OPTIMASI PEMILIHAN THRESHOLD DAN OPERATOR FUZZY LOCAL BINARY PATTERN MENGGUNAKAN MULTI OBJECTIVE GENETIC ALGORITHM GIBTHA FITRI LAXMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI PEMILIHAN THRESHOLD DAN OPERATOR FUZZY LOCAL BINARY PATTERN MENGGUNAKAN MULTI OBJECTIVE GENETIC ALGORITHM GIBTHA FITRI LAXMI"

Transkripsi

1 OPTIMASI PEMILIHAN THRESHOLD DAN OPERATOR FUZZY LOCAL BINARY PATTERN MENGGUNAKAN MULTI OBJECTIVE GENETIC ALGORITHM GIBTHA FITRI LAXMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 ii

3 iii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa disertas berjudul Optimasi Pemilihan Threshold dan Operator Fuzzy Local Binary Pattern Menggunakan Multi Objective Genetic Algorithm adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2012 Gibtha Fitri Laxmi NIM G

4 iv

5 v ABSTRACT GIBTHA FITRI LAXMI. Optimization of Fuzzy Local Binary Pattern in Threshold and Operator Selection using Multi Objective Genetic Algorithm. Supervised by YENI HERDIYENI and YANDRA ARKEMAN. This research proposes multi-objective genetic algorithm non-dominatedsorting (MOGA NSGA-II) of fuzzy local binary pattern to optimize LBP operator and fuzzy threshold for identification of Indonesia medicinal plant. Multiobjective genetic algorithm (MOGA) is genetic algorithm (GA) which developed specifically for problems with multiple objectives. We evaluated 1,440 medicinal plant leaf images which are belonging to 30 species. The images was taken from Biofarmaka IPB, Cikabayan Farm, Green house Center Ex-Situ Conservation of Medicinal Plant Indonesia Tropical Forest and Gunung Leutik. FLBP is used to handle uncertainty on images with various patterns. FLBP approach is based on the assumption that a local image neighbourhood may be characterized by more than a single binary pattern. The experimental results show that the correct selection of FLBP operator and threshold can improve the identification from 66.44% to 85%. It can be concluded that this propose method is capable to improve medicinal plants identification species efficiently and accurately. Keywords: Fuzzy Local Binary Pattern, Multi-Objective Genetic Algorithm, Nondominated Sorting, NSGA-II

6 vi

7 vii RINGKASAN GIBTHA FITRI LAXMI. Optimasi Pemilihan Threshold dan Operator Fuzzy Local Binary Pattern Menggunakan Multi Objective Genetic Algorithm. Dibimbing oleh YENI HERDIYENI dan YANDRA ARKEMAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari beragamnya jenis flora di Indonesia dan masuknya Indonesia ke dalam sepuluh negara yang kekayaan keanekaragaman hayatinya tertinggi atau dikenal dengan megadiversity country. Keanekaragaman hayati di Indonesia memiliki lebih dari spesies tanaman dan di antaranya hanya spesies tanaman obat yang memiliki informasi dasar hanya 0.05% dari jenis tanaman yang ada di Indonesia. Jenis tanaman lainnya sekitar 99.95% tidak diketahui apakah dapat digunakan sebagai tanaman obat, maka dari itu perlu dilakukan identifikasi pada tanaman obat tersebut. Proses identifikasi tanaman obat dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya melalui taksonomi dengan bantuan herbarium dan text book. Cara tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan ciri dari herbarium terhadap objek aslinya, misalnya dengan identifikasi manual menggunakan organ generatif buah dan bunga akan diperoleh hasil dalam waktu yang cukup lama. Teknologi identifikasi secara otomatis diperlukan untuk mempercepat proses identifikasi tersebut menggunakan organ vegetatif seperti daun yang paling mudah untuk ditemukan. Penelitian sebelumnya telah membuat teknologi indentifikasi otomatis dengan melakukan ekstraksi ciri tanaman hias menggunakan Local Binary Pattern (LBP) descriptor dan proses klasifikasi menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN), dan juga telah melakukan penelitian dengan mencoba beragam operator Local Binary Pattern (LBP) hingga menggabungkan operator tersebut. Metode LBP memiliki kelemahan dalam thresholding pada nilai keabuan piksel yang membuat penyajian teksturnya sensitif terhadap noise. Hasil threshold pada original LBP terkadang menghasilkan pengodean pola biner yang tidak sesuai dengan kandungan nilai pikselnya. Hal ini dikarenakan adanya ketidakpastian yang diakibatkan oleh adanya keragaman tekstur pada daun. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iakovidis dan tim penelitinya ialah menggunakan fuzzy logic untuk mengatasi ketidakpastian pada representasi tekstur LBP, yang dikenal sebagai metode Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP). Akan tetapi Fuzzy Local Binary Pattern dalam pengidentifikasian tanaman obat pada prosesnya mengharuskan mencoba setiap nilai threshold FLBP yang mengontrol derajat ketidakpastian serta operator LBP untuk menentukan sampling point dan radius yang cocok untuk semua data citra uji yang dimiliki sehingga memiliki akurasi yang baik. Operator LBP dan nilai threshold FLBP memiliki pengaruh terhadap komputasi. Semakin besar rentang nilai threshold, semakin banyak piksel yang harus diproses dalam perhitungan fuzzy. Oleh karena itu akan lebih baik jika dalam prosesnya FLBP memiliki operator LBP dan nilai threshold FLBP yang minimum dengan akurasi yang tinggi. Banyaknya perbedaan tujuan dari nilai operator LBP, nilai threshold FLBP, dan akurasi inilah yang menjadikan awal penerapan Multi-Objective Genetic Algorithm (MOGA) dalam penelitian.

8 viii MOGA akan digunakan untuk menentukan Operator LBP dan nilai threshold FLBP yang cocok dalam identifikasi citra sehingga memiliki akurasi yang tinggi. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah citra tanaman obat. Jumlah citra daun tumbuhan obat yang digunakan adalah yang terdiri dari 30 spesies daun, depan dan belakang (masing-masing kelas berjumlah 48 citra). Tahapan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membagi data latih dan data uji. Data latih akan diekstraksi menggunakan kombinasi nilai threshold FLBP dan operator LBP. Kemudian data uji akan dimasukan ke dalam sistem, dimana data uji atau disebut citra kueri akan dilakukan ekstraksi menggunakan fungsi obyektif pertama dan kedua yang berupa nilai threshold FLBP dan operator LBP. Fungsi obyektif pertama dan kedua didapatkan dari inisialisai populasi yang berupa nilai biner yang kemudian akan diubah menjadi desimal. Hasil perubahan itu akan dilanjutkan fungsi ekstraksi. Hasil ekstraksi citra kueri akan dilakukan proses klasifikasi menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN). Nilai PNN yang dihasilkan akan dijadikan acuan obyektif ketiga pada konsep NSGA-II. Ketiga obyektif yang dihasilkan akan dilakukan fungsi non-dominated sorted untuk menentukan urutan perangkinan pada setiap individu. Fungsi crowding distance dilakukan agar solusi yang dihasilkan tidak berada dalam satu titik yang sama, sehingga memiliki kumpulan solusi sebanyak individu dalam populasi. Urutan pertama dari kumpulan solusi NSGA-II akan dijadikan parameter untuk proses identifikasi menggunakan metode ekstraksi FLBP. Pemilihan nilai threshold dan operator FLBP yang didapat dari NSGA-II memiliki kontribusi yang baik dalam peningkatan akurasi yaitu sebesar 16% dari metode identifikasi FLBP tanpa NSGA-II. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode FLBP menggunakan NSGA-II memberikan peningkatan akurasi dari 66.44% menjadi 85%. Dari hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa NSGA-II mampu memilih nilai threshold dan operator LBP yang tepat untuk identifikasi citra tumbuhan obat. NSGA-II menghasilkan nilai threshold tiap kelas citra tumbuhan obat bervariasi. Besarnya nilai threshold didapatkan dari citra yang memiliki perubahan kandungan nilai piksel yang besar dan kontras, begitupun sebaliknya. NSGA-II dapat memilih operator yang berukuran besar untuk citra yang memiliki warna yang seragam, sedangkan citra yang memiliki tekstur yang kompleks membutuhkan operator LBP yang lebih kecil. PNN digunakan sebagai klasifikasi citra tumbuhan obat, dimana kinerja klasifikasi yang baik akan menghasilkan identifikasi yang benar. Analisa ujicoba statistika menggunakan uji-t menunjukan bahwa peningkatan akurasi hasil identifikasi menggunakan FLBP+NSGA-II berbeda nyata dengan FLBP tanpa NSGA-II. Nilai signifikansi yang digunakan ialah lebih kecil dari α = 0.05 dan menghasilkan nilai 4.88 x 10-5, sehingga FLBP+NSGA-II memiliki metode yang lebih baik dari FLBP tanpa NSGA-II. Kata kunci: Fuzzy Local Binary Pattern, Multi-Objective Genetic Algorithm, Nondominated Sorting, NSGA-II

9 ix Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

10 x

11 xi OPTIMASI PEMILIHAN THRESHOLD DAN OPERATOR FUZZY LOCAL BINARY PATTERN MENGGUNAKAN MULTI OBJECTIVE GENETIC ALGORITHM GIBTHA FITRI LAXMI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komputer SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

12 xii Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Mushthofa, S.Kom., M.Sc

13 xiii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Juli 1986, dari pasangan Suroso dan Yulinar. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 1997, penulis lulus dari SD Negeri Panaragan 1 Bogor, lalu pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SLTP NEGERI 1 Bogor. Pada tahun 2000, penulis lulus dari SLTP dan melanjutkan sekolah di SMU Negeri 2 Bogor hingga tahun Pada tahun yang sama penulis berkesempatan untuk melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa S1 Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2008 Penulis lulus S1 Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Penulis pernah bekerja menjadi Guru ICT di SMP Negeri 4 Bogor dari tahun Dan saat ini Penulis bekerja sebagai Staff Pengajar di Universitas Ibn Khaldun dan Universitas Pakuan Bogor.

14 xiv ii

15 xv PRAKATA Alhamdulillahi Rabbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat dan karunia-nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir ini berjudul Optimasi Pemilihan Threshold dan Operator Fuzzy Local Binary Pattern Menggunakan Multi-Objective Genetic Algorithm. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, antara lain: 1 Kedua orangtua tercinta, papa Suroso dan mama Yulinar atas segala do a, kasih sayang, dan dukungannya, 2 Uning Gibthi Ihda Suryani, S.P, Audrey, Kakak Ipar Listio Nugroho, S.E.,Etek Melly, Om Yudi, Maudi Meilutfa, Alm. Dwiki Maulana Akbar, dan Luna Latifah yang selalu memberikan motivasi dalam selama masa perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini, 3 Ibu Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si, M.Kom selaku pembimbing pertama atas bimbingan dan arahannya selama pengerjaan tugas akhir ini, 4 Bapak Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng. selaku pembimbing kedua atas bimbingan dan arahannya selama pengerjaan tugas akhir ini, 5 Bapak Mushthofa, S.Kom, M.Sc selaku moderator dalam seminar dan penguji dalam sidang, 6 Imam Abu Daud atas cinta kasih, bantuan, perhatian, dan motivasinya selama pengerjaan tugas akhir ini, 7 Pak Rico, Mega, Kadek, Ryanti, Siska, Fanny Valerina, Fani R, Oki dan Iyos, atas bantuan dan kebersamaan selama konsultasi bersama dan kebersamaan di LAB CI, 8 Mba Mila, Mba Yudith, Bu Kania, Bu Anna, Bu Dian, Bu Husna, Pak Dedi, Mr. Ghani, yang selalu bersama penulis dalam suka dan duka, 9 Semua teman seperjuangan Pasca Ilkom 12, 10 Dila, Tyas, Ulya, Sigit, Dyah, dan pastinya ACEM sejati yang selalu bersemangat bersama penulis untuk membangun Laladon menjadi lebih maju, 11 Teman-teman Lab CI yang akan memulai perjuangannya, 12 Pak Yadi, Pak Pendi, Pak Soleh, dan Mas Irvan, yang selalu membantu penulis dari awal masuk ilkom sampai sekarang, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama pengerjaan penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat. Bogor, September 2012 Gibtha Fitri Laxmi ii

16 xvi ii

17 xvii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... xvii DAFTAR TABEL... xix DAFTAR GAMBAR... xxi DAFTAR LAMPIRAN... xxiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Probabilistic Neural Network (PNN) Algoritme Genetika Inisialisasi Populasi Fungsi Evaluasi Seleksi Pindah Silang Mutasi Multi Objective Genetic Algorithm (MOGA) Pareto Optimality Elite Strategy Data Citra Tumbuhan Praproses Ekstraksi Tekstur dengan Fuzzy Local Binary Pattern ii

18 xviii 3.4 Klasifikasi dengan Probabilistic Neural Network (PNN) Multi Objective Genetic Algorithm (MOGA) Pengujian Sistem Perangkat Keras dan Perangkat Lunak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Praproses Ekstraksi Tekstur FLBP Algoritme Genetika Inisialisasi Populasi Fungsi Evaluasi Tournament Selection Pindah Silang Mutasi Non-Dominated Sorted dan Crowding Distance Iterasi Algoritme Genetika Pengujian Data Analisa Hasil Uji Uji Signifkansi Metode (Uji Statistik T) Analisa Waktu Komputasi BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA ii

19 DAFTAR TABEL Halaman 1 Operator LBP Sorting tabel jumlah dominated setiap individu Hasil perhitungan nilai crowding distance setiap individu Ilustrasi sebaran front pada populasi awal Hasil NSGA-II Spesifikasi GA pada penelitian ini Rataan peluang citra setiap kelas Jumlah Citra Uji Tiap Kelas Nilai threshold FLBP dan jumlah yang diidentifikasi NSGA-II pada setiap kelas citra Contoh hasil variabel obyektif nilai threshold FLBP NSGA-II Nilai operator LBP yang berbeda dalam kelas yang sama Contoh kelas 9 (Kemangi) yang diidentifikasi Contoh kelas 13 (Gadung China) yang diidentifikasi Kombinasi hasil NSGA-II Hasil Uji t berpasangan nilai akurasi setiap kelas Waktu komputasi metode pengukuran citra

20 xx ii

21 xxi DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Membership function m0() dan m1() sebagai fungsi dari Δpi Skema komputasi FLBP dengan F=19 (Valerina 2012) Hasil akurasi klasifikasi citra menggunakan FLBP Struktur PNN Ilustrasi pindah silang dua titik potong (two point crossover) Proses mutasi kromosom Pareto Optimality (Goldberg 1989) Metode Penelitian Kombinasi operator LBP dan nilai threshold FLBP pada Kelas Proses algoritme genetika multi-obyektif Diagram alur proses pindah silang Diagram alur proses mutasi Hasil praproses citra Histogram FLBP pada tumbuhan obat Proses NSGA-II Ilustrasi Kromosom Proses pemilihan orangtua menggunakan metode turnamen seleksi Pseudo code non-dominated sorted dan crowding distance pada NSGA-II (Watchareeruetai et.al 2009) Contoh hasil kalkulasi menggunakan non-dominated Ilustrasi non-dominated dan crowding distance Nilai threshold LBP dan Δpi, (a) nilai threshold FLBP kecil, nilai selisih kecil (b) nilai threshold FLBP besar, nilai selisih besar Perbandingan akurasi FLBP dan FLBP + NSGA-II ii

22 xxii 23 Citra Kelas 11 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) Citra homogen dengan nilai threshold besar Jenis tumbuhan obat kelas 23 Remak Daging Kelas citra menggunakan dominan operator LBP (8,2) ii

23 xxiii DAFTAR LAMPIRAN 1 Kelas Citra Antarmuka Sistem ii

24 xxiv ii

25 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari beragamnya jenis flora di Indonesia dan masuknya Indonesia ke dalam sepuluh negara yang kekayaan keanekaragaman hayatinya tertinggi atau dikenal dengan megadiversity country. Keanekaragaman hayati di Indonesia memiliki lebih dari spesies tumbuhan (Bappenas 2003) dan di antaranya hanya spesies tumbuhan obat yang memiliki informasi dasar (Zuhud 2009) hanya 0.05% dari jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Jenis tumbuhan lainnya sekitar 99.95% tidak diketahui apakah dapat digunakan sebagai tumbuhan obat, maka dari itu perlu dilakukan identifikasi pada tumbuhan obat tersebut. Proses identifikasi tumbuhan obat dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya melalui taksonomi dengan bantuan herbarium dan text book. Cara tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan ciri dari herbarium terhadap objek aslinya, misalnya dengan identifikasi manual menggunakan organ generatif buah dan bunga akan diperoleh hasil dalam waktu yang cukup lama. Teknologi identifikasi secara otomatis diperlukan untuk mempercepat proses identifikasi tersebut menggunakan organ vegetatif seperti daun yang paling mudah untuk ditemukan. Kulsum (2010) telah membuat teknologi indentifikasi otomatis dengan melakukan ekstraksi ciri tanaman hias menggunakan Local Binary Pattern (LBP) descriptor dan proses klasifikasi menggunakan Probabilistic Neural Network (PNN). Kusmana (2011) telah melakukan penelitian dengan mencoba beragam operator Local Binary Pattern (LBP) hingga menggabungkan operator tersebut. Metode LBP memiliki kelemahan dalam thresholding pada nilai keabuan piksel yang membuat penyajian teksturnya sensitif terhadap noise. Hasil threshold pada original LBP terkadang menghasilkan pengodean pola biner yang tidak sesuai dengan kandungan nilai pikselnya. Hal ini dikarenakan adanya ketidakpastian yang diakibatkan oleh adanya keragaman tekstur pada daun. Iakovidis et al.(2008) menggunakan fuzzy logic untuk mengatasi ketidakpastian pada representasi tekstur LBP, yang dikenal sebagai metode Fuzzy Local Binary

26 2 Pattern (FLBP). Akan tetapi Fuzzy Local Binary Pattern dalam pengidentifikasian tumbuhan obat yang dilakukan oleh Valerina (2012), pada prosesnya mengharuskan mencoba setiap nilai threshold FLBP yang mengontrol derajat ketidakpastian serta operator LBP untuk menentukan sampling point dan radius yang cocok untuk semua data citra uji yang dimiliki sehingga memiliki akurasi yang baik. Menurut Valerina (2012), operator LBP dan nilai threshold FLBP memiliki pengaruh terhadap komputasi. Semakin besar rentang nilai threshold, semakin banyak piksel yang harus diproses dalam perhitungan fuzzy. Oleh karena itu akan lebih baik jika dalam prosesnya FLBP memiliki operator LBP dan nilai threshold FLBP yang minimum dengan akurasi yang tinggi. Banyaknya perbedaan tujuan dari nilai operator LBP, nilai threshold FLBP, dan akurasi inilah yang menjadikan awal penerapan Multi-Objective Genetic Algorithm (MOGA) dalam penelitian. MOGA akan digunakan untuk menentukan Operator LBP dan nilai threshold FLBP yang cocok dalam identifikasi citra sehingga memiliki akurasi yang tinggi seperti yang dilakukan Zavaschi et al. (2012). Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah citra tumbuhan obat. Ciri dari citra tumbuhan obat tersebut akan dilakukan proses klasifikasi. Proses Klasifikasi yang akan digunakan ialah Probabilistic Neural Network (PNN)yang memiliki struktur yang sederhana dan proses training yang cepat tanpa harus memperbarui nilai bobot (Wu et al. 2007). 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengoptimasi pemilihan nilai threshold FLBP dan operator LBP menggunakan Multi-Objective Genetic Algorithm untuk meningkatkan hasil akurasi identifikasi tumbuhan obat. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan akurasi identifikasi tumbuhan berbasiskan citra dan dapat dilakukan identifikasi secara otomatis.

27 3 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Objek citra adalah data citra daun tumbuhan obat di Indonesia. 2. Menggunakan operator LBP (8,1), dan (8,2).

28 4

29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam hal ini, digunakan dua fuzzy rule untuk mendapatkan nilai biner dan nilai fuzzy, berdasarkan deskripsi relasi antara nilai pada circular sampling p! dan piksel pusat p!"#$"% (Iakovidis 2008), yaitu : Rule R 0 : Semakin negatif nilai p! maka nilai kepastian terbesar dari d! adalah 0. Rule R 1 : Semakin positif nilai p! maka nilai kepastian terbesar dari d! adalah 1. Gambar 1 Membership function m0() dan m1() sebagai fungsi dari Δpi. Dari rules R 0 dan R 1, dua membership function m! ( ) dan m! ( ) dapat ditentukan. Fungsi m 0 () mendefinisikan derajat dimana d! adalah 0. Membership function m! ( ) adalah fungsi menurun (Gambar 1) yang didefinisikan sebagai berikut : m! i = 0 if p! F!!!!!!.! if F < p! < F 1 if p! F (1) Sementara, membership function m! ( ) mendefinisikan derajat dimana d! adalah 1. Fungsi m! ( ) didefinisikan sebagai berikut (Gambar 1) :

30 6 m! i = 1 if p! F!!!!!!.! if F < p! < F 0 if p! F (2) dimana F ε (0,255] merepresentasikan threshold FLBP yang akan mengontrol derajat ketidakpastian. Metode LBP original hanya menghasilkan satu kode LBP saja, sedangkan dengan metode FLBP akan menghasilkan satu atau lebih kode LBP. Gambar 7 menyajikan contoh pendekatan FLBP, dimana dua kode LBP (A,B) mencirikan ketetanggaan 3x3. Masing-masing nilai LBP yang dihasilkan memiliki tingkat kontribusi (C A, C B ) yang berbeda, bergantung pada nilai-nilai fungsi keanggotaan m 0 () dan m 1 () yang dihasilkan. Untuk ketetanggaan 3 3, kontribusi C LBP dari setiap kode LBP pada histogram FLBP didefinisikan sebagai berikut (Keramidas 2008):! C!"# = m!" (i)!!! Total kontribusi ketetanggaan 3 3 ke dalam bin histogram FLBP yaitu :!"" C!"#!"#!! = 1 Pada Gambar 2 yang menunjukan matriks hasil nilai LBP menggunakan fuzzifikasi. Proses fuzzifikasi satu daerah ketetanggaan 3x3 akan menghasilkan 1 sampai 2 n nilai LBP, dimana n merupakan banyaknya nilai Δp i (selisih antara piksel pusat dan piksel tetangga) yang masuk kedalam rentang fuzzy. Proses tersebut dapat mengatasi masalah representasi tekstur yang dihasilkan oleh metode original LBP, yang cenderung memiliki perbedaan rentang nilai LBP yang jauh antara tetangganya.

31 7 Jatropha curcas Linn Nilai keabuan piksel ; ; ; ; 159; 15; 31; 175; 191; 47; 63 14; 15; 30; ; 143; 151; 159; 167; 175; 183; 191; 199; 207; 215; 223; 231; 239; 247; 255 5; 7; 13; 15;21; 23; 29;31; 37;39;45; 47;53; 55; 61;63; 133; 135; 141;143;149; 151; 157; 159; 165; 167;173; 175; 181; 183;189; ; 31; 143; 159 Nilai FLBP Gambar 2 Skema komputasi FLBP dengan F=19 (Valerina 2012). Valerina (2012) melakukan percobaan setiap nilai threshold FLBP (F) untuk identifikasi tumbuhan, sehingga mendapatkan akurasi identifikasi yang beragam (Gambar 3), akurasi yang tertinggi didapat terlihat pada nilai threshold FLBP, F = 4. Pengambilan nilai threshold FLBP dilihat dalam hal adanya pengaruh besarnya nilai threshold FLBP terhadap komputasi. Semakin besar rentang nilai parameter, semakin banyak piksel yang harus diproses. Akurasi (%) FLBP (8,1) Parameter fuzzifikasi F

32 8 Akurasi (%) FLBP (8,2) Parameter fuzzifikasi F Gambar 3 Hasil akurasi klasifikasi citra menggunakan FLBP. 2.2 Probabilistic Neural Network (PNN) PNN merupakan Artificial Neural Network (ANN) yang menggunakan teorema probabilitas klasik (pengklasifikasian Bayes). PNN diperkenalkan oleh Donald Specht pada tahun PNN menggunakan pelatihan (training) supervised. Training data PNN mudah dan cepat. Bobot bukan merupakan hasil training melainkan nilai yang dimasukkan (tersedia) (Wu et al. 2007). Gambar 4 Struktur PNN. Struktur PNN pada Gambar 4 terdiri atas empat lapisan, yaitu lapisan masukan, lapisan pola, lapisan penjumlahan, dan lapisan keputusan/keluaran. Lapisan masukan merupakan objek x yang terdiri atas k nilai ciri yang akan diklasifikasikan pada n kelas. Proses-proses yang terjadi setelah lapisan masukan adalah:

33 9 1. Lapisan pola (pattern layer) Lapisan pola menggunakan 1 node untuk setiap data pelatihan yang digunakan. Setiap node pola merupakan perkalian titik (dot product) dari vektor masukan x yang akan diklasifiksikan dengan vektor bobot x!", yaitu Z! = x. x!", Z! kemudian dibagi dengan bias tertentu σ dan selanjutnya dimasukkan ke dalam fungsi radial basis, yaitu radbas n = exp ( n)!. Dengan demikian, persamaan yang digunakan pada lapisan pola adalah. f x = exp (!!!!")! (!!!!" )!!!! ket x, merupakan matriks objek dengan i baris dan j kolom 2. Lapisan penjumlahan (summation layer) Menerima masukan dari node lapisan pola yang terkait dengan kelas yang (5) ada. Persamaan yang digunakan pada lapisan ini adalah: p x =!! (!!)!!!!! exp( (!!!!")! (!!!!" )!!! )! (6)!!! 3. Lapisan keluaran (output layer) Menentukan kelas dari input yang diberikan. Input x akan masuk ke Y jika nilai p! x paling besar dibandingkan kelas lainnya. 2.3 Algoritme Genetika Algoritme genetika atau genetic algorithm (GA) adalah pengoptimasian dan teknik pencarian berdasarkan prinsip genetik dan seleksi alam (Haupt & Haupt 2004). GA dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan permasalahan optimasi kombinasi, yaitu dengan mendapatkan suatu nilai solusi optimal terhadap suatu permasalahan yang mempunyai banyak kemungkinan solusi (Hermawanto 2003). GA digunakan untuk menemukan solusi dalam masalah yang kompleks melalui kumpulan-kumpulan metode atau teknik seperti fungsi evaluasi (fitness function), pindah silang, mutasi, dan seleksi alam (Owais et. al 2005).

34 10 GA dikarakterisasi dengan 5 komponen dasar yaitu : 1 Representasikan kromosom untuk memudahkan penemuan solusi dalam masalah pengoptimasian. 2 Inisialisasi populasi. 3 Fitness function yang mengevaluasi setiap solusi. 4 Proses genetik yang menghasilkan sebuah populasi baru dari populasi yang ada. 5 Parameter genetika seperti ukuran populasi, probabilitas proses genetik, banyaknya generasi, dan lain-lain. Gen dan Cheng (2000) menjelaskan bahwa algoritme genetika memelihara populasi dari individu (Pi) pada setiap generasi ke-i. Setiap individu merepresentasikan sebuah solusi potensial yang kemudian dievaluasi untuk dinilai fitness-nya dan setiap individu menjalani transformasi stokastik menggunakan operasi genetik untuk membentuk individu baru. Ada dua jenis transformasi yang digunakan yaitu mutasi dan pindah silang (crossover). Transformasi tersebut akan menghasilkan individu baru C(i) yang akan dievaluasi kembali. Setelah beberapa generasi dilakukan pada setiap individu, hasil akhir yang didapat menjadi konvergen dan terbaik. Individu terbaik inilah yang diharapkan menjadi solusi optimal atau suboptimal dari masalah. Struktur umum dari algoritme genetika dijelaskan sebagai berikut: Prosedur: Algoritme Genetika begin i 0; inisialisasi P(i); evaluasi P(i); while (i <= maksimum iterasi) do begin rekombinasi P(i); evaluasi C(i); pilih P(i+1) dari P(i) dan C(i); i i + 1; end end

35 Inisialisasi Populasi Algoritme Genetika (GA) dimulai dengan sebuah group dari kromosom yang disebut populasi. Populasi memiliki N pop kromosom dan berbentuk matriks dengan ukuran N pop x N bits serta diisi dengan bilangan acak (Bagchi 1999) Fungsi Evaluasi Fungsi Evaluasi atau fitness function adalah ukuran kinerja atau fungsi yang mengevaluasi seberapa baik nilai setiap solusi yang terjadi (Klabbankoh 1999). Nilai evaluasi dari sebuah kromosom tergantung seberapa baik kromosom tersebut memecahkan masalah yang ada (Mitchell 1998) Seleksi Seleksi adalah proses memilih individu pada populasi yang memiliki nilai evaluasi baik untuk dilanjutkan ke proses pindah silang dan mutasi (Cox 2005). Proses seleksi harus terjadi disetiap iterasi agar kromosom dalam populasi dapat berkembang sehingga mendapatkan anggota kromosom yang paling sesuai dengan fungsi tujuannya (Haupt & Haupt 2004) Pindah Silang Pindah silang dikenal sebagai recombination dimana dalam prosesnya terjadi pertukaran informasi antara induk dalam mating pool sehingga menghasilkan individu baru yang merupakan solusi (Bagchi 1999). Pindah silang merupakan komponen paling penting dalam GA pada proses genetik (Gen & Cheng 1997). Pindah silang ini bisa juga berakibat buruk jika ukuran populasi sangat kecil. Dalam suatu populasi yang sangat kecil, suatu kromosom dengan gen-gen yang mengarah ke solusi akan sangat cepat menyebar ke kromosomkromosom lainnya. Probabilitas pindah silang Pc digunakan untuk mengatasi masalah penyebaran tersebut. Teknik pindah silang dapat dilakukan dalam berbagai cara mulai dari one point crossover atau disebut satu titik potong, sampai multiple-point crossover (Klabbankoh 1999). Jika struktur direpresentasikan sebagai string biner, crossover dapat diimplementasikan dengan memilih titik secara acak, titik potong yang dipilih akan menyebabkan antar gen dari kromosom induk saling bertukar.

36 12 Sebagai contoh dua kromosom induk melakukan pindah silang antar posisi 5 sampai posisi 11 (Gambar 5) Hasil pindah silang menghasilkan kromosom baru Gambar 5 Ilustrasi pindah silang dua titik potong (two point crossover) Mutasi Mutasi adalah operator genetik kedua yang digunakan dalam GA. Kromosom yang dihasilkan memiliki kemungkinan bernilai lebih baik atau lebih buruk dari kromosom sebelumnya. Jika kromosom yang terpilih lebih buruk dari kromosom sebelumnya maka kromosom yang terpilih memiliki peluang tereliminasi pada proses seleksi. Mutasi berguna untuk mengembalikan kerusakan akibat proses genetik (Aly 2007). Proses mutasi diimplementasikan pada setiap gen dengan besar probabilitas mutasi Pm. Semakin besar nilai Pm maka proses terjadinya mutasi pada populasi akan semakin banyak. Contoh proses mutasi diperlihatkan pada Gambar 6. Gambar 6 Proses mutasi kromosom. 2.4 Multi Objective Genetic Algorithm (MOGA) Algoritme genetika multi obyektif merupakan metode baru Algoritme Genetika (GA) dengan tujuan memecahkan permasalahan multi obyektif (Yandra & Tamura 2007). Permasalah optimasi multi obyektif memiliki beberapa fungsi obyektif, misalnya seperti meminimumkan atau memaksimumkan, dengan bentuk umum sebagai berikut: Minimize/Maximize : f m (x), m = 1, 2,, M; Ketentuan : g j (x) 0, j = 1, 2,, J;

37 13 h k (x) = 0, k = 1, 2,, K; x (L) i x i x (U) i, i = 1, 2,, N; Kumpulan kendala akhir disebut variable batas, yang membatasi setiap (L) variabel keputusan x i untuk mengambil nilai di dalam x i batas bawah dan x i- (U) batas atas. 2.5 Pareto Optimality Optimasi multi-obyektif tidak mungkin memiliki solusi optimal tunggal yang secara bersamaan mengoptimalkan semua tujuan. Hasil yang dihasilkan adalah seperangkat solusi yang optimal dengan tingkat yang bervariasi dari nilai tujuan yang disebut solusi Pareto Optimality (Goldberg 1989). Sifat Pareto ditunjukan pada Gambar 7 dan dapat diformalkan menggunakan hubungan dominasi antara solusi alternatif. Solusi yang ditemukan melalui konsep ini bukan berupa satu titik melainkan kumpulan beberapa titik disebut pareto frontier atau pareto set. Pareto set adalah kumpulan titik-titik yang kesemuanya memenuhi konsep pareto optimality. Gambar 7 Pareto Optimality (Goldberg 1989) 2.6 Crowding Distance Crowding distance merupakan cara untuk membandingkan antara solusi dengan urutan/rank non-domination yang sama. Crowding distance dilakukan dengan sebuah estimasi parameter yang berbentuk kubus antara front solusi sama (i-1) dan terdekat. Fungsi crowding distance melibatkan f m dan f (i+1) m untuk setiap (i-1) fungsi objektif m dari setiap solusi i dengan f m f i m f (i+1) max min m, f m dan f m merupakan nilai maksimum dan minimum fungsi objektif m dan M adalah total

38 14 jumlah objektif. Crowding distance untuk setiap solusi i dihitung menggunakan rumus : (7) CD(i) =, jika solusi i adalah batas semua solusi dari setiap fungsi objektif. Sebuah solusi i dikatakan mendominasi solusi j dalam ukuran crowding distance jika : rank(i) < rank(j) or (rank(i) = rank(j) and CD(i) > CD(j)) (Deb et. al 2002). 2.7 Elite Strategy Elite Strategy memiliki sejumlah ne individu anggota populasi baru yang akan diganti dengan sejumlah ne anggota himpunan solusi optimal pareto. Individu yang dibuang dari populasi dipilih secara acak dengan ketentuan individu yang dibuang adalah individu solusi yang tidak ikut menjadi anggota himpunan solusi optimal pareto. Populasi yang sudah mengalami elite strategy siap untuk kembali menjalani proses evaluasi dan seleksi.

39 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan kombinasi dari operator LBP, nilai threshold FLBP dan nilai klasifikasi PNN. Kombinasi operator LBP dan nilai threshold FLBP akan diproses menggunakan MOGA sehingga menghasilkan kumpulan kombinasi. Hasil kumpulan kombinasi tersebut memiliki operator LBP minimum dan nilai threshold FLBP minimum, serta nilai peluang PNN yang maksimum. Metode penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 8. Citra Tumbuhan Obat Citra Grayscale Ekstraksi Ciri Ekstraksi Ciri Fuzzy LBP Threshold 1-10 Operator (8,1) Operator (8,2) Citra Tumbuhan Obat Klasifikasi PNN Multi-Objective Genetic Algorithm Model Klasifikasi Ekstraksi Citra Hasil Identifikasi Gambar 8 Metode Penelitian

40 Data Citra Tumbuhan Akuisisi citra daun tumbuhan obat dilakukan dengan pemotretan tiga puluh jenis tumbuhan obat di kebun Biofarmaka IPB dan di rumah kaca Pusat Konservasi Ex-Situ Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia, Fahutan, IPB. Pemotretan dilakukan menggunakan lima kamera digital yang berbeda (DSC- W55, 7210 Supernova, Canon Digital Axus 95 IS, Samsung PL100, dan EX-Z35). Total citra daun tumbuhan obat yang digunakan adalah yang terdiri atas 30 spesies daun (Lampiran 1), depan dan belakang (masing-masing kelas 48 citra) dimbil beberapa pada waktu yang berbeda (pagi, siang dan sore). Citra daun berformat JPG dan berukuran piksel. 3.2 Praproses Pada tahap awal praproses, dilakukan perbaikan data tumbuhan obat dengan mengganti latar belakang citra daun dengan latar belakang berwarna putih, dan dari setiap objek data tersebut hanya terdiri dari satu daun serta memperkecil ukuran citra menjadi 270x240 piksel. Kemudian mode warna citra diubah menjadi grayscale untuk proses ekstraksi selanjutnya. 3.3 Ekstraksi Tekstur dengan Fuzzy Local Binary Pattern Ekstraksi tektur pada citra tumbuhan obat hanya dilakukan pada piksel yang menyusun citra tersebut. Citra dikonversi ke mode warna grayscale. Selanjutnya membagi citra ke dalam beberapa local region sesuai dengan sampling points dan radius yang digunakan. Tabel 1 Operator LBP Operator LBP Ukuran Blok Kuantisasi (P,R) (piksel) Sudut (8,1) 3 x 3 45 derajat (8,2) 5 x 5 45 derajat Ekstraksi tekstur dilakukan dengan konvolusi menggunakan Operator LBP yang disajikan pada Tabel 1. Hasil perhitungan FLBP pun direpresentasikan dalam bentuk histogram degan total bin yang dihasilkan sebanyak 256.

41 Klasifikasi dengan Probabilistic Neural Network (PNN) Setelah proses ekstraksi citra dilakukan, akan diperoleh hasil vektor histogram dengan operator LBP beserta nilai threshold FLBP. Tahap selanjutnya adalah mengklasifikasi vektor-vektor histogram tersebut dengan PNN. Klasifikasi dilakukan pada vektor histogram untuk menentukan akurasi identifikasi tumbuhan obat. Klasifikasi dilakukan dengan membagi data latih dan data uji dengan komposisi masing-masing 80% dan 20% untuk data daun. Data latih tiap kelas citra berjumlah 38 citra, sedangkan data uji tiap kelas berjumlah 10 citra. Data latih yang dimiliki merupakan kombinasi gabungan operator LBP dan nilai threshold FLBP sehingga jumlah data latih tiap kelas menjadi 38 citra x 2 operator x 10 nilai threshold FLBP. Contoh ilustrasi data dapat dilihat pada Gambar 9. Selanjutnya akan diperoleh model klasifikasi dari hasil pelatihan data. 1 2 Kelas 1, operator(8,1), F= 1 Kelas 1, operator(8,1), F= 2 Kelas 1, operator(8,2), F= Gambar 9 Kombinasi operator LBP dan nilai threshold FLBP pada Kelas Multi Objective Genetic Algorithm (MOGA) Algoritme genetika multi obyektif (MOGA) merupakan suatu metode optimasi dengan fungsi tujuan lebih dari satu (ganda) yang dimana antara tujuantujuan ini terjadi konflik. Proses MOGA pada umumnya sama dengan seperti single objective GA akan tetapi ditambahkannya fungsi non-dominated sort serta crowding distance. Proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. Ide dari tujuan MOGA adalah mencari front dari pareto optimal yang merupakan semua kemungkinan solusi yang tidak terdominasi oleh kemungkinan solusi lainnya. Bagaimanapun juga penentuan pareto yang optimal bisa dikatakan sulit untuk mencapai semua solusi berada dalam satu front. Maka dari itu lebih memilih nondominated front untuk mendapatkan front pareto optimality, yang dimana persebarannya lebih beragam sehingga pemilihannya akan lebih mudah.

42 18 Proses GA dimulai dengan menginisialisasi nilai populasi yang terdiri dari beberapa histogram hasil ekstraksi citra. Dalam populasi tersebut mengandung anggota populasi yang disebut dengan kromosom. Setiap kromosom terdiri dari gen-gen yang mengandung nilai threshold FLBP dan operator LBP. Kromosomkromosom akan mengalami evolusi melalui sejumlah iterasi yang disebut generasi. Kromosom-kromosom tersebut akan dievaluasi menggunakan suatu fungsi yang disebut fungsi evaluasi. Fungsi evaluasi ini bertujuan untuk memberikan penilaian setiap individu yang dihitung berdasarkan persamaan objektif yang dimiliki. Fungsi evaluasi dalam penelitian ini adalah operator LBP dan nilai threshold FLBP yang minimum dalam klasifikasi dengan memiliki peluang PNN yang tinggi. Start Init Pop Gen = 0 Front = 1 Gen = Gen + 1 Terklasifikasi No Fitness Yes Yes Pindah Silang Ind Dominan Gen < Max Gen Mutasi Front = F + 1 No Stop Gambar 10 Proses algoritme genetika multi-obyektif. Hasil dari evaluasi akan dilanjutkan dengan fungsi Non-dominated Sort dengan algoritme sebagai berikut : t = 0; Initialize (P t ); Evaluate (P t ); Q t = ; While t < T

43 19 R t = P t Q t ; F = Non_dominated_sort(R t ) P t+1 =, i = 1; While P t+1 + F i > N Crowding_distance_assigment (F i ) P t+1 = P t+1 F 1 ; i = i+1; End While Sort(F i, < n ); P t+1 = P t+1 F i [1:(N - P t+1 )] ; Q t+1 = make_new_population(p t+1 ); t = t+1; End While Fungsi crowding distance memiliki algoritme sebagai berikut : l = L ; for each i L L[i] distance = 0; For each objective m L = sort(l,m); L[1]distance = L[l]distance = ; For I = 2 to (l-1); L[i]!"#$%&'( = L[i]!"#$%&'! +!!!!!!!!!!!!"#!!!!"#!! Hasil evaluasi lainnya menentukan kualitas individu yang akan digunakan untuk proses seleksi induk. Proses seleksi yang digunakan pada penelitian ini adalah tournament selection. Tournament selection dapat menyesuaikan dan dapat beradaptasi dari perbedaan domain. Prosesnya dengan cara melakukan turnamen antar s pesaing, dengan s merupakan ukuran turnamen. Pengukuran antar pesaing dilihat dari nilai rank kemudian nilai crowding distance yang dimiliki antar pesaing. Pemenang dari turnamen akan dimasukan ke dalam mating pool untuk proses genetik. Semakin banyak individu yang memiliki nilai fitness yang lebih tinggi maka akan semakin banyak individu yang akan dipilh. Populasi baru hasil dari proses seleksi dilanjutkan ke proses genetika selanjutnya yaitu pindah silang dan mutasi. Pindah silang dan mutasi berguna untuk menciptakan populasi baru yang lebih baik dari populasi sebelumnya. Proses pindah silang merupakan proses lanjutan dari proses seleksi yang menghasilkan calon-calon kromosom yang akan dipindahsilangkan. Proses pindah silang memerlukan dua kromosom induk dari hasil seleksi. Proses ini dilakukan dengan menggantikan semua nilai alele dari kromosom induk. Kromosom dalam satu populasi yang dipindahsilangkan berdasarkan nilai acak

44 20 yang diambil kurang dari peluang pindah silang Pc. Peluang pindah silang Pc yang tinggi akan memungkinkan pencapaian alternatif solusi yang lebih bervariasi dan mengurangi kemungkinan menghasilkan nilai optimum yang tidak dikehendaki (optimum lokal). Alur pindah silang dapat dilihat pada Gambar10. Mulai Kromosom Induk 1 Kromosom Induk 2 P = rand [0,1] P < Pc Tidak Ya Pindah Silang Selesai Gambar 11 Diagram alur proses pindah silang. Proses genetik selanjutnya ialah proses mutasi. Proses mutasi melakukan pergantian gen yang rusak atau dinilai tidak baik dalam kromosom atau populasi. Pergantian nilai gen tersebut berdasarkan nilai acak yang diambil kurang dari peluang mutasi Pm. Peluang mutasi Pm menentukan jumlah gen di dalam satu populasi yang diharapkan mengalami mutasi. Apabila nilai peluang mutasi terlalu kecil, banyak gen yang berguna mungkin tidak akan muncul dalam populasi, tetapi apabila terlalu tinggi maka keturunan yang dihasilkan akan kehilangan sifatsifat yang mungkin saja merupakan sifat unggul dari induknya. Diagram alur mutasi dapat dilihat pada Gambar 11.

45 21 Mulai Kromosom P = rand [0,1] P < Pm Tidak Ya R = random Gen(r) dimutasi Selesai Gambar 12 Diagram alur proses mutasi. Hasil populasi baru akan dievaluasi kembali dan diurutkan untuk mengetahui kromosom yang yang memiliki nilai terbaik selanjutnya. 3.6 Pengujian Data Pengujian data dilakuan oleh sistem dengan penilaian tingkat keberhasilan klasifikasi terhadap citra kueri. Evaluasi dari kinerja model klasifikasi didasarkan pada banyaknya data uji yang diprediksi secara benar atau salah oleh model. Hal ini dapat dihitung menggunakan akurasi yang didefinisikan sebagai berikut: akurasi =!"#$"%#$"!"#$%&'%!"#$!"#$%!"!#$!"#$"%#$"!!"#$%&$ 100% (11) 3.7 Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini adalah Processor intel Corei GHz, memori DDR3 RAM 8.00 GB dan hardisk 650 GB. Perangkat lunak yang digunakan adalah Sistem Operasi Windows 7, MATLAB 2010a.

46 22

47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Praproses Valerina (2012) melakukan praproses data citra tumbuhan obat dengan menyeleksi objek satu daun dan memperkecil ukuran citra menjadi 270x240 piksel. Mode warna citra keseluruhan dan citra daun kemudian diubah menjadi grayscale untuk proses ekstraksi selanjutnya. Hasil praproses data bertujuan mengurangi waktu pemrosesan data (running time). Hasil praproses data dapat dilihat pada Gambar 12. Psidium guajava L. Gambar 13 Hasil praproses citra. 4.2 Ekstraksi Tekstur FLBP Citra hasil praproses digunakan sebagai masukan pada proses ekstraksi dengan FLBP P,R. Ekstraksi FLBP P,R dilakukan menggunakan ukuran circular neighborhood yang tertera pada Tabel 1. Ciri FLBP yang dihasilkan diekstrak menggunakan nilai threshold FLBP fuzzifikasi (F) yang berbeda. Nilai threshold FLBP fuzzifikasi yang digunakan mulai dari F = 1 sampai F = 10. Dimana nilai threshold FLBP fuzzifikasi menentukan nilai biner yang dihasilkan. Jika terdapat sejumlah m nilai p! yang berada dalam rentang fuzzy maka akan menghasilkan nilai biner sebanyak 2!. Sehingga semakin besar nilai threshold FLBP fuzzifikasi maka akan memberikan nilai rentang yang semakin besar yang berbanding lurus dengan nilai biner dan waktu komputasi dalam pembacaan nilai piksel. Ekstraksi FLBP menghasilkan histogram frekuensi yang ditunjukan Gambar 13, dimana histogram merupakan pertambahan C LBP dari nilai LBP yang dihasilkan. Panjang bin yang dihasilkan pada histogram FLBP P,R bergantung pada jumlah sampling points (P) yang digunakan, yaitu 2 P. Pada penelitian ini, jumlah

48 24 P yang digunakan adalah 8 sehingga jumlah bin pada histogram FLBP P,R sebanyak 2 8 = 256 bin. Frekuensi Histogram FLBP Nilai LBP Gambar 14 Histogram FLBP pada tumbuhan obat. 4.3 Algoritme Genetika Algoritme Genetika merupakan dasar dari pembentukan Algoritme Genetika Multi-Objektif. Tahapan proses genetika yang dilakukan sama dengan fungsi tujuan yang lebih dari satu atau disebut multi objective. Algoritme Genetika Multi Obyektif pada penelitian ini menggunakan NSGA-II dengan skema prosesnya dapat dilihat pada Gambar 14. Begin : Initialize Population (N) Evaluate Objective Function Non-Dominated Sorting Tournament Selection No Crossover & Mutation Stopping Criteria met? Yes Report Final Population and Stop Evaluate Objective Function Combine Parent and Child Population, Non-Dominating Sorting Select N individuals Gambar 15 Proses NSGA-II Inisialisasi Populasi Inisialisasi Populasi merupakan tahap awal yang dilakukan untuk menentukan kombinasi variabel keputusan. Kombinasi populasi yang akan

49 25 dibentuk berupa nilai binary string 0 dan 1. Banyaknya populasi yang digunakan sebanyak 20 individu yang dapat diubah sesuai keinginan pengguna. Setiap individu memiliki jumlah gen sebanyak 15 bit, dengan 10 bit pertama adalah variabel x 1 (parameter) dan 5 bit berikutnya ialah variabel x 2 (operator LBP), dan memiliki ketentuan dibawah ini : x!, 1 x! 10 x!, 1 x! 2 Sebuah kromosom yang terdiri dari bilangan biner akan dilakukan dekode nilai biner menjadi nilai desimal berdasarkan ketentuan di atas. Ilustrasi bentuk sebuah kromosom dan dekode nilai kromosom pada penelitian ini terdapat pada Gambar x! 10 1 x! Ket : Kueri citra akan di ekstraksi menggunakan FLBP dengan operator LBP = 2 dengan arti (8,2) dan nilai threshold FLBP, F= Fungsi Evaluasi Gambar 16 Ilustrasi Kromosom Fungsi Evaluasi merupakan dimensi tujuan dari suatu keputusan, dimana terdapat 3 fungsi tujuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, meminimalkan fungsi pertama dan kedua, serta memaksimalkan fungsi yang ketiga. Fungsi pertama, kedua dan ketiga masing-masing digunakan untuk menentukan nilai threshold FLBP, operator LBP, dan nilai peluang klasifikasi menggunakan fungsi PNN. Fungsi evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah : Minimize f! x = x!

50 26 Minimize f! x = x! Maximize f! x = ma x 1 e!!!!!"! n!! = data latih!!!!!!, x = kueri fitur, x! Peluang dengan nilai tertinggi itulah akan menentukan bahwa individu fitur yang dibentuk menggunakan operator LBP dan threshold FLBP sesuai yang digunakan. Ketentuan fungsi objektif dalam sistem yang digunakan sebagai berikut : [prob] = opnn(x_uji(i),data_latih,bias); [maxprob idx] = max(prob); f(3) =maxprob; Tournament Selection Tournament Selection merupakan proses pemilihan orang tua untuk dilakukan proses genetik. Ukuran untuk melakukan tournament ialah sebanyak 2 individu. Pemilihan orangtua dilakukan berdasarkan persaingan dengan 2 kriteria yaitu rank/front dan nilai crowding distance. Proses pemilihan orangtua pada sistem dapat dilihat pada Gambar 17 yang kemudian orangtua yang terpilih akan dimasukan kedalam mating pool. Ukuran mating pool yang merupakan tempat penyimpanan untuk orang tua sebanyak setengah dari jumlah populasi. front CD front CD mating pool indv 1 1 indv 1 1 pilih orangtua indv random indv front << indv 1 indv indv indv CD >> indv indv indv 3 Gambar 17 Proses pemilihan orangtua menggunakan metode turnamen seleksi Pindah Silang Proses pindah silang yang digunakan pada penelitian ini adalah konsep one point crossover. Prosesnya memerlukan dua kromosom induk dari hasil seleksi. Nilai alele antar kromosom induk akan digantikan secara keseluruhan dari titik potong. Jumlah kromosom dalam satu populasi yang dipindahsilangkan

51 27 bergantung pada nilai acak yang diambil kurang dari peluang pindah silang Pc. Peluang pindah silang (Pc) yang tinggi akan memungkinkan pencapaian alternatif lebih bervariasi Mutasi Proses mutasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu fungsi binary bit flip. Proses mutasi merupakan proses pengubahan nilai gen pada kromosom yang telah dipilih sebelumnya. Pemilihan gen tersebut ialah dengan cara mengambil nilai acak [0,1] yang kemudian nilai acak akan dibandingkan dengan peluang mutasi. Setelah itu alele dari setiap individu yang terpilih akan dimutasi dengan ketentuan sebagai berikut : if rand< pm if gen(i) == 1 gen(i) = 0; else gen(i) = 1; end end Banyaknya gen yang dimutasi berdasarkan peluang mutasi Pm yang ditentukan berdasarkan banyaknya fungsi tujuan yang digunakan. Peluang Pm yang digunakan pada penelitian ini sebesar Ilustrasi mutasi pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar Non-Dominated Sorted dan Crowding Distance Non-dominated Sorting Genetic Algorithm (NSGA-II) yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan konsep tidak terdominasi satu sama lain dalam grup, dan perangkingan terdapat dalam tiap solusi kemudian dijadikan sebagai front. Pseudocode proses non-dominated sorted dan crowding distance pada NSGA-II bekerja dapat dilihat pada Gambar 18.

52 28 Gambar 18 Pseudo code non-dominated sorted dan crowding distance pada NSGA-II (Watchareeruetai et.al 2009) Di dalam front setiap solusi akan memiliki sebuah pengukuran jarak yang relatif disebut crowding distance, yang menghitung jarak rata-rata (di dalam ruang tujuan) dari dirinya sendiri ke adjacent solusi yang lain. Contoh hasil kalkulasi menggunakan non-dominated dan crowding distance dapat dilihat pada Gambar 19. indv 1 indv 2 result F1 5 < F2 1 < F > Jika hasil indv (1) = indv (2), maka non-inferior / equal dominated Jika hasil indv (1) > indv (2), maka dominated Jika hasil indv (1) < indv (2), maka non-dominated indv 1 indv 2 indv 3 indv 4 indv 5 5 < < equal dominated equal equal Gambar 19 Contoh hasil kalkulasi menggunakan non-dominated Individu 1 akan dilakukan perbandingan objektif dengan semua individu yang ada, terlihat bahwa individu 3 terdominasi oleh individu 1, sedangkan individu lainnya memiliki nilai yang dominasi yang sama. Sehingga bisa mendapatkan jumlah dominated hasil dari perbandingan antar individu.

53 29 indv (1) = {...} = 0 indv (2) = {...} = 0 indv (3) = { indv (1), indv (4), indv (5) } = 3 indv (4) = {...} = 0 indv (5) = { indv (4) } = 1 Jumlah dominated akan dilakukan sorting berdasarkan jumlah yang paling sedikit sehingga didapatkan individu hasil nondominated-sort (Tabel 2). Tabel 2 Sorting tabel jumlah dominated setiap individu F(x 1 ) F(x 2 ) F(x 3 ) Rank indv (1) indv (2) indv (4) indv (5) indv (3) Proses crowding distance dilakukan pada setiap individu yang memiliki rank/ yang sama. Berdasarkan frontier pada Gambar 1 didapat bahwa indv (4) berada pada posisi pertama crowding distance, sedangkan indv (2) merupakan posisi terakhir. Indv (4) dan indv (2) memiliki jarak infinitif ( ), sedangkan indv (1) memiliki nilai 2. Rumus crowding distance sebagai berikut : i!.! =! f i + 1! f i 1! f!!"# f!!"# dimana perhitungan manual crowding distance sebagai berikut : m = 1, yaitu fungsi f(x 1 ) dan m = 2, yaitu fungsi f(x 2 ) 1!.! = 1!.! = = = 1

54 30 1 C.D = = 2 sehingga crowding distance untuk indv (1) ialah 2. Hasil perhitungan nilai crowding distance setiap individu dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil perhitungan nilai crowding distance setiap individu F(x 1 ) F(x 2 ) Rank C.D indv (1) indv (2) indv (3) indv (4) indv (5) Non-dominated dan crowding distance akan menghasilkan konsep kumpulan beberapa titik yang merupakan solusi dari permasalahan. Ilustrasi peranan non-dominated dan crowding distance pada penelitian pada saat generasi pertama dan generasi terakhir terdapat pada Gambar 20. Gambar 20 Ilustrasi non-dominated dan crowding distance Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk populasi pertama serta identifikasi citra kueri membutuhkan waktu 16,5 detik dimana sebaran individu terbagi ke dalam 4 front. Beberapa individu dalam populasi mendominasi individu yang lainnya. Proses NSGA-II membutuhkan waktu 120 detik dengan 50 generasi menghasilkan sebaran individu ke dalam front yang sama yaitu dalam front 1. Ilustrasi pembagian front dapat dilihat pada Tabel 4. Pembentukan front yang

55 31 sama serta jarak sebaran yang merata antar titik solusi merupakan pembentukan akhir dari NSGA-II yang ilustrasi sebaran hasil dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4 Ilustrasi sebaran front pada populasi awal. Threshold Operator Nilai FLBP LBP PNN Front Tabel 5 Hasil NSGA-II Ind X 1 X 2 Threshold FLBP Operator LBP Nilai PNN

56 32 Ind X 1 X 2 Threshold FLBP Operator LBP Nilai PNN Hasil NSGA-II pada Tabel 2 merupakan kumpulan solusi untuk minimasi operator LBP dan threshold FLBP serta memiliki nilai peluang yang tinggi. Untuk identifikasi pada sistem menggunakan fungsi objektif individu pertama yaitu menggunakan operator LBP (8,1) dan nilai threshold FLBP F = 2. Kumpulan solusi lainnya dapat dijadikan alternatif dalam penentuan operator LBP dan nilai threshold FLBP identifikasi dari citra kueri Iterasi Algoritme Genetika Jumlah iterasi yang digunakan dalam penelitian ini. Jika iterasi telah mencapai maksimum, maka proses genetik pada penelitian ini akan selesai dan menghasilkan populasi yang lebih baik dengan keseragaman front. Spesifikasi GA secara sederhana yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 6. Tabel 6 Spesifikasi GA pada penelitian ini Spesifikasi GA Jumlah Kromosom atau besarnya populasi Nilai evaluasi Jumlah gen Peluang pindah silang 0.9 Keterangan N = 20, random binary string f(x 1 ) = x 1, f(x 2 )= x 2, f(x 3 ) = Probabilistic Neural Network 15 bit biner, x 1 = 10 bit, x 2 = 5 bit. Peluang mutasi 1/n (jumlah obyektif) = Metode Seleksi Pindah Silang Mutasi Iterasi Tournament Selection One Point Crossover Binary bit flip mutation 50 iterasi

57 Pengujian Data Identifikasi kueri citra dilakukan menggunakan NSGA-II yang memiliki tujuan/obyektif sebanyak 3 tujuan, yaitu meminimasi operator LBP dan nilai threshold FLBP serta memaksimalkan peluang klasifikasi menggunakan fungsi Probabilistic Neural Network (PNN). Hasil MOGA berupa nilai operator LBP dan nilai threshold FLBP akan digunakan untuk melakukan identifikasi kueri citra. Data yang digunakan untuk pengujian adalah data berdasarkan nilai peluang tiap citra. Nilai peluang antar citra akan dihitung rata-rata citra yang kemudian dijadikan nilai threshold rataan untuk mengeliminasi citra yang memiliki peluang lebih kecil. Rataan peluang tiap kelas dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7 Rataan peluang citra setiap kelas Kelas Rataan Kelas Rataan Kelas Rataan Citra yang memiliki nilai peluang lebih kecil dari nilai peluang kelasnya tidak akan terpilih untuk dijadikan data latih dan data uji. Data latih yang digunakan masing-masing kelas digunakan sebanyak 29 citra. Data uji yang digunakan masing-masing kelas memiliki jumlah yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah Citra Uji Tiap Kelas Kelas Jumlah Citra Kelas Jumlah Citra Kelas Jumlah Citra

58 34 Kelas Jumlah Citra Kelas Jumlah Citra Kelas Jumlah Citra Data citra uji yang telah ditentukan akan dilakukan optimasi menggunakan NSGA-II untuk mendapatkan nilai threshold FLBP dan operator LBP. NSGA-II menghasilkan nilai threshold FLBP dan operator LBP yang berbeda-beda walaupun dalam kelas citra yang sama. Nilai threshold FLBP yang digunakan ialah dari 1 sampai dengan 10. Nilai threshold FLBP merupakan nilai Δp i (selisih antara piksel pusat dan piksel tetangga) dimana jika Δp i besar maka nilai threshold FLBP akan bernilai besar dan sebaliknya (Gambar 21). 1 1 M 0 M 1 M 0 M 1 -F 0 F ΔPi -F 0 F ΔPi (a) (b) Gambar 21 Nilai threshold FLBP dan Δpi, (a) nilai threshold FLBP kecil, nilai selisih kecil (b) nilai threshold FLBP besar, nilai selisih besar Operator LBP merupakan obyektif berikutnya yang menjadi pertimbangan tujuan minimalisasi dalam penentuan nilai akhir NSGA-II. Menurut Ojala (2002) operator LBP (8,1) memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan operator LBP (16,2), hal tersebut menyatakan bahwa operator LBP (8,1) dapat mengekstrak fitur dengan baik. Kecilnya ukuran blok yang digunakan pada operator LBP (8,1) membuat proses pembacaan tekstur menjadi lebih detail sehingga bisa lebih membedakan tekstur antar kelas dan memiliki waktu komputasi yang lebih kecil.

59 35 Hasil pengujian setiap data uji menggunakan NSGA-II dapat dilihat pada Tabel 9 dengan identifikasi berdasarkan operator serta nilai threshold FLBP. Tabel 9 Nilai threshold FLBP dan jumlah yang diidentifikasi NSGA-II pada setiap kelas citra Threshold FLBP pada Operator LBP (8,1) Threshold FLBP pada Operator LBP (8,2) 1 2, 3, 8, 10 - Jumlah Benar/ Jumlah Citra 7/ / , 5, 8, 9 6,8,9 3,10 2, /9 4/5 4/ ,5,8 2,10 6/ ,8 9,10 6/ ,7,10 4,9, /3 5/ ,8 2,9,10 6/ / ,5,7,8-4/ , 8, 9,10-4/ ,10 3/ ,5,7 10 6/ ,9 2,9 6/ ,5 7,9,10 5/ ,7,8 2 5/ ,9 9,10 6/ ,4,5,6,7-5/ ,10 4/ ,6,10-3/ ,9 2 5/ ,10 3/ ,5,6,9-4/ ,4 5/ / ,7,8 2,8 5/5 100 Kelas Citra Akurasi 100

60 36 Kelas Citra Threshold FLBP pada Operator LBP (8,1) Threshold FLBP pada Operator LBP (8,2) Jumlah Benar/ Jumlah Citra Akurasi / ,9 2,10 5/ Pada Tabel 9 nilai threshold dan operator LBP merupakan nilai yang teridentifikasi benar oleh sistem. Pemilihan nilai threshold FLBP dan operator LBP menggunakan NSGA-II pada identifikasi tumbuhan obat mampu menghasilkan nilai akurasi yang lebih baik, terlihat banyaknya kelas yang teridentifikasi 100%. Persentase akurasi yang dimiliki untuk pengujian data sebesar 66.3% untuk penggunaan operator LBP (8,2) dan nilai threshold FLBP F = 4, sedangkan menggunakan pemilihan operator LBP dan nilai threshold FLBP yang dilakukan metode NSGA-II memiliki persentase akurasi sebesar 82.54%. Hal ini membuktikan bahwa berbedanya nilai threshold FLBP dan operator LBP tiap citra mempengaruhi persentase akurasi yang dimiliki dengan adanya peningkatan sebesar 16%. Perbandingan persentase akurasi operator LBP dan nilai threshold FLBP tetap dengan pemilihan operator LBP dan threshold FLBP menggunakan NSGA- II dapat dilihat pada Gambar Perbandingan Akurasi FLBP dan FLBP+NSGA- II Gambar 22 Perbandingan akurasi FLBP dan FLBP + NSGA-II Penentuan histogram FLBP dipengaruhi kandungan nilai piksel yang dimiliki citra dan perbedaan antar kandungan nilai piksel yang dikenal dengan nilai threshold. Tabel 9 menjelaskan bahwa setiap kelas citra memiliki nilai threshold FLBP yang berbeda untuk dilakukan proses identifikasi. Perbedaan nilai threshold dapat dipengaruhi oleh variasi citra antar kelas, dari perbedaan

61 37 komposisi pencahayaan yang dapat mempengaruhi kandungan nilai, serta kualitas kamera yang digunakan. Variasi nilai threshold hasil NSGA-II sangatlah beragam, dengan analisa penentuan yaitu dengan besar atau kecilnya rentang fuzzy. Kelas 2 hanya menggunakan dua nilai threshold FLBP yaitu F = 7 dan F = 10, yang menjelaskan bahwa rentang nilai threshold FLBP yang digunakan besar. Besarnya nilai threshold dalam suatu citra menjelaskan bahwa perubahan nilai kandungan piksel citra memiliki perbedaan yang bernilai besar. Perbedaan kandungan nilai piksel yang besar memiliki arti nilai kontras citra yang tinggi. Hal ini dapat dikatakan bahwa nilai threshold dan kontras citra berbanding lurus. Contoh lain yang kontras citra uji yang berbanding lurus dengan nilai threshold FLBP ditunjukan pada Tabel 10. Tabel 10 Contoh hasil variabel obyektif nilai threshold FLBP NSGA-II Citra Nilai Threshold FLBP Konsep lainnya mengenai nilai threshold ialah jika citra tersebut memiliki kandungan nilai yang seragam serta tekstur yang homogen maka akan lebih baik menggunakan nilai threshold yang kecil. Hasil penentuan nilai threshold lainnya ialah Kelas 11 dimana memiliki nilai threshold yang besar yaitu F = 10 untuk identifikasi yang benar, sedangkan sisa citra uji yang lain menggunakan F = 8 dan F = 2 tidak teridentifikasi secara benar. Citra pada kelas 11 memiliki kandungan nilai yang hampir seragam secara keseluruhan akan tetapi untuk warna tulang daun yang putih serta kebanyakan citra memiliki warna kuning dibagian tertentu (Gambar 23). Hal tersebutlah yang mengakibatkan lebih baik

62 38 menggunakan nilai threshold yang besar untuk mengantisipasi perubahan warna yang signifikan dari citra. Gambar 23 Citra Kelas 11 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) Hasil lain yang teridentifikasi benar ialah kelas 7, Pegagan (Centella asiatica,(linn), Urban). Kelas ini menggunakan rentang nilai thresholdo besar, akan tetapi pada kenyataannya kandungan nilai citra memiliki nilai seragam dan tekstur homogen, yang seharusnya menggunakan threshold kecil. Kelas lainnya yang memiliki rentang threshold yang besar dengan nilai citra homogen dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24 Citra homogen dengan nilai threshold besar. Kandungan nilai piksel yang seragam pada suatu citra menyatakan bahwa tekstur yang dimiliki tidak terlalu kompleks. Sedangkan kandungan nilai yang beragam menyatakan bahwa citra tersebut memiliki tekstur yang kompleks. Berdasarkan Tabel 9 pemilihan operator LBP yang tepat dapat mempengaruhi nilai akurasi pada sistem identifikasi. Terlihat pada kelas 23 (Remak Daging) yaitu Gambar 25 yang awalnya memiliki akurasi sebesar 30% menggunakan operator LBP (8,2), mengalami peningkatan sebesar 53.33% dengan operator LBP (8,1). Kelas 23 Remak Daging (Excecaria bicolor Hassk) Gambar 25 Jenis tumbuhan obat kelas 23 Remak Daging. Perbedaan pemilihan operator dapat terlihat pada Tabel 11. Citra yang memiliki tekstur komplek memerlukan operator LBP kecil, sedangkan jika citra

63 39 memiliki keseragaman tekstur maka operator LBP yang lebih besar menjadi pilihan yang lebih tepat. Tabel 11 Nilai operator LBP yang berbeda dalam kelas yang sama. Citra Operator LBP Citra Operator LBP (8,1) (8,1) (8,1) (8,1) (8,2) (8,1) (8,2) (8,2) (8,1) (8,2) Kelas citra yang dominan menggunakan operator LBP yang besar ialah kelas 21 (Nanas Kerang, Rhoeo discolor (L.Her) Hance), dimana kelas tersebut memiliki warna yang seragam, serta tekstur yang homogen. Kelas citra lainnya ialah kelas 10 (Iler, Coleus scutellarioides, Linn, Benth), kelas 17 (Mangkokan, Nothopanax scutellarium Merr.), dan kelas 26 (Cincau Hitam, Mesona Palustris) dominan menggunakan operator LBP yang berukuran besar yaitu (8,2). Citra kelas tersebut dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26 Kelas citra menggunakan dominan operator LBP (8,2) Nilai operator LBP yang dihasilkan NSGA-II bisa juga hanya memiliki satu nilai saja seperti pada kelas 1, kelas 4, kelas 8, kelas 12, kelas 13, kelas 20, kelas 22, dan kelas 25 yang menggunakan operator (8,1). Kecilnya nilai operator yang

64 40 menyatakan semakin detail dalam pembacaan fitur dari citra tidak menjamin dapat mengidentifikasi dengan benar, hal tersebut terlihat pada kelas 13 yang memiliki akurasi kelas sebesar 50%. Citra kelas 13 memiliki tekstur daun yang halus dan licin terlihat mengkilapnya daun ketika terdapat cahaya. Hal tersebut yang mempersulit pembacaan tekstur walaupun menggunakan operator yang kecil, faktor kandungan nilai piksel dikarenakan pantulan cahaya dari daun. Threshold FLBP dan operator LBP hasil NSGA-II dijadikan parameter ekstraksi untuk identifikasi citra. Hasil ekstraksi kemudian diklasifikasi menggunakan PNN dengan pengambilan nilai PNN yang maksimum sebagai penentuan identifikasi. NSGA-II menggunakan nilai PNN sebagai penentu akurasi yang tinggi. Contoh citra yang teridentifikasi benar dengan peluang tinggi yaitu pada kelas 9 (Kemangi) (Tabel 12). Tabel 12 Contoh kelas 9 (Kemangi) yang diidentifikasi Operator LBP Threshold FLBP Nilai PNN Nilai PNN tidak menjadi acuan utama citra teridentifikasi dengan benar. Tingginya nilai PNN bisa menjadi tingginya peluang kesalahan dalam identifikasi. Contoh citra yang memiliki peluang tinggi yaitu kelas 13 (Gadung China) akan tetapi teridentifikasi ke kelas yang salah (Tabel 13). Tabel 13 Contoh kelas 13 (Gadung China) yang diidentifikasi Citra Nilai PNN Identifikasi Gadung Cina Jambu Biji Pada Tabel 13 menjelaskan bahwa tidak semua peluang tinggi dapat mengidentifikasi dengan benar. Nilai PNN dengan peluang lebih kecil dapat mengidentifikasi dengan benar.

65 41 Nilai threshold, operator LBP, dan Nilai PNN merupakan kombinasi acuan dari hasil NSGA-II. Ketiganya memiliki pengaruh yang sama, dimana ingin meminimum serta memaksimumkan nilai masing-masing. Maka dari itu NSGA-II akan menentukan nilai threshold, serta operator LBP setiap citra uji yang seminimum mungkin dan memiliki nilai peluang yang semaksimal mungkin. Kombinasi hasil NSGA-II dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Kombinasi hasil NSGA-II Operator LBP Threshold FLBP Nilai PNN Telihat pada Tabel 14 pada baris pertama hasil NSGA-II memiliki nilai threshold yang minimum, serta menggunakan operator yang paling kecil yaitu (8,1), dan memiliki nilai PNN yang tinggi. Sedangkan untuk baris kedua, memiliki nilai threshold FLBP yang maksimum, akan tetapi nilai PNN memiliki nilai yang lebih tinggi dari baris pertama, sehingga kombinasi dari ketiganya memiliki kesimbangan peluang optimalisasi yang sama. 4.5 Analisa Hasil Uji Uji Signifkansi Metode FLBP dan FLBP Menggunakan NSGA-II (Uji Statistik t) Uji statistik t pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui besar pengaruh kinerja metode pengukuran citra dengan ektraksi FLBP tanpa NSGA-II dan ekstraksi FLBP menggunakan NSGA-II. Uji statistik ini pun digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan antar dua metode atau sampel. Uji statistik t yang digunakan ialah uji t berpasangan (Paired t-test) (Herdiyeni 2010). Dengan kata lain uji t-paired atau uji perbedaan dilakukan untuk membandingkan metode ekstraksi FLBP sebelum menggunakan NSGA-II dan sesudah menggunakan NSGA-II. Uji t berpasangan pada penelitian ini menggunakan uji t-student dengan derajat bebas n-1. t = d D s! n ~ t!!!

66 42 Dimana nilai n adalah jumlah pasangan sampel, d adalah selisih antar sampel yang berpasangan, d adalah rataan selisih antar sampel yang berpasangan, D adalah rataan selisih populasi, dan S d adalah simpangan baku selisih sampel (standard deviation). Simpangan baku selisih sampel dinyatakan dengan, S! = (d d)! n 1 Untuk uji tingkat signifikansi menggunakan nilai pasti tingkat signifikansi α = 0.05 dengan sebaran t 95% yang bernilai Dari nilai uji statistik dan nilai tingkat signifikansi maka kriteria pengambilan keputusan pada uji t berpasangan menggunakan hipotesis H 0 dan H 1. Dimana H 0 akan ditolak jika nilai uji statistik berada lebih kecil dan sama dengan nilai tingkat signifikansi (α), yang berarti menerima H 1. Uji hipotesis dapat dinyatakan dengan, H 0 : D = 0, artinya kinerja metode tidak berbeda (sama). H 1 : D 0, artinya kinerja metode berbeda. Tabel 15 Hasil Uji t berpasangan nilai akurasi setiap kelas Perbedaan Pasangan Uji Selang Sig. Pasangan Rataan Std. Rataan Std. Kepercayaan 95% t df (2-tailed) Metode (x) Dev (s) Error Batas Batas Bawah Atas M1 M x 10-5 Hasil uji statistik pada Tabel 15 memperoleh hasil bahwa metode 2 (FLBP dengan NSGA-II) berbeda dengan metode 1 (FLBP tanpa NSGA-II). Perbedaan ini ditunjukan dari nilai signifikansi (2-tailed) yang dihasilkan bernilai lebih kecil dari α = 0.05 yaitu sebesar 4.88 x Hasil ini menunjukan bahwa H 0 ditolak yang berarti menerima H 1, yang artinya metode 2 berbeda nyata dengan metode 1. Dari hasil akurasi yang dihasilkan terbukti metode 2 memiliki hasil yang lebih baik dari metode 1.

67 Analisa Waktu Komputasi Analisa waktu komputasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk mengukur kemiripan citra. Pengukuruan dilakukan pada semua citra uji yang terpilih menggunakan metode yang berbeda. Tabel 16 menunjukan bahwa waktu yang diperlukan sangatlah jauh berbeda. Hal tersebut dikarenakan pada metode FLBP + NSGA-II diperlukan waktu komputasi yang berulang sebanyak generasi pada proses NSGA-II selain proses FLBP. Tabel 16 Waktu komputasi metode pengukuran citra. Metode FLBP FLBP+NSGA-II Waktu (detik) 12 detik 120 detik

68 44

69 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan menggunakan NSGA-II memberikan peningkatan akurasi dari 66,44% sampai 85%. Dari hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa NSGA-II mampu memilih nilai threshold dan operator LBP yang tepat untuk identifikasi citra tumbuhan obat. NSGA-II menghasilkan nilai threshold yang bervariasi tiap kelas citra tumbuhan obat. Besarnya nilai threshold didapatkan dari citra yang memiliki perubahan kandungan nilai piksel yang besar dan kontras, begitupun sebaliknya. NSGA-II dapat memilih operator yang berukuran besar untuk citra yang memiliki warna yang seragam, sedangkan citra yang memiliki tekstur yang kompleks membutuhkan operator LBP yang lebih kecil. PNN digunakan sebagai klasifikasi citra tumbuhan obat, dimana kinerja klasifikasi yang baik akan menghasilkan identifikasi yang benar. NSGA-II akan menentukan nilai threshold, serta operator LBP setiap citra uji yang seminimum mungkin dan memiliki nilai peluang yang semaksimal mungkin, sehingga masing-masing objektif memiliki keseimbangan optimalisasi yang sama. Analisa ujicoba statistika menggunakan uji-t menunjukan bahwa H 0 ditolak dan menerima H 1. Hal ini menjelaskan bahwa peningkatan akurasi hasil identifikasi menggunakan FLBP+NSGA-II berbeda nyata dengan FLBP tanpa NSGA-II dengan nilai signifikansi bernilai lebih kecil dari α = 0.05 yaitu sebesar 4.88 x Sehingga FLBP+ NSGA-II memiliki metode yang lebih baik daripada FLBP tanpa NSGA-II. 5.2 Saran Penelitian menggunakan algoritme genetika multi-obyektif paralel untuk mempercepat waktu komputasi dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya serta penambahan operator LBP dan rentang nilai threshold FLBP, agar jumlah kombinasi optimasi yang dihasilkan lebih banyak.

70 46

71 DAFTAR PUSTAKA Aly AA Applying Genetic Algorithm in Query Improvement Problem. International Journal of Information Technologies and Knowledge. Vol Bagchi, T.P Multiobjective Scheduling by Genetic Algorithms. USA, Norwell, MAS, Kluwer Academic Publishers. Bappenas Indonesia Boidiversity and Action Plan Jakarta: Bappenas. Deb K, Pratap A, Agarwal S, and Meyarivan T A Fast and Elitist Multi- Objective Genetic Algorithm : NSGA-II. IEEE Trans Evolutionary Comput. Vol 6 : Gen M, Cheng R Genetics Algorithms and Engineering Design. John Wiley & Sons, Inc. Canada. Goldberg D.E Genetic Algorithms in Search, Optimization and Machine Learning. New York : Addison Wesley. Haupt RL, Haupt SE Practical Genetic Algorithms. New Jersey : John Willey. Hermawanto D Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya. Komunitas elearning Ilmu Komputer.com Herdiyeni Y Metodologi Pengukuran Kemiripan Citra Berbasis Semantik Menggunakan Representasi Tree. Disertasi. Universitas Indonesia. Depok. Iakovidis D.K, et. al Fuzzy Local Binary Patterns for Ultrasound Texture Characterization. Athens : University of Athens. Keramidas E.G, et al Thyroid Texture Representation via Noise Resistant Image Feature. Athens : University of Athens. Klabbankoh B, Pinngern O Applied Genetic Algorithms in Information Retrieval. Bangkok : Faculty of Information Technology King Mongkut, Institute of Technology Ladkrabang. International Journal of the Computer, the Internet and Management. Vol 7 No. 3. September December Kusmana I Penggabungan Fitur Local Binary Pattern untuk Identifikasi Citra Tumbuhan Obat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

72 48 Kulsum L U Identifikasi Tanaman Hias Secara Otomatis Menggunakan Metode Local Binary Patterns Descriptor dan Probabilistic Neural Network. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Mitchell M An Introduction to Genetic Algorithms. London : Massachusetts Institute of Technology. Owais S S J, Kromer P, Snasel V Query Optimization by Genetic Algorithm. DATESO 2005 : Suyanto Algoritma Genetika dalam Matlab. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Valerina F Perbandingan Local Binary Pattern dan Fuzzy Local Binary Pattern untuk Ekstraksi Citra Tumbuhan Obat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Wu S G, et. al A Leaf Recognition Algorithm for Plant Using Probabilistic Neural Network. China : Chinese Academy Science. Yandra, Tamura H A New Multiobjective Genetic Algorithm with heterogeneous population for solving flowshop scheduling problems. International Journal of Computer Integrated Manufacturing. Vol 20 No. 5 : Zavaschi T H H, et. al Facial Expression Recognition Using Ensemble of Classifier. IEEE Zuhud E A M Potensi Hutan Tropika Indonesia sebagai Penyangga Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Jurnal Bahan Alam Indonesia. Vol VI No.6. Januari 2009.

73 LAMPIRAN

74

75 51 Lampiran 1 Kelas Citra No Citra Tumbuhan Obat Nama (Nama Latin) Khasiat Pandan Wangi Mengatasi rambut 1 (Pandanus amaryllifolius rontok, menghitamkan rambut, menghilangkan Roxb) ketombe, lemah saraf. Mengatasi Jarak Pagar bengkak,terpukul,terkilir, 2 (Jatropha curcas gatal-gatal, lepra, borok, Linn) rematik, penyubur rambut). Dandang Gendis Dapat melancarakan air 3 (Clinacanthus seni dan mengobati luka nutans Lindau) luar. Lavender Dapat mengusir nyamuk 4 (Lavendula dan ngengat dan afficinalis Chaix) mengurangi bau badan. Akar Kuning Mengatasi 5 (Arcangelisiaflava hepatoprotektor(lever) L.) dan anti malaria. Mengatasi hepatitis akut 6 Daruju (Acanthus ilicifolius L.) dan kronis, pembesaran kelenjar limpa, dan nyeri lambung. 7 Pegagan (Centella asiatica, (Linn) Urban.) Mengatasi tipus, busung, sakit kepala, influenza dan ayan (seluruh tanaman). Andong (Centella Mengatasi diare, disentri, 8 asiatica, (Linn) nyeri lambung, dan ulu Urban.) hati dan luka berdarah.

76 52 Lampiran 1 Kelas Citra No Citra Tumbuhan Obat Nama (Nama Latin) Khasiat Kemangi Mengatasi demam, sakit 9 (Ocimum kepala, dan nyeri basilicum) lambung. Iler (Coleus 10 scutellarioides, Linn,Benth) 11 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) Mengatasi amandel, ambien, sesak nafas, influenza, dan batuk. Bidani Dapat membersihkan 12 (Quisqualis indica darah, obat cacing, dan L.) nipas. 13 Gadung Cina (Smilax china) Mengatasi diabetes jika dikonsumsi umbinya. Tabat Barito 14 (Ficus deloidea Mengatasi stroke. L.) 15 Nandang Gendis Kuning Dapat melancarkan air seni dan luka luar(daun). 16 Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Mengatasi busung air, radang selaput, dan cacingan (daun, bunga, biji).

77 53 Lampiran 1 Kelas Citra No Citra Tumbuhan Obat Nama (Nama Latin) Khasiat 17 Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) Mengatasi radang payudara, melancarkan air seni, dan bau badan. Som Jawa 18 (Talinum paniculatum Mengatasi batuk darah dan diare. (jacq.) Gaertn.) 19 Pungpulutan (Urena lobata L.) Antiinflamasi, antirematik, hemostatik, dan antipiretik. 20 Sosor Bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)Pers) Mengatasi sakit panas, sakit kepala, batuk, dan melancarkan air seni. Nanas Kerang 21 (Rhoeo discolor Obat batuk. (L.Her.) Hance) 22 Seligi (Phyllanthus Mengatasi sendi terkilir. buxifolius Muell) 23 Remak Daging (Excecaria bicolor Hassk) Mengatasi batuk darah dan muntah darah. Kumis Kucing 24 (Orthosiphon aristatus (B1) Mengatasi sakit ginjal dan kandung kencing. Miq.)

78 54 Lampiran 1 Kelas Citra No Citra Tumbuhan Obat Nama (Nama Latin) Khasiat 25 Kemuning (Murraya paniculata Jack.) Mengatasi radang saluran nafas, infeksi saluran kencing, keseleo, sakit gigi, dan reumatik. Cincau Hitam Mengatasi panas dalam, 26 (Mesona dan melancarkan palustris) pencernaan. 27 Sambang Darah (Excoceria cochinchinensis Lour.) Membunuh parasit, gatal-gatal, dan penghenti pendarahan. Mengatasi gigitan anjing 28 Landik (Barleria lupulina Lindl.) dan ular berbisa, bengkak, terpukul, bisul, dan luka berdarah Jambu Biji Mengatasi diare, peluruh 29 (Psidium guajava haid, dan mencegah L.) demam berdarah. Menghaluskan kulit, Handeuleum mematangkan bisul, 30 (Graptophyllum pictum (L.) pencahar, peluruh air kencing, menghentikan Griffith.) pendarahan, dan melancarkan haid (daun).

79 55 Lampiran 2 Antarmuka Sistem 1 Input citra kueri ke dalam sistem 2 Optimasi menggunakan NSGA-II

80 56 Lampiran 2 Antarmuka sistem 3 Inisialisasi awal populasi 4 Grafik hasil identifikasi

81 57 Lampiran 2 Antarmuka sistem 5 Hasil ekstraksi menggunakan threshold dan operator hasil NSGA-II Reload untuk menentukan threshold dan operator hasil NSGA-II 6 Hasil identifikasi citra kueri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan Gambar 8 Struktur PNN. 1. Lapisan pola (pattern layer) Lapisan pola menggunakan 1 node untuk setiap data pelatihan yang digunakan.

Lebih terperinci

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas.

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini adalah: 1. Objek citra adalah data citra daun tumbuhan obat dan citra pohon tanaman hias di Indonesia. 2. Dalam penelitian ini operator MBLBP yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki + 30.000 spesies tumbuh-tumbuhan ([Depkes] 2007). Tumbuh-tumbuhan tersebut banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Seiring

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Panjang bin dari setiap penggabungan disesuaikan dengan skala yang digunakan,

Panjang bin dari setiap penggabungan disesuaikan dengan skala yang digunakan, Panjang bin dari setiap penggabungan disesuaikan dengan skala yang digunakan, misalnya penggabungan, +, maka panjang bin yang dihasilkan sebesar 28 bin. 2. Penggabungan operator dengan, Setiap histogram

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. 5 Mulai HASIL DAN PEMBAHASAN Kromosom P = rand [0,1] Ya P < Pm R = random Gen(r) dimutasi Selesai Tidak Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. Hasil populasi baru yang terbentuk akan dievaluasi kembali dan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penjadwalan dan Penjadwalan Flow shop Menurut Kumar (2011), jadwal merupakan rencana sistematis yang umumnya menceritakan hal-hal yang akan dikerjakan. Menurut Pinedo (2005),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor Tabel 1 Operator descriptor Operator (P, R) Ukuran Blok (piksel) Kuantisasi Sudut (8, 1) 3 x 3 45 derajat (8, 2) 5 x 5 45 derajat (16, 2) 5 x 5 22.5 derajat (24, 3) 7 x 7 15 derajat Penentuan ukuran blok

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

Lingkup Metode Optimasi

Lingkup Metode Optimasi Algoritma Genetika Lingkup Metode Optimasi Analitik Linier Non Linier Single Variabel Multi Variabel Dgn Kendala Tanpa Kendala Numerik Fibonacci Evolusi Complex Combinasi Intelijen/ Evolusi Fuzzy Logic

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM

OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM OPTIMALISASI SOLUSI TERBAIK DENGAN PENERAPAN NON-DOMINATED SORTING II ALGORITHM Poetri Lestari Lokapitasari Belluano poe3.setiawan@gmail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Non Dominated Sorting pada

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN MATA KULIAH (Studi Kasus: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

Deteksi Kemiripan Citra Tanaman Anggrek Menggunakan Metode Support Vector Machine (SVM) Kernel Linear

Deteksi Kemiripan Citra Tanaman Anggrek Menggunakan Metode Support Vector Machine (SVM) Kernel Linear Jurnal Ilmiah ESAI Volume 8, No.3, Juli 214 ISSN No. 1978-634 Detecting Resemblance Of Orchid Plant Image Through Support Vector Machine (SVM) Of Kernel Linear Method Deteksi Kemiripan Citra Tanaman Anggrek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilaksanakan ditunjukan pada Gambar 6. Akusisi Citra INPUT Citra Query Preprocessing Citra Pre processing Citra Ekstraksi Fitur

Lebih terperinci

OPTIMASI MULTI-OBJECTIVE UNTUK DISTRIBUSI BEBAN KERJA PEGAWAI MENGGUNAKAN NSGA-II AHMAD KHAIDIR TELEMATIKA CIO - TEKNIK ELEKTRO - ITS

OPTIMASI MULTI-OBJECTIVE UNTUK DISTRIBUSI BEBAN KERJA PEGAWAI MENGGUNAKAN NSGA-II AHMAD KHAIDIR TELEMATIKA CIO - TEKNIK ELEKTRO - ITS OPTIMASI MULTI-OBJECTIVE UNTUK DISTRIBUSI BEBAN KERJA PEGAWAI MENGGUNAKAN NSGA-II AHMAD KHAIDIR 2210206725 TELEMATIKA CIO - TEKNIK ELEKTRO - ITS LATAR BELAKANG Perbaikan kinerja aparatur pemerintah Optimasi

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK DISTRIBUSI SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

OPTIMASI FUZZY BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMPREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

OPTIMASI FUZZY BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMPREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA OPTIMASI FUZZY BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMPREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SUPPORT VECTOR MACHINE

ANALISIS KINERJA SUPPORT VECTOR MACHINE ANALISIS KINERJA SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) DAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) PADA SISTEM IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT DAN TANAMAN HIAS BERBASIS CITRA DEWI KANIA WIDYAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan lainnya, harus bisa membuat semua lini proses bisnis perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi. dalam contoh ini variance bernilai 2000 I p I t 2 = (200-150) 2 + (150-180) 2 + (250-120) I p I t 2 = 28400. D p (t) = exp(-28400/2*2000) D p (t) = 8.251 x 10-4. Untuk bobot t-link {p, t} dengan p merupakan

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

FUZZY ELMAN RECURRENT NEURAL NETWORK DALAM PERAMALAN HARGA MINYAK MENTAH DI INDONESIA DENGAN OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA TUGAS AKHIR SKRIPSI

FUZZY ELMAN RECURRENT NEURAL NETWORK DALAM PERAMALAN HARGA MINYAK MENTAH DI INDONESIA DENGAN OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA TUGAS AKHIR SKRIPSI FUZZY ELMAN RECURRENT NEURAL NETWORK DALAM PERAMALAN HARGA MINYAK MENTAH DI INDONESIA DENGAN OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

EKSTRAKSI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN GAUSSIAN DAN MULTI-BLOCK LOCAL BINARY PATTERN UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT FANNY RISNURAINI

EKSTRAKSI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN GAUSSIAN DAN MULTI-BLOCK LOCAL BINARY PATTERN UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT FANNY RISNURAINI EKSTRAKSI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN GAUSSIAN DAN MULTI-BLOCK LOCAL BINARY PATTERN UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT FANNY RISNURAINI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANN ALAM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

Optimasi Cluster Pada Fuzzy C-Means Menggunakan Algoritma Genetika Untuk Menentukan Nilai Akhir

Optimasi Cluster Pada Fuzzy C-Means Menggunakan Algoritma Genetika Untuk Menentukan Nilai Akhir IJCCS, Vol.6, No.1, January 2012, pp. 101~110 ISSN: 1978-1520 101 Optimasi Cluster Pada Fuzzy C-Means Menggunakan Algoritma Genetika Untuk Menentukan Nilai Akhir Putri Elfa Mas`udia* 1, Retantyo Wardoyo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Perusahaan Tahun 2001 pemilik CV. Tunas Jaya membuka usaha di bidang penjualan dan pengadaan suku cadang computer. Dalam bidang tersebut diharuskan berbadan hukum PD,

Lebih terperinci

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berawal dari suatu ide untuk menyimpan segitiga Sierpinski menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. berawal dari suatu ide untuk menyimpan segitiga Sierpinski menggunakan BAB II LANDASAN TEORI Metode kompresi citra fraktal merupakan metode kompresi citra yang berawal dari suatu ide untuk menyimpan segitiga Sierpinski menggunakan Iterated Function System (IFS). Segitiga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Input Data Perdagangan Saham Penelitian ini menggunakan data perdagangan saham tahun 2007 sampai 2008. 08. Saham perusahaan yang digunakan adalah saham PT. Bayu Buana Tbk dengan

Lebih terperinci

Pencarian Rute Optimum Menggunakan Algoritma Genetika

Pencarian Rute Optimum Menggunakan Algoritma Genetika Jurnal Teknik Elektro Vol. 2, No. 2, September 2002: 78-83 Pencarian Rute Optimum Menggunakan Algoritma Genetika Anies Hannawati, Thiang, Eleazar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

APLIKASI MOBILE UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT MENGGUNAKAN LOCAL BINARY PATTERN DENGAN KLASIFIKASI PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

APLIKASI MOBILE UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT MENGGUNAKAN LOCAL BINARY PATTERN DENGAN KLASIFIKASI PROBABILISTIC NEURAL NETWORK APLIKASI MOBILE UNTUK IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT MENGGUNAKAN LOCAL BINARY PATTERN DENGAN KLASIFIKASI PROBABILISTIC NEURAL NETWORK INTISARI Pauzi Ibrahim Nainggolan 1, Yeni Herdiyeni 2 1 Mahasiswa Departemen

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM Anies Hannawati, Thiang, Eleazar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan tugas akhir ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian penjadwalan, algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan membahas landasan atas teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teori-teori yang dibahas mengenai optimisasi, pengertian penjadwalan,

Lebih terperinci

UJI DAN APLIKASI KOMPUTASI PARALEL PADA JARINGAN SYARAF PROBABILISTIK (PNN) UNTUK PROSES KLASIFIKASI MUTU BUAH TOMAT SEGAR

UJI DAN APLIKASI KOMPUTASI PARALEL PADA JARINGAN SYARAF PROBABILISTIK (PNN) UNTUK PROSES KLASIFIKASI MUTU BUAH TOMAT SEGAR UJI DAN APLIKASI KOMPUTASI PARALEL PADA JARINGAN SYARAF PROBABILISTIK (PNN) UNTUK PROSES KLASIFIKASI MUTU BUAH TOMAT SEGAR oleh: MOH. KHAWARIZMIE ALIM F14101030 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIK UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM (STUDI KASUS: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA MEDAN)

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIK UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM (STUDI KASUS: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA MEDAN) IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIK UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH TRAVELING SALESMAN PROBLEM (STUDI KASUS: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA MEDAN) DRAFT SKRIPSI RAJO PANANGIAN HARAHAP 111421045 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Identifikasi Citra Daun Menggunakan Morfologi, Local Binary Patterns dan Convex Hulls

Identifikasi Citra Daun Menggunakan Morfologi, Local Binary Patterns dan Convex Hulls ISSN : 2442-8337 Identifikasi Citra Daun Menggunakan Morfologi, Local Binary Patterns dan Convex Hulls Desta Sandya Prasvita Program Studi Sistem Informasi, STIMIK ESQ Jl. TB Simatupang Kavling 1, Cilandak,

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN. Laporan Akhir Projek PPCD Deteksi Penyakit Daun Menggunakan Artificial Neural Network (ANN) TRI SONY(G64130020), GISHELLA ERDYANING (G64130040), AMALIYA SUKMA RAGIL PRISTIYANTO (G64130044), MUHAMMAD RIZQI

Lebih terperinci

Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem

Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem Tri Kusnandi Fazarudin 1, Rasyid Kurniawan 2, Mahmud Dwi Sulistiyo 3 1,2 Prodi S1 Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag. 12/11/2009 1 Ditemukan oleh Holland pada tahun 1975. Didasari oleh fenomena evolusi darwin. 4 kondisi yg mempengaruhi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Mohamad Subchan STMIK Muhammadiyah Banten e-mail: moh.subhan@gmail.com ABSTRAK: Permasalahan pencarian rute terpendek dapat

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem

Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem Haris Sriwindono Program Studi Ilmu Komputer Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok Sleman Yogyakarta, Telp. 0274-883037 haris@staff.usd.ac.id

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-6198du CPU @2.30GHz (4 CPUs), ~2.40GHz b.

Lebih terperinci

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITME GENETIKA DALAM SISTEM PERMAINAN TEBAK ANGKA HERMAN GUSTI ANUGRAH

PENERAPAN ALGORITME GENETIKA DALAM SISTEM PERMAINAN TEBAK ANGKA HERMAN GUSTI ANUGRAH PENERAPAN ALGORITME GENETIKA DALAM SISTEM PERMAINAN TEBAK ANGKA HERMAN GUSTI ANUGRAH DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PENERAPAN

Lebih terperinci

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Penerapan Neural Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh Klasifikasi citra penginderaan jarak jauh (inderaja) merupakan proses penentuan piksel-piksel masuk ke dalam suatu kelas obyek tertentu. Pendekatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah. penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas.

ABSTRAK. Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah. penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas. ABSTRAK Job shop scheduling problem merupakan salah satu masalah penjadwalan yang memiliki kendala urutan pemrosesan tugas. Pada skripsi ini, metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan job shop scheduling

Lebih terperinci

SIMULASI PENGENDALIAN KECEPATAN MOBIL OTOMATIS MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA

SIMULASI PENGENDALIAN KECEPATAN MOBIL OTOMATIS MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA SIMULASI PENGENDALIAN KECEPATAN MOBIL OTOMATIS MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA Helmy Thendean, M.Kom 1) Albert, S.Kom 2) Dra.Chairisni Lubis, M.Kom 3) 1) Program Studi Teknik Informatika,Universitas

Lebih terperinci

OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG

OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG Oleh : Ellys Kumala P (1107100040) Dosen Pembimbing Dr. Melania Suweni Muntini, MT JURUSAN

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO 060803025 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK Usulan Skripsi S-1 Jurusan Matematika Diajukan oleh 1. Novandry Widyastuti M0105013 2. Astika Ratnawati M0105025 3. Rahma Nur Cahyani

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT Gahara Nur Eka Putra NRP : 1022045 E-mail : bb.201smg@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) PENENTUAN JALUR TERPENDEK PADA APLIKASI OJEK ONLINE GO-JEK DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Levina Fitri Rahmawati, Isnandar Slamet, dan Diari Indriati Program

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Aristoteles Jurusan Ilmu Komputer FMIPA Universitas Lampung aristoteles@unila.ac.id Abstrak.Tujuan penelitian ini adalah meringkas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara megabiodiversity yang kaya akan tumbuhan obat yang sangat potensial untuk dikembangkan. Untuk keanekaragaman tanaman, Indonesia memiliki lebih dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Penjadwalan adalah penempatan sumber daya (resource) dalam satu waktu. Penjadwalan mata kuliah merupakan persoalan penjadwalan yang umum dan sulit dimana tujuannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan beberapa teori pendukung untuk pembahasan selanjutnya. 2.1. Distribusi Menurut Chopra dan Meindl (2010:86), distribusi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang

Lebih terperinci

PENGGABUNGAN FITUR LOCAL BINARY PATTERNS UNTUK IDENTIFIKASI CITRA TUMBUHAN OBAT IYOS KUSMANA

PENGGABUNGAN FITUR LOCAL BINARY PATTERNS UNTUK IDENTIFIKASI CITRA TUMBUHAN OBAT IYOS KUSMANA PENGGABUNGAN FITUR LOCAL BINARY PATTERNS UNTUK IDENTIFIKASI CITRA TUMBUHAN OBAT IYOS KUSMANA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

PENGENALAN ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

PENGENALAN ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia PENGENALAN ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Frengki Agus f124nk_85@yahoo.com Pembimbing I : Linda Salma, S.Si., M.T. Pembimbing II : Khusnul Novianingsih,M.Si Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI HYBRIDRADIAL BASIS FUNCTION(RBF) DENGAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING UNTUK PREDIKSI KONSUMSI LISTRIK

SKRIPSI HYBRIDRADIAL BASIS FUNCTION(RBF) DENGAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING UNTUK PREDIKSI KONSUMSI LISTRIK SKRIPSI HYBRIDRADIAL BASIS FUNCTION(RBF) DENGAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING UNTUK PREDIKSI KONSUMSI LISTRIK LUTHFI HIDAYATI PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Crossover Probability = 0.5 Mutation Probability = 0.1 Stall Generation = 5

Crossover Probability = 0.5 Mutation Probability = 0.1 Stall Generation = 5 oleh pengguna sistem adalah node awal dan node tujuan pengguna. Lingkungan Pengembangan Sistem Implementasi Algoritme Genetika dalam bentuk web client menggunakan bahasa pemrograman PHP dan DBMS MySQL.

Lebih terperinci

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR Gibtha Fitri Laxmi 1, Puspa Eosina 2, Fety Fatimah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM MENENTUKAN SPESIFIKASI PC BERDASARKAN KEMAMPUAN FINANSIAL KONSUMEN Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Komputer adalah salah satu peralatan yang pada saat ini banyak pula digunakan

Lebih terperinci