EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A"

Transkripsi

1 EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN IPAH NAPISAH. Evaluasi Aspek Fungsi dan Kualitas Estetika Arsitektural Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor, Kasus : Pohon dan Perdu (Dibimbing oleh Tati Budiarti dan Marietje M. Wungkar) Tanaman yang terdapat di Kebun Raya merupakan unsur utama yang diamati terutama oleh para peneliti. Tanaman yang memiliki penampilan visual yang indah dan fungsional memberi manfaat secara fisik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohaniah pengunjung KRB. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengoptimalisasi efektivitas aspek fungsi dan estetika dalam usaha mempertahankan keberadaan tanaman di Kebun Raya Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengevaluasi aspek fungsi dan estetika tanaman terutama pohon dan perdu yang terdapat di Kebun Raya Bogor, juga bermanfaat sebagai masukan bagi perencana, perancang, dan pengelola untuk mempertimbangkan aspek visual estetika disamping fungsi fisik dalam pengembangan lanskap. Metode Penilaian evaluasi setiap aspek fungsi tanaman disesuaikan dengan kriteria berdasarkan referensi yang telah diterjemahkan dalam bentuk persentase pembobotan nilai dengan kategori sangat baik, baik, sedang, dan buruk dengan melibatkan tiga orang pengamat yang memiliki latar belakang keilmuan Arsitektur Lanskap. Area yang dievaluasi berjumlah 3 segmen untuk jalan (Jalan Kenari I, Jalan Kenari II, dan Astrid Avenue I), kemudian untuk area taman dibagi dalam 10 segmen (Taman Teysmann I, Taman Teysmann II, Taman Air I, Taman Air II, Astrid Avenue I, Astrid Avenue II, Astrid Avenue III, Astrid Avenue IV, Astrid Avenue V, dan Astrid Avenue VI). Setiap segmen untuk jalan dievaluasi seluruh fungsi tanaman sesuai dengan fungsi desain pada area tersebut. Penilaian evaluasi kualitas estetika dilakukan dengan menerapkan metode Scenic Beauty Estimation (SBE), melibatkan sejumlah responden yang berlatar belakang ilmu Arsitektur Lanskap untuk menilai sejumlah presentasi slide foto pemandangan lanskap yang dibedakan menjadi 5 kategori yaitu : pohon soliter, perdu soliter, pohon massal sejenis, perdu massal sejenis, dan massal campuran.

3 Hasil evaluasi aspek fungsi pada lanskap untuk kategori sangat baik berkisar antara 82-95%, kategori baik berkisar antara 63-75%, kategori sedang berkisar antara 43-60%, dan kategori buruk berkisar antara 25-40%, menunjukan bahwa aspek fungsi tanaman pada taman yang ada di Kebun Raya sudah mencukupi walaupun nilainya belum terlalu tinggi. Penilaian dengan kategori sangat baik perlu dipertahankan dengan pemeliharaan sesuai dengan kriteria fungsi yang sudah ditetapkan. Penilaian dengan kategori baik perlu peningkatan kriteria fungsi yang belum terpenuhi. Penilaian kategori sedang dan buruk diperlukan pemenuhan kriteria fungsi menyeluruh dan dapat diadakan perencanaa atau perancangan ulang untuk mengimbangi segmen yang sudah baik. Hasil evaluasi aspek estetika dari kedua responden hampir menunjukan penilaian yang sama pada setiap jenis pemandangan lanskap. Nilai SBE kategori tinggi untuk pohon soliter adalah lanskap 1, 5, 7, 8, 9, 11, 23, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 35, 38, 48, dan 59, kategori tinggi untuk perdu soliter adalah lanskap 1, 4, 6, 7, 8, 12, 14, 15, 16, 17, dan 21, dengan penilaian terletak pada keutuhan bentuk arsitektural pohon dan tata letak yang serasi. Kategori tinggi untuk pohon massal sejenis adalah lanskap 2, 3, 7, 8, 9, 11, 14, 17, 19, 21, 22, 27, 28, 30, 31, dan 32, kategori tinggi untuk perdu massal sejenis adalah lanskap 8, 13,12, dan 14, dengan penilaian terletak pada keseragaman dan keserasian dalam bentuk, tinggi, tekstur, dan warna dengan komposisi yang harmonis membentuk deretan pohon massal. Kategori tinggi massal campuran adalah lanskap 10, 11, 16, 12, dan 19, dengan penilaian terletak pada komposisi dari kombinasi beberapa jenis tanaman dengan bentuk, tinggi, warna, dan tekstur yang serasi. Nilai SBE kategori sedang untuk pohon soliter adalah lanskap 36, 46, dan 55, kategori sedang untuk perdu soliter adalah lanskap 13. Kategori sedang untuk perdu massal sejenis adalah lanskap 10. Kategori sedang untuk massal campuran adalah lanskap 20 dan 21. Nilai SBE kategori rendah untuk pohon soliter adalah lanskap 10, 11, 12, 16, dan 19, kategori rendah untuk perdu soliter adalah lanskap 2, 3, 5, 9, 18, dan 20. Kategori rendah untuk pohon massal sejenis adalah lanskap 6, 10, 12, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 26, 33, dan 34, kategori rendah untuk perdu massal sejenis adalah lanskap 2 dan 9. Nilai SBE kategori rendah untuk massal campuran adalah lanskap 4, 5, 9, 13, dan 22. Penilaian kategori sedang dan rendah berarti secara

4 proporsional keutuhan kurang dalam bentuk arsitektural pohon soliter dan penampilan susunan pohon berkelompok baik sejenis maupun campuran belum memenuhi prinsip desain. Lanskap dengan nilai SBE paling tinggi secara visual dinilai paling indah dan nilai SBE paling rendah adalah secara visual tidak indah atau tidak disukai oleh responden. Mempelajari hasil evaluasi fungsi dan estetika dengan kriteria dan kategori nilai masing-masing dapat menjadi panduan efektivitas pemeliharaan tanaman dan optimalisasi pengembangan lanskap. Sebagai rekomendasi bagi peningkatan fungsi dan estetika tanaman di Kebun Raya Bogor, maka disarankan pemilihan tanaman harus dilakukan sesuai fungsi yang dibutuhkan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Pemeliharaan dan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman akan memberikan nilai positif bagi peningkatan kualitas tanaman.

5 EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : IPAH NAPISAH A DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

6 Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok : Evaluasi Aspek Fungsi dan Kualitas Estetika Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor Kasus : Pohon dan Perdu : Ipah Napisah : A Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Ir. Tati Budiarti, M.S NIP Ir. Marietje M. Wungkar, M.Si NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi, Propinsi Jawa Barat, pada tanggal 3 Agustus Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Lukmannulhakim dan Ibu Ema Setiawati. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1992, pada tahun 1998 penulis lulus dari SDN Cikole I, Sukabumi, kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 5 Sukabumi. Selanjutnya, penulis lulus dari SMUN 3 Sukabumi, pada tahun Tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI sebagai mahasiswa pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan organisasi yang pernah diikuti penulis selama perkuliahan adalah Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP), Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Sukabumi (IKAMASI). Pada tahun 2008/2009 penulis berkesempatan menjadi asisten mahasiswa Mata Kuliah Tanaman dalam Lanskap.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul `Evaluasi Aspek Fungsi dan Kualitas Estetika Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor (Studi Kasus : Pohon dan Perdu)` yang dilakukan dengan proses penelitian di Kebun Raya Bogor dari Juni 2008 sampai Oktober Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Tidak dapat dipungkiri bahwa penyelesaian laporan skripsi ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada: 1. Dr. Ir. Tati Budiarti, M.S Sebagai dosen pembimbing skripsi I. 2. Ir. Marietje M Wungwar, M.Si sebagai dosen pembimbing II. 3. Ir. Indung Siti Fatimah, M.Si sebagai pembimbing akademik. 4. Bu Yayuk, atas penerimaan dan bantuannya selama proses penelitian. 5. Sekar, Sari, Krishta, Ozy, Putera, Ridho, Karina, Putri, Syita, dan Ocha atas bantuannya. 6. Teman-teman Lanskap 41 atas kebersamaannya yang tak terlupakan. 7. Anak-anak Perwira 50, Mba Bunga, Mba Dwi, dan para brondong atas bantuan dan masukannya. 8. Firman Setiawan atas bantuan dan dukungannya yang tiada henti. 9. Keluarga tercinta; Teh Atu, Mas Topik, Teh Nani, A.Ridwan, Sabrina, Irgi, dan tak lupa untuk si kecil Hilal yang selalu menjadi penghibur yang setia. 10. Terimakasih yang mendalam kepada orang tua atas do`a dan kasih sayangnya yang tak mungkin terbalaskan. Semoga apa yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya. Bogor, Januari 2009 Penulis

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Manfaat Penelitian... 3 Kerangka Pikir Penelitian... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 5 Evaluasi... 5 Karakteristik Pohon... 5 Karakteristik Perdu... 7 Fungsi Tanaman dalam Lanskap... 7 Kualitas Estetika Lanskap... 8 Scenic Beauty Estimation (SBE)... 9 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Metode Evaluasi Aspek Fungsi Tanaman Evaluasi Kualitas Estetika Tanaman KONDISI UMUM Lokasi Topografi dan Tanah Hidrologi Sejarah Kebun Raya Bogor Sejarah Penelitian Pertanian di Kebun Raya Bogor Visi, Misi, dan Tujuan Kebun Raya Struktur Organisasi Kebun Raya Bogor... 20

10 Pelayanan Jasa Ilmiah Pariwisata dan Pelayanan Jasa Penggunaan Fasilitas Sarana dan Prasaran Jalan Kenari Taman Teysmann Taman Air Astrid Avenue Taman Bhineka Taman Mediterania Area Lainnya HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Aspek Fungsi Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor Fungsi Pengarah Fungsi Pembatas Fungsi Peneduh Fungsi Kontrol Angin Fungsi Kontrol Bunyi Fungsi Kontrol Polusi Fungsi Kontrol Visual Penilaian Aspek Kualitas Estetika Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor Penilaian Estetika Tanaman Lanskap (Soliter) Penilaian Estetika Tanaman Lanskap (Massal Sejenis) Penilaian Estetika Tanaman Lanskap (Massal Campuran) Bentuk Tajuk pada Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi REKOMENDASI Aspek Fungsi Aspek Estetika KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 81

11 DAFTAR TABEL 1. Penilaianng Fungsi Tanaman Lanskap untuk Setiap Lokasi Disesuaikan dengan Fungsi Desain Lanskap dan Tata Letak Tanaman Kriteria Penilaian Fungsi Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor Pembagian Segmen Penelitian dan Komposisi Tanaman Penilaian Aspek Fungsi Pengarah Penilaian Aspek Fungsi Pembatas Penilaian Aspek Fungsi Peneduh Penilaian Aspek Fungsi Kontrol Angin Penilaian Aspek Fungsi Kontrol Bunyi Penilaian Aspek Fungsi Kontrol Polusi Penilaian Aspek Fungsi Kontrol Visual Pengelompokan Lanskap Soliter Berdasarkan Kategori Keindahan Pengelompokan Lanskap Massal Sejenis Berdasarkan Kategori Keindahan Pengelompokan Lanskap Massal Campuran Berdasarkan Kategori Keindahan Jenis Tanaman dan Bentuk Tajuk yang Memperoleh Kategori dengan NilaiKeindahan Tinggi Rekomendasi Peningkatan Aspek Fungsi Tanaman Lanskap... 76

12 DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Pikir Penelitian Klasifikasi Tanaman Menurut Bentuk Peta Lokasi Penelitian Pembagian Segmen Penelitian Fungsi Pengarah Kategori Sangat Baik di Jalan Kenari I Fungsi Pengarah Kategori Sangat Baik di Jalan Kenari II Fungsi Pengarah Kategori Sangat Baik di Astrid Avenue I Fungsi Pembatas Kategori Sangat Baik di Jalan Kenari II Fungsi Pembatas Kategori Sedang di Taman Teysmann I Fungsi Pembatas Kategori Sangat Baik di Taman Teysmann II Fungsi Pembatas Kategori Baik di Taman Air I Fungsi Pembatas Kategori Baik di Astrid Avenue II Fungsi Pembatas Kategori Sangat Baik di Astrid Avenue IV Fungsi Pembatas Kategori Sedang di Astrid Avenue V Fungsi Pembatas Kategori Sedang di Taman Bhineka Fungsi Peneduh Kategori Sangat Baik di Jalan Kenari I Fungsi Peneduh Kategori Sangat Baik di Jalan Kenari II Fungsi Peneduh Kategori Sangat Baik di Taman Air I Fungsi Peneduh Kategori Baik di Taman Air II Fungsi Peneduh Kategori Baik di Astrid Avenue V Fungsi Peneduh Kategori Baik di Taman Bhineka Fungsi Kontrol Angin Kategori Sedang di Taman Air I Fungsi Kontrol Angin Kategori Sangat Baik di Astrid Avenue II Fungsi Kontrol Angin Kategori Buruk di Astrid Avenue III Fungsi Kontrol Angin Kategori Sedang di Astrid Avenue V Fungsi Kontrol Angin Kategori Sedang di Astrid Avenue VI Fungsi Kontrol Bunyi Kategori Sedang di Jalan Kenari I Fungsi Kontrol Bunyi Kategori Buruk di Astrid Avenue I Fungsi Kontrol Visual Kategori Baik di Taman Teysmann I Fungsi Kontrol Visual Kategori Sangat Baik di Taman Teysmann II... 48

13 31. Fungsi Kontrol Visual Kategori Buruk di Taman Air I Fungsi Kontrol Visual Kategori Sangat Baik di Astrid Avenue IV Grafik Nilai SBE pada Setia Tipe Lanskap untuk Pohon Soliter Grafik Nilai SBE pada Setia Tipe Lanskap untuk Perdu Soliter Grafik Nilai SBE pada Setia Tipe Lanskap untuk Pohon Massal Sejenis Grafik Nilai SBE pada Setia Tipe Lanskap untuk Perdu Massal Sejenis Grafik Nilai SBE pada Setia Tipe Lanskap untuk Massal Campuran Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Pohon Soliter) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang (Pohon Soliter) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah (Pohon Soliter) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah (Pohon Soliter) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Perdu Soliter) Corymbosa sp. sebagai Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang (Perdu Soliter) di Taman Bhineka Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah (Pohon Soliter) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Pohon Massal Sejenis) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Pohon Massal Sejenis) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang (Pohon Massal Sejenis) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Buruk (Pohon Massal Sejenis) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Perdu Massal Sejenis) Aglaia odorata sebagai Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang (Perdu Massal Sejenis) di Astrid Avenue VI Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah (Perdu Massal Sejenis) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Massal Campuran) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang (Massal Campuran) Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah (Massal Campuran)... 72

14 DAFTAR LAMPIRAN 1. Format Kuesioner Tanaman Soliter Format Kuesioner Tanaman Masal Sejenis Format Kuesioner Tanaman Massal Campuran Tabel Nilai Z dan SBE Tanaman Soliter Tabel Nilai Z dan SBE Tanaman Massal Sejenis Tabel Nilai Z dan SBE Tanaman Massal Campuran Rekapitulasi Hasil Kuesioner Evaluasi Estetika Arsitektural Pohon Soliter Rekapitulasi Hasil Kuesioner Evaluasi Estetika Arsitektural Perdu Soliter Rekapitulasi Hasil Kuesioner Evaluasi Estetika Arsitektural Pohon Massal Sejenis Rekapitulasi Hasil Kuesioner Evaluasi Estetika Arsitektural Perdu Massal Sejenis Rekapitulasi Hasil Kuesioner Evaluasi Estetika Arsitektural Massal Campuran Gambar Jalan Kenari Gambar Taman Teysmann Gambar Taman Air Gambar Astrid Avenue Gambar Taman Bhineka Karakter (Anatomi dan Kondisi Fisik) Beberapa Pohon dalam Penelitian Gambar Beberapa Pohon dalam Penelitian Karakter (Anatomi dan Kondisi Fisik) Beberapa Perdu dalam Penelitian Gambar Beberapa Perdu dalam Penelitian

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106` 48` BT dan 6` 26` LS, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor dan lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara. Hal ini merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi serta jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Kebun Raya Bogor digunakan sebagai tempat mengkoleksi tanaman yang berasal dari berbagai wilayah baik dalam negeri maupun luar negeri, sehingga banyak sekali jenis tanaman baru yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Tanaman yang belum banyak dikenal oleh masyarakat tersebut terdapat beberapa tanaman yang dapat berfungsi sebagai tanaman lanskap dan memiliki nilai estetika yang tinggi, sehingga dapat memperkaya jenis tanaman baru bagi industri lanskap. Kebun Raya Bogor juga memiliki fungsi yang sangat penting bagi kepentingan ekologis, yaitu merupakan suatu bentuk hutan kota yang berfungsi sebagai paru-paru Kota Bogor. Sebagai pusat penelitian, tugas dan fungsi Kebun Raya Bogor 1 meliputi : (1) Konservasi ex-situ ; yaitu melakukan eksplorasi tumbuhan di kawasan hutan, mendata/registrasi, mengkoleksi, dan melestarikannya (2) Penelitian bidang ; Taksonomi, yaitu memberikan kepastian nama tanaman, inventarisasi dan evaluasi. Botani terapan, yaitu penelitian mengenai manfaat tanaman. Hortikultura, meliputi penelitian adaptasi tanaman, cara budidaya, dan pengembangan ilmu pertamanan. Menyediakan material tanaman bagi penelitianpenelitian (3) Pendidikan, terutama di bidang ilmu botani, pertamanan dan lingkungan hidup (4) Kebun Raya Bogor merupakan salah satu tempat kunjungan wisata potensial. Tanaman yang terdapat di Kebun Raya ini merupakan unsur utama yang diteliti terutama oleh para peneliti, maka tanaman yang memiliki penampilan visual yang indah dan fungsional memberi manfaat secara fisik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohaniah pengunjung KRB. Menurut Hackett (1982), penanaman tanaman terkadang berkembang menjadi fungsi yang spesifik, 1 Sumber : Brosur Kebun Raya Bogor, 2008

16 misalnya sebagai pagar untuk mereduksi efek angin. Tentu saja tanaman juga dapat berpengaruh terhadap lingkungan lokal, yaitu berkontribusi untuk memperbaiki dan memberi nilai kesejukan di area perkotaan, banyak kemungkinan keberadaan tanaman diterima secara visual dan lebih berharga daripada materi keras. Beberapa fungsi tanaman dalam lanskap yaitu ; fungsi pengarah, fungsi pembatas, fungsi peneduh, fungsi kontrol angin, fungsi kontrol bunyi, fungsi kontrol polusi, dan fungsi kontrol visual. Nilai estetika tanaman tidak hanya tergantung pada satu tanaman secara keseluruhan saja (soliter), tetapi bagaimana nilai estetika tanaman tersebut ketika berkombinasi dengan tanaman sejenisnya (massal sejenis) ataupun dengan tanaman yang berbeda jenis (massal campuran). Evaluasi tanaman diperlukan untuk mengoptimalkan efektivitas tanaman dengan mewujudkan pemenuhan fungsi arsitektural, fungsional, lingkungan, dan estetika. Mengingat waktu penelitian yang sangat singkat, maka pada penelitian kali ini tidak semua areadi Kebun Raya Bogor maupun semua jenis tanaman ilakukan penelitian. Penelitian dilakukan di area yang paling dominan dikunjungi oleh pengunjung, maka setelah dilakukan pengamatan lapang ditentukanlah 5 area penelitian yaitu ; Jalan Kenari, Taman Teysmann, Taman Air, Astrid Avenue, dan Taman Bhineka. Untuk jenis tanaman, penelitian dititikberatkan pada pohon dan perdu yang merupakan jenis tanaman yang paling dominan di area Kebun Raya Bogor. Diharapkan di masa yang akan datang, akan muncul penelitian serupa dengan menitikberatkan pada area dan jenis tanaman lain di Kebun Raya Bogor yang belum dilakukan penilaian. Hasil evaluasi fungsi dan kualitas estetika tanaman diperlukan sebagai pertimbangan perencanaan dan perancangan yang secara fungsi berdaya guna dan secara estetika indah dan menunjang usaha pelestarian tanaman, dan untuk pengembangan industri tanaman lanskap khususnya di Indonesia.

17 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari studi ini adalah untuk mempelajari dan mengevaluasi aspek fungsi dan estetika tanaman terutama pohon dan perdu yang terdapat di Kebun Raya Bogor Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah : 1. Membuat analisa kualitas tanaman dari segi fungsi dan estetika dengan menggunakan kriteria-kriteria yang sesuai dengan ilmu arsitektur lanskap 2. Pemanfaatan dan pengembangan tanaman lanskap yang ada di Kebun Raya Bogor. 3. Memberikan rekomendasi bagi perencana dan perancang dalam usaha pelestarian tanaman Kebun Raya Bogor di masa yang akan datang Manfaat Penelitian Hasil penelitian dapat menambah informasi kepada pihak arsitektur lanskap, perencana, dan pengelola untuk mempertimbangkan aspek visual estetika disamping fungsi fisik dalam pengembangan lanskap dan rekomendasi kepada pihak berwenang untuk usaha pelestarian dan pengembangan tanaman dalam industri lanskap.

18 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian diawali dengan pengamatan lokasi yang adan diteliti. Pengamatan dibagi menjadi 2, yaitu pengamatan terhadap karakteristik tanaman untuk aspek fungsi dan pemotretan lanskap untuk aspek estetika. Setelah pengenalan lapang, maka dilakukanlah penilaian sehingga menghasilkan rekomendasi yang berguna bagi keberlangsungan dan pelestarian tanaman Kebun Raya Bogor. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Pengenalan Lokasi Penelitian Pengamatan karakteristik Tanaman Pemotretan Lanskap Jarak Tanam Ukuran Bentuk lainnya Seleksi Foto Penilaian Aspek Fungsi sesuai Kriteria yang Memenuhi Penilaian Estetika Lanskap Rekomendasi Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

19 TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menelaah atau menduga hal-hal yang sudah diputuskan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan keputusan tersebut. Selanjutnya ditentukan langkah-langkah alternatif perbaikannya bagi kelemahan tersebut (Eliza, 1997). Porteus (1983) menyatakan bahwa evaluasi lanskap merupakan salah satu metode estetika lanskap kuantitatif yang menyertakan tenaga ahli. Dasar pemikiran evaluasi adalah bahwa seseorang dapat melakukan penilaian estetika lanskap yang berharga, fungsional dan dapat diterima umum. Evaluasi melibatkan penjelasan sejumlah faktor yang mungkin mempengaruhi variasi kualitas lanskap, skala untuk mengukur faktor tersebut dan mengembangkan suatu sistem pembobotan untuk menentukan bermacam-macam penekanan pada faktor yang berbeda-beda. Kegiatan evaluasi tentu saja dilakukan berdasarkan suatu standar dengan diikuti pemberian saran untuk perbaikan dalam kegiatan selanjutnya. Menurut Cutter et al. (1991), lanskap yang berbeda efek visual yang ditimbulkan akan berbeda pula. Evaluasi visual suatu lanskap didasarkan pada standar-standar estetik yang merupakan fungsi dari nilai-nilai sosial, moral, dan ekologi dari kelompok yang membuat evaluasi tersebut. Karakteristik Pohon Tanaman merupakan elemen lunak utama dalam suatu lanskap. Hakim dan Utomo (1999) mendefinisikan pohon secara morfologis ialah tanaman dengan batang berkayu, berakar dalam dan memiliki percabangan jauh dari tanah serta tinggi lebih dari 3 meter. Dari keempat elemen utama karakter pohon yaitu bentuk, ukuran, tekstur, dan warna, bentuk pohon merupakan elemen desain yang paling memegang peranan dan harus dipertimbangkan dalam membuat perancangan lanskap (Booth, 1983).

20 Menurut Simonds (2006), bagian tanaman yang paling menarik adalah kanopi atau tajuk pohon karena dapat memberikan identitas dan karakter pada lingkungan. Setiap tipe bentuk pohon memiliki karakter unik dan fungsi masingmasing dalam desain. Bentuk arsitektural tanaman dinyatakan oleh Carpenter et al. (1979), Hackett (1983), Stevens et al (1994), terdiri dari : globular, dome-like, columnar, cube, irregular, cylindrical, festigate, oval, conical, palmate, fan-like, bell-like, spiky, dan umbrella (Gambar 2). Globular Dome-like Columnar Cube Irregular Cylindrical Columnar or festigiate Oval Conical Palmate Fun-like Bell-like Spiky Umbrella Gambar 2. Klasifikasi Pohon Menurut Bentuk Sumber : Carpenter et al. (1979), Hackett (1983), Stevens et al (1994) Penempatan penanaman dan ketinggian pohon yang bervariasi dapat menciptakan kesan ruang dan keindahan yang artistik. Menurut Booth (1983), ukuran pohon secara langsung mempengaruhi skala ruang dan menciptakan komposisi yang menarik dalam desain.

21 Ukuran pohon terbagi atas tinggi pohon dan diameter tajuk. Berdasarkan tingginya pohon dibagi atas : 1. Pohon besar / pohon dewasa, tinggi pohon mencapai 40 ft (12 m) 2. Pohon sedang, tinggi pohon maksimumn ft (9-12 m) 3. Pohon kecil, tinggi pohon maksimum (4,5-6 m) Karakteristik Perdu Perdu adalah tanaman yang memiliki batang berkayu dan tumbuh meninggi. Namun, terkadang tanaman perdu disebut juga pohon kecil. Menurut Lestari dan Kencana (2008), keindahan dan pesona tanaman ini biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias dalam pot dan penambah daya tarik. Jika ditanam dalam jumlah massal dan ditata dengan pola terentu, tanaman jenis ini bisa pula berfungsi sebagai pembatas. Ukuran perdu berdasarkan tingginya pohon dibagi atas : 1. Pedu rendah, tinggi < 2m 2. Perdu tinggi, tinggi > 2m Fungsi Tanaman dalam Lanskap Tanaman memiliki fungsi yang beragam sesuai dengan karakteristik dan sifat morfologinya. Grey dan Deneke (1978) membagi fungsi tanaman dalam lima bagian yaitu : 1. Memperbaiki iklim (amelioration uses) Elemen-elemen cuaca dan iklim yang mempengaruhi manusia adalah radiasi matahari, temperatur/suhu udara, aliran angin dan kelembaban. Manusia akan mendapatkan area/zona yang nyaman dengan memodifikasi keempat elemen ini. Memodifikasi keempat elemen ini salah satunya adalah dengan melakukan penanaman tanaman agar mendapatkan area/zona yang nyaman bagi manusia. 2. Fungsi engineeering Beberapa tahun belakangan ini, berbagai bidang ilmu telah mengembangkan fungsi tanaman dalam menyelesaikan masalah lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan alat-alat buatan manusia. Tanaman tidak hanya memiliki fungsi dalam keindahan, tetapi juga dapat mengurangi erosi, polusi udara,

22 kebisingan, mengontrol limbah cair, dan silau yang disebabkan oleh sinar matahari dan lampu jalan. 3. Fungsi arsitektural Setiap spesies/jenis tanaman memiliki karakteristik seperti bentuk, warna, tekstur, dan ukuran yang beragam. Penanaman tanaman dalam kelompok besar dengan beragam tekstur, ketinggian, dan kerapatan akan membentuk kanopi atau dinding. 4. Fungsi estetis Tanaman memberikan keindahan tersendiri di dalam semua setting atau latar. Keindahan yang dibentuk oleh tanaman disebabkan oleh garis, warna, dan tekstur. Tanaman dapat membingkai view, melunakkan garis arsitektural, menyatukan elemen lanskap, melunakkan setting yang kaku. 5. Fungsi lain Tanaman dapat berfungsi sebagai indikator sejarah dari suatu kejadian. Tanaman mengingatkan memori seseorang terhadap waktu, tempat, dan perasaan karena view yang diperlihatkan atau suara yang mudah dikenali. Tanaman juga berfungsi sebagai habitat satwa liar seperti burung, dll. Kualitas Estetika Lanskap Kualitas merupakan suatu pengertian yang tidak nyata seperti kualitas tinggi, rendah, atau suatu kualitas yang mempunyai pengertian dari suatu lanskap. Kualitas dibentuk oleh karakter visual elemen pembentuknya, sedangkan estetika dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi persepsi pasca indera yang dapat menggugah perasaan seseorang (Porteous, 1983). Daniel (1999) menyatakan bahwa kualitas estetika dari suatu ruang merupakan hasil dari kombinasi penampilan lanskap itu sendiri dengan proses psikologi (tanggapan, pemahaman, dan emosi) dari pengamat lanskap tersebut. Kualitas estetika berperan dalam membentuk karakter dan identitas suatu ruang. Estetika berkaitan erat dengan penampilan secara visual karena penampilan suatu objek dinilai dari penampakan visual terlebih dahulu. Kualitas estetika lanskap dapat diukur berdasarkan reaksi pengamat. Reaksi tersebut timbul karena persepsi yang dihubungkan dengan memori dan emosi. Simond (2006),

23 menyatakan bahwa sesuatu yang secara visual dinilai indah sebagai reaksi pengamat adalah yang mempunyai keharmonisan di antara seluruh bagianbagiannya. Keindahan visual lanskap beserta elemennya merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting walaupun secara objektif sulit diukur. Kehadiran vegetasi dapat meningkatkan kualitas estetika lingkungan dan mempengaruhi secara nyata terhadap kualitas estetika. Vegetasi memberi pengaruh positif dan bangunan berpengaruh negatif terhadap kualitas estetika lanskap. Suryowinoto (1997) mengungkapkan bahwa masyarakat cenderung menyukai lanskap dengan kondisi nyaman, teduh, dan adanya naungan tanaman. Scenic Beauty Estimation (SBE) Keindahan pemandangan (Scenic Beauty) dapat diartikan sebagai keindahan alami, estetika lanskap atau sumber pemandangan (scenic resource), dan merupakan hasil tanggapan seseorang terhadap lanskap sekitar. Keindahan pemandangan atau kualitas estetika dapat diukur berdasarkan penilaian manusia. Salah satu upaya penilaian terhadap kualitas estetika suatu lanskap dapat dilakukan dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Menurut Daniel dan Boster (1976), SBE yaitu suatu metode untuk menilai suatu tapak melalui pengamatan foto berdasarkan suatu hal yang disukai keindahannya secara kuantitatif. Terdapat tiga kategori dalam metode penilaian kualitas pemandangan, yaitu : inventarisasi deskriptif, survei dan kuisioner, evaluasi berdasarkan preferensi. Metode SBE mengukur preferensi masyarakat dengan penilaian melalui sistem rating terhadap slide foto dengan menggunakan kuisioner. Penilaian manusia terhadap pemandangan melalui foto sama baiknya dengan menilai pemandangan secara langsung (Kaplan, 1988).

24 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Penelitian berlokasi Kebun Raya Bogor yang terletak di pusat Kota Bogor (Gambar 3). Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2008 sampai dengan Oktober Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Metode Metode yang dilakukan pada penelitian ini terbagi menjadi dua metode, yaitu evaluasi terhadap aspek fungsi dan juga evaluasi terhadap kualitas arsitektural tanaman lanskap, kasus penelitian difokuskan pada pohon dan perdu saja. Pada tahap pertama ditentukan tempat penelitian yang spesifik dari Kebun Raya Bogor, maka ditentukan 5 fokus tempat penelitian, yang terpilih yaitu terdiri dari jalan dan taman. Kelima tempat tersebut adalah Jalan Kenari, Taman Teysmann, Taman Air, Astrid Avenue, dan Taman Sudjana Kassan yang lebih

25 dikenal dengan nama Taman Bhineka, kemudian ke lima tempat tersebut dibagi lagi kedalam beberapa segmen sesuai dengan kriteria tanaman yang ada (Gambar 4). Gambar 4. Pembagian Segmen Penelitian Keterangan segmen : 1. Jalan Kenari Segmen I : Jalan utama yang dapat langsung diakses dari pintu gerbang utama. Segmen II : Jalan Kenari yang berada sebelah timur tempat pembibitan tanaman. 2. Taman Teysmann Segmen I : Bagian yang merupakan inti dati Taman Teysmann. Segmen II : Jalan dari Taman Teysmann menuju Istana Bogor. 3. Taman Air Segmen I : Taman Air Kebun Raya yang berukuran besar. Segmen II : Taman Air Kebun Raya yang berukuran kecil. 3. Astrid Avenue : Segmen I : Jalan besar yang merupakan pusat dari Astrid Avenue. Segmen II : Bagian sebelah selatan dari Astrid Avenue segmen I.

26 Segmen III : Bagian sebelah utara dari Astrid Avenue segmen I. Segmen IV : Taman Masjid yang berada di Astrid Avenue Segmen V : Bagian sebelah selatan dari Astrid Avenue segmen IV. Segmen VI : Bagian sebelah selatan dari Astrid Avenue segmen II. 4. Taman Bhineka Taman Bhineka hanya dibagi dalam satu segmen saja. Evaluasi Aspek Fungsi Tanaman Dasar penilaian pada fungsi tanaman dilakukan dengan membandingkan kriteria fungsi tanaman yang seharusnya dengan keadaan di lapangan. Dengan perbandingan tersebut, maka akan diketahui berapa nilai fungsi tanaman yang telah terpenuhi di lapangan. Penilaian fungsi tanaman lanskap untuk setiap tempat disesuaikan dengan fungsi desain lanskap dan tata tanaman (Tabel 1). Tabel 1. Penilaianng Fungsi Tanaman Lanskap untuk Setiap Lokasi Disesuaikan dengan Fungsi Desain Lanskap dan Tata Letak Tanaman Lokasi Fungsi Tanaman Lanskap Fungsi Desain Area Segmen Jalan Kenari I Jalur Jalan V V V V V V V II Jalur Jalan V V V V V V V Taman Teysmann I Area rekreasi terbuka V V II Jalur penghubung V V V Area rekreasi Taman Air I setengah terbuka V V V V Area rekreasi II setengah terbuka V V V V Astrid Avenue I Jalur jalan V V V V V V V II Area rekreasi terbuka V V V III Area rekreasi terbuka V V V IV Jalur penghubung V V V Area rekreasi V setengah terbuka V V V V VI Area rekreasi terbuka V V V Area rekreasi Taman Bhineka setengah terbuka V V V V Keterangan : 1. Fungsi Pengarah 5. Fungsi Kontrol Bunyi 2. Fungsi Pembatas 6. Fungsi Kontrol Polusi 3. Fungsi Peneduh 7. Fungsi Kontrol Visual 4. Fungsi Kontrol Angin

27 Pada tahap ini dilakukan pengamatan karakteristik tanaman yang telah ditentukan, kriteria fungsi tanaman dapat dilihat pada (Tabel 2).Dikarenakan sudut pandang penilaian seseorang mempunyai nilai relatifitas yang tinggi, maka untuk penilaian yang lebih valid dan perolehan data yang lebih baik, penilaian dilakukan oleh tiga orang pengamat yang mempunyai latar belakang keilmuan Arsitektur Lanskap. Langkah selanjutnya yaitu menilai karakteristik tanaman sesuai fungsi yang telah ada dan disesuaikan dengan kategori yang telah ditentukan, kemudian ditentukanlah nilai fungsi yang diambil dari nilai terbanyak dari tiga orang pengamat. Fungsi pohon dan perdu yang diamati sebagai berikut : 1. Fungsi Pengarah Mengarahkan sirkulasi, memudahkan sirkulasi. Komposisi penanaman berkelompok dan bentuk linier. 2. Fungsi Pembatas Sebagai tabir untuk pembatas pemandangan, pembatas fisik seperti gerak manusia dan kendaraan. Susunan penanaman berbaris membentuk massa padat. 3. Fungsi Peneduh Memberi keteduhan, penyaringan terik matahari. Penanaman tanaman dengan massa padat, bentuk tajuk pohon spreading, round, dome, dll. 4. Kontrol angin Penahan, pemecah, pengarah dan mengalirkan angin. Penanaman berbaris membentuk massa, tajuk bersinggungan membentuk koridor. 5. Kontrol Bunyi Mengurangi bising kendaraan, orang, dll. Kombinasi jenis tanaman dengan massa daun padat. 6. Kontrol polusi Toleransi dan dapat menyerap polutan, terdiri dari kombinasi pohon, perdu dengan jarak rapat, massa daun padat, batang dan cabang berdaun kasar. 7. Kontrol visual Pengarah visual, pembingkai pemandangan, membatasi pemandangan buruk. Penanaman dengan komposisi rapi dan memudahkan orientasi pemandangan.

28 Tabel 2. Kriteria Penilaian Fungsi Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor No. Fungsi Kriteria Penilaian 1 Pengarah 1. Perdu dengan ketinggian 3 - < 6m dan pohon dengan ketinggian 6m. 2. Ditanam secara massal/berbaris. 3. Jarak tanam rapat. 4. Berkesinambungan. 5. Berkesan rapi dan memudahkan orientasi. 2 Pembatas 1. Tanaman tinggi, perdu, atau semak > 1,5m. 2. Massa daun rapat. 3. Percabangan lentur. 4. Ditanam berbaris atau membentuk massa. 5. Jarak tanam < 3m. 3 Peneduh 1. Pohon dengan tinggi sedang/tinggi > 1.5m. 2. Bentuk spreading, globular, dome, irregular. 3. Tajuk bersinggungan. 4. Massa daun rapat. 5. Percabangan 5m di atas tanah. 6. Ditanam secara berkesinambungan/teratur. 4 Kontrol Angin 1. Tanaman tinggi, pendek, semak. 2. Tahan angin/tidak mudah tumbang 3. Massa daun padat, tidak mudah rontok. 4. Tidak berdaun lebar 5. Ditanam berbaris membentuk massa 6. Jarak tanam < 3m 7. Daun tidak mudah rontok. 5 Kontrol Bunyi 1. Terdiri dari beberapa lapis tanaman atau kombinasi pohon, perdu/semak 2. Bermassa daun rapat. 3. Berdaun tebal. 4. Terdapat kombinasi dengan dinding peredam. 5. Terdapat variasi tajuk secara vertikal. 6 Kontrol Polusi 1. Toleransi terhadap polusi. 2. Kuat menyerap polutan gas NO2 dan partikel lainnya. 3. Terdiri dari beberapa lapis tanaman atau kombinasi pohon, perdu/semak. 4. Jarak tanam rapat 5. Massa daun padat 6. Jumlah luas permukaan daun, cabang dan batang tinggi. 7. Batang dan cabang bertekstur kasar. 8. Tepi daun kasar/bergerigi, bersisik/berbulu. 9. Memiliki zat perekat (getah, resin, dll) 7 Kontrol Visual 1. Pengarah visual 2. Membingkai pemandangan/vista. 3. Membatasi pemandangan buruk. 4. Berkesan rapi dan memudahkan orientasi. 5. Keseimbangan komposisi dan memberi nilai estetika. Keterangan Nilai 1 : Buruk Nilai 2 : Sedang bila 40% kriteria terpenuhi bila 41 60% kriteria terpenuhi Nilai 3 : Baik Nilai 4 : Sangat baik bila 61-80% kriteria terpenuhi bila 81% kriteria terpenuhi (Wungkar, 2005)

29 Evaluasi Kualitas Estetika Tanaman Penilaian kualitas estetika lanskap dilakukan dengan analisis scenic beauty estimation (SBE) seperti yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Metode SBE meliputi pengambilan foto, presentasi slide, dan analisis data. Tahap-tahap evaluasi kualitas estetika tanaman adalah sebagai berikut : 1. Tahap pengamatan Tahap pertama yaitu pengamatan lapang berdasarkan plotting yang ditentukan. 2. Pengambilan foto Pengambilan foto dilakukan untuk setiap karakteristik tanaman yang berbeda, yang representatif. Pemotretan dilakukan sesuai tekhnik fotografi dengan memperhatikan dominasi, proporsi, dan sudut pandang pemotretan berdasarkan pandangan manusia pada posisi normal agar mendapatkan view yang penuh. Pemotretan dilakukan dengan menggunakan kamera digital M Disk ukuran 12Mp. 3. Seleksi foto Hasil pemotretan kemudian diseleksi sesuai dengan kualitas gambar, kesesuaian dengan tujuan pemotretan, serta proporsi dari elemen lanskap. Apabila tidak sesuai dengan yang diharapkan, dilakukan pemotretan ulang terhadap lanskap tersebut. Hasil pemotretan yang dianggap mewakili adalah 150 foto yang terdiri dari 59 foto pohon soliter, 21 foto perdu soliter, 34 foto pohon massal sejenis, 14 foto perdu massal sejenis, 22 massal campuran. 4. Presentasi slide Foto yang telah diseleksi dipresentasikan dalam bentuk slide foto yang tersusun secara acak. Responden yang dipilih berasal dari kalangan mahasiswa Arsitektur Lanskap yang terdiri dari mahasiswa semester V dan IX dengan pertimbangan mereka sudah mempelajari pengertian ilmu Arsitektur Lanskap. Berdasarkan hal ini diharapkan hasil penelitian lebih valid untuk menghindarkan subjektivitas penilaian terhadap keindahan. Sebelum responden melakukan penilaian, diberikan arahan terlebih dahulu bahwa penilaian dibatasi pada penampakan tanaman, bukan pada lanskap keseluruhan yang ada pada gambar. Persentasi slide yang ditampilkan satu per satu dengan durasi 8 detik untuk tanaman soliter, 10 detik untuk tanaman massal sejenis, dan 12 detik

30 pada tanaman massal campuran dengan pertimbangan bahwa pada tanaman massal diperlukan waktu yang lebih lama bagi responden untuk melakukan pengamatan terhadap gambar, serta penilaian terhadap gambar diberikan nilai skor 1-10 pada lembar kuesioner (Lampiran 1-3) yang menggambarkan keindahan lanskap dari yang paling rendah hingga paling tinggi. 5. Pengolahan data Data hasil penilaian responden dianalisis secara statistik untuk mendapatkan nilai SBE dari setiap titik pemotretan lanskap melalui penggunaan nilai z. Data dari setiap lanskap dikelompokan berdasarkan skala penilaian dari 1-10 dan untuk setiap skala dihitung jumlah frekuensi (f), frekuensi kumulutif (cf), peluang kumulatif (cp), dan nilai z untuk setiap peringkat dari skor penilaian yang didapat (Daniel dan Boster, 1976). Nilai SBE diformulasikan sebagai berikut : SBEx = (Zlx Zts) x 100 dengan SBEx = Nilai SBE lanskap ke-x Zlx = Nilai rata-rata lanskap ke-x Zts = Nilai Z standar yang paling mendekati nol. Dengan menggunakan rumus tersebut, didapat nilai SBE untuk setiap lanskap.

31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembagian segmen dilakukan berdasarkan kriteria tanaman yang ada di tapak. Komposisi tanaman pada setiap segmen dapat dilihat pada (Tabel 3). Tabel 3. Pembagian Segmen Penelitian dan Komposis Tanaman Tempat Komposisi dan Jenis Pohon Jalan Kenari I Massal sejenis : Canarium vulgaree (Lampiran 12) Jalan Kenari II Massal sejenis : Canarium vulgaree (Lampiran 12) Taman Teysmann I Soliter : Bauhinia purpurea Massal sejenis : Phoenix roebelinii, Aglaia odorata, Bambusa sp., jenis Palmae (Lampiran 13). Taman Teysmann II Massal sejenis : Bambusa sp. Massal campuran : Schefflera sp., Oxmoxylon boerlagei, Cleodendrum sp. Khaya ivorensis, Dracontomelon sp. (Lampiran 13). Taman Air I Soliter : Cassia fistula, Diospyros blancoi, Baringtonia asiatica. Massal sejenis : Bridelia tomentosa, Codiaeum variegatum, Calliandra sp., Dillenia philipinensis, Delonix regia. Massal campuran : Baringtonia asiatica, Delonix regia, Mussa paradisiaca (Lampiran 14). Taman Air II Massal sejenis : Lephisantes sp. Massal campuran : Ficus elastica, Filicium decipiens, Euphorianthus obtusatus, Mischocarpus exangulatus, Allophylus cobbe, Dysoxylum sp., Glycosmis penthapylla, Dimocarpus longan, Carapa guinensis, Cubila cubili (Lampiran 14). Astrid Avenue I Massal sejenis : Agatis borneensis(lampiran 15). Astrid Avenue II Massal sejenis : Pterocarpus indica, Casuarina sumatrana, Strophanthus sp. Massal campuran : Ceiba pentandra, Annona montana, Monodora tenuifola, Mezzetia parviflora, Polyalthia rumpfii, Stelechocarpus burahol (Lampiran 15). Astrid Avenue III Soliter : Adansonia digitata, Ficus benjamina, Erythrina cristagali Massal sejenis : Cassia fistula, Maniltoa grandiflora, tectona grandis, Adansonia digitata, Bambusa sp. (Lampiran 15). Astrid Avenue IV Massal sejenis : Cyrtostachis lakka, Heliconia sp. Mussa paradisiaca. Massal campuran : Veitcia merillii, Mussa paradisiaca, cyrtostachis lakka (Lampiran 15). Astrid Avenue V Soliter : Brownea capitella, Codiaeum variegatum, Lagerstomia indica, Brunfelsia sp., Ficus benjamina, Dialium indium, Ravenala madagascariensis. Massal campuran : Dhilenia philipinensis, delonix regia, Mussa paradisiaca, Lgerstomia speciosa, Polycias sp., Thuja orientalis (Lampiran 15). Astrid Avenue VI Massal sejenis : Lagerstomia indica, Aglaia odorata. Massal campuran : Saraca indica, Malvaviscus arboreus, Amherstia nobilis, Tecoma stans, Brownea hybrida, Wrightia religiosa, Posoqueria latifolia, Flaucortia inermis, Lagerstomia indica, Calliandra sp., Flacourtia inermis(lampiran 15). Taman Bhineka Soliter : Ficus benjamina. Massal sejenis : Lagerstomia indica, Plumeria rubra, Codiaeum variegatum, Massal campuran : Pisonia grandis alba, Corymbosa sp., Mussaenda sp., Pachystachys lutea, Heliconia sp., Thuja orientalis, Cordyline terminalis, Cupressus fernabilis, Excoecaria cochinchinensis (Lampiran 16).

32 Penilaian Aspek Fungsi Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor Pemilihan aspek fungsi disesuaikan dengan fungsi desain yang sesuai pada area yang diamati (Tabel 1). Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan (Tabel 2). Hasil penilaian kemudian dibagi dalam 4 kategori penilaian, yaitu kategori sangat baik, baik, sedang dan buruk. Hasil analisis kemudian dijelaskan dalam bentuk deskriptif pada setiap fungsi dari tiap segmen. Fungsi Pengarah Tabel 4. Penilaian Aspek Fungsi Pengarah Nama Tempat Segmen Kriteria Skor Penilaian Kategori (%) Jalan Kenari I Sangat baik II Sangat baik Astrid Avenue I Sangat baik Keterangan : Nilai 1 : Buruk bila 40% kriteria terpenuhi Nilai 2 : Sedang bila 41 60% kriteria terpenuhi Nilai 3 : Baik bila 61-80% kriteria terpenuhi Nilai 4 : Sangat baik bila 81% kriteria terpenuhi 1. Jalan Kenari Pada Jalan Kenari segmen I hanya terdapat deretan pohon kenari (Canarium vulgareee) di sepanjang ruas jalan dengan ketinggian 6m, ditanam secara massal/berbaris, jarak tanam rapat, berkesinambungan, berkesan rapi dan memudahkan orientasi (Gambar 5). Penilaian fungsi pengarah pada Jalan Kenari I sebesar 85% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pengarah pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 4).

33 Gambar 5. Fungsi Pengarah Kategori Sangat Baik di Jalan Kenari I Pada Jalan Kenari segmen II hanya terdapat deretan pohon kenari di sepanjang ruas jalan dengan ketinggian 6m, ditanam secara massal/berbaris, jarak tanam rapat, berkesinambungan, berkesan rapi dan memudahkan orientasi (Gambar 6). Penilaian fungsi pengarah pada Jalan Kenari II sebesar 95% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pengarah pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 4). Gambar 6. Fungsi Pengarah Kategori Sangat Baik di Jalan Kenari II 2. Astrid Avenue Pada Astrid Avenue segmen I terdapat deretan pohon damar (Agathis bornensis) dengan ketinggian 6m, ditanam secara massal/berbaris, jarak tanam rapat, berkesinambungan, berkesan rapi dan memudahkan orientasi. Pada median jalan ditanam bunga tasbih (Canna indica) yang tersusun dengan rapi sebagai

34 pelengkap, menambah kesan yang lebih baik pada fungsi pengarah yang ada (Gambar 7). Penilaian fungsi pengarah pada Astrid Avenue I sebesar 90% dari 5 kriteria terpenuhi yang menunjukan bahwa fungsi pengarah pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 4). Gambar 7. Fungsi Pengarah Kategori Sangat Baik di Astrid Avenue I Fungsi Pembatas Tabel 5. Penilaian Aspek Fungsi Pembatas Kriteria Nama Tempat Segmen Penilaian Skor Kategori % Jalan Kenari I Baik II Sangat baik Taman Teysmann I Sedang II Sangat baik Taman Air I Sedang II Baik Astrid Avenue I Baik II Baik III Sedang IV Sangat baik V Sedang VI Sedang Taman Bhineka Sedang Keterangan : Nilai 1 : Buruk bila 40% kriteria terpenuhi Nilai 2 : Sedang bila 41 60% kriteria terpenuhi Nilai 3 : Baik bila 61-80% kriteria terpenuhi Nilai 4 : Sangat baik bila 81% kriteria terpenuhi

35 1. Jalan Kenari Di Jalan Kenari segmen I terdapat tanaman tinggi dengan massa daun dan jarak penanaman yang rapat membatasi jalan dengan danau yang ada di sebelah timur jalan. Penilaian fungsi pengarah pada Jalan Kenari I sebesar 75% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong baik (Tabel 5). Seluruh bagian Jalan Kenari segmen II ditanam dengan kenari yang sangat tinggi, massa daun padat dan penanaman yang rapat sehingga berfungsi sangat baik bagi pembatas tempat pembibitan yang ada di sebelah barat. Di bagian timur jalan, lahan lebih rendah daripada jalan, penempatan tanaman sebagai fungsi pembatas sangat berguna bagi keselamatan pengguna kendaraan maupun pejalan kaki (Gambar 8). Penilaian fungsi pembatas pada Jalan Kenari II sebesar 85% dari 5 kriteria terpenuhi yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 5). (a) Pembatas Pembibitan (b) Pembatas Lahan yang Rendah Gambar 8. Fungsi Pembatas Kategori Sangat Baik di Jalan Kenari II 2. Taman Teysmann Di tengah Taman Teysmann segmen I terdapat pohon kurma hias yang ditanam berderat, sesuai dengan fungsi pembatas, akan tetapi jarak tanamnya terlalu jauh (Gambar 9). Disekitar taman ini terdapat bermacam-macam jenis

36 palem yang ditanam agak rapat dan tidak beraturan, terdapat tanaman yang tinggi dan juga yang masih kecil berfungsi sebagai peremajaan. Penilaian fungsi pembatas pada Taman Teysmann I sebesar 55% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong sedang (Tabel 5). Gambar 9. Fungsi Pembatas Kategori Sedang di Taman Teysmann I Tanaman di Taman Teysman segmen II ditanam rapat dan berbaris membentuk massa. Di arah barat laut tanaman yang ditanam sangat rimbun dan berdekatan sehingga menghalangi pemandangan di sebelahnya yaitu berupa makan belanda kuno yang kurang terurus sehingga mengurangi pemandangan yang kurag baik bagi pengunjung (Gambar 10). Penilaian fungsi pembatas pada Taman Teysmann II sebesar 85% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 5). Gambar 10. Fungsi Pembatas Kategori Sangat Baik di Taman Teysmann II

37 3. Taman Air Di sekeliling Taman Air segmen I terdapat kumpulan pohon yang sebagian merupakan koleksi dari tanaman Palem. Tanaman di sekeliling taman ditanam secara massal dan berdekatan dengan letak yang tidak teratur, terdapat pohon bambu yang menghalangi pemandangan terhadap toilet. Penilaian fungsi pembatas pada Air I sebesar 60% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong sedang (Tabel 5). Tanaman yang berada di Taman Air segmen II merupakan tanaman koleksi dengan penanaman yang berhimpit, ditanam mengelilingi kolam yang berada di tengah area (Gambar 11). Penilaian fungsi pembatas pada Taman Air II sebesar 65% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong baik (Tabel 5). Gambar 11. Fungsi Pembatas Kategori Baik di Taman Air II 4. Astrid Avenue Di kanan dan kiri Astrid Avenue segmen I berderet pohon damar yang ditanam berdekatan dengan massa daun rapat sebagai fungsi pembatas yang membatasi jalan dengan area di kedua sisinya. Nilai fungsi pembatas pada area ini tidak terlalu besar karena di sebagian area terdapat jarak tanaman yang berjauhan. Penilaian fungsi pembatas pada Astrid Avenue I sebesar 60% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong sedang (Tabel 5). Disekitar Astrid Avenue segmen II terdapat kumpulan tanaman yang beraneka ragam, bermassa daun rapat dan ditanam berbaris atau membentuk

38 massa (Gambar 12). Penilaian fungsi pembatas pada Astrid Avenue II sebesar 65% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong baik (Tabel 5). Gambar 12. Fungsi Pembatas Kategori Baik di Astrid Avenue II Di Astrid Avenue segmen III terdapat deretan pohon sapu tangan (Maniltoa grandiflora) dengan jarak berdekatan dan berderet sebagai pembatas terhadap jalan. Di sisi lain area terdapat beberapa pohon jati (Tectona grandis) yang ditanam berderet dan berdekatan. Penilaian fungsi pembatas pada Astrid Avenue III sebesar 60% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong sedang (Tabel 5). Di Astrid Avenue segmen IV terdapat deretan pisang hias (Heliconia sp.) yang sangat rapat membatasi pemandangan terhadap toilet dan mengurangi bau tidak sedap yang diakibatkan oleh toilet tersebut. Di sisi lain terdapat kumpulan pohon pisang dan juga pisang hias membatasi area ini dengan tempat pengomposan (Gambar 13). Penilaian fungsi pembatas pada Astrid Avenue IV sebesar 90% dari 5 kriteria terpenuhi yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 5).

39 (a) Tanaman Pembatas Toilet (b) Tanaman Pembatas Pengkomposan Gambar 13. Fungsi Pembatas Kategori Sangat Baik di Astrid Avenue IV Di Astrid Avenue V terdapat beragam jenis tanaman yang berderet membatasi area dengan sungai, akan tetapi jarak tanamnya kurang berdekatan mengurangi nilai fungsi pembatas pada area ini (Gambar 14). Penilaian fungsi pembatas pada Astrid Avenue V sebesar 55% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong sangat sedang (Tabel 5). Gambar 14. Fungsi Pembatas Kategori Sedang di Astrid Avenue V Di Astrid Avenue VI terdapat deretan pohon bungur (Lagerstoemia speciosa) memenuhi semua kriteria fungsi tanaman sebagai pembatas terhadap jalan, terdapat beragam jenis tanaman yang membatasi area ini dengan sungai dengan penggunaan tanaman bervariatif dengan jumlah banyak. Penilaian fungsi pembatas pada Astrid Avenue VI sebesar 50% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong sedang (Tabel 5).

40 5. Taman Bhineka Terdapat berbagai jenis tanaman di sekitar Taman Bhineka dengan jarak tanam kurang beraturan. Hanya terdapat satu sisi area yang memiliki kumpulan tanaman sebagai pembatas terhadap sungai, memberi nilai keselamatan bagi pengunjung (Gambar 15). Penilaian fungsi pembatas pada Taman Bhineka sebesar 60% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi pembatas pada area ini tergolong sedang (Tabel 5). Gambar 15. Fungsi Pembatas Kategori Sedang di Taman Bhineka Fungsi Peneduh Tabel 6. Penilaian Aspek Fungsi Peneduh Nama Tempat Segmen Kriteria Penilaian Skor % Kategori Jalan Kenari I Sangat baik II Sangat baik Taman Air I Baik II Sangat baik Astrid Avenue I Sedang V Baik Taman Bhineka Baik Keterangan : Nilai 1 : Buruk bila 40% kriteria terpenuhi. Nilai 2 : Sedang bila 41 60% kriteria terpenuhi Nilai 3 : Baik bila 61-80% kriteria terpenuhi Nilai 4 : Sangat baik bila 81% kriteria terpenuhi

41 1. Jalan Kenari Pohon kenari yang ada di Jalan Kenari I hampir semuanya sudah dewasa, hanya ada beberapa pohon saja yang masih dalam tahap pertumbuhan, ditanam berderet dan di beberapa titik terdapat tanaman dengan jarak tanam agak berjauhan. Di bawah pohon banyak dijumpai bangku-bangku untuk tempat peristirahatan pengunjung. Di sebelah timur jalan terdapat kolam, sehingga di bawah tanaman ini sering digunakan pengunjung untuk duduk-duduk di rumput sambil berteduh dan menikmati pemandangan (Gambar 16). Penilaian fungsi peneduh pada Jalan Kenari I sebesar 83% dari 6 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi peneduh pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 6). (a) Peneduh Dekat Danau (b) Peneduh Dekat Gerbang Utama Gambar 16. Fungsi Peneduh Kategori Sangat Baik di Jalan Kenari I Pohon kenari di Jalan Kenari segmen II hampir semuanya merupakan tanaman yang sudah dewasa dan sangat tinggi dengan percabangan lebih dari 5m. Jarak tanam sangat dekat dan rimbun dengan tajuk yang bersinggungan. Tanaman ini juga ditanam secara berderet mengikuti jalan secara berkesinambungan. Di bawah tanaman ditempatkan bangku-bangku secara berkesinambungan (Gambar 17). Nilai fungsi peneduh sebesar 92% dari 6 kriteria terpenuhi yang menunjukan bahwa fungsi peneduh pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 6).

42 Gambar 17. Fungsi Peneduh Kategori Sangat Baik di Jalan Kenari II 2. Taman Air Di bagian barat Taman Air I terdapat koleksi Palem yang tidak berfungsi sebagai peneduh, sedangkan di bagian timur terdapat beragam tanaman yang berfungsi sangat baik sebagai peneduh, merupakan pohon tinggi dengan jarak berdekatan dan tajuk bersinggungan. Di tengah taman terdapat pohon keben yang berfungsi sebagai peneduh (Gambar 18). Penilaian fungsi peneduh pada Taman Air I sebesar 63% dari 6 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi peneduh pada area ini tergolong baik (Tabel 6). Gambar 18. Fungsi Peneduh Kategori Baik di Taman Air I Tanaman di Taman Air segmen II hampir semuanya merupakan tanaman koleksi dengan jarak tanam yang sangat rapat dan tajuk bersinggungan, sebagian

43 besar merupakan tanaman tinggi dengan percabangan lebih dari lima meter (Gambar 19). Penilaian fungsi peneduh pada Taman Air II sebesar 92% dari 6 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi peneduh pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 6). Gambar 19. Fungsi Peneduh Kategori Sangat Baik di Taman Air II 3. Astrid Avenue Semua pohon yang ditanam di Astrid Avenue segmen I adalah damar, merupakan pohon tinggi dengan jarak tanam yang cukup rapat. Bentuk tajuk dari pohon damar tidak sesuai digunakan sebagai tanaman peneduh, percabangan < 5m dan terdapat beberapa area dengan jarak tanam yang agak berjauhan. Penilaian fungsi peneduh pada Astrid Avenue I sebesar 58% dari 6 kriteria terpenuhi yang menunjukan bahwa fungsi peneduh pada area ini tergolong sedang (Tabel 6). Di Astrid Avenue segmen V terdapat deretan pohon dengan tajuk bersinggungan dan memiliki kriteria tajuk sebagai peneduh. Di area ini banyak sekali digunakan pengunjung untuk berteduh baik duduk-duduk di bangku, berlesehan bahkan ada juga yang berbaring di area ini sambil melihat ornamen air yang terdapat di segmen ini (Gambar 20). Yang kurang dari kriteria peneduh di segmen ini yaitu percabangan tanaman < 5m. Nilai Penilaian fungsi peneduh pada Astrid Avenue V sebesar 63% dari 6 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi peneduh pada area ini tergolong baik (Tabel 6).

44 (a) Pohon Bungur sebagai Peneduh (b) Pohon Brownea sebagai Peneduh Gambar 20. Fungsi Peneduh Kategori Baik di Astrid Avenue V 4. Taman Bhineka Di sekitar Taman Bhineka tersebar banyak tanaman tinggi dengan tajuk bersinggungan dan percabangan > 5m, di beberapa tempat terdapat bangku taman di bawah pohon untuk berteduh. Di tengah area jarang terdapat tanaman yang tinggi, tetapi dibeberapa titik terdapat tanaman yang berfungsi sebagai peneduh dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, tetapi mencukupi bagi taman ini, contohnya seperti pohon Beringin (Ficus benjamina) yang langsung terlihat dari welcome area (Gambar 21). Penilaian fungsi peneduh pada Taman Bhineka sebesar 63% dari 6 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi peneduh pada area ini tergolong baik (Tabel 6). Gambar 21. Fungsi Peneduh Kategori Baik di Taman Bhineka

45 Fungsi Kontrol Angin Tabel 7. Penilaian Aspek Kontrol Angin Nama Tempat Segmen Kriteria Penilaian Skor % Kategori Jalan Kenari I Baik II Baik Taman Teysmann II Baik Taman Air I Sedang II Sangat baik Astrid Avenue I Baik II Sangat baik III Buruk IV Sangat baik V Sedang VI Sedang Taman Bhineka Sedang Keterangan : Nilai 1 : Buruk bila 40% kriteria terpenuhi Nilai 2 : Sedang bila 41 60% kriteria terpenuhi Nilai 3 : Baik bila 61-80% kriteria terpenuhi Nilai 4 : Sangat baik bila 81% kriteria terpenuhi 1. Jalan Kenari Pohon kenari yang ditanam Jalan Kenari segmen I sangat baik berfungsi sebagai pohon penahan angin. Pohon kenari tidak mudah tumbang, jarak tanam rapat, hanya saja daun pohon kenari mudah rontok. Pola penanaman pada area ini kurang didukung dengan lapisan tanaman lain yang lebih pendek, sehingga masih ada ruang bagi angin untuk masuk ataupun keluar. Penilaian fungsi kontrol angin pada Jalan Kenari I sebesar 71% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong baik (Tabel 7). Pada dasarnya di Jalan Kenari segmen II hampir sama seperti halnya segmen I karena pohon yang ditanam relatif sama. Nilai lebih dari area ini daripada segmen I adalah jarak tanamnya yang lebih rapat dan jarang terlihat lahan yang kosong seperti pada segmen I. Penilaian fungsi kontrol angin pada Jalan Kenari II sebesar 71% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong baik (Tabel 7). 2. Taman Teysmann Tanaman yang ditanam di Taman Teysmann segmen II merupakan tanamaan yang sudah dewasa, mempunyai perakaran dan batang yang kuat dan tidak mudah tumbang dengan jarak tanam yang berdekatan dan kriteria daun yang

46 tidak mudah rontok dengan massa daun padat. Penilaian fungsi kontrol angin pada Taman Teysmann II sebesar 75% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong baik (Tabel 7). 3. Taman Air Di sebelah barat Taman Air segmen I tanaman yang ditanam terdiri dari koleksi palem yang mudah tumbang dengan jarak tanam yang berjauhan sehingga masih ada ruang kosong yang dapat dilalui oleh angin, terdapat pula berbagai macam jenis tanaman, mulai dari tanaman yang tinggi sampai pendek dengan jarak tanam yang dekat, akan tetapi ada beberapa tanaman yang akan menggugurkan daunnya pada musim tertentu (Gambar 22). Penilaian fungsi kontrol angin pada Taman Air I sebesar 57% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong sedang (Tabel 7). Gambar 22. Fungsi Kontrol Angin Kategori Sedang di Taman Air I Tanaman yang ditanam di Taman Air segmen II beragam terdiri dari tanaman pendek sampai tinggi. Tanaman yang ditanam merupakan tanaman koleksi yang sudah dewasa dengan batang yang kuat dan tidak mudah tumbang, ditanam berbaris berlapis dengan jarak tanam yang berdekatan. Penilaian fungsi kontrol angin pada Taman Air II sebesar 86% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 7). 4. Astrid avenue Tanaman yang ditanam di Astrid Avenue segmen I ini semuanya adalah damar yang merupakan pohon tinggi yang telah dewasa dan tidak mudah

47 tumbang, ukuran daunnya tidak lebar dan bermassa daun padat dengan jarak tanam yang cukup rapat dan ditanam secara berbaris. Penilaian fungsi kontrol angin pada Astrid Avenue I sebesar 71% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong baik (Tabel 7). Disekeliling Astrid Avenue segmen II ditanam berbagai macam tanaman mulai dari tanaman tinggi sampai tanaman pendek dengan perakaran dan batang yang kuat dan tidak mudah tumbang, jarak tanam rapat dan membentuk massa. Sebagian besar tanaman yang ada memiliki ukuran daun yang tidak lebar dan daunnya tidak mudah rontok, hanya ada satu pohon kapuk yang pada musim tertentu akan mengggugurkan daun serta kapuknya. Secara keseluruhan tanaman yang ditanam sudah sangat baik berperan sebagai kontrol angin sehingga di tengah area banyak pengunjung yang merasa nyaman dan mempergunakannya sebagai lapangan untuk bermain ataupun aktivitas lainnya (Gambar 23). Penilaian fungsi kontrol angin pada Astrid Avenue II sebesar 82% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 7). Gambar 23. Fungsi Kontrol Angin Kategori Sangat Baik di Astrid Avenue II Di Astrid Avenue segmen III hanya terdapat sebagian kecil deretan tanaman yang merupakan tanaman tinggi dan sudah dewasa dengan perakaran dan batang yang kuat sehingga tidak mudah tumbang, sebagian tanaman memiliki ukuran daun yang lebar dan masa daun yang kurang padat. Tanaman yang ada di segmen ini memiliki jarak tanam rapat pada area yang sangat sedikit,

48 memungkinkan angin untuk kelur masuk area ini dengan mudah (Gambar 24). Penilaian fungsi kontrol angin pada Astrid Avenue III sebesar 39% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong buruk (Tabel 7). Gambar 24. Fungsi Kontrol Angin Kategori Buruk di Astrid Avenue III Di Astrid Avenue segmen IV ditanam barisan pohon palem yang berbaris dari mulai welcome area sampai ke mesjid, di samping kanan dan kiri terdapat barisan tanaman yang rapat. Tanaman di area ini tidak mudah tumbang, tidak berdaun lebar dan bermassa daun padat kecuali beberapa tanaman pisang yang belum cukup dewasa. Area untuk masuk dan keluar angin terdapat dari mulai welcome area sampai ke depan mesjid, memberikan nilai kesejukan yang sangat baik bagi pengunjung yang datang ke mesjid. Kontrol angin sudah baik, sehingga angin hanya datang dari satu arah saja. Penilaian fungsi kontrol angin pada Astrid Avenue IV sebesar 82% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 7). Tanaman di Astrid Avenue V hampir semua telah dewasa, mempunyai perakaran dan batang yang kuat dan tidak mudah tumbang, memiliki daun lebar dan massa daun padat dengan jarak tanam yang rapat, hanya saja tanaman di area ini menyebar tidak beraturan di seluruh area (Gambar 25). Penilaian fungsi kontrol angin pada Astrid Avenue V sebesar 57% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong sedang (Tabel 7).

49 Gambar 25. Fungsi Kontrol Angin Kategori Sedang di Astrid Avenue V Nilai kontrol angin di Astrid Avenue VI tidak terlalu baik, bahkan mendekati buruk karena tanaman hanya terdapat di beberapa area saja dan sebagian tanaman memiliki kriteria daun lebar dengan massa daun padat. Di tengah area hanya terdiri dari rumput, sehingga tidak ada tanaman yang berfungsi sebagai kontrol angin di tengah area (Gambar 26). Penilaian fungsi kontrol angin pada Astrid Avenue VI sebesar 43% dari 7 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol angin pada area ini tergolong sedang (Tabel 7). Gambar 26. Fungsi Kontrol Angin Kategori Sedang di Astrid Avenue VI 5. Taman Bhineka Di Taman Bhineka terdapat deretan tanaman di sekelilling taman yang sebagian besar memiliki massa daun tanaman padat dan ukuran daun yang lebar dengan jarak tanam yang rapat dan penyebaran yang tidak merata, banyak sekali

50 ruang yang memungkinkan angin untuk masuk dan keluar. Tanaman yang ditanam cukup kuat dan tidak mudah tumbang. Penilaian fungsi kontrol angin pada Taman Bhineka sebesar 57% dari 7 kriteria terpenuhi yang menunjukan bahwa fungsi kontrol area pada bagian ini tergolong sedang (Tabel 7). Fungsi Kontrol Bunyi Tabel 8. Penilaian Aspek Kontrol Bunyi Nama Tempat Segmen Kriteria Penilaian Skor % Kategori Jalan Kenari I Sedang II Sedang Astrid Avenue I Buruk Keterangan : Nilai 1 : Buruk bila 40% kriteria terpenuhi Nilai 2 : Sedang bila 41 60% kriteria terpenuhi Nilai 3 : Baik bila 61-80% kriteria terpenuhi Nilai 4 : Sangat baik bila 81% kriteria terpenuhi 1. Jalan Kenari Tanaman di Jalan Kenari I memiliki struktur daun tidak tebal dan bermassa daun rapat. Di belakang pohon kenari terdapat deretan pohon lain dengan ketinggian yang hampir sama, di kedua sisi jalan tidak terdapat kombinasi dengan dinding peredam (Gambar 27). Nilai kontrol bunyi dilihat dari struktur individu tanaman sudah baik tetapi untuk kombinasi penanamannya masih kurang. Penilaian fungsi kontrol bunyi pada Jalan Kenari I sebesar 45% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol bunyi pada area ini tergolong sedang (Tabel 8).

51 Gambar 27. Fungsi Kontrol Bunyi Kategori Sedang di Jalan Kenari I Tanaman di Jalan Kenari II sama seperti di Jalan Kenari I, hanya saja jarak penanamannya lebih rapat. Penilaian fungsi kontrol bunyi pada Jalan Kenari II sebesar 50% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol bunyi pada area ini tergolong sedang (Tabel 8). 2. Astrid Avenue Tanaman di Astrid Avenue I hanya terdiri dari satu lapis tanaman yang bermassa daun padat serta tidak terdapat kombinasi dengan dinding peredam (Gambar 28). Penilaian kontrol bunyi pada Astrid Avenue I sebesar 35% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol bunyi pada area ini tergolong buruk (Tabel 8). Gambar 28. Fungsi Kontrol Bunyi Kategori Buruk di Astrid Avenue I

52 Fungsi Kontrol Polusi Tabel 9. Penilaian Aspek Kontrol Polusi Nama Tempat Segmen Kriteria Penilaian Skor % Kategori Jalan Kenari I Baik II Baik Astrid Avenue I Baik Keterangan : Nilai 1 : Buruk bila 40% kriteria terpenuhi Nilai 2 : Sedang bila 41 60% kriteria terpenuhi Nilai 3 : Baik bila 61-80% kriteria terpenuhi Nilai 4 : Sangat baik bila 81% kriteria terpenuhi 1. Jalan Kenari Dikedua sisi Jalan Kenari ditanam kenari yang memiliki massa daun padat, tepi daun rata dan batang bertekstur halus. Tanaman yang ditanam berderet dengan jarak yang rapat dan di beberapa area tanaman ditanam berlapis dengan tanaman koleksi. Penilaian fungsi kontrol polusi pada Jalan Kenari I sebesar 61% dari 9 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol polusi pada area ini tergolong sedang (Tabel 9). Tanaman kenari di Jalan Kenari segmen II jarak penanamannya rapat dan di satu sisi jalan tanmannya berlapis dengan tanaman koleksi. Penilaian fungsi kontrol polusi pada Jalan Kenari II sebesar 64% dari 9 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol polusi pada area ini tergolong sedang (Tabel 9). 2. Astrid Avenue Pohon damar di Astrid Avenue segmen I merupakan tanaman yang memiliki getah atau zat resin, bertekstur cabang dan batang sedang, tepi daun tidak bergerigi. Pada area ini penanamannya hanya terdiri dari satu lapisan pohon dengan jarak tanam rapat dan sebagian kecil area yang tidak ditanami. Penilaian fungsi kontrol polusi pada Astrid Avenue I sebesar 61% dari 9 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol polusi pada area ini tergolong baik (Tabel 9)

53 Fungsi Kontrol Visual Tabel 10. Penilaian Aspek Kontrol Visual Nama Tempat Segmen Kriteria Penilaian Skor % Kategori Jalan Kenari I Baik II Baik Taman Teysmann I Baik II Sangat baik Taman Air I Buruk II Sedang Astrid Avenue I Sedang II Buruk III Buruk IV Sangat baik V Buruk VI Sedang Taman Bhineka Buruk Keterangan : Nilai 1 : Buruk bila 40% kriteria terpenuhi. Nilai 2 : Sedang bila 41 60% kriteria terpenuhi Nilai 3 : Baik bila 61-80% kriteria terpenuhi Nilai 4 : Sangat baik bila 81% kriteria terpenuhi 1. Jalan Kenari Tanaman kenari di Jalan Kenari segmen I berfungsi unuk mengarahkan pandangan, tetapi kurang membingkai vista yang menarik. Penanaman yang berderet memberikan kesan rapi dan memberikan keseimbangan komposisi sehingga menghasilkan nilai estetika yang tinggi. Di beberapa area pada jalan ini terlihat area yang tidak ditanami, sehingga mengurangi nilai estetika dari area tersebut. Penilaian fungsi kontrol visual pada Jalan Kenari I sebesar 65% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada area ini tergolong baik (Tabel 10). Di Jalan Kenari segmen II pohon kenari yang ditanam memiliki ukuran yang tinggi dengan jarak tanam yang relatif rapat dan ditanam secara continue memberi nilai keseimbangan komposisi yang tinggi. Penilaian fungsi kontrol visual pada Jalan Kenari II sebesar 70% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada area ini tergolong baik (Tabel 10). 2. Taman Teysmann Kuram hias yang ditanam di sekeliling area inti dari Taman Teysmann segmen I memberikan orientasi yang baik menuju pusat taman. Dari taman ini

54 dapat terlihat Istana Bogor yang dibingkai oleh kemuning culang di samping kanan dan kirinya (Gambar 29). Penanaman yang simetrik memberikan keseimbangan posisi dan mempertinggi nilai estetika yang ada. Penilaian fungsi kontrol visual pada Taman Teysmann I sebesar 70% dari 6 kriteria terpenuhi yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada bagian ini tergolong baik (Tabel 10). (a ) Penanaman Berorientasi ke Tengah (b) Istana Bogor sebagai Vista) Gambar 29. Fungsi Kontrol Visual Kategori Baik di Taman Teysmann I Tanaman di Tamann Teysmann segmen II ditanam berderet dengan ukuran dan kombinasi yang seimbang membingkai dua vista yaitu Istana Bogor (Gambar 30) dan Taman Teysmann segmen I serta memberikan nilai estetika yang tinggi. Penanaman di sebelah barat laut menghalangi pengunjung dari pemandangan buruk berupa makam belanda kuno yang kurang terurus serta koleksi pohon bambu yang berkesan menyeramkan. Penilaian fungsi kontrol visual pada Taman Teysmann II sebesar 85% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada taman ini tergolong sangat baik (Tabel 10).

55 Gambar 30. Fungsi Kontrol Visual Kategori Sangat Baik di Taman Teysmann II 3. Taman Air Tanaman di Taman Air segmen I sebagian besar berada di sekeliling area dengan komposisi yang tidak beraturan, tidak ada kesan rapi sehingga memperkecil nilai estetika yang ada. Di area ini terdapat permainan air yang dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung, tetapi kurang diimbangi dengan penataan tanaman yang ada (Gambar 31). Pada area ini terdapat rumpun pohon bambu yang membatasi pandangan pengunjung terhadap toilet. Penilaian fungsi kontrol visual pada Taman Air I sebesar 40% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada area ini tergolong buruk (Tabel 10). Gambar 31. Fungsi Kontrol Visual Kategori Buruk di Taman Air I

56 Tanaman di Taman Air segmen II ditanam mengelilingi kolam yang ada di tengah, sehingga memberi kesan rapi karena mempunyai suatu orientasi yang jelas. Penilaian kontrol visual pada Taman Air I sebesar 60% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada area ini tergolong sedang (Tabel 10). 4. Astrid Avenue Di Astrid Avenue segmen I terdapat deretan pohon di kedua sisi jalan sehingga mengarahkan pengunjung pada area tertentu, teapi tidak ada pemandangan menarik yang dibingkai oleh deretan pohon yang ada, deretan pohon di kedua sisi jalan ini memperlihatkan kesan rapi, tetapi dibeberapa area terdapat lahan yang kosong, sehingga mengurangi nilai estetika yang ada. Penilaian fungsi kontrol visual pada Astrid Avenue I sebesar 50% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada taman ini tergolong sedang (Tabel 10). Di Astrid Avenue segmen II tidak ada deretan pohon sebagai pengarah maupun pemandangan menarik yang dapat dibingkai. Tanaman ditanam secara tidak beraturan, sehingga tidak ada kesan rapi dan tanpa orientasi yang jelas. Penilaian fungsi kontrol visual pada Astrid Avenue II sebesar 25% dari 5 terpenuhi yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada taman ini tergolong buruk (Tabel 10). Tanaman yang ditanam di Astrid Avenue segmen III tidak mempunyai pola penanaman yang jelas sehingga mengurangi nilai estetika yang ada. Tanaman yang ditanam hanya terdiri dari beberapa kelompok di sekeliling area yang ditanam berjauhan. Penilaian fungsi kontrol visual pada Astrid Avenue III sebesar 35% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada area ini tergolong buruk (Tabel 10). Tanaman di Astrid Avenue IV terdiri dari dua tahap, di tengah area terdapat deretan pohon palem dan disampingnya terdapat deretan pisang hias dengan komposisi yang seimbang memberikan nilai esteika yang tinggi. Penanaman mengarah ke mesjid dan terlihat terlihat sebagai vista yang dibingkai oleh deretan palem (Gambar 32). Deretan pisang hias yang ada berfungsi untuk membatasi pemandangan buruk berupa toilet dan tempat pengomposan yang ada

57 di sisi area ini. Penilaian fungsi kontrol visual pada Astrid Avenue IV sebesar 90% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada area ini tergolong sangat baik (Tabel 10). Gambar 32. Fungsi Kontrol Visual Sangat Baik di Astrid Avenue IV Tanaman di Astrid Avenue V beraneka ragam, menyebar di seluruh area, sehingga tidak ada orientasi yang jelas. Terdapat pohon pisang kipas (Ravenala madagascariensis) di kedua sisi jalan yang ada tetapi tidak jelas pemandangan apa yang dibingkai oleh pohon tersebut. Penilaian fungsi kontrol visual pada Astrid Avenue V sebesar 30% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada area ini tergolong sangat buruk (Tabel 10). Tanaman di Astrid Avenue VI hanya terdapat pada beberapa area saja dengan pola yang tidak jelas. Nilai untuk kontrol visual di area ini adalah deretan kemuning culang yang berderet di kedua sisi jalan menuju cafe dedaunan yang menghasilkan vista dengan nilai yang baik. Penilaian fungsi kontrol visual pada Astrid Avenue VI sebesar 50% dari 5 kriteria yang menunjukan bahwa fungsi kontrol visual pada area ini tergolong sedang (Tabel 10). 5. Taman Bhineka Di Taman Bhineka tanaman ditanam berkelompok di beberapa titik area, tidak terlihat pola penanaman ataupun orientasi penanaman yang jelas. Penilaian kontrol visual pada Taman Bhineka sebesar 40% dari 6 kriteria terpenuhi yang menunjukan bahwa fungsi fungsi kontrol visual pada area ini tergolong buruk (Tabel 10).

58 Penilaian Aspek Kualitas Estetika Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor Hasil SBE seluruh foto lanskap yang dinilai dapat menentukan pola keindahan pemandangan tanaman yang telah dibagi menurut susunan tata bentuk (1. Pohon Soliter, 2. Perdu Soliter, 3.Pohon Massal Sejenis, 4. Perdu Massal Sejenis, dan 5.Massal Campuran). Hasil foto lanskap yang dinilai kemudian dibagi dalam 3 kategori, yaitu : keindahan pemandangan tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan dilakukan berdasarkan sebaran normal. Gambar memperlihatkan grafik nilai SBE responden. Pada grafik kelompok responden mahasiswa semester V, data kuesionernya menghasilkan nilai SBE dengan kisaran -111 sampai dengan 67, sedangkan mahasiswa semester IX menghasilkan nilai SBE dengan kisaran -111 sampai dengan 70. Lanskap dengan nilai SBE paling tinggi adalah lanskap yang secara visual dinilai paling indah dan disukai oleh responden, sebaliknya lanskap dengan nilai SBE paling rendah adalah lanskap yang tidak indah dan tidak disukai. Dari hasil data nilai SBE tersebut dapat diketahui bahwa penilaian dari kedua kelompok responden menpunyai kecenderungan penilaian yang sama. Kecenderungan penilaian yang sama didasari oleh latar belakang pendidikan yang sama sebagai mahasiswa Arsitektur Lanskap. Menurut Corteous (1977), persepsi dipengaruhi oleh latar belakang intelektual dan pengalaman emosional, pergaulan dan sikap yang selanjutnya akan menghasilkan sebuah reaksi.

59 Gambar 33. Grafik Nilai SBE pada Setiap Tipe Lanskap untuk Pohon Soliter Gambar 34. Grafik Nilai SBE pada Setiap Tipe Lanskap untuk Perdu Soliter

60 Gambar 35. Grafik Nilai SBE pada Setiap Tipe Lanskap untuk Pohon Massal Sejenis Gambar 36. Grafik Nilai SBE pada Setiap Tipe Lanskap untuk Perdu Massal Sejenis Gambar 37. Grafik Nilai SBE pada Setiap Tipe Lanskap untuk Massal Campuran

61 Penilaian Estetika Tanaman Lanskap (Soliter) Hasil SBE pada eveluasi nilai estetika tanaman dibagi dalam tiga kategori keindahan, yaitu ; tinggi, sedang, dan rendah. Tabel 11 menunjukan hasil pengelompokan lanskap berdasarkan kategori keindahan untuk tanaman soliter. Tabel 11. Pengelompokan Lanskap Soliter Berdasarkan Kategori Keindahan Responden Mahasiswa Semester V ( =58 ) Mahasiswa Semester IX ( =21 ) Pohon Pola Keindahan Tanaman Soliter Perdu Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Lanskap Lanskap Lanskap Lanskap Lanskap Lanskap 27, 59, 31, 28, 44, 11, 48, 22, 53, 40, 7, 20, 43, 8, 35, 26, 23, 41, 12, 5, 32, 29, 9, 1, 38 27, 59, 52, 48, 31, 26, 38, 8, 9, 23, 32, 35, 11, 28, 5, 7, 29, 1 33, 17, 52, 36, 55, 13, 46 36, 20, 12, 22, 46, 55 2, 18, 50, 56, 24, 20, 45, 16, 39, 15, 49, 34, 42, 54, 51, 58, 47, 19, 57, 6, 21, 37, 30, 3, 14, 25, 4 33, 44, 30, 24, 42, 47, 43, 58, 17, 3, 57, 37, 54, 45, 19, 10, 6, 25, 53, 40, 41, 49, 39, 2, 4, 51, 21, 15, 34, 50, 16, 13, 18, 14, 56 7, 12, 14, 19, 4, 15, 21, 16, 17, 6, 1, 8 12, 7, 15, 17, 6, 1, 14, 21, 8, 4, , 11, 18, 3, 5, 2, 20, 10 19, 13, 11 20, 18, 5, 10, 2, 3, 9 Keterangan : Warna hijau menyatakan penilaian yang sama untuk kedua kelompok responden

62 I. Lanskap Pohon Soliter 1. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi Penilaian yang sama pada pohon soliter untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 27 dan 59. Nilai tertinggi yang diberikan pada lanskap 27 oleh responden semester V dengan nilai SBE 58, responden semester IX dengan nilai 70, dapat dilihat pada (Lampiran 7). Penampilan yang sudah dewasa menunjukan bentuk arsitektural tajuk yang maksimal sesuai dengan karakter genetisnya. Tinggi pohon Ficus elastica di Taman Air segmen II ini telah mencapai ketinggian maksimal yaitu sekitar 40m. Nilai tertinggi kedua dari kedua kelompok responden adalah lanskap 59 yaitu Calliandra sp. yang juga merupakan tanaman yang telah tumbuh maksimal sesuai dengan karekterisik genetisnya (Gambar 38). Pertumbuhan dan perkembangan dengan struktur percabangan yang maksimal dalam bentuk fan-like yang proporsional memberi nilai positif untuk aspek keindahan. (a) Ficus elastica di Taman Air II (b) Calliandra sp. di Astrid Avenue VI Gambar 38. Kategori Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Pohon Soliter) Jenis pohon yang juga termasuk dalam kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi adalah lanskap 1 (Canarium vulgare), 5 (Phoenix roebelinii), 7 (Licuala sp.), 8 (Schefflera actinophylla), 9 (Vitex quinata), 11 (Diospyros blancoi), 23 (Phoenix sp.), 26 (Filicium decifiens), 28 (Harpulia sphaeroloba), 29 (Lepisanthes amoena), 31 (Ceiba pentandra) 38 (Cassia fistula), 48

63 (Lagerstroemia speciosa), dan 32 (Cassuarina sumatrana). Sebagian besar pohon yang mendapat nilai kategori tinggi termasuk tanaman yang sudah dewasa dengan bentuk arsitektural sesuai jenis karakter tanaman tersebut dengan tinggi dan bentuk tajuk yang maksimal. Terdapat pula beberapa tanaman koleksi yang mendapat nilai SBE tinggi karena mendapat lahan yang cukup bagi pertumbuhannya. 2. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang Penilaian yang sama pada pohon soliter untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai sedang dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 36 dan 55 (Ficus benjamina), dapat dilihat pada (Lampiran 7). Umumnya pohon masih kelihatan menarik walaupun belum tumbuh secara maksimal dan keutuhan percabangan kurang menunjang bentuk arsitektural pohon. Menurut Hacket (1983), tanaman dengan bentuk janggal dapat merusak komposisi desain lanskap keseluruhan dan tata letak serta benda-benda lain di sekitarnya dapat mempengaruhi secara visual lanskap tersebut. Sebagai contoh, pada kedua pohon beringin yang termasuk kategori keindahan sedang baik pada Astrid Avenue III maupun Taman Bhineka, bentuk tajuknya belum terbentuk sempurna sehingga mengurangi nilai estetika yang ada (Gambar 39). (a) Ficus benjamina di Astrid Avenue III (b) Ficus benjamina di Taman Bhineka Gambar 39. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang (Pohon Soliter) Nilai yang menunjukan kategori keindahan pemandangan dengan nilai sedang dapat terlihat pada lanskap 46 (Lagerstroemia speciosa). Pohon bungur

64 yang terlihat merupakan tanaman yang hampir maksimal pertubuhannya dengan percabangan yang hampir sempurna, tetapi belum menampakan bunganya. 3. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah Penilaian yang sama pada pohon soliter untuk kategori pemandangan dengan nilai rendah dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 2 dan 3 (Canarium vulgare), 4 (Phoenix roebelinii), 6 (Bauhinia purpurea), 14, 15 dan 16 (Baringtonia asiatica), 18 (Calliandra sp.), 19 (Delonix regia), 21 (Phoenix sp.), 24 (Allophylus cobbe), 25 (Mischocarpus exangulatus), 30 (Agathis borneensis), 34 (Adansonia digitata), 37 (Cassia fistula), 39 (Erhytrina crhystagali), 42 (Veitchia merillii), 45 dan 47 (Lagerstroemia speciosa), 49 (Dillenia philippinensis), 50 (Amherstia nobilis), 51 (Wrightia religiosa), 54 (Manihot utilisima), 56 (Thuja orientalis), 57 (Plumeria rubra), 58 (Jathropa curcas). Kurang proporsionalnya bentuk arsitektural pohon disebabkan pohon masih muda, percabangan tidak ideal, dan sedang dalam keadaan mengering atau meranggas sehingga secara keseluruhan bentuk pohon tampak janggal dan tidak ideal. Sebagai contoh, terlihat pada pohon kenari lanskap 2 yang berlokasi di Jalan Kenari I memiliki percabangan yang asimetris sehingga terkesan tidak seimbang (Gambar 40). Pohon flamboyan pada lanskap 19 yang berlokasi di Taman Air I merupakan pohon yang masih muda dengan bunga yang hanya terlihat sedikit di bagian atas. Pohon bungur pada lanskap 45 yang belokasi di Astrid Avenue V dengan daun yang mengering dan baru mulai bermunculan trubus (daun muda).

65 (a) Canarium vulgare di Jalan Kenari I (b) Lagerstroemia speciosa di Astrid Avenue V Gambar 40. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah (Pohon Soliter) Penilaian yang menunjukan kategori keindahan buruk banyak terlihat pada pohon yang ditanam pada lahan yang sempit atau penanaman yang terlalu berhimpitan sehingga menghalangi pertumbuhan optimal pada pohon tersebut. Sebagai contoh, Pohon bunga ratu pada lanskap 50 yang berlokasi di Astrid Avenue V memiliki arah tumbuh daun yang tidak beraturan dan pohon cemara kipas pada lanskap 56 yang berlokasi di Taman Bhineka tidak dapat tumbuh secara optimal karena terhimpit oleh tanaman di sekitarnya sehingga tidak dapat tumbuh secara optimal (Gambar 41). Pohon individu sebagai aksen harus berpenampilan dominan indah diantara elemen lanskap lainnya sebagai focal point (Reid 1993). Pohon yang janggal perlu perhatian dengan rekayasa bentuk dan pemeliharaan fisik ideal sehingga akan dicapai secara visual indah.

66 (a) Thuja orientalis di Taman Bhineka (b) Amherstia nobilis di Astrid Avenue VI Gambar 41. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah (Pohon Soliter) II. Lanskap Perdu Soliter 1. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi Penilaian yang sama pada pohon soliter untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 7 dan 12. Nilai tertinggi yang diberikan pada lanskap 7 oleh responden semester V dengan nilai SBE 20, Nilai tertinggi yang diberikan pada lanskap 12 oleh responden semester IX dengan nilai SBE 26. Sebaliknya, nilai tertinggi yang diberikan pada lanskap 12 oleh responden semester V dengan nilai SBE 15, nilai tertinggi yang diberikan pada lanskap 7 oleh responden semester IX dengan nilai SBE 26, dapat dilihat pada (Lampiran 8). Puring dan bungur kecil yang menunjukan nilai estetika tinggi merupakan tanaman yang sudah tumbuh secara optimal dengan bentuk percabangan yang sudah optimal. Bentuk tajuk pada puring sudah terlihat jelas yaitu dome, warna daun variagata menambah semarak warna tanaman sehingga mempertinggi nilai estetika yang ada. Bungur kecil terlihat memiliki daun yang tidak terlalu banyak tetapi percabangannya terlihat jelas membentuk fan-like. Bunga kecil berwarna ungu yang muncul di pangkal batang mempercantik tanaman tersebut sehingga mempertinggi nilai estetika (Gambar 42). Carpenter et al (1975), mengemukakan bahwa selain memperhatikan fungsi tanaman juga perlu diperhatikan segi estetikanya yaitu

67 bagian tanaman yang mempunyai keunikan dan keindahan sendiri baik ditinjau dari segi warna, aroma, tekstur, dan bentuk. (a) Codiaeum variegatum 7 (b) Lagerstroemia indica 12 di Astrid Avenue V di Astrid Avenue V Gambar 42. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Perdu Soliter) Jenis perdu yang termasuk dalam penilaian kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi muncul pada lanskap 4 (Cipadessa baccifera), 6 (Lagerstomia indica), 8 (Jathropa pandurifolia), 14, 15 (Corymbosa sp.), 16 (Jathropha pandurifolia), 17 (Cordyline sp.), 21 (Excoecaria cochinensis). Sebagian besar pohon yang mendapat nilai kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi termasuk tanaman yang sudah tua dengan bentuk arsitektural sesuai jenis karakter tanaman tersebut dengan tinggi dan bentuk tajuk yang maksimal. Beberapa tanaman memiliki keunikan tertentu seperti pada Excoecaria cochinensis pada lanskap 21 yang berlokasi di Taman Bhineka memiliki warna daun yang berbeda di bagian atas dan bagian bawahnya. 2. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang Penilaian yang sama pada pohon soliter untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai sedang dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 13 yaitu Corymbosa sp. yang berlokasi di Taman Bhineka. Perdu ditanam di atas tembok sehingga bentuk tajuknya kurang maksimal yang seharusnya berbentuk dome terhalangi oleh tembok di bawahnya sehingga tidak dapat terbentuk secara maksimal dengan warna daun hijau dengan pinggiran berwarna putih dipadu bunga yang kecil menyebar di seluruh sisi tanaman mempercantik

68 penampakan dari tanaman ini. Tanaman ini juga memiliki tekstur daun yang unik sehingga mudah dikenali (Gambar 43). Gambar 43. Corymbosa sp. sebagai Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang (Perdu Soliter) di Taman Bhineka 3. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah Penilaian yang sama pada pohon soliter untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai rendah dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 2, 3, dan 9 (Codiaeum variegatum), 5 (Brunfelsia sp.), 18 (Jatropha pandurifolia), 20 (Mussaenda sp.). Pada lanskap 5 yang berlokasi di Astrid Avenue V menunjukan melati costa dengan arah tumbuh daun yang tidak beraturan dan bunga yang hanya muncul beberapa tangkai saja. Pada lanskap 20 yang berlokasi di Taman Bhineka menunjukan Mussaenda sp. yang berbunga, percabangannya tidak teratur dan terlihat cabang yang menjurai lebih panjang di beberapa sisi (Gambar 44).

69 (a) Brunfelsia sp. di Astrid Avenue V (b) Mussaenda sp. di Taman Bhineka Gambar 44. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah (Perdu Soliter) Penilaian Estetika Tanaman Lanskap (Massal Sejenis) Hasil SBE pada eveluasi nilai estetika tanaman dibagi dalam tiga kategori keindahan, yaitu ; tinggi, sedang, dan rendah. Tabel 11 menunjukan hasil pengelompokan lanskap berdasarkan kategori keindahan untuk tanaman massal sejenis. Tabel 12. Pengelompokan Lanskap Massal Sejenis Berdasarkan Kategori Keindahan Pola Keindahan Tanaman Massal Sejenis Responden Mahasiswa Semester V ( =58 ) Mahasiswa Semester IX ( =21 ) Pohon Perdu Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Lanskap Lanskap Lanskap Lanskap Lanskap Lanskap 8, 30, 22, 17, 2, 11, 27, 28, 3, 19, 9, 31, 7, 32, 21, 14 22, 30, 1, 8, 19, 14, 27, 17, 28, 21, 5, 7, 32, 9, 11, 2, 31, 3 29, 13, 25, 4 13, 1, 16, 29, 15, 18, 4, 6, 5, 20, 12, 23, 34, 26, 24, 25, 10, 33 15, 10, 20, 12, 6, 16, 34, 23, 18, 33, 24, 26 12, 8, 14, 13, 8, 4, 12, 6, 1, 11, 13, 14, 7, 10 11, 2, 1,3, 6, 7, 4, 9, 5 10, 5 3, 9, 2 Keterangan : Warna hijau menyatakan penilaian yang sama untuk kedua kelompok responden

70 III. Lanskap Pohon Massal Sejenis 1. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi Penilaian yang sama pada pohon soliter untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 8 dan 30. Nilai tertinggi yang diberikan pada lanskap 8 oleh responden semester V dengan nilai SBE 67, responden semester IX dengan nilai 50. Nilai tertinggi yang diberikan pada lanskap 29 oleh responden semester IX dengan nilai SBE 57, responden semester V dengan nilai 54. Kumpulan pohon Palem yang berlokasi di Taman Teysman I ditunjukan oleh lanskap 8, dapat dilihat pada (Lampiran 9). Tanaman yang ada semuanya barupa pohon palem dengan keragaman ketinggian, terdapat tanaman yang menjulang tinggi dan juga tanaman yang berumpun. Tanaman ditanam berbaris dengan rapi dan membentuk beberapa barisan. Pohon Ravenala madagascariensis yang berlokasi di taman Astrid Avenue V ditunjukan oleh lanskap 30. Tanaman ditanam di kedua sisi jalan dengan komposisi yang seimbang menjadikan tanaman ini sebagai pintu gerbang masuk ke area Astrid Avenue V (Gambar 45). (a) Kumpulan Palem (b) Ravenala madagascariensis di Taman Teysmann I di Astrid Avenue V Gambar 45. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Pohon Massal Sejenis) Nilai yang menunjukan kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi dapat terlihat pada lanskap 2 (Canarium vulgare), 3 (Phoenix roebelinii), 7 (Livistona sp.), 8, 9 dan 11 (Palmae), 14 (Mimusops elengi), 17 (Premna sp.), 19 (Agathis bornensis), 21 (Cassuarina sumatrana), 22 (Pterocarpus indicus), 27 (Maniltoa gemmipara), 28 (Raphis excelsa), 31 (Lagerstroemia speciosa), 32

71 (Ficus benjamina). Penilaian pohon yang dinilai tinggi dengan keseragaman jenis dan bentuk arsitektural yang serasi menyatu membentuk pembatas, peneduh, pengarah, dan bingkai visual. Pada lanskap 2 dan 19 tanaman ditanam berderet di samping jalan yang berfungsi sebagai pengarah. Tanaman yang ditanam dengan karakteristik yang sama berupa warna, bentuk, tekstur, dll memberikan irama yang continue memberikan nilai visual yang tinggi (Gambar 46). Menurut Todd (1987) penggabungan dari unsur-unsur perancangan seperti warna, bentuk, garis, tekstur, irama dapat menciptakan daya tarik estetis pada suatu sistem sirkulasi yang sebagian besar akan menentukan suasana para pengguna jalan. (a) Canarium vulgare di Jalan Kenari II (b) Agathis borneensis di Astrid Avenue I Gambar 46. Kategori Pemandangan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Pohon Massal Sejenis) 2. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang Penilaian yang menunjukan kategori keindahan pemandangan dengan nilai sedang dapat terlihat pada lanskap 4 (Bambusa sp.), 13 (Dillenia phillipinensis), 25 (Tectona grandis) 29 (Mussa paradisiaca). Umumnya tanaman masih terlihat menarik walaupun tanaman belum tumbuh secara optimal, tetapi bentuk tajuknya sudah hampir sempurna sesuai karakteristik genetisnya, seperti contoh sempur (piramidal) pada lanskap 13 yang berlokasi di Taman Air I. Kumpulan pohon jati yang berada di Astrid Avenue III ditanam secara rapi berderet di sisi lapangan, masih terlihat menarik walaupun pertumbuhannya kurang optimal, tetapi percabangannya masih muda, terlihat kurang kokoh sehingga memperkecil nilai estetika (Gambar 47).

72 (a) Dillenia phillipinensis di Taman Air I (b) Tectona grandis di Astrid Avenue III Gambar 47. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang (Pohon Massal Sejenis) 3. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah Penilaian yang sama pada pohon soliter untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 6 (Palmae), 10 (Bactris Guinensis), 12 (Calliandra sp.), 15 (Delonix regia), 16 dan 24 (Bambusa sp.), 18 (Sapindus trifoliatus), 20 (Stelechocarpus burahol), 23 (Adansonia digitata), 26 (Cassia fistula), 33 (Lagerstomia speciosa), 34 (Thuja orientalis). Umumnya tanaman masih muda, pola penanaman kurang teratur, tanaman sedang meranggas, ukuran tanaman tidak seimbang, dan pertumbuhan yang tidak optimal akibat pola tanam yang berhimpitan (Gambar 48). Penanaman dengan ukuran yang tidak sama pada tanaman sejenis akan mengurangi balance pada prinsip desain, perlu dilakukan pengulangan dengan karakter dan komposisi yang sama untuk meningkatkan kesan unity pada tapak. Menuru Reid (1993), untuk menghasilkan tanaman yang ideal perlu penerapan prinsip desain seperti unity, balance, rythem, dan emphasis terhadap elemen lanskap sehingga dicapai komposisi yang harmonis.

73 (a) Stelechocarpus burahol (b) Lagerstroemia speciosa di Astrid Avenue II di Taman Bhineka Gambar 48. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Buruk (Pohon Massal Sejenis) Pohon kaliandara pada lanskap 12 yang berlokasi di Taman Air I merupakan pohon yang masih muda. Kumpulan pohon flamboyan pada lanskap 15 yang berlokasi di Taman Air I yang ditanam berhimpitan sehingga tidak terlihat batas dari masing-masing pohon karena daun dan percabangan yang saling bertautan. Pohon kepel berbeda ukuran menunjukan ketidak seimbangan komposis penanaman. Kumpulan pohon bungur pada lanskap 33 dan pohon cemara kipas pada lanskap 34 ditanam berhimpitan, mengurangi ruang bagi pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman tidak bisa tumbuh secara optimal. Cassia fistula pada lanskap 26 yang berlokasi di Astrid Avenue III sebagian daunnya sedang mengering dan mulai menggugurkan daunnya IV. Lanskap Massal Sejenis Perdu 1. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi Penilaian yang sama pada pohon soliter untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 8 dan 12. Nilai tertinggi yang diberikan pada lanskap 8 oleh responden semester V dengan nilai SBE 28, responden semester IX dengan nilai tertinggi yaitu 38. Nilai tertinggi yang diberikan pada lanskap 12 oleh responden semester

74 V dengan nilai SBE 28, responden semester IX dengan nilai 11, dapat dilihat pada (Lampiran 10). Pisang hias jenis capit udang pada lanskap 8 yang berlokasi di Astrid Avenue IV merupakan kumpulan tanaman dengan ukuran yang seragam, pola tanam ditanam berbaris rapi membentuk beberapa barisan yang berdekatan membentuk screen yang membatasi toilet di sisi area ini. Hanjuang merah pada lanskap 12 yang berlokasi di Taman Bhineka ditanam berderet satu barisan dengan ukuran dan percabangan yang hampir seragam ditanam dengan rapi, dipadukan dengan semak yang ditanam rapi didepannya mempertinggi nilai estetika yang ada (Gambar 49). (a) Heliconia sp. di Astrid Avenue IV (b) Cordyline sp. di Taman Bhineka Gambar 49. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Perdu Massal Sejenis) Penilaian yang sama dari kedua renponden dengan kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi juga terlihat pada lankap 13 (Codiaeum variegatum) dan 14 (Dizygotheca elegantissima). Pada lanskap 13 yang berlokasi di Taman Bhineka puring yang ditanam mempunyai ukuran yang seragam, ditanam berbaris mengarahkan pada air mancur di tengah taman. Kesamaan jenis dan bentuk dalam satu deretan membentuk garis linear dapat mengasilkan kesan unity sebagai salah satu prinsip desain dalam penataan lanskap untuk mencapai nilai estetika (Reid 1993). Air mancur ini terlihat lebih cantik dengan puring sebagai bingkainya. Pada lanskap 14 yang berlokasi di Taman Bhineka merupakan kumpulan kaki laba-laba dengan ukuran yang seimbang dengan pertumbuhan yang optimal memberikan nilai positif secara estetika.

75 2. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang Penilaian yang sama dari kedua responden dengan kategori keindahan pemandangan dengan nilai sedang terlihat pada lankap 10 (Aglaia odorata). Kemuning culang yang ditanam berderet membentuk garis linear mengarahkan pandangan terhadap cafe dedaunan yang ada di Astrid Avenue VI (Gambar 50). Pengulangan (Repetition) baik dalam bentuk, tekstur, warna, dan jenis yang sama akan memberikan kesan teratur, rapi dan menyatukan ruang (Reid, 1993). Tanaman belum tumbuh secara optimal dengan bentuk tajuk yang tidak sempurna (round) yang tidak sempurna mengurangi nilai estetika yang ada. Keseimbangan (balance) merupakan prinsip desain lanskap yang paling menuntut kepekaan perasaan pengamat (Reid, 1993). Gambar 50. Aglaia odorata sebagai Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang (Perdu Massal Sejenis) di Astrid Avenue VI 3. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah Penilaian yang sama dari kedua renponden dengan kategori keindahan pemandangan dengan nilai sedang terlihat pada lankap 2 (Codiaeum variegatum) dan 9 (Heliconia sp.). Pada lanskap 2 yang berlokasi di Taman Air I puring yang ditanam mempunyai ukuran dan bentuk yang berbeda-beda dengan penanaman yang tidak memiliki pola. Pada lanskap 9 yang berlokasi di Astrid Avenue IV pisang hias ditanam secara berderet dengan maksud sebagai pembatas bangunan di sampingnya, tetapi arah tumbuh tanam tidak beraturan mengakibatkan satu

76 tanaman dengan tanaman lainnya saling bertabrakan sehingga menunjukan tidak adanya keharmonisan pada pola penanaman yang ada (Gambar 51). (a) Heliconia sp. di Astrid Avenue IV (b) Codiaeum varigatum di Taman Air I Gambar 51. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah (Perdu Massal Sejenis) Penilaian Estetika Tanaman Lanskap (Massal Campuran) Hasil SBE pada eveluasi nilai estetika tanaman dibagi dalam tiga kategori keindahan, yaitu ; tinggi, sedang, dan rendah. Tabel 12 menunjukan hasil pengelompokan lanskap berdasarkan kategori keindahan untuk tanaman massal campuran. Tabel 13. Pengelompokan Lanskap Massal Campuran Berdasarkan Kategori Keindahan Pola Keindahan Tanaman Massal Campuran Responden Mahasiswa Semester V ( =58 ) Mahasiswa Semester IX ( =21 ) Tinggi Sedang Rendah Lanskap Lanskap Lanskap 12, 8, 3, 14, 2, 1, 16, 18, 15, 17, 6, 10, 19, 11, 7 21, 20 22, 9, 13, 4, 5 12, 19, 16, 11, 10 1, 20, 21 5, 3, 17, 18, 13, 2, 9, 22, 8, 15, 16, 14, 7, 4 Keterangan : Warna hijau menyatakan penilaian yang sama untuk kedua kelompok responden V. Lanskap Massal Campuran 1. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi Penilaian yang sama pada tanaman massal campuran untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 12. Nilai tertinggi yang diberikan pada lanskap 12 oleh responden semester V dengan nilai SBE 62, responden semester IX dengan nilai

77 tertinggi yaitu 29, dapat dilihat pada (Lampiran 11). Tanaman yang berlokasi di Astrid Avenue II terdiri dari berbagai kombinasi ukuran tanaman, mulai perdu, pohon pendek, sedang, sampai pohon besar. Pola penanman seimbang di depan terdapat perdu dengan jumlah yang relatif lebih banyak kemudian pohon kecil dengan jumlah sedang dan terdapat pohon yang tinggi seperti Ceiba pentandra yang menjulang di belakangnya (Gambar 52). Ketinggian tanaman yang bermacam-macam akan menciptakan skyline dan shilluette yang mengesankan bagi pengamat ( Austin, 1982). Gambar 52. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi (Massal Campuran) Nilai yang menunjukan kategori keindahan pemandangan dengan nilai tinggi juga dapat terlihat pada lanskap 10 dan 11 (Astrid Avenue II), 16 (Astrid Avenue VI), dan 19 (Taman Bhineka). Pada lanskap 10 yang berlokasi di Astrid Avenue II, tanaman merupakan tanaman yang sudah sangat dewasa dengan bentuk arsitektural menjulang. Pada lanskap 11 yang berlokasi di Astrid Avenue II tanaman terdiri dari berbagai macam ukuran tanaman mulai dari perdu sampai pohon besar. Pada lanskap 16 yang berlokasi di Astrid Avenue VI tanaman ditanam berderet mengelilingi sisi area, tanaman terdiri dari beberapa lapisan, lapisan paling depan merupakan perdu dan barisan paling belakang merupakan pohon besar. Tanaman yang ditanam dalam pola seperti ini memberikan nilai gradasi yang tinggi dan dapat berperan sebagai pengontrol angin. Pada lanskap 19 yang berlokasi di Taman Bineka tanaman ditanam mengelilingi air mancur yang berada di tengah area mempercantik air mancur karena proporsi tanaman yang

78 ada selaras dengan pertumbuhan yang diatur menyesuaikan ukuran air mancur tersebut. Menurut Carpenter et al (1975), skala dan proporsi pertumbuhan tanaman perlu dijaga misalnya dengan pemangkasan tanaman untuk mempertahankan komposisi tanaman dalam desain. 2. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang Penilaian yang sama pada tanaman massal campuran untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai sedang dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 20 dan 21 (Taman Bhineka). Tanaman yang ditanam mengelilingi pola tertentu yang dibatasi oleh ground cover di depannya sebagai kontrol agar tanaman tidak melewati batas yang telah ditentukan. Kombinasi jenis tanaman kelihatan indah karena terlihat adanya tanaman yang berbunga dan tidak berbunga namun beberapa variasi tanaman ada yang pertumbuhannya kurang optimal dikarenakan penanaman yang berhimpitan seperti pada lanskap 20. Pada lanskap 21 tanaman terlihat alami dan menarik, tetapi terdapat beberapa tanaman dengan bentuk yang kurang maksimal karena relatif masih sangat muda (Gambar 53). Menurut Reid (1993), keseimbangan merupakan salah satu prinsip desain untuk menunjukan harmonisasi seluruh desain lanskap agar terlihat indah. (a) Lanskap 20 di Taman Bhineka (b) Lanskap 21 di Taman Bhineka Gambar 53. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Sedang (Massal Campuran) 3. Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah Penilaian yang sama pada tanaman massal campuran untuk kategori keindahan pemandangan dengan nilai rendah dari kedua kelompok responden terlihat pada lanskap 4 (Taman Air I), 5 dan 9 (Taman Air II), 13 (Astrid Avenue

79 IV), 22 (Taman Bhineka). Penilaian keindahan pemandangan dengan nilai rendah banyak terlihat pada tanaman yang kurang memiliki keseimbangan komposisi letak dan susunan pohon serta bentuk tanaman yang janggal dikarenakan pertumbuhan tanaman yang kurang optimal. Seperti pada lanskap 20 yang berlokasi di Taman Bhineka, hanjuang merah ditanam di bawah kedondong laut, sehingga hanjuang merah tersebut tidak dapat tumbuh ke atas dikarenakan pertumbuhannya terhalangi oleh kedondong laut yang ada di atasnya. Pada lanskap 4 yang berlokasi di Taman Air I tanaman yang ditanam beraneka ragam tetapi tidak diiringi dengan penyusunana tanaman yang serasi sehingga terlihat kurang adanya kesatuan lanskap yang terbentuk. Menurut stevens (1994), pengelompokan tanaman harus kompak untuk memebri kesan ketunggalan, irama, dan memenuhi aspek simetri atau asimetri. Pada lanskap 5 yang berlokasi di Taman Air II tanaman merupakan tanaman koleksi yang ditanam secara berhimpitan karena kurangnya lahan yang tersedia bagi tanaman koleksi baru, sehingga tidak terlihat adanya pola yang diatur menurut prinsip desain. Pada lanskap 13 yang terletak di Astrid Avenue IV tanaman merupakan kombinasi tanaman dari berbagai jenis dan ukuran. Tidak ada aturan pola tanam yang terlihat sehingga memberi nilai negatif pada visual lanskap secara keseluruhan (Gambar 54). (a) Lanskap 4 di Taman Air I (b) Lanskap 22 di Taman Bhineka Gambar 54. Kategori Keindahan Pemandangan dengan Nilai Rendah (Massal Campuran)

80 Bentuk Tajuk pada Keindahan Pemandangan dengan Nilai Tinggi Dari hasil penilaian, terutama pada penilaian tanaman soliter dan massal sejenis dapat diketahui bentuk tajuk dan jenis tanaman yang banyak disukai oleh responden. Pada nilai SBE terdapat beberapa tanaman dengan bentuk tajuk tertentu yang muncul lebih dari satu kali pada hasil penilaian kategori tinggi. Tabel 14 menunjukan jenis tanaman dan bentuk tajuk yang seringkali muncul pada hasil penilaian untuk kategori keindahan tinggi. Pada Lampiran dapat dilihat karakter (anatomi dan kondisi fisik) beberapa tanaman lanskap dalam penelitian. Tabel 14. Jenis Tanaman dan Bentuk Tajuk dengan Kategori dengan Nilai Keindahan Tinggi Jenis Tanaman Bentuk Tajuk Adansonia digitata Cassuarina sumatrana Filicium decipiens Maniltoa gemmipara Mimusops elengi Agathis bornensis Canarium vulgare Harpulia sphaeroloba Globular Columnar Calliandra sp. Ravenala madagascariensis Fan-like Cassia fistulaa Ceiba pentandra Dyospiros blancoi Ficus benjamina Lepisanthes amoena

81 REKOMENDASI Aspek Fungsi 1. Penilaian Aspek Fungsi pada Jalan Kenari, paling banyak muncul penilaian dengan kategori sangat baik dan baik hanya muncul penilaian dengan kategori sedang pada aspek fungsi kontrol angin, menunjukan bahwa aspek fungsi pada area ini telah memenuhi kriteria. Mempertahankan kondisi yang telah ada sangat diperlukan untuk pelestarian tanaman di area ini. Untuk peningkatan fungsi kontrol visual dapat dilakukan dengan penanaman tanaman yang jarang. 2. Penilaian Aspek Fungsi pada Taman Teysmann hanya muncul penilaian dengan kategori sangat baik dan baik, menunjukan bahwa aspek fungsi pada area ini telah memenuhi kriteria. Mempertahankan kondisi yang telah ada sangat diperlukan untuk pelestarian tanaman di area ini. 3. Penilaian Aspek Fungsi pada Taman Air muncul penilaian dengan semua kategori mulai kategori sangat baik sampai kategori buruk, menunjukan bahwa aspek fungsi pada area ini masih memerlukan peningkatan, terutama aspek fungsi kontrol visual di Taman Air I, diperlukan adanya orientasi dan pola penanaman yang jelas pada area ini. 4. Penilaian Aspek Fungsi pada Astrid Avenue sebagian muncul penilaian dengan kategori sedang dan buruk, menunjukan bahwa aspek fungsi di area ini tidak terlalu baik. Peningkatan aspek fungsi sangat diperlukan pada aspek fungsi kontrol visual, untuk meningkatkannya diperlukan orientasi dan pola penanaman yang jelas pada area ini. 5. Penilaian Aspek Fungsi pada Taman Bhineka hanya muncul penilaian dengan kategori sedang, menunjukan bahwa aspek fungsi pada area ini sudah mencukupi, tetapi masih perlu peningkatan yang signifikan. Peningkatan aspek fungsi sangat diperlukan pada aspek fungsi kontrol visual, untuk meningkatkannya diperlukan orientasi dan pola penanaman yang jelas pada area ini. Penanaman pada tanaman yang jarang sangat efektif dalam peningkatan aspek fungsi pembatas dan kontrol angin. Rincian rekomendasi dapat dilihat pada Tabel 15.

82 Aspek Estetika 1. Keindahan pemandangan dengan nilai tinggi ditunjukan oleh bentuk arsitektural tanaman yang sesuai dengan bentuk genetisnya, pertumbuhan yang optimal, dan memiliki kesatuan antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya. Pertumbuhan yang optimal berasal dari lingkungan tumbuh yang sesuai dan juga lahan yang cukup bagi pertumbuhan tanaman tersebut di masa yang akan datang. 2. Keindahan pemandangan dengan nilai sedang ditunjukan oleh struktur fisik yang menarik, tetapi tidak disertai dengan bentuk arsitektural tanaman yang optimal, seperti percabangan yang yang tidak optimal dan jarak tanam yang tidak teratur. Untuk mempertahankan bentuk arsitektural tanaman perlu adanya pemeliharaan dan pengawasan yang efektif terhadap tanaman tersebut. Pada tanaman massal perlu adanya penanaman kembali pada tanamn yang rusak atau mati sehingga pola penanaman yang telah ada tetap dapat dipertahankan seperti semula. 3. Keindahan pemandangan dengan nilai rendah ditunjukan dengan bentuk fisik yang tidak menarik dan bentuk arsitektural yang janggal. Pertumbuhan tanaman yang tidak optimal terjadi karena kurangnya lahan bagi pertumbuhan tanaman tersebut. Perhatikan pemilihan tanaman pada tanaman massal agar tetap terlihat kesan unity pada pola penanaman yang ada. Rincian rekomendasi dapat dilihat pada Tabel 15.

83 Tabel 15. Rekomendasi Peningkatan Aspek Fungsi dan Estetika Tanaman Lanskap Fungsi (Kategori) Tempat dan Segmen J. Kenari T.Teysmann T.Air A. Avenue T.Bhineka I II I II I II I II III IV V VI Pengarah Sangat baik V V V Baik Sedang Buruk Pembatas Sangat baik V V Baik V V V Sedang V V V V Buruk Peneduh Sangat baik V V V Baik V V V V Sedang V V V Buruk K. Angin Sangat baik V V V Baik V V V V Sedang V V V V V Buruk Rekomendasi Mempertahankan kondisi yang ada Penambahan tanaman yang jarang Pemangkasan tanaman pada percabangan yang janggal Mempertahankan kondisi yang ada Penyeragaman tanaman Perapatan jarak tanam Penambahan tanaman yang jarang Peningkatan keseragaman tanaman Mempertahankan kondisi yang ada Pemilihan bentuk tajuk yang sesuai Perapatan jarak tanam Bentuk tajuk yang simetri memberi nilai tinggi pada keindahan tanaman peneduh soliter Penambahan tanaman dengan kombinasi ketinggian Peningkatan aspek unity antar tanaman pada kombinasi tanaman

84 Lanjutan Fungsi (Kategori) Tempat dan Segmen J. Kenari T.Teysmann T.Air A. Avenue T.Bhineka I II I II I II I II III IV V VI K. Bunyi Sangat baik Baik Sedang V V Buruk V K. Polusi Sangat baik Baik V V V Sedang Buruk K. Visual Sangat baik V V Baik V V V Sedang V V V Buruk V V V V V Rekomendasi Penanaman pohon di area yang ramai Penambahan tanaman dengan kombinasi ketinggian Penambahan kombinasi dengan dinding peredam Pemilihan jenis tanaman kontrol polusi di dekat jalan kota. Mempertahankan kondisi yang ada Pemilihan orientasi penanaman Pembentukan pola penanaman yang teratur Peningkatan keseimbangan komposisi tanaman

85 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang evaluasi fungsi dan estetika arsitektural tanaman yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 6. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan maka dapat terlihat bahwa fungsifungsi yang ada di Kebun Raya paling jarang muncul pada kategori sangat baik maupun buruk. Ini menunjukkan bahwa fungsi tanaman yang ada di Kebun Raya sudah memenuhi kriteria, tetapi perlu ditingkatkan kembali. 7. Hasil evaluasi aspek fungsi pada lanskap untuk kategori sangat baik berkisar antara 82-95%, kategori baik berkisar antara 63-75%, kategori sedang berkisar antara 43-60%, dan kategori buruk berkisar antara 25-40%. 8. Pada aspek estetika hampir sebagian besar tanaman mendapat nilai SBE yang tidak terlalu tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai estetika tanaman yang ada di kebun raya ini masih kurang, terlihat dari banyaknya tanaman yang tidak jelas percabangannya, bentuk tajuk yang tidak beraturan, pola tanam yang kurang diperhatikan. Nilai tertinggi adalah lanskap 27 dengan nilai SBE 70, sedangkan nilai terendah adalah lanskap 26 dengan nilai SBE Fungsi Kebun Raya yang merupakan tempat koleksi tumbuh-tumbuhan dengan luas lahan yang terbatas, oleh sebab itu tanaman koleksi yang baru datang ditanam secara berhimpitan untuk mengantisipasi lahan yang sempit sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman itu sendiri. Saran Perlu adanya pembukaan lahan baru bagi keberlangsungan tanaman yang ada di kebun raya, juga disediakan lahan yang khusus bagi tanaman baru yang akan datang. Tanaman makin lama akan makin berkembang dengan bentuk tajuk yang semakin meluas, sehingga baik perencana maupun perancang harus lebih memperhatikan ruang tumbuh bagi tanaman di masa yang akan datang. Diharapkan di masa yang akan datang akan ada peneliti lain yang dapat meneruskan penelitian ini di area-area yang belum sempat dilakukan evaluasi demi peningkatan fungsi dan estetika tanaman di kebun raya yang lebih baik.

86 DAFTAR PUSTAKA Austin LR Designing with Plants. Van Nostrand Reinhold Co. Inc. New York. 190p Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sejarah Penelitian Pertanian di Indonesia. Jakarta Booth NK Basic Element of Landscape Architectural Design. Waveland Press Inc. 315p. Carpenter PL, Walker TD, and Lanphear FO Plants in the Landscape. W. H. Freeman and Co. San Fransisco. 481 p. Cutter SL, Renwick HL, Renwick WH Exploitation Conservation Preservation : A Geografhic Perspective on Natural. Reource Use John Wiley and Sons, Inc. New York 410 p. Daniel, TC and Boster RS Measuring Landscape Aesthetich: The Scenic Beauty Estimation Methode. USDA Forest Service Research Paper. RM p. Eliza, S Evaluasi Karakter Taman Kantor [Skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 129 hal. Grey GW and Deneke FJ Urban Forestry. John Wiley and Sons, Inc. New York. 279 p. Hackett, Brian Planting Design. Cambride University Pess. 123 p. Hakim, R. dan H. Utomo Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap: Prinsip-Unsur dan Aplikasi Disain. Penerbit Bumi Karsa. 242 hal. Kaplan, S Perseption and Landscape: Conception and misconception. P In J. L. Nasar (ed). Environmental Aesthetichs. Cambridge University Press. New York. 530 p. Lestari, G dan Kencana, IP Galeri Tanaman Lanskap. Penerbit: penebar swadaya, Jakarta. Ng, Francis and Gregorio, Hambali Bogor, The Botanic Garden. SMT Grafika Desa Putra. Jakarta. 59 p. Porteous, J. L Enviromental Aesthetich: Idea, Politics and Planning. Cambridge University Press. New York. 529p. (Terjemahan). Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI Menanam Masa Depan. Jakarta

87 Reid GW From Concept to Form in Landscape Design. Van Nostrand Reinhold. New York. 224 p. Simonds, J.O., Landscape Architecture, McGraw-Hill Book Co. New York 341p. Stevens D, Huntington L, and Key R Garden design, Construction and Planting. Ward Lock. London. 256 p. Suryowinoto, M.S Flora Estetika: Tanaman Peneduh. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 220 hal. Wungkar, Marietje, M Evaluasi Aspek Fungsi dan Kualitas Estetika Arsitektural Pohon Lanskap Jalan Kota Bogor [Tesis]. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 142 hal.

88 LAMPIRAN

89 KUESIONER EVALUASI KUALITAS ESTETIKA ARSITEKTURAL TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) A. TANAMAN SOLITER Skala Penilaian Responden Keindahan Lanskap (Scenic Beauty) Rendah Tinggi Penilaian Lanskap (Pohon) Penilaian Lanskap Identitas Responden Umur : Jenis Kelamin : Program Studi : Semester : Komentar :

90 82 Lampiran 2. Format Kuesioner Tanaman Massal Sejenis KUESIONER EVALUASI KUALITAS ESTETIKA ARSITEKTURAL TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) B. TANAMAN MASSAL SEJENIS Skala Penilaian Responden Keindahan Lanskap (Scenic Beauty) Rendah Tinggi Penilaian Lanskap (Pohon) Penilaian Lanskap (Perdu) Identitas Responden Umur : Jenis Kelamin : Program Studi : Semester : Komentar :

91 KUESIONER EVALUASI KUALITAS ESTETIKA ARSITEKTURAL TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) C. TANAMAN MASSAL CAMPURAN Skala Penilaian Responden Keindahan Lanskap (Scenic Beauty) Rendah Tinggi Penilaian Lanskap Identitas Responden Umur : Jenis Kelamin : Program Studi : Semester : Komentar :

92 Soliter Pohon Semester 5 Semester 9 Lanskap Z SBE Z SBE Soliter Perdu Semester 5 Semester 9 Lanskap Z SBE Z SBE

93 Sejenis Pohon Semester 5 Semester 9 Lanskap Z SBE Z SBE Sejenis Perdu Semester 5 Semester 9 Lanskap Z SBE Z SBE

94 Massal Campuran Semester 5 Semester 9 Lanskap Z SBE Z SBE

95 Massal Campuran Semester 5 Semester 9 Lanskap Z SBE Z SBE

96 Massal Campuran Semester 5 Semester 9 Lanskap Z SBE Z SBE

97 MASSAL SEJENIS POHON NO. Lanskap SBE Keindahan Pemandangan Sem.5 Sem.9 Sem.5 Sem.9 Sem.5 Sem Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

98 MASSAL SEJENIS PERDU NO. Lanskap SBE Keindahan Pemandangan Sem.5 Sem.9 Sem.5 Sem.9 Sem.5 Sem Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

99 MASSAL SEJENIS PERDU NO. Lanskap SBE Keindahan Pemandangan Sem.5 Sem.9 Sem.5 Sem.9 Sem.5 Sem Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

100

101

102

103

104

105 1. Agathis borneensis (damar) Famili : Araucariacea Pohonnya berpostur tinggi besar dengan daun yang tebal dan mengkilap. Dari kejauhan, pohon damar tampak kokoh namun tetap indah dan artistik. Kayunya digunakan sebagai bahan korek api, peti kemas, peralatan rumah tangga dan industri kayu olahan, sedangkan getahnya yang berbau agak tajam dan khas, dimanfaatkan untuk bahan terpentin. Merupakan tanaman asli dari Borneo, Maluku, dan Papua. Tingginya dapat mencapai 50m lebih dengan diameter 1-2m. tanaman ini hanya dapat hidup di dataran tinggi, terutama di daerah ketinggian dpl. 2. Amherstia nobilis (bunga ratu) Famili : Leguminoceae Tanaman ini khas dengan bunganya yang menjurai indah, terdapat lima daun bunga walaupun ada dua daun bunga yang berbeda ukuran. Daun bunga dalm rangkaian yang berukuran besar panjangnya 7.5cm, sedangkan lebarnya 4cm. Tanaman ini ditemukan di lahan tropis, yaitu hutan evergreen, berdaun hijau sepanjang tahunnya dan biasanya berbunga dari Januari sampai Februari. Perbanyakan pada bunga ratu dilakukan dengan biji dan cangkok dan pemupukan dilakukan 4-6 bulan sekali. Bunganya menggantung di tangkai dan berwarna merah. 3. Baringtonia asiatica (keben) Famili : Lecytydaceae Pohon keben tingginya mencapai 17m, daunnya tunggal dan tidak bertangkai. Helaian daun berbentuk bulat telur terbalik, memanjang atau bentuk lanset, panjang 20-60cm, dan lebar 10-24cm. bunganya beraturan, bertangkai panjang, dan terletak dalam tandan yang tegak. Mahkota bunga berwarna putih, sedangkan benangsari dan tangkai putik berwarna merah. Buahnya berbentuk seperti piramida lebar, bersegi empat, dan berwarna hijau yang akan berubah menjadi cokelat setelah tua. Perbanyakan pada keben dilakukan dengan biji, cangkok, batang dan pemupukan dilakukan dengan NPK kandungan nitrogen tinggi pada masa pertumbuhan dan kandungan fosfor tinggi pada masa pembungaan

106 Lanjutan 4. Bauhinia purpurea (bunga kupu-kupu) Famili : Papilionaceae Daun bunga kupu-kupu terlihat unik dengan bentuknya yang seperti kupu-kupu sedang merentangkan sayapnya dengan bunga berwarna ungu muda. Tinggi pohon tegak ini 2-6m. Tanaman ini memiliki buah dengan polong berbentuk pipih, ujungnya lurus dan berparuh, setiap buah polong berbiji banyak. Pemupukan pada masa pertumbuhan menggunakan pupuk NPK dengan kadar N tinggi dan pada masa pembungaan menggunakan NPK dengan kadar P tinggi. 5. Brownea grandiceps (bunga lampion) Famili : Caesalpiniaceae Nama bunga lampion diambil dari bentuk daunnya yang unik seperti lampion. Tinggi pohon mencapai 15m dengan bentuk bunga yang lebar dan berwarna merah mencolok membentuk bulatan kecil. Daun dari tanaman ini memanjang dan bercabang yang menaik, terdiri dari 5-7 helai, daun muda berwarna pink kecoklatan dan menggantung seperti sapu tangan. Perbanyakan pada bunga lampion dapat dilakukan dengan biji dan cangkok. Pemupukan dilakukan 1 kali dalam 4-6 bulan. 6. Canarium vulgare (kenari) Famili : Burseraceae Pohon ini sering berfungsi sebagai tanaman pelindung di tepi jalan karena memiliki tajuk yang rimbun dengan batang dan perakaran yang kokoh. Pohon ini merupakan tanaman asli Indonesia yang berasak dai Sumatra. Biji kenari yang lezat dapat kita nikmati pada kue-kue tart maupun kering, sedangkan bentuk buahnya yang unik sering dijadikan cinderamata khas kota Bogor. 7. Casuarina sumatrana (cemara balon) Famili : Casuarinaceae Cemara balon memiliki bentuk tajuk yang indah berupa kerucut dengan bulatanbulatan halus sepanjang sisi tajuk. Ketinggiannya dapat mencapai 15-35m, dengan bentuk daun menyerupai jarum-jarum kecil yang tumbuh teratur. Perbanyakan pada cemara balon dapat dilakukan dengan biji dan cangkok dan pemupukan dilakukan dengan NPK kandungan nitrogen tinggi pada masa pertumbuhan.

107 Lanjutan 8. Diospyros blancoi (bisbul) Famili : Ebenaceae Bisbul merupakan pohon yang dapat mencapai tinggi sampai 10-30m, meskipun umumnya hanya sekitar 15m atau kurang. Tanaman ini sangat cocok digunakan sebaga peneduh karena bentuk tajuknya yang lebar (dome-like). Bisbul memiliki bentuk batang yang lurus berdiameter hingga 50cm atau lebih di pangkal batang, bercabang kurang lebih mendatar atau bertingkat, dengan tajuk keseluruhan berbentuk kerucut yang lebat dan rapat daun-daunnya sehingga gelap di bagian dalamnya. Daun-daun tersusun berseling berbentuk lonjong, x 8-30cm, bertepi rata dengan pangkal membundar dan ujung meruncing, bertangkai sekitar 1.7cm, sisi atas daun hijau tua, mengkilap, sisi bawah berbulu halus, keperakan, daun muda hijau muda sampai merah jambu. Tanaman ini berumah dua, bungabunga jantan tersususn dalam payung menggarpu, 3-7kuntum, di ketiak daun; berbilang 4, daun mahkota berbentuk tabung, putih susu, bunga betina soliter, bertangkai pendek dan terletak di ketiak daun. 9. Erythrina Cristagali (dadap merah) Famili : Papilionaceae Dadap merah sangat identik dengan bunganya yang berwarna merah menyala, tumbuh dalam tandan yang panjang (20-40cm). Bunga yang belum mekar gembung berongga, bentuknya seperti kuku, membulat di ujung. Tumbuh dalam jumlah banyak, mekar secara bergantian, dari arah pangkal kea rah pucuk. Jenis daunnya adalah daun majemuk yang berformasi tiga helai disetiap tangkainya, tumbuh subur dan rajin berbunga jika tanahnya gembur sedikit berpasir, berbunga paling lebat pada musim kemarau. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 15m. Keluarga dadap memiliki sekitar 60 jenis yang tersebar di wilayah Amerika Utara sampai Selatan, sebagian Australia, afrika, dan Asia Tenggara. Di negeri-negeri tropis seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia, pada musim panas daun-daunnya gugur seluruhnya. Perbanyakan pada dadap merah dilakukan dengan biji, setek batang, dan cangkok dan pemupukan dilakukan dengan NPK berkadar nitrogen tinggi pada saat pertumbuhan dan NPK berkadar fosfor tinggi pada saat pembungaan.

108 Lanjutan 10. Facourtia inermis (lobi-lobi) Lobi-lobi dapat tumbuh pada semua jenis tanah pada ketinggian m dpl, tidak berduri dan tingginya mencapai 15m. Biasanya berbunga pada bulan Januari-Februari. Buahnya berwarna merah tua dan rasanya asam-manis serta berbiji banyak dengan daun muda berwarna merah hingga kuning. 11. Ficus benjamina (beringin) Famili : Moraceae Ficus benjamina memiliki daun yang sangat rimbun sehingga sangat cocok digunakan sebagai tanaman peneduh, daunnya kecil, hijau mengilap, dan tumbuh ke bawah, duduk daun tersebar, helaian daun berbentuk bulat telur, dan berujung runcing, daun muda berwarna merah muda atau merah kecoklatan, lalu berubah menjadi hijau tua. Dahan pohon ini mudah dibentuk sehingga sering dibuat bonsai. Banyak yang tak tahu bahwa sebetulnya beringin mempunyai bunga., tetapi karena sangat kecil-kecil dan daunnya amat rimbun, bunga putihnya nyaris tak terlihat. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 30m dan dapat bertahan sangat lama, bila sudah sangat tua, akar-akarnya tumbuh menyembul dari batangbatangnya lalu menjulur ke tanah seperti untaian tali, akarnya sangat kuat dan dapat merusak bangunan. Beringin tumbuh di dataran rendah sampai sedang. Bahkan bila pancaran sinar matahari terhalangpun tak jadi soal. Sebagai tanaman rumahan bisa ditanam dalam drum berdiameter minimal 40-60cm, bahkan bisa juga dimasukan ke dalam ruangan asal tetap mendapat cahaya matahari. Terdapat jenis yang berdaun putih atau putih hijau. Pembiakan pada beringin dapat dilakuakn dengan cangkok atau benih dan pemupukan dilakukan dengan NPK kandungan nitrogrn tinggi pada masa pertumbuhan dan NPK kandungan fosfor tinggi pada masa pembungaan. 12. Ficus elastica (karet) Famili : Moraceae Pohon karet ini terlihat sangat kokoh, tingginya 20-40m. Pohon bergetah ini tumbuh tegak dengan banyak cabang di kiri kanan. Sebagai pohon yang besar, jarak cabang satu dengan yang lain cukup jauh, daunnya tunggal bentuk oval dan cukup tebal, panjang daun bisa mencapai 10-15cm. warna daunnya beragam, hijau

109 Lanjutan berbercak putih, merah marun berbercak putih,m dan hijau marun (kemerahan). Tanaman ini tumbuh baik di iklim tropis dan panas dengan sinar matahari langsung dan perolehan air yang cukup. Lakukan pencangkokan batang untuk memperbanyaknya, dapat juga dilakukan dengan biji dan setek batang. Tanaman ini tahan sebagai tanaman dalam naungan. Pemupukan dilakukan 1 kali dalam 1bulan. 13. Filicium decipiens (kerai payung) Famili : Sapindaceae Bentuk tajuk kerai payung membulat seperti payung, cocok sebagai tanaman peneduh. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 25m, rimbun dan padat sehingga bisa berfungsi sebagai penyaring debu yang baik. Kerai payung daunnya unik membentuk sirip memanjang, garis tengahnya berkisar antara 7-15cm, dan berwarna hijau mengkilap, merupakan daun majemuk menyirip, bunganya majemuk malai yang muncul dari ketiak daun dengan mahkota berwarna putih. Buah tanaman ini termasuk buah batu yang berbentuk bulat memanjang., membutuhkan air cukup dan tempat terbuka yang langsung mendapat sinar matahari. Pemupukan pada kerai payung dilakukan dengan NPK kandungan nitrogen tinggi pada masa pertumbuhan. 14. Lagerstroemia speciosa (bungur) Famili : Lythraceae Keunikan ari pohon ini adalah bunganya dengan tandan bunga sekitar 20cm panjangnya, penuh dipadati bunga kecil-kecil berbentuk lonceng yang kelopaknya berkerut seperti kertas krep berwarna ungu, pink, dan putih, daunnya tunggal, bertangkai kuncup pendek, berbentuk oval, elips memanjang. Musim berbunga 2-3 bulan dalam setahun, antara bulan Desember sampai April. Jika kondisi tanahnya tepat dan memperoleh sinar matahari penuh sepanjang hari, tanaman ini bisa tumbuh dengan baik. Tingginya dapat mencapai 45m, tergolong tanaman yang lambat tumbuhnya, biasanya setelah mencapai tinggi 2m (1-2 tahun). Bungur bisa dibiakan melalui biji, tetapi lebih baik dicangkokan agar lebih cepat berbunga.

110 Lanjutan 15. Mimusops elengi (tanjung) Famili : Sapotaceae Tanjung memiliki bentuk tajuk yang indah, perpaduan bentuk dan warna daunnya yang hijau mengilap. Tanaman ini termasuk jenis pohon bergetah dengan tingginya mencapai 15m. Tanaman ini dapat tumpuh maksimal dengan sinar matahari penuh. Perbanyakan pada tanjung dilakukan dengan biji dan cangkok dan pemupukan dilakukan pada saan pertumbuhan dengan NPK berkadar nitrogen tinggi dan dengan NPK berkadar fosfor tinggi pada saat pembungaan. 16. Pisonia alba (kol banda) Famili : Nyctaginaceae Kol banda termasuk pohon pelindung dengan daun yang unik, dalam satu pohon daunnya memiliki gradasi warna dari putih kekuningan, hijau pucat, hijau muda, sampai hijau tua, tergantung dari intensitas sinar matahari yang diterimanya, panjang daun 12-15cm dan lemas, tumbuh lebat pada batang-batang yang bercabang banyak, percabangan agak mendatar sehingga tampak rindang. Bunganya termasuk bunga majemuk, berukuran kecil, dan berbentuk seperti tabung, kayu batangnya termasuk kayu lunak dang getas. Kol banda bisa tumbuh di mana saja, di dataran rendah sampai tinggi, bisa mencapai tinggi antara 5-15m, yang penting terkena sinar matahari langsung serta air secukupnya. Pembiakan tanaman asli Indonesia ini cukup dengan stek batang dan pemupukan dilakukan satu kali dalam 4-6 bulan. 17. Plumeria rubra (kamboja) Famili : Apocynaceae Kamboja kaya akan warna bunga, mulai dari putih polos, putih dengan kuning ditengahnya, kuning pucat, kuning tua, merah jambu, merah jingga, sampai merah marun, memiliki lima helai mahkota bunga dengan garis tengah bunga berkisar 5-8 cm. Pada satu tangkai terdapat puluhan kuntum bunga. Tanaman asal Amerika ini memiliki buah berbentuk tabung yang memanjang dan berwarna hitam kecoklatan jika suah tua. Pohonnya dapat mencapai tinggi lebih dari 7m. Menanam kamboja tidak sulit, cukup dengan cara stek batang yang sehat dan tidak terlalu tua dan bisa juga dengan biji. Tanam di tanah gembur dan jangan

111 Lanjutan terlalu banyak disiram agar batang tidak membusuk. Letakan di bawah sinar matahari yang cukup. Pemupukan dilakukan 1 kali/4-6 bulan. Pemangkasan dilakukan a kali tiap tahun. 18. Pterocarpus indicus (angsana) Famili : Papilionaceae Tinggi tanaman dapat mencapai 40m, daun majemuk menyirip ganjil, bunganya merupakan majemuk tandan, kelopak bunganya berbentuk lonceng dengan mahkota bunga berwarna kuning jingga. Perbanyakan pada angsana dilakukan dengan biji, cangkok, atau setek batang dan pemupukan dilakukan menggunakan pupuk NPK kandungan N tinggi pada masa pertumbuhan dan NPK kandungan fosfor tinggi pada masa pembungaan. 19. Saraca indica (bunga saraka) Famili : Fabaceaea Bunga saraka memiliki daun yang sangai indah, bunganya tumbuh di cabangcabang besar, bergerombol, berderet dengan benang sari mencuat keluar seperti kembang api, berwarna jingga atau kuning, berbunga menjelang musim hujan, selama 3-4 bulan, benangsari mencuat diantara kelopak bunga, berdaun majemuk, berbentuk oval berujung lancip. Tanaman tahunan ini berbatang keras, dapat mencapai tinggi hingga 7m lebih. Saraka termasuk tanaman tropik, tumbuh baik di dataran rendah hingga sedang, tapi terlindung dari sinar matahari. Membiakkannya dengan biji atau cangkok batang. Pemupukan dilakukan 1 kali dalam 3 bulan. 20. Schefflera sp. (Walisongo) Keindahan walisongo terletak pada daun-daunnya yang tumbuh pada batang utama berbentuk jari tangan, dari yang besar, lonjong berujung runcing, atau yang kecil, semuanya mirip daun singkong, warnanya hijau, tebal, dan mengilap, adapula yang ramping dan bergelombang, bahkan ada yang warna daunnya variagata, yakni hijau dan kuning. Pohon walisongo tumbuh lamban, namun tingginya bisa mencapai 3-10m. Karena bentuknya yang menarik dan dapat hidup dalam ruangan, tanaman ini dapat ditanam dalam pot atau di atas tanah yang agak

112 Lanjutan gembur tetapi cukup kering. Walisongo tidak memerlukan sinar matahari langsung, juga tidak memerlukan banyak air. 21. Stelechocarpus burahol (kepel) Tinggi kepel dapat mencapai 20m, cocok ditanam sebagai peneduh taman yang rindang, pada ranting-rantingnya tumbuh bunga jantan yang putih kekuningkuningan semerbak mewangi, bunga betinanya tidak tinggal sekamar pada ranting yang sama, tetapi terpisah bertengger pada batang yang lebih terbuka, mulai dari pangkalnya dekat tanah sampai ke tempat percabangan. Apabila bunganya sudah tumbuh pada batang, baru dapat berbuah. Daerah yang cocok bagi pohon ini adalah setinggi m dpl. 22. Thuja orientalis (cemara kipas) Famili : Cupressaceae Bentuk tajuk cemara kipas adalah piramida atau kerucut, daunnya berbentuk kipas dan berwarna hijau muda atau hijau kekuningan, perbanyakannya dekat dengan tanah, daunnya berhadapan kecil sangat unik, menyerupai sisik. Perbanyakan pada cemara kipas dilakukan dengan setek batang, biji, dan cangkok dan pemupukan pada masa pertumbuhan dengan NPK kadar nitrogen tinggi dan kadar fosfor tinggi pada saat pembungaan.

113 (1) (2) Agathis borneensis Amherstia nobilis (3) (4) (5) Baringtonia asiatica (6) Bauhinia purpurea Brownea grandiseps Canarium vulgare (7) (8) Casuarina sumatrana Diospyros blancoi

114 Lanjutan (9) (10) Erytrina crystagali Fauchortia inermis (11) (12) (13) Ficus benjamina (14) Ficus elastica (15) Filicium decipiens (16) Lagerstroemia speciosa Mimusops elengi Pisonia alba

115 Lanjutan (17) (18) (19) Plumeria rubra (20) Pterocarpus indicus (21) Saraca indica (22) Canarium vulgare Stelechocarpus burahol Thuja orientalis

116 1. Brunfelsia calycina (melati costa) Famili : Solanaceae Tanaman yang dapat menetralisir bau tidak sedap ini dinamai melati costa atau yesterday, today, and tomorrow karena warna bunganya yang berubah-ubah, harum dan lembut, pada saat kuncup biru keunguan, lalu menjadi biru, dan selanjutnya dalam dua hari menjadi putih kebiruan, bunga ini tidak rontok dalam tiga hari, daunnya jenis tunggal berbentuk lonjong dengan ujjung lancip. Ada jenis lain yang kelopak bunganya lebih besar (4-5cm) namun hanya bertahan dua hari saja. Tanaman ini berasal dari Brazilia, berbatang keras dengan banyak cabang dan ranting. Habitat tanaman ini adalah udara yang cukup sejuk dengan sinar matahari cukup, media yang cocok adalah tanah subur yang gembur dan memerlukan cukup air, bila ditanam di dataran rendah, bunganya muncul tapi tidak maksimal. Penanaman di dataran tinggi akan berbunga lebih indah dan berjumlah banyak. Melati costa paling baik dibiakan dengan cara cangkok batang dan bisa juga dengan stek batang, pemangkasan dan pemupukan dilakukan 1 kali/3 bulan dengan pupuk kompos. 2. Codiaeum variegatum (puring) Bentuk daun puring sangat unik dan bermacam-macam : bulat, lonjong, tipis panjang seperti pita, seperti jari-jari, keriting, melingkar, atau berbentuk trisula, warnanyapun begitu variatif : kuning, hijau, jingga, hingga merah kecoklatan, atau perpaduan dari dua warna-warna tersebut, demikian pula motif daunnya : Bergaris-garis, bertotol-totol, berbercak-bercak, atau berbintik-bintik. Umumnya mencapai ketinggian m, tumbuh baik di tanah gembur berpasir, di pot, sebagai tanaman tunggal atau pagar hidup. Puring yang memperoleh sinar matahari banyak cenderung menghasilkan warna dedaunan yang cemerlang, sebaliknya di tempat yang teduh, warna daun cenderung hijau saja atau gelap. Tanaman ini tidak membutuhkan banyak air, mudah diperbanyak dengan setek batang atau cangkok batang. 3. Cordyline terminalis (hanjuang merah) Famili : Agavaceae Tinggi perdu ini mencapai 3m, warna daunnya merah, bunganya berukuran kecil dan berwarna kemerahan. Tanaman ini berasal dari Asia Timur dan Papua New

117 Lanjutan Guinea. Perbanyakan pada hanjung dilakukan dengan stek batang dan cangkok dan pemupukan dilakukan 1 kali/3 bulan 4. Excoecaria cochinchinensis Famili : Euphorbiacea Excoecaria daunnya berbentuk lonjong dengan tekstur permukaan yang agak kasar jika disentuh. Permukaan atas daun memiliki paduan tiga warna dinamis, yaitu hijau, putih, dan kuning, permukaan bawah daun berwarna merah marun. Perbanyakan pada tanaman ini dilakukan dengan stek batang dan pemupukan dilakukan 1 kali/3 bulan dan pemangkasan dilakukan secara insidental. 5. Jatropha pandurifolia (batavia) Famili : Euphorbiaceae Tumbuhan berbatang kayu ini memiliki bunga kecil-kecil berkelompok pada tangkai yang muncul di ujung ranting, memiliki dua macamwarna : merah jambu dan merah tua. Daunnya berbentuk oval berukuran 5-7cm. Tanaman ini termasuk perdu hias yang berbuga sepanjang tahun, bisa tumbuh di mana saja, asalkan cukup air dan sinar matahari. Tanaman ini mudah diperbanyak dengan cangkok batang, bisa juga diperbanyak degan setek dan biji dan pemupukan dilakukan 1 kali/4-6 bulan dan dipangkas 1 kali/3 bulan. 6. Lagerstromia indica (bungur kecil) Famili : Lythraceae Tingginya bungur kecil ini hanya dapat mencapai tinggi sekitar 3m, daun tunggal berbentuk oval, elips memanjang, berwarna hijau tua, dan agak tebal, mahkota bunga menyerupai lapisan lembut dengan tepi bergelombang, bunga yang telah dibuahi akan menjadi buah bulat berwarna hijau kemerahan. Perbanyakan pada bungur kecil dilakukan dengan biji, stek batang, dan cangkok dan pemupukan saat pertumbuhan dengan pupuk NPK dengan kadar N tinggi saat pembungaan NPK dengan kadar P tinggi.

118 Lanjutan 7. Malvaviscus arboreus Famili : Malvaceae Bentuk bunga tanaman ini menyerupai kuncup bunga sepatu, mekarnya bunga ditandai dari menjulurnya benang sari. Keseluruhan bagian bunga berwarna merah, sedangkan daunnya berwarna hijau. Tingginya mencapai 3m. Perbanyakan dengan batang dan cangkok. Pemupukan dilakukan 1 kali/3 bulan. 8. Mussaenda sp. (Nusa Indah) Famili : Rubiaceae Nusa indah berasal dari Kongo.Yang tampak seperti bunganya, berwarna putih kehijauan, merah jambu dan merah terang, sesungguhnya adalah kelopak daunnya, bunganya sendiri muncul di balik kelopak daun dan bentuknya tidak menarik, yakni putih dengan benang sari kuning, mahkota bunganya berbentuk terompet dan berwarna putih hingga kekuningan. Termasuk tanaman perdu karena bisa mencapai 2-4m dengan banyak ranting dan daun yang rimbun. Nusa indah bisa tumbuh di mana saja asal cukup air dan sinar matahari, pada tanah yang gembur dan sedikit berpasir. 9. Pachystachys lutea (lolipop) Famili : Acanthaceae Pada lollipop yang berwarna kuning bersusun-susun ke atas dan nampak seperti bunga adalah kelopak daun, bunga yang sesungguhnya berwarna putih, muncul di antara kelopak daunnya. Termasuk perdu dan dapat mencapai tinggi 1,5m. daunnya berbentuk lonjong dengan ujung meruncing, enyukai tempat terbuka dan banyak sinar matahari. Perbanyakan pada lolipop bisa dengan stek batang atau cangkok dan pemupukan dilakukan satu kali dalam satu bulan. 10. Schefflera sp. (Walisongo) Selain walisongo yang dapat tumbuh besar, terdapat pula jenis perdunya yang tingginya hanya dapat mencapai 2m. bentuk daunnya sama hanya lebih kerdil (daun dan pohonnya). Walisongo sangat rentan terhadap semut merah, yang serangannya dapat mematikan pohon secara keseluruhan dalam waktu singkat. Segeralah menyemprotkan pestisida pada saat serangga tersebut mulai nampak.

119 (1) (2) (3) Brunfelsia sp. (4) Codiaeum variegatum Cordyline sp. Excoecaria cochinensis (5) (6) Jatropha pandurifolia Lagerstroemia indica (7) (8) Malvaviscus arboreus Mussaenda sp.

120 Lanjutan (9) (10) Pachystachys lutea Schefflera sp.

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November Prosiding SN SMAP 09 UJI SCENIC BEAUTY ESTIMATION TERHADAP KONFIGURASI TEGAKAN-TEGAKAN VEGETASI DI KEBUN RAYA BOGOR Imawan Wahyu Hidayat 1 1 Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pacet

Lebih terperinci

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas 10 METODE Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas, Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version  METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian evaluasi kualitas ecological aesthetics lanskap kota ini dilaksanakan di Kecamatan Beji Kota Depok. Periode penelitian berlangsung dari Maret 2004 sampai Nopember

Lebih terperinci

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian 12 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada akhir bulan Maret 2011 hingga bulan Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Evaluasi dan Analisis 5.1.1. Evaluasi dan Analisis Fungsi Pohon Proses penilaian fungsi pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon meliputi 9 aspek,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Jendral Sudirman yaitu jalur hijau

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA Oleh : Mustika Retno Arsyanur A34204025 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN The Effect of Tree Canopy Shape on Streetscape Aesthetic Quality Garsinia Lestari Mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ciri Tanaman Lanskap 9/5/2014 TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN

PENDAHULUAN. Ciri Tanaman Lanskap 9/5/2014 TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN PENDAHULUAN TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN Tanaman merupakan elemen utama lanskap, tidak ada lanskap tanpa elemen tanaman, bahkan pada rock garden di sekitarnya juga terdapat tanaman. Tanaman merupakan sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman merupakan sumber keindahan, kenyamanan dan memberi daya dukung terhadap kehidupan

PENDAHULUAN. Tanaman merupakan sumber keindahan, kenyamanan dan memberi daya dukung terhadap kehidupan TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN PENDAHULUAN Tanaman merupakan elemen utama lanskap, tidak ada lanskap tanpa elemen tanaman, bahkan pada rock garden di sekitarnya juga terdapat tanaman. Tanaman merupakan sumber

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata 3 TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Menurut LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Kebun Raya merupakan suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dikoleksi kebun raya memiliki

Lebih terperinci

PENYUSUNAN BASIS DATA POHON KEBUN RAYA BOGOR DENGAN VISUALISASI KOMPUTER

PENYUSUNAN BASIS DATA POHON KEBUN RAYA BOGOR DENGAN VISUALISASI KOMPUTER PENYUSUNAN BASIS DATA POHON KEBUN RAYA BOGOR DENGAN VISUALISASI KOMPUTER 88 ZAENAL ARIFIN A34202011 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENYUSUNAN BASIS DATA

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Bahan dan Alat 3.3. Metode Penelitian Penentuan Segmen

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Bahan dan Alat 3.3. Metode Penelitian Penentuan Segmen 22 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di sepanjang jalan dari Jalan Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon Kota Bogor (Lampiran 1) dan hanya dibatasi hingga Rumaja (ruang manfaat

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. Subsp. secalinum Alef.) KULTIVAR AMIGO HASIL RADIASI DENGAN SINAR GAMMA COBALT-60 (Co 60 ) Oleh Aldi Kamal Wijaya A 34301039 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour Oleh : Ita Lestari A34301058 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.)

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.) PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.) Oleh Chika Seriulina Ginting A34304064 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PENINGKATAN PRODUKSI BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PACLOBUTRAZOL PADA BERBAGAI KONSENTRASI Oleh WAHYU OKTAVIANI A 34104010 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada gambut yang berada di tengah Kota Sintang dengan luas areal sebesar hektar. Kawasan ini terletak di Desa Baning, Kota Sintang,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada PENDAHULUAN Latar Belakang Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang Rizki Alfian (1), Irawan Setyabudi (2), Rofinus Seri Uran (3) (1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : inventarisasi, identifikasi, elemen lunak, tanaman obat.

ABSTRAK. Kata kunci : inventarisasi, identifikasi, elemen lunak, tanaman obat. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 2.1 Tanaman Obat-Obatan yang Berbunga... 5

Lebih terperinci

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian

Lebih terperinci

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang)

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) AINI HARTANTI A34204035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang juga dikenal sebagai Undang-Undang Otonomi Daerah mendorong setiap daerah untuk menggali

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Pengertian jalan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci