IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena itu, keefektifannya sangat tergantung kemampuan aliran udaranya untuk mendesak (memindahkan) udara disekelilingnya. Mist blower tersebut dilengkapi dengan bantalan busa yang berada dibelakang engine yang berfungsi mengurangi getaran dan melindungi punggung operator dari getaran tersebut. Pada Tabel dapat dilihat spesifikasi teknis mengenai mist blower. Tabel. Spesifikasi Mist Blower MIST BLOWER Model MK 15-B Merek Yanmar Tahun Pembuatan 198 Dimensi (P x L x T) Berat Bersih Kapasitas Tangki Pupuk Cair Tipe Mesin Sistem Pendinginan Kecepatan Putaran Motor Bahan Bakar Kapasitas Tangki Bahan Bakar Tenaga Dimensi Bantalan Busa Panjang Lengan / Pipa Penyemprotan 35 cm x 3 cm x 67 cm 1 kg 1 liter Motor bensin tak Udara 9 rpm Bensin+Oli 1.5 liter 1 HP Panjang 3 cm Lebar 6 cm Tebal 3 cm 143 cm Jarak penyemprotan pestisida atau pupuk cair pada kecepatan putaran motor 1915, 49 dan 77 rpm masing-masing sejauh 1 meter, 1.8 meter dan 5 meter. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk cair merek Super-O yang telah dicampur dengan air. Perbandingan antara pupuk cair pekat dengan air yaitu 1:7 artinya untuk 1 cc pupuk cair, dicampur dengan 7 liter air. A. Getaran Getaran yang terjadi pada mist blower ditimbulkan dari kerja engine sebagai sumber tenaga penggerak. Komponen-komponen motor yang bergerak dan saling bergesekan menghasilkan tenaga dan perubahan bentuk energi dalam engine yang menyebabkan timbulnya getaran mekanis dan kebisingan. Getaran dengan nilai tertentu dalam jangka panjang dapat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, perlu diketahui batas aman dan nyaman penggunaan alat tersebut.

2 1. Pengukuran Getaran Mist blower dioperasikan untuk menghembuskan pupuk cair ke lahan. Pengukuran getaran dilakukan pada engine dan tuas kendali mist blower. Getaran pada tangan operator ditimbulkan dari engine yang berputar dan merambat ke tuas kendali. Pengukuran getaran dilakukan pada tiga sumbu yaitu sumbu X, Y, dan Z pada engine dan tuas kendali. Pengukuran juga berdasarkan tingkat kecepatan putaran motor yang berbeda-beda. Kecepatan putaran motor yang digunakan yaitu 1915, 49, dan 77 rpm. Alat vibration meter yang digunakan hanya dapat mengukur tingkat percepatan getaran dan tidak bisa untuk mengukur besar frekuensi. Frekuensi pada putaran motor penggerak tentunya tidak sama dengan frekuensi pada tuas kendali. Hal ini disebabkan karena adanya rambatan getaran dari engine ke bagian-bagian lain dari mist blower. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diasumsikan frekuensi dari putaran motor penggerak sama dengan frekuensi pada tuas kendali mist blower. Nilai frekuensi diperoleh dari kecepatan putaran motor dibagi dengan 6. Frekuensi masing-masing kecepatan putaran motor secara berturut-turut sebesar 31.9, 66.8, dan 1.5 Hz. Lama pemakaian mist blower yang aman diperoleh dari nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan. Sedangkan untuk penentuan tingkat kenyamanan penggunaan mist blower adalah nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan.317. Grafik standar dan nilai faktor pengali tersebut merupakan batas toleransi getaran berdasarkan ISO. (Nugroho 5). Analisa Getaran Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI ), nilai ambang batas getaran yaitu sebesar 4 m/s. Pada Gambar 18 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada engine mist blower tipe MK 15-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s ) ,5 4,71 4,75 3,88 4,15,15 1,64 1,51, Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar 18. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 15-B Sumbu pengukuran yang paling tinggi tingkat percepatan getaran rata-ratanya adalah sumbu Z. Sedangkan sumbu Y memiliki tingkat percepatan getaran rata-rata paling rendah. Sumbu Z merupakan sumbu yang searah dengan gerakan piston sehingga sumbu Z ini memiliki tingkat percepatan getaran rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan sumbu 1

3 pengukuran yang lainnya. Gambar 19 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower tipe MK 15-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s ) ,16,,34,54 1,51,78,1,, Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar 19. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 15-B Pada tuas kendali mist blower, nilai percepatan getaran rata-rata pada sumbu Y lebih besar dibandingkan dengan percepatan getaran rata-rata pada sumbu X dan Z. Pada tuas kendali, getaran dari engine ditransmisikan melalui komponen-komponen mist blower ke tuas kendali mist blower sehingga percepatan getaran yang lebih besar adalah yang searah sumbu Y. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa percepatan getaran pada engine lebih besar dibandingkan percepatan getaran pada tuas kendali mist blower. Pada engine, percepatan getaran yang ditimbulkan memiliki kisaran rata-rata 1.51 m/s 9.5 m/s. Sedangkan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower memiliki kisaran.1 m/s 3.16 m/s. Hal ini disebabkan karena pada engine merupakan sumber putaran serta terdapat bagian yang berputar dan bergesekan sehingga menimbulkan getaran. Getaran pada engine merambat ke tuas kendali melalui berbagai komponen sehingga telah mengalami peredaman. Pada engine, nilai percepatan getaran yang terukur melebihi nilai ambang batas SNI, yaitu pada kecepatan putaran motor 49 dan 77 rpm. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecepatan putaran motor berbanding lurus terhadap tingkat getaran yang dihasilkan. Semakin tinggi kecepatan putaran motor, maka semakin tinggi pula getaran yang dihasilkan dan begitu pula sebaliknya. Bagian tubuh operator yang menerima getaran paling tinggi adalah bagian punggung, dan getaran yang ditimbulkan engine langsung ditransmisikan ke bagian punggung. Selain itu, massa dari mist blower itu sendiri ditumpu oleh punggung. Oleh karena itu, diberikan bantalan busa pada bagian punggung untuk meredam getaran secara langsung yang berasal dari engine. Percepatan getaran yang diterima punggung diasumsikan sebagai getaran yang diterima oleh seluruh tubuh..1. Batas Aman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 15-B Penentuan lama pemakaian mist blower yang aman, diperoleh dari nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan. Nilai pengali tersebut berdasarkan standar ISO yang telah ditetapkan (Nugroho 5). Gambar merupakan grafik hubungan antara

4 kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada engine mist blower tipe MK 15-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s ) ,5 9,4 9,5 7,76 8,3 4,3 3,83, 4, Kecepatan Putaran Motor (rpm) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Gambar. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata Pada Engine Mist Blower Tipe MK 15-B (Setelah Dikalikan ) Nilai percepatan getaran rata-rata yang telah dikalikan faktor pengali, diplotkan dalam grafik exposure limits. Batas aman pemakaian mist blower tipe MK 15-B dengan kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm pada engine berdasarkan sumbu X dan Y ialah sama yaitu selama 8 jam. Namun terdapat perbedaan berdasarkan sumbu Z yaitu untuk kecepatan putaran motor 1915 dan 49 rpm adalah selama 1 jam, dan untuk kecepatan putaran motor 77 rpm adalah selama 5 menit. Gambar 1 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower tipe MK 15-B. Percepatan Getaran rata-rata (m/s ) ,3 4,4 4,68 5,8 3, 1,56,,4, Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar 1. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 15-B (Setelah Dikalikan ). Nilai percepatan getaran rata-rata yang telah dikalikan faktor pengali, diplotkan dalam grafik exposure limits. Batas aman pemakaian mist blower dengan kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm pada tuas kendali berdasarkan 3

5 sumbu X dan Y ialah sama yaitu selama 8 jam. Sedangkan berdasarkan sumbu Z, batas pemakaian aman mist blower dengan kecepatan putaran motor 1915 rpm ialah selama 8 jam, namun berbeda pada kecepatan putaran motor 49 dan 77 rpm yaitu selama 4 jam. Nilai lama penggunaan mist blower yang aman berdasarkan sumbu X, Y, dan Z, kemudian dibandingkan antara engine dengan tuas kendali. Berdasarkan hasil plot grafik exposure limits, sumbu yang dijadikan acuan lama penggunaan mist blower adalah sumbu Z karena memberikan pengaruh paling signifikan. Berdasarkan perbandingan percepatan getaran rata-rata pada engine dan tuas kendali, batas aman penggunaan mist blower pada kecepatan putaran motor 1915 dan 49 rpm adalah selama 1 jam. Sedangkan batas aman penggunaan mist blower pada kecepatan putaran motor 77 rpm adalah selama 5 menit... Batas Nyaman Penggunaan Mist Blower Yanmar Tipe MK 15-B Penentuan lama pemakaian mist blower yang aman diperoleh dari nilai percepatan getaran rata-rata dikalikan.317. Nilai pengali tersebut berdasarkan standar ISO yang telah ditetapkan (Nugroho 5). Gambar merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada engine mist blower tipe MK 15-B. Percepatan Getaran ratarata (m/s ) 3,5 1,5 1,5,93 1,49 1,51 1,3 1,3,68,5,48, Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Kecepatan Putaran Motor (rpm) Gambar. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 15-B (Setelah Dikalikan.317). Gambar 3 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor yaitu 1915, 49, dan 77 rpm dengan percepatan getaran rata-rata pada tuas kendali mist blower Tipe MK 15-B. 4

6 Percepatan Getaran rata-rata (m/s ) 3,5 1,5 1,5 1,7,74,48,81,3,6,4, Kecepatan Putaran Motor (rpm) Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z Gambar 3. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran Rata-rata pada Tuas Kendali Mist Blower Tipe MK 15-B (Setelah Dikalikan.317). Batas nyaman diperoleh setelah data yang telah dikalikan faktor pengali.317, diplotkan pada grafik exposure limits. Batas nyaman penggunaan mist blower pada kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm pada sumbu X, Y, dan Z adalah sama yaitu selama 8 jam. Nilai batas aman tersebut merupakan nilai batas aman dari engine maupun tuas kendali. Jadi dapat disimpulkan bahwa operator akan masih merasa nyaman menggunakan mist blower ini dengan kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm selama 8 jam per hari. Namun, pada kenyataannya tingkat kenyamanan itu tidak hanya berdasarkan getaran yang diperoleh tetapi juga tingkat kebisingan. Selain itu, faktor beban alat yang digendong operator mist blower dan kondisi fisik pekerja juga mempengaruhi tingkat kenyamanan. Misalnya beban dari alat tersebut terlalu berat sehingga operator merasa lelah untuk menggendong alat tersebut bila terlalu lama. B. Kebisingan Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki. Kebisingan yang terjadi di tempat kerja dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan dan konsentrasi para pekerja. Pengendalian kebisingan diperlukan agar dapat mengurangi dampak buruk bagi operator maupun lingkungan. 1. Pengukuran Kebisingan Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan sound level meter yang memiliki satuan db(a). Pengukuran kebisingan pada mist blower ini dioperasikan pada kecepatan putaran motor sebesar 1915, 49, dan 77 rpm. Pengukuran kecepatan putaran motor menggunakan tachometer. Pada pengukuran tersebut, tachometer diarahkan pada blower yang berputar yang sebelumnya telah diberi tanda titik putih. Kemudian nilai kecepatan putaran motor akan terbaca pada display digital. Pada pengukuran kebisingan, mist blower di gendong oleh operator di lahan sambil menyemprotkan pupuk cair ke lahan. Pengukuran kebisingan pada engine dilakukan pada enam titik pengukuran dengan jarak sekitar 1 cm dari engine terhadap sound level meter. Titik pengukuran pada engine yaitu bawah, atas, samping kiri, depan, samping 5

7 kanan, dan belakang. Pengukuran kebisingan juga dilakukan pada telinga operator dengan kecepatan putaran motor yang berbeda-beda. Pengukuran kebisingan ini dilakukan pada lahan yang terbuka dan tidak ada penghalang seperti pepohonan. Selain itu, pengukuran kebisingan juga dilakukan terhadap lingkungan kerja.. Analisa Kebisingan Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 ditetapkan ambang batas (NAB), antara lain menyebutkan NAB kebisingan adalah 85 db(a). Oleh karena itu, pada lingkungan kerja yang memiliki tingkat kebisingan yang melebihi NAB harus diadakan usaha untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran terhadap tenaga kerja. Berdasarkan pengukuran, diperoleh rata-rata tingkat kebisingan engine mist blower tipe MK 15-B di setiap titik-titik pengukuran. Pada Tabel 3 merupakan nilai kebisingan rata-rata pada engine mist blower tipe MK 15-B di setiap titik-titik pengukuran. Kecepatan Putaran Motor (rpm) Tabel 3. Tingkat Kebisingan Rata-rata pada Engine Mist Blower Tipe MK 15-B Titik Pengukuran pada Engine Mist Blower (db(a)) Pada Gambar 4 merupakan grafik hubungan antara titik-titik pengukuran pada engine dengan tingkat kebisingan yang dihasilkan pada setiap kecepatan putaran motor. Tingkat Kebisingan (db(a)) rpm 49 rpm 79 rpm Titik - Titik Pengukuran pada Engine Gambar 4. Grafik Hubungan antara Titik-Titik Pengukuran pada Setiap Kecepatan Putaran Motor terhadap Kebisingan yang Dihasilkan pada Engine Mist Blower Tipe MK 15-B. 6

8 Nilai kebisingan pada engine pada kecepatan putaran motor 1915 rpm berkisar antara db(a). Pada kecepatan putaran motor 49 rpm berkisar antara db(a). Sedangkan pada kecepatan putaran motor 77 rpm berkisar antara db(a). Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan engine yang tertinggi pada kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm ialah pada titik 5. Hal ini disebabkan karena pada titik tersebut terdapat rongga-rongga yang terbuka pada engine. Tingkat kebisingan terendah dari setiap kecepatan putaran motor tersebut ialah pada titik. Hal ini disebabkan karena jarak titik ke engine lebih jauh dan terhalang oleh tabung penampungan pupuk cair. Tingkat kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan tingkat kebisingan pada engine. Semakin tinggi kecepatan putaran motor maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecepatan putaran motor maka semakin rendah pula tingkat kebisingan yang dihasilkan. Pengukuran kebisingan pada telinga operator dilakukan pada tingkat kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm. Pengukuran tersebut juga dilakukan dengan 1 kali ulangan. Tingkat kebisingan rata-rata pada telinga operator dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Tingkat Kebisingan Rata-rata pada Telinga Operator Mist Blower Tipe MK-15-B Kecepatan Tingkat Kebisingan Rata-Rata Pada Telinga (db(a)) Putaran Motor (rpm) Telinga Kanan Telinga Kiri Rata-Rata Nilai tingkat kebisingan rata-rata yang terukur pada telinga operator dengan kecepatan putaran motor 1915 rpm ialah 75,5 db(a). Nilai ini masih dibawah ambang batas yang ditetapkan berdasarkan Kepmen-51/MEN 1999 yaitu 85 db(a). Sedangkan pada kecepatan putaran motor 49 dan 77 rpm, tingkat kebisingan rata ratanya sudah melebihi nilai ambang batas yaitu 87,66 db(a) dan 1,97 db(a). Semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor maka kecepatan poros engkol akan semakin bertambah. Gesekan antar komponen menyebabkan meningkatnya getaran dan kebisingan. Pada Tabel 5 merupakan nilai lama mendengar yang diizinkan menurut standar DOD dan OSHA setelah dimasukkan ke dalam persamaan (5) dan persamaan (6). Tabel 5. Lama Mendengar yang Diizinkan bagi Pengguna Mist Blower Tipe MK 15B Kecepatan Putaran Tingkat Kebisingan Ratarata Lama Mendengar yang Diizinkan (Jam) Motor (rpm) yang Diterima Operator Standar DOD Standar OSHA (db(a)) Tingkat kebisingan yang diterima pada telinga operator mengalami penurunan dibandingkan dengan kebisingan pada engine. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor 7

9 eksternal diantaranya yaitu jarak sumber bising dan angin. Nilai lama mendengar standar DOD lebih rendah dibandingkan dengan standar OSHA. Sehingga standar yang paling kritis yang dapat digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui lama mendengar yang diijinkan adalah standar DOD. Nilai lama mendengar yang diijinkan berdasarkan standar DOD pada pengoperasian mist blower dengan kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm masing-masing 34.9 jam, 4. jam, dan 4 menit. Misalnya untuk kecepatan putaran motor 77 rpm, kebisingan yang diterima oleh operator tidak boleh melebihi 4 menit. Minimal diperlukan dua orang operator untuk mengoperasikan mist blower apabila menggunakan kecepatan putaran motor 77 rpm. Jika telah mencapai waktu kerja 4 menit, maka dilakukan pergantian operator. Berdasarkan analisa dari getaran dan kebisingan dari mist blower tipe MK 15-B, diperoleh nilai batas aman dari penggunaan alat tersebut. Batas pengunaan aman mist blower pada kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm masing-masing adalah 1 jam, 1 jam, dan 4 menit. Selain itu, berdasarkan standar getaran dan kebisingan, disarankan agar operator menggunakan mist blower pada kisaran kecepatan putaran motor rpm. Pada Gambar 5 merupakan grafik hubungan antara percepatan getaran pada sumber getaran di setiap kecepatan putaran motor dengan tingkat kebisingan yang diterima operator mist blower. Kebisingan (db(a)) Percepatan Getaran (m/s ) Gambar 5. Grafik Hubungan antara Percepatan Getaran (Sumbu Z) di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Kebisingan yang Diterima Operator. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi percepatan getaran pada sumbu pengukuran, maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan yang dihasilkan seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran motor. Efek gangguan kesehatan yang dialami operator biasanya adalah telinga berdenging, rasa pegal pada punggung, dan pusing dikepala. Selain itu, pengendalian kebisingan dapat dilakukan pada pengendalian sumber suara, pengendalian pada penerima suara, serta manajemen rotasi pada operator mist blower. Selain itu, upaya untuk mengatasi kebisingan antara lain dengan menggunakan ear plug atau ear muff. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat kebisingan terhadap lingkungan. Hasil pengukuran di lapangan, kemudian ditampilkan dalam bentuk kontur kebisingan pada Gambar 6.Software yang digunakan untuk membuat kontur kebisingan adalah Surfer 8. 8

10 meter 18 db(a) (a) Kecepatan Putaran motor 1915 rpm meter meter (b) Kecepatan Putaran Motor 49 rpm meter db(a)

11 meter (c) Kecepatan Putaran Motor 77 rpm meter db(a) Gambar 6. Kontur Kebisingan terhadap Lingkungan (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (b) Kecepatan Putaran Motor 49 rpm (c) Kecepatan Putaran Motor 77 rpm Berdasarkan Gambar 6, diperoleh kontur kebisingan pada tiap kecepatan putaran motor. Semakin jauh jarak dari sumber kebisingan, maka tingkat kebisingan akan semakin rendah. Begitu pula sebaliknya, semakin dekat jarak dengan sumber kebisingan, maka tingkat kebisingan semakin tinggi. Dengan kontur tersebut, dapat diketahui jarak aman mendengar yang berada dibawah nilai ambang batas (NAB) kebisingan yaitu 85 db(a). Pada Gambar 7 merupakan kontur tingkat kebisingan pada telinga operator di setiap kecepatan putaran motor. Kontur tersebut menggambarkan tingkat kebisingan di sekitar telinga kanan operator. Telinga kanan dijadikan acuan karena jaraknya dekat dengan titik kebisingan tertinggi pada engine. Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui nilai tingkat kebisingan berdasarkan posisi telinga operator. 3

12 cm cm db(a) (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm cm db(a) cm (b) Kecepatan Putaran Motor 49 rpm 31

13 cm cm db(a) (c) Kecepatan Putaran Motor 77 rpm Gambar 7. Kontur Tingkat Kebisingan pada Telinga Operator (a) Kecepatan Putaran Motor 1915 rpm (b) Kecepatan Putaran Motor 49 rpm (c) Kecepatan Putaran Motor 79 rpm C. Studi Obyektivitas Operator Mist Blower Pada penelitian ini, dilakukan aplikasi langsung ke lahan dengan menyemprotkan larutan pupuk cair ke tanaman. Namun, larutan pupuk cair tersebut diganti dengan air. Hal ini dimaksud agar tidak terjadi over dosis pemberian pupuk pada tanaman. Pemupukan dilakukan dilahan seluas 5 m pada lahan yang ditanami dengan tanaman ubi jalar. Terdapat dua orang petani yang memiliki perbedaan umur. Petani yang pertama berumur 4 tahun dan petani kedua berumur 6 tahun. Hal ini dimaksudkan agar dapat terlihat perbandingan tingkat keletihan dari kedua petani tersebut. Setelah mengoperasikan mist blower, kedua petani tersebut akan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut penggunaan alat tersebut dan apa yang dirasakan. Pada Gambar 8 merupakan kedua orang petani yang sedang mengoperasikan mist blower untuk memupuk lahan ubi jalar. 3

14 Gambar 8. Pemupukan Lahan Ubi Jalar Menggunakan Mist Blower Dampak yang dirasakan dari penggunaan mist blower oleh petani pertama (4 tahun) antara lain dengung pada telinga akibat kebisingan, pegal-pegal pada bagian punggung dan pinggang, serta pusing. Hal yang sama juga dirasakan oleh petani kedua (6 tahun). Selain itu, para petani juga mengeluh tentang berat dari mist blower itu sendiri yang harus digendong mengelilingi lahan. Keluhan yang dialami kedua petani tersebut dapat diatasi dengan penggunaan alat pelindung diri, seperti ear muff untuk mengurangi kebisingan dan bantalan busa untuk mengurangi getaran. Hal ini yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja. Secara umum, semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor, maka semakin besar pula dampak yang dirasakan oleh petani. Penggunaan mist blower lebih efektif untuk pemupukan pada lahan yang luas. Kedua petani tidak mengunakan pelindung diri dengan lengkap dalam kesehariannya. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa petani pertama lebih cepat merasa lelah dibandingkan dengan petani kedua. Bila ditinjau dari segi umur, petani kedua (6 tahun) lebih tua dari petani pertama (4 tahun), namun hal tersebut tidak berpengaruh secara signifikan. Aktifitas pada hari sebelumnya sangat berpengaruh terhadap tingkat keletihan saat mengoperasikan mist blower. Hal ini disebabkan karena petani pertama melakukan lebih banyak aktifitas dan waktu istirahat yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan petani kedua. Selain itu, pengalaman kerja petani kedua lebih lama dibandingkan petani pertama. Petani kedua bekerja menjadi petani selama 5 tahun sedangkan petani pertama bekerja menjadi petani selama tahun. Penggunaan mist blower dapat membantu dan mempermudah pekerjaan petani serta waktu kerja menjadi lebih efisien. Pengukuran debit juga dilakukan pada studi obyektivitas operator di lahan seluas 5 m. Pada Tabel 6 merupakan tingkat debit berdasarkan tingkat percepatan putaran motor. Kecepatan Putaran Motor (rpm) Tabel 6. Debit pada Setiap Kecepatan Putaran Motor Jumlah Cairan yang Disemprotkan (ml) Waktu (second) Debit (m 3 /s) x x x

15 Pada Tabel 6, debit pada kecepatan putaran motor 1915, 49, dan 77 rpm masing-masing sebesar.5 x 1-5 ;.7 x 1-5 ;.9 x 1-5 m 3 /s. Pada Gambar 8 merupakan grafik hubungan antara kecepatan putaran motor dengan debit. 3,9,9 Debit x1-5 (m 3 /s),8,7,6,5,5, rpm 49 rpm 77 rpm,4,3 Kecepatan Putaran Motor (RPM) (rpm) Gambar 9. Grafik Hubungan antara Kecepatan Putaran Motor dengan Debit. Berdasarkan Gambar 9, tingkat kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan debit. Semakin tinggi tingkat kecepatan putaran motor, maka semakin tinggi pula debit yang dihasilkan. Pada Gambar 3 merupakan grafik hubungan antara debit di setiap kecepatan putaran motor dengan percepatan getaran pada sumber getaran. Percepatan Getaran (m/s) ,4,5,6,7,8,9 3 Debit x1-5 (m 3 /s) Gambar 3. Grafik Hubungan antara Debit di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Percepatan Getaran (Sumbu Z) pada Sumber Getaran. Pada Gambar 31 merupakan grafik hubungan antara debit di setiap kecepatan putaran motor dengan kebisingan yang diterima operator mist blower. 34

16 Kebisingan (db(a)) ,4,5,6,7,8,9 3 Debit x1-5 (m 3 /s) 1915 rpm 49 rpm 77 rpm Gambar 31. Grafik Hubungan antara Debit di Setiap Kecepatan Putaran Motor dengan Kebisingan yang Diterima Operator Mist Blower. Pada Gambar 3 dan 31, merupakan grafik hubungan antara debit dengan getaran dan kebisingan. Dapat disimpulkan yaitu semakin tinggi debit, maka tingkat percepatan getaran dan kebisingan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya tingkat kecepatan putaran motor. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah debit, maka tingkat percepatan getaran dan kebisingan semakin rendah seiring dengan menurunnya tingkat kecepatan putaran motor. 35

Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B

Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B Technical Paper Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B Performance Test of Mechanical Vibration and Noise of Yanmar Mist Blower MK 150-B Ahmad Noval Irvani 1 dan Mad

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI GETARAN MEKANIS DAN KEBISINGAN MIST BLOWER YANMAR MK 150-B SKRIPSI. Oleh : AHMAD NOVAL IRVANI F

UJI PERFORMANSI GETARAN MEKANIS DAN KEBISINGAN MIST BLOWER YANMAR MK 150-B SKRIPSI. Oleh : AHMAD NOVAL IRVANI F UJI PERFORMANSI GETARAN MEKANIS DAN KEBISINGAN MIST BLOWER YANMAR MK 150-B SKRIPSI Oleh : AHMAD NOVAL IRVANI F14080026 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERFORMANCE TEST

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG Oleh: BUDI SANTOSO F14104079 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator

Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator LAMPIRAN Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator Ulangan Data getaran pada stang kendali sumbu x sumbu y sumbu z a hav 1 1,6 1,3 2 4,13 2 1,5 1,3 2 3,97 3 1,5 1,4 2 4,11 4 1,6 1,4 1,9 4,07

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Kegiatan penelitian dilakukan selama 6 bulan, di mulai pada bulan Maret 2012 sampai September 2012 di Laboratorium Leuwikopo, Departemen Teknik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek-aspek penting yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja. Sehingga ketika aspek

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH PENGARUH PERUBAHAN TITIK BERAT POROS ENGKOL TERHADAP PRESTASI MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH Budiyanto, Rusdi, Sugiyanto, Sutriyono, Dedi Kurnia Rakhman Prodi Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN Ipick Setiawan 1*, Agung Sudrajad 2, Mohammad Auriga 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 s.d. Maret 2017 di Bank Sampah Tasikmalaya, Desa Cikunir Kecamatan Singaparna, Kabupaten

Lebih terperinci

Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung. Bahan Pembuat Rim Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm

Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung. Bahan Pembuat Rim Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm Besi Behel Ø 16 mm LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Spesifikasi roda besi yang diuji Kriteria Roda Besi Standar Roda Besi Modifikasi Roda Besi Lengkung Diameter Rim 900 mm 452 mm 700 mm Jumlah Rim 2 buah 2 buah 2 buah Lebar Rim 220

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut. III. METODOLOGI PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 50 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 50 cc, dengan merk Yamaha Vixion. Adapun

Lebih terperinci

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 33 4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL Perancangan simulator getaran ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : pengumpulan konsep rancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. SPESIFIKASI MESIN PELUBANG TANAH Sebelum menguji kinerja mesin pelubang tanah ini, perlu diketahui spesifikasi dan detail dari mesin. Mesin pelubang tanah untuk menanam sengon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan getaran sama sekali, karena seluruh energi yang dihasilkan diubah menjadi kerja. Namun di dunia ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian bertempat di peternakan kambing di Desa Sumberrejo, Kecamatan Batanghari, Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan industrialisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang menggunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 135 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

Mesin pengasap jinjing (fogging machine) sistem pulsa jet

Mesin pengasap jinjing (fogging machine) sistem pulsa jet Standar Nasional Indonesia Mesin pengasap jinjing (fogging machine) sistem pulsa jet ICS 65.060.40 Badan Standardisasi Nasional Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai Mesin pengasap jinjing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang mekanis logitudinal yang merambat. Bunyi dihasilkan melalui benda atau zat yang bergetar seperti, bunyi mesin kereta api. Bunyi tersebut berpotensi

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rizki Npm : 24411960 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : 1. Dr. Rr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber berbahaya di tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin meningkatnya perkembangan industri di indonesia, kemajuan dari industri tersebut antara lain ditandai pemakaian mesin-mesin yang dapat mengolah dan memproduksi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENGUJIAN

BAB III METODELOGI PENGUJIAN BAB III METODELOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Pengujian Minyak Pelumas Pengisian Minyak dan Pemanasan Oli SAE 15W/40 Oli SAE 40 Data Pengujian Oli Pengujian Bantalan Luncur dan Kekentalan 1.1000 Rpm 2.1500

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKANAN PEMOMPAAN MESIN SPRAYER DORONG DENGAN VARIASI PANJANG ENGKOL POMPA DAN DIAMETER RODA

ANALISIS TEKANAN PEMOMPAAN MESIN SPRAYER DORONG DENGAN VARIASI PANJANG ENGKOL POMPA DAN DIAMETER RODA ANALISIS TEKANAN PEMOMPAAN MESIN SPRAYER DORONG DENGAN VARIASI PANJANG ENGKOL POMPA DAN DIAMETER RODA Xander Salahudin, Sri Widodo, Miftahkul Khoir, Aris Priyatmoko Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL 3.1 DESKRIPSI PERALATAN PENGUJIAN. Peralatan pengujian yang dipergunakan dalam menguji torsi dan daya roda sepeda motor Honda Karisma secara garis besar dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain kompresor adalah penghasil udara bertekanan. Karena udara dimampatkan maka mempunyai tekanan

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Sepeda motor merupakan produk otomotif yang banyak diminati saat ini. Salah satu komponennya adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2012 - April 2013 di Laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin Universitas Lampung. B. Alat dan bahan

Lebih terperinci

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D. 1. Perhatikan gambar. Jika pengukuran dimulai pada saat kedua jarum menunjuk nol, maka hasil pengukuran waktu adalah. A. 38,40 menit B. 40,38 menit C. 38 menit 40 detik D. 40 menit 38 detik 2. Perhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau telo jendal adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga euphorbiaceae.

BAB I PENDAHULUAN. atau telo jendal adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga euphorbiaceae. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong dikenal juga dengan nama cassava, ubi kayu, ketela pohon, telo puhung atau telo jendal adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga euphorbiaceae.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Start Studi pustaka Pembuatan mesin uji Persiapan Pengujian 1. Persiapan dan pengesetan mesin 2. Pemasangan alat ukur 3. Pemasangan sensor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan

Lebih terperinci

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian:

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Lampiran 1. Spesifikasi traktor pengujian Spesifikasi Traktor Pengujian Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Merk/Type Kubota B6100 Tahun pembuatan 1981 Bahan bakar Diesel Jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian 1 I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian meningkat. Berbanding lurus dengan hal tersebut, penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mist Blower Mist blower adalah mesin yang menghembuskan cairan obat atau pupuk cair seperti mesin semprot menjadi butir-butir kecil oleh tenaga angin dari blower, maka dapat dikatakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC TUGAS AKHIR RM 1541 (KE) PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC RIZKY AKBAR PRATAMA 2106 100 119 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

Alexander Christian Nugroho

Alexander Christian Nugroho CLASSROOM ACOUSTICS Alexander Christian Nugroho STUDI KASUS : TVST B Pada tugas Topik Khusus kali ini, peserta kuliah diminta untuk memberikan persepsinya mengenai sebuah ruangan kelas dengan kapasitas

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC Mastur 1, Nugroho Aji 1,2) Program Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto Jl. Sumingkir No.

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat Sekarang ini pembangunan di kota Solo sangat pesat antara lain banyak hotel, mall dan gedung bertingkat yang didirikan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Cultivator Mesin pertanian yang digunakan adalah cultivator Yanmar tipe Te 550 n. Daya rata - rata motor penggerak bensin pada cultivator ini sebesar 3.5 hp (putaran

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA APLIKASI METODE UNGSI TRANSER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA Naharuddin, Abdul Muis Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemar fisik yang sering ditemukan adalah kebisingan. Kebisingan pada lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin industri dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan

Lebih terperinci

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20 Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20 Bacalah buku petunjuk sebelum anda menggunakan mesin penyiang bermotor (power weeder) BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat dan analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukanya pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN.. DYNAMOMETER TIPE REM CAKERAM HASIL RANCANGAN Dynamometer adalah alat untuk mengukur gaya dan torsi. Dengan torsi dan putaran yang dihasilkan sebuah mesin dapat dihitung kekuatan

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINE BRUSH CUTTER TIPE GENDONG SKRIPSI. Oleh : DONY RAMADHAN PUTRA F

UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINE BRUSH CUTTER TIPE GENDONG SKRIPSI. Oleh : DONY RAMADHAN PUTRA F UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINE BRUSH CUTTER TIPE GENDONG SKRIPSI Oleh : DONY RAMADHAN PUTRA F14104111 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE Baharuddin, Eko Haryono & Muh. Yusuf

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. Diagram Alir Metodologi Pengujian STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI RIMCO 100 CC KALIBRASI ALAT UKUR PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN MESIN SERVIS MESIN UJI KONDISI MESIN DALAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian untuk menguji pengaruh jenis larutan elektrolit pada Hydrogen Eco Booster tipe Wet Cell terhadap konsumsi bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Motor Bensin Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak (dinamis) yang bila bekerja dapat menimbulkan tenaga/energi. Sedangkan pengertian motor bakar

Lebih terperinci

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin : BOILER FEED PUMP A. PENGERTIAN BOILER FEED PUMP Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas 0 Fisika UAS Doc. Name:K3AR0FIS0UAS Doc. Version: 205-0 2 halaman 0. Perhatikan tabel berikut! Diketahui usaha merupakan hasil perkalian gaya denga jarak, sedangkan momentum merupakan hasil

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH 6505 040 048 ABSTRAK Pada PT BOC Gases ini terdapat beberapa sumber kebisingan

Lebih terperinci

Spesifikasi Bahan dan alat :

Spesifikasi Bahan dan alat : Spesifikasi Bahan dan alat : 1. Mesin Uji 2. Dynamometer 3. Tachometer 4. Stop Watch Berfungsi untuk mencatat waktu konsumsi bahan bakar yang terpakai oleh mesin dalam penelitian 5. Blower Berfungsi untuk

Lebih terperinci

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1 PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Alir Perancangan Muiai Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP I Sketsa alat Desain gambar Perancangan alat Kerangka Mesin Kerangka Meja Poros Perakitaiimesin

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP

OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP 11 OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP Fadwah Maghfurah Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta fadwah.maghfurah@ftumj.ac.id

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas Fisika Persiapan UAS Fisika Doc. Name:ARFISUAS Doc. Version: 26-7 halaman. Perhatikan tabel berikut! No Besaran Satuan Dimensi Gaya Newton [M][L][T] 2 2 Usaha Joule [M][L] [T] 3 Momentum

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Motor Diesel, 1 silinder III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian 1. Motor diesel 4 langkah satu silinder Dalam Pengambilan data ini menggunakan motor diesel empat langkah satu silinder dengan spesifikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konstruksi Mesin Pengupas Kulit Kentang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konstruksi Mesin Pengupas Kulit Kentang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konstruksi Mesin Pengupas Kulit Kentang 1 7 2 6 5 3 4 Gambar 4.1. Desain Mesin Pengupas Kulit Kentang Komponen-komponen inti yang ada pada mesin pengupas kulit kentang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3

III. METODE PENELITIAN. : Motor Bensin 4 langkah, 1 silinder Volume Langkah Torak : 199,6 cm3 III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Dalam pengambilan data untuk laporan ini penulis menggunakan mesin motor baker 4 langkah dengan spesifikasi sebagai berikut : Merek/ Type : Tecumseh TD110 Jenis

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.2 ANALISIS PENGUKURAN DENGAN PARAMETER GAIN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.2 ANALISIS PENGUKURAN DENGAN PARAMETER GAIN 24 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil percobaan berdasarkan perencanaan dari sistem yang telah dibuat dengan referensi yang ada. Dalam percobaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Efektivitas Penyemprotan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum pengaplikasian herbisida, terlebih dahulu diukur jumlah persentase gulma dilahan A, B, dan C. Menurut usumawardani (1997) penutupan gulma

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci