Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambaran Umum Wilayah Penelitian"

Transkripsi

1 _..,~.,.."...,.. ~,,,.M_ _ '....._....'-'- -"'-'--"'~'''~-- '- - '~'' ' ''''''''' ''',.-.. ~-"'.'.'.".., ~ _ _..._..."...._ ~... -_..._...-,.....,,~ ,.. ~ ~,... ' ' _....., -..,-... ~...-._ HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mencakup seluruh wilayah Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Secara administratib Kabupaten Ngawi terbagi ke dalam 19 kecamatan, 4 kelurahan, dan 213 desa. Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak: pada koordinat 7 21' -7 31' Lintang Selatan dan ' ' Bujur Timur (Gambar 6). Batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan, Kabupaten BIora (provinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro. Sebelah Timur : Kabupaten Madiun. Sebelah Selatan : Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan. Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Provinsi Jawa Tengah). '*, < Gambar 6 Peta lokasi penelitian di Kab. Ngawi Provinsi Jawa Timur.

2 _.' '.' '..... _... '-' '... ~ "..... '.' ~.~. ' "' " " -~"'-"~~- "" """""'~""''''' ' -"...,.~.-. "-~'-"-" -"-" " '--.. "... ~ ~... ~ ~..... ~- ' ~ Kondisi Wilayah Berdasarkan Laporan BPS (2007), luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 krn 2, sekitar 40% atau sekitar 506,6 krn 2 ( ha) berupa lahan sawah. Kabupaten N gawi sebagian besar merupakan wilayah dataran rendah «700 m dpl). Topografi wilayahnya datar (lereng <3%) sampai berbukit (lereng >25%). Berdasarkan pengamatan lapangan dan ditunjang dengan Peta Tanah Tinjau skala 1 : (Soepraptobardj0, 1966) dan Peta Geologi Indonesia Lembar Ngawi (format digital), lahan sawah di Kabupaten Ngawi secara garis besar berkembang dari 3 (tiga) bahan induk, yaitu: sedimen, aluvial, dan volkan. Sebaran bahan induk di Kab. Ngawi ditunjukkan pada Gambar LEGENDA IFo01,!;::J Aluvial I ;" I ~~~~:nen 111 ';u Gambar 7 Sebaran bahan induk tanah di Kab. Ngawi Jawa Timur. Bahan aluvial, tersebar di bagian Timur-Selatan wilayah Kabupaten Ngawi. Bahan ini terbentuk dari aktivitas S. Bengawan Madiun. Materialnya tersusun atas: lempung, lanau, dan pasir. Penyebaran bahan volkan terdapat di bagian Barat-Selatan wilayah Kabupaten Ngawi. Bahan ini merupakan bahan material dari G. Lawu yang terdiri atas: batupasir gunung api, batulempung-lanau gunungapi, breksi gunungapi, lava, dan breksi lahar. Sedangkan penyebaran bahan sedimen banyak ditemukan di wilayah bagian Utara Kabupaten Ngawi

3 o _ _.~ _ W'.~ ~ ~ _ _.... ~.~ ~._"._.~.~_~._o..... ~..._._ _..,,_, 0 _._. 0 _.. ' ~ _...._._... ~ _ t~ 0"'_'"._-'"..., -,.. ou. _ memanjang dari Timur ke Barat. Materialnya tersusun atas bahan batulempung, napal, dan batugamping, serta di beberapa tempat mengandung kepingan koral. 34 Pola Tanam dan Pemupukan Lahan sawab di Kabupaten N gawi umumnya mempunyai pola tanam: padipadi-palawija, tetapi pada daerah tertentu yang cukup air, mempunyai pola tanam: padi-padi-padi. Pola tanam padi-padi-padi, umumnya ditemukan pada laban sawah berbahan aluvial. Musim tanam pertama (MT I) dilakukan pada pertengahan Oktober-awal November, dan MT II dilakukan pada pertengahan Maret-pertengahan April, sedangkan MT III dilakukan bulan Juli-Agustus. Jenis pupuk yang urnum digunakan pada lokasi penelitian diantaranya adalah Urea, ZA, SP36, dan KCI dengan dosis yang relatif tinggi, yaitu masingmasing per hektar berkisar antara kg, kg, kg, dan kg baik pada laban sawah berbahan volkan, aluvial, maupun sedimen. Pengolahan Awal Citra Digital Citra Landsat 7 ET~ yang digunakan untuk analisis terdiri dari tiga seri data hasil rekaman secara berurutan, yaitu citra tanggal 19 April 2006, 5 Mei 2006, dan 8 Juli 2006, serta satu seri citra tanggal 14 Februari 2006 untuk mewakili fase pematangan (umur hari setelah tanam). Sebelum dianalisis keempat citra tersebut dilakukan pengolaban awal meliputi koreksi geometri, koreksi radiometri, koreksi gap citra Landsat 7 ET~ SLC Off, dan fusi data. Semua proses tersebut dilakukan secara bertahap pada semua citra dan mencakup lahan yang berkembang dari bahan volkan, aluvial, dan sedimen. Koreksi Geometri Koreksi geometri dilakukan dengan menggunakan transformasi polynomial orde 1 dengan membandingkan nilai RMSE (Root mean square error). Nilai RMSE terkecil merupakan gambaran kesalahan yang paling kecil atau merupakan hasil koreksi geometri yang paling optimum. Koreksi geometri dilakukan pada keempat citra yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu citra hasil rekaman tanggal14 Februari 2006, 19 April 2006,

4 ...,'.' ".". ~._...,... _._ "'......,..._.,~.'._. _.,.,..."...'" ~,~..,_.,.. '.' _..._.'.'...,..,,.~w.... _.'" ~.. ~~...,...,,,_ '." '.. ~._.~... _... _.. _ ,-... _,..,... -~ ~..'"' _._... _,... _. _...-. _ ,~-,.... '-"......,. - _., Mei 2006, dan 08 Juli Citra band 8 (pankromatik) hasil rekaman tanggal 08 Juli 2006 dikoreksi dengan referensi peta Rupa Bumi skala 1: (rektifikasi citra ke peta), sedangkan citra hasil rekaman tanggal14 Februari 2006, 19 April 2006, 05 Mei 2006, dan 08 Juli 2006 dikoreksi dengan referensi citra hasil rekaman tanggal 08 Juli 2006 band 8 (rektifrkasi citra ke citra). Ketelitian koreksi geometri dengan menggunakan 8 GCP (titik control permukaan) pada masing-masing citra dapat dilihat pada Tabel 4 dan penyebaran lokasi pengambilan GCP dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9. Titik kontrol yang digunakan dalam rektifikasi adalah obyek yang mudah dikenali dan tidak mudah mengalami perubahan seperti persimpangan jalan dan belokan sungai. Tabel 4 Posisi geometri GCP dan hasil ketelitian geometri berdasarkan nilai RMS Posisi Pan GCP Total Rata-rata Timur (X) E E E ,87E E E E ,68E Utara (Y) N ,52N N N N N N N (image toma (image to RMS Citra Tgl (image (image to to ,02 0, ,01 0, , (image to 0, , Gambar 8 Penyebaran pengambilan Titik Kontrol PermukaanJGCP pada citra Pankromatik Landsat tgl 08 Juli 2006.

5 ,. "."'. "". '.,_ _,_ "._ ' '. ' - _ _... _,~.... _ - _... _._._..... _ or' ~ _ _ _._. _ _ _. _ _ _ , " _' - _ - -., ,_..._..,...,_.._......,..,.""-" GCP Citra Landsat 7 (Pan) 08 Juli 2006 Peta Rupa Bumi skala 1: (fonnat digital) GCP Citra Landsat 7 (Pan) 08 Juli 2006 Peta Rupa Bwni skala 1: (fonnat digital) 1 i I, ~ \ , I ' -- r ~',, L ---1-'-, I, 8! ---' - Gambar 9 Penentuan Titik Kontrol PermukaanlGCP pada Citra Landsat 08 Juli 2006 dan Peta Rupa Bumi Indonesia. Koreksi Radiometri Koreksi radiometri periu dilakukan karena dalam penelitian ini digunakan citra multi waktu, yaitu citra Landsat hasil rekaman tanggal14 Februari 2006, 19 April 2006, 5 Mei 2006, dan 8 Juli Koreksi radiometri dilakukan pada keempat citra dengan cara menyamakan nilai reflektansi air laut dalam. Citra hasil rekaman tanggal 05 Mei 2006 digunakan sebagai referensi karena dianggap paling clear (bebas awan) diantara citra yang lainnya. Hasil koreksi radiometri disajikan pada Tabe15. Tabel 5 Digital number hasil koreksi radiometri citra Nilai Digital Air Laut Citra (DN) KoreksiRadiometri Band DN-20 DN-13 DN DN-15 DN-8 DN DN-15 DN-5 DN DN-6 DN-2 DN DN-5 DN-I DN DN-4 DN-I DN-l

6 "''''.' ''''~'-'' ~-,.., ~... "...,..,_ ,...-~...,..._..., ~--...~ "... _.._...~ ~ '.._...-..,.. ' ' '. _ '_. '..,..,, ~.., '.', 37 Koreksi Gap Citra Landsat 7 ETW SLC Off Kerusakan pada salah satu instrument sensor satelit Landsat-7 ET~ secara permanen yaitu Scan Line Corrector (SLC) sejak tanggal 31 Mei 2003, menyebabkan dioperasikannya satelit tersebut dengan mode SLC Off. Pada citra satelit Landsat-7 SLC Off ini, terdapat gap (bagian yang terlewat oleh sapuan sensor) pada citra sebesar 22% (Gambar 10). Gambar 10 Citra Landsat 7 E~ SLC Offhasil rekaman tanggal 5 Mei 2006 path row Untuk mengoptimalkan pemanfaatan citra Landsat 7 SLC Off tersebut salah satu altematif adalah dengan melakukan pengisian gap citra Landsat SLC Off dengan citra Landsat SLC On. Pada penelitian ini pengisian gap dilakukan dengan menggunakan dua data citra dari tanggal akuisisi/rekaman dengan musim yang sarna. Sebagai contoh citra Landsat hasil rekaman tanggal 05 Mei 2006 (SLC Off) diisi oleh citra Landsat hasil rekaman tanggal 13 Mei 2003 (SLC On) sebagaimana Gambar 11. Citra Landsat 7 SLC On tgl Gambar 11 Pengisian gap citra Landsat 7 SLC Off dengan Landsat 7 SLC On.

7 38 Berdasarkan Gambar 11 di atas, pada citra mosaik data yang kosong (gap) yang terdapat pada citra Landsat hasil rekaman tangga 05 Mei 2006 menjadi terisi oleh citra Landsat hasil rekaman tanggal 13 Mei 2003, sehingga sangat membantu didalam melakukan interpretasi. Fusi Citra Fusi citra dilakukan untuk mendapatkan tampilan citra yang lebih baikljelas baik dari kenampakan warna maupun tekstur. HasH fusi ini akan sangat membantu didalam melakukan interpretasi dan delinieasi citra secara visual. Fusi citra dalam penelitian ini menggunakan teknik transformasi Brovey dengan menggabungkan citra multispektral kombinasi tiga band yang mempunyai nilai OIF tertinggi dengan citra pankromatik. Hasil perhitungan nilai statistik standard deviasi dan matrik korelasi masingmasing citra yang digunakan yaitu citra hasil rekaman tanggal 19 April 2006, 05 Mei 2006, 14 Februari 2006, dan 08 Juli 2006 disajikan dalam Tabel Lampiran 5, 6, 7, dan 8. Sedangkan hasil perhitungan nilai OIF dari kombinasi tiga band pada band 2,3,4,5, dan 7 data Landsat multispektral disajikan pada Tabe16. Tabe16 Nilai OIF citra Landsat 7 ETM" y~mg digunakan dalam penelitian Kombinasi Nilai OIF Band (RGB) ,14 65,68 47,45 39, ,65 63,21 45,75 41, ,39 68,91 42,88 39, ,15 66,24 46,91 36, ,48 61,85 38,83 36, ,53 59,71 37,65 37, ,56 60,92 42,39 35, ,10 58,46 40,69 35, ,24 62,07 34,38 31,77 Berdasarkan Tabel 6, data citra tanggal 14 Februari 2006 kombinasi band 432 memberikan nilai OIF tertinggi yaitu 60,15, citra tanggal 19 April 2006 kombinasi band 532 memberikan nilai OIF tertinggi yaitu 68,91, data citra tanggal 05 Mei 2006 nilai tertinggi ditunjukkan oleh kombinasi band 543, sedangkan citra hasil rekaman tanggal 08 Juli 2006 nilai OIF tertinggi ditunjukkan oleh kombinasi

8 39 band 542. Tingginya nilai DIF menunjukkan bahwa citra tersebut mempunyai rentang warna yang lebih besar sehingga menghasilkan citra yang lebih banyak warna serta mempunyai korelasi antar ketiga bandnya lebih rendah. Pada citra Landsat 7 ETM+, saluran/band 2 dan 3 merupakan band yang mempunyai sensitivitas terhadap air, band 4 sensitif terhadap vegetasi, dan band 5 sensitif terhadap kandungan air daiam tanaman. Tingginya nilai DIF kombinasi band 532 pada citra Landsat hasil rekaman tanggal 19 April 2006 terutama terhadap kombinasi band 543 atau 542 diduga disebabkan oleh adanya haze pad a citra hasil rekaman tanggai 19 April 2006 sebagai akibat gangguan awan yang mencapai 48,18%, sehingga nilai standard deviasi band 4 lebih rendah dan koefisien korelasi band 4 dengan band lainnya lebih tinggi, dengan demikian nilai DIF kombinasi band 532 lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi band 542 atau 543. Kombinasi band 543 atau 542 pada citra Landsat hasil rekaman tanggai 05 Mei 2006 dan 08 Juli 2006 jika ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan filter standard warna merah, hijau, dan biro (RGB) memberikan kesan warna aiami (natural)/mendekati warna sebenarnya di lapangan (nearly true colour) sehingga memudahkan didaiam melakukan interpretasi untuk mendeteksi laban sawah dan tanaman padi serta berbagai tipe penggunaan lainnya. Pada kombinasi band 542 atau 543 pada daerah penelitian laban sawah yang didominasi vegetasi terlihat berwarna hijau muda sampai hijau tua, sedangkan lahan sawah pada fase pengolahan tanahlawai pertanaman yang masih didominasi air terlihat berwarna biru, dan sawah pada fase bera terlihat berwarna kemerahan. Hasil fusi citra dengan menggabungkan citra multispektrai (band 542) resolusi 30 m x 30 m dengan citra pankromatik resolusi 15 m x 15 m ditunjukkan pada Gambar 12.

9 ...-~ ~,......,-..--~ -_ _._ _...--."--'"... ".., ' '-.. '... ~...,... ~ ~-'...,... _.._..., Citra multispektral Landsat 7 ETM+ hasil rekaman tanggal 5 Mei 2006 komposisi warna 542, resolusi pixel 30 m x 30 m. Kenampakan warna lebih variatif namun visualisasi warna antar obyek membaur. Citra pankromatik Landsat 7 ET~ hasil rekaman tanggal 5 Mei 2006, resolusi pixel 15 m x 15 m. Kenampakan warna kurang variatif dan batas antar obyek lebih jelas. Hasil penggabungan citra multispektral dengan citra pankromatik Landsat 7 ET~ hasil rekaman tanggal 5 Mei Kenampakan warna lebih variatif dan kenampakan obyek lebih jelas dan dapat dibedakan antar obyek. Gambar 12 Kenampakan citra sebelum dan sesudah fusi. Dari gambar eli atas dapat dilihat bahwa pada citra Landsat multispektral band 542 kenampakan warna lebih bervariasi, namun antar obyek sulit dibedakan dikarenakan visualisasi warna antar obyek yang membaur. Pada Citra pankromatik terlihat kenampakan warna kurang variatif dan batas antar obyek terlihat Iebih jelas. Dengan dilakukannya penggabungan/fusi antara citra multispektral dengan pankromatik, maka kenampakan obyek menjadi Iebih jelas dan dapat dibedakan antar obyek sehingga identifikasi lahan sawah lebih mudah dilakukan. Identifikasi Visual Lahan Sawah Identifikasi lahan sawah secara visual dilakukan dengan menggunakan series data citra Landsat 7 ET~ multi waktu dalam satu musim tanam padi. Citra hasil fusi yang mempunyai nilai OIF paling tinggi digunakan untuk identifikasi laban sawah secara visual. Berdasarkan kenampakan warna pada citra kombinasi band

10 ..... _ _. -" --. ~ ~... _ _ _ _ ""'".... ~ ~~,~ _... _......,.""" "-'. _ ",, ~ ~." _... ' ' ' , secara garis besar terdapat 4 kenarnpakan warna pada seris data multi waktu dalarn satu musim tanam padi, yaitu merah keunguan, bijau, biru, dan kemerahan. Dengan bantuan peta Rupa Bumi skala 1: dan kajian lapangan, warna merah keunguan menggarnbarkan pemukiman, warna hijau menggambarkan vegetasi, wama bim menggambarkan badan air (sawah dominasi air, sungai dan waduk), dan warna kemerahan menggarnbarkan lahan dalam kondisi bera. Khusus untuk identifikasi lahan sawah digunakan 3 citra Landsat beda waktu hasil rekaman satu musim tanam padi (4 bulan), yaitu citra Landsat hasil rekaman tanggal 19 April 2006, 5 Mei 2006, dan 8 Juli Berdasarkan ketiga citra tersebut identifikasi lahan sawah menjadi lebih mudah dilakukan, disebabkan lahan sawah irigasi mempunyai eiri yang spesifik dimana pada fase persiapan lahan/awal penanaman umumnya lahan masih didominasi air dan pada citra Landsat kombinasi band 542 tampak sebagai wama biru (kotak berwama merah pada citra tgl 19 April 2006), pada perkembangan selanjutnya pada lokasi yang sarna mengalami perubahan warna menjadi kehijauan menunjukkan lahan didominasi oleh vegetasi tanaman padi (kotak biru pada citra tgl 5 Mei 2006), serta masuk bulan keempat pada lokasi yang sama wama citra berubah menjadi kemerahan yang menunjukkan fase beraltanaman padi telah dipanen (kotak hitam pada citra tgl 8 Juli 2006), sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13. Arief (1997) menyebutkan bahwa suatu wilayah dianggap sebagai sawah irigasi jika wilayah tersebut mengalami fase secara periodik yaitu fase air, fase vegetatif, fase generatif, dan fase bera dalam 4 bulan secara berturut-turut. Citra tgl19 April 2006 (Fase awal tanaml dominasi air) (Tanaman fase vegetatif) (Fase bera/pasca panen) Gambar 13 Perubahan kenampakan/fase lahan sawah dalam satu musim tanam padi pada citra Landsat kombinasi band 542 berbeda waktu perekaman.

11 .. '".~ '.U.'.'..'... ' _., _, _.U..".'..'".,. "~....,..,,... ".. _.U~,~. U ~.. _. _" ~-" ~. -,.,..'.' "-"'...,'.' " ~,~~ '-'.,-_ Berdasarkan Gambar 13 selanjutnya dilakukan delineasi tutupan laban secara visual pada monitor komputer (on screen) menggunakan perangkat ArcView versi 3.3 dengan bantuan peta Rupa Bumi skala 1 : dan pengecekan lapangan. Contoh delineasi dan hasil delineasi tutupan laban secara visual disajikan pada Gambar 14 dan 15. Gambar 14 Contoh delineasi visual tutupan lahan pada citra Landsat 7 E~ tanggal 8 Juli "i:;. NI ~" legenda _ A1RTAWAR _ HUTAN KEBUN 5 10 E PEMUKIMAN a SAWAH ~ TE8U Il\m TEGALAN Gambar 15 Peta penggunaanltutupan lahan Kabupaten Ngawi hash delineasi visual.

12 ." '.'." _J., ,... J'..... _.'... ' _.J.,. '".~._ ~ , ~......, ,_...,., 43 Pada analisis selanjutnya hasil klasifikasilanalisis tersebut dikelompokkan menjadi dua kelas penggunaan laban yaitu laban sawah dan non sawah. Kelas penggunaan selain laban sawah seperti kebun campuran, pemukiman, tegalan, dan kebun tebu dikelompokan sebagai laban non sawab. Klasifikasi Digital Untuk Identifikasi Lahan Sawah Klasifikasi digital citra Landsat untuk identifikasi laban sawah dilakukan pada citra hasil fusi. Klasifikasi tersebut dilakukan secara bersamaan pada semua lahan, baik yang berkembang dari bahan volkan, aluvial, dan sedimen. Berdasarkan hasil klasifikasi dan ditunjang oleh peta Geologi selanjutnya dilakukan croppinglpemotongan terhadap lahan sawah yang berkembang dari bahan volkan, aluvial, dan sedimen. Pendekatan klasifikasi yang dilakukan pada tahap ini adalah klasifikasi terbimbing (Supervised Classification) menggunakan metoda maximum likelihood. Citra yang digunakan untuk klasifikasi terbimbing adalab citra Landsat kombinasi band 542 rekaman tanggal 08 Juli 2006 hasil transformasi Brovey yang dianggap paling mudah untuk mengenali laban sawah dan penggunaan laban lainnya karena berada pada kondisi bera, serta relatif bersih dari ganguan awan. HasH klasifikasi ini selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam penentuan sebaran laban sawah yang digunakan untuk analisis selanjutnya. Dalam klasifikasi ini, training area diambil dari 7 lokasi yang masuk kelas sawab, tegalan, pemukiman, kebun campuran, hutan, badan air, dan kebun tebu (Gambar 16). Gambar 16 Contoh training area pada citra Landsat 7 ET~ true colour composite gabungan band 542 hasil rekaman tanggal 08 Juli 2006.

13 44 Hasil klasifikasi terbimbing disajikan pada Gambar 17. Untuk meningkatkan ketelitian dan lebih memperjelas hasil klasifikasi dilakukan pemfilteran pada jendela 5 x 5 dengan teknik majority, ini berarti pixel dengan luasan maksimal 1125 m 2 (1 pixel citra Landsat 7 ET~ hasil fusi Brovey adalah 15 m x 15 m) akan dihilangkan dan masuk sebagai kelas tetangga mayoritasnya. I! LEGENDA e Pemukiman ~ Sawah o Kebun ~ Tegalan II1II BadanAir E'iif2] Kebun Tebu ~ Hutan '" Gambar 17 Peta tutupanlpenggunaan lahan Kabupaten Ngawi hasil klasifikasi digital citra satelit Landsat 7 ET~. Pada Gambar 17 di atas, pemukiman ditunjukkan oleh warna merah, sawah oleh warna hijau, kebun campuran oleh warna kuning. tegalan oleh wama coklat. badan air oleh Warna bim, kebun tebu oleh warna abu-abu, dan hutan ditunjukkan oleh warna hijau tua. Untuk mengetahui ketelitian hasil klasifikasi, dilakukan uji Kappa berdasarkan matrik konfusi antara data referensi dengan data citra hasil klasifikasi (Lampiran 9). Data referensi yang digunakan adalah peta hasil klasifikasi secara visual. Berdasarkan Lampiran 9, ketelitian hasil klasifikasi berdasarkan nilai Kappa adalah 87,9% dan berdasarkan matrik konfusi sebesar 91,2%. Ini berarti, dalam klasifikasi masih terdapat kesalahan baik omisi atau komisi. Kesalahan terbesar

14 .... ~.~.,.A'... _...,.. '_"..,... ~.,~...,.,_.~~,. ~ ' '.".,..,."...,.,.~.,,.. _._.~.'.... '.".' _.~ ~,...,."~'_'~"'~,.,.... _... _ ,. A~ _. _..,._.. ' ~... ~. - --, _ ,..,..,' ~_ 45 teijadi pada kelas pemukiman yang terjadi pengurangan pixel dan masuk ke kelas lain (omisi) yaitu ke kelas kebun campuran sebesar 42,7%. Hal ini dapat dipahami karena pada areal pemukiman pada umumnya kondisinya cukup heterogen terutama banyak ditemukan berbagai jenis pepohonan sehingga menyerupai perkebunan. Dalam proses selanjutnya, ketujuh kelas terse but hanya dikelompokkan dalam 2 kelas yaitu kelas sawah (warn a hijau) dan non sawah (warna kuning). Kelas tegalan, pemukiman, kebun campuran, kebun tebu, hutan, dan badan air dikelompokkan sebagai kelas non sawah (Gambar 18). f b 1 _.. _. _,....._---+-_._ _..._ _+--_._---_._-- ~; LEGENDA I?:a Sawah, : ~ 0 Non Sawah! ~'L. ====-=!k _ - ==-=-=--=--=- =~ =-~U_~~-:...:-.-=~~-~-~; - ~t_=_=_==-=.-=-=_=_. _ =_.=_~j --=-=-=j t~ t1 1'1~) ~11 ' :'~~, '" ~~~, n1 ' ~ (r Gambar 18 Peta kelas sawah dan non sawah berdasarkan hash klasifikasi digital citra satelit Landsat 7 ET~. Sebaran Lahan Sawah Berbeda Bahan Induk Luas lahan sawah di Kabupaten Ngawi menurut laporan BPS (2007) adalah Ha atau menempati 40% dari total luas Kabupaten Ngawi. Sedangkan berdasarkan hasil analisis adalah seluas Ha (Gambar 18 di atas). Luas lahan sawab yang berkembang dari baban volkan adalab sekitar Ha atau menempati 60% dari total luas laban sawah di Kabupaten Ngawi. Luas laban sawah yang tersebar pada baban aluvial sekitar Ha atau menempati 27%

15 46 dari totalluas lahan sawah ill Kabupaten Ngawi. Luas lahan sawah yang tersebar pada bahan sedimen sekitar Ha atau menempati 13% dari totalluas lahan sawah di Kabupaten Ngawi. Sebaran lahan sawah berdasarkan bahan induk disajikan pada Gambar 19. t r~4~ ----i I- ---i 1 i t -_..._..._-_...._ i,._..._-_._--- -;:$ " J ~..,....!...,. ~ ".~.._... m ~ - '""""= "... = """'"... ' ""' j:i Lahan sawah berbahan induk ajuvial Lahan sawah berbahan induk sedimen Lahan sawah berbahan induk volkan _ i L ;!!~ ~...,.,.'{...,...""""" ",,... ;: "..., ,... ~,....! ;... '<: Gambar 19 Sebaran lahan sawah berbeda bahan induk ill Kabupaten Ngawi. Pola Pertumbuban Tanaman Padi Sawab Berdasarkan Nilai NDVI pada Laban Sawab Berbeda Bahan Induk Pola pertumbuhan tanaman padi sawah dalam satu musim tanam berdasarkan nilai NDVI sangat spesifik, yaitu pada awal pertumbuhan menunjukkan nilai NDVI yang rendah dan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan dan mencapai puncak pada umur tertentu, selanjutnya turun kembali seiring mulai menguningnya daun padi. Untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman padi sawah illlakukan ekstraksi nilai NDVI pada keempat citra (rekaman tanggal , , , dan ) berdasarkan realisasi tanggal tanam pada beberapa lokasiltitik sesuai dengan sampel ubinan. Jumlah sampel ubinan pada citra rekaman tanggal , , dan sebanyak 184 titik (62 titik pada lahan sawah berbahan aluvial, 78 titik pada

BAHAN DAN MET ODE. Waktu dan Lokasi

BAHAN DAN MET ODE. Waktu dan Lokasi " y~~~, ~~., _"., ~ _~" 0 _ o ~~ ~.~ ".... _... -.-. BAHAN DAN MET ODE Waktu dan Lokasi Kajian dan pengambilan data lapangan dilakukan bulan Juni 2008 sampai dengan bulan September 2008. Lahan sawah yang

Lebih terperinci

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis data Landsat 7 untuk estimasi umur tanaman kelapa sawit mengambil daerah studi kasus di areal perkebunan PTPN VIII

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi Geometrik Koreksi geometrik adalah suatu proses memproyeksikan data pada suatu bidang sehingga mempunyai proyeksi yang sama dengan proyeksi peta. Koreksi ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Koreksi Geometrik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi geometrik citra adalah proses memberikan sistem referensi dari suatu citra satelit. Dalam penelitian ini sistem koordinat yang digunakan adalah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Objek di Lapangan Pengamatan lapangan dilakukan di 3 (tiga) kabupaten, yaitu : Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Titik pengamatan sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan April 2011 dengan daerah penelitian di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,

Lebih terperinci

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002) BAB III METODA 3.1 Penginderaan Jauh Pertanian Pada penginderaan jauh pertanian, total intensitas yang diterima sensor radar (radar backscattering) merupakan energi elektromagnetik yang terpantul dari

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 3.1 Data BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 1. Citra Landsat-5 TM, path 122 row 065, wilayah Jawa Barat yang direkam pada 2 Juli 2005 (sumber: LAPAN). Band yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Tutupan Lahan di Lapangan Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten

Lebih terperinci

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2 APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2 Prosedur analisis citra untuk penggunaan tanah 1. Pra-pengolahan data atau pengolahan awal yang merupakan restorasi citra 2. Pemotongan

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang 17 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2010 dan berakhir pada bulan Juni 2011. Wilayah penelitian berlokasi di Kabupaten Subang, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT

BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ekstraksi ketinggian permukaan tanah dari data DEM, penggabungan Peta Aliran

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 6 3.3.5 Persamaan Hubungan RTH dengan Suhu Udara Penjelasan secara ilmiah mengenai laju pemanasan/pendinginan suhu udara akibat pengurangan atau penambahan RTH adalah mengikuti hukum pendinginan Newton,

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September dengan mengambil lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Cikalong, Tasikmalaya (Gambar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penampilan Citra Dual Polarimetry PALSAR / ALOS Penampilan citra dual polarimetry : HH dan HV level 1. 5 PALSAR/ALOS masing-masing dapat dilihat pada ENVI 4. 5 dalam bentuk

Lebih terperinci

SURA T PERNY AT AAN. Bogor, Juli Atekan NRP. A

SURA T PERNY AT AAN. Bogor, Juli Atekan NRP. A ...,...-......,...... _........._..._..,...,.,.,.....,."..... "',......,..._.... _. ESTIMASI LUAS P ANEN DAN PRODUKSI P ADI SA WAH MELALUI ANALISIS CITRA LANDSAT 7 ETM+ PADA LAHANSAWAHBERBEDABAHANINDUK

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT 8 (Studi Kasus : Sub Das Brantas Bagian Hulu, Kota Batu) Oleh : Aning Prastiwi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Sumber bacaan 4/30/2012. Minggu 10: Klasifikasi Data Citra KOMBINASI WARNA

Sumber bacaan 4/30/2012. Minggu 10: Klasifikasi Data Citra KOMBINASI WARNA Minggu 10: Klasifikasi Data Citra Proses Sebelum Klasifikasi Koreksi Geometri Koreksi Radiometri Koreksi Topografi Penajaman Citra Minggu 9 Klasifikasi Pemilihan Kombinasi warna Teknik Klasifikasi Visual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 Km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 Km² atau 3,73 % dari luas wilayah Republik Indonesia. Secara

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Ketahanan Pangan Nasional

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Ketahanan Pangan Nasional BAB II TEORI DASAR 2.1 Ketahanan Pangan Nasional Program diversifikasi pangan sudah sejak lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras penduduk Indonesia. Indikasi ini bahkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal Oleh : Fidiyawati 3507 100 046 Pembimbing : 1. M. Nur Cahyadi, ST, MSc 2. Danang Surya Chandra,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gap Filling Citra Gap Filling citra merupakan metode yang dilakukan untuk mengisi garisgaris yang kosong pada citra Landsat TM hasil download yang mengalami SLCoff, sehingga

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.. Variasi NDVI Citra AVNIR- Citra AVNIR- yang digunakan pada penelitian ini diakuisisi pada tanggal Desember 008 dan 0 Juni 009. Pada citra AVNIR- yang diakuisisi tanggal Desember

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik 5. PEMBAHASAN Penginderaan jauh mempunyai peran penting dalam inventarisasi sumberdaya alam. Berbagai kekurangan dan kelebihan yang dimiliki penginderaan jauh mampu memberikan informasi yang cepat khususnya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kota Bogor yang terletak di antara 106 0 43 30 106 0 51 00 Bujur Timur dan 6 0 30 30 6 0 41 00 Lintang Selatan.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban A630 Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban Dhiyaulhaq Al Majid dan Bangun Muljo Sukojo Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil 4.1.1. Digitasi dan Klasifikasi Kerapatan Vegetasi Mangrove Digitasi terhadap citra yang sudah terkoreksi dilakukan untuk mendapatkan tutupan vegetasi mangrove di

Lebih terperinci

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTI TEMPORAL (STUDI KASUS: KALI PORONG, KABUPATEN SIDOARJO) Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ALOS PRISM Pemetaan baku sawah pada penelitian ini menggunakan citra ALOS PRISM dan citra radar ALOS PALSAR pada daerah kajian Kabupaten Subang bagian Barat. ALOS PRISM adalah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A375 Analisis Ketelitian Geometric Citra untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.. Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Setiap obyek yang terdapat dalam citra memiliki kenampakan karakteristik yang khas sehingga obyek-obyek tersebut dapat diinterpretasi dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel. Lampiran 1. Praproses Citra 1. Perbaikan Citra Satelit Landsat Perbaikan ini dilakukan untuk menutupi citra satelit landsat yang rusak dengan data citra yang lainnya, pada penelitian ini dilakukan penggabungan

Lebih terperinci

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s 11 Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s, dan nilai I diperoleh berdasarkan hasil penghitungan nilai radiasi yang transmisikan oleh kanopi tumbuhan, sedangkan nilai koefisien pemadaman berkisar antara

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78 Identifikasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis) Dr. Ir. M. Taufik, Akbar Kurniawan, Alfi Rohmah Putri Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU Kelas C Oleh : Ayu Sulistya Kusumaningtyas 115040201111013 Dwi Ratnasari 115040207111011 Fefri Nurlaili Agustin 115040201111105 Fitri Wahyuni 115040213111050

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi di berbagai wilayah. Richard (1995 dalam Suherlan 2001) mengartikan banjir dalam dua pengertian, yaitu : 1)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya) A554 Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya) Deni Ratnasari dan Bangun Muljo Sukojo Departemen Teknik Geomatika,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Resort Pugung Tampak pada bulan Januari September 2012. Resort Pugung Tampak

Lebih terperinci

ix

ix DAFTAR ISI viii ix x DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Emisivitas dari permukaan benda yang berbeda pada panjang gelombang 8 14 μm. 12 Tabel 1.2. Kesalahan suhu yang disebabkan oleh emisivitas objek pada suhu 288

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sawah merupakan media atau sarana untuk memproduksi padi. Sawah yang subur akan menghasilkan padi yang baik. Indonesia termasuk Negara agraris yang sebagian wilayahnya

Lebih terperinci

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT THEMATIC MAPPER Ipin Saripin 1 Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama foto udara dianggap paling baik sampai saat ini karena

Lebih terperinci

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan) Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan) Ardiawan Jati, Hepi Hapsari H, Udiana Wahyu D Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Analisa Perubahan Tutupan Lahan Daerah Aliran Sungai Brantas Bagian Hilir Menggunakan Citra Satelit Multitemporal (Studi Kasus:

Lebih terperinci

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo)

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo) Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo) Nurul Aini Dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan. Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan. Gambar 4.16 Teras sungai pada daerah penelitian. Foto menghadap timur. 4.2 Tata Guna Lahan Tata guna lahan pada daerah penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Georeferencing dan Resizing Enggar Budhi Suryo Hutomo 10301628/TK/37078 JURUSAN S1 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra. Tabel 4.1 Titik kontrol GCP dan nilai RMS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra. Tabel 4.1 Titik kontrol GCP dan nilai RMS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Interpretasi dan Klasifikasi Citra 4.1.1 Rektifikasi dan Pemotongan Citra Proses rektifikasi citra adalah proses memberikan sistem referensi citra satelit. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4 Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4 Oleh : Linda Ardi Oktareni Pembimbing : Prof. DR. Ir Bangun M.S. DEA,

Lebih terperinci

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK 65 ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK A. TUJUAN: 1) Mahasiswa mampu melakukan koreksi geometric pada foto udara maupun citra satelit dengan software ENVI 2) Mahasiswa dapat menemukan berbagai permasalahan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan pada suatu negara dapat dijadikan sebagai tolak ukur kualitas dari pemerintahan suatu negara. Pembangunan wilayah pada suatu negara dapat

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit Latar Belakang Meningkatnya pembangunan di Cisarua, Bogor seringkali menimbulkan dampak tidak baik terhadap lingkungan. Salah satu contohnya adalah pembangunan yang terjadi di Daerah Aliran Sungai Ciliwung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian tugas akhir ini. Proses ini sangat berpengaruh terhadap hasil akhir penellitan. Pada tahap ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit menjadi komoditas penting dikarenakan mampu memiliki rendemen

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572 JURNAL TEKNIK ITS Vol., No., (01) ISSN: 33-353 (301-1 Print) A-5 Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya) Deni

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya) Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya) Iva Nurwauziyah, Bangun Muljo Sukojo, Husnul Hidayat Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian 24 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1. Kerangka pikir Penelitian melakukan perancangan usulan metode dengan menggantikan peta penggunaan tanah kabupaten / kota dengan citra quickbird untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan 5.1.1 Penutupan lahan Kabupaten Sidoarjo Penutupan lahan (land cover) merupakan perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa mempersoalkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Juli 2012 di area Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo Alasmandiri,

Lebih terperinci

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet ESTIMASI PRODUKTIVITAS PADI MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis Pra-Pengolahan Citra Radarsat

BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis Pra-Pengolahan Citra Radarsat BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Pra-Pengolahan Citra Radarsat 1. Citra Radarsat yang digunakan merupakan data mentah (Raw data) dan tersimpan dalam format biner. Agar Citra tersebut lebih mudah diolah maka

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya alam yang bersifat langka karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat. Alih fungsi lahan pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pembangunan dan pengembangan wilayah di setiap daerah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di wilayah

Lebih terperinci

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Sumber Energi Resolusi (Spasial, Spektral, Radiometrik, Temporal) Wahana Metode (visual, digital, otomatisasi) Penginderaan jauh adalah ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci