METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada gambut yang berada di tengah Kota Sintang dengan luas areal sebesar hektar. Kawasan ini terletak di Desa Baning, Kota Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis ini terletak di antara 0 7 sampai 7 Bujur Timur dan sampai 6 Lintang Selatan. Kawasan sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Puri, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Ladang, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Baning. Orientasi lokasi penelitian serta kondisi gambut Baning ditampilkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Waktu penelitian dilaksanakan selama (dua belas) bulan. Kegiatan penelitian meliputi studi pustaka, pengamatan lapangan, pengolahan data, dan penyusunan laporan. Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian berupa perangkat keras dan perangkat lunak komputer, serta alat untuk survei lapangan dan petapeta (Tabel ). Tabel Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ) Komputer ) GPS Alat dan Bahan ) Kamera digital ) ArcView. 5) Expert Choice 6) Peta digital administrasi Kota Sintang dan peta dasar lain 7) AutoCAD 00 8) Photoshop Kegunaan Pengolahan data, pelaporan Survei lapang untuk pengambilan titik koordinat Dokumentasi objek dan Analisis spasial Analytical Hierarchy Process (AHP) Sumber untuk membuat peta tematik Perencanaan Perencanaan

2 Lokasi penelitian: Kawasan gambut Baning Sumber: RDTRK Sintang 007 Gambar 6 Orientasi Kota Sintang dan lokasi penelitian. Sumber: BKSDA KalBar 00, dokumentasi 0 Gambar 7 Lokasi penelitian dan kondisi eksisting gambut Baning

3 Tahapan Penelitian Penelitian ini secara umum dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu pengumpulan dan pengklasifikasian data, riset, dan perencanaan. Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 8. Tahap I: Pengumpulan dan pengklasifikasian data Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan data penelitian, baik data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data hasil pengamatan di lokasi penelitian dan hasil penilaian responden. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka serta data lainnya yang mendukung. Jenis, kegunaan dan sumber data penelitian ditampilkan pada Tabel. Tabel Jenis/informasi, kegunaan dan sumber data penelitian Jenis data/informasi Unit Kegunaan Sumber data Keluaran Data umum ) Citra Ikonos ) Peta administrasi /RDTRK Analisis perencanaan Bappeda Peta batas administrasi Karakter ekologis ) Hidrologi dan tata air ) Ketebalan gambut ) Kualitas air m Deskripsi dan analisis karakter ekologis BKSDA, Bappeda, BMG dan survei Peta tingkat kealamian ekologis Objek dan daya tarik ekowisata ) Sebaran jenis flora ) Sebaran jenis fauna ) Ekosistem/habitat ) View (kualitas visual) Analisis objek dan daya tarik ekowisata BKSDA, Bappeda dan survei Peta potensi objek dan daya tarik ekowisata Aturan ) RTRW ) RDTRK Analisis aturan (dukungan kebijakan) Bappeda Peta tata guna lahan yang mendukung perencanaan Dukungan masyarakat ) Masyarakat kota Analisis dukungan masyarakat Wawancara & kuisioner Keinginan masyarakat dalam mendukung perencanaan

4 Kawasan Gambut Baning Kota Sintang Tahap I Pengumpulan dan klasifikasi data Peta Survei lapangan Studi pustaka Klasifikasi data Tahap II Riset Kondisi ekologis gambut Potensi objek dan daya tarik ekowisata gambut Potensi visual Analisis karakter ekologis gambut Analisis potensi objek dan daya tarik ekowisata gambut Analisis visual Metode peringkat (Skoring) Metode peringkat (Skoring) Scenic Beauty Estimation (SBE) Peta potensi objek dan daya tarik ekowisata Peta kualitas visual Peta tingkat kealamian ekologis gambut Peta zona ekowisata potensial gambut Peta komposit (Peta zonasi ekowisata ) Dukungan masyarakat kota Analisis hierarki Deskriptif Kebijakan penataan ruang (RTRW) kota untuk penyesuaian perencanaan Sintesis (Zonasi pengembangan ekowisata gambut) Tahap III Perencanaan lanskap/ Konsep pengembangan ekowisata (Lanskap, aktivitas, fasilitas) Rencana Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut Baning di Kota Sintang Gambar 8 Alur tahapan penelitian

5 5 Tahap II: Riset Pada tahapan ini dilakukan analisis data yang telah ditetapkan. ) Deskripsi dan analisis karakter ekologis gambut Analisis dilakukan untuk mengetahui karakter ekologis sehingga diketahui faktorfaktor ekologis yang dapat membatasi kegiatan perencanaan ekowisata di gambut. Data yang diperlukan berupa data karakter ekologis yang terdiri dari ketebalan lapisan gambut, tinggi muka air tanah, sumber air, drainase/pengaliran air, kualitas air, serta kualitas penutupan vegetasi. Kajian terhadap karakter ekologis meliputi kajian terhadap seluruh seluas ha. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan perbedaan jenis penutupan lahan dalam. Matriks penilaian karakter ekologis gambut ditunjukkan pada Tabel. Nilai skor ditentukan dengan nilai sampai. Dengan kriteria untuk karakter ekologis buruk, untuk sedang, untuk baik dan untuk sangat baik. Penghitungan penilaian karakter ekologis selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat kealamian ekologis gambut. Tingkat kealamian ekologis terdiri dari tiga kelas kategori, yaitu tingkat kealamian tinggi, alami, dan rendah. Penentuan kelas kategori dengan menggunakan teknik skoring (Slamet 99): Interval kelas kategori (IK) = Keterangan: SMa = Skor maksimal SMi = Skor minimal Dengan kategori: Tinggi = SMi +.IK + sampai SMa Alami = SMi + IK + sampai (SMi +.IK) Rendah = SMi sampai SMi + IK

6 6 Tabel Penilaian karakter ekologis gambut Karakter ekologis Kategori Skor Kriteria Ketebalan gambut ) Ketebalan gambut 0,5 m ) Ketebalan gambut m ) Ketebalan gambut m ) Ketebalan gambut > m Tinggi muka air tanah ) Tinggi muka air tanah <0 cm di musim kemarau ) Tinggi muka air tanah 060 cm di musim kemarau ) Tinggi muka air tanah 6080 cm di musim kemarau atau melewati permukaan tanah ) Tinggi muka air tanah >80 cm di musim kemarau atau melewati permukaan tanah Kualitas air ) Penurunan kualitas air tampak sangat nyata, sumber limbah terletak <0,5 km ) Penurunan kualitas air tampak nyata, sumber limbah terletak 0,5,5 km ) Terdapat sedikit penurunan kualitas air, sumber limbah terletak,5 km ) Tidak terdapat penurunan kualitas air, sumber limbah terletak > km Sumber air ) Sumber air tidak ada, dan tidak lagi menunjang pertumbuhan vegetasi ) Sumber air terutama adalah aliran dari pemukiman, irigasi dan sistem hidrologi buatan lainnya ) Sumber air sebagian besar alami, tapi juga mendapat sejumlah kecil aliran dari sumber antropogenik ) Sumber air alami dari hujan, air tanah atau aliran dari tubuh air yang berdekatan Kualitas penutupan vegetasi ) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami <9% ) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami 50 69% ) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami 70 89% ) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami <90% Drainase (tingkat pengaliran air) ) Sangat cepat ) Cepat ) Agak cepat ) sedang Sumber: EPA Nature Serve Report (008), Ramsar Handbook (006), hasil olahan (0) ) Analisis potensi objek dan daya tarik ekowisata Analisis potensi objek dan daya tarik ekowisata dilakukan berdasarkan nilai keunikan (uniqueness), kelangkaan (scarcity), kealamian dan keutuhan ekosistem (naturalness), dan keanekaragaman (diversity). Objek dan daya tarik

7 7 ekowisata yang dinilai adalah flora, fauna, dan habitat. Data yang diperlukan berupa jenis flora dan fauna yang ada dalam serta sebarannya. Kriteria penilaian potensi objek dan daya tarik ekowisata gambut disajikan pada Tabel 5. Nilai skor ditentukan dengan nilai sampai. Dengan kriteria untuk kurang, untuk sedang, untuk baik, dan untuk kriteria sangat baik. Penghitungan penilaian selanjutnya dimasukkan ke dalam kriteria potensi, yakni potensi tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelas potensi dengan menggunakan teknik skoring (Slamet 99): Interval kelas kategori (IK) = Dengan kategori: Tinggi = SMi +.IK + sampai SMa = SMi + IK + sampai (SMi +.IK) Rendah = SMi sampai SMi + IK ) Analisis kualitas visual objek dan atraksi wisata Analisis kualitas visual (view) dilakukan dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Pengambilan data visual untuk keperluan penilaian berupa slide dari hasil pemotretan di pada survei lapangan. Slide hasil pemotretan selanjutnya dipresentasikan kepada responden untuk memperoleh nilai kualitas pemandangan gambut. Penilaian menggunakan metode SBE dengan responden sebanyak 0 orang diambil secara acak dari mahasiswa Kehutanan yang memiliki latar belakang pengetahuan tentang ekosistem hutan gambut. Slide foto lanskap hasil pemotretan disajikan satu persatu kepada responden dengan durasi 78 detik. Untuk mendapatkan nilai Scenic Beauty Estimation (SBE), data untuk setiap lanskap dikelompokkan berdasarkan peringkat atau skala penilaian dari sampai 0 dan untuk setiap rangking dihitung jumlah frekuensi, frekuensi kumulatif, peluang kumulatif, dan nilai z. Dari keseluruhan nilai z ratarata untuk tiap titik ditentukan satu nilai z dari titik tertentu sebagai standar untuk perhitungan (Daniel dan Boster 976).

8 8 Tabel 5 Kriteria penilaian potensi objek dan daya tarik ekowisata gambut Objek dan daya tarik ekowisata Potensi dan bobot Keunikan (uniqueness) Kelangkaan (scarcity) Kealamian (naturalness) Keragaman (diversity) Skor Kriteria Flora ) Tidak terdapat spesies endemik ) Spesies endemik < jenis ) Spesies endemik 5 jenis ) Terdapat spesies endemik >5 jenis ) Tidak terdapat spesies langka ) Spesies langka < jenis ) Spesies langka 5 jenis ) Terdapat spesies langka >5 jenis ) Tidak alami, >50% spesies eksotik ) Cukup alami, 550% spesies eksotik ) Alami, <5% spesies eksotik ) Tinggi, tidak ada spesies eksotik ) Spesies tidak ) Spesies cukup ) Spesies ) Spesies sangat Kurang Sangat baik Fauna ) Tidak terdapat spesies endemik ) Spesies endemik < jenis ) Spesies endemik 5 jenis ) Terdapat spesies endemik >5 jenis ) Tidak terdapat spesies langka ) Spesies langka < jenis ) Spesies langka 5 jenis ) Terdapat spesies langka >5 jenis ) Tidak alami, >50% spesies eksotik ) Cukup alami, 550% spesies eksotik ) Alami, <5% spesies eksotik ) Tinggi, tidak ada spesies eksotik ) Spesies tidak ) Spesies cukup ) Spesies ) Spesies sangat Kurang Sangat baik Habitat ) Bukan merupakan habitat untuk spesies endemik ) Habitat untuk < spesies endemik ) Habitat untuk 5 spesies endemik ) Habitat untuk >5 spesies endemik ) Bukan merupakan habitat untuk spesies langka ) Habitat untuk < spesies langka ) Habitat untuk 5 spesies langka ) Habitat untuk >5 spesies langka ) Tidak alami, >50% modifikasi ) Cukup alami, 550% modifikasi ) Alami, <5% modifikasi ) Habitat tinggi, tidak ada modifikasi ) Habitat tidak ) Habitat cukup ) Habitat ) Habitat sangat Kurang Sangat baik Sumber: Font and Tribe (000), MacKinnon (986), hasil olahan (0) 8

9 9 Formulasi SBE yang digunakan dalam perhitungan adalah SBE = ( Z LX Z LS ) x 00 Dengan SBE = Nilai SBE titik kex Z LX Z LS = Nilai ratarata z titik kex = Nilai ratarata z yang digunakan sebagai standar Dengan menggunakan rumus tersebut, didapat nilai SBE untuk setiap lanskap. Pola keindahan visual lanskap dapat dikelompokkan menurut pola tinggi, sedang, dan rendah. 5) Komposit Hasil Analisis Komposit merupakan overlay hasil analisis karakter ekologis, objek dan daya tarik ekowisata, dan kualitas visual. Proses overlay peta dilakukan dengan metode GIS (ArcView.) sehingga diperoleh peta integrasi atau peta komposit yang merupakan zonasi ekowisata gambut Baning Kota Sintang. Zonasi ekowisata gambut Baning Kota Sintang yang diperoleh merupakan zonasi ekowisata potensial yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi ekowisata. 6) Dukungan masyarakat kota terhadap perencanaan Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dukungan masyarakat kota terhadap pengembangan gambut. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuisioner. Responden yang dipilih adalah para pakar dengan jumlah responden 0 orang, berasal dari kalangan akademisi, LSM konservasi, dan tokoh masyarakat. Penentuan pakar sebagai responden dilakukan berdasarkan kriteria berikut a) memiliki keahlian atau menguasai secara akademik bidang yang diteliti; b) memiliki reputasi kedudukan atau jabatan dan sebagai ahli dalam bidang yang diteliti; c) memiliki pengalaman dalam bidang kajian yang diteliti. Struktur hierarki rencana pengembangan ekowisata gambut kota Sintang dapat dilihat pada Gambar 9.

10 50 Level : Tujuan Pengembangan ekowisata gambut kota Sintang Level : Kriteria Menjaga ekosistem Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Meningkatkan kesadaran masyarakat Memperbaiki lingkungan perkotaan Memperbaiki fasilitas kota Level : Alternatif Ekowisata berbasis ekologi Ekowisata berbasis keseimbangan ekologimasyarakat Ekowisata berbasis masyarakat Gambar 9 Struktur hierarki hubungan perbandingan berpasangan perencanaan pengembangan ekowisata gambut Baning. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan AHP dengan perangkat lunak Expert Choice. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagianbagiannya, serta menatanya dalam suatu hierarki. Tahapan dalam analisis data adalah sebagai berikut (Saaty 99): ) Identifikasi sistem Mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan, dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para pakar yang memahami permasalahan sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. ) Penyusunan struktur hierarki Diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatifalternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah ) Perbandingan berpasangan. Menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masingmasing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya, teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai key person, mereka dapat terdiri atas pengambil keputusan, para pakar, dan orang yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi. ) Matriks pendapat individu (A = (aij)), disajikan pada Tabel 6

11 5 Tabel 6 Formulasi matriks pendapat individu C C... Cn C A... an C /a... an Cn /an /an... dalam hal ini C, C,... Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hierarki. 5) Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n, nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj. 6) Matriks pendapat gabungan Merupakan matriks baru yang elemenelemennya berasal dari ratarata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio inkonsistensinya memenuhi syarat. 7) Pengolahan horisontal Yaitu a) perkalian baris; b) perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri (eigen vektor); c) perhitungan akar ciri (eigen value) maksimum, dan d) perhitungan rasio inkonsistensi, nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk menghitung konsistensi jawaban responden. 8) Pengolahan vertikal Digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. 9) Revisi pendapat Dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi (>0,), beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. 7) Analisis Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Sintang untuk penyesuaian dan dukungan keberlanjutan Analisis berupa kajian deskriptif terhadap Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Sintang yang merupakan arah kebijakan pemerintah dalam pembangunan dan pengembangan kota. Kajian dilakukan untuk melihat ada atau

12 5 tidaknya dukungan kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengembangan ekowisata di, rencana pemerintah daerah dalam pengembangan penggunaan lahan pada lain di sekitar gambut Baning, dan instrumen kebijakan lain yang berkaitan. Analisis RDTRK Sintang dilakukan dengan membuat penilaian terhadap bentuk rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang terutama yang berdekatan dengan. Peta dasar yang digunakan untuk penilaian keterkaitan RDTRK Sintang adalah peta administrasi Kota Sintang, terutama Bagian Wilayah Kota (BWK) B. Kajian terhadap bentuk tata guna lahan dalam RDTRK Sintang dengan melihat bentuk rencana pemanfaatan ruang yang mendukung keberlanjutan gambut Baning dan yang tidak mendukung. Penilaian bentuk rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang ditampilkan pada Tabel 7. Nilai skor untuk penilaian dukungan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK ditentukan dengan nilai sampai, dengan untuk buruk, untuk sedang, untuk baik, dan kriteria untuk kriteria sangat baik. Penghitungan penilaian selanjutnya dimasukkan ke dalam tiga kelas kategori dukungan yakni kebijakan yang sangat mendukung, kebijakan yang cukup mendukung, dan kebijakan yang tidak mendukung. Penentuan kelas kategori dukungan dengan menggunakan teknik skoring (Slamet 99): Interval kelas kategori (IK) = Dengan kategori: Sangat mendukung Cukup mendukung Tidak mendukung = SMi +.IK + sampai SMa = SMi + IK + sampai (SMi +.IK) = SMi sampai SMi + IK 8) Sintesis Sintesis dibuat berdasarkan zonasi ekowisata hasil komposit, penilaian dukungan masyarakat kota, dan penilaian dukungan kebijakan pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang. Sintesis adalah penentuan konsep perencanaan pengembangan lanskap ekowisata. Hasil penilaian

13 5 lanjutan ini untuk mendapatkan zonasi pengembangan ekowisata untuk gambut Baning di Kota Sintang. Hasil sintesis berupa rencana ruang integratif dalam bentuk rencana blok (block plan) yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi lanskap ekowisata gambut. Tabel 7 Penilaian kesesuaian dan dukungan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang terhadap keberlanjutan Bentuk tata guna lahan Kategori Skor Kriteria Pemukiman Industri ) Pemukiman dengan kepadatan tinggi ) Pemukiman dengan kepadatan menengah ) Pemukiman dengan kepadan sedang ) Pemukiman dengan kepadatan rendah ) Industri berat ) Industri menengah ) Industri sedang ) Industri kecil Transportasi ) Jalan arteri ) Jalan kolektor ) Jalan lokal ) Jalan lingkungan Perkantoran dan pendidikan ) Perkantoran besar ) Perkantoran menengah ) Perkantoran sedang ) Perkantoran kecil Pusat perdagangan dan jasa ) Perdagangan besar ) Perdagangan menengah ) Perdagangan sedang ) Perdagangan kecil Sumber: Revisi RDTRK Sintang 0070, hasil olahan (0) Tahap III: Perencanaan Lanskap Kawasan Tahapan perencanaan lanskap ekowisata dilakukan berdasarkan hasil sintesis. Pengembangan ekowisata di dilakukan dengan membuat penataan sesuai dengan konsep pengembangan. Perencanaan berupa gambar penataan yang dapat memberikan informasi mengenai potensi ekowisata gambut. Rencana ekowisata berupa rencana ruang dan sirkulasi, rencana aktivitas, dan rencana fasilitas ekowisata yang terkait dengan penggunaan ruang. Rencana ruang ekowisata berupa penentuan ruang ekowisata utama, transisi

14 5 dan pendukung pada gambut dalam bentuk gambar/ilustrasi dengan menggunakan perangkat lunak AutoCAD 00 dan Photoshop. Perencanaan sirkulasi dibuat agar terdapat hubungan antarruang ekowisata, baik ruang dalam satu bentuk kegiatan ekowisata maupun antara satu bentuk kegiatan ekowisata dengan bentuk kegiatan lainnya. Jalur ditentukan berdasarkan ketersediaan objek dan daya tarik ekowisata yang terdapat dalam. Bentuk jalur dalam sirkulasi dibuat berdasarkan kondisi fisik ekologis gambut. Rencana aktivitas ekowisata dibuat berdasarkan kondisi fisik ekologis dan potensi objek dan daya tarik ekowisata yang ada. Rencana aktivitas ekowisata berupa rencana pengembangan kegiatan ekowisata dalam. Rencana fasilitas ekowisata dilakukan berdasarkan keperluan fasilitas di tiaptiap ruang yang dikembangkan. Konsep perencanaan fasilitas berdasarkan pada aktivitas yang dikembangkan dengan memperhatikan karakter ekologis gambut.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 55 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Ekologis Kawasan Gambut Karakter ekologis kawasan gambut Baning yang diperhatikan adalah kondisi fisik dan vegetasi dalam kawasan. Karakter ekologis terdiri dari ketebalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perkampungan Portugis Kampung Tugu Jakarta Utara Lanskap Sejarah Aspek Wisata Kondisi Lanskap: - Kondisi fisik alami - Pola Pemukiman - Elemen bersejarah - Pola RTH

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Sintang (Gambar 4). Secara geografis Kabupaten Sintang terletak pada 1 0 05 Lintang Utara 1 0 21 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version  METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian evaluasi kualitas ecological aesthetics lanskap kota ini dilaksanakan di Kecamatan Beji Kota Depok. Periode penelitian berlangsung dari Maret 2004 sampai Nopember

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tapak secara geografis terletak di 3 o 16 32-3 o 22 43 Lintang Selatan dan 114 o 3 02 114 o 35 24 Bujur Timur administratif termasuk ke dalam Kelurahan Kertak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Galuga dan sekitarnya, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian 12 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada akhir bulan Maret 2011 hingga bulan Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kabupaten Sambas dengan fokus lokasi penelitian pada kawasan pesisir kecamatan Paloh propinsi Kalimantan Barat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Empang yang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian 20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur 16 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Grama Tirta Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat (Gambar 2 dan 3). Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta 11 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian mengenai pengaruh konsep lanskap Keraton terhadap lanskap Kota ini dilakukan pada kawasan Keraton Kesunanan dan kawasan Kota. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian. IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada jalur pendakian Gunung Tambora wilayah Kabupaten Bima dan Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lahan Gambut sebagai Lahan Basah

TINJAUAN PUSTAKA Lahan Gambut sebagai Lahan Basah TINJAUAN PUSTAKA Lahan Gambut sebagai Lahan Basah Lahan basah (wetlands) adalah wilayah-wilayah yang tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI 14 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Rencana Pengembangan Lanskap Pantai Tanjung Baru sebagai Kawasan Wisata Berbasis Ekologis ini dilaksanakan di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu 15 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Situ Gintung, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten (Gambar 1). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode Survey Deskriptif Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif. Metode survey deskriptif merupakan metode untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian... DAFTAR ISI Halaman Lembar Pengesahan... ii Abstrak... iii Kata Pengantar... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2007, bertempat di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB). Taman Nasional Gunung Merbabu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : 4301.100.036 LATAR BELAKANG Kondisi Kab. Blitar merupakan lahan yang kurang subur, hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan berbatu. Sebagian Kab. Blitar

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta administrasi Kota Sintang

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta administrasi Kota Sintang 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sintang Kalimantan Barat, terletak kurang lebih 395 km dari K ota Pontianak Ibu Kota Propinsi Kalimantan Barat. Meliputi

Lebih terperinci

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas 10 METODE Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas, Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

Gambar 11 Lokasi Penelitian

Gambar 11 Lokasi Penelitian 22 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilakukan di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor, Kota Bogor. Kebun Raya Bogor itu sendiri terletak di Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor (Gambar 7). Panjang Sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor sekitar 14,5 km dengan garis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG

PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG Ryan Hernawan 1),Tri Joko Wahyu Adi 2) dan Teguh Hariyanto 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan ruang ekosistem yang menyediakan berbagai sumberdaya alam baik berupa barang, maupun jasa untuk memenuhi segala kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tempat dan Waktu METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 4. Lokasi Penelitian

Gambar 4. Lokasi Penelitian 19 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama sembilan minggu, mulai akhir bulan Februari 2011 sampai dengan April 2011. Kegiatan penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan keanekaragaman sumberdaya hayatinya yang tinggi dijuluki megadiversity country merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Wilayah Kota Sintang memiliki luas 4.587 Ha yang terdiri dari 3 Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pembagian aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Pertama,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu 3.2. Metode Studi Inventarisasi

III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu 3.2. Metode Studi Inventarisasi III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di kawasan pantai Kota Makassar mencakup tiga kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Mariso, dan Kecamatan Tamalate yang

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 9 METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Situs Ratu Boko, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya berjarak

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Penelitian Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya peneliti membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Lokasi yang dijadikan fokus penelitian berlokasi di TWA Cimanggu Sesuai administrasi pemangkuan kawasan konservasi, TWA Cimanggu termasuk wilayah kerja Seksi Konservasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google) METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE 34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) Propinsi Riau dan Propinsi Jambi, dimulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Mei

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalur pedestrian kawasan Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta (Gambar 4). Jalur pedestrian pada Jalan M.H. Thamrin

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi), SINTESIS . Dasar kriteria dan indikator penetapan zonasi TN belum lengkap,. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi), 3. Informasi dan pengembangan jasa lingkungan belum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di Harapan Rainforest, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada 82,6 443.8 157.9 13.2 2664.8 1294.5 977.6 2948.8 348.7 1777.9 1831.6 65.8 2274.9 5243.4 469.2 4998.4 Hektar 9946.9 11841.8 13981.2 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Citra Data tentang luas tutupan

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir 29 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir Penerapan AHP dalam menentukan prioritas pengembangan obyek wisata dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala 14 III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan sagu yang ada di sekitar Danau Sentani dengan lokasi penelitian mencakup 5 distrik dan 16 kampung di Kabupaten Jayapura.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahun, sebagian besar akibat kegiatan perambahan ilegal, sisanya karena

TINJAUAN PUSTAKA. tahun, sebagian besar akibat kegiatan perambahan ilegal, sisanya karena 4 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Penutupan Lahan di Sumatera Utara Sekitar 100.000 Ha hutan di Sumatera Utara diperkirakan rusak setiap tahun, sebagian besar akibat kegiatan perambahan ilegal, sisanya karena

Lebih terperinci