BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA. A. Keadaan Geografis Kota Surakarta. Kota Surakarta terletak di antara 70` 36 70` 56 Lintang Selatan dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA. A. Keadaan Geografis Kota Surakarta. Kota Surakarta terletak di antara 70` 36 70` 56 Lintang Selatan dan"

Transkripsi

1 14 BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. Keadaan Geografis Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di antara 70` 36 70` 56 Lintang Selatan dan ` ` 35 Bujur Timur, sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 buah Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Secara administratif, kota Surakarta dibatasi oleh: Utara: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, Timur: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, Selatan: Kabupaten Sukoharjo, Barat: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Tabel: Luas wilayah Tiap Kecamatan di Surakarta No. Kecamatan Luas Wilayah dalam Km 1. Laweyan 8,63 3. Serengan 3,19 3. Pasar Kliwon 4,82 4. Jebres 12,58 5. Banjarsari 14,81 Jumlah 44,04 Sumber : Monografi Kelurahan, Kota Surakarta dalam Angka Retno Roswita., Pemaknaan simbol-simbol yang digunakan pada upacara pelepasan jenazah yang dilakukan masyarakat Tionghoa beragama Khonghucu di Surakarta. Skripsi: Universitas Sebelas Maret hlm.22.

2 15 Dari 5 kecamatan yang ada, dibagi lagi menjadi 51 kelurahan dengan jumlah RW (Rukun Warga) tercatat sebanyak 595 dan jumlah RT (Rukun Tetangga) sebanyak Kelurahan-kelurahan di Surakarta yaitu: 1. Kecamatan Banjarsari, terdiri dari 13 kelurahan yaitu: Kadipiro, Ketelan, Nusukan, Punggawan, Gilingan, Mangkubumen, Stabelan, Manahan, Kestalan, Sumber, Keprabon, Banyuanyar, Timuran, 2. Kecamatan Jebres, terdiri dari 11 Kelurahan, yaitu : Kepatihan Kulon, Jagalan, Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Sudiroprajan, Tegalharjo, Gandekan, Jebres, Sewu, Mojosongo, Pucang Sawit. 3. Kecamatan Laweyan, terdiri dari 11 Kelurahan, yaitu : Pajang, Purwosari, Laweyan, Sondakan, Bumi, Kerten, Panularan, Jajar, Penumping, Karangasem, Sriwedari. 4. Kecamatan Pasar Kliwon, terdiri dari 9 Kelurahan, yaitu ; Jogosuran, Kampung Baru, Semanggi, Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Sangkrah, Gajahan, Kauman, Baluwarti 5. Kecamatan Serengan, terdiri dari 7 kelurahan, yaitu : Joyotakan, Kratonan, Danukusuman, Jayengan, Serengan, Kemlayan, Tipes. B. Sejarah Singkat Agama Khonghucu di Surakarta Agama Khonghucu masuk ke Surakarta sudah sangat lama. Hal tersebut bisa dilihat dari keberadaan klenteng Tien Kok Sie di sebelah selatan pasar Gede. 2 Klenteng tersebut sudah ada pada waktu Paku Buwana II atau tepatnya tahun 2 diakses pada tanggal 22 April 2014.

3 Selain itu terdapat pula Klenteng Poo An Kiong yang berada di jalan Kratonan. Klenteng Poo An Kiong berdiri tahun 1818 yaitu pada masa pemerintahan Paku Buwana VII. 3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami perjalanan yang cukup panjang dengan berbagai dinamikanya. Agama Khonghucu mulai dilembagakan di Surakarta pada tahun 1918 dengan berdirinya perkumpulan Khong Kauw Hwee Solo oleh Tan Kiong Wie pada tanggal 16 Oktober Setelah tiga periode tepatnya saat perkumpulan tersebut dipimpin oleh Kwik Hong Hie, Khong Kauw Hwee mendapat hak badan hukum dari pemerintah Hindia Belanda No 1x, Buitenzorg, 1 November Pada masa awal pertumbuhannya, Khong Kauw Hwee melakukan beberapa pembangunan seperti pembangunan Lithang Khong Kauw Hwee Solo yang diberi nama Swan Kong Tong yaitu rumah untuk mengadakan khotbah bagi umat Khonghucu. Pembangunan Lithang ini dana yang digunakan merupakan dana sumbangan dari para anggota dan pinjaman, terutama dari perkumpulan Chuan Min Khung Hui yang sekarang bernama Perkumpulan Masyarakat Surakarta. Selain itu juga didirikan perkumpulan wanita penganut ajaran Khonghucu atau Khong Kauw Hu Li Hwee pada tahun 1935 dan berhenti berkegiatan pada masa pendudukan Jepang diakses pada tanggal 22 April Wawancara dengan Thjie Tjai Ing pada tanggal 19 Desember Wawancara dengan Thjie Tjai Ing pada tanggal 19 Desember 2014

4 17 Khong Kauw Hwee merupakan organisasi yang memiliki anggota yang tidak terlalu besar, tetapi para anggotanya berusaha menjalankan ajaran Khonghucu dalam kehidupan sehari-hari. Pada awal perkembangannya Khong Kauw Hwee banyak mengadakan kegiatan organisasi di Klenteng terutama Klenteng Tien Kok Sie dalam membicarakan kemajuan organisasi. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya organisasi tersebut telah memiliki kesekretariatan di daerah Jagalan dengan membeli rumah yang kemudian dipugar kembali. 6 Kesekretariatan ini selain menjadi tempat pembicaraan organisasi juga menjadi tempat dilaksanakannya khotbah-khotbah serta pembahasan dan mempelajari ajaran-ajaran Khonghucu yang dilaksanakan secara teratur. Tahun 1955 dibentuk kembali Khong Kauw Tjong Hwee dengan nama Perserikatan Khung Chiao Hui Indonesia dengan kota Surakarta sebagai pusatnya. Organisasi tersebut berbentuk presidium dan di kota Surakarta sendiri diketuai oleh Sudjono. Kongres pertama kali Perserikatan Khung Chiao Hui Indonesia (PKCHI) dilakukan pada tanggal 6-7 Juli 1956 di kota Surakarta. Dalam kongres tersebut diputuskan antara lain menyempurnakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi, kedudukan perserikatan tetap berada di kota Surakarta dan sebagai ketuanya tetap dipegang oleh Sudjono. 7 Kongres kedua diselenggarakan di Bandung pada tanggal 6-7 Juli Dalam kongres tersebut menghasilkan keputusan-keputusan penting sebagai berikut: 6 Wawancara dengan Thjie Tjai Ing 19 Desember a diakses pada tanggal 22 April 2014.

5 18 1. Telah memilih Surabaya sebagai tempat kongres ketiga yang akan datang. 2. Menetapkan kedudukan pusat PKHCI tetap di kotasolo. 3. Penetapan Sudjono sebagai ketua PKHCI untuk periode Pada tanggal 5-7 Juli 1959 di Surabaya PKHCI mengadakan kongresnya yang ketiga. Hasil kongres di Surabaya masih berkisar pada reorganisasi PKHCI dimana Haksu (pendeta) Tan Hak Liang terpilih sebagai ketua dan kongres keempat akan dilaksanakan di kota Solo. Selanjutnya dalam kongres keempat di kota Solo pada tanggal Juli 1961 dapat dikatakan memiliki sebuah keputusan kongres yang sangat penting bagi kehidupan beragama umat Khonghucu yaitu: 1. Diputuskan untuk menyeragamkan tata ibadat agama Khonghucu. 2. Mengubah nama Perserikatan Khung Chiao Hui Indonesia menjadi Lembaga Agama Sang Khonghucu Indonesia (LASKI) 3. Mengutus Thio Tjoan Tek bersama Dr. Mustopo dari Bandung untuk menghadap Menteri Agama RI guna memohon agar agama Khonghucu dikukuhkan kedudukannya di Kementerian Agama RI. 4. Kota Solo masih dijadikan pusat dari LASKI diakses pada tanggal 22 April 2014.

6 19 Tanggal Desember 1963, di kota Surakarta diselenggarakan konferensi antar tokoh-tokoh Khonghucu Indonesia. Dalam keputusan konferensi tersebut disepakati untuk mengubah nama LASKI menjadi Gabungan Perkumpulan Agama Khonghucu se Indonesia (GAPAKSI). Pada saat konferensi tersebut diselenggarakan anggota Khong Kauw Hwee Surakarta ada 402 orang dan 222 anak. Bertambahnya anggota Khong Kauw Hwee Surakarta menunjukkan bahwa kota Solo menjadi kota utama persebaran umat Khonghucu sehingga tidak asing bila kota Solo dijadikan pusat kedudukan Organisasi. Setahun kemudian tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1964 di kota Surakarta diselenggarakan kursus kader umat Khonghucu yang bertujuan untuk mengembangkan ajaran Khonghucu. Dari kursus ini muncul tokoh-tokoh muda yang menjadi Bunsu (guru agama) dan Kausing (penyebar agama). Kongres kelima Gapaksi diadakan di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada tanggal 5-6 Desember 1964 yang menghasilkan keputusan antara lain: 1. Nama Gabungan perkumpulan Agama Khonghucu se Indonesia (GAPAKSI) diubah menjadi Gabungan Perhimpunan Agama Khonghucu se Indonesia (GAPAKSI). Hal ini menunjukan sebuah kemajuan dalam organisasi yang menjadi solid dan telah diakui keberadaannya oleh pemerintah. 9 diakses pada tanggal 22 April 2014.

7 20 2. Sebagai ketua terpilih adalah Suryo Utomo dan diputuskan juga untuk mengadakan kongres selanjutnya di Bandung. 10 Perkembangan agama Khonghucu di kota Surakarta dapat dikatakan berjalan bersamaan dengan adanya perkembangan organisasi agama Khonghucu sendiri. Hal ini disebabkan karena kota Surakarta menjadi pusat organisasi agama Khonghucu dan pemeluk agama Khonghucu di Surakarta cukup besar dibanding daerah lain. Pada masa Orde Lama aktivitas keagamaan masyarakat Tionghoa mendapatkan tempat yang sama dengan pemeluk agama lain yang telah ada. Perayaan keagamaan maupun kegiatan budaya dilaksanakan secara bebas tanpa ada tekanan dari berbagai pihak. Tetapi setelah terjadinya G30S kegiatan dan aktivitas keagamaan maupun budaya masyarakat Tionghoa diseluruh Indonesia dianggap terlarang dipertontonkan didepan umum tidak terkecuali di Surakarta. Kemudian pada tahun 1956 Kong Kauw Hwee mendapatkan pembaharuan pengesahan badan hukumnya dengan surat Menteri Kehakiman RI No. 8/1985 tentang organisasi kemasyarakatan, AD KKH/MAKIN Surakarta telah disesuaikan dengan jiwa UU ini, yakni menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas didaftarkan Dirjen Sospol Departemen Dalam Negeri Kodya Surakarta pada tanggal 1 Juni Berdasarkan undang-undang, agama Khonghucu merupakan satu di antara enam agama yang mendapatkan perlindungan dan bantuan UU No. 1/PnPs/ diakses pada tanggal 22 April 2014.

8 21 di samping UUD 1945 pasal 29. Tapi di Departemen Agama belum ada pembinaan yang jelas atau konkret meskipun sudah beberapa tahun lalu, Menteri Agama menjelaskan kepada BP MATAKIN bahwa pembinaan umat Khonghucu ditempatkan di bawah Dirjen Hindu atau Budha. Pada tahun 1984 Kong Kauw Hwee atau MAKIN Surakarta lebih sering mengadakan kegiatan pelayanan upacara kematian dan perkawinan. Hal ini disebabkan karena memang saat itu pemeluk agama Khonghucu di Surakarta cukup banyak sehingga dalam satu minggu ada sekitar 4 sampai 5 kali upacara kematian dilayani oleh rohaniwan MAKIN Surakarta. Walau begitu, pada masa pemerintahan Orde Baru agama Khonghucu sulit berkembang. Hal ini karena pemerintahan tersebut telah menerbitkan undangundang yang menyempitkan ruang gerak agama Khonghucu. Namun setelah reformasi dan berganti pemerintahan yang dipimpin oleh presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang menerbitkan Keppres No. 6 tahun 2000 yang berisi mencabut Inpres No. 14/1967. Penerbitan Keppres No. 6 tahun 2000 telah menghapus pendiskriminasian terhadap masyarakat Tionghoa dengan segala aspeknya. Kesenian Liong yang merupakan kesenian khas mayarakat Tionghoa boleh ditampilkan di muka umum, lagu dan bahasa Mandarin boleh dipelajari, dan lain sebagainya. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono atau SBY, keadaan semakin menguntungkan bagi umat Khonghucu. Presiden SBY melalui menteri agama dan menteri dalam negeri pada tahun 2006 menginstruksikan bahwa agama

9 22 Khonghucu mendapatkan lagi hak dan kedudukannya. Salah satu bukti yang menunjukkan hal itu adalah, pemerintah telah memberikan tanah kepada MATAKIN seluas 2000 M 2 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Tanah tersebut kemudian digunakan untuk mendirikan Kong Miao (Klenteng khusus Khonghucu). 11 C. Pemeluk Agama Khonghucu di Surakarta Umat pemeluk agama Khonghucu di Surakarta mayoritas keturunan Tionghoa. Mereka terkumpul dalam satu wadah organisasi yang bernama MAKIN atau dalam bahasa Tionghoa disebut Khong Kauw Hwee Surakarta atau majelis agama Khonghucu Indonesia. MAKIN sendiri berdiri sejak tahun Di lingkungan bangunan Khong Kauw Hwee juga didirikan tempat ibadah umat Khonghucu yang disebut Lithang. Organisasi tersebut selain menjadi wadah juga merupakan tempat untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan aktifitas atau kegiatan keagamaan mereka, misalnya mengadakan peribadatan setiap hari minggu yang merupakan kebaktian umum, mengadakan kebaktian pada setiap tanggal 1 dan 15 atau setiap malam purnama dan lain sebagainya. Pada perkembangan selanjutnya, tahun 1925 MAKIN Surakarta mendapatkan hak badan hukum, dari pemerintah Belanda yaitu No. 1x, Butenzorg, 1 November Dengan demikian Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Surakarta tercatat menjadi koordinator dari seluruh MAKIN 11 Wawancara dengan Thjie Tjai Ing pada tanggal 19 Desember 2014

10 23 yang ada di Indonesia. Pada tahun 1956, Khong Kauw Hwee mendapatkan pembaharuan pengesahan badan hukum dengan surat menteri kehakiman RI no. 82, tertanggal 17 Maret 1956, No. JA 5/15/12. Kemudian berdasarkan UU No. 1/PnPs/1965, agama Khonghucu adalah satu di antara enam agama yang mendapatkan perlindungan dan bantuan UU tersebut disamping UUD 1945 pasal 29. Sebagaimana agama lain yang ada di Indonesia, umat agama Khonghucu di Surakarta melakukan berbagai kegiatan keagamaan secara rutin seperti mengadakan peribadatan setiap hari Minggu pagi. Pada kebaktian ini setidaknya dibagi dua kegiatan yaitu kebaktian yang dikhususkan untuk anak-anak yang dilaksanakan pada pukul dan kebaktian untuk umum yang dilaksanakan pukul Selain itu, juga diadakan kebaktian Cee It Cap Go Meh atau kebaktian setiap tanggal 1 dan 15 Imlek. Kebaktian ini dilaksanakan pada pukul 19.00, biasanya membahas kitab suci dan pendalaman pengetahuan kitab umat Khonghucu MAKIN Solo. Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Surakarta memiliki beberapa anak organisasi, antara lain: 1. WAKIN (Wanita Agama Khonghucu) Sebagaimana kepanjangannya, WAKIN merupakan wadah bagi para wanita pemeluk agama Khonghucu di Surakarta. WAKIN tidak hanya bergerak dalam kegiatan keagamaan tapi juga kegiatan-kegiatan umum seperti mengadakan arisan, membuat keterampilan, mengadakan grup besuk yang bertugas membesuk

11 24 umat kebaktian Lithang yang sakit maupun lama tidak datang untuk mengadakan kebaktian. Sekadar diketahui, WAKIN juga mengadakan kerja sama dengan PKK kota dan Dharma Wanita Surakarta dalam berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan yang pernah dilakukan adalah mengadakan perlombaan-perlombaan, seperti lomba memasak nasi goreng, lomba fashion show, dan lomba fotogenic se Surakarta. Kegiatan non keagamaan tersebut bertujuan untuk memupuk persaudaraan antar umat beragama dan sesama manusia. Kegiatan semacam itu merupakan kegiatan yang bersifat sosial. Artinya, aktivitas seperti itu diharapkan akan membuka peluang bagi anggota yang tergabung dalam WAKIN sebagai para wanita pemeluk agama Khonghucu bisa berkenalan atau bersosialisasi dengan wanita pemeluk agama lain. 2. PAKIN (Pemuda Agama Khonghucu Indonesia) Organisasi ini bergerak dibidang atau kegiatan berkesenian seperti tarian, drama, band, dan lain sebagainya. Bahkan tiap ada upacara prosesi harlah Nabi, para pemuda yang tegabung dalam PAKIN selalu ditunjuk sebagai petugas penaikan sesaji. Mereka juga aktif dalam kegiatan lintas agama seperti ikut tergabung dalam FORPLAS atau Forum Pemuda Lintas Agama Surakarta dan SAS atau Sahabat Anak Surakarta yang mewadahi kegiatan bagi anak-anak lintas agama di Surakarta. Satu hal yang juga penting untuk dicatat adalah bahwa PAKIN pernah bergabung dalam KNPI atau Komite Nasional Pemuda Indonesia Surakarta.

12 25 Bahkan organisasi pemuda Khonghucu Solo ini setiap tahun diminta oleh Sekretariat Daerah Pemerintah Surakarta bagian kesejahteraan rakyat untuk mengirim 10 orang peserta dalam kegiatan Jambore Kerukunan antar umat beragama Kota Surakarta. Untuk kegiatan keagamaan sendiri, PAKIN Solo aktif dalam acara pertemuan pemuda Khonghucu seperti acara temu akrab pemuda Khonghucu, serta diskusi pendalaman kitab. Seperti halnya WAKIN, PAKIN juga mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat kompetisi seperti perlombaan. Selain membentuk sub-sub organisasi, Khong Kauw Hwee juga memiliki terbitan majalah yang diberi nama Khong Kauw Goat Po. Majalah ini hanya terbit beberapa tahun karena dianggap tidak mendapat respon yang bagus dari para anggotanya. Sebagai gantinya diterbitkan majalah Bok Tok Goat Khan atau majalah pembangunan kebajikan yang menjadi corong penyebarluasan agama Khonghucu. Majalah ini hanya terbit hingga akhir masa jajahan Belanda pada masa jajahan Jepang majalah ini tidak terbit. Selain terbitan organisasi ini juga mendirikan sekolah Khong Kauw yang bertujuan menyebarkan bibit-bibit ajaran Khonghucu. Pembukaan sekolah secara resmi dilakukan pada tahun Tetapi pada saat tentara Jepang masuk ke Indonesia Sekolah Khong Kauw dimasukkan dalam lingkungan Ka Kyo So Kay, dimana sekolah mendapatkan subsidi dari pemerintah dan setelah Jepang kalah perang sekolah ini tetap berdiri. Selama masa penjajahan Belanda organisasi Khong Kauw Hwee Solo mengalami berbagai aktivitas yang beragam dan mengalami sebuah kemajuan

13 26 tetapi kemunduran terjadi pada saat Perang Dunia II dan perang Kemerdekaan. Barulah pada tahun 1950 kegiatan organisasi ini muncul kembali dengan kegiatan khotbah Khonghucu-nya. Agama Khonghucu di Surakarta, bukanlah kelompok agama yang bersifat tertutup sehingga kurang bisa bergaul dengan umat pemeluk agama lain di Surakarta. Organisasi yang dibentuk sebagaimana yang diuraikan di atas, telah melakukan kegiatan-kegiatan non keagamaan dan bersifat sosial yang mereka ikuti adalah bukti bahwa umat pemeluk agama Khonghucu memiliki rasa toleransi dan bisa membaur bersama umat pemeluk agama lain. D. Tempat Ibadah Agama Khonghucu di Surakarta Agama Khonghucu memiliki beberapa tempat ibadah. Di bawah ini merupakan tempat yang biasa digunakan untuk ibadah umat pemeluk agama Khonghucu 1. Kong Miao (Confucius Temple); Ada satu ciri khas yang membedakan antara Miao atau Kuil Khonghucu dengan bangunan tempat ibadah yang serupa. Pada umumnya di dalam Kong Miao tidak terdapat patung dewa-dewi, melainkan hanya berupa tulisan pada papan peringatan (Sienci) yang biasanya hanya berisi tulisan tentang nama Nabi Kongfuzi/Khonghucu (nama yang lebih umum Kongzi) dan juga nama-nama para muridnya yang terkenal. Bangunan Kong Miao yang tertua di Indonesia terdapat

14 27 di kota Surabaya yang dikenal dengan "Boen Bio" dan Khongcu Bio di kota Cirebon Klenteng Klenteng pada umumnya digunakan sebagai sarana tempat bersembahyang atau ibadah oleh kebanyakan orang Tionghoa terutama umat tradisional sehingga kadang-kadang kita sulit membedakan apakah mereka itu penganut agama Budha Mahayana, Khonghucu atau Tao. Namun ada ciri yang membedakan dari ketiga bangunan tempat ibadah masing-masing penganut agama tersebut yaitu dari nama Klenteng tersebut dan juga para dewa-dewi yang berada dalam bangunan Klenteng tersebut. Secara umum bangunan Klenteng biasanya bergaya arsitektur khas Tiongkok, misalnya terdapat ukiran Naga atau Liong pada bagian atas atap atau tiang pilarnya, ada lukisan Qilin (Hokkian:Kilien)- binatang yang dianggap suci, bentuknya seperti seekor rusa, kulitnya bersisik berwarna hijau keemasan, bertanduk tunggal. Hewan suci ini pernah muncul pada saat menjelang kelahiran Khonghucu atau Kongzi dan terbunuh oleh Pangeran Lu Ai Gong dalam perburuannya yang menandai peristiwa sebelum kewafatan Khonghucu Lithang (Ruang Ibadah); Lithang adalah nama tempat ibadah agama Khonghucu yang banyak terdapat di Indonesia. Saat ini sudah ada lebih dari 150 Lithang yang tersebar di 12 diakses pada tanggal 28 september diakses pada tanggal 28 September 2014.

15 28 seluruh Indonesia yang berada di bawah naungan MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia) dan organisasi pusatnya adalah MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia). Ciri tempat ibadah tersebut selain altarnya yang berisi Kim Sin Nabi Kongzi atau Khonghucu, juga biasanya terdapat lambang "Mu Duo" atau Bok Tok (dalam dialek Hokian) yaitu berupa gambar Genta dengan tulisan huruf 'Zhong Shu' atau Tiong Sie (bahasa Hokian) artinya "Satya dan Tepasarira atau Tenggang Rasa" yang merupakan inti ajaran agama Khonghucu. Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi Kongzi dalam Kitab Lun Yu: "Apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan terhadap orang lain". Umat Khonghucu biasanya melakukan ibadah di Lithang setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek. Namun ada pula yang melaksanakannya pada hari Minggu dan hari lain, hal ini disesuaikan dengan kondisi dan keadaan setempat. Upacara-upacara hari keagamaan lain seperti peringatan Hari Lahir Nabi Khonghucu (28 bulan 8 Imlek), Hari Wafat Khonghucu (18 bulan 2 Imlek), Hari Tangcik (Genta Rohani), dan Tahun Baru Imlek. biasanya juga dilakukan di Lithang. 14 Meskipun kedua tempat di atas merupakan tempat ibadah umat agama Khonghucu, akan tetapi ada perbedaan dari Lithang dan Klenteng. Lithang merupakan tempat ibadah khusus bagi pemeluk agama Khonghucu sedangkan Klenteng bisa digunakan untuk ibadah umat pemeluk agama atau kepercayaan Budha dan Tao. 14 Wawancara dengan Adjie Chandra pada tanggal 23 Desember 2014.

16 29 Pada mulanya Klenteng merupakan tempat ibadah Khonghucu. Namun para pemeluk agama Khonghucu memiliki kebaikan hati sehingga mengijinkan umat agama lain, dalam hal ini adalah Tao dan Budha, untuk menggunakannya sebagai tempat ibadah. 15 Di dalam Klenteng terdapat simbol tertentu yang dapat dijadikan tanda agama tertentu pula yang menggunakan Klenteng tersebut sebagai tempat ibadah. Simbol tersebut biasanya berupa patung dewa atau patung nabi. Misalnya, patung Dewi Kwan Im yang merupakan simbol bagi umat Budha. Sedangkan bagi agama Khonghucu, simbol yang ada bukanlah dewa melainkan patung nabi Khong Zi. 16 Namun begitu, sebuah Klenteng bisa dilihat apakah milik umat agama Khonghucu, Budha atau Tao dengan cara melihat simbol patung dewa atau nabi yang berada di tengah. Kita bisa melihat salah satu dewa yang ada di antara simbol yang lain. Biasanya dewa yang ada di tengah itu lebih besar dari patung atau dewa yang lain dan itu menunjukkan bahwa Klenteng tersebut bisa dikatakan merupakan milik umat yang menyembah dewa paling besar tersebut Wawancara dengan Adjie Chandra pada tanggal 23 Desember Wawancara dengan Adjie Chandra pada tanggal 23 Desember Wawancara dengan Thjie Tjai Ing pada tanggal 25 Juli 2014.

17 30 Gambar 1. Patung Khong Fu Tze Dokumentasi MAKIN Surakarta. Di Surakarta sendiri, umat Khonghucu bisa menggunakan tempat-tempat ibadah sebagaimana yang disebutkan di atas. Setidaknya terdapat dua macam tempat ibadah yang ada di Surakarta, yaitu Klenteng dan Lithang. Ada beberapa Klenteng di Surakarta misalnya Poo An Kiong dan Tien Kok Sie. Sedangkan bangunan Lithang hanya ada satu yaitu Lithang Swan Khong Tong yang terdapat di daerah Jagalan atau tepatnya di jl. Drs. Yap Tjwan Bing 15. Lithang ini didirikan pada tahun 1918 oleh masyarakat pemeluk Khonghucu. Adapun tujuan didirikannya Lithang merupakan tuntutan bagi umat Khonghucu yaitu sebagai tempat peribadatan.

18 31 Gambar 2. Bagnunan Lithang Swan Kong Tong. Dokumentasi MAKIN Surakarta. Berkaitan dengan kenapa di Surakarta hanya terdapat satu Lithang, Tjie Tjai Ing mengatakan bahwa, di dalam ajaran agama Khonghucu tidak ada aturan mengenai jumah didirikannya Lithang di sebuah tempat atau wilayah. Dalam sebuah kecamatan bisa saja terdapat banyak Lithang. Adapun mengenai Lithang Swan Kong Tong sebagai satu-satunya yang ada di Surakarta, hal itu berkaitan dengan jumlah pemeluk agama Khonghucu setempat. Mengenai jumlah Lithang, agama Khonghucu tidak mengaturnya. Terserah berapa tempat ibadah akan dibangun. Hal itu juga untuk kepentingan peribadatan umat Khonghucu. Di Surakarta memang hanya ada satu Lithang, mengingat kondisi jumlah umat yang tidak terlalu besar. Di tempat lain bisa jadi ada puluhan Lithang Wawancara dengan Tjhie Tjay Ing pada tanggal 25 Juli 2014

19 32 Sebagaimana yang sudah disinggung di atas, umat Khonghucu mengadakan ibadah di Lithang pada setiap tanggal 1 dan 15 malam, dimana pada saat itu bulan purnama. Sedangkan proses peribadahan agama Khonghucu antara lain melakukan thiang hio atau menyalakan dupa, kebaktian pada setiap hari minggu dan ceramah yang akan disampaikan oleh sesepuh. Selain itu, Lithang juga digunakan upacara-upacara hari besar seperti untuk memperingati hari kelahiran dan wafatnya nabi Khong Fu Tze. 19 Berdasarkan ungkapan di atas, jelas sekali bahwa Lithang berfungsi sebagai tempat ibadah khusus bagi umat Khonghucu. Namun demikian, umat Khonghucu beribadah di Lithang secara berjamaah. Inilah sisi lain yang membedakan dengan tempat ibadah lain seperti Klenteng yang digunakan ibadah lebih ke personal atau pribadi. Berkaitan dengan tempat peribadatan, sebenarnya ada dua tempat peribadatan yang biasanya digunakan oleh umat Khonghucu yang pertama adalah di rumah, sedangkan yang kedua adalah di tempat ibadah seperti yang sudah disebutkan di atas yaitu, Miao, Klenteng, dan Lithang. Tidak ada perbedaan yang mendasar antara proses pelaksanaan peribadatan di rumah dan di tempat ibadah yang sudah disediakan, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni beribadah pada arwah leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan beribadah pada Nabi Khonghucu. 19 Wawancara dengan Tjhie Tjay Ing pada tanggal 25 Juli 2014

20 33 Secara umum tempat ibadah Konghucu adalah Lithang, Miao (Bio), Kongzi Miao, Khongcu Bio dan Klenteng. Lithang, selain merupakan tempat sembahyang, juga merupakan tempat kebaktian berkala (biasanya setiap hari Minggu atau tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek). Di sini umat mendapat siraman rohani (khotbah) dari para rohaniwan. Rohaniwan agama Konghucu terdiri atas : Xueshi, Wenshi, Jiaosheng, Zhanglao dan Ketua-Ketua / Pimpinan- Pimpinan Majelis dan atau Tempat Ibadah. Sebelum menjadi Xueshi (biasa disingkat Xs), harus melalui jenjang Wenshi (Ws). Sebelum menjadi Wenshi, harus melalui jenjang Jiaosheng (Js). Tokoh yang sudah mencapai tingkatan sesepuh atau sangat senior di sebut Zhanglao (Zl). Setiap rohaniwan, sesepuh dan para pimpinan tempat ibadah yang memegang mandat dan Surat Pengangkatan dari Dewan Pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) atau menerima Surat Liyuan Rohaniwan (persidian, peneguhan iman) dari Dewan Rohaniwan MATAKIN, memiliki kewenangan : a) Menyelenggarakan kebaktian bagi umat Konghucu di daerahnya. b) Melakukan Liyuan umat. c) Memimpin berbagai upacara suci bagi umat Konghucu, sesuai Hukum Agama Konghucu, termasuk Hukum Perkawinan Agama Konghucu, yang diatur dalam Tata Agama Konghucu diakses pada tanggal 28 September 2012.

21 34 E. Prosesi Peribadatan Agama Khonghucu Sebagaimana agama yang lain, agama Khonghucu juga memiliki waktu yang di gunakan untuk beribadah. Hal ini dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang mereka yakini. Adapun prosesi peribadatan umat konghucu adalah sebagai berikut: 1. Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdo a atau altar, 2. Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang melambangkan Tuhan, Manusia dan Bumi, kemudian dinaikkan dahi sebanyak 3 kali, dengan berkata sebagai berikut, pada angkatan Hio yang pertama maka yang diucapkan adalah kehadiran Tuhan Yang Maha Esa ditempat yang maha tinggi, dimuliakanlah. Pada angkata Hio yang kedua yang harus diucapkan adalah kehadapan Nabi Khonghucu, pembimbing dan penyadar hidup kami, di muliakanlah. Sedanngkan pada angkata ketiga yang diucapkan adalah kehadapan para suci dan leluhur yang kami hormati, dimuliakanlah. 3. Setelah pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio di Youlu atau tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk hati, Hio pertama diletakkan di tengah, yang kedua diletakkan di sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan disebelah kiri. 4. Berdo a dengan sikap Pat Tik. Ada dua sikap Pat Tik, pertama sikap Pat tik delapan kebajikan mendekap Thai Kik yaitu dengan cara tangan kanan dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri, sikap tangan ini gunakan juga pada waktu bersembahyang, kedua sikap delapan kebajikan mendekap hati dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan kiri merangkap punggung

22 35 tangan kanan dan kedua ibu jari dipertemukan kemudian didekappan di dada, sikap ini hanya digunakan pada waktu berdo a. Tangan bersikap pat tik dan didekapkan di dada mempunyai makna Aku selalu ingat bahwa dengan perantara ayah bunda Tian telah berkenan menjadikan daku manusia, maka manusia wajib melakukan delapan kebajikan. 21 Delapan jalan kebajikan tersebut adalah : a) Berbakti atau Hau, berbakti disini mempunyai makna yang sangat universal, mulai dari berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbakti kepada oran tua dan sampai berbakti pada Negara nusa dan Bangsa, pada asal artinya berbakti di khususkan pada orang tua saja. Rendah Hati atau Tee, yakni tidak sombong dan tidak Gumede roso, selalu berbuat rendah hati dengan sesama mahluk. b) Setia atau Tiong. c) Dapat dipercaya atau Sien yakni dengan selalu menepati janji dan melaksanakan apa yang telah dikatakan. d) Susila atau Lee yaitu berisi tentang aturan yang ada di masyarakat umum. e) Kebenaran atau Gi. f) Suci hati atau Liam, dengan selalu positive thingking dan bersih hati. g) Tahu malu atau Thi, menjadi manusia harus punya rasa tahu malu, karena dengan rasa inilah kita secara tidak langsung juga akan dihormati oleh orang lain, salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan hewan adalah 21 Kitab Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu. Diterbitkan oleh MATAKIN. hlm. 16.

23 36 hewan tidak pernah punya rasa malu sedangkan manusia mempunyai rasa malu, ketika manusia tidak punya rasa malu berarti dia tidak ada bedanya dengan hewan. 22 Perlu diketahui pula bahwa selain menjalankan peribadatan sebagaimaa yang sudah di sebutkan di atas, umat Khonghucu yang tergabung dalam organisasi MAKIN Surakarta juga melakukan upacara-ritual seperti Chingbing, Imlek King Ho Ping, dan peringatan hari lahir nabi Khonghucu. Di dalam mengadakan ketiga upacara tersebut biasanya melibatkan banyak orang atau umat dan biasanya memerlukan biaya yang besar, untuk mencukupinya maka diperlukan donasi. Setidaknya ada dua sumber dana dalam setiap melaksanakan upacara-upacara besar seperti yang sudah di sebut di atas. Pertama, dari anggota MAKIN Surakarta dan kedua, dari para simpatisan Khonghucu. Para simpatisan yang dimaksud adalah orang-orang di luar MAKIN dan belum tentu atau tidak harus pemeluk agama Khonghucu. Dengan kata lain, mereka bisa berasal dari latar belakang agama yang berbeda-beda. 23 F. Simbol-simbol Keagamaan Khonghucu Setiap pelaksanaan peribadatan diperlukan simbol-simbol sebagai kelengkapan peribadatan, tidak hanya sekedar simbol saja akan tetapi dibalik simbol tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga menimbulkan kesakralan tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi peribadatan agama 22 Ibid. hlm Wawancara dengan Adjie Chandra pada tanggal 23 Desember 2014

24 37 Khonghucu juga menggunakan beberapa benda dan simbol yang didalamnya mengandung makna dan arti. 1. Hio atau Dupa. Hio artinya harum, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum, dupa yang dikenal pada zaman nabi Kongzi berwujud bubuk atau belahan kayu, membakar dupa dalam peribadatan umat konghucu mengandung makna jalan suci itu berasal dari kesatuan hatiku dan hatiku dibawa melalui keharuman dupa, selain itu juga beguna untuk: a. Menenangkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditasi b. Mengusir hawa atau hal hal yang bersifat jahat c. Mengukur waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum ada jam atau lonceng. 24 Selain itu ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk serta penggunannya dupa itu sendiri: a. Dupa yang bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang didepan jenazah keluarga sendiri. b. Dupa yang bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang pada umumnya. c. Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk, berguna untuk menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat. d. Dupa yang berbentuk spiral seperti obat nyamuk, hanya untuk bau-bauan saja. 24 Wawancara dengan Tjie Tjai Ing pada tanggal 25 Juli 2014

25 38 e. Tiang Siu Hio, dupa tanpa gagang, panjang lurus dibakar kedua ujungnya, digunakan khusus untuk bersembahyang kepada Tuhan. Ada juga pembagian dupa menurut jumlah penggunaan dupa: a. Dupa warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati jenazah keluarga sendiri atau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa berkabung, boleh saja digunakan hanya satu batang. b. Dupa warna merah: 1) 1 batang, dapat digunakan untuk segala macam sembahyang, bermakna memusatkan fikiran untuk sungguh-sungguh bersujud. 2) 2 atau 4 batang untuk menghormati kepada arwah orang tua yang meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari, atau kehadapan altar jenazah bukan keluarga sendiri dan mengandung makna ada hubungan duniawi atau urusan keduniaan. 3) 5 batang, untuk menghormati arwah umum, mengandung makna melaksanakan lima kebajikan. 4) 8 batang, mengandung makna delapan kebajikan, dan digunakan sama dengan 2 atau 4 batang. 5) 9 batang, untuk bersembahyang kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan para suci. 6) 1 pak, boleh sebagai pengganti 9 atau 1 batang.

26 39 2. Lilin atau Lampu Lilin atau lampu mempunyai makna menerangi dan berdiri tegak, sedangkan asap dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya do a keperaduan Tuhan yang maha esa. 3. Youlou Youlou adalah tempat untuk meletakkan Hio setelah dibakar yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk seperti hati.

BAB I PENDAHULUAN. Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai. ekonomi.meminimalkan risiko atau kerugian bagi manusiadiperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai. ekonomi.meminimalkan risiko atau kerugian bagi manusiadiperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir menurut Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi. BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD Bab ini akan memberikan penjelasan tentang prosesi pelaksanaan tradisi bunceng (sedekah bumi), respon masyarakat serta berbagai pendapat masyarakat

Lebih terperinci

BAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA. A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta

BAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA. A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta 40 BAB III AGAMA KHONGHUCU PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU DI SURAKARTA A. Agama Khonghucu pada Masa Orde Lama di Surakarta Pada jaman presiden Soekarno, agama bukan sebuah persoalan. Artinya, secara

Lebih terperinci

DINAMIKA MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA (Studi Sosial Keagamaan Tahun )

DINAMIKA MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA (Studi Sosial Keagamaan Tahun ) DINAMIKA MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA (Studi Sosial Keagamaan Tahun 1945-2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada bidang pendidikan. Perubahan dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada bidang pendidikan. Perubahan dalam dunia pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini telah membawa pengaruh perubahan di dalam kehidupan manusia disegala bidang terutama pada bidang pendidikan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SURAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SURAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SURAKARTA A. Deskripsi Kota Surakarta 1. Letak kota Surakarta Secara Geografis, Kota Surakarta berada diantara dataran rendah dan terletak diantara beberapa sungai kecil seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ajaran dan Kitab Suci Agama Khonghucu 1. Ajaran Agama Khonghucu Agama Khonghucu dapat disebut sebagai Ji Kauw (menurut dialek Hokkian) yang berarti agama yang mengajarkan kelembutan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BANGUNAN KANTOR KELURAHAN DI KOTA SURAKARTA

KARAKTERISTIK BANGUNAN KANTOR KELURAHAN DI KOTA SURAKARTA KARAKTERISTIK BANGUNAN KANTOR KELURAHAN DI KOTA SURAKARTA Suryaning Setyowati Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. terhadap perekonomian kota surakarta. Analisis

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. terhadap perekonomian kota surakarta. Analisis 64 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan real estat Kota Surakarta berdasarkan besaran, sebaran dan pola pergerakannya serta dampaknya terhadap

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PERKOTAAN:

MENGENAL SISTEM PERKOTAAN: MENGENAL SISTEM PERKOTAAN: SEBUAH PENGANTAR TENTANG KOTA SOLO 3 Sekilas tentang Solo 7 Memahami Sistem Perkotaan 13 Mencari Bentuk 17 Memahami Kelurahan Kita BANJARSARI JEBRES KOTA SOLO LAWEYAN SERENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas masyarakat Tiongkok memiliki tiga kepercayaan, yaitu ajaran Taoisme, Konghucu dan Buddhisme. Gabungan dari ketiga kepercayaan tersebut mereka sebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen,

BAB 5 RINGKASAN. keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen, BAB 5 RINGKASAN Negara Indonesia adalah negara yang memiliki beragam agama, selain 80% keatas dari penduduk Indonesia yang beragama Islam, masih terdapat agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu.

Lebih terperinci

BAB II PENYEBARAN KANTOR PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN MASYARAKAT DI SURAKARTA

BAB II PENYEBARAN KANTOR PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN MASYARAKAT DI SURAKARTA BAB II PENYEBARAN KANTOR PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN MASYARAKAT DI SURAKARTA 2.1 Data Kantor Pemerintahan dan Publik Servis Di Surakarta Wilayah Surakarta yang disurvey yaitu seluruh wilayah Surakarta yang

Lebih terperinci

PEMODELAN BANYAKNYA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SURAKARTA DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

PEMODELAN BANYAKNYA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SURAKARTA DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) PEMODELAN BANYAKNYA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SURAKARTA DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) Hardanti Nur Astuti, Yuliana Susanti dan Dewi Retno Sari Saputro Program

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Umum Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Matriks Asal Tujuan yang dihasilkan dari data arus lalu lintas pada kondisi keseimbangan di Kota Surakarta. Model sebaran

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya. BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) merupakan daerah dataran tinggi yang cukup dingin. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing sebagai ciri khususnya

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SURAKARTA JAWA TENGAH KOTA SURAKARTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas Kota Surakarta. Eksistensi Keraton

Lebih terperinci

36. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP

36. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP 36. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SET COVERING PROBLEM DALAM PENENTUAN LOKASI DAN ALOKASI SAMPAH DI WILAYAH KOTA SURAKARTA

PENERAPAN METODE SET COVERING PROBLEM DALAM PENENTUAN LOKASI DAN ALOKASI SAMPAH DI WILAYAH KOTA SURAKARTA PENERAPAN METODE SET COVERING PROBLEM DALAM PENENTUAN LOKASI DAN ALOKASI SAMPAH DI WILAYAH KOTA SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS - 1841 - F. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan

Lebih terperinci

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA - 999 - F. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN A. Aktivitas Keagamaan di Kelenteng Hwie Ing Kiong Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu kelebihan bangsa Indonesia adalah adanya keanekaragaman penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat dan tentu masing-masing

Lebih terperinci

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

F. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 184 - F. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal Nusantara

Lebih terperinci

PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2016 PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta No.Telp. (0271) 639554,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng Gunung Lawu dan Gunung Merapi dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta terletak antara 110 0 45 14 BT - 110 0 45 35 BT dan 7 0 36 LS -7 0 56 LS. Kota Surakarta yang terkenal dengan sebutan Solo ini merupakan salah

Lebih terperinci

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 km 2 dan terletak di Propinsi Jawa Tengah (central java) yang terdiri ata satu) kelurahan, 606 (enam ratus enam) Rukun Warga (RW) serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga

Lebih terperinci

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia BAB I Latar Belakang Masalah Tradisi sebagai Pembimbing Manusia Tradisi merupakan kebiasaan turun-temurun dalam suatu masyarakat 1, hal ini berarti dalam tradisi terdapat informasi yang diwariskan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

Implementasi Model P-Center pada Jalur Rujukan Fasilitas Kesehatan di Kota Surakarta

Implementasi Model P-Center pada Jalur Rujukan Fasilitas Kesehatan di Kota Surakarta Implementasi Model P-Center pada Jalur Rujukan Fasilitas Kesehatan di Kota Surakarta Mohammad Iqbal Rizky Fauzan *1), Yuniaristanto 2), dan Wahyudi Sutopo 2) 1,2,3) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer,

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer, BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah I. A. Sejarah Singkat Keberadaan Masyarakat Tionghoa di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN UMUM SURAKARTA dan TINJAUAN SEKOLAH DASAR YANG DIRENCANAKAN

BAB III. TINJAUAN UMUM SURAKARTA dan TINJAUAN SEKOLAH DASAR YANG DIRENCANAKAN BAB III TINJAUAN UMUM SURAKARTA dan TINJAUAN SEKOLAH DASAR YANG DIRENCANAKAN III.1. TINJAUAN UMUM KOTA SURAKARTA III.1.1 Data Fisik Surakarta 1.1.1 Peta Kota Surakarta Batas Administratif Kota Surakarta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR ISI MATA PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR ISI MATA PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR ISI MATA PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai kedatangan Etnis Tionghoa ke Indonesia baik sebagai pedagang maupun imigran serta terjalinnya hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Sejarah Lahirnya Khonghucu Agama Khonghucu dalam bahasa Hokkian disebut dengan Ru Jiao atau Ji Kauw yang berarti agama bagi umat yang lembut hati. Ru Jiao adalah ajaran agama untuk

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS ARAHAN PERSEBARAN SUMUR RESAPAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2013

ANALISIS ARAHAN PERSEBARAN SUMUR RESAPAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2013 ANALISIS ARAHAN PERSEBARAN SUMUR RESAPAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2013 Erwin Santosa 1,*, Chatarina Muryani 2 dan Setya Nugraha 2 1 Program Studi Pendidikan Geografi, PIPS, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan dalam beberapa aspek dewasa ini sangat berpengaruh terhadap sektor transportasi.pengaruh tersebut di tandai dengan adanya kecenderungan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, dan memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Stabat memiiliki luas daerah 90.46 km², merupakan kota kecamatan terbesar sekaligus penduduk terpadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten Jembrana

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA LAINNYA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat Negara,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG PRESIDEN, Menimbang : 1.bahwa masa satu windu, sejak saat diresmikan berdirinya Angkatan Perang Republik Indonesia pada

Lebih terperinci

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian memiliki nama asli Ru Jiao. Agama Khonghucu (Ru Jiao), maka Nabi Khonghucu merupakan nabi yang

BAB I PENDAHULUAN. Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian memiliki nama asli Ru Jiao. Agama Khonghucu (Ru Jiao), maka Nabi Khonghucu merupakan nabi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian memiliki nama asli Ru Jiao atau Ji Kauw yang berarti agama bagi umat yang lembut hati adalah bimbingan hidup karunia Thian,

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.125, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Acara Kenegaraan. Protokoler. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5166) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nama Sekolah : MTsN 1 Kota Serang Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Kur : VII / K13 Semester : Genap Kompetensi Inti : 1.

Lebih terperinci

Analisis Spasial Ekonomi Kreatif Berorientasi Ekspor Kota Surakarta

Analisis Spasial Ekonomi Kreatif Berorientasi Ekspor Kota Surakarta Analisis Spasial Ekonomi Kreatif Berorientasi Ekspor Kota Surakarta Umrotun 1*, Muhammad Wahyuddin 2, Muhammad Sholahuddin 3 1 Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2 Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. berada di bawah wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta. berada di bawah wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Sebelum tahun 1966, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta berbentuk Kantor Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Sejarah dan Makna Purifikasi Ajaran Agama Khonghucu di. Sejarah purifikasi Agama Khonghucu telah memiliki sejarah

BAB IV ANALISA DATA. A. Sejarah dan Makna Purifikasi Ajaran Agama Khonghucu di. Sejarah purifikasi Agama Khonghucu telah memiliki sejarah BAB IV ANALISA DATA A. Sejarah dan Makna Purifikasi Ajaran Agama Khonghucu di Kelenteng Boen Bio Sejarah purifikasi Agama Khonghucu telah memiliki sejarah panjang tetapi yang paling utama adalah masa Mencius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMEKARAN KELURAHAN SEMANGGI DAN KELURAHAN KADIPIRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. HALAMAN PERSETUJUAN HARDCOVER.. ii. HALAMAN PERNYATAAN DEWAN PENGUJI. iii. ABSTRAKSI. iv. UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. HALAMAN PERSETUJUAN HARDCOVER.. ii. HALAMAN PERNYATAAN DEWAN PENGUJI. iii. ABSTRAKSI. iv. UCAPAN TERIMA KASIH v ABSTRAKSI Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, agama Khonghucu secara resmi diakui kembali sebagai salah satu agama yang dianut oleh penduduk Indonesia. Meskipun agama Khonghucu sudah

Lebih terperinci

I. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KELENTENG HOK TEK BIO CIAMIS.

I. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KELENTENG HOK TEK BIO CIAMIS. I. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KELENTENG HOK TEK BIO CIAMIS. Kelenteng HOK TEK BIO Ciamis adalah satu-satunya Kelenteng yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis Jawa Barat berlokasi di Jalan Ampera II No. 17.

Lebih terperinci

Tentang: TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA. Indeks: TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA.

Tentang: TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA. Indeks: TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA. Bentuk: Oleh: UNDANG-UNDANG (UU) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 30 TAHUN 1954 (30/1954) Tanggal: 14 SEPTEMBER 1954 (JAKARTA) Sumber: LN 1954/85; TLN NO. 657 Tentang: TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 9/E, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa terwujudnya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. sebagai jantungnya kecamatan Pasar Kliwon, daerah pemukiman Arab-Indonesia

BAB II DESKRIPSI LOKASI. sebagai jantungnya kecamatan Pasar Kliwon, daerah pemukiman Arab-Indonesia BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Gambaran Umum Pasar Kliwon Pasar Kliwon adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Kelurahan ini memiliki kode pos 57118. Kelurahan ini bisa dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Written by Imam S. Arizal Sunday, 06 February :39 - Last Updated Sunday, 06 February :49

Written by Imam S. Arizal Sunday, 06 February :39 - Last Updated Sunday, 06 February :49 Tanggal 3 Februari 2011 kita semua merayakan Hari Raya Imlek 2562. Bagi penganut Tao, Kong Hu Cu atau Budha yang merayakan Imlek dengan ritual keagamaan mereka. Bagi kita yang bukan penganut agama-agama

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Pasal 65 ayat (2)

Lebih terperinci

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 天公 Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Siang Te

Lebih terperinci

Pemaknaan simbol-simbol yang digunakan pada upacara pelepasan jenazah yang dilakukan masyarakat Tionghoa beragama Khonghucu di Surakarta SKRIPSI

Pemaknaan simbol-simbol yang digunakan pada upacara pelepasan jenazah yang dilakukan masyarakat Tionghoa beragama Khonghucu di Surakarta SKRIPSI Pemaknaan simbol-simbol yang digunakan pada upacara pelepasan jenazah yang dilakukan masyarakat Tionghoa beragama Khonghucu di Surakarta SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN. Gambar Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016)

BAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN. Gambar Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016) 49 BAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN 3.1. Lokasi/Data fisik Gambar 3.1.1 Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016) Kota Surakarta merupakan kota budaya dengan status kota dibawah Provinsi jawa tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA SOSIALISASI PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2006/NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

ZONASI TINGKAT KERENTANAN (VULNERABILITY) BANJIR DAERAH KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ZONASI TINGKAT KERENTANAN (VULNERABILITY) BANJIR DAERAH KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ZONASI TINGKAT KERENTANAN (VULNERABILITY) BANJIR DAERAH KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Istikomah NIM : E100090054 Kepada FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ZONASI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROTOKOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menghormati kedudukan para pejabat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 20102010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-59 - - 60 - MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN KEDUA

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Drs. Suwarta, SH, MM NIP

Kata Pengantar. Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Drs. Suwarta, SH, MM NIP Kata Pengantar Terimakasih kami ucapkan untuk dukungan berbagai pihak sebagai penghimpun data, pengolah data, penyusun analisis, dan penyaji Penyusunan Buku Profil Kependudukan Kota Surakarta 2014. Buku

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA FORUM KERUKUNAN UMAT

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia bukanlah negara yang berdasarkan hanya kepada satu agama saja, melainkan negara yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa, karena terdapat banyak bermacam-macam

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELANTIKAN KEPALA DAERAH DAN/ATAU WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial budayanya. Kebudayaan juga berfungsi untuk membantu manusia

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

Lebih terperinci

NOMOR 10 TAHUN 1980 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA

NOMOR 10 TAHUN 1980 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1980 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu mengadakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Kota Surakarta atau dikenal juga dengan sebutan Solo secara administratif terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN ( LPMK

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA. : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 huruf h. : 1. Undang-Urldang Nomor 16 Tahun 1950 tentang

WALIKOTA SURAKARTA. : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 huruf h. : 1. Undang-Urldang Nomor 16 Tahun 1950 tentang -! WALIKOTA SURAKARTA KBPUTUSAN WALIKOTA SURAKARTA NMR: bl/ q7-c /t /au TNTANG PNTAPAN LOKASI PBRUMAHAN DAN PBRMUKIMAN KUMUH DI KOTA SURAKARI'A WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24 BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. islam, kristen, hindu, budha, tapi juga konghucu. 3. kepada Tian, para Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. islam, kristen, hindu, budha, tapi juga konghucu. 3. kepada Tian, para Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara majemuk yang memiliki beraneka ragam bahasa, budaya, etnis atau suku, agama. 2 Agama di Indonesia tidak hanya islam, kristen, hindu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci