IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Kegiatan SPP Kecamatan Semparuk Pelaksanaan program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) telah mempercepat kemajuan pembangunan Kabupaten Sambas. Program ini mampu menggerakkan partisipasi pemerintah daerah dan pemberdayaan masyarakat selama sembilan tahun sejak tahun Persyaratan pengajuan pinjaman Unit Pengelola Kegiatan (UPK) adalah lembaga yang berfungsi dan bertanggung jawab sebagai pelaksana mandat Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD). Kebijakan umum dalam pelaksanaan perguliran mengacu kepada konsep PNPM-MPd ditetapkan oleh BKAD. Bagi kelompok Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) yang ingin meminjam dana SPP, diberlakukan ketentuan antara lain: (1).telah berdiri satu tahun atau melakukan kegiatan simpanan minimal empat bulan, (2) anggotanya tidak mempunyai permasalahan perkreditan dengan pihak lain, (3).telah mempunyai pengurus yang dipilih berdasarkan musyawarah kelompok, (4).mempunyai kegiatan dan pertemuan rutin minimal satu bulan sekali, (5).anggotanya minimal lima orang dan keberadaan kegiatan kelompok diketahui atau diakui di masyarakat sekitar, (6) seluruh anggota dan peminjam adalah perempuan, (7) keberadaan kelompok harus diketahui oleh pemerintah desa, (8).kesediaan kelompok untuk tanggung renteng, dan (9) adanya persetujuan/ pernyataan ahli waris dan pihak pemerintah desa (BKAD Kec. Semparuk, 2009). 2. Pelaku program pemberdayaan masyarakat Pelaksanaan kegiatan SPP melibatkan banyak pelaku program. Di tingkat kecamatan, ada BKAD, UPK, Badan Pemeriksa Unit Pengelola Kegiatan (BP- UPK), dan Pendamping Lokal (PL), sedangkan di tingkat desa ada Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD). Adapun struktur organisasi pelaku PNPM-MPd di Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas Tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 4. Jika dilihat dari sisi sasaran program kepada RTM, kegiatan SPP ikut membantu masyarakat miskin dalam mengakses permodalan/kredit mikro secara

2 40 mudah dan murah. Meskipun demikian, UPK memahami bahwa sangat perlu dilakukan antisipasi oleh pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat agar bisa memberikan badan hukum berupa legal lending bagi UPK sebelum PNPM-MPd dihentikan pelaksanaannya di daerah ini (pass-out). Ini dilakukan agar apa yang dilaksanakan oleh UPK tidak bertentangan dengan aturan-aturan tentang pengelolaan dana masyarakat dalam operasionalnya. PENANGGUNGJAWAB OPERASIONAL KEGIATAN (PJOK): M. ARIEF BADAN PENGAWAS (BP) - UPK KETUA : BADRIAH SEKRETARIS: HAJIAN BENDAHARA:ERLAN BADAN KERJASAMA ANTAR DESA ( B K A D ) KETUA SEKRETARIS BENDAHARA ANGGOTA : H.SYAFARUDIN ASMAUN : ARIANDI : TITIN SUPRIANI : 1. MULYADI 2. ANDI ANANG W. UNIT PENGELOLA KEGIATAN ( U P K ) KETUA : SUPARLI, S.Pd. SEKRETARIS : NELLY S., A.Ma. BENDAHARA : TITIN S., SKM PENDAMPING LOKAL (PL): ARWAN KPMD SINGARAYA: 1. SUHARTIK 2. WAWAN S.,S.Sos. KPMD SEMPARUK: 1. EKAYANTI 2. GUSTRIADI KPMD SEPINGGAN: 1. MARIANI 2. SU UD KPMD SEPADU: 1. SATURA 2. EDI HERMANTO KPMD SEBURING: 1. MULYANI 2. MINHAT Gambar 4. Struktur pelaku PNPM-MPd Kecamatan Semparuk 3. Perkembangan kelompok pemanfaat dana Sejak pertama dilaksanakannya PNPM-MPd di Kecamatan Semparuk, sudah terbentuk kelompok-kelompok yang dulunya mereka berasal dari kelompok pengajian, arisan, dan kelompok pemberdayaan kesejahteraan dan keluarga (PKK). Selama tiga tahun berjalan, sudah tumbuh secara signifikan kelompokkelompok ekonomi yang beranggotakan perempuan di masyarakat. UPK Kecamatan Semparuk di tahun pertama mengelola dana BLM program sebesar 2,5 milyar rupiah. Dana yang disalurkan untuk kegiatan SPP dimanfaatkan peminjam sebanyak 20 kelompok (141 orang).

3 41 Pada tahun ketiga, dana SPP kelompok reguler disalurkan kepada kelompok reguler dengan peminjam sebanyak 17 kelompok (82 orang). Di tahun yang sama, jumlah dana perguliran sebanyak.1,536 milyar rupiah dengan jumlah peminjam sebanyak 27 kelompok (198 orang). Dari data tersebut, jelas terjadi perkembangan jumlah kelompok SPP (120%) dan anggota masyarakat yang bisa memanfaatkan dana SPP (196%). Berdasarkan penilaian UPK, sebanyak 18 kelompok tergolong kelompok pemula, 24 kelompok tergolong kelompok berkembang, dan sebanyak dua kelompok tergolong kelompok siap/matang. Perkembangan kelompok SPP Kecamatan Semparuk secara rinci termasuk penambahan dan pengurangannya tersaji pada Tabel 5. Lokasi (desa) Tabel 5. Perkembangan kelompok SPP Kecamatan Semparuk 2008/ 2009 Jumlah kelompok yang dilayani 2009/ /2011 Peningkatan klp. yang dilayani Pertumbuhan jumlah kelompok (%) Semparuk = = ,00 Singaraya = = ,00 Sepinggan = = ,00 Seburing = = ,00 Sepadu = = ,00 TOTAL = = ,00 Sumber: UPK Kecamatan Semparuk, 2011b. Dari Tabel 5 terlihat adanya pengurangan jumlah kelompok yang meminjam cukup banyak di Desa Semparuk dan Sepinggan di tahun 2010 walaupun disertai penambahan kelompok baru. Adanya kelompok yang bubar dan menyebabkan pindahnya anggota-anggotanya ke kelompok lain menunjukkan pembentukan kelompok tidak matang. Disebabkan hanya karena ketua kelompok/pengurus lainnya tidak meminjam, kelompok SPP tersebut tidak meminjam lagi dan kelompok menjadi bubar. Hal ini disebabkan pendampingan yang masih kurang terhadap kelompok SPP selain faktor internal kelompok itu sendiri. Kelemahan seperti ini jangan sampai menjadi ancaman hilangnya kelompok-kelompok lain di waktu yang akan datang yang sementara ini masih aktif. 4. Perguliran dana simpan pinjam Dana yang dipinjamkan kepada kelompok SPP terdiri dari dua macam, yaitu dana reguler dan dana perguliran. Dana reguler adalah dana yang didapat dari

4 42 BLM untuk tahun berjalan, dan setelah pengembaliannya dana tersebut masuk menjadi dana perguliran untuk dipinjamkan kepada kelompok perguliran. Dana perguliran menjadi dana abadi masyarakat. Perguliran dana SPP di Kecamatan Semparuk dari tahun 2009 sampai 2010 cukup baik, walaupun ada tunggakan sebesar Rp (0,33% dari modal). Tabel berikut adalah perguliran dana SPP per 25 Mei Kondisi perguliran secara rinci tersaji pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Perguliran dana SPP per 25 Mei 2011 No. Jumlah Realisasi Real Pengembalian Saldo Nama Kelompok Pinjaman Pinjaman Pokok Bunga Pinjaman Perguliran (ribu rupiah) (tgl/bln/thn) (ribu rupiah) (ribu rupiah) (ribu rupiah) 1 Pengajian Permata /01/ BKMT /03/ Annisa Singaraya /01/ Nelayan /02/ Permata Al Barkah /01/ Permata Al Quba /02/ Pertanian /01/ Aster /11/ Annisa Semparuk /11/ Melati I /11/ Mawar /12/ Mawar III /12/ Melati Harum /12/ , Mandiri /12/ Mawar II /12/ Kencana /12/ , Muslimah /12/ , , ,5 18 Permata /01/ Arisan Harian I /02/ Nur Hikmah /01/ Mekar Sari reschedule /03/ , ,5 22 Permata Mujahadah /11/ Mawar Sepinggan /11/ PKK Melati /12/ Al Ihsan /12/ Pokja I /12/ , Mawar Seburing /12/ TOTAL Sumber: UPK Kec. Semparuk, 2011b Berdasarkan Tabel 6, dana perguliran yang sudah dibayarkan sejumlah Rp (33,16% dari pinjaman). Pengembalian pinjaman dana perguliran 2010 ada yang 12 bulan dan ada pula yang 18 bulan berdasarkan keinginan dari kelompok yang bersangkutan dan lolos penilaian dari TV. Dengan demikian berarti pengembalian terlama adalah enam bulan angsuran. Berdasarkan laporan keuangan UPK Semparuk, total dana perguliran dan reguler murni di luar bunga sampai tahun 2010 sejumlah Rp Jumlah ini bertambah sebesar

5 43 Rp (32,42%) menjadi Rp ,41 dari jasa/bunga pinjaman sampai 25 Mei Secara kinerja usaha, saat ini kegiatan SPP yang berjalan menunjukkan hasil cukup baik. Surplus ditahan yang didapatkan dari tahun pertama sampai akhir tahun 2010 sejumlah Rp ,95, sedangkan surplus berjalan sampai Mei 2011 sejumlah Rp ,46. Angka pengembalian pinjaman juga tinggi yaitu 99,67%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pengembalian tingkat Provinsi Kalimantan Barat (91%) dan nasional (94%). Apalagi angka tunggakan 0,33% tersebut masih dalam masa penjadwalan ulang (reschedule) yang diyakini bisa ditagih. Keuntungan yang didapat oleh UPK dari jasa pinjaman (1,50% perbulan tahun dan 1,25% perbulan mulai tahun 2010) digunakan untuk operasional UPK (maksimal 75%, dan dialokasikan hanya sebesar 60 juta rupiah di tahun 2010/2011), bantuan sosial masyarakat miskin (dianggarkan Rp ), dan untuk pengembangan kelembagaan dialokasikan dana sebesar Rp (UPK Kecamatan Semparuk, 2011b). Dari anggaran pengeluaran tersebut masih lebih besar untuk penambahan modal. Dari perkembangan kelompok dan peningkatan laba usaha, dimungkinkan aset UPK akan terus meningkat di masa yang akan datang jika dikelola dengan lebih baik lagi. Berkembang dan besarnya angka pengembalian kredit merupakan akibat dari pelaksanaan tanggung renteng yang berjalan baik di kelompok dan kontrol yang kuat dari masyarakat luas. 5. Sumber informasi pertama dana SPP Anggota kelompok SPP mayoritas (48%) mendapatkan penjelasan langsung pada pertemuan-pertemuan PNPM-MPd dari FK/FT dan PL. Selebihnya mereka dapatkan dari pelaku program lainnya yaitu KPMD, TPK, UPK, BP-UPK, kelompok arisan, aparat desa, keluarga, dan lainnya (teman/tetangga). Sumber informasi pertama tentang adanya pinjaman dana SPP dari PNPM-MPd yang mereka dapatkan secara rinci sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Dari Gambar 5 bisa disimpulkan bahwa peran pertemuan yang diadakan PNPM-MPd efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Begitu pula dengan peran pelaku program dan kelompok arisan. Peluang untuk perluasan pasar adalah pemberian informasi kepada kelompok-kelompok pengajian dan

6 44 meningkatkan peran aparat desa dalam menginformasikan kegiatan SPP kepada masyarakat. Sumber informasi pertama dana SPP Ikut pertemuan PNPM 20% 4% 8% 48% Aparat desa Kelompok arisan Kelompok pengajian KPMD, TPK, UPK, BP-UPK 2% 14% 4% Keluarga Lainnya Gambar 5. Sumber informasi pertama dana SPP 6. Sasaran Kegiatan SPP Kegiatan SPP bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan Rumah Tangga Miskin (RTM) dan penciptaan lapangan kerja. Dilihat dari pencapaian tujuan kegiatan SPP untuk pengurangan RTM, maka tujuan ini tidak tercapai atau jika tercapai angkanya hanya kecil. Dari penerima manfaat dana SPP yang ada, terlihat hanya keluarga yang rawan miskin saja atau keluarga mampu yang ikut terbantu dari mengikuti dan memanfaatkan dana kegiatan SPP. Sebenarnya UPK merupakan lembaga kredit mikro yang potensial untuk dikembangkan dalam rangka pengurangan keluarga RTM. Berdasarkan data di UPK Kecamatan Semparuk, 66,83% dari peminjam dana perguliran dan 85,98% peminjam dana reguler berasal dari RTM. Secara total peminjam dana SPP tahun 2010 yang berasal dari masyarakat miskin adalah 73,46% (UPK Kecamatan Semparuk, 2010). Akan tetapi jika dilihat dari keadaan rumah tangga peminjam di lapangan, mereka tidak tergolong kalangan termiskin di desanya. Fasilitasi PNPM-MPd yang dilaksanakan pelaku program pada RTM perlu diperbaiki. Ini untuk memastikan efektif tidaknya sasaran penerima manfaat dana SPP. Secara umum, pada tataran implementasi di lapangan, dana SPP dipahami

7 45 sebagai dana pinjaman bagi mereka diutamakan yang sudah memiliki usaha yang sudah berjalan untuk penambahan modal dan berasal dari RTM. Meskipun demikian, kelompok SPP yang terbentuk memahami bahwa peminjam boleh saja berasal dari keluarga non-rtm dan PNPM bukanlah program yang secara eksklusif hanya untuk kelompok miskin, yang penting dalam kelompok peminjam tersebut harus tetap ada yang berasal dari RTM. Pemahaman tersebut membuat kegiatan SPP seperti lebih menekankan pada aspek kelancaran pengembalian kredit dibandingkan aspek pemberdayaan. Atau dengan kata lain hanya mencari aman (safety) dalam pengelolaan keuangan. Akibat dari pemahaman masyarakat dan sebagian pelaku tentang dana SPP yang dijelaskan sebelumnya, program ini bias kepada di luar RTM. Bagi mereka, anggota kelompok inilah yang mempunyai potensi pengembalian kredit secara lancar, bukan kelompok miskin atau termiskin. Berdasarkan observasi lapangan dari sisi sasaran penerima manfaat, SPP bukanlah program yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan, kecuali sedikit. Dari responden yang diwawancarai, hanya ada 20% saja yang membuka usaha baru dari dana yang mereka dapatkan dari SPP. Apalagi secara total, mayoritas mereka yang memanfaatkan dana SPP tersebut bukan dari kelompok miskin dan termiskin di desanya meskipun dalam proposal perguliran yang mereka ajukan, jumlah RTM-nya lebih banyak. Adanya perbedaan ini karena perbedaan penentuan kemiskinan menurut penulis (yang berdasarkan tafsir 14 kriteria kemiskinan BPS) dengan pengakuan masyarakat pengusul dana SPP (yang berdasarkan tafsir pribadi dan masyarakat-peminjam). Aspek prioritas peminjaman bagi yang bisa lancar dalam pengembalian pinjaman berakibat pada banyaknya kelompok RTM yang tidak berani meminjam atau bingung harus diusahakan untuk apa dana tersebut jika mereka meminjam. Banyak orang di desa yang tidak ingin bergabung ke dalam kelompok (meskipun diberi kesempatan) untuk meminjam karena takut tidak bisa mengembalikan kredit yang diberikan pada mereka. Dalam hal ini, belum ada pemberdayaan yang sungguh-sungguh untuk menyadarkan mereka akan potensi diri dan membaca peluang usaha yang bisa mereka jalankan. Apalagi sekarang sudah ada aturan yang mempermudah pelaku usaha tani untuk bisa memanfaatkan dana SPP yaitu

8 46 bisa mencicil minimal tiga kali dalam setahun. Aturan tersebut membuka peluang usaha yang perputaran uangnya lambat atau didapat setelah panen. Para pelaku program belum melaksanakan pemberdayaan sampai ke arah yang seharusnya sesuai dengan tahapan pemberdayaan. Kondisi ini diperparah lagi oleh adanya penekanan persyaratan yang cukup memberatkan bagi RTM yang dilaksanakan tahun 2011 dan akan lebih menutup kemungkinan bagi RTM untuk meminjam. Syarat tersebut adalah barang agunan anggota ke kelompoknya yang bisa diuangkan di kemudian hari, meskipun tidak menyerahkan suratmenyuratnya. Adanya syarat tersebut sungguh membuat orang miskin perdesaan semakin takut untuk meminjam. Apalagi sudah ada contoh di lapangan ada anggota kelompok SPP yang tidak bisa melunasi pembayaran kredit harus menggadaikan tanah yang dimiliki untuk pelunasan utangnya ke UPK. B. Profil Responden 1. Karakteristik responden Pemanfaat dana merata pada kelompok usia dari tahun. Ini berarti perempuan di bawah usia 30 tahun belum tergarap, padahal banyak pada usia tersebut yang sudah menikah dan memerlukan pembinaan ekonomi rumah tangga. Dari sisi pendidikan, penyebaran pemanfaat dana terlihat wajar sesuai dengan komposisi penduduk yang mayoritas berpendidikan dasar. Lama usaha pemanfaat dana SPP 80% sudah berjalan sebelum mendapatkan pinjaman dana SPP sehingga bisa diartikan pinjaman SPP diberikan kepada usaha yang sudah berjalan, bukan dimanfaatkan RTM yang tidak punya usaha selain bertani. Apalagi ini juga didukung oleh pengalaman usaha yang mereka miliki. Usaha baru yang diciptakan anggota kelompok SPP setelah mendapatkan bantuan/ pinjaman dana SPP sebanyak 20% (kelompok lama berusaha lebih dari dua sampai dengan tiga tahun). Kelancaran pengembalian pinjaman menjadi hal yang biasa karena pinjaman diberikan kepada usaha yang sudah lama berjalan, ditambah lagi kewajiban tanggung renteng di setiap kelompok yang berjalan efektif. Lokasi dan status tempat usaha mayoritas di luar lokasi pasar dengan usaha tetap-milik sendiri. Adapun karakteristik anggota kelompok SPP perguliran Kecamatan Semparuk 2010 secara terinci sebagaimana Tabel 7.

9 47 Tabel 7. Karakteristik responden anggota kelompok SPP Keterangan Kategori Jumlah (org) Persentase (%) Usia (tahun) ,00 22,00 28,00 22,00 22,00 Pendidikan Bidang usaha Lama berusaha (tahun) Lokasi usaha Status tempat usaha Pengalaman usaha SD/MI SMTP SMTA Diploma/S1 Jasa Perdagangan Peternakan Industri Hortikultura Lebih dari 2 s/d 3 4 s/d 5 Lebih dari 5 Lokasi pasar Luar lokasi pasar Rumah/dekat rumah Tetap, milik sendiri Tetap, sewa Tidak tetap Memiliki pengalaman usaha Tidak memiliki pengalaman usaha ,00 18,00 34,00 6,00 20,00 64,00 2,00 12,00 2,00 20,00 6,00 74,00 14,00 46,00 40,00 84,00 10,00 6,00 68,00 32,00 Pada semua rentang kredit didominasi oleh peminjam yang mengusahakan dana pinjamannya untuk usaha perdagangan. Urutan kedua terbesar peminjamnya dari usaha jasa. Dari kedua usaha tersebut dimengerti memiliki perputaran uang yang cepat sehingga peminjam bisa mengembalikan pinjaman dengan tepat waktu. Hal ini didukung pula oleh usaha yang mereka jalankan sudah lama sehingga mereka mengetahui kemampuan membayar mereka. Kekuatan UPK di sini adalah pembayaran yang lancar dari kelompok SPP dan pelaksanaan tanggung renteng yang efektif. 2. Besaran kredit pada masing-masing bidang usaha Besaran kredit yang didapatkan anggota kelompok berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kemampuan membayar. Berdasarkan Gambar 6, besaran kredit mayoritas pada rentang 8-13 juta pada bidang perdagangan dan jasa. Dilihat dari bidang usahanya, baik industri, peternakan dan budidaya hortikultura masih berpeluang untuk dibiayai. Besaran kredit pada masing-masing bidang usaha seperti terlihat pada Gambar 6.

10 Anggota kelompok (%) Bidang usaha Jasa Perdagangan Peternakan Industri Hortikultura Jumlah Besaran kredit (juta rupiah) Gambar 6. Besaran kredit pada bidang-bidang usaha anggota 3. Manfaat peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga Anggota kelompok SPP yang sudah memanfaatkan dana SPP mendapatkan peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatannya mayoritas (70%) pada rentang Rp Rp per bulan. Secara umum, Gambar 7 menunjukkan setiap besaran pinjaman meningkatkan pendapatan mayoritas pada rentang 2-7 juta dan 8-13 juta. Anggota kelompok (%) Peningkatan pendapatan (ribu Rp/bulan) Jumlah Besaran kredit (juta rupiah) Gambar 7. Peningkatan pendapatan anggota Peningkatan pendapatan juga tidak selalu berbanding lurus dengan besarnya pinjaman. Kinerja pinjaman dengan kisaran 2-7 juta bisa meningkatkan

11 49 rata-rata pendapatan paling tinggi yaitu 20%, sedangkan pinjaman terbesar yaitu juta hanya mampu meningkatkan rata-rata pendapatan sebesar 10%. Lebih lengkapnya tersaji pada Gambar 8. Peningkatan pendapatan yang lebih tinggi pada plafon kredit lebih kecil disebabkan karena usaha yang dijalankan para peminjam kredit yang jumlahnya kecil memiliki perputaran yang lebih cepat dengan margin yang lebih tinggi. Untuk pinjaman di atas rentang 13 juta, walaupun marginnya juga besar akan tetapi perputarannya lebih lambat. Pihak pemberi pinjaman tidak melakukan pemantauan dan pendampingan penggunaan dana secara rinci sehingga dimungkinkan banyak perempuan menggunakan dananya untuk pengeluaran lain, baik untuk konsumsi, biaya sekolah anak, dan yang lainnya selain tetap pula menggunakannya untuk menambah modal usaha. Rata-rata peningkatan pendapatan (%) Grafik rata-rata peningkatan pendapatan 2-7, , , , , , , Besaran kredit (juta rupiah) Gambar 8. Kenaikan rata-rata pendapatan anggota Keadaan kinerja kredit seperti tersebut di atas yang tanpa pendampingan pengelolaan usaha bisa diperbaiki dan terus ditingkatkan dengan melakukan pendampingan usaha anggota kelompok SPP sehingga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan lebih besar dari sebelumnya yang tidak mendapatkan keterampilan dalam pengelolaan/manajemen usaha. Di sisi lain, UPK bisa meningkatkan pemberian skim pinjaman kredit dengan plafon kecil dengan jumlah peminjam yang lebih banyak agar dapat membantu meningkatkan pendapatan lebih banyak masyarakat.

12 50 4. Persaingan dengan lembaga keuangan lain Sebagian kecil pemanfaat dana SPP (22%) pernah mendapatkan pembiayaan dari bank dan koperasi. Mereka mayoritas (78%) tidak pernah mendapatkan bantuan permodalan dari lembaga manapun sebelumnya. Alasan memilih meminjam dana SPP adalah karena di UPK tidak menggunakan agunan dan persyaratannya bisa dipenuhi. Dari data di atas, bisa diartikan bahwa meskipun di pedesaan, lembaga keuangan bank dan bukan bank juga memiliki pasar kredit. Lembaga itu merupakan pesaing bagi UPK dalam pinjaman untuk usaha mikro dan kecil. Bank yang menjadi ancaman bagi bisnis di bidang pembiayaan mikro (microfinance) antara lain: Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang berkantor unit dengan jarak 150 m dengan kantor UPK. Sedangkan lembaga keuangan non-bank menjadi pesaing adalah koperasi dan Credit Union (CU). CU sudah beroperasi di kecamatan yang bersebelahan dengan Kecamatan Semparuk. Ini akan menjadi sebuah ancaman bagi UPK jika masih diterapkannya kebijakan yang memperlambat proses pencairan kredit. Hal ini bertolak belakang dengan kebijakan kredit di CU yang proses pencairannya lebih cepat dengan tingkat suku bunga yang bersaing, termasuk bunga yang lebih kompetitif bagi tabungan nasabahnya dibandingkan bank. Ada sebagian anggota pemanfaat dana SPP yang juga meminjam kepada koperasi dengan bunga pinjaman 20% perbulan. Cicilan yang mereka bayarkan dilakukan setiap hari. Rentenir yang berkedok koperasi ini ternyata juga terjadi pada kredit barang-barang kebutuhan rumah tangga. Meskipun suku bunganya sangat tinggi, akan tetapi masih banyak orang yang menggunakan jasa tersebut. Hal ini bisa menjadi peluang bagi UPK untuk bisa membuat masyarakat tertarik untuk meminjam kepada UPK dengan produk yang khusus dirancang untuk segmen-segmen yang berbeda. 5. Perubahan paradigma berpikir Bagi sebagian besar (96%) pemanfaat dana SPP, besar angsuran tidak memberatkan. Latar belakang anggota kelompok SPP yang banyak berasal dari kelompok arisan/pengajian, mayoritas (80%) memiliki tabungan, sehingga rutin

13 51 menabung di kelompok saat kegiatan SPP diikutinya tanpa merasa terbebani. Mayoritas juga terus menabung di kelompok meskipun sudah tidak memiliki kewajiban pengembalian pinjaman. Dengan adanya kegiatan SPP, pemanfaat dana terbiasa membuat perencanaan keuangan keluarga dan merasa terbantu dalam memajukan usahanya. Hal ini didukung pula dengan pelayanan yang memuaskan dari UPK, mereka berharap agar kegiatan SPP terus digalakkan. Secara rinci, perubahan paradigma berpikir anggota SPP ini tertera pada Tabel 8. Tabel 8. Paradigma berpikir anggota No Keterangan Ya (%) Tidak (%) 1 Besar angsuran ke UPK memberatkan 4,00 96,00 2 Memiliki tabungan sebelum menjadi anggota 80,00 20,00 3 Rutin menabung setiap bulan di kelompok 92,00 8,00 4 Terbebani dengan kewajiban menabung pada kelompok SPP 10,00 90,00 5 Akan terus menabung walaupun sudah tidak memiliki kewajiban dalam kelompok SPP 56,00 44,00 6 Membuat perencanaan anggaran keuangan keluarga setelah menjadi anggota kelompok SPP 100,00 0,00 7 Kegiatan SPP menunjang peningkatan/kemajuan usaha secara keseluruhan 100,00 0,00 8 Pelayanan UPK memuaskan 84,00 16,00 9 Kegiatan SPP harus terus digalakkan 100,00 0,00 Besar angsuran kepada UPK bagi anggota kelompok tidak memberatkan. Hal ini cukup beralasan, karena selain dari usaha yang dijalankan sudah lama, umumnya pemanfaat dana ini juga telah memperhitungkan kemampuan membayar mereka sehingga bisa melakukan pembayaran tepat waktu. Besaran kredit yang mereka dapatkan disesuaikan dengan jangka waktu pembayaran (12 atau 18 bulan), sehingga cicilan tiap bulan bisa mereka lakukan dengan baik. Apalagi, adanya sistem tanggung renteng di kelompok dan dana cadangan yang disimpan di pengurus kelompok sangat membantu anggota dalam mengantisipasi jika mereka tidak bisa membayar tepat waktu. Umumnya anggota sudah biasa menabung sebelum bergabung di kelompok SPP. Setelah bergabung, mereka diwajibkan untuk menabung di kelompoknya, baik berupa simpanan pokok, wajib, maupun pembulatan angsuran dan penambahan persentase bunga pinjaman yang diakumulasikan di kelompok. Mayoritas rutin menabung di kelompok, selebihnya tidak lagi menabung di

14 52 kelompok karena di kelompoknya sudah tidak ada lagi kesepakatan untuk menabung di kelompok. Kisaran tabungan anggota kelompok mulai Rp Rp per bulan. Kewajiban menabung di kelompok menurut mereka tidak memberatkan. Kelemahan dari kelompok SPP dalam menabung adalah tidak lagi menabung jika tidak lagi memiliki kewajiban membayar cicilan (44%). Ditambah lagi kenyataan adanya pengembalian terhadap simpanan mereka di kelompok, termasuk pembagian bunga dan insentif/bonus dari UPK setiap akhir masa pembayaran kredit. Realita kelompok seperti ini akan membuat kelompok SPP tidak bisa berkembang, sehingga UPK dan pelaku lainnya harus melakukan pembinaan yang lebih baik terhadap kelompok SPP agar kelompok bisa menjadi Koperasi Simpan Pinjam. Stagnannya tabungan tahunan kelompok bisa menjadi ancaman yang menjadikan kelompok SPP tergantung terhadap pinjaman dana dari UPK. Sebaliknya, sebagian anggota dan banyak masyarakat di luar kelompok SPP teridentifikasi memiliki tabungan yang disimpan kepada dua orang ketua kelompok SPP di desa yang berbeda. Banyak masyarakat RTM yang belum bergabung ke kelompok, padahal mereka seharusnya menjadi sasaran utama termasuk dalam budaya menabung. Perlu upaya membangun budaya menabung kelompok RTM, supaya bisa memutus rantai kemiskinan dari sisi permodalan. Budaya ini berhubungan langsung dengan perencanaan keuangan rumah tangga. Dengan tumbuhnya budaya menabung serta kesadaran dan kemampuan dalam perencanaan keuangan yang lebih baik, diharapkan RTM mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk kesejahteraan dan kemandirian keluarganya. Kegiatan SPP yang mereka jalankan menjadikan mereka membuat perencanaan keuangan keluarga. Dilihat secara spesifik, sesungguhnya meskipun mereka melakukan perencanaan keuangan keluarga ataupun juga keuangan usaha, anggota SPP belum melakukan perencanaan dalam bentuk tertulis. Dilihat dari kondisi tersebut, maka perlu melakukan bimbingan dalam perencanaan keuangan yang lebih baik dalam keuangan keluarga maupun keuangan usaha. Kegiatan SPP menunjang peningkatan/ kemajuan usaha mereka secara keseluruhan. Pernyataan tersebut didasarkan atas mudahnya mendapatkan pinjaman dana dari UPK. Dari hasil wawancara yang mendalam, pemanfaat dana

15 53 menyatakan mereka sangat terbantu dengan adanya tambahan modal yang didapat dari UPK. Mereka mengalami kesulitan jika harus meminjam kepada pihak bank ataupun lembaga keuangan lain karena biasanya akan selalu disertai dengan adanya persyaratan agunan dan syarat-syarat lain yang memberatkan. Pelayanan UPK di kantor bagi sebagian besar anggota dirasa memuaskan. Sebagian responden menyatakan tidak memuaskan (16%) karena ada di antara pengurus UPK yang melayani dalam pembayaran cicilan kredit tidak ramah, tidak tersenyum kepada mereka dengan muka yang sedikit masam. Sebagian kecil menyatakan biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa dari pelayanannya. Sebagian besar yang merasa puas atas pelayanan pengurus UPK menyebutkan nama salah satu dari pengurus UPK karena begitu akrab kepada mereka. Apalagi nama tersebut adalah personil yang dari awal program sudah dekat dengan mereka dan selalu bersilaturahim ke rumah pengurus maupun sebagian anggota kelompok. Selain itu, UPK juga selalu siap dihubungi di setiap waktu, siang maupun malam baik di kantor maupun di rumah pengurus. Pemanfaat mengakui besarnya manfaat dana SPP bagi usaha mereka dalam meningkatkan pendapatan sehingga mereka tetap menginginkan kegiatan SPP terus digalakkan. Mereka tetap ingin bisa meminjam dana SPP untuk lebih memperbesar skala usaha mereka. Selain untuk meningkatkan modal, konsumsi, pendidikan dan perbaikan atau membangun rumah yang lebih layak, sebagian pemanfaat dana SPP juga menggunakan keuntungan usahanya untuk diversifikasi usaha dengan diinvestasikan ke bisnis lain yang lebih menjanjikan keuntungan. 6. Persepsi terhadap pinjaman dana SPP Anggota kelompok SPP mau meminjam karena tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan kredit UPK (86%), persyaratan pengajuannya ringan (100%), prosesnya mudah (56%), walaupun sebagian besar (36%) mengakui bahwa proses pencairan kreditnya lama. Pinjaman dana SPP dimanfaatkan untuk meningkatkan usaha (70%) sehingga omset dan keuntungannya meningkat dari sebelumnya (100%). Tujuan utama menabung di kelompok adalah sebagai cadangan untuk membayar angsuran jika belum ada uang untuk mencicil (64%). Persepsi responden secara rinci tersaji pada Tabel 9.

16 54 Tabel 9. Persepsi terhadap pinjaman dana SPP Keterangan Pilihan jawaban Jumlah Persentase (org) (%) Sulit mendapatkan kredit Ya 7 14,00 Tidak 43 86,00 Persyaratan pengajuan kredit Ringan Sedang Berat ,00 0,00 0,00 Proses mengajukan kredit Realisasi pencairan kredit dana perguliran Alasan mengajukan pinjaman Omset usaha dan keuntungan setelah mendapat pinjaman Alasan/tujuan menabung di kelompok Mudah Sedang Lama Cepat Sedang Lama Ingin mendapatkan modal Ingin meningkatkan usaha Hanya sekedar ikut-ikutan Meningkat dari sebelumnya Sama dg sebelumnya Turun dari sebelumnya Cadangan membayar angsuran Biaya pendidikan anak Memenuhi kebutuhan darurat Lainnya (dipinjamkan lagi) ,00 44,00 0,00 34,00 30,00 36,00 20,00 74,00 6,00 100,00 0,00 0,00 64,00 2,00 12,00 22,00 Proses pengajuan, persyaratan, dan mendapatkan kredit dari UPK mudah bagi kelompok. Pernyataan itu didasarkan atas tidak diperlukan banyak persyaratan selain persyaratan kelompok. Syarat dari peminjam berupa fotokopi KTP, KK, dan pas foto. Selain itu hanya mengisi formulir yang ditetapkan program. Syaratnya tidak menyertakan agunan karena menggunakan sistem tanggung renteng dan tidak ada biaya administrasi, tidak memerlukan syaratsyarat layaknya pengajuan ke bank seperti Surat Izin Usaha Perdagangan, Surat Izin Tempat Usaha/Izin Gangguan, Bukti Setoran Pajak dan sebagainya. Dalam proses pengajuan pinjaman, anggota yang tergabung di kelompok cukup membuat perkiraan jumlah pinjaman di rapat dusun. Setelah itu dibawa di rapat desa (MKP/MDP), penyusunan proposal kredit yang dibantu KPMD diajukan di MAD Prioritas Usulan. Setelah itu verifikasi usulan, penentuan peringkat usulan di MAD Penetapan Usulan dan tinggal menunggu pencairan dana. Dalam prosesnya tidak dikenakan biaya administrasi. Proses realisasi kredit yang lama disebabkan adanya penundaan pencairan sampai terselesaikannya pembayaran dari kelompok lain dari desa yang sama. Selain itu, proses verifikasi yang tidak direncanakan dengan baik selama ini juga

17 55 memperlambat proses terutama untuk kelompok perguliran. Verifikasi untuk kelompok perguliran perlu lebih teliti dan terencana dengan baik. TV yang selama ini selalu berubah-ubah personilnya perlu dikaji lagi walaupun tugasnya bersifat ad-hock. Pinjaman dengan jumlah besar dengan jangka waktu yang lebih lama perlu verifikasi yang lebih teliti sebagaimana untuk kelompok perguliran. Selain itu juga bisa mencegah penyalahgunaan dana SPP oleh kelompok ataupun anggotanya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, perlu ditangani oleh orang-orang yang benar-benar memahami konsepsi program yang lebih menyeluruh agar hasilnya lebih baik. Jadi peran TV perlu dimaksimalkan dalam proses verifikasi. Alasan mengajukan pinjaman mayoritas untuk meningkatkan usaha mereka (74%), ingin mendapatkan modal untuk membuka usaha (20%), dan ada pula yang sekedar ikut-ikutan (6%). Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan SPP baru mampu membuka lapangan kerja baru sebesar 20%, sedangkan alasan ikut-ikutan menunjukkan belum adanya pengarahan dan verifikasi usulan yang baik sehingga ada peminjam memanfaatkan dana dengan tujuan yang tidak jelas. Meningkatkan omset dan keuntungan usaha pemanfaat dana SPP karena memang alasan meminjam adalah karena kekurangan modal, sehingga setelah mendapatkan pinjaman mereka bisa memanfaatkan dana untuk meningkatkan usaha yang sudah berjalan lama. Pemanfaat merasakan dampak positif dari adanya pinjaman dana SPP. Mayoritas anggota kelompok menabung di kelompok sebagai cadangan untuk membayar angsuran ketika pada saat jadwal pembayaran kredit belum memiliki uang untuk mencicil. Sebagian lagi (22%) untuk dijadikan modal kelompok sebagai dana untuk dipinjamkan lagi kepada anggota yang ingin meminjam atau kepada masyarakat selain anggota kelompok. Dalam jangka panjang, tujuan program di antaranya adalah agar kelompok tersebut bisa menjadi penyedia jasa simpan pinjam untuk masyarakat sekitarnya seperti alasan ini. Cikal bakal kelompok yang menjalankan pembiayaan lagi kepada masyarakat ada dua, satu kelompok di Desa Sepadu dan satu kelompok di Desa Semparuk. Kelompok ini tergolong kelompok matang dan berpotensi untuk menjadi kelompok executing jika syarat-syaratnya sudah terpenuhi. Akan tetapi, mayoritas tabungan yang disimpan di kelompok masih diambil kembali oleh anggota di akhir tahun

18 56 pembayaran kredit sehingga tabungan ini tidak berkembang. Seharusnya, tabungan berupa simpanan wajib dan pokok tidak boleh ditarik kembali oleh anggota jika masih menjadi anggota kelompok SPP, sedangkan tabungan lainnya termasuk bonus dan insentif bagi kelompok boleh dibagikan. Kebutuhan jangka panjang tabungan belum menjadi pilihan anggota yang terlihat dari alasan menabung untuk memenuhi kebutuhan darurat dan biaya pendidikan anak yang sangat rendah persentasenya (12% dan 2%). Secara singkat, keadaan seperti itu bisa dikatakan bahwa tabungan tidak berkembang di kelompok SPP. 7. Kondisi fasilitasi kelompok SPP Diakui responden, bahwa FK/FT/UPK/PL (36%) memfasilitasi pembuatan AD/ART, tetapi tidak memfasilitasi pembuatan SOP (100%). Sebagian besar anggota mengakui sudah difasilitasi dalam penguatan administrasi dan pelaporan keuangan kelompok (92%), peningkatan simpanan (100%), peningkatan kapasitas pengurus dan anggota kelompok (96%) dan bantuan dalam penguatan pengelolaan keuangan, berupa administrasi dan pelaporan keuangan (100%). Sebaliknya, anggota kelompok SPP mengakui bahwa belum difasilitasi dalam peningkatan permodalan dengan pengembangan jaringan (100%). Secara rinci bisa dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kondisi fasilitasi pelaku program kepada kelompok No Keterangan Ya (%) Tidak (%) 1 Pembuatan AD/ART 36,00 64,00 2 Pembuatan SOP 0,00 100,00 3 Penguatan administrasi dan pelaporan keuangan 92,00 8,00 4 Peningkatan permodalan dengan pengembangan jaringan 0,00 100,00 5 Peningkatan simpanan anggota 100,00 0,00 6 Peningkatan kapasitas pengurus dan anggota 96,00 4,00 Tabel 10 menunjukkan bahwa fasilitasi kepada kelompok baru sekedar untuk pengamanan modal UPK agar kelompok bisa membayar pinjaman dengan lancar. Upaya pembinaan kelompok diarahkan pada peningkatan kapasitas pengurus dalam mengelola keuangan dan pelaporannya, mengatasi masalah tunggakan dan penguatan administrasi. Upaya pematangan kelompok menuju organisasi yang rapi melalui pembuatan AD/ART tidak maksimal dan pembuatan SOP belum dilakukan. Untuk perbaikannya, fasilitasi harus diperbaiki dengan membina kelompok berdasarkan tingkat kematangannya sehingga lebih terarah.

19 57 C. Pengelolaan Usaha 1. Kondisi fasilitasi pengelolaan usaha Usaha anggota pemanfaat dana SPP dikelola sama seperti ketika belum bergabung dengan kelompok SPP. Dalam pengelolaan usahanya, belum ada fasilitasi program untuk pengembangan jaringan terutama pemberian informasi mengenai bantuan teknis misalnya lembaga-lembaga pelatihan, LSM, permodalan, maupun usaha (100%). Tidak ada bantuan dalam penguatan pengelolaan usaha melalui pemasaran produk, baik mengenai kualitas, jaringan distribusi, strategi promosi, persaingan harga jual dan sebagainya (100%). Masih belum ada bantuan dalam penguatan pengelolaan usaha produksi, yang mencakup masalah supply bahan baku, proses produksi (sistem, kapasitas sarana, dan kapasitas sumber daya manusia) dan sebagainya (100%). Tabel 11 berikut menampilkan kondisi fasilitasi pengelolaan usaha anggota pemanfaat dana SPP. Tabel 11. Kondisi fasilitasi pengelolaan usaha No Keterangan Ya (%) Tidak (%) 1 Pengembangan jaringan, terutama pemberian informasi mengenai bantuan teknis 0,00 100,00 2 Penguatan pengelolaan usaha melalui pemasaran 0,00 100,00 3 Penguatan pengelolaan usaha produksi 0,00 100,00 4 Penguatan pengelolaan keuangan, berupa administrasi dan pelaporan keuangan 100,00 0,00 Dari Tabel 11 di atas, terlihat bahwa fasilitasi bagi anggota kelompok belum menyentuh sisi manajemen usaha pemanfaat dana SPP. Keterbatasan fasilitator kecamatan dalam kemampuan untuk penguatan pengelolaan usaha anggota harus diatasi. Jika tidak kredibel, maka program bisa melakukan kerjasama dengan lembaga lain seperti bekerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki tenaga akademis bidang agribisnis, teknologi industri pertanian, atau manajemen. 2. Pengelola usaha Program PNPM-MPd mengedepankan prinsip kesetaraan dan keadilan gender dengan meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin atau kelompok perempuan. Pelibatan perempuan dilakukan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. Dalam pengelolaan usaha anggota kelompok SPP juga

20 58 mustinya memperhatikan prinsip di atas. Dilihat dari usaha yang responden kelola, ternyata usaha mereka mayoritas dikelola oleh perempuan, baik murni maupun dibantu laki-laki. Pengelolaan usaha mereka bisa dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pengelola usaha anggota No Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Dikelola perempuan secara murni 25 50,00 2 Dikelola perempuan secara dominan 10 20,00 3 Dikelola laki-laki secara dominan 10 20,00 4 Dikelola laki-laki secara murni 5 10,00 Jumlah ,00 Dilihat dari Tabel 12, tampak bahwa peran perempuan dalam pengelolaan usaha sudah mendominasi, baik itu secara murni maupun dengan bantuan pihak laki-laki dalam menjalankan usaha. Hal ini berdampak positif pada kesetaraan gender. Peran laki-laki dalam menjalankan usaha menunjukkan peran perempuan dalam pengelolaan usaha belum sepenuhnya terwujud, apalagi jika dilihat dari sisi analisis gender yang lebih spesifik, mungkin akan terlihat bahwa pembinaan kelompok perempuan belum membantu perempuan dalam perbaikan kualitas hidup dan kesetaraan dan keadilan gender. Positifnya pengelolaan dana oleh perempuan karena jika perempuan yang mengelola usaha, maka keuntungan yang bisa dihasilkan lebih baik (bisa dua kali lebih besar) daripada jika dikelola oleh laki-laki. Selain itu, pengelolaan oleh perempuan berdampak positif pada pemanfaatan keuntungan yang didapat untuk meningkatkan konsumsi keluarga terutama pemenuhan gizi keluarga, pendidikan anak-anak dan pengaturan keuangan lain yang lebih terarah. Hal ini disebabkan tanggung jawab perempuan pada peran domestiknya yang lebih tinggi. 3. Perempuan pengusaha kecil Perempuan pemanfaat dana SPP sebagian (22%) tergolong pengusaha kecil karena omset usahanya mencapai 25 juta rupiah perbulan atau lebih. Usaha mereka bergerak di jasa kredit barang, penggilingan padi, warung sekaligus kios bensin, agen jeruk, pandai besi dan angkutan sekaligus dagang udang galah. Secara rinci usaha mereka tertera pada Tabel 13. Dari Tabel 13 terlihat bahwa mayoritas dari jumlah pinjaman (33,80%) dan jumlah usahanya (27,27%) merupakan jasa kredit barang. Jenis usaha jasa kredit

21 59 barang, penggilingan padi dan warung sekaligus kios bensin yang langsung dikelola oleh perempuan murni dan dominasi, yaitu enam orang (54,54%) sesuai dengan amanah PNPM-MPd sebagai upaya pemberdayaan perempuan. Meskipun belum maksimal, dalam usaha kecil juga dikelola oleh perempuan secara dominan, baik pengambilan keputusan maupun pelaksana teknis. No Tabel 13. Usaha anggota yang tergolong usaha kecil Usaha yang dijalankan Jumlah (orang) Jumlah pinjaman (juta rupiah) Persentase pengusaha (%) Persentase pinjaman (%) 1 Jasa kredit barang ,27 33,80 2 Penggilingan padi ,18 32,86 3 Warung+kios bensin ,18 7,05 4 Agen jeruk ,18 8,45 5 Pandai besi ,09 8,45 6 Angkutan+dagang udang ,09 9,39 Jumlah ,00 100,00 Usaha yang dikelola langsung (secara dominan) oleh perempuan masih terletak pada area domestik, seperti jasa kredit barang dan warung dan kios bensin (begitu juga usaha-usaha mikro). Jasa kredit barang dan warung atau kios bensin bisa dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tugas domestik seorang istri, seperti memasak, menata perabot rumah tangga, dan menjaga anak-anak sambil menjaga warung atau kios bensin. Kondisi ini juga memperlihatkan bahwa lakilaki sebagai pencari nafkah utama dan perempuan sebagai pencari nafkah tambahan. Padahal jika dilihat dari kontribusi, perempuan memberikan andil yang besar dalam keluarga. D. Kendala dan Saran Anggota SPP 1. Kendala yang dihadapi anggota Kendala yang dihadapi oleh anggota anggota SPP diantaranya adalah pengembalian pinjaman dalam masa satu tahun (12 bulan) dirasa terlalu cepat sehingga tidak bisa memutar modal dengan leluasa. Kendala lain adalah pengembalian pinjaman yang terlambat dari kelompok lain dari desa yang sama bisa menghambat pencairan dana bagi kelompok, meskipun kelompoknya bagus/lancar pengembaliannya. Selain itu, sebagian kecil terjadi koordinasi yang

22 60 kurang baik di antara anggota kelompok dengan ketua. Bahkan ada indikasi untuk menguasai dana pinjaman anggotanya dengan memotong jumlah pinjaman anggota kemudian dijadikan pinjaman untuk oknum ketua secara tidak sukarela. Ada juga anggota kelompok yang menghilang/melarikan diri dari desa dan tidak tahu pergi ke mana sehingga pembayarannya tidak lancar dan terpaksa ditanggulangi dari pihak keluarga yang bersangkutan. 2. Saran anggota untuk UPK Anggota kelompok berharap akan ada perbaikan dalam proses pencairan dana pada tahun berikutnya. Adanya kelompok yang terlambat dalam pelunasan pembayaran pinjaman diharapkan tidak mengganggu pencairan dana kelompok lainnya. Kelompok yang memiliki rekam jejak (track record) pengembalian pinjaman yang baik, diharapkan bisa mendapatkan prioritas dalam pencairan dana, tidak lagi menunggu kelompok lain menyelesaikan tunggakannya. Sebagian besar anggota kelompok SPP berharap jasa pinjaman diturunkan dari 1,25% perbulan dan adanya tambahan jangka waktu pinjaman dari yang sebelumnya 12 bulan menjadi 18 bulan, terutama bagi peminjam yang sudah lama. Selain itu, adanya persyaratan memasukkan jaminan/agunan barang walaupun suratmenyuratnya tidak diserahkan juga memberatkan bagi mereka yang tidak mempunyai apa-apa untuk diagunkan. Hal ini bisa menghalangi peminjam dari RTM untuk bisa memanfaatkan dana SPP. Diharapkan syarat agunan ke kelompok bisa dihilangkan karena bisa menghalangi perempuan dari RTM untuk meminjam. Anggota kelompok juga berharap jika jadwal pengembalian pinjaman diperlunak terutama jika tanggal jatuh tempo pada hari libur, maka mereka meminta untuk pembayarannya bisa dilakukan pada hari kerja berikutnya dan tetap tidak dianggap terlambat. Karena hal ini bisa berpengaruh pada penilaian terhadap kelompoknya apakah berhak atau tidak untuk mendapatkan insentif. E. Analisis Kelembagaan UPK Kecamatan Semparuk Untuk menganalisis kegiatan SPP yang dimotori oleh UPK sebagai sebuah bentuk kelembagaan, yang diidentifikasi adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal

23 61 terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor internal dan eksternal tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 1. Kekuatan (strengths) a. Prosedur dan syarat pengajuan kredit mudah dan ringan Proses pengajuan kredit yang dijalankan mudah bagi kelompok. Anggota yang tergabung di kelompok yang ingin meminjam cukup membuat perkiraan jumlah pinjaman di rapat dusun. Setelah itu dibawa di rapat dusun, penyusunan proposal, diajukan di musyawarah kecamatan, verifikasi usulan, penentuan peringkat usulan di MAD Penetapan Usulan dan tinggal menunggu pencairan dana. Dalam prosesnya tidak dikenakan biaya administrasi. Persyaratannya juga mudah yaitu syarat berkelompok yang disertai fotokopi KTP, KK, dan pas foto. Selain itu hanya mengisi formulir yang ditetapkan program tanpa menyertakan agunan. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden. b. Ada pendampingan kepada kelompok Proses pemberdayaan yang panjang sejak sosialisasi kepada masyarakat merupakan awal pendampingan bagi kelompok SPP untuk memahami kebutuhan mereka. Dalam membuat usulan pinjaman mereka didampingi. Setelah mendapatkan pinjaman, kelompok SPP tetap mendapat pendampingan, baik dari administrasi dan laporan keuangan kelompok. Mereka mendapat bimbingan mengenai penanganan masalah jika terjadi penunggakan anggota serta masalahmasalah lain yang mereka hadapi. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden. c. Pelaksanaan tanggung renteng berjalan baik Kesepakatan kelompok dalam tanggung renteng yang menjadi kekuatan bagi UPK berjalan baik dalam pelaksanaan. Banyak anggota yang tidak bisa membayar tepat waktu bisa dibantu sesama anggota untuk menalangi pengembalian kredit. Berjalannya tanggung renteng menjadikan pengembalian kredit lancar sehingga tunggakan bisa ditekan sekecil-kecilnya oleh UPK. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden. d. Musyawarah efektif memberikan informasi kepada masyarakat Musyawarah yang merupakan proses demokratisasi dalam program termanfaatkan dengan baik dalam menginformasikan berbagai hal tentang

24 62 kegiatan SPP dan lainnya. Begitu pula dalam hal pengambilan berbagai keputusan yang melibatkan kaum perempuan bermanfaat banyak untuk perkembangan kegiatan SPP. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden. e. Bantuan dana SPP sangat bermanfaat bagi anggota Dana SPP yang dipinjamkan kepada pemanfaat program dirasakan sekali manfaatnya. Peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga membantu masyarakat meningkatkan taraf hidup mereka dengan mudah dan mendidik. Tumbuh pula kegiatan-kegiatan ekonomi baru bagi peminjam dana SPP yang menjadikan terbukanya lapangan kerja baru di masyarakat. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden. f. UPK memiliki SDM berkualitas Pengurus UPK sebagai pengelola kegiatan SPP di kecamatan yang melakukan proses pemberdayaan ekonomi RTM memiliki pendidikan yang baik. Dua dari tiga pengurus UPK sudah menyandang gelar sarjana, sedangkan sekretarisnya lulusan DII dan sedang menyelesaikan S1 di perguruan tinggi. Semua pengurus memiliki motivasi yang kuat dan berkomitmen untuk memajukan kegiatan SPP dan pemberdayaan ekonomi di wilayah kerja mereka. Kondisi ini menjadi kekuatan lembaga untuk terus maju dalam proses peningkatan kesejahteraan masyarakat. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan. g. Kontrol yang kuat dari masyarakat luas Untuk pengelolaan program, masyarakat dari bawah terus dilibatkan secara partisipatif, pemilihan UPK dan pelaku-pelaku lain secara demokrasi termasuk besarnya bunga/jasa pinjaman dan penggunaan surplus UPK diserahkan kepada masyarakat kecamatan yang disesuaikan dengan aturan program yang memang diarahkan untuk kelestarian program. Dengan keterlibatan masyarakat dalam penentuan jasa pinjaman, pemilihan pelaku, pelaksanaan, pengawasan, dan pemeliharaan program termasuk dalam penyelesaian masalah menjadikan kegiatan SPP kuat dan mengakar di masyarakat. Mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab dalam program. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan.

25 63 h. Peran perempuan cukup dominan dalam pengelolaan usaha Peran perempuan yang cukup dominan dalam pengelolaan usaha menjadi cerminan berjalannya prinsip keseteraan dan keadilan gender dalam kegiatan SPP. Ini menjadi kekuatan bagi program karena merujuk penelitian Suman (2007), pengelolaan usaha oleh perempuan lebih mampu menghasilkan pendapatan daripada pengelolaan oleh laki-laki. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden. i. Pemberlakuan reward and punishment Ada pemberlakuan bagi kelompok SPP yang tepat waktu membayar akan mendapatkan reward. Reward-nya bisa berupa penambahan pinjaman berikutnya, penghargaan kelompok, Bonus Pengembalian Tepat Waktu (BPTW), dan bonus. Selama ini yang sudah diberikan berupa BPTW yang besarnya 5% dari total bunga setahun yang didapatkan dari kelompok SPP dan penambahan jumlah pinjaman sampai 100%. Sebaliknya, untuk kelompok SPP yang terlambat dalam mengembalikan pinjaman akan mendapatkan punishment berupa denda Rp per hari keterlambatan dan jumlah pinjaman tetap (jika tunggakan satu sampai dengan dua kali) atau dikurangi 25% dan foto peminjam ditempel di papan pengumuman di setiap desa (jika tunggakan lebih dari dua kali). Adanya ketentuan ini mendorong kelompok SPP untuk mengembalikan pinjaman tepat waktu. Faktor ini merupakan hasil kajian dari pengambil kebijakan. j. Pelayanan yang baik dari UPK Pemanfaat dana SPP merasa puas atas pelayanan yang diberikan UPK di kantor. Ini menjadi kekuatan dan modal bagi kegiatan SPP untuk terus berjalan. Pelayanan yang memuaskan akan membangun image yang baik bagi lembaga sehingga diharapkan masyarakat akan tertarik untuk memanfaatkan dana SPP. Faktor ini merupakan hasil kajian dari profil responden. 2. Kelemahan (weaknesses) a. Pengendapan dana cukup lama dengan jumlah besar Biasanya setelah pengembalian bulan ketiga (atau bulan keenam dari pencairan yang lebih awal), dana sudah mulai mengendap di UPK dan hal ini sudah terulang selama tiga tahun. Hal ini disebabkan karena dana UPK yang cukup besar dengan peminjam dan besar pinjaman anggota SPP yang masih

Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Kecamatan Semparuk, Sambas

Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Kecamatan Semparuk, Sambas Manajemen IKM, September 2013 (155-169) Vol. 8 No. 2 ISSN 2085-8418 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan di Kecamatan Semparuk, Sambas Study of Women s

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI ANTARA UNIT PENGELOLAAN KEGIATAN DAN KELOMPOK MASYARAKAT A. Profil Pelaksanaan Perjanjian dalam Program Nasional

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Tata cara menjawab: berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dipilih!

IDENTITAS RESPONDEN. Tata cara menjawab: berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dipilih! LAMPIRAN 85 86 Lampiran 1. Panduan wawancara terstruktur kajian Nama : Alamat : Umur : IDENTITAS RESPONDEN Tata cara menjawab: berilah tanda silang (x) pada jawaban yang dipilih! 1. Apa tingkat pendidikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian yang didapatkan dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAPM TOMPOBULU

ANGGARAN DASAR DAPM TOMPOBULU ANGGARAN DASAR DANA AMANAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN BANTAENG PROVIINSII SULAWESII SELATAN MUKADIMAH Aset hasil hasil kegiatan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN 30 BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN A. Gambaran Umum Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 1. Tempat Penelitian a. Letak Geografis

Lebih terperinci

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi Tabel Triangulasi Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP 1. M.Basuki Sutopo (ketua UPK) 2. Kholidah (Kader SPP) 3. Suranti (Ketua Badan Pengawas UPK) Dana yang dikeluarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 68 TAHUN 2008/434.013/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP

BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP BAB VI HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN KEGIATAN SPP 6.1 Tingkat Keberhasilam Kegiatan SPP Pada penelitian ini, tingkat keberhasilan Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) dibentuk masyarakat melalui. Musyawarah Antar Desa (MAD). Selama masa Program Pengembangan

BAB II LANDASAN TEORI. Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) dibentuk masyarakat melalui. Musyawarah Antar Desa (MAD). Selama masa Program Pengembangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian UPK A. Dasar Pemikiran Unit Pengelola Kegiatan ( UPK ) dibentuk masyarakat melalui Musyawarah Antar Desa (MAD). Selama masa Program Pengembangan Kecamatan (PPK),UPK

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN DANA BERGULIR HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

A. MEKANISME PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT DI UPK PNPM MANDIRI PEDESAAN KEC. SEMANDING KAB. TUBAN

A. MEKANISME PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT DI UPK PNPM MANDIRI PEDESAAN KEC. SEMANDING KAB. TUBAN 84 BAB IV ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT DALAM PEMBERIAN PINJAMAN DI UNIT PENGELOLA KEGIATAN (UPK) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN KEC. SEMANDING KAB. TUBAN A. MEKANISME

Lebih terperinci

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd DAMPAK PNPM MPd 2007 2014 FOKUS PRIORITAS INDIKATOR IMPACT GOAL Pembangunan Infrastruktur Perdesaan ( Pro Job & Pro poor) Terpenuhinya kebutuhan dan hak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) "PODHO JOYO" DESA SUKOREJO KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK NOMOR : 01/KEP/BUMDesa-PJ/2015 TENTANG

KEPUTUSAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) PODHO JOYO DESA SUKOREJO KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK NOMOR : 01/KEP/BUMDesa-PJ/2015 TENTANG KEPUTUSAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) "PODHO JOYO" DESA SUKOREJO KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK NOMOR : 01/KEP/BUMDesa-PJ/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa)

Lebih terperinci

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) 28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa Program Pengembangan Kecamatan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 PANDUAN PENGAKHIRAN SERTA PENATAAN DAN PENGALIHAN KEPEMILIKAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG W/ W Menimbang Mengingat BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, a. bahwa Kebijakan Pokok

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT 57 BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT A. Implementasi SPP (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan) di Desa Tungu Kecamatan Godong

Lebih terperinci

PENJELASAN X PELESTARIAN KEGIATAN DANA BERGULIR

PENJELASAN X PELESTARIAN KEGIATAN DANA BERGULIR PENJELASAN X PELESTARIAN KEGIATAN DANA BERGULIR 10.1. Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Bagi UPK Dalam memberikan dukungan terhadap PNPM Mandiri Perdesaan yang mempunyai tujuan percepatan penanggulangan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA. A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 84 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN WAWANCARA A. Wawancara Kepada Koordinator BKM Rukun Makmur pada tanggal 14 November 2016 di Kelurahan Tambakbayan 1. Selamat siang pak, maaf mengganggu waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN 5.1. Evaluasi Persiapan (Input) Program Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai,

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA DANA AMANAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN BANTAENG PROVIINSII SULAWESII SELATAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Perkumpulan Berbadan Hukum adalah Badan Hukum

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

POLA KEBIJAKAN TAHUN BUKU 2017 KOPDIT PADAT ASIH

POLA KEBIJAKAN TAHUN BUKU 2017 KOPDIT PADAT ASIH POLA KEBIJAKAN TAHUN BUKU 2017 KOPDIT PADAT ASIH I. ORGANISASI 1. Rapat Anggota Tahunan (RAT) merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. 2. Rapat Anggota Tahunan dilaksanakan satu kali dalam setahun. 3. Rapat

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013). I. PENDAHULUAN Latar belakang masalah Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam

Lebih terperinci

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT BADAN USAHA MILIK Desa (BUMDes) BERSAMA SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT (PNPM-Mpd) Dasar Hukum UU no 6 tahun 2014 Tentang Desa PP no 43 tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo Para calon penerima dana bergulir yang ingin mendapatkan fasilitas kredit dana bergulir dari Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran 32 BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN A. Profil BMT Fajar Mulia Ungaran 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran Gagasan untuk mendirikan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. BAB III GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. A. Profil Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan 1.

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN 11/4/2010 [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR...3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI...4 PELAKSANAAN PELATIHAN MASYARAKAT...8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan pemerintah yang memfokuskan

Lebih terperinci

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat atau BPR memiliki sejarah yang panjang didalam timeline industri perbankan di Indonesia. Awalnya BPR dibentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Dalam Ritzer dan Goodman (2010) penekanan yang terjadi pada teori struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut mencakup

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

(PNPM : : PJOK,

(PNPM : : PJOK, LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA Judul Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM Mpd) Tahun 2010-2011 (Studi di

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam 55 II. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

POLA KEBIJAKAN TAHUN BUKU 2016 KOPDIT PADAT ASIH

POLA KEBIJAKAN TAHUN BUKU 2016 KOPDIT PADAT ASIH POLA KEBIJAKAN TAHUN BUKU 2016 KOPDIT PADAT ASIH I. ORGANISASI 1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. 2. Rapat anggota minimal 1 kali dalam setahun. 3. Rapat anggota dilaksanakan paling

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Desa Tarai Bangun. yaitu Dusun IV Tarai dan Dusun V Rawa Bangun.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Desa Tarai Bangun. yaitu Dusun IV Tarai dan Dusun V Rawa Bangun. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Desa Tarai Bangun 1. Sejarah Desa Tarai Bangun Desa Tarai Bangun adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar, menurut

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-1998 belum menunjukkan angka yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA PINJAMAN MODAL USAHA KEGIATAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

POLA KEBIJAKAN PENGURUS CREDIT UNION PANTURA LESTARI Alamat : Jl. Ketapang Siduk KM 33 Desa Sei. Putri Kec. Matan Hilir Utara, Kab.

POLA KEBIJAKAN PENGURUS CREDIT UNION PANTURA LESTARI Alamat : Jl. Ketapang Siduk KM 33 Desa Sei. Putri Kec. Matan Hilir Utara, Kab. POLA KEBIJAKAN PENGURUS CREDIT UNION PANTURA LESTARI 2010-2011 Alamat : Jl. Ketapang Siduk KM 33 Desa Sei. Putri Kec. Matan Hilir Utara, Kab. Ketapang VISI Persatuan Keuangan Masyarakat Pesisir Pantai

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN BKAD KECAMATAN KARANGSAMBUNG 1

KELEMBAGAAN BKAD KECAMATAN KARANGSAMBUNG 1 KELEMBAGAAN BKAD KECAMATAN KARANGSAMBUNG 1 PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA KECAMATAN KARANGSAMBUNG KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH NOMOR : 01 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KERJASAMA ANTAR DESA DI DALAM PERCEPATAN

Lebih terperinci

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN 6.1. Perkembangan Program PUAP Program PUAP berlangsung pada tahun 2008 Kabupaten Cianjur mendapatkan dana PUAP untuk 41 Gapoktan, sedangkan yang mendapatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemberian kredit pada saat ini telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Jenis kredit yang diberikan pun sudah menyesuaikan dengan berbagai

Lebih terperinci

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara Panduan Wawancara Judul penelitian: Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (studi Pada Simpan Pinjam Perempuan di Desa Napagaluh, kecamatan Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil,

Lebih terperinci

- 1 - KABUPATEN MALANG KECAMATAN WAGIR

- 1 - KABUPATEN MALANG KECAMATAN WAGIR - 1 - SALINAN KABUPATEN MALANG KECAMATAN WAGIR PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA GONDOWANGI NOMOR 11 TAHUN 2015, KEPALA DESA PANDANLANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2015, KEPALA DESA PARANGARGO NOMOR 4 TAHUN 2015, KEPALA

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010 Lampiran II Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2/753/PMD Tanggal : 19 Pebruari 2010 TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A.

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG SALINAN PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEGIATAN UNIT USAHA JASA KEUANGAN MIKRO BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Ranomeeto Kecamatan Ranomeeto terletak di Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,

Lebih terperinci

II..TINJAUAN PUSTAKA A. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

II..TINJAUAN PUSTAKA A. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan 5 II..TINJAUAN PUSTAKA A. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Indonesia merupakan sebuah Negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Dengan kondisi tersebut, pemerintah menyadari

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DESA BANJARARUM Selama ini pemerintah telah mempergunakan sistem top-down melalui sejumlah kebijakan pembangunan. Dalam perjalanan pembangunan terasa ada banyak

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diakui bahwa usaha kecil dan menengah mempunyai peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang mutlak yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN

Lebih terperinci

PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN

PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam merealisasikan kesejahtraan masyarakat.program

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam merealisasikan kesejahtraan masyarakat.program BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Objek Penelitian Penanggulangan kemiskinan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan operasional merupakan komitmen pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM

BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM BAB VII HUBUNGAN ANTARA REPRESENTASI SOSIAL PROGRAM SPP PNPM TERHADAP PERILAKU RESPONDEN DALAM MENGIKUTI PROGRAM SPP PNPM 7.1 Pemanfaatan Dana Pinjaman SPP PNPM yang Didapatkan oleh Responden di Desa Gunung

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1.1 Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah salah satu program yang dicanangkan mulai tahun 1998 oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa koperasi, usaha

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS KEPADA USAHA MIKRO DAN KOPERASI DI KABUPATEN KUDUS

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13 /Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM SEKURITISASI ASET KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pada penelitian ini. Ada dua rujukan sebagai berikut: 1. Sari Surya, 2011 Yang pertama adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

POLA KEBIJAKAN KOPDIT BERCA HARAPAN PERSADA ( CU B H P ) GEDUNG BERCA Jl. Abdul Muis No. 62 Jakarta 10160

POLA KEBIJAKAN KOPDIT BERCA HARAPAN PERSADA ( CU B H P ) GEDUNG BERCA Jl. Abdul Muis No. 62 Jakarta 10160 POLA KEBIJAKAN KOPDIT BERCA HARAPAN PERSADA ( CU B H P ) GEDUNG BERCA Jl. Abdul Muis No. 62 Jakarta 10160 Berikut ini kami sampaikan Pola Kebijakan Kopdit BHP tahun 2012 untuk panduan operasional manajemen

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh ANITA RAHAYU NIM F Diajukan Untuk Seminar Dalam Rangka Penyusunan Skripsi

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh ANITA RAHAYU NIM F Diajukan Untuk Seminar Dalam Rangka Penyusunan Skripsi EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PNPM MANDIRI PERDESAAN DI KECAMATAN SIANTAN KABUPATEN PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN Oleh ANITA RAHAYU NIM F01110015 Diajukan Untuk Seminar Dalam Rangka

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci