BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Bahan dan Alat 3.3. Metode Penelitian Penentuan Segmen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Bahan dan Alat 3.3. Metode Penelitian Penentuan Segmen"

Transkripsi

1 22 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di sepanjang jalan dari Jalan Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon Kota Bogor (Lampiran 1) dan hanya dibatasi hingga Rumaja (ruang manfaat jalan). Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 1985 tertulis bahwa Rumaja adalah ruang di sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman pada ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan digunakan untuk badan jalan, ambang pengaman, saluran tepi jalan, dan bangunan utilitas jalan (Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor, 2007). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011 hingga Maret Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital dengan resolusi 7 megapixel, flash disk, clinometer, rollmeter, kalkulator, dan komputer portable dengan aplikasi seperti Corel Draw, Google Chrome, Photoscape, Paint, dan Microsoft Office (Microsoft Word, Microsoft Office Picture Manager dan Microsoft Excel) Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui lima tahapan, yaitu tahap penentuan segmen (segmentasi), tahap inventarisasi, tahap evaluasi, tahap analisis, tahap sintesis, dan rekomendasi Penentuan Segmen Metode yang digunakan dalam proses evaluasi fungsi ini adalah pengamatan langsung di sepanjang Jalan Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon yang dibagi ke dalam 6 segmen (Segmen I -- VI) berdasarkan perbedaan karakter pada komposisi penanaman dan jenis tanamannya (Lampiran 2).

2 23 Segmentasi ini bertujuan untuk mempermudah pengamatan fungsi dan struktur pohon. Pendeskripsian keenam segmen jalan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Segmen I adalah ruas jalan antara titik persimpangan Jln. Kapten Muslihat dan Jln. Ir. H. Juanda hingga Jalan Kapten Muslihat (Jembatan Merah) dengan penggunaan lahan yang meliputi daerah perkantoran, perdagangan dan jasa, pendidikan, dan wisata. 2. Segmen II adalah ruas jalan antara Jalan Kapten Muslihat (Jembatan Merah) hingga Jln. Veteran. Penggunaan lahan pada area ini meliputi daerah pemukiman warga, dan perdagangan dan jasa. 3. Segmen III adalah ruas jalan antara Jalan Veteran (persimpangan Ciomas) hingga Markas Yonif Garuda 315 di Jln. Mayjen Ishak Djuarsa dengan penggunaan lahan yang meliputi daerah pemukiman, bangunan komersial, dan fasilitas sosial seperti tempat ibadah, sarana pendidikan, dan kesehatan. 4. Segmen IV adalah ruas jalan antara Markas Yonif Garuda 315 hingga Jln. Mayjen Ishak Djuarsa (titik persimpangan Jln. Sindang Barang dan Jln. Darul Qur an). Penggunaan lahan pada area ini meliputi daerah pemukiman, bangunan komersial, dan fasilitas sosial seperti sarana pendidikan dan kesehatan. 5. Segmen V adalah ruas jalan antara titik persimpangan Jln. Sindang Barang dan Jln. Darul Qur an hingga titik persimpangan Jln. Letjen Ibrahim Adjie dan Jln. Bayangkari. Penggunaan lahan pada area ini meliputi daerah pemukiman dan bangunan komersial. 6. Segmen VI adalah ruas jalan antara titik persimpangan Jalan Bayangkari dan Jln. Letjen Ibrahim Adjie hingga Terminal Laladon (Jalan Letnan Ibrahim Adjie). Penggunaan lahan pada segmen ini meliputi daerah pertanian, pemukiman, dan bangunan komersial Inventarisasi Inventarisasi dilakukan untuk mengumpulkan data fisik lanskap jalan, seperti iklim (suhu udara, curah hujan, kelembaban udara relatif, kecepatan angin, dan lama penyinaran matahari), topografi (morfologi dan kemiringan lahan), tanah (jenis tanah, sifat fisik, dan sifat kimia tanah), geologi (jenis batuan,

3 24 endapan batuan, dan struktur geologi), hidrologi (sistem drainase dan sifat aliran drainase), dan pohon (jumlah, jenis, tinggi, diameter, bentuk tajuk, dan kerusakan organ), seperti yang tertera pada tabel berikut ini (Tabel 1). Tabel 1. Inventarisasi Aspek Fisik Lanskap Jalan No. Aspek Fisik Unsur Jenis Data Sumber Data 1 Iklim Suhu udara, curah hujan, kelembaban, udara relatif, kecepatan angin, dan Sekunder Literatur lama penyinaran matahari 2 Topografi Morfologi dan kemiringan lahan Sekunder Literatur 3 Tanah Jenis tanah, sifat fisik, dan sifat kimia tanah Sekunder Literatur 4 Geologi Jenis batuan, endapan batuan, dan struktur geologi Sekunder Literatur 5 Hidrologi Sistem drainase dan sifat aliran drainase Sekunder Literatur 6 Tata Guna Lahan 7 Vegetasi Penggunaan dan pemanfaatan lahan Primer Pengamatan Jenis, jumlah, tinggi, diameter, bentuk tajuk, dan kerusakan organ pohon Primer Pengamatan dan Literatur Pengambilan data dilakukan melalui dua cara, yaitu secara langsung melalui pengamatan di lapang (data primer) dan tidak langsung berdasarkan literatur dan sumber terkait (data sekunder). Pengambilan data tata guna lahan dilakukan secara langsung dan pohon dilakukan secara langsung dan tidak langsung, sedangkan pengambilan data iklim, topografi, tanah, geologi, dan hidrologi dilakukan secara tidak langsung Evaluasi Tahap evaluasi ini dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu evaluasi fungsi pohon dan evaluasi struktur pohon lanskap jalan Evaluasi Fungsi Pohon Evaluasi fungsi pohon pada lanskap jalan dilakukan melalui pengamatan kriteria setiap fungsi pohon pada tiap segmen jalan berdasarkan Hakim dan Utomo (2003), Wungkar (2005), dan Direktorat Jenderal Bina Marga (2010) sebagai berikut. a. Fungsi pengarah adalah fungsi pohon dalam mengarahkan sirkulasi dan membantu memudahkan sirkulasi bagi pengguna jalan. Pohon yang berfungsi

4 25 sebagai pengarah ini memiliki komposisi penanaman yang berbaris dan berkesinambungan. b. Fungsi pembatas adalah fungsi pohon seperti tabir yang membatasi pandangan dan pergerakan manusia dan kendaraan. Pohon yang berfungsi sebagai pembatas ini memiliki komposisi penanaman yang berbaris dan membentuk massa. c. Fungsi peneduh adalah fungsi pohon dalam memberi keteduhan dan menyaring sinar matahari. Pohon yang berfungsi sebagai peneduh memiliki karakteristik massa daun yang padat serta bentuk tajuk spreading, rounded, atau dome. d. Fungsi kontrol angin adalah fungsi pohon dalam menahan, memecah, mengarahkan dan mengalirkan angin. Pohon dengan fungsi ini sebaiknya ditanam secara berbaris dan berkelompok (membentuk massa). e. Fungsi kontrol bunyi adalah fungsi pohon dalam mengurangi suara bising kendaraan. Pohon dengan fungsi ini sebaiknya ditanam di dekat tepi jalan dengan kombinasi berbagai jenis pohon yang memiliki massa daun padat. f. Fungsi kontrol cahaya adalah fungsi pohon dalam menahan, memantulkan, dan mengurangi silau cahaya matahari atau lampu kendaraan. Pohon dengan fungsi ini sebaiknya ditanam dengan kombinasi berbagai jenis dengan massa daun yang padat. g. Fungsi kontrol polusi adalah fungsi pohon sebagai pereduksi polutan udara yang dihasilkan oleh pabrik dan kendaraan bermotor. Pohon yang memiliki fungsi ini dicirikan dengan toleransi yang tinggi terhadap polusi udara dan kemampuannya dalam menyerap polutan. Komposisi tanaman pengontrol polusi sebaiknya terdiri dari kombinasi pohon dan perdu dengan jarak tanam rapat, massa daun padat, serta batang dan cabang berteksur kasar. h. Fungsi konservasi adalah fungsi pohon dalam melindungi tanah dan air serta mencegah erosi. Pohon yang memiliki fungsi ini sebaiknya ditanam secara massal dan dikombinasikan bersama tanaman penutup tanah dengan penutupan merata.

5 26 i. Fungsi pemberi identitas adalah fungsi pohon dalam memberikan identitas bagi pengguna jalan untuk mengenal jalan tertentu. Pohon dengan fungsi ini harus memiliki nilai sejarah dan suatu ciri khas serta ditanam dengan pola penanaman tertentu. Kriteria setiap fungsi pohon lanskap jalan disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Fungsi Pohon Lanskap Jalan No. Fungsi Kriteria Fungsi* Gambar Ilustrasi** a) Pohon dengan ketinggian 6 m. b) Penanaman secara massal atau berbaris. 1) Pengarah c) Jarak tanam yang rapat. d) Penanaman secara kontinyu atau berkesinambungan. e) Berkesan rapi serta memudahkan orientasi. a) Massa daun padat. b) Percabangan lentur. 2) Pembatas c) Penanaman berbaris atau membentuk massa. d) Jarak tanam rapat. a) Pohon dengan ketinggian sedang atau < 15 m. b) Pohon dengan tajuk spreading, bulat, dome, dan irregular. c) Tajuk bersinggungan. 3) Peneduh d) Bermassa daun padat. e) Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m). f) Percabangan 2 5 m di atas tanah. g) Penanaman secara berbaris dan berkesinambungan. a) Jarak tanam rapat. 4) Kontrol Cahaya b) Bermassa daun padat. c) Berdaun sempit.

6 27 No. Fungsi Kriteria Fungsi* Gambar Ilustrasi** a) Tanaman tinggi, perdu, atau semak. b) Tahan angin atau tidak mudah tumbang. c) Bermassa daun padat dan tidak 5) Kontrol Angin mudah rontok. d) Tidak berdaun lebar. e) Penanaman berbaris atau membentuk massa. f) Jarak tanam yang rapat. a) Terdiri dari beberapa lapis tanaman (kombinasi pohon, perdu, dan semak). b) Penanaman di dekat tepi jalan. c) Bermassa daun padat atau berdaun tebal. 6) Kontrol Bunyi d) Kombinasi antara tanaman dengan dinding peredam. e) Terdapat variasi bentuk tajuk secara vertikal. f) Jarak tanam antartanaman yang rapat. g) Terdapat penanaman beberapa spesies secara bersamaan. a) Toleransi terhadap polusi b) Kuat dalam menyerap polutan gas NO 2 dan partikel lainnya. c) Terdiri dari beberapa lapis 7) Kontrol Polusi tanaman atau kombinasi pohon, perdu, dan semak. d) Jarak tanam rapat. e) Massa daun padat. f) Cabang dan batang bertekstur bertekstur kasar.

7 28 No. Fungsi Kriteria Fungsi* Gambar Ilustrasi** a) Terdapat penutup tanah tahunan atau rumput. b) Penanaman secara 8) Konservasi massal c) Jarak tanam rapat. d) Massa daun padat. e) Penutupan merata. a) Mempunyai ciri khas tertentu. 9) Pemberi Identitas b) Memiliki pola penanaman tertentu. c) Tanaman memiliki nilai sejarah. Keterangan: *) Kriteria fungsi pohon ditetapkan berdasarkan kriteria dari Hakim & Utomo (2003), Wungkar (2005), & Direktorat Jenderal Bina Marga (2010). **) Gambar merupakan ilustrasi dari Direktorat Jenderal Bina Marga (2010) Evaluasi Struktur Pohon Evaluasi struktur pohon lanskap jalan dilakukan dengan menggunakan pendekatan fisiognomi tanaman. Fisiognomi tanaman adalah penampilan eksternal dari tanaman (Mueller-Dumbois dan Ellenberg, 1974). Penilaian fisiognomi tanaman dapat dilakukan sewaktu-waktu, tetapi cenderung subjektif (Halle et al., 1978). Penilaian fisiognomi pohon dilakukan melalui pengamatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan fisik pohon, seperti bentuk tajuk, diameter, tinggi dan kerusakan pohon yang dapat disebabkan oleh serangan hama/penyakit tanaman atau aktivitas manusia. Proses pengambilan data fisiognomi pohon ini menggunakan metode penarikan contoh acak berlapis, yaitu dengan mengambil contoh acak sederhana pada setiap segmen jalan, dengan perhitungan sebagai berikut (Walpole, 1992): ni = dengan ni : jumlah sampel segmen ke-i Ni : populasi segmen ke-i N : populasi seluruh segmen n : jumlah sampel seluruh segmen Ni N n

8 29 Nilai n dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: n = L N i б 2 i i=1 ND + 1 N L N i б 2 i i=1 Variabel L merupakan jumlah sampel pada tapak yang dalam hal ini besarnya adalah 6 (Segmen I -- VI). Sementara itu, D adalah variabel yang ditentukan oleh variabel B sebagai batas kesalahan (bound of error) sehingga nilai D dapat dihitung dengan rumus: D = B 2 4 Perhitungan besarnya ragam populasi (б 2 ) adalah sebagai berikut: б 2 = L (xi - µ) 2 i=1 L Variabel µ adalah nilai tengah dari suatu populasi yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: µ = L xi i=1 L a. Bentuk tajuk Pengamatan terhadap bentuk tajuk pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat -- Terminal Laladon dilakukan dengan mengidentifikasi setiap bentuk tajuk pohon yang telah ditentukan sebelumnya melalui pengambilan contoh acak berlapis.

9 30 b. Diameter Batang Pengamatan terhadap diameter batang dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan rollmeter setinggi dada rata-rata orang dewasa (diameter at breast height (DBH)), yaitu antara cm dari permukaan tanah. c. Tinggi Pohon Pengamatan tinggi pohon dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan clinometer untuk mencari besarnya sudut elevasi (α) dan delevasi (β) antara pengamat dengan pohon (Gambar 7). Pengukuran tinggi pohon ini juga dilakukan berdasarkan keterangan Direktorat Jenderal Bina Marga (2010) yang menyatakan bahwa ketinggian pohon di sepanjang ruas jalan tidak boleh melebihi kabel tiang listrik dan kabel telepon. Besarnya tinggi pohon diperoleh melalui perhitungan dengan rumus sebagai berikut: T = D (Tan (α) + Tan (β)) dengan T : tinggi pohon D : jarak pengamatan α : sudut elevasi (º) β : sudut delevasi (º) Gambar 7. Sketsa Pengukuran Tinggi Pohon

10 31 d. Kerusakan Pohon Pengamatan terhadap kerusakan pohon dilakukan melalui metode Forest Health Monitoring (FHM). FHM merupakan metode akurat dalam menilai kerusakan pohon yang dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, yaitu melalui perhitungan kuantitatif kerusakan spesifik pohon, penilaian status kerusakan berdasarkan indikator kerusakan pohon, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya penyebab kematian pohon (Nuhamara et al., 2001). Variabel kerusakan pohon yang diamati meliputi tipe kerusakan, lokasi kerusakan, dan kelas keparahan. Jika dalam satu pohon terdapat lebih dari tiga kerusakan, yang dicatat adalah tingkat kerusakan yang paling parah. Jika nilai kerusakan suatu pohon dinyatakan dalam suatu fungsi, dapat dinyatakan sebagai berikut (Nuhamara et al., 2001): Kerusakan = f(a, B, C) dengan A : tipe kerusakan B : lokasi kerusakan C : keparahan kerusakan 1) Tipe Kerusakan Tipe-tipe kerusakan pohon menurut Nuhamara (2002) terdiri atas kanker, busuk hati (konk), luka terbuka, resinosis atau gumosis, batang patah, brum pada akar atau batang, akar patah atau mati, mati ujung, cabang patah atau mati, brum pada cabang atau daerah di dalam tajuk, kerusakan daun, dan perubahan warna daun yang disajikan dalam Tabel 3 sebagai berikut.

11 32 Tabel 3. Tipe-Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon Keterangan: *) Gejala dan penyebab tipe kerusakan berdasarkan keterangan Khoiri (2004), Miardini (2006), dan Soetrisno (2001).

12 33 Setiap tipe kerusakan tersebut dinyatakan dengan kode berupa angka yang telah ditetapkan di dalam Nuhamara et al., (2001). Seluruh kode tipe kerusakan pohon ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Kode Tipe Kerusakan pada Tubuh Pohon No. Tipe Kerusakan Kode 1 Kanker, gol (puru) 1 2 Busuk hati, tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut 2 3 Luka terbuka 3 4 Eksudasi (resinosis atau gumosis) 4 5 Batang patah kurang dari 0,91 m 11 6 Brum pada akar atau batang 12 7 Akar patah atau mati lebih dari 0,91 m 13 8 Hilangnya ujung dominan (mati ujung) 21 9 Cabang patah atau mati Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk Kerusakan daun Daun berubah warna (tidak hijau) 25 Sumber: Nuhamara et al., (2001) 2) Lokasi Kerusakan Lokasi kerusakan yang diamati adalah seluruh bagian tubuh pohon dari daun hingga akar, seperti permukaan akar dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah, akar dan batang bagian bawah, batang bagian bawah (setengah bagian bawah dari batang antara pangkal akar (tunggak) dan dasar tajuk hidup), bagian bawah dan bagian atas batang, bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara pangkal akar (tunggak) dan dasar tajuk hidup), batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup dan di atas dasar tajuk hidup), cabang (lebih besar 2,54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk di dalam daerah tajuk hidup), dan daun (Lampiran 3). Selanjutnya, setiap lokasi kerusakan pohon dinyatakan dengan kode berupa angka yang telah ditetapkan dalam Nuhamara et al., (2001) sebagai berikut (Tabel 5).

13 34 Tabel 5. Kode Lokasi Kerusakan pada Tubuh Pohon No. Lokasi Kerusakan Kode 1. Sehat (tidak ada kerusakan) Akar (terbuka) dan pangkal aka r (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tana h) Akar dan batang bagian bawah Batang bagian bawah (setengah bagian bawah 3 dari batang antara pangkal akar dan dasar taju k hidup) 5. Bagian bawah dan bagian atas batang 4 6. Bagian atas batang (setengah bagian atas dari 5 7. batang antara pangkal akar dan dasar tajuk hid up) Batang tajuk (batang utama di dalam daerah 6 tajuk hidup dan di atas dasar tajuk hidup) 8. Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik 7 percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk di dalam daerah tajuk hi dup ) 9. Kuncup dan tunas (pertumbuhan tahun terakhir) Daun 9 Sumber: Nuhamara et al., (2001) 3) Keparahan Kerusakan Penilaian kerusakan fisik pohon berdasarkan nilai ambang batas keparahan dilakukan dengan mengklasifikasikan kode tipe kerusakan berdasarkan nilai ambang batas keparahan yang diperoleh ke dalam kelas interval 10% hingga 99% (Tabel 6). Nilai keparahan kerusakan yang diamati pada setiap tipe kerusakan adalah minimal 20%, kecuali pada mati ujung nilai keparahan kerusakan yang diamati adalah minimal 1%. Untuk beberapa tipe kerusakan seperti busuk hati, brum atau percabangan yang berlebihan, dan patah pada batang yang berlokasi kurang dari 0,91 m dari batang, nilai kerusakan yang diamati adalah lebih dari atau sama dengan 20%.

14 35 Tabel 6. Kualifikasi Kelas Keparahan Menurut Kode Tipe Kerusakan No. Kelas Keparahan (10 % %) Kode Tipe Kerusakan 1. 20% 1 2. Nihil* % % 4 5. Nihil* Nihil* % % % % % % 25 Ket erangan : *) 20% untuk akar, batang, atau cabang jika < 0,91 m unt uk batang dan > 0,91 m untuk akar berdasarkan ketentuan Nuhamara et al., (2001) Kemudian, nilai keparahan kerusakan yang telah diperoleh diklasifikasikan ke dalam kode keparahan kerusakan berdasarkan kelas keparahan menurut Nuhamara et al. (2001) sebagai berikut (Tabel 7). Tabel 7. Kode Kelas Keparahan Kerusakan Pohon No. Kelas (%) Kode S umber: Nu hamara et al., (2001)

15 Analisis Analisis dilakukan terhadap hasil evaluasi fungsi dan struktur pohon lanskap jalan Analisis Fungsi Pohon Analisis terhadap fungsi pohon lanskap jalan dilakukan dengan mengklasifikasikan hasil evaluasi setiap kriteria fungsi pohon ke dalam kategori buruk hingga sangat baik (nilai ) berdasarkan persentase dari kriteria masing-masing fungsi terhadap total bobot keseluruhan kriteria fungsi yang terpenuhi sebagai berikut (Wungkar, 2005): 1. bernilai 1 (buruk), jika 40 % kriteria terpenuhi. 2. bernilai 2 (sedang), jika % kriteria terpenuhi. 3. bernilai 3 (baik), jika % kriteria terpenuhi. 4. bernilai 4 (sangat baik), jika 81 % kriteria terpenuhi Analisis Struktur Pohon Analisis struktur pohon lanskap jalan dilakukan terhadap hasil pengamatan tinggi pohon, diameter batang, dan kerusakan pohon. a. Diameter Batang Hasil pengukuran diameter batang diklasifikasikan ke dalam empat kelas (Tabel 8), yang meliputi semai (Kelas D1), tiang (Kelas D2), hampir dewasa (Kelas D3), dan dewasa (Kelas D4) berdasarkan keterangan Daniel et al., (1995). Tabel 8. Kualifikasi Diameter Batang Pohon Kelas Kualifikasi Diameter (cm) D1 Semai DBH < 10 D2 Tiang (kecil) 10 DBH < 30 D3 Hampir dewasa (sedang) 30 DBH < 60 D4 Dewasa (besar) DBH 60 Sumber : Daniel et al., (1995)

16 37 b. Tinggi Pohon Hasil pengukuran tinggi pohon diklasifikasikan ke dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan keterangan Booth (1983), sebagai berikut (Tabel 9). Tabel 9. Kualifikasi Tinggi Pohon Kelas Kualifikasi Tinggi (m) T1 Rendah (Semai) T 6 T2 Sedang 6 < T < 12 T3 Tinggi (Dewasa) T 12 Sumber: Booth (1983) c. Kerusakan Pohon Hasil ev aluasi dari seluruh variabel kerusakan pohon (tipe kerusakan, lokasi kerusakan, dan kelas keparahan) dianalisis d engan menggunakan bobot indeks kerusakan sebagai berikut (Tabel 10). Tabel 10. Bobot Indeks Kerusakan Pohon No. Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Keparahan Kerusakan Kode Bobot Kode Bobot Kode Bobot ,9 0 1,5 0 1, , , , , ,5 3 1,8 3 1, ,6 4 1,8 4 1, ,3 5 1,6 5 1, ,2 6 1, , , , Sumber: Nuhamara et al., ( 2001)

17 38 Setiap bobot dari indikator keru sakan pohon tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus berikut ini (Nuhamara et al., 2001): NIK = (xi.yi.zi) dengan NIK : nilai indeks kerusakan pada level pohon xi : nilai bobot pada tipe kerusakan yi : nilai bobot pada bagian pohon yang mengalami kerusakan zi : nilai bobot pada keparahan kerusakan Kemudian, setiap nilai indeks kerusakan pohon yang telah diperoleh diklasifikasikan ke dalam kriteria sebagai berikut: 1. pohon dalam keadaan sehat jika 0 NIK 5 terpenuhi; 2. rusak ringan jika 6 NIK 10 terpenuhi; 3. rusak sedang jika 11 NIK 15 terpenuhi; 4. rusak berat jika 16 NIK 21 terpenuhi Sintesis dan Rekomendasi Hasil analisis fungsi dan struktur pohon kemudian disintesis sehingga menghasilkan suatu rekomendasi. Sintesis ini merupakan proses pengembangan dari evaluasi dan analisis yang mengoptimalkan potensi dan mengupayakan solusi untuk masalah yang ada selama proses inventarisasi hingga analisis tapak. Proses sintesis ini dilakukan pada masing-masing aspek baik fungsi maupun struktur tanaman Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hingga tahap sintesis yang menghasilkan suatu rekomendasi yang berisi masukan agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah seperti serangan hama dan penyakit, kerusakan tubuh pohon akibat aktivitas manusia, serta fungsi dan struktur pohon yang tidak sesuai dengan tujuan perancangan lanskap jalan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Evaluasi dan Analisis 5.1.1. Evaluasi dan Analisis Fungsi Pohon Proses penilaian fungsi pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon meliputi 9 aspek,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2014, untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2014, untuk 18 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2014, untuk kegiatan pengumpulan data, pengelolaan data, dan analisis data.

Lebih terperinci

EVALUASI FUNGSI DAN STRUKTUR POHON PADA LANSKAP JALAN KAPTEN MUSLIHAT--TERMINAL LALADON, BOGOR. Ramanda Widyanti

EVALUASI FUNGSI DAN STRUKTUR POHON PADA LANSKAP JALAN KAPTEN MUSLIHAT--TERMINAL LALADON, BOGOR. Ramanda Widyanti EVALUASI FUNGSI DAN STRUKTUR POHON PADA LANSKAP JALAN KAPTEN MUSLIHAT--TERMINAL LALADON, BOGOR Ramanda Widyanti DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan (September-November 2009) di salah satu jalur hijau jalan Kota Bogor yaitu di jalan dr. Semeru (Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Jendral Sudirman yaitu jalur hijau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 1. Lokasi Kasus Penelitian

METODOLOGI. Gambar 1. Lokasi Kasus Penelitian 8 METODOLOGI Lokasi dan waktu Penelitian ini dilakukan dengan memilih kasus di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Pengertian jalan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

EVALUASI KESEHATAN POHON DI KAWASAN ASRAMA INTERNASINAL IPB. Oleh :

EVALUASI KESEHATAN POHON DI KAWASAN ASRAMA INTERNASINAL IPB. Oleh : EVALUASI KESEHATAN POHON DI KAWASAN ASRAMA INTERNASINAL IPB Oleh : Andi Handoko S¹ (E34120079), Rizki Kurnia Tohir 1 (E34120028), Yanuar Sutrisno 1 (E34120038), Dwitantian H Brillianti 1 (E34120054), Dita

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

3. METODE. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DKI Jakarta. Sumber : Samsoedin dan Waryono 2010

3. METODE. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DKI Jakarta. Sumber : Samsoedin dan Waryono 2010 3. METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Hutan kota di DKI Jakarta yang telah dikukuhkan oleh pejabat berwenang berjumlah 14 hutan kota berdasarkan PP 63 Tahun 2002, namun untuk penelitian difokuskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

LINGKUNGAN DAN UKURAN JL. YOS SUDARSO SITUASI LOKASI SITE. 173,5 m. 180 m. 165 m. 173 m

LINGKUNGAN DAN UKURAN JL. YOS SUDARSO SITUASI LOKASI SITE. 173,5 m. 180 m. 165 m. 173 m JL. YOS SUDARSO LINGKUNGAN DAN UKURAN 173,5 m 180 m 165 m LOKASI SITE 173 m JL. YOS SUDARSO VIEW View Baik View Cukup Baik View Tidak Baik Arah Orientasi bangunan Orientasi bangunan Orientasi fasade gedung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI TANAMAN PADA LANSKAP JALAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Universitas Sam Ratulangi, Manado

EVALUASI ASPEK FUNGSI TANAMAN PADA LANSKAP JALAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Universitas Sam Ratulangi, Manado EVALUASI ASPEK FUNGSI TANAMAN PADA LANSKAP JALAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI Arief Rahman (1), Jemmy Najoan (1), Maria G. M. Polii (1) 1 Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian,

Lebih terperinci

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak AGUS RULIYANSYAH 1* 1. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak 1049, Indonesia *E-mail: agus.ruliyansyah@faperta.untan.ac.id

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Kota 2.1.1 Pengertian hutan kota Hutan kota adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaankegunaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 12 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian di lapang berlangsung dari April 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian ini berlokasi di Kawasan Industri Karawang International

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 8 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian di lahan agroforestri di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Pebruari 2012 di lahan agroforestri Desa Sekarwangi, Kecamatan Malangbong,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan pohon dilakukan di PT. MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan arteri primer

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk menyebabkan kebutuhan manusia semakin meningkat. Dalam lingkup lingkungan perkotaan keadaan tersebut membuat pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet ini dibagi menjadi 3 yaitu bangunan primer, sekunder dan penunjang yang kemudian membentuk zoning sesuai fungsi,

Lebih terperinci

Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Penelitian

Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Penelitian 20 BAB III ME ETODOLOG GI 3 Lokasi dan 3.1 d Waktu Penelitian Sentuul City meruupakan kawaasan permukkiman di sebbelah timur kota k Bogor, d termasuuk wilayah Kabupaten Bogor. Senntul City terrletak pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber:  Gambar 3. Lokasi Penelitian 25 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, berlangsung dari bulan Maret 2010 sampai bulan Agustus 2010. Penelitian ini mengambil tempat di Kawasan Industri PT Pindo

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Metode survei

II. METODOLOGI. A. Metode survei II. METODOLOGI A. Metode survei Pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan di KPHP Maria Donggomassa wilayah Donggomasa menggunakan sistem plot, dengan tahapan pelaksaan sebagai berikut : 1. Stratifikasi

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif PEMBAHASAN UMUM Dalam studi ini salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi partikel Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dengan besarnya penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali. B III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada mangrove yang ada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR i ii I PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Tujuan.. 2 1.3 Manfaat 2 1.4 Kerangka Pikir. 3 II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Kota Berkelanjutan.. 4 2.2 Ruang Terbuka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan sentra industri batu marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum dalam Three Dimension Sustainability:

Lebih terperinci

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE 2011 PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE JURUSAN ARSITEKTUR ITATS Ririn Dina Mutfianti, ST.,MT 10/30/2011 Materi 1 Pengelompokan Berdasarkan Pembentuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tempat dan Waktu METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan September 2011. Lokasi yang dipilih

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada PENDAHULUAN Latar Belakang Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang dari masa ke masa, konsekuensinya kebutuhan primer semakin bertambah terutama pangan. Krisis pangan saat ini sedang dialami

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia, pada dasarnya menimbulkan suatu dampak yang positif maupun negatif. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN

BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN (Analisis Contur)... 15 4.1 PENDAHULUAN... 15 4.1.1 Deskripsi Singkat... 15 4.1.2 Manfaat... 15 4.1.3 Learning Outcomes... 15 4.2 URAIAN MATERI... 15 4.2.1 Peta Kontur...

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci