

8 DAFTAR IS1 RINGKABAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR IS1... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman i DAFTAR LAMPIRAN... xii v vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perurnusan Masalah dan Hipotesis Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian... 7 IT: TINJAUAN PUSTAKA... 8 I11. METODE PENELITIAN Penarikan Saapel Teknik Pengurnpulan data Analisis Data Konsepsi dan Pengukuran IV. KEADAAN UMUM DAERAH Keadaan Geografi Penduduk dan Mata Pencaharian Nelayan Alat Tangkap dan Armada Penangkapan Ikan Musim Penangkapan dan Produksi Pernasaran Hasil Perikanan Prasarana/Sarana Penunjang Perikanan.. V. KESEJAHTERAAN NELAYAX PANCING TONDA Tingkat Pendapatan dan Penyebarannya Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga Tingkat Kerniskinan Pendidikan Kesehatan Perurnahan Keamanan Sosial Budaya ix xi

9

10