PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATION) PADA MATERI RAMBATAN KALOR
|
|
- Fanny Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATION) PADA MATERI RAMBATAN KALOR Patrycya Radzumawarni, Marmi Sudarmi, Diane Noviandini Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika - Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro Salatiga 50711, Indonesia Nini_dayak@yahoo.co.id Abstrak Berdasarkan pengalaman mengajar, ditemukan bahwa banyak anak anak yang menunjukkan sifat individual. Hal ini disebabkan metode mengajar yang kegiatannya berpusat pada guru (teacher oriented), dan siswa hanya sebagai pendengar sehingga tidak memungkinkan siswa berinteraksi dengan temannya, atau pun dengan gurunya. Selain itu sistem ranking yang di terapkan di sekolah juga menjadi salah satu faktor penyebab mengapa kerjasama antar siswa tersebut tidak ada. Siswa cenderung individualis dalam belajar, berkompetisi satu sama lain untuk mendapatkan ranking tertinggi di kelas. Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu suatu metode pembelajaran yang bisa mengajarkan siswa bekerjasama, salah satunya adalah metode Pembelajaran Kooperatif. Tujuan penelitian ini adalah merancang sebuah RPP dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) pada materi Rambatan kalor serta menguji coba RPP yang telah dirancang. Metode penelitian ini menggunakan PTK, model guru sebagai peneliti. Pengumpulan data kerjasama siswa dengan menggunakan lembar observasi, tes tertulis secara individu untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan pemahaman siswa, serta kuisioner untuk mengetahui tanggapan siswa tentang metode pembelajaran yang diterapkan. Hasil penelitian bahwa, RPP yang dibuat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) dapat diimplementasikan dengan baik dan dapat melatih siswa bekerjasama. Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif,TAI(team Assisted Individualisation ), Rambatan Kalor 1.1 Pendahuluan Berdasarkan pengalaman mengajar dilapangan, ditemukan banyak anak anak yang menunjukkan sifat individual. Hal ini disebabkan metode mengajar guru, dimana semua kegiatan berpusat pada guru (teacher oriented), dan siswa hanya sebagai pendengar sehingga tidak ada interaksi antar siswa. Selain dari pada itu, sistem ranking yang di terapkan di sekolah juga menjadi salah satu faktor penyebab, siswa cenderung untuk berkompetisi satu sama lain sehingga kerjasama antar siswa itu kurang. Siswa lebih bersifat mementingkan diri sendiri dibandingkan bekerjasama dengan temannya demi memperoleh nilai yang setinggi-tingginya dan mendapatkan ranking yang tertinggi. Sistem seperti ini dapat
2 menimbulkan persaingan yang tidak sehat didalam kelas. Mengingat pentingnya kerjasama tersebut dalam pembelajaran, maka perlu suatu metode pembelajaran agar siswa lebih aktif dalam bekerjasama. Salah satu metode yang dapat digunakan agar siswa dapat bekerjasama adalah dengan menggunakan metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). Ada beberapa macam tipe metode Pembelajaran Kooperatif yang telah dibuat, diantaranya Kancing gemerincing (Lidia Mila), Dua tinggal, Dua tamu (Emelia Maylani), STAD (Stevanus F.Lendu), Jigsaw (Daud M. Dasalaku), dan lain lain. Tujuan penelitian ini adalah membuat sebuah RPP dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) dengan lengkap dan jelas serta menguji coba RPP apakah dengan tipe ini siswa lebih aktif dalam bekerjasama atau tidak. 2. Kajian Teori 2.1 Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) Adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented) Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan (heterogen)(anita Lie. hal 29) [1]. Dalam pembelajaran cooperative learning, peran guru sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Ada beberapa pendapat yang mendukung model pembelajaran kerjasama dalam dunia pendidikan diantaranya adalah falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang menjadikan kerjasama sebagai kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup (Anita Lie hal 28) [2]. Kindsvatter dkk, belajar bersama mempunyai tujuan yaitu, dapat meningkatkan hasil belajar siswa lewat kerjasama kelompok yang memungkinkan siswa belajar satu sama lain, dapat membantu siswa yang lemah, dengan belajar bersama hubungan antar siswa makin akrab dan kerjasama antara mereka lebih baik. Karena keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya [3]. TAI (Team Assisted Individualization) Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Robert E Slavin pada tahun Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual(robert E Slavin, Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik, hal 191, tahun 2009). Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Tipe ini dapat digunakan pada semua jenis mata pelajaran. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk
3 didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Kelebihan metode ini diantaranya adalah agar siswa lebih aktif dalam setiap pembelajaran baik yang bersifat individu maupun kelompok, bagaimana cara bekerjasama dalam kelompok, belajar bertanggung jawab, berani mengemukakan pendapat. Dengan metode ini setiap siswa bertanggung jawab atas jawaban keseluruhan. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar secara individu, kemudian hasilnya dibawa ke dalam sebuah kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen dan bekerja sama untuk mengungkapkan pendapat serta bertanggung jawab atas hasil akhir dari kelompok tersebut. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut: a. Guru menyampaikan materi untuk dipelajari siswa secara individu. b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal. c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender. d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual. g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini). 2.2 Rambatan Kalor Perpindahan Kalor adalah suatu proses perpindahan energi panas dari satu zat ke zat lain, terjadi bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga tercapainya kesetimbangan termal. Kalor dapat berpindah melalui suatu zat perantara maupun tanpa zat perantara, zat perantara yang dapat menghantarkan kalor disebut dengan konduktor, sedangkan yang sulit menghantarkan kalor disebut dengan isolator. a. Konduksi
4 Gambar 1. Memanaskan batang besi Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Perpindahan kalor secara konduksi biasa terjadi pada zat padat karena partikel partikel dalam zat padat tidak dapat berpindah saat kalor merambat. b. Konveksi Gambar 2. Memanaskan air Gambar 3. Kotak konveksi udara Adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair dan gas, jika zat cair dan gas dipanaskan, partikel partikelnya akan merenggang sehingga massa jenisnya mengecil. Akibatnya zat cair / gas yang dipanaskan akan bergerak keatas, dan tempat yang ditinggalkan akan segara diisi noleh zat cair / gas yang lebih dingin dan lebih rapat. Dengan demikian pada pemanasan zat cair dan gas partikikel partikelnya akan berpindah keatas setelah menyerap kalor. c. Radiasi Gambar 4. Panas Matahari Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Saat kita berada ditengah lapangan pada siang hari, panas Matahari dapat kita rasakan langsung dikulit. Meskipun antara Matahari dan Bumi, terdapat ruang hampa udara, panas matahari dapat merambat sampai ke Bumi.
5 Jadi, Panas Matahari merambat dari Matahari ke Bumi tanpa bantuan zat perantara. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa Radiasi. 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sampel yang digunakan adalah siswa SMP Lab Satya Wacana kelas VII sebanyak 19 siswa. 3.2 Prosedur penelitian 1. Tahap persiapan Membuat / menyiapkan instrumen instrumen penelitian yang diperlukan berupa RPP, soal tes, lembar observasi, kuisioner 2. Tahap Tindakan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat dengan metode kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) mulai dari motivasi sampai dengan tahap evaluasi dan pemberian kuisioner. 3. Tahap Observasi Mengamati aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak pada saat diskusi, yang dilakukan oleh obsever. 4. Tahap Refleksi Dalam tahap refleksi yang dilakukan adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan dan observasi dikumpulkan, di nilai hasil test siswa kemudian dianalisis. Dari hasil refleksi ini dilihat apakah metode yang disampaikan berhasil atau tidak. Penelitian dikatakan berhasil apa bila 80 % siswa telah melakukan kegiatan yang dilakukan dalam kelompok, 80 % siswa memperoleh nilai minimal Instrumen Penelitian 1. RPP, yang dibuat dengan metode kooperatif tipe TAI yang dibuat dengan langkah langkah a. Demonstrasi b. Kuis (Tes I) c. Diskusi kelompok d. Pemantapan, berupa simulasi dari ketiga rambatan kalor e. Kuis (Tes II) 2. Soal Kuis, yang akan diberikan untuk kuis I dan II, dimana soal tes I dan tes II sama. 3. Lembar observasi, digunakan untuk kegiatan dalam kelompok yang akan diisi oleh obsever.
6 4. Lembar kuisioner, untuk mengetahui tanggapan siswa tentang metode pembelajaran yang digunakan Teknik Pengumpulan Data 1. Saat diskusi kelompok, obsever mengisi lembar observasi untuk mengamati aktivitas yang dilakukan siswa dalam kelompok, yang meliputi, mencocokkan jawaban dengan teman, membetulkan yang salah, memberikan saran, aktif menjawab pertanyaan teman, menjelaskan yang salah / benar, mengemukakan pendapat. 2. Pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan pada saat diskusi, diperoleh dari hasil kuis Setelah kegiatan belajar mengajar dan tes 2, siswa diminta untuk mengisi lembar kuisioner untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan. 3.5 Teknik Analisa Data Data data saat KBM, akan dianalisa secara kualitatif. Dari data hasil observasi, kegiatan yang dilakukan siswa dalam kelompok, di analisa secara kuantitatif, dihitung prosentase keberhasilan : Jumlah aktivitas yang dilakukan Prosentase aktivitas yang dilakukan = 100 % Jumlah siswa yang melakukan aktivitas Dengan kriteria keberhasilan, 80 % siswa melakukan kegiatan dalam point diskusi. Dari tes 2, yaitu pemahaman siswa dianalisa secara kuantitatif, dihitung prosentase keberhasilannya : Jumlah siswa berhasil Prosentase tingkat keberhasilan = 100 % Jumlah siswa yang mengikuti tes Dengan Kriteria keberhasilan, 80 % siswa memperoleh minimal nilai 80. Kuisioner yang diisi siswa tentang metode pembelajaran yang digunakan dianalisa secara kualitatif. Kemudian data dari seluruhnya, lembar observasi, tes dan kuisioner akan dianalisa secara deskriptif kualitatif DATA DAN ANALISA DATA SIKLUS I Guru menyampaikan materi, mengimplementasikan RPP yang dibuat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) pada materi rambatan kalor. Materi rambatan kalor ini sudah pernah dipelajari sebelumnya. Setelah menyampaikan materi, guru memberikan secara tertulis tes I kepada siswa secara individu, tujuannya adalah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan. Setelah siswa melakukan tes I, siswa dibagi dalam beberapa kelompok, di dalam
7 kelompok, siswa melakukan diskusi tentang jawaban dari tes yang telah dikerjakan, setiap siswa memeriksa jawaban teman, membetulkan jawaban yang salah, dan lain lain. Karena metode Pembelajaran Kooperatif lebih menekankan pada kerjasama, maka yang lebih dinilai dari kerja kelompok ini adalah dari aspek afektif / sikap yang dilakukan siswa dalam kerja kelompok / diskusi. Hasil yang diperoleh dari kerja kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel 1. No Tabel 1: Data distribusi kegiatan siswa Siklus I Kode Jenis Aktivitas Siswa Siswa Jumlah Aktiviyas yang Diikuti Siswa A B C D E F Jumlah % 1 AH 5 83,33 2 SMM YTK FTF 1 16,66 5 CCP 5 83,33 6 EAK 5 83,33 7 RPFP 5 83,33 8 KGS 2 33,33 9 FSW FRSP 2 33,33 11 GPO MH 4 66,66 13 RSP VT 2 33,33 15 PS 2 33,33 16 YCA HRRP 4 66,66 18 MVIR 2 33,33 19 FYS 1 16,66 Jumlah (%) 68,42 57,89 63,15 57,89 21,05 52, ,38 Keterangan :
8 (A) Mencocokkan jawaban dengan teman (B) Membetulkan yang salah (C) Memberikan Saran (D) Aktif menjawab pertanyaan teman (E) Menjelaskan yang salah / benar (F) Mengemukakan Pendapat Analisa Setiap Anak untuk kegiatan diskusi : AH SMM YTK FTF = Dari semua aktivitas yang dilakukan siswa hanya (E) menjelaskan yang Salah / benar, yang tidak dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang memahami materi yang disampaikan karena siswa ini saat guru menyampaikan materi, banyak bermain, sehingga saat berdiskusi tidak bisa menjelaskan kepadateman - temannya. = Semua aktivitas di lakukan, ini berarti siswa ini cukup aktif dalam berdiskusi. karena siswa ini sehari hari merupakan anak yang aktif dikelas. = Dari semua aktivitas yang dilakukan siswa, point B(membetulkan yang salah), E(menjelaskan yang salah / benar), dan F (mengemukakan pendapat) yang tidak dilakukan. Ini menunjukkan bahwa siswa ini kurang memahami materi yang disampaikan, karena saat diskusi malah bermain dengan temannya yang berbeda kelompok. Seharusnya saat diskusi merupakan kesempatan untuk memperbaiki pemahamannya tentang materi yang disampaikan agar lebih baik. = Dari semua Jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point A(mencocokkan jawaban dengan teman) yang dilakukan. Ini menunjukkan bahwa siswa ini tidak serius dalam berdiskusi, karena siswa ini tidak suka jika teman satu kelompoknya, bukan teman bermainnya. Padahal dalam kegiatan diskusi, siswa mendapat kesempatan untuk memperbaiki pemahamannya terhadap materi yang disampaikan. CCP = Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point E (menjelaskan yang salah / benar) yang tidak di lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa, siswa ini sudah cukup aktif dalam diskusi, akan tetapi siswa ini tidak suka membagikan pengetahuannya dengan teman yang lain, EAK = Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point E (menjelaskan yang salah / benar) yang tidak di lakukan. Ini menunjukkan bahwa, siswa ini aktif dalam diskusi, karena sehari harinya merupakan anak yang aktif didalam kelas, akan tetapi siswa ini sebenarnya tidak suka bekerja kelompok, karena tidak mau membagikan pengetahuannya kepada teman temannya. RPFP = Dari semua jenis aktivitas siswa yang dilakukan, hanya point E (menjelaskan yang salah / benar) yang tidak dilakukan. Ini berarti siswa ini aktif dalam diskusi, akan tetapi pada saat guru
9 menyampaikan materi, tidak serius, ribut, keluar masuk kelas, sehingga pada waktu diskusi, tidak dapat menjelaskan kepada teman temannya. KGS = Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point C (memberikan saran), dan F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang aktif dalam diskusi. Padahal saat diskusi merupakan tempat untuk melatih siswa agar berani memberikan saran, mengemukakan pendapat. FSW =Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, point C (memberikan saran), D (aktif menjawab pertanyaan teman), F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa ini masih kurang aktif dalam diskusi. Padahal pada waktu diskusi merupakan kesempatan untuk memperbaiki pemahamannya tentang materi yang telah disampaikan. FRSP GPO MH RSP VT PS = Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point D (aktif menjawab pertanyaan teman), F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang aktif dalam diskusi. Padahal diskusi merupakan tempat untuk memperdalam pemahamannya terhadap materi yang disampaikan. = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, point A (mencocokkan jawaban dengan teman), B (membetulkan yang salah), D (aktif menjawab pertanyaan teman) yang di lakukan, sedangkan kegiatan lainnya tidak dilakukan dalam berdiskusi, ini berarti siswa ini masih kurang aktif.karena siswa ini pemalu, sehingga tidak berani untuk berpendapat, dan menganggap penjelasan dari temannya yang lain sudah lebih baik dibandingkan pendapatnya. Padahal saat diskusi merupan tempat untuk melatih siswa untuk lebih aktif. = Dari semua jenis aktivitas siswa yang di lakukan, point E (menjelaskan yang salah / benar), F (mengemukakan pendapat) yang tidak dilakukan. Ini berarti bahwa siswa ini sudah cukup aktif dalam kegiatan diskusi. Siswa ini pendiam, jadi hanya menjawab pertanyaan temannya yang lain seperlunya saja. Jika tidak ada teman yang bertanya dia diam saja. = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, point B (membetulkan yang salah), C (memberikan saran), dan D (aktif menjawab pertanyaan teman) yang dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang aktif saat diskusi. Aktivitas lain tidak di lakukan, karena saat diskusi hanya mendengarkan teman yang lain,sibuk sendiri membetulkan jawabannya sendiri. = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point B (membetulkan yang salah), dan point E (menjelaskan yang salah / benar) yang dilakukan, sedangkan yang lainnya tidak. Ini menunjukkan bahwa siswa ini kurang aktif dalam diskusi. Karena siswa ini sangat pendiam, padahal dalam diskusi setiap anak diberi kesempatan agar lebih aktif. = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A (mencocokkan jawaban dengan teman), dan point E (menjelaskan yang salah / benar) yang dilakukan, sedangkan aktivitas lain tidak diikuti. Ini berarti bahwa anak ini masih kurang aktif dalam diskusi, karena siswa ini lebih
10 suka belajar secara individu. Padahal diskusi merupakan tempat unuk melatih diri untuk bekerjasama. YCA HRRP MVIR FYS = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, point A (mencocokkan jawaban dengan teman), C (memberikan saran), F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Sedangkan aktivitas lain tidak dilakukan, ini menunjukkan bahwa, siswa ini masih kurang aktif dalam diskusi. karena siswa ini, tidak suka satu kelompok dengan teman - teman yang bukan teman dekatnya, sehingga tidak betul betul melakukan diskusi. = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A (mencocokkan jawaban dengan teman), dan point E (aktif menjawab pertanyaan teman) yang tidak dilakukan. Ini menunjukkan bahwa siswa ini masih kurang serius dalam diskusi. Siswa ini pemalu, tidak diberi kesempatan oleh teman yang lain. Seharusnya pada saat diskusi, setiap siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, memberikan saran dan lain sebagainya. = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A(mencocokkan jawaban dengan teman), dan point B (membetulkan yang salah) yang dilakukan, sedangkan yang lainnya tidak dilakukan. Ini berarti siswa ini tidak serius dalam diskusi. Karena teman satu kelompoknya adalah bukan teman mainnya didalam kelas. saat diskusi, sibuk sendiri, waktunya banyak main main. = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A (mencocokkan jawaban dengan teman) yang dilakukan, sedangkan aktivitas yang lainnya tidak dilakukan. Ini menunjukkan bahwa siswa ini tidak serius dalam diskusi, karena siswa ini tidak suka berteman satu kelompok jika bukan teman dekatnya atau teman mainnya, sehingga tidak serius saat diskusi Analisa Setiap Kegiatan Yang Diikuti Siswa a. Mencocokkan Jawaban dengan Teman Berdasarkan tabel 1, untuk Point A, tentang aktivitas siswa dalam mencocokkan jawaban dengan teman, sebesar 68,4 % siswa aktif melakukan kegiatan ini, dan sebanyak 31,57 % siswa yang masih kurang aktif dalam melakukannya. Beberapa siswa tidak melakukannya, karena setiap siswa merasa bahwa jawabanyalah yang sudah benar, jadi tidak perlu untuk mencocokkan jawaban teman. a. Membetulkan Yang Salah Berdasarkan tabel 1, untuk Point B, tentang Membetulkan yang salah, sebesar 57, 89 % siswa aktif melakukan kegiatan ini, sebanyak 42,11 % siswa yang masih kurang aktif dalam melakukan kegiatan ini. Karena, beberapa siswa menganggap bahwa point ini, hanya dianggap sekedar saling melihat jawabannya dengan temannya yang lain, apakah sama atau tidak, jika sama tidak jadi masalah, dan jika beda siswa tersebut akan mempertahankan jawabannya, dan
11 mengganggap jawabannyalah yang tepat / benar. Tidak berusaha bertanya kepada temannya mengapa bisa pekerjaannya beda dengan temannya. b. Memberikan Saran Berdasarkan tabel 1, untuk Point C, tentang Memberikan Saran, sebesar 63,15 % siswa aktif melakukan kegiatan ini, sisanya yaitu sebanyak 36,86 % siswa yang masih kurang aktif melakukan kegiatan. Karena keberanian setiap siswa untuk memberikan saran masih sangat kurang, di dominasi oleh temannya yang lain, merasa bahwa temannya yang lain sudah lebih baik dari dia, dan pada akhirnya menganggap bahwa saran temannyalah yang lebih baik dibandingkan sarannya. c. Aktif Menjawab Pertanyaan Teman Berdasarkan tabel 1, untuk Point D, tentang Aktif menjawab pertanyaan teman, sebesar 57,89 % siswa aktif melakukan kegiatan ini, dan sebanyak 42,11 % siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan. Karena tidak semua siswa bisa bekerja kelompok dengan baik meskipun dalam satu kelas, tidak mau menjawab pertanyaan teman yang kira kira bukan teman dekatnya, pertanyaannya dianggap tidak penting, tidak bermanfaat. d. Menjelaskan Yang Salah / Benar Berdasarkan tabel 1, untuk Point E, tentang Menjelaskan Yang Salah/ Benar, sebesar % siswa aktif melakukan kegiatan ini,dan sebanyak 78,95 % siswa yang kurang aktif. Karena, beberapa siswa kurang serius saat diskusi, beberapa siswa sibuk sendiri, sehingga siswa tersebut tidak tahu apa yang akan dijelaskan kepada temannya. e. Mengemukakan Pendapat Berdasarkan tabel diatas, untuk Point F, tentang mengemukakan pendapat, sebesar 52,63 % siswa aktif mengikuti kegiatan ini, sebanyak 47,37 % siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan ini. Karena beberapa siswa, tidak memberi kesempatan kepada yang lain, sehingga kesempatan setiap anak untuk mengemukakan pendapat itu tidak ada, karena merasa tidak diberi kesempatan, maka beberapa siswa ini memilih untuk diam dan tidak melakukannya. Setelah diskusi, dilakukan pemantapan yaitu berupa simulasi dari ketiga rambatan kalor, kemudian dilakukan evaluasi berbentuk tes yaitu tes II, yang dikerjakan secara individu. Tujuannya adalah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan setelah mereka kerja kelompok / diskusi. Hasil Tes II yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Tes Siswa Siklus I
12 No Kode Siswa Hasil Tes Siklus I 1 AH 70 2 SMM 85 3 YTK 60 4 FTF 70 5 CCP 90 6 EAK 85 7 RPFP 90 8 KGS 70 9 FSW FRSP GPO MH RSP VT PS YCA HRRP MVIR FYS 70 Rata rata 75, Analisa Hasil Tes Siklus I Dari tabel 2 (hasil tes) diperoleh bahwa, siswa yang memperoleh nilai 80 sebanyak 7 orang siswa, sehingga prosentase keberhasilan dari siswa yang memahami materi dapat diperoleh sebesar 36,84 %, dihitung dengan perhitungan : Analisa Seluruh Siklus I 100 = 36,84 %. Dari kegiatan diskusi, karena kecilnya peran serta siswa dala kegiatan ini, disebabkan karena waktu yang di gunakan untuk menyampaikan materi terlalu lama, yaitu ± 3 45 menit, kemudian kuis I ± 30 menit. Sehingga saat kegiatan diskusi, siswa merasa jenuh dan bosan, tidak semangat untuk melakukannya. Selain dari pada itu, peneliti tidak memberikan rambu rambu kepada siswa, tidak mendapat arahan. Jadi siswa kurang jelas kegiatan apa saja yang harus dilakukan saat diskusi. Untuk itu, penelitian ini harus diulang, sampai target yang diinginkan tercapai.
13 Karena standar nilai dan aktivitas yang harus dilakukan siswa tidak mencapai target, maka penelitian ini dikatakan gagal dan harus diulang, sampai target yang diinginkan tercapai yaitu 80 % siswa mendapatkan nilai 80 dan 80 % siswa melakukan setiap kegiatan pada saat diskusi DATA SIKLUS II Karena dalam siklus I belum mencapai target yang diharapkan, maka dilakukan siklus II. Sebagai refleksi dari siklus I yang tidak mencapai target,maka penelitian pada siklus II ada beberapa hal yang dilakukan yaitu, guru tidak lagi memberikan materi dari awal, melainkan garis besar materi, karena mereka masih memiliki catatan untuk dipelajari kembali. Selain daripada itu, saat diskusi setiap kelompok diarahkan dengan pertanyaan pertanyaan penggiring berupa rambu rambu. Jadi pada saat diskusi, tugas setiap siswa menjadi lebih jelas, apa yang harus mereka lakukan didalam kelompok. Adapun jenis rambu rambu yang diberikan kepada setiap kelompok adalah sebagai berikut. Rambu rambu yang harus dilakukan oleh siswa didalam kelompok a. Mencocokkan jawaban dengan teman (setiap siswa mencocokkan jawaban temannya satu sama lain didalam kelompok) b. Membetulkan yang salah (setiap siswa membetulkan jawabannya sendiri jika ada jawabannya yang salah,) c. Memberikan saran (setiap siswa diberi kesempatan untuk memberikan saran kepada teman-temannya dalam satu kelompok) d. Aktif menjawab pertanyaan teman (didalam kelompok, siswa saling bertanya dan menjawab pertanyaan dari teman dalam kelompok masing masing ) e. Menjelaskan yang salah / benar (jika ada jawaban teman dalam kelompok yang salah, maka teman kelompoknya menjelaskan salahnya dimana, kemudian menjelaskan yang benar bagaimana) f. Mengemukakan pendapat (dalam kelompok setiap siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, tidak hanya salah satu siswa saja yang terus menerus mengemukakan pendapatnya) Tabel 3: data diskusi siswa Siklus II KODE SISWA Jenis Aktivitas Siswa A B C D E F Jumlah Aktivitas yang diikuti siswa AH 6 = 100% GPO 5 = 83,3 % CCP 5 = 83,3 % EAK 5 = 83,3 % FSW 6 = 100 %
14 FYS 4 = 66,6 % FRSP 5 = 83,3 % FTF 5 = 83,3 % KGS 5 = 83,3 % MH 5 = 83,3 % MVIR 4 = 66,6 % PS 5 = 83,3 % RSP 5 = 83,3 % RPFP 6 = 100 % SMM 6 = 100 % VT 6 = 100 % YTK 6 = 100 % YCA 5 = 83,3 % HRRP 5 = 83,3 % Jumlah 19= 19 = 12= 16= 17= 16= Rata rata 86, % 100 % 63,15 % 84,21 % 89,47 % 84,21 % Keterangan : (A)Mencocokkan jawaban dengan teman (B)Membetulkan yang salah (C)Memberikan Saran (D)Aktif menjawab pertanyaan teman (E)Menjelaskan yang salah / benar (F)Mengemukakan Pendapat Analisa kegiatan yang dilakukan siswa pada Siklus II: a. Mencocokkan Jawaban dengan teman Sebanyak 100 % siswa melakukan kegiatan mencocokkan jawaban dengan teman (A ). Dengan adanya rambu rambu yang diberikan pada setiap kelompok aktivitas ini berhasil karena, setiap siswa tidak lagi menganggap bahwa jawabannyalah yang paling benar, dan jawaban temannya yang salah, melainkan saling mencocokkan, menyesuaikan, jika jawabanya salah segera memperbaikinya. b. Membetulkan yang Salah Sebanyak 19 orang siswa melakukan kegiatan Membetulkan yang Salah (B), dari seluruh siswa 19. Atau sebesar 100 % siswa melakukan kegiatan ini. Siswa terlihat lebih aktif melakukan kegiatan ini, karena pada saat diskusi, siswa diberi rambu- rambu yang lebih jelas untuk tugas yang harus mereka lakukan disaat diskusi. Dengan adanya rambu - rambu tersebut, siswa mau tidak mau harus dipaksa melakukannya,tidak hanya sekedar saling melihat jawaban mereka saja. c. Memberikan Saran
15 Sebanyak 12 orang siswa melakukan kegiatan membetulkan yang salah (C), dari seluruh siswa 19 orang. Atau sebesar 63,15 % siswa melakukan kegiatan ini. Untuk aktivitas ini, jumlah siswa yang melakukan kegiatan ini masih tetap, karena masih ada beberapa siswa yang masih mendominasi, sehingga teman temannya mengganggap bahwa, sarannya sama dengan temannya, atau saran apa yang mau dikeluarkan, sudah diwakilkan oleh temannya. d. Aktif menjawab pertanyaan teman Sebanyak 16 orang siswa melakukan kegiatan aktif menjawab pertanyaan teman (D), dari seluruh siswa 19 orang. Atau sebesar 84,21 % siswa melakukan kegiatan ini. Dengan adanya rambu- rambu, setiap siswa mulai bisa bekerja kelompok, tidak memilih-milih teman, tidak didominasi oleh temannya yang lain, e. Menjelaskan yang salah / benar sebanyak 17 orang siswa melakukan kegiatan menjelaskan yang salah / benar (E), dari seluruh siswa 19 orang. Atau sebesar 89,47 % siswa melakukan kegiatan ini. Aktivitas ini berhasil, karena dengan adanya rambu rambu, siswa tidak lagi sibuk sendiri saat diskusi. Siswa harus melakukan apa yang ada pada rambu rambu, sehingga setiap siswa bisa menjelaskkan kepada teman-temannya. Tidak lagi banyak main main didalam kelompok. f. Mengemukakan Pendapat Sebanyak 16 orang anak yang melakukan kegiatan mengemukakan pendapat (F), dari 19 orang siswa. Atau sebesar 84,21 % siswa melakukannya. Aktivitas ini berhasil karena, dengan adanya rambu rambu yang diberikan pada setiap kelompok, setiap siswa mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, tidak terlalu didominasi oleh temannya yang lain. Tabel 4. Hasil Tes Siswa Siklus II No Kode Siswa Hasil tes Siklus II 1 AH 85 2 SMM 80 3 YTK 80 4 FTF 70 5 CCP 90 6 EAK 80 7 RPFP 80 8 KGS 95 9 FSW FRSP GPO MH RSP VT PS YCA 80
16 17 HRRP MVIR FYS 60 Rata - rata 82, Analisa Hasil Tes Siklus II Dari tabel 4 di atas, siswa yang memperoleh nilai 80 sebanyak 16 siswa, sehingga prosentase keberhasilan dari siswa yang memahami materi dapat diperoleh sebesar 84,21 % dengan prosentase bahwa sebesar 84,21 %, dihitung dengan perhitungan 100 % Analisa Seluruh Siklus II Dari kegiatan diskusi diperoleh prosentase keterlibatan siswa sebesar 86,84 %, dan untuk hasil tes diperoleh prosentase sebesar 84,21 %. Prosentase ini meningkat karena, ada petunjuk berbentuk rambu rambu yang diberikan kepada siswa saat diskusi kelompok, jadi tugas yang harus dilakukan oleh setiap siswa pada saat diskusi menjadi lebih jelas. Selain dari pada itu, waktu yang diperlukan lebih singkat. Dengan ini, penelitian pada siklus II ini dinyatakan berhasil karena telah mencapai target keberhasilan. Tabel 5. Hasil kuisioner siswa tentang metode pembelajaran yang disampaikan No Pertanyaan Ya Tidak 1 Setelah melakukan diskusi, apakah pemahaman anda tentang materi yang disampaikan menjadi lebih baik atau tidak? Apakah kamu lebih mudah belajar secara individu? Apakah kamu lebih mudah belajar secara kelompok? Apakah dengan kerja kelompok anda merasa lebih aktif? Apakah dengan kerja kelompok anda merasa termotivasi untuk memberikan saran? 6 Apakah dengan belajar kelompok anda merasa termotivasi untuk mengemukakan pendapat? 7 Apakah dengan kerja kelompok anda merasa termotivasi untukmembantu teman? 8 Apakah dengan belajar kelompok anda merasa berani mengemukakan pendapat? 9 Apakah anda merasa nyaman dengan metode pembelajaran yang disampaikan? 10 Apakah motode pelajaran yang diterapkan melatih anda untukbertanggung jawab?
17 3.8 Analisa Kuisioner 1. Sebanyak 89,47 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih asyik dan lebih mudah, sangat fokus / mementingkan diskusi untuk materi, lebih mengerti materinya, yang kurang dimengerti menjadi lebih mengerti, lebih lengkap, semakin jelas. Hal ini menun jukkan bahwa dengan menggunakan metode ini, pemahaman siswa pada materi yang disampaikan menjadi lebih baik. 2. Sebanyak 21,05 % siswa menjawab ya dengan alasan, karena susah, jika tidak tahu, tidak ada teman yang mau ditanyai untuk membantu, tidak bisa bekerja sama. Ini menunjukkan bahwa siswa harus bisa bekerjasama, tidak hanya individu saja. 3. Sebanyak 68,42 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih mudah, bisa berdiskusi, lebih mudah,bisa mengemukakan pendapat, lebih gampang mengerjakan tugas, dapat saling membantu. Hal ini menunjukkan kerjasama antar siswa sangat penting. 4. Sebanyak 84,21 % siswa menjawab ya dengan alasan, bisa mengemukakan pendapat, bisa membantu teman, bisa bertukar pendapat. Ini menunjukkan bahwa dengan metode ini, siswa dapat lebih aktif dalam kelompok. 5. Sebanyak 63,15 % siswa menjawab ya dengan alasan, dalam kelompok perlu kerjasama, bisa belajar dengan teman, bisa memberi saran satu sama lain. Dengan ini menunjukkan bahwa, siswa berani untuk memberikan saran, melatih siswa untuk lebih aktif. 6. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih berani, bisa menerima pendapat orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diskusi diperlukan kerjasama, saling menghargai, 7. Sebanyak 89,47 % orang siswa menjawab ya dengan alasan, untuk memberikan saran pada teman, karena bersifat baik, teman yang tidak tahu menjadi tahu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam bekerjasama perlu saling membantu, tidak egois, mau berbagi 8. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, karena melatih diri untuk berani. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kerjasama, dapat melatih siswa untuk lebih berani mengeluarkan pendapatnya, setiap siswa diberi kesempatan, tidak didominasi oleh teman yang satu saja, serta belajar untuk menerima pendapat orang lain 9. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, banyak praktikum, belajarnya santai. Hal ini menunjukkan bahwa, dengan metode yang digunakan tidak membuat siswa merasa tegang dalam belajar, siswa bisa meikmati pembelajaran dan memahami materi yang yang disampaikan. 10. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih percaya diri, karena apa yang diperbuat bisa dipertanggung jawabkan, tidak main main. Hal ini menunjukkan bahwa, dengan metode ini melatih siswa untuk bertanggungjawab atas apa yang telahdiperbuat, tidak lepas tangan begitu saja. Dari kuisioner tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan, dapat disimpulkan bahwa, siswa senang belajar kelompok, siswa lebih aktif dalam bekerjasama, pemahaman siswa tentang materi yang digunakan menjadi lebih baik, dapat meningkatkan
18 4. Kesimpulan. kerjasama antar siswa. Siswa bisa belajar kelompok, saling membantu,serta melatih siswa untuk bertanggung jawab Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebuah RPP dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) dapat dirancang lebih jelas dan lengkap, dapat diimplementasikan dengan baik dan berhasil membuat siswa bekerjasama. Dari penelitian ini, sebesar 86,84 % siswa aktif melakukan kegiatan saat diskusi atau bekerjasama. Siswa mau mencocokkan jawaban dengan teman, mau membetulkan yang salah, berani memberikan saran, aktif menjawab pertanyaan teman,mau menjelaskan yang salah / benar, berani mengemukakan pendapat. Dengan menggunakan metode ini, pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan menjadi lebih baik. Siswa merasa senang dengan metode yang digunakan, karena mengajarkan pada siswa untuk bisa bekerjasama, saling membantu, berani mengemukakan pendapat, bertanggung jawab, dengan bekerjasama pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan lebih mudah. 5. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk itu bila mau menggunakan metode pembelajaran Kooperatif, sebaiknya RPP yang telah dirancang diujicoba terlebih dahulu, agar RPP yang akan diimplementasikan tersebut alokasi waktu yang akan digunakan dapat diatur. Untuk kegiatan diskusi kelompok, jangan hanya sekedar membagi siswa dalam beberapa kelompok dan meminta siswa untuk bekerjasama atau diskusi, sebaiknya siswa diarahkan dengan pertanyaan pertanyaan penggiring atau rambu rambu, agar siswa tahu apa yang harus dilakukan didalam diskusi. Daftar Pustaka 1. Pustaka Aditama. Sains FISIKA. Surakarta 2. Sukardi.2003.Metodologi Penelitian tindakan Kopetensi dan Praktiknya. Yogyakarta bumi Aksara 3. Roestiyah Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta 4. Etsa Indra Irawan IPA Fisika Billingual Untuk SMP/ MTs.kelas VII.penerbit Yrama Widya.Bandung 5. Slavin L Robert, 2009 Cooverative Learning.Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media, penerbit Nusa Media Ujung Berung, Bandung 6. Lie, Anita, 2008 Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang Ruang Kelas. Grasindo, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta. 7. Halliday dan Resnick, FISIKA JILID 1 EDISI KETIGA.Penerbit Erlangga. Jakarta 8. Meda. IPA Terpadu SMP Kelas VII. Penerbit CV Meda Sejati. Semarang
RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
L A M P I R A N RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI : Memahami wujud zat dan perubahannya KOMPETENSI DASAR : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL CO OPERATIVE LEARNING TIPE TAI PADA MATAKULIAH GEOMETRI NETRAL MELALUI PRO- GRAM LESSON STUDY
PENERAPAN MODEL CO OPERATIVE LEARNING TIPE TAI PADA MATAKULIAH GEOMETRI NETRAL MELALUI PRO- GRAM LESSON STUDY Shoffan Shoffa 1, Agus Sholikin 2, Endang Suprapti 3, Wujud SD 4, Sanda Soemantri 5 Dosen Prodi
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LENSA CEMBUNG
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LENSA CEMBUNG Sahidah, Marmi Sudarmi, Made Rai Suci Shanti Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika
Lebih terperinciPENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL COURSE REVIEW HOORAY PADA MATERI ENERGI MEKANIK
PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL COURSE REVIEW HOORAY PADA MATERI ENERGI MEKANIK Fransiska Damayanti 1, Marmi Sudarmi, Diane Noviandini 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran biologi disekolah. Sistem gerak merupakan
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SMP N 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode
Lebih terperinciPeningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization
Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSITED INDIVIDUALISATION) PADA MATERI RAMBATAN KALOR
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSITED INDIVIDUALISATION) PADA MATERI RAMBATAN KALOR Oleh, PATRYCYA RADZUMAWARNI NIM : 192006033 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciLAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal
LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal No No Induk Jenis Kelamin Skor Ketuntasan > 75 1 8710 P 91 Tuntas 2 8712 L 83 Tuntas 3 8716 L 68 Tidak Tuntas 4 8720 P 59 Tidak Tuntas 5 8721
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMIK FISIKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA TOPIK PRINSIP KERJA KAMERA
PEMBUATAN KOMIK FISIKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA TOPIK PRINSIP KERJA KAMERA Retno Tiyas, Marmi Sudarmi, Diane Noviandini Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika - Universitas
Lebih terperinciPurhandayani SMP Teuku Umar Semarang
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 2, Oktober 2014 ISSN 2087-3557 PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI AJAR POWER POINT (PPt) SMP Teuku Umar Semarang Abstrak
Lebih terperinciHeri Hermawan, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 4 Bajugan Pada Operasi Hitung Campuran Heri Hermawan, Baharuddin Paloloang,
Lebih terperinciJurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 3 No.1, ISSN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI SEGI EMPAT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP
PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I Perencanaan Pada tahap
21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I 4.1.1.1 Perencanaan Pada tahap perencanaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1)
Lebih terperinciPENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA KALOR DI SMP ARTIKEL PENELITIAN.
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA KALOR DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh: ABDI TRI KURNIA NIM F15111025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKUKTAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 02 Salatiga dengan jumlah siswa 17 siswa. Sebelum dilakukan
Lebih terperinciSRI SURYO EKO PRASETYO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto
APLIKASI PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI PENTINGNYA KEANEKARAGAMAN MAHKLUK HIDUP SISWA KELAS VII C SMP NEGERI I
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fisika merupakan bagian dari ilmu pasti yang mempelajari alam dan sekitarnya. Fisika sebagai mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa ternyata merupakan mata pelajaran
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR IPA
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR IPA Jasimin,Sriyono, Nur Ngazizah. Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan K.H.A. Dahlan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 17 Kota Bengkulu pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Siswa kelas VII A ini berjumlah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Babakan 3 kecamatan Babakan Ciparai Kota Bandung. Pelaksanaan siklus I
41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Siklus I Penelitian siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2012 di kelas IV SDN Babakan 3 kecamatan Babakan Ciparai Kota Bandung.
Lebih terperinciTabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus No Aspek yang Diamati Kategori Kemunculan Jumlah Siswa
26 dapat dilihat dari hasil observasi yang penulis laksanakan terhadap aktivitas belajar siswa seperti yang disajikan dalam tabel 4.1 di halaman berikut. Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA
PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA Oleh: Leli Dwi Nugraheni, Mujiyem Sapti, Riawan Yudi Purwoko. Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciAi Rosliyani 1, Nurdinah Hanifah 2, Riana Irawati 3
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERMEDIA KARTU MISTERI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TOKOH SEJARAH
Lebih terperinci: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN
Tugas Kegiatan Belajar II Tatang Kurniawan Judul Jurnal : PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Pendidik dituntut mampu menguasai berbagai metode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa (Pendidik) terhadap orang yang belum dewasa (Peserta Didik) untuk mencapai kedewasaannya. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan
Lebih terperinciSri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN GADINGREJO 01 KECAMATAN UMBULSARI KABUPATEN JEMBER Sri
Lebih terperinciPENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION
PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION Rudi Yanto; Abu Syafik; Mujiyem Sapti Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK
Journal of Mechanical Engineering Education, Vol.1, No.2, Desember 2014 323 MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Wisnu D. Yudianto 1, Kamin Sumardi 2, Ega
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah Tempat penelitian ini adalah MI Cepiring yang beralamatkan Desa Cepiring RT 10/RW 04 Cepiring Kabupaten Kendal. Ditinjau dari tenaga pengajarnya,
Lebih terperinciKeywords: TAI (Team Assisted Individualization), increase, math, learning outcomes
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN PAGUBUGAN KULON 04 TAHUN AJARAN 2012/2013 Adi Kurniawan 1, Triyono 2, Ngatman 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Okmi Muji Rahayu 1, Suhartono 2, M. Chamdani 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran di sekolah, siswa didorong untuk lebih aktif agar dapat menghubungkan konsep materi yang telah didapatkan dengan konsep yang baru sehingga
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Oleh: EDI BADRISYEH NIP. 19670501 199212 1 001 ABSTRAK Model Ccoperative Learning adalah suatu model pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi di era modern ini. Dalam mempelajari matematika tidak cukup bila hanya dibaca dihafal
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS VII Oleh Beni Asyhar
Lebih terperinciMATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI BANGUN RUANG BALOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 4 MAGETAN Rara Tria Ajengsari S1 Pendidikan Matematika, Jurusan
Lebih terperinciArie Suci Margasari Universitas Muhammadiyah Purworejo
PENGGUNAAN METODE STAD (STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SESORAH PADA SISWA KELAS XI TKR-C SMK NAWA BHAKTI KEBUMEN TAHUN AJARAN 2012/2013 Arie Suci Margasari arie.suci46@yahoo.com
Lebih terperinciKALOR. Kelas 7 SMP. Nama : NIS : PILIHAN GANDA. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
KALOR Kelas 7 SMP Nama : NIS : PILIHAN GANDA Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Suatu bentuk energi yang berpindah karena adanya perbedaan suhu disebut... a. Kalorimeter b. Kalor c. Kalori
Lebih terperinciWAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :
WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn SISWA PADA MATERI POKOK HAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DI
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Animasi 2.2. Media Pembelajaran
efektif membantu pemahaman konsep-konsep yang sulit dan abstrak. Dalam usaha kearah itu, banyak upaya yang dilakukan untuk mengkonkritkan hal-hal abstrak tersebut diantaranya melalui: praktikum, simulasi,
Lebih terperinciSyahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas XI MA Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi siswa (peserta didik) dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : menit Pertemuan : Pertama
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Suhu dan Kalor Alokasi Waktu : 12 45 menit Pertemuan : Pertama A. Kompetensi Dasar 3.8. Menganalisis pengaruh kalor dan
Lebih terperinciPeningkatan Prestasi Siswa pada Konsep Fluida Statis dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
Fadiyah Suryani SMA Negeri 5 Yogyakarta Jl Nyi Pembayun 39 Prenggan Kotagede Yogyakarta 55172 Surat-e: fadiyahsuryani@yahoocom Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar fisika konsep fluida
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi
PENERAPAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN PADA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 MATESIH
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL PENGAKUAN KESALAHAN PADA MATERI PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG TERAPUNG, TENGGELAM DAN MELAYANG
PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL PENGAKUAN KESALAHAN PADA MATERI PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG TERAPUNG, TENGGELAM DAN MELAYANG Umbu Rangga Landu Aang 1, Marmi Sudarmi 1, Diane Noviandini 1 1 Program
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB POKOK BAHASAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII A SEMESTER GANJIL
Lebih terperinciJurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam
Lebih terperinciKhoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2
Dinamika Vol. 4, No. 3, Januari 2014 ISSN 0854-2172 PEMBELAJARAN PROGRAM APLIKASI MICROSOFT WORD MELALUI PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2
Lebih terperinciSyifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO Syifa ur Rokhmah Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 1 Madajaya kelas IV
21 BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 1 Madajaya kelas IV pada semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 38
Lebih terperinciPEMBUATAN ANIMASI PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LUBANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DAN UJICOBA KEBERHASILANNYA DI KELAS
PEMBUATAN ANIMASI PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LUBANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DAN UJICOBA KEBERHASILANNYA DI KELAS Suwardi 1, Diane Noviandini 1,2, Marmi Sudarmi 1,2 1 Program Studi Pendidikan Fisika,
Lebih terperinciHazal Fitri 1. Abstrak. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad, Hasil Belajar, Bola Voli
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BOLA VOLI DI KELAS VII SMPN 1 SIMPANG TIGA KABUPATEN ACEH BESAR
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Model Pembelajaran Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012:132) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh: WIDI TRIYANTI A PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTASKEGURUANDANILMUPENDIDIKAN
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ( TAI ) DENGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMIK MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD N 02 PANGKALAN TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciLAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal
64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester
Lebih terperinci*
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 10 PEKANBARU Sulastri Sibarani
Lebih terperinciMENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN
MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak menyadari mengapa es
Lebih terperinciAPLIKASI METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)
APLIKASI METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) YANG DISERTAI DENGAN MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN PERAN SERTA DAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TASIKMADU
Lebih terperinciPENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA KELAS V SDN INPRES CENGGU
Hamzah dan Susilo, Peningkatan Prestasi Belajar Penjumlahan Pecahan, 81 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA KELAS V SDN INPRES CENGGU Hamzah,
Lebih terperinciJURNAL. Oleh: SUYATI NPM Dibimbing oleh : 1. Dra. Budhi Utami, M.Pd. 2. Dra. Dwi Ari Budiretnani, M.Pd.
JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 1 BOYOLANGU TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pacet Kecamatan Reban Kabupaten
14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pacet Kecamatan Reban Kabupaten Batang dengan subjek penelitian adalah siswa kelas
Lebih terperinciBintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan
Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan Bintang Zaura 1 dan Sulastri
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian SD N Ngrandah 1 yang terletak di desa Ngrandah, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tenaga pengajar yang ada di SD Negeri
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED SNOWBALL THROWING PADA MATERI GELOMBANG TRANSVERSAL DAN GELOMBANG LONGITUDINAL
METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED SNOWBALL THROWING PADA MATERI GELOMBANG TRANSVERSAL DAN GELOMBANG LONGITUDINAL Aldofina Kristin Muniarti, Ferdy S. Rondonuwu, Marmi Sudarmi Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI Abstrak. Yulia Ayu Astuti. K8409074. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS
Lebih terperinciIlmu Pendidikan,Universitas Sebelas Maret Surakarta
104 KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MEMAHAMI AZAS, TUJUAN, DAN JENIS TATA RUANG KANTOR MATA PELAJARAN
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) (PTK pada Siswa Kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang Tahun
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar siswa sebagai subyek dan sekaligus obyek dari kegiatan pembelajaran. 1 Oleh karena itu inti proses pembelajaran tidak lain adalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
93 A. Hasil Penelitian 1. Refleksi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VA SDN 25 Kota Bengkulu. Subyek penelitian ini yaitu guru dan seluruh siswa
Lebih terperinciJurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa Inggris Peserta didik Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) Pada Kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittingi Gusviar SMA
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN DD/CT DENGAN MEDIA POWER POINT PADA MATERI BUMI DAN BENDA LANGIT SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA 2 SMK N 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi, rata-rata hasil belajar IPA semester I kelas III SD Negeri Karangwotan
Lebih terperinciLATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan
UPAYA MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN KELAS VII-II SMP NEGERI 29 MEDAN LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan Email
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA MATERI POKOK SEGITIGA DAN SEGI EMPAT KELAS VII H SMP NEGERI 21 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 1 oleh: HM. Suyadi 2 email:
Lebih terperinci17 Media Bina Ilmiah ISSN No
17 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK HIMPUNAN SISWA KELAS VII.3 SMPN 4 MATARAM TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,
Lebih terperinciOleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN KENDALREJO 01 KECAMATAN TALUN KABUPATEN BLITAR Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI
Lebih terperinciJurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 8 ISSN X. Budianti, Vanny Maria, dan Ratman
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sains Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Labuan Panimba Budianti, Vanny Maria,
Lebih terperinciEKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA TIPE TAI DAN TIPE TPS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA TIPE TAI DAN TIPE TPS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Tri Astuti, Abu Syafik, Erni Puji Astuti Program
Lebih terperinciCharlina Ribut Dwi Anggraini
METODE PEMBELAJARAN TGT MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI BEDIWETAN KECAMATAN BUNGKAL KABUPATEN PONOROGO Charlina
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Yolanda Dian Nur Megawati & Annisa Ratna Sari Halaman
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 BANJARNEGARA TAHUN AJARAN 2011/2012
Lebih terperinciModel pembelajaran matematika di sd
Model pembelajaran matematika di sd Tahapan Proses Belajar Mengajar Input Proses Output 1 Input kejadian pertama yang menggambarkan siswa yang memiliki sejumlah materi prasyarat dari konsep yang akan dipelajari,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan
Lebih terperinciPENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN. Ani Yuliastuti
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 5, Oktober 2016 ISSN 0854-2172 SD Negeri Lemahabang 01 Tanjung Brebes Abstrak Hasil belajar siswa tentang pembelajaran
Lebih terperinciPROSIDING ISBN :
P 5 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII C SMP ANGGREK BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN SCRAMBLE Agisna
Lebih terperinciOleh: P E Teja Purnamadewi Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM
PENERAPAN METODE DEMONTRASI PADA MATERI THREE-DIMENSIONAL SPACE DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-6 (KELAS BILINGUAL) SMA NEGERI 10 MALANG Oleh: P E Teja Purnamadewi Mahasiswi
Lebih terperinciPENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU
PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU Hadi Guru Matematika SMP Negeri 1 Palu Abstrak: Penelitian ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga. Dalam hal ini siswa kelas IV yang berjumlah 35 siswa. Berdasarkan data hasil
Lebih terperinci