IV. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian"

Transkripsi

1 57 IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Provinsi NTB, mulai April sampai dengan Desember Provinsi NTB adalah salah satu wilayah penyumbang beras nasional. Ditinjau dari luas lahan sawah yang tersedia saat ini provinsi NTB mempunyai peluang berswasembada beras setidaknya untuk 25 tahun ke depan. Keberhasilan NTB dalam mencapai swasembada beras saat ini dapat dilihat dari neraca produksi dan konsumsi padi periode yang mengalami surplus. Hal ini menjadi pertimbangan pemilihan NTB sebagai lokasi penelitian. Provinsi NTB didominasi oleh wilayah beriklim kering yang memiliki karakteristik spesifik yang membedakannya dengan wilayah lain, seperti Jawa dan Sumatera yang umumnya beriklim basah. Sistem pertanian di wilayah beriklim kering memiliki kendala ekologis dengan tingkat resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan di wilayah beriklim basah. Fenomena variabilitas dan perubahan iklim di wilayah beriklim kering secara langsung mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam mencapai target produksi padi. Anomali iklim El-Nino dan La-Nina menyebabkan kejadian-kejadian ekstrim seperti kekeringan dan banjir cenderung meningkat baik frekuensi maupun intensitasnya. Perubahan iklim juga menyebabkan pergeseran dan perubahan pola curah hujan dan musim yang dapat mengacaukan musim dan pola tanam serta luas areal tanam dan panen padi di NTB. Ketersediaan sumber daya lahan di NTB menunjukkan kecenderungan yang semakin langka, baik luas maupun kualitasnya dan sering menimbulkan konflik dalam penggunaannya. Hal ini disebabkan karena laju konversi lahan sawah untuk penggunaan nonpertanian relatif tinggi, yaitu sekitar 4,07% tahun -1. Kondisi ini dihawatirkan terus berlanjut sehingga sampai ke suatu titik dimana luas lahan sawah di NTB tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan secara domestik. Pada sisi lain, potensi lahan yang sesuai untuk sawah telah dimanfaatkan mendekati 100%. Bagi wilayah dengan sumber daya air yang terbatas seperti NTB peranan luas lahan sangat penting untuk meningkatkan kapasitas produksi padi sawah. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi dan adaptasi agar produksi padi tidak mengalami penurunan yang signifikan. Penelitian ini menganalisis potensi, kendala dan peluang dari berbagai

2 58 dimensi sistem produksi padi sawah agar fungsi NTB sebagai lumbung pangan nasional dapat dipertahankan Rancangan Penelitian Cakupan kegiatan penelitian. Penelitian ini bersifat makro pada agregasi provinsi NTB. Pengambilan data primer dilakukan pada tingkat usaha tani padi sawah di tiga wilayah Kabupaten yang mewakili karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang dominan di NTB. Menurut Simatupang (2007), untuk tujuan analisis kebijakan, isu ketahanan pangan dapat dikaji pada tingkat agregasi: rumah tangga dan regional (kabupaten, provinsi, dan nasional). Untuk mencapai output yang diharapkan, secara garis besar kegiatan penelitian mencakup lima kegiatan pokok, yaitu: (1) analisis pendapatan dan optimasi usaha tani padi sawah pada tipologi lahan sawah irigasi teknis, semi teknis dan tadah hujan; (2) analisis KHL dan menentukan kontribusi pendapatan usaha tani padi sawah terhadap KHL petani; (3) analisis kapasitas produksi dan kebutuhan konsumsi padi; (4) penilaian indeks dan status keberlanjutan sistem produksi padi sawah, dan (5) penyusunan model dan alternatif skenario penetapan luas lahan optimum usaha tani padi sawah. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang atau galengan (Mustofa, 2000). Dapt pula didefinisikan sebagai tipe penggunaan lahan yang dalam pengelolaannya memerlukan genangan air, permukaan lahan datar dan dibatasi pematang untuk menahan air. Berdasarkan sumber airnya, dikenal tiga tipologi lahan sawah, yaitu (1) sawah irigasi teknis, yaitu lahan sawah yang airnya bersumber dari jaringan irigasi permanen, sehingga memungkinkan mendapatkan air pengairan sepanjang tahun dan dapat ditanami padi tiga kali dalam setahun, (2) sawah irigasi setengah teknis adalah lahan sawah yang airnya bersumber dari jaringan irigasi semi permanen atau irigasi sederhana, sehingga memungkinkan dapat ditanami padi dua kali dalam setahun, (3) sawah tadah hujan yaitu lahan sawah yang sumber airnya tergantung dari curah hujan sehingga pada umumnya hanya dapat ditanami padi satu kali dalam setahun. Cakupan Lokasi: Pengumpulan data primer dilaksanakan di tiga wilayah penelitian yang mewakili karakteristik provinsi NTB, yaitu Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Bima, disajikan pada peta (Gambar 4.1).

3 59 Gambar 4.1. Peta Administrasi Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi NTB berdasarkan karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang dominan berkaitan dengan sistem produksi padi sawah dibagi atas tiga wilayah, yaitu wilayah dengan karakteristik suku Sasak di Kabupaten/Kota se Pulau Lombok (strata 1), wilayah dengan karakteristik suku Sumbawa di Kabupatan Sumbawa dan Sumbawa Barat (strata 2), dan wilayah dengan karakteristik suku Bima di Kabupaten Dompu, Bima dan Kota Bima (strata 3). Kabupaten Lombok Tengah terpilih mewakili karakteristik strata 1, Kabupaten Sumbawa Barat terpilih mewakili karakteristik strata 2 dan Kabupaten Bima terpilih mewakili karakteristik strata 3. Di setiap Kabupaten pewakil ditentukan tiga kelompok tani masingmasing mewakili tipologi lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan tadah hujan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan multistage stratified random sampling. Pada setiap kelompok tani dipilih secara acak 15 orang petani sebagai responden, dengan total responden sebanyak 135 orang. Wilayah Kabupaten Lombok Tengah diwakili oleh kelompok tani Tunas Ice, Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat, mewakili tipologi lahan sawah irigasi teknis, kelompok tani Pancor Tunas Urip, Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat mewakili tipologi lahan sawah irigasi setengah teknis, dan kelompok tani Batur Kuwur, Desa Kawo, Kecamatan Pujut, mewakili tipologi lahan sawah tadah hujan. Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat diwakili oleh kelompok tani Jorok Boruk, Desa Beru, Kecamatan Brang Rea, mewakili tipologi lahan sawah irigasi teknis, kelompok tani Maju Bersama, Desa Tapir, Kecamatan Seteluk

4 60 mewakili tipologi lahan sawah semi teknis dan kelompok tani Bunga Mawar, Desa Tapir, Kecamatan Seteluk mewakili tipologi lahan sawah tadah hujan. Sedangkan wilayah Kabupaten Bima diwakili oleh kelompok tani Sendaka Sufu 1 Desa Panggi, Kecamatan Mpunda mewakili tipologi lahan sawah irigasi teknis, kelompok tani Nggaro Piri Desa Maria, Kecamatan Wawo, mewakili tipologi lahan sawah irigasi setengah teknis dan kelompok tani Doro Ndempa Desa Maria Utara, Kecamatan Wawo mewakili tipologi lahan sawah tadah hujan. Dalam penelitian ini yang dimaksud kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya (Permentan No. 61/Permentan/OT.140/11/2008). Sedangkan yang dimaksud petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha dibidang pertanian (UU No. 16 Tahun 2006). Yang dimaksud petani dalam penelitian ini adalah petani perorangan yang memiliki dan mengelola atau menggarap lahan usaha tani padi sawah sebagai sumber pendapatan yang utama Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan metode survei melalui teknik wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan daftar pertanyaan. Penentuan peubah atau atribut dari setiap dimensi sistem produksi padi sawah mengacu pada data dan informasi faktual ditambah dengan pendapat pakar (judgement knowladge) yang dilakukan dengan teknik wawancara, konsultasi, Brainstorming atau Focus Group Discussion (FGD). Kriteria pemilihan pakar: (a) pengalaman yang kompeten pada bidang yang dikaji; (b) memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dalam bidang yang dikaji; dan (c) kredibilitas tinggi, bersedia, dan atau berada pada lokasi (Marimin, 2004). Data sekunder dikumpulkan secara desk study dari berbagai sumber, antara lain: BPS, Dinas/Instansi terkait, BMKG, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian di daerah serta publikasi ilmiah, seperti buku, jurnal, disertasi, dan laporan hasil penelitian. Data dan informasi yang dikumpulkan dipilah menurut dimensinya, secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.1.

5 61 Dimensi ekologi: Data primer: Tabel 4.1. Jenis data, cara pengumpulan dan sumber data Jenis Data Kualitas lahan, luas penguasaan lahan, status pemilikan lahan, konservasi lahan, kearifan lokal Data sekunder: Luas baku sawah, luas panen, IP padi, konversi lahan sawah, ketersediaan air, iklim, resiko (banjir, kekeringan, serangan OPT), pencetakan sawah baru. Dimensi ekonomi: Data primer: Produksi, produktivitas, biaya usaha tani, pendapatan onfarm, pendapatan non farm, pengeluaran rumah tangga setahun, cara penjualan hasil, sumber modal kerja, harga output Data sekunder: Produktivitas, produksi, biaya UT, NTP, PDRB, benih, penangkar, harga, pupuk dan obat-obatan, pengecer saprodi, harga gabah, HPS stock bulog, pasar, modal, kredit. Dimensi sosial: Data primer: Kondisi rumah tangga petani, pendidikan, jumlah keluarga, jumlah tanggungan, umur petani, kelembagaan, penerapan teknologi, penyuluhan Data sekunder: Penduduk, kelahiran, kematian, imigrasi, emigrasi, KK tani, anggota keluarga, tenaga kerja, kesempatan kerja, pengangguran, pendidikan, umur, tanggungan keluarga. Dimensi kebijakan dan kelembagaan: Data primer: Kelompok tani, kelembagaan penelitian, penyuluhan, perbankan, pasar, pelayanan saprodi, P3A, sistem bagi hasil, sistem upah. Cara Pengumpulan Data Contoh tanah, Pengamatan, Wawancara Desk study, konsultasi (data series) Wawancara, Konsultasi Desk study, konsultasi (data series) Pengamatan, Wawancara, Konsultasi Desk study, Konsultasi (data series) Wawancara, Konsultasi Sumber Data Lapangan, responden BPS, Dinas/ Instansi terkait, BMKG, Bappeda, PU, Laporan Responden (petani dan stakeholder). BPS, Dinas/ Instansi terkait, Bappeda, Bulog, Publikasi, Laporan Responden (petani dan stakeholders) BPS, Dinas/ Instansi terkait, Bappeda,Dinas Kependudukan Laporan, Publikasi Responden (petani dan stakeholders)

6 62 Tabel 4.1. Lanjutan Data sekunder: Jenis Data Kelembagaan petani, penelitian, penyuluhan, perbankan, pemasaran, penyediaan sarana produksi, pemakai air, peraturan dan perundangan/kebijakan yang berkaitan (RTRW, pertanahan, perizinan, subsidi). Dimensi teknolog dan infrastruktur: Data primer: Cara olah tanah, alsintan, varietas, kualitas, aplikasi pupuk dan obat-obatan, pemeliharaan, pasca panen, penerapan PTT, Pengendalian OPT, pengetahuan lokal (local knowladge) Data sekunder: Ketersediaan alat pengolah tanah, penyebaran varietas, tingkat aplikasi benih unggul bersertifikat, tingkat ketepatan aplikasi penggunaan pupuk dan obat-obatan, peralatan pasca panen yang tersedia, peralatan pengolahan hasil, kearifan lokal. Cara Pengumpulan Data Desk study, Konsultasi (data series) Wawancara, Konsultasi Desk study, Konsultasi (data series) Sumber Data Dinas/ Instansi terkait, Bappeda, Badan Pertanahan, Laporan, Publikasi Responden (petani dan stakeholders) Dinas/ Instansi terkait, Publikasi, Laporan 4.4. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama, analisis input-output usaha tani padi sawah untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan usaha tani padi pada berbagai tipologi lahan sawah. Tahap kedua, analisis optimasi usaha tani untuk memaksimumkan pendapatan dan meminimumkan biaya usaha tani dengan menggunakan persamaan matematika model Goal Programming atau program tujuan ganda (Siswanto, 2006). Penyelesaian masalah optimal usaha tani dengan model Goal Programming dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Linier, INteractive and Descrete Optimizer (LINDO) Release 6. Tahap ketiga, analisis kebutuhan hidup layak (KHL) petani untuk mengetahui jumlah pengeluaran rumah tangga petani untuk memenuhi kebutuhan minimal dalam satu tahun. Tahap keempat, analisis kapasitas produksi dan kebutuhan produksi padi pada tingkat agregasi provinsi (regional) untuk menentukan status kemandirian pangan saat ini. Tahap kelima, analisis indeks dan status keberlanjutan sistem produksi padi sawah, menggunakan teknik ordinasi Rap-Sisprodi (Rapid Appraisal for Sistem Produksi Padi),untuk

7 63 menentukan nilai indeks dan status keberlanjutan sistem produksi padi sawah saat ini (existing condition). Tahap keenam, analisis kebutuhan (need analysis) untuk mengidentifikasi kebutuhan setiap pelaku sistem (stakeholders). Tahap ketujuh, analisis prospektif untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan (faktor kunci) sistem produksi padi sawah sebagai dasar perumusan kebijakan (intervensi). Tahap kedelapan, penyusunan model dan alternatif skenario untuk penetapan luas lahan minimal untuk memenuhi KHL petani dan luas optimum usaha tani padi sawah mendukung kemandirian pangan berkelanjutan. Secara ringkas tahapan analisis untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, disajikan pada Gambar 4.2. Analisis input-output, KHL dan Lm Pendapatan, KHL petani, Lm Kapasitas Produksi dan Konsumsi Padi Basis Pengetahuan Data primer dan sekunder Kebijakan Pemerintah Pendapat Pakar Nilai Indeks, Status Keberlanjutan Atribut sensitif Analisis Keberlan jutan Studi Pustaka Pra Survey Pakar Survei Lapang Data hasil analisis Goal yang ingin dicapai Tujuan Penelitian Analisis Kebutuhan Stakeholder Formulasi Permasalahan Atribut Sensitif Hasil Analisis Keberlanjutan Analisis Prospektif Atribut Sensitif Hasil Analisis Kebutuhan Faktor-Faktor Kunci Sistem Produksi dan Permintaan Konsumsi Padi Analisis Sistem Dinamis Struktur Model dan Skenario Alternatif Sistem Produksi Padi dan Kebutuhan Konsumsi Padi Model Penetapan Luas Lahan Optimum Usaha Tani Padi Sawah Pada Wilayah Beriklim Kering Mendukung Kemandirian Pangan Berkelanjutan Validasi Model Tidak Gambar 4.2. Tahapan analisis untuk mencapai tujuan penelitian Ya Implementasi Model

8 64 Hubungan antara tujuan, peubah yang digunakan, metode analisis data dan output penelitian, secara ringkas disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Tujuan, peubah, metode analisis data dan output yang diharapkan Tujuan Peubah Analisis Data (1) Analisis pendapatan dan optimasi usaha tani padi sawah Luas lahan, produktivitas, produksi, biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja. Luas lahan, produktivitas, produksi, penggunaan pupuk, penggunaan tenaga kerja, keuntungan usaha tani berbagai tipologi lahan sawah. Analisis Pendapatan (Downey dan Erickson, 1985; Soekartawi, 1995) Model Goal Programming (Siswanto, 2006) dengan program LINDO Output yang diharapkan Pendapatan usaha tani Kelayakan usaha tani Peningkatan pendapatan dan efisiensi usaha tani (2) Analisis kebutuhan hidup layak petani Jumlah pengeluaran rumah tangga dalam satu tahun setara beras, harga beras, jumlah anggota rumah tangga Pengeluaran tahun -1 setara beras (Sajogjo, 1997; Sinukaban, 2007) Kebutuhan hidup layak petani (3) Analisis kapasitas produksi dan kebutuhan produksi padi mendukung kemandirian pangan (4) Penilaian indeks dan status keberlanjutan sistem produksi padi sawah Kapasitas produksi, meliputi: luas panen, IP padi, produktivitas, konversi lahan, kehilangan hasil akibat tercecer dan gagal panen, luas komoditas lain Kebutuhan produksi meliputi: kebutuhan konsumsi penduduk, agroindustri, stock/cadangan pemerintah, ekspor/transfer, kebutuhan benih, konversi, impor beras Data atau skor setiap atribut/faktor dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kebijakan-kelemba-gaan dan data dimensi teknologi-infrastruktur Analisis Deskriptif (Rachman et al., 2004), Powersim Constructor 2.5. Analisis ordinasi Rapfish yang dimodifikasi dengan metode Multidimentional Scaling (MDS) (Fauzi dan Anna, 2005) Kapasitas produksi padi sawah Kebutuhan produksi padi Derajat kemandirian pangan Nilai indeks dan status keberlanjutan multidimensi (existing condition) Atribut sensitif multidimensi

9 65 Tabel 4.2. Lanjutan Tujuan Peubah Analisis Data (5) Analisis kebutuhan (need analysis) (6) Penentuan faktorfaktor kunci keberlanjutan sistem produksi padi sawah (7) Penyusunan model dan alternatif skenario untuk penetapan luas lahan optimum usaha tani padi sawah mendukung kemandirian pangan berkelanjutan Atribut/faktor penting kebutuhan stakeholders Atribut sensitif multidimensi dari MDS dan kebutuhan stakeholders Faktor-faktor kunci hasil analisis prospektif Participatory Rural Appraisal (PRA) Analisis prospektif (Bourgeois and Jesus, 2004) Analisis sistem dinamis (Muhammadi et al., 2001) Powersim Constructor 2,5 Output yang diharapkan Atribut sensitif kebutuhan stakeholder Faktor-faktor kunci (driving dan leverage factors) Luas lahan minimal untuk memenuhi KHL petani Luas lahan optimum usaha tani padi sawah untuk kemandirian pangan berkelanjutan Analisis Pendapatan dan Optimasi Usaha Tani Padi Sawah Analisis pendapatan dan optimasi usaha tani dalam penelitian ini sangat penting dilakukan dalam konteks keterkaitannya untuk mengetahui tingkat pendapatan dan kelayakan usaha tani pada kondisi saat ini, kendala dan peluang peningkatannya. Analisis pendapatan usaha tani padi sawah dilakukan dengan menggunakan rumus (Downey dan Erickson, 1985), dengan persamaan: I = (Y. Py ) - (Xi. Pxi )...(1) Dimana: I = Pendapatan (Rp ha -1 tahun -1 ) Y = Output (yield) (kw ha -1 tahun -1 ) R = Penerimaan (revenue) (Rp ha -1 tahun -1 ) Py = Harga output (price yield) (Rp kw -1 ) Xi.PXi = Harga setiap jenis input ke i (i=1,2,3,...,n)(rp ha -1 tahun -1 ) Selanjutnya untuk menentukan kelayakan usaha tani digunakan analisis Return Cost Ratio atau R/C. Soekartawi (1995) menyatakan bahwa R/C ratio adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut : a R C.(2a)

10 66 R = Y.Py...(2b) C = FC + VC...(2c) Dimana : a = nilai perbandingan R = Penerimaan (revenue) (Rp ha -1 tahun -1 ) C = Biaya (cost) (Rp ha -1 tahun -1 ) Py = Harga output (price yield) (Rp kw -1 ) Y = Output (yield) (kw ha -1 tahun -11 ) FC = Biaya tetap (fixed cost) (Rp ha -1 tahun -1 ) VC = Biaya tidak tetap (variable cost) (Rp ha -1 tahun -1 ) Jika a >1, usaha tani menguntungkan (feasible), jika a <1, usaha tani tidak menguntungkan (infeasible) dan jika a = 1, dikatakan impas (break even point). Selanjutnya penyelesaian masalah optimasi hasil persamaan (1) dilakukan dengan menggunakan model Goal Programming. Model Goal Programming merupakan perluasan dari Linier Programming, sehingga seluruh asumsi, notasi, formulasi model matematis, prosedur perumusan model dan penyelesaiannya sama dengan Linier Programming. Perbedaannya hanya terletak pada kehadiran sepasang variabel yang menampung penyimpangan yang disebut variabel deviasional. Oleh karena itu penyelesaian optimal dalam kasus ini diawali dengan penyelesaian model Linier Programming. Model pemrograman linier mempunyai 3 unsur utama, yaitu (1) variabel keputusan, (2) fungsi tujuan dan (3) fungsi kendala (Siswanto, 2006). Variabel keputusan adalah variabel yang berpengaruh terhadap nilai tujuan yang hendak dicapai. Fungsi tujuan adalah tujuan yang hendak dicapai yang diwujudkan ke dalam sebuah fungsi matematika linier, apakah fungsi tersebut dimaksimumkan atau diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada. Sedangkan kendala adalah fungsi matematika yang mengendalikan variabel keputusan, yang terdiri atas kendala pembatas dengan notasi (<), kendala syarat (>) dan kendala keharusan (=). Permasalahan yang ingin diselesaikan dalam penelitian adalah bagaimana memaksimumkan keuntungan pada pengelolaan usaha tani padi sawah dengan karakteristik sosial ekonomi yang berbeda. Dalam hal ini seluruh petani responden dikelompokkan ke dalam tiga kelompok pengelolaan. Kriteria pengelompokan didasarkan atas karakteristik sosial ekonomi petani responden dalam pengelolaan usaha tani padi sawah di NTB. Diduga perbedaan karakteristik sosial ekonomi tersebut mempengaruhi aktivitas usaha tani padi sawah yang dilakukan. Ke tiga kelompok pengelolaan tersebut adalah kelompok pengelolaan usaha tani padi sawah di Kabupaten Lombok Tengah mewakili karakteristik sosial ekonomi petani se Pulau Lombok (X 1 ), kelompok pengelolaan

11 67 usaha tani padi sawah di Kabupaten Sumbawa Barat mewakili karakteristik sosial ekonomi petani Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat (X 2 ) dan kelompok pengelolaan usaha tani padi sawah di Kabupaten Bima mewakili karakteristik sosial ekonomi petani di wilayah Kabupaten Dompu, Bima dan Kota Bima (X 3 ). Dalam penelitian ini, fungsi tujuan adalah memaksimumkan pendapatan usaha tani padi sawah terhadap pengelolaan X 1, X 2 dan X 3. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat lima kendala pembatas, yaitu kendala produktivitas (a 1 ), nilai penerimaan usaha tani (a 2 ), biaya tenaga kerja (a 3 ), biaya sarana produksi (a 4 ) dan total biaya usaha tani (a 5 ). Ukuran performansi kritis terhadap permasalahan tersebut adalah: produktivitas dan nilai penerimaan dimaksimalkan, sedangkan biaya tenaga kerja, biaya sarana produksi dan total biaya usaha tani diminimalkan. Formulasi model matematis fungsi tujuan disertai fungsi kendala tersebut, sebagai berikut: Fungsi tujuan: Max n j 1 C j X j... (3) Fungsi kendala: n a ij X j j 1 b n i, a ij X j bi j 1 a 11 X 1 + a 12 X 2 + a 13 X 3 b 1 a 21 X 1 + a 22 X 2 + a 23 X 3 b 2 a 31 X 1 + a 32 X 2 + a 33 X 3 b 3 a 41 X 1 + a 42 X 2 + a 43 X 3 b 4 a 51 X 1 + a 52 X 2 + a 53 X 3 b 5 X 1, X 2, X 3 0 Dimana:, atau: C j = Pendapatan usaha tani padi sawah di lokasi ke-j (Rp ha -1 tahun -1 ) a 1j = Produktivitas padi sawah pada lokasi ke-j (kw ha -1 ) a 2j = Nilai penerimaan usaha tani padi sawah pada lokasi ke-j (Rp ha -1 tahun -1 ) a 3j = Biaya tenaga kerja pada lokasi ke-j (Rp ha -1 tahun -1 ) a 4j = Biaya sarana produksi pada lokasi ke-j (Rp ha -1 tahun -1 ) a 5j = Total biaya usaha tani pada lokasi ke-j (Rp ha -1 tahun -1 ) b 1 = Sasaran pembatas dari kendala ke-1 b 2 = Sasaran pembatas dari kendala ke-2 b 3 = Sasaran pembatas dari kendala ke-3 = Sasaran pembatas dari kendala ke-4 b 4 b 5 X j = Sasaran pembatas dari kendala ke-5 = Pengelolaan/aktivitas usaha tani padi sawah (pengolahan tanah, persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan,

12 68 i j pemeliharaan, panen dan pasca panen) di lokasi ke-j = 1,2,...,5 (kendala sasaran) = 1,2,3 (lokasi: Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Bima) Penyelesaian masalah optimal dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer program Linier, INteractive, and Dercrete Optimizer (LINDO) Release 6 (Siswanto, 2006). Output atau hasil olahan program LINDO pada dasarnya dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama adalah penyelesaian optimal (optimal solution) dan bagian kedua adalah sensitivitas (sensitivity analysis). Penyelesaian optimal pada bagian pertama hasil olahan LINDO memuat lima macam informasi, yaitu informasi nilai fungsi tujuan (objective function value), nilai optimal variabel keputusan (value), sensitivitas a j bila X j = 0 (reduced cost), variabel kekurangan atau kelebihan kapasitas (slack or surplus variable) dan kendala aktif atau pasif (dual prices) dari X j. Penyelesaian optimasi di dalam model Goal Programming (program tujuan ganda) dilakukan dengan menghadirkan sepasang variabel deviasi yang berfungsi menampung penyimpangan yang dinamakan variabel deviasional. Penyimpangan atau deviasi yang akan terjadi pada nilai ruas kiri persamaan kendala (current side) sedapat mungkin mendekati nilai ruas kanannya atau righthand side (RHS), sehingga variabel deviasional tersebut harus diminimumkan di dalam fungsi tujuan. Pemanipulasian model pemrograman linier ke dalam model Goal Programming akan mengubah makna kendala fungsional. Bila pada model pemrograman linier kendala-kendala fungsional menjadi pembatas bagi usaha pemaksimuman atau peminimuman fungsi tujuan, maka pada model Goal Programming kendala-kendala itu merupakan sarana untuk mewujudkan sasaran yang hendak dicapai. Sasaran-sasaran dalam hal ini dinyatakan sebagai nilai konstan pada RHS (b ij ). Mewujudkan suatu sasaran dengan demikian berarti mengusahakan agar nilai ruas kiri suatu persamaan kendala sama dengan RHS. (a ij = b ij ) Itulah sebabnya kendala-kendala dalam model Goal Programming selalu berupa persamaan dan dinamakan kendala sasaran. Disamping itu keberadaan sebuah kendala sasaran selalu ditandai oleh kehadiran variabel deviasional sehingga setiap kendala sasaran pasti memiliki variabel deviasional. Dalam model goal programming perlu dirumuskan kendala sasaran. Ada 3 macam sasaran yang perlu ditentukan, yaitu sasaran dengan prioritas yang sama, sasaran dengan prioritas yang berbeda dan sasaran dengan prioritas dan bobot yang berbeda. Dalam penelitian ini sasaran yang ditentukan mempunyai

13 69 prioritas yang sama, yaitu (1) memaksimumkan pendapatan, produktivitas dan nilai penerimaan usaha tani dan (2) minimumkan biaya tenaga kerja, biaya sarana produksi dan total biaya usaha tani. Variabel deviasional sesuai dengan fungsinya menampung deviasi hasil terhadap sasaran-sasaran yang dikehendaki, yang dibedakan atas: (1) variabel untuk menampung deviasi yang berada di bawah sasaran yang dikehendaki (deviasi negatif) dengan notasi DB dan (2) variabel untuk menampung deviasi yang berada di atas sasaran yang dikehendaki (deviasi positif) dengan notasi DA. Jika DAi > 0 maka DBi = 0; dan jika DAi = 0 maka DBi > 0. Jika DAi > 0 maka terjadi penyimpangan di atas nilai bi dan ini berarti sasaran terlampui; sebaliknya jika DBi > 0, maka terjadi penyimpangan di bawah nilai bi dan dikatakan bahwa sasaran tidak tercapai. Oleh karena itu DAi dan DBi harus diminimumkan di dalam fungsi tujuan. Dalam penelitian ini, fungsi tujuan adalah meminimumkan penyimpangan hasil terhadap sasaran-sasaran yang dikehendaki dalam sistem usaha tani padi sawah pada pengelolaan X 1, X 2 dan X 3. Untuk mencapai tujuan tersebut ditentukan enam kendala sasaran, yaitu pendapatan usaha tani (a 1 ), produktivitas (a 2 ), nilai penerimaan usaha tani (a 3 ), biaya tenaga kerja (a 4 ), biaya sarana produksi (a 5 ) dan total biaya usaha tani (a 6 ). Formulasi matematis model Goal Programming sebagai berikut: Fungsi tujuan: Min m i 1 DA i DBi Fungsi kendala:..(4) a 11 X 1 + a 12 X 2 + a 13 X 3 + DA 11 +DA 12 +DA 13 -DB 11 -DB 12 -DB 13 = b 1 a 21 X 1 + a 22 X 2 + a 23 X 3 + DA 21 +DA 22 +DA 23 -DB 21 -DB 22 -DB 23 = b 2 a 31 X 1 + a 32 X 2 + a 33 X 3 + DA 31 +DA 32 +DA 33 -DB 31 -DB 32 -DB 33 = b 3 a 41 X 1 + a 42 X 2 + a 43 X 3 + DA 41 +DA 42 +DA 43 -DB 41 -DB 42 -DB 43 = b 4 a 51 X 1 + a 52 X 2 + a 53 X 3 + DA 51 +DA 52 +DA 53 -DB 51 -DB 52 -DB 53 = b 5 a 61 X 1 + a 62 X 2 + a 63 X 3 + DA 61 +DA 62 +DA 63 -DB 61 -DB 62 -DB 63 = b 6 X 1, X 2, X 3, DAi dan DBi 0, untuk i = 1,...,6. Dimana: a 1j = Pendapatan usaha tani padi sawah pada lokasi ke-j (Rp ha -1 tahun -1 ) a 2j = Produktivitas padi sawah pada lokasi ke-j (kw ha -1 ) a 3j = Nilai penerimaan usaha tani padi sawah pada lokasi ke-j (Rp ha -1 tahun -1 ) a 4j = Biaya tenaga kerja pada lokasi ke-j (Rp ha -1 tahun -1 ) a 5j = Biaya sarana produksi pada lokasi ke-j (Rp ha -1 tahun -1 ) a 6j = Total biaya usaha tani pada lokasi ke-j (Rp ha -1 tahun -1 )

14 70 DB = Deviasi yang berada di bawah sasaran atau deviasi negatif (Rp ha -1 tahun -1 ) DA = Deviasi yang berada di atas sasaran atau deviasi positif (Rp ha -1 tahun -1 ) b 1 = Pendapatan yang dipersyaratkan pada kendala ke-1 b 2 = Produktivitas yang dipersyaratkan pada kendala ke-2 b 3 = Nilai penerimaan yang dipersyaratkan pada kendala ke-3 b 4 = Biaya tenaga kerja yang dipersyaratkan pada kendala ke-4 = Biaya sarana produksi yang dipersyaratkan pada kendala ke-5 b 5 b 6 X j i j = Total biaya usaha tani yang dipersyaratkan pada kendala ke-6 = Aktivitas/pengelolaan usaha tani padi sawah (pengolahan tanah, persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemeliharaan, panen dan pasca panen) di lokasi ke-j = 1,2,...,6 (jumlah kendala sasaran) = 1,2,3 (lokasi: Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Bima) Analisis Kebutuhan Hidup Layak Petani Keluarga tani dinyatakan hidup layak jika telah memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL) meliputi pangan, papan, pakaian, pendidikan, kesehatan, rekreasi, kegiatan sosial dan tabungan. Sajogjo (1997) membagi kemiskinan menjadi tiga kelompok berdasarkan pengeluaran kapita -1 tahun -1 setara dengan nilai tukar beras, berturut-turut untuk wilayah perdesaan dan perkotaan adalah: (1) miskin setara dengan 320 kg dan 480 kg, (2) sangat miskin setara dengan 240 kg dan 360 kg, dan (3) melarat setara dengan 180 kg dan 270 kg. Menurut Sinukaban (2007), jumlah pendapatan bersih yang harus diperoleh keluarga tani untuk dapat hidup layak minimal setara dengan 320 kg beras tahun -1 x harga beras (Rp. kg -1 ) x jumlah anggota rumah tangga x 250%. Kebutuhan fisik minimal (KFM) dihitung 100%, kebutuhan kesehatan dan rekreasi (50%); kebutuhan pendidikan (50%), dan kebutuhan sosial, asuransi, dan lain-lain (50%). Hasil perhitungan tersebut dapat dihubungkan dengan berbagai indikator garis kemiskinan (poverty line) berdasarkan standar Bank Dunia US$ 1 atau US$ 2 kapita -1 hari -1 dan standar yang digunakan oleh BPS sebesar US$ 1,5 kapita -1 hari -1 atau berdasarkan pengeluaran kapita -1 bulan -1 pada wilayah perdesaan di setiap provinsi (BPS, 2010) Analisis Kapasitas Produksi dan Kebutuhan Produksi Padi Analisis kapasitas produksi padi sawah dan kebutuhan produksi padi dilakukan dengan metode deskriptif. Kapasitas produksi diproyeksikan dari luas baku sawah, produktivitas padi ha -1 dan indeks pertanaman padi (IP) (Badan Litbang Pertanian, 2005a). Kebutuhan produksi padi diproyeksikan dari jumlah

15 71 penduduk, konsumsi kapita -1 tahun -1, kebutuhan agroindustri, jumlah stock/ cadangan pemerintah, kebutuhan benih padi dan jumlah ekspor atau transfer. Konsumsi beras penduduk Indonesia rata-rata 139,15 kg kapita -1 tahun -1 (Firdaus et al., 2008, Nainggolan, 2008). Kebutuhan agroindustri sebesar 23,5% kapita -1 tahun -1, cadangan pemerintah sebesar 10% dari total kebutuhan (Badan Litbang Pertanian 2005a). Konversi gabah kering giling (GKG) ke beras rata-rata 60% (Badan Litbang Pertanian, 2005b, Tjahjohutomo et al., 2004). Kemandirian pangan dapat diukur dari besarnya ketersediaan pangan dari produksi domestik. Dalam UU No. 41 Tahun 2009 dinyatakan bahwa kemandirian pangan adalah kemampuan produksi pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumbersumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal. Secara matematis pengukuran kemandirian pangan dilakukan dengan menggunakan perhitungan Rachman et al. (2004), yang penyelesaiannya menggunakan program Powersim 2.5 sebagai berikut: RFA = CDPF + IMP + TRF + STK. (5a) CDPF = GDPF BIT TCR..(5b) KKPPD = CDPF/RFA * 100%...(5c) Dimana: RFA = Ketersediaan pangan regional CDPF = Produksi pangan domestik yang dapat dikonsumsi IMP = Impor pangan TRF = Transfer STK = Stok/cadangan pangan pemerintah GDPF = Produksi (kotor) pangan domestik BIT = Penggunaan produksi untuk bibit TCR = Susut dan tercecer KKPPD = Ketergantungan pangan terhadap produksi domestik Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Multidimensi Sistem Produksi Padi Sawah Analisis indeks dan status keberlanjutan (existing condition) multidimensi sistem produksi padi sawah dilakukan dengan teknik ordinasi Rap-Sisprodi, yaitu modifikasi Rapfish. Teknik ordinasi Rapfish yaitu menentukan sesuatu pada urutan yang terukur dengan metode Multidimensional Scaling (MDS). MDS, selain merupakan salah satu metode multivariate yang dapat menangani data

16 72 metrik (skala ordinal maupun nominal), juga merupakan teknik statistik yang mencoba melakukan transformasi multi dimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah (Fauzi dan Anna, 2005). Analisis ordinasi Rap-Sisprodi dilakukan melalui tahapan: (1) penentuan atribut; (2) penilaian setiap atribut dalam skala ordinal (Rap Scores) berdasarkan kriteria keberlanjutan multidimensi; (3) analisis ordinasi (Rap Analysis) untuk menentukan ordinasi dan nilai stress; (4) penyusunan indeks dan status keberlanjutan sistem multidimensi maupun setiap dimensi (Distances); (5) analisis sensitivitas (Leverage Analysis) untuk melihat atribut atau peubah yang sensitif berpengaruh. Atribut yang sensitif memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan multidimensi yang dapat dilihat dalam bentuk perubahan Root Mean Square (RMS), khususnya pada sumbu X (skala sustainabilitas). Semakin besar nilai perubahan RMS semakin besar peranan atribut tersebut atau semakin sensitif dalam pembentukan nilai keberlanjutan, dan (6) evaluasi pengaruh galat (Error) acak dengan menggunakan analisis Monte Carlo untuk mengetahui: (a) pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut, (b) pengaruh variasi pemberian skor, (c) stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, (d) kesalahan pemasukan atau hilangnya data (missing data), dan (e) nilai stress. Setiap dimensi diwakili oleh atribut atau peubah keberlanjutan. Indikator keberlanjutan sistem yang dikaji pada setiap dimensi diturunkan dari gabungan antara konsep pertanian berkelanjutan yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Smith dan Mc Donald (1998), Chen (2000), FAO (2005), Dale and Beyeler (2001), Blakeney (1996) serta konsep ketahanan pangan dari Saad (1999). Atribut setiap dimensi dan kriteria baik atau buruk mengikuti konsep yang digunakan Fisheries Com (1999) dan Fisheries Center (2002) serta pendapat dari para pakar/stakeholder terkait. Nilai indeks dan status keberlanjutan dikelompokkan ke dalam 4 kategori, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Nilai indeks dan kategori keberlanjutan Nilai Indeks Kategori Keberlanjutan 00,00 25,00 Buruk; Tidak Berkelanjutan 25,01 50,00 Kurang; Kurang Berkelanjutan 50,01 75,00 Cukup; Cukup Berkelanjutan 75,01 100,00 Baik; Sangat Berkelanjutan Setiap atribut diperkirakan skornya, yaitu skor 3 untuk kondisi baik (good), 0 berarti buruk (bad) dan di antara 0-3 untuk keadaan di antara baik dan buruk.

17 73 Skor definitifnya adalah nilai modus, yang dianalisis untuk menentukan titik-titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan relatif terhadap titik baik dan buruk dengan teknik ordinasi statistik MDS. Skor perkiraan setiap dimensi dinyatakan dengan skala terburuk (bad) 0% sampai yang terbaik (good) 100%. Nilai indeks >50% dapat dinyatakan bahwa sistem yang dikaji telah berkelanjutan, sebaliknya <50% sistem tersebut belum atau tidak berkelanjutan Pada ruang atribut dua dimensi ini, sumbu X mewakili derajat keberlanjutan dari buruk sampai baik, sedangkan dimensi lainnya yaitu sumbu Y mewakili faktor-faktor lainnya. Perbandingan keberlanjutan antar dimensi dilakukan dan divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang (kite diagram). Pendekatan MDS memberikan hasil yang stabil (Pitcher and Preikshot, 2001) dibandingkan dengan metoda multivariate analysis yang lain, seperti Factor Analysis. Dalam MDS, dua titik atau obyek yang sama dipetakan dalam satu titik yang saling berdekatan. Sebaliknya obyek atau titik yang tidak sama digambarkan dengan titik-titik yang berjauhan. Teknik ordinasi atau penentuan jarak di dalam MDS didasarkan pada Euclidian Distances yang dalam ruang berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut: d 2 x1 x 2 y1 y 2 z1 z 2... dimana : d : distance (jarak antar titik euclidian) x 1 - x 2 : selisih nilai atribut (x) y 1 - y 2 : selisih nilai atribut (y) z 1 - z 2 : selisih nilai atribut (z) (6) Konfigurasi atau ordinasi dari suatu obyek atau titik di dalam MDS kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidian (d ij ) dari titik i ke titik j dengan titik asal (σ ij ) sebagaimana persamaan berikut: d ij ij dimana : d ij : jarak euclidian dari titik i ke titik j α : konstanta β : koefisien regresi σ ij : nilai euclidian dari titik i ke titik j ε : Standar error..(7) Teknik yang digunakan untuk meregresikan persamaan di atas adalah Algoritma ALSCAL (Alder et al., 2000 dalam Fauzi dan Anna, 2005), merupakan metode yang paling sesuai untuk Rapfish dan mudah tersedia pada hampir setiap software statistika (SPSS dan SAS). Metode ALSCAL mengoptimisasi

18 74 jarak kuadrat (square distance = d ijk ) terhadap data kuadrat (titik asal = o ijk ), yang dalam tiga dimensi (i, j, k) ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut: s d ijk o m ijk 1 i j.(8) 4 m k 1 o ijk i j dimana : s : nilai stress m : banyaknya atribut d ijk : jarak euclidian dalam dimensi ke i, j, k : nilai titik asal pada dimensi ke i, j, k o ijk Dimana jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian yang dibobot atau ditulis: d 2 k r a 1 w ka x x 2 ia ja... (9) dimana : 2 d k : jarak kuadrat euclidian dari titik i ke titik j dari masing-masing dimensi (k) w ka : jumlah titik yang masuk dalam wilayah pada dimensi (k) dari level ke a x ia : nilai titik (x) pada level ke a dari atribut ke i : nilai titik (x) pada level ke a dari atribut ke j x ja a k : level 1,2,...,r : dimensi 1,2,...,5 (dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kebijakankelembagaan dan teknologi-infrastruktur) Goodness of fit dalam MDS tercermin dari besaran nilai S-Stress (S) dan koefisien determinasi (R 2 ). Nilai S yang rendah menunjukkan goodness of fit, sedangkan nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Model yang baik apabila nilai S < 0,25 dan nilai R 2 > 80% atau mendekati satu (Malhotra, 2006) Analisis Prospektif Analisis prospektif merupakan salah satu analisis yang banyak digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan berupa skenario strategis yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam, industri ataupun masalah lainnya untuk mencapai kondisi yang efektif dan efisien di masa yang akan datang (Bourgeois, 2007). Analisis prospektif dapat digunakan sebagai alat untuk mengekplorasi dan mengantisipasi melalui skenario, dapat juga sebagai alat normatif yang merupakan pendekatan berorientasi tindakan yang dimulai dari visi terpilih mengenai masa depan dan menentukan jalur untuk mencapainya. Analisis prospektif tidak berfokus pada optimasi solusi, tetapi pada penyediaan berbagai

19 75 macam pilihan dan tujuan bagi para pembuat keputusan dan turut merancang serangkaian alternatif ketimbang memilih alternatif terbaik. Dalam penelitian ini, analisis prospektif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan (faktor kunci) dengan melihat pengaruh langsung antar faktor terhadap sistem atau obyek penelitian. Analisis prospektif dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pertama, penentuan faktor-faktor kunci pada kondisi saat ini (existing condition) dari hasil analisis MDS; tahap kedua, penentuan faktor-faktor kunci hasil analisis kebutuhan (need analysis) dari stakeholder; tahap ketiga, penentuan faktor-faktor kunci dari hasil analisis gabungan antara hasil analisis tahap pertama dan kedua atau gabungan antara existing condition dan need analysis. Hasil akhir dari analisis prospektif adalah faktor dan sebarannya dalam suatu diagram yang terbagi dalam empat kuadran yang menggambarkan tingkat pengaruh dan ketergantungan dari setiap faktor yang dianalisis terhadap sistem produksi padi sawah. Faktor-faktor pada setiap kuadran mempunyai karakteristik yang berbeda dan dapat di adjust untuk memperoleh skenario strategis (Bourgeois and Jesus, 2004). Faktor pada kuadran pertama disebut faktor penentu atau penggerak (driving variables). Faktor-faktor ini mempunyai pengaruh kuat namun ketergantungannya kurang kuat, sehingga termasuk ke dalam kategori faktor paling kuat dalam sistem yang dikaji. Kuadran dua berisi faktor-faktor yang disebut sebagai faktor penghubung (leverage variables), yaitu faktor yang menunjukkan pengaruh dan ketergantungan yang kuat antar faktor, sehingga faktor-faktor dalam kuadran ini sebagian dianggap sebagai faktor atau peubah yang kuat. Faktor-faktor pada kuadran tiga disebut sebagai faktor terikat (output variables), yaitu faktor yang mewakili output, dimana pengaruhnya kecil tetapi ketergantungannya tinggi. Kuadran empat bersisi faktor-faktor yang disebut faktor bebas (marginal variables), yaitu faktor yang pengaruh maupun tingkat ketergantungannya rendah, sehingga dalam sistem bersifat bebas. Tahapan berikutnya dari analisis prospektif adalah analisis morfologis yang bertujuan memperoleh domain kemungkinan masa depan agar skenario strategis yang dibuat konsisten, relevan dan terpercaya. Tahapan ini dilakukan dengan mendifinisikan beberapa keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dari semua faktor kunci yang diperoleh dari hasil analisis prospektif. Keadaan yang mungkin terjadi di masa mendatang dari setiap faktor kunci dalam penelitian ini

20 76 didifinisikan dalam tiga kelompok (cluster) menurut peluang terjadinya keadaan di masa yang akan datang, yaitu cluster A, B dan C. Cluster A, mendifinisikan keadaan tidak berubah (tetap) atau keadaan berubah mengikuti kecenderungan (trend) yang terjadi saat ini. Cluster ini memiliki peluang cukup besar terjadinya dalam jangka pendek, tetapi hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh selama ini. Cluster ini kurang tepat digunakan untuk perencanaan jangka menengah dan panjang. Cluster B mendifinisikan perubahan yang cukup berarti ke arah yang lebih baik dari kondisi saat ini. Peluang terjadinya tidak terlalu besar pada jangka pendek tetapi cukup besar dalam jangka menengah (3-5 tahun). Cluster ini perlu dimodifikasi apabila digunakan untuk perencanaan jangka panjang. Cluster C mendifinisikan perubahan yang mendasar untuk mencapai kondisi yang paling optimal dalam jangka panjang. Cluster ini memiliki peluang yang cukup besar mencapai target apabila ditunjang oleh perencanaan jangka pendek dan menengah yang konsisten. Dalam analisis konsistensi juga diidentifikasi saling ketidaksesuaian di antara keadaan-keadaan (cluster) dari faktor-faktor kunci (mutual incompatibility identification). Tahapan ini dilakukan dengan cara mencantumkan keadaankeadaan yang tidak dapat atau sangat tidak mungkin terjadi secara bersamaan yang akan menghasilkan kombinasi yang tidak sesuai. Apabila faktor-faktor kunci beserta clusternya dihubungkan satu dengan yang lain, maka terdapat faktorfaktor dengan clusternya tidak dapat berjalan secara bersamaan atau tidak bisa dikombinasikan dalam satu skenario. Sebagai contoh, apabila laju konversi lahan tetap seperti saat ini, dan potensi lahan sawah sudah tidak tersedia, maka luas baku sawah tidak mungkin dapat ditingkatkan. Demikian pula apabila tingkat pendapatan petani dan kondisi jaringan irigasi tetap seperti saat ini, maka peluang untuk meningkatkan IP padi sangat kecil, dan seterusnya Penyusunan Model Untuk Penetapan Luas Lahan Optimum Usaha Tani Padi Sawah Penetapan luas lahan optimum usaha tani padi sawah dalam penelitian ini dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu (1) estimasi kebutuhan lahan minimal dengan pendekatan pengeluaran KHL petani, dan (2) penetapan luas lahan optimum usaha tani padi sawah dengan pendekatan sistem dinamis.

21 Penetapan Luas Lahan Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran Jumlah pengeluaran petani untuk memenuhi KHL minimalnya dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan lahan minimal (Lm) guna memenuhi KHL petani yang dapat didekati dengan rumus Monde (2008), yaitu: Lm = KHL / Pb...(10) Dimana: Lm = luas lahan minimal (ha) KHL = kebutuhan hidup layak petani (Rp. KK -1 tahun -1 ) Pb = pendapatan bersih usaha tani (Rp. ha -1 tahun -1 ) Penetapan Luas Lahan Berdasarkan Model Sistem Dinamis Penyusunan model dilakukan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciriciri sistem sebagai titik tolak analisis (Marimin, 2004). Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pada prinsipnya metodologi sistem menurut Marimin (2004), melalui enam tahapan analisis, yaitu: analisis kebutuhan, identifikasi sistem, formulasi masalah, pembentukan alternatif sistem, diterminasi dari realisasi fisik, sosial politik dan penetapan kelayakan ekonomi dan keuangan. Menurut Manetch dan Park (1977) dalam Hartrisari (2007), tahapan pendekatan sistem dimulai dari analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, pemodelan, verifikasi dan validasi serta implementasi sistem. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem (Eriyatno, 1999, Hartrisari, 2007). Pada tahap ini diidentifikasi kebutuhankebutuhan dari masing-masing pelaku sistem (stakeholders). Setiap pelaku memiliki kebutuhan yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kinerja sistem. Pelaku mengharapkan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika mekanisme sistem dijalankan. Bila pelaku merasa bahwa mekanisme sistem tidak dapat mengakomodasi kebutuhannya, maka pelaku sebagai komponen sistem tidak akan menjalankan fungsinya secara optimal sehingga mengakibatkan kinerja sistem terganggu.

22 78 Langkah awal dalam analisis kebutuhan adalah mendata stakeholder yang terkait dalam sistem yang dikaji. Dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 17 stakeholders kunci mewakili profesi petani, buruh tani, penyuluh, perangkat desa, pedagang sarana produksi, dinas instansi terkait, peneliti, klimatologi, PU, Bulog, kependudukan, pertanahan, konsumen dan pakar. Setelah stakeholders teridentifikasi, kemudian dianalisis kebutuhan masing-masing dengan teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) dan wawancara dengan pakar. Teknik PRA adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan/kebijakan secara nyata (Chambers, 1996). Formulasi Masalah Adanya keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda di antara peran stakeholder, akan menimbulkan konflik dalam sistem. Secara umum kebutuhan yang saling kontradiktif dapat dikenali berdasarkan dua hal, yaitu kelangkaan sumberdaya (lack of resources) dan perbedaan kepentingan (conflict of interest). Kebutuhan-kebutuhan yang sinergis bagi semua pelaku sistem tidak akan menimbulkan permasalahan untuk pencapaian tujuan, karena semua pelaku menginginkan hal yang sama. Identifikasi Sistem Sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu (Hartrisari, 2007). Identifikasi sistem mencoba memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem. Hal ini dimaksudkan untuk mengenali hubungan antara pernyataan kebutuhan dengan pernyataan masalah yang harus diselesaikan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menyusun diagram lingkar sebab-akibat (causal loop diagram) atau diagram input output (black box diagram). Diagram lingkar sebab akibat menggambarkan hubungan antar elemen yang terkait dalam sistem yang dikaji, sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan sifat dinamik antar elemen. Hubungan antar elemen yang terkait dalam model sistem produksi padi sawah, terlihat pada Gambar 4.3.

23 79 Gambar 4.3. Diagram lingkar sebab akibat sub model sistem produksi padi Hubungan antar elemen yang terkait dalam model sistem permintaan konsumsi beras, ditunjukkan pada Gambar 4.4. Gambar 4.4. Diagram lingkar sebab akibat sub model konsumsi beras

24 80 Diagram (Gambar 4.3 dan 4.4) sangat berguna untuk: (1) secara cepat memberikan gambaran sifat dinamik dari sistem yang dikaji, (2) memberikan dasar untuk pembentukan persamaan pada model, dan (3) mengidentifikasi faktor-faktor penting dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Diagram input output menggambarkan hubungan antara output yang akan dihasilkan dengan input berdasarkan tahapan analisis kebutuhan dan formulasi permasalahan. Diagram input output sering disebut diagram kotak gelap (black box), karena diagram ini tidak menjelaskan bagaimana proses yang akan dialami input menjadi output yang diinginkan. Diagram input output model penetapan luas lahan optimum usaha tani padi sawah pada wilayah beriklim kering mendukung kemandirian pangan berkelanjutan di NTB, ditunjukkan Gambar 4.5. Input Tak Terkendali (Uncontroled Input) Jumlah penduduk Kondisi lahan Kondisi iklim Serangan organisme pengganggu tanaman Konsumsi beras kapita -1 Input Lingkungan (Environment Input) Kebijakan pemerintah Kondisi perdagangan pangan domestik dan global Output Yang Diharapkan (Desired Output) Produksi padi mencukupi kebutuhan konsumsi Pendapatan petani meningkat Kapasitas produksi padi optimal dan berkelanjutan Model Penetapan Luas Lahan Optimum Usaha Tani Padi Sawah Pada Wilayah Beriklim Kering Mendukung Kemandirian Pangan Berkelanjutan Input Terkendali (Controled Input) Luas lahan sawah Indeks pertanaman padi Perluasan areal sawah Penerapan teknologi sistem produksi padi Pertumbuhan penduduk Jaringan irigasi Umpan Balik (Feedback) Pengelolaan lahan berkelanjutan Pengendalian konversi lahan Pengendalian penduduk Penurunan konsumsi beras Diversifikasi pangan lokal Output Tak Diharapkan (Undesired Output) Degradasi lahan Konversi lahan sawah Konflik penggunaan lahan Defisit pangan Gambar 4.5. Diagram input output model yang dikaji Input merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja sistem yang dapat digolongkan ke dalam input langsung dan tidak langsung. Input langsung adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sistem secara langsung, yang terdiri atas input terkendali dan tidak terkendali. Input terkendali (controled input) adalah input yang secara langsung mempengaruhi kinerja sistem dan bersifat dapat dikendalikan (luas sawah, IP padi sawah, perluasan areal, teknologi, pertumbuhan penduduk, infrastruktur irigasi). Input tak terkendali (uncontroled

25 81 input) merupakan input yang diperlukan agar sistem dapat berfungsi dengan baik namun tidak dapat dikendalikan atau berada di luar kendali kerja sistem. Input tidak langsung merupakan elemen-elemen yang mempengaruhi sistem secara tidak langsung dalam mencapai tujuan. Input ini biasanya berada di luar batasan sistem, sehingga sering disebut sebagai input lingkungan (environment input) Output merupakan tujuan kajian sistem, yang dapat dikategorikan sebagai output yang diinginkan (desired output) dan yang tidak diinginkan (undesired output). Output yang diharapkan dari model yang dibangun adalah diperolehnya produksi padi untuk mencukupi kebutuhan pangan secara berkelanjutan. Output yang tidak diinginkan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan kadangkadang diidentifikasi sebagai pengaruh negatif bagi kinerja sistem. Para perencana perlu mengenali mekanisme proses yang terjadi dalam sistem agar dapat meminimumkan output yang tidak diharapkan. Perkiraan output yang tidak diharapkan seperti terjadinya degradasi lahan, konversi lahan sawah, konflik pemanfaatan lahan dan defisit pangan perlu ditindaklanjuti melalui umpan balik (feedback). Dalam hubungan ini input harus dimodifikasi intervensinya yang lebih tepat agar menghasilkan output yang diinginkan. Batas sistem (system boundary) merupakan pembatas dari sistem yang dikaji. Variabel-variabel di luar batas sistem tidak akan diperhatikan dalam model. Dalam permodelan, beberapa variabel yang berada di luar sistem dapat mempengaruhi kinerja sistem, sehingga dapat dipertimbangkan/dimasukkan sebagai variabel model. Pemodelan Sistem Pemodelan sistem merupakan perumusan masalah ke dalam bentuk matematis yang dapat mewakili sistem nyata. Formulasi model menghubungkan faktor-faktor kunci yang diperoleh dalam bentuk kontekstual dengan bahasa simbolis. Formulasi model dalam penelitian ini, terdiri atas struktur model sistem produksi padi dan struktur model kebutuhan konsumsi beras. Struktur model sistem produksi padi adalah struktur model yang menggambarkan hubungan antar elemen/faktor kunci yang berpengaruh terhadap kapasitas produksi padi untuk mencapai tingkat produksi padi. Sedangkan struktur model kebutuhan konsumsi adalah struktur model yang menggambarkan hubungan antar elemen/faktor kunci yang berpengaruh terhadap permintaan konsumsi padi. Kedua struktur model tersebut divisualisasikan pada Gambar 4.6 dan 4.7.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 89 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keragaan Usaha Tani Padi Sawah Data yang diperoleh dari hasil survei mendalam (in-depth interview) usaha tani padi pada tiga tipologi lahan sawah pada tiga lokasi penelitian,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sulawesi Selatan mulai bulan Februari 2011 hingga Oktober 2011. Lokasi penelitian dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

3 METODE UMUM PENELITIAN

3 METODE UMUM PENELITIAN 47 3 METODE UMUM PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 yang meliputi tahap-tahap : persiapan, pengumpulan data primer/sekunder, dan pengolahan/analisa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan komoditas strategis nasional dan memiliki sensitivitas yang tinggi ditinjau dari aspek politis, ekonomi, dan kerawanan sosial. Peran strategis padi dalam

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2006 sampai bulan Oktober 2006. Penelitian dilakukan di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul

Lebih terperinci

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

3.3. PENGEMBANGAN MODEL Selain teknologi pemupukan dan OPT, mekanisasi merupakan teknologi maju yang tidak kalah penting, terutama dalam peningkatan kapasitas kerja dan menurunkan susut hasil. Urbanisasi dan industrialisasi mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

PENETAPAN LUAS LAHAN OPTIMUM USAHATANI PADI SAWAH MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI NUSA TENGGARA BARAT

PENETAPAN LUAS LAHAN OPTIMUM USAHATANI PADI SAWAH MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI NUSA TENGGARA BARAT PENETAPAN LUAS LAHAN OPTIMUM USAHATANI PADI SAWAH MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI NUSA TENGGARA BARAT Nazam, M 1, S. Sabiham 2, B. Pramudya 2, Widiatmaka 2 dan I W. Rusastra 3 1 Peneliti

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian 33 III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di wilayah DKI Jakarta. Penelitian dilaksanakan mulai Januari 2010 sampai dengan Desember 2011. Pemilihan wilayah DKI Jakarta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 39 III. METODOLOGI KAJIAN 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 133 VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 8.1. Pendahuluan Kabupaten Gowa mensuplai kebutuhan bahan material untuk pembangunan fisik, bahan

Lebih terperinci

4.3. PENGEMBANGAN MODEL

4.3. PENGEMBANGAN MODEL terhadap berbagai aspek kehidupan (Amang dan Sapuan, 2000). Oleh karena itu, pengembangan sistem produksi kedelai nasional menuju swasembada dengan sistem modeling merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang berpengaruh terhadap

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang berpengaruh terhadap BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Gardner (1987) menyatakan penanganan masalah perberasan memerlukan kebijakan publik yang merupakan bagian dari kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur (Gambar 4). Wilayah ini berada di bagian utara Kabupaten Nunukan,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei September

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH Jones T. Simatupang Dosen Kopertis Wilayah I dpk Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN Oleh : Sumaryanto Sugiarto Muhammad Suryadi PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Laut Jawa. D K I J a k a r ta PULAU JAWA. Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang) S e l a t M a d u r a.

3 METODOLOGI. Laut Jawa. D K I J a k a r ta PULAU JAWA. Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang) S e l a t M a d u r a. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Juni hingga Desember 2006. Lokasi penelitian adalah beberapa desa di wilayah Kabupaten Tangerang dan Kabupaten

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan Judul : Analisis Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kabupaten Jember Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Dewina Widyaningtyas 2 Sumberdana :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep usahatani Soekartawi (1995) menyatakan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun mulai pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Oktober 2011 di seluruh wilayah Kecamatan Propinsi

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 43 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Cakupan Penelitian Penelitian indeks dan status keberlanjutan ketersediaan beras dianalisis secara makro pada tingkat regional dan nasional. Daerah tingkat regional dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Lokasi pelaksanaan penelitian adalah di Kelurahan Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Jawa Barat dan Daerah Irigasi Cihea yang mencakup tiga kecamatan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk . Harga_Treser Coverage_area Biaya_Treser Unit_Treser Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1 RAMP_LOSSES surplus Harga_Rhi konsumsi_kedelai_per_kapita Biaya_Rhizoplus jumlah_penduduk pertambahan_penduduk RekomendasiR

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Agus Hasbianto, Aidi Noor, dan Muhammad Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB III METODOLOGI

repository.unisba.ac.id BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI Metode dilakukan diantaranya untuk pengetahuan pelaksanaan penelitian, dan menyusun penelitian sesuai dengan metode ilmiah yang ada,dalam klasifikasinya metode terbagi menjadi tiga diantaranya

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 55 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lima bandara di Indonesia, yaitu bandara Juanda di Surabaya, bandara Hasanuddin di Makasar, bandara Pattimura di Ambon,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kabupaten karawang sebagai lumbung padi mempunyai peran penting dalam menjaga swasembada beras nasional tentunya demi menjaga swasembada beras nasional

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Perbaikan kualitas udang melalui rantai pengendalian mutu perlu melibatkan unit pengadaan bahan baku, unit penyediaan bahan baku, unit pengolahan, dan laboratorium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum

Lebih terperinci

VI. STRATEGI DAN OPSI KEBIJAKAN

VI. STRATEGI DAN OPSI KEBIJAKAN 164 VI. STRATEGI DAN OPSI KEBIJAKAN 6.1. Eksistensi Lahan Sawah Lahan sawah memegang peranan sangat penting dalam sistem produksi padi di NTB karena lebih dari 90% produksi padi bersumber dari produksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng wiwifadly@gmail.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah enganalisis dan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 1 KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP) PADI Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

3. METODE KAJIAN A. Lokasi, Waktu dan Biaya Penelitian Metode Kerja 1. Pengumpulan Data

3. METODE KAJIAN A. Lokasi, Waktu dan Biaya Penelitian Metode Kerja 1. Pengumpulan Data 15 3. METODE KAJIAN A. Lokasi, Waktu dan Biaya Penelitian Tugas akhir ini dilaksanakan di Desa Donggobolo Kecamatan Woha dan Desa Bontokape Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Propinsi Nusa Tenggara Barat,

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166 INDEKS A adopsi teknologi 94, 100, 106, 111, 130, 171, 177 agregat 289, 295, 296, 301, 308, 309, 311, 313 agribisnis 112, 130, 214, 307, 308, 315, 318 agroekosistem 32, 34, 35, 42, 43, 52, 55, 56, 57,

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA Analysis of Sustainability Index and Status of Rice Availability System in Several Regions in Indonesia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI 125 VII. PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI 7.1. Pendahuluan Salah satu informasi yang dirasakan sangat penting dalam kaitan dengan penjadwalan penanaman petani adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

Eni Siti Rohaeni. Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK

Eni Siti Rohaeni. Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK ANALISIS USAHATANI BERBASIS PADI DAN TERNAK SAPI SERTA KONTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DI LAHAN KERING (STUDI KASUS DI DESA SUMBER MAKMUR, KECAMATAN TAKISUNG, TANAH LAUT) Eni Siti

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2014 Pusat Litbang Sumber Daya Air i KATA PENGANTAR Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU 30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Desa Sungai Ambangah Kecamatan Sungai Raya, dan Desa Pasak Piang Kecamatan Sungai Ambawang, terletak

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Marlenny Sirait Abstrak Kabupaten Kupang merupakan salah satu perairan yang secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH LAPORAN AKHIR KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH Oleh : Bambang Irawan Herman Supriadi Bambang Winarso Iwan Setiajie Anugrah Ahmad Makky Ar-Rozi Nono Sutrisno PUSAT SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran 151 Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran V.1 Analisis V.1.1 Analisis Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Dalam analisis alih fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan dibatasi pada tanaman pangan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL. Oleh :

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL. Oleh : LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL Oleh : Pantjar Simatupang Agus Pakpahan Erwidodo Ketut Kariyasa M. Maulana Sudi Mardianto PUSAT PENELITIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN BERAS (STUDI KASUS : DIVRE JAWA TIMUR)

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN BERAS (STUDI KASUS : DIVRE JAWA TIMUR) PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN BERAS (STUDI KASUS : DIVRE JAWA TIMUR) Diajeng Permata Inggar Jati (5209100111) Pembimbing : Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D. Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah program pemerintah daerah yang diterapkan telah cukup mengandung aspek pembinaan dan penerapan kelestarian lingkungan. Wilayah yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis 3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci