BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Tutupan Lahan di Lapangan Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Samosir ditemukan 16 kelas tutupan lahan yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Tutupan Lahan Hasil Observasi Lapang No Tutupan Lahan Jumlah Titik di Lapang Foto Lapangan 1 2. Sawah baru tanam 3 3 Sawah yang diolah atau 7 digenangi air 4. Sawah panen 4

2 23 Tabel 5 (Lanjutan) No Jenis Tutupan Lahan Jumlah Titik di Lapang Foto Lapangan 5. Tanaman kopi 4 6. Pertanian lahan kering Semak 2 8. Pemukiman kota 4 9. Pemukiman desa Lahan terbuka 6

3 24 Tabel 5 (Lanjutan) No Jenis Tutupan Lahan Jumlah Titik di Lapang Foto Lapangan 11. Hutan alam Hutan tanaman Eucalyptus 5 (tahun tanam 2010) 13 Hutan tanaman Eucalyptus 10 (tahun tanam 2009) 14 Hutan tanaman Eucalyptus 10 (tahun tanam 2008) 15 Hutan tanaman Eucalyptus 11 (tahun tanam 2007 )

4 25 Tabel 5 (Lanjutan) No Jenis Tutupan Lahan Jumlah Titik di Lapang Foto Lapangan 16 Hutan tanaman Eucalyptus 8 (tahun tanam 2006) 5.2 Analisis Diskriminan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m, Resolusi 12,5 m, Resolusi 6 m Analisis diskriminan merupakan metode interpretasi secara digital. Dasar interpretasi citra secara digital berupa klasifikasi pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan statistik (Purwadhi 2001). Nilai spektral tersebut dapat diperoleh dari nilai digital atau nilai kecerahan (brightness value) dari setiap pixel yang terdapat dalam citra. Nilai digital atau nilai kecerahan (brightness value) berperan penting dalam menganalisis citra secara visual. Citra ALOS PALSAR memiliki nilai kecerahan yang cukup baik karena memiliki resolusi radiometrik yang baik yaitu 16 bit (rentang DN dari 0 sampai 65536), sehingga informasi yang diberikan lebih beragam. Hasil pengamatan lapang di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Samosir ditemukan 16 kelas tutupan lahan dan memiliki nilai digital yang berbeda antar jenis tutupan lahan. Dari 16 kelas tutupan lahan yang ditemukan menunjukan bahwa nilai digital band HH lebih besar dibandingkan nilai digital band HV pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m, 12,5 m, dan 6 m. Gambar 7 menunjukan rata-rata nilai digital band HH dan HV masing-masing tutupan lahan pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m. Begitu juga dengan Gambar 8 pada citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m dan Gambar 9 pada citra ALOS PALSAR resolusi 6 m.

5 26 Gambar 7 Diagram Batang Nilai digital 16 kelas Tutupan Lahan pada Citra ALOS PALSAR resolusi 6 m. 26

6 27 Gambar 8 Diagram Batang Nilai digital 16 kelas Tutupan Lahan pada Citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m. 27

7 28 Gambar 9 Diagram Batang Nilai digital 16 kelas Tutupan Lahan pada Citra ALOS PALSAR resolusi 50 m. 28

8 29 Pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m, resolusi 12,5 m, dan resolusi 6 m nilai digital terkecil adalah badan air. Hal tersebut dikarenakan sinyal radar yang mengenai badan air yang jernih dan tenang sebagian besar mengalami pemantulan cermin atau pemantulan sempurna, sehingga sinyal balik yang diterima sensor radar hanya sedikit dan kenampakan citra secara visual akan berwarna gelap. Sinyal radar yang mengenai badan air yang keruh akan mengalami pemantulan baur dikarenakan sinyal yang dikirimkan terhambur oleh partikel yang terdapat di dalamnya. Jumlah dan kerapatan partikel akan mempengaruhi intensitas sinyal balik yang diterima oleh sensor. Semakin rapat partikel pada air, maka semakin besar sinyal balik yang diterima sensor, sehingga nilai digital pada badan air yang keruh lebih besar dan kenampakan citra secara visual lebih cerah dibanding badan air yang jernih dan tenang. Pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m, resolusi 12,5 m, dan resolusi 6 m nilai digital terbesar adalah pemukiman kota. Hal tersebut dikarenakan sinyal radar yang mengenai pemukiman kota akan mengalami pemantulan sudut, sinyal yang dikirimkan mengenai permukaan tanah dan dipantulkan ke dinding bangunan sehingga membentuk sudut. Apabila dua buah objek membentuk sudut dan mengarah pada radar, dapat terjadi reflektor sudut dihedral yang kuat kalau permukaan refleksinya tegak lurus dengan arah sensor radar. Kenampakan citra secara visual akan berwarna cerah dan nilai digitalnya menjadi besar. Semakin besar rasio sinyal balik dengan sinyal yang dipantulkan menjauhi sensor, maka intensitasnya semakin besar sehingga kenampakan citra secara visual akan berwarna cerah. Begitu juga dengan nilai digital semakin rendah nilai digital suatu obyek pada citra maka tampilan warnanya akan gelap dan sebaliknya semakin tinggi nilai digital suatu obyek pada citra maka tampilan warnanya akan semakin cerah, sehingga dapat memisahkan dan mengelompokkan atau mengklasifikasikan jenis tutupan lahan dengan melihat nilai digital band HH dan HV. Hal ini dapat dilakukan dengan metode analisis diskriminan. Pada proses analisis diskriminan citra ALOS PALSAR resolusi 50 m, 12,5 m, dan 6 m terjadi pengelompokan kelas tutupan lahan yaitu tanaman kopi dan semak dikelompokan menjadi kelas pertanian lahan kering, sawah yang diolah, sawah baru tanam, dan sawah panen dikelompokkan kedalam kelas sawah,

9 30 pemukiman kota dan desa dikelompokkan menjadi kelas pemukiman, dan hutan alam dengan hutan tanaman Eucalyptus menjadi kelas vegetasi pohon. Sehingga didapatkan 6 kelas tutupan lahan dari 16 kelas tutupan lahan. Dengan melihat Tabel 6 analisis diskriminan citra ALOS PALSAR resolusi 50 m didapatkan 6 kelas dari 104 titik, dengan nilai proportion correct sebesar 0,621 atau 62,1% artinya sebanyak 64 titik pengamatan yang benar dari 104 titik pengamatan, untuk citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m didapatkan 6 kelas dari 104 titik, dengan nilai proportion correct sebesar 0,505 atau 50,5% (Tabel 7), dan citra ALOS PALSAR resolusi 6 m didapatkan 6 kelas dari 104 titik, dengan nilai proportion correct sebesar 0,689 atau 68,9% (Tabel 8).

10 31 Tabel 6 Proses Pengklasifikasian Tutupan Lahan dengan Metode Analisis Diskriminan pada Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m 2. Sawah yang diolah 3. Sawah panen 4. Sawah baru tanam 5. Semak 6. Tanaman kopi Pertanian lahan kering Pemukiman kota 9. Pemukiman desa 10. Lahan terbuka 11. Hutan alam 12. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Sawah yang diolah Sawah panen Sawah baru tanam Semak Pertanian lahan kering Pemukiman kota 8. Pemukiman desa 9. Lahan terbuka 10. Hutan alam 11. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus 2006 Regroup ke-1 (15 kelas) N Correct = 30 Proportion Correct = 0, Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman kota 5. Pemukiman desa 6. Lahan terbuka 7. Hutan alam 8. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus 2006 Regroup ke-2 (12 kelas) N Correct = 32 Proportion Correct = 0,320 Keterangan : = Alur regroup 31

11 32 Tabel 6 (Lanjutan) 2. Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman kota Pemukiman desa Lahan terbuka 7. Hutan alam 8. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Regroup ke-2 (12 kelas) N Correct = 33 Proportion Correct = 0,291 1 Badan air 2. Sawah 3. Pertanian lahan kering 4 Pemukiman 5 Lahan terbuka 6 Hutan alam Hutan tanaman Eucalyptus -- Regroup ke-3 (12 kelas) N Correct = 38 Proportion Correct = 0, Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman 5. Lahan terbuka 6. Vegetasi pohon Regroup ke-4 (12 kelas) N Correct = 64 Proportion Correct = 0,621 Keterangan : = Alur regroup 32

12 33 Tabel 7 Proses Pengklasifikasian Tutupan Lahan dengan Metode Analisis Diskriminan pada Citra ALOS PALSAR Resolusi 12,5 m 2. Sawah yang diolah 3. Sawah panen 4. Sawah baru tanam 5. Semak 6. Tanaman kopi Pertanian lahan kering Pemukiman kota 9. Pemukiman desa 10. Lahan terbuka 11. Hutan alam 12. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Sawah yang diolah Sawah panen Sawah baru tanam Semak Pertanian lahan kering Pemukiman kota 8. Pemukiman desa 9. Lahan terbuka 10. Hutan alam 11. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus 2006 Regroup ke-1 (15 kelas) N Correct = 23 Proportion Correct = 0, Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman kota 5. Pemukiman desa 6. Lahan terbuka 7. Hutan alam 8. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus 2006 Regroup ke-2 (12 kelas) N Correct = 23 Proportion Correct = 0,223 Keterangan : = Alur regroup 33

13 34 Tabel 7 (Lanjutan) 2. Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman kota Pemukiman desa Lahan terbuka 7. Hutan alam 8. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman 5. Lahan terbuka 6. Hutan alam Hutan tanaman Eucalyptus Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman 5. Lahan terbuka 6. Vegetasi pohon Regroup ke-2 (12 kelas) N Correct = 23 Proportion Correct = 0,329 Regroup ke-3 (12 kelas) N Correct = 44 Proportion Correct = 0,427 Regroup ke-4 (12 kelas) N Correct = 52 Proportion Correct = 0,505 Keterangan : = Alur regroup 34

14 35 Tabel 8 Proses Pengklasifikasian Tutupan Lahan dengan Metode Analisis Diskriminan pada Citra ALOS PALSAR Resolusi 6 m. 2. Sawah yang diolah 3. Sawah panen 4. Sawah baru tanamj 5. Semak 6. Tanaman kopi Pertanian lahan kering Pemukiman kota 9. Pemukiman desa 10. Lahan terbuka 11. Hutan alam 12. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Sawah yang diolah Sawah panen Sawah baru tanam Semak Pertanian lahan kering Pemukiman kota 8. Pemukiman desa 9. Lahan terbuka 10. Hutan alam 11. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus 2006 Regroup ke-1 (15 kelas) N Correct = 25 Proportion Correct = 0, Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman kota 5. Pemukiman desa 6. Lahan terbuka 7. Hutan alam 8. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Ecalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus 2006 Regroup ke-2 (12 kelas) N Correct = 30 Proportion Correct = 0,329 Keterangan : = Alur regroup 35

15 36 Tabel 8 (Lanjutan) 2. Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman kota Pemukiman desa Lahan terbuka 7. Hutan alam 8. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman 5. Lahan terbuka 6. Hutan alam Hutan tanaman Eucalyptus Sawah 3. Pertanian lahan kering 4. Pemukiman 5. Lahan terbuka 6. Vegetasi pohon Regroup ke-2 (12 kelas) N Correct = 30 Proportion Correct = 0,329 Regroup ke-3 (12 kelas) N Correct = 55 Proportion Correct = 0,534 Regroup ke-4 (12 kelas) N Correct = 71 Proportion Correct = 0,689 Keterangan : = Alur regroup 36

16 Analisis Visual Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m Analisis visual citra ALOS PALSAR resolusi 50 m di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Samosir dilakukan berdasarkan pengamatan lapang, elemen-elemen interpretasi, dan informasi tambahan (peta jaringan jalan, peta jaringan sungai, informasi ketinggian tempat, serta peta sebaran dan kelas umur hutan tanaman). Informasi tambahan sangat diperlukan dalam penafsiran citra khususnya pada kelas tutupan lahan yang memiliki tampilan yang sama secara visual dan sulit dibedakan. Kelas tutupan lahan yang dapat dibedakan melalui analisis secara visual terdiri dari 8 kelas tutupan lahan, diantaranya badan air, pemukiman, pertanian lahan kering, sawah panen, lahan terbuka, hutan tanaman muda, hutan tanaman sedang-tua, dan hutan alam. Pada analisis secara visual terjadi pengelompokan kelas tutupan lahan. Hal ini terjadi karena ada beberapa kelas tutupan lahan yang memiliki luas areal yang relatif kecil dan memiliki kenampakan visual hampir sama, sehingga pemisahan masing-masing kelas tutupan lahan menjadi sulit. Mengenai pengelompokan kelas tutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 9, sedangkan penjelasan kelas tutupan lahan dan elemen interpretasinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Pengelompokan Kelas Tutupan Lahan pada Analisis Visual No. Tutupan Lahan No. Tutupan Lahan 2. Sawah panen 2. Sawah panen 3. Sawah yang diolah 3. Pertanian lahan kering 4. Sawah baru tanam 4. Pemukiman 5. Semak 5. Lahan terbuka 6. Tanaman kopi 6. Hutan alam 7. Pertanian lahan kering 7. Hutan tanaman Eucalyptus muda 8. Pemukiman kota 8. Hutan tanaman Eucalyptus sedang- 9. Pemukiman desa tua 10. Lahan terbuka 11. Hutan alam 12. Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus Hutan tanaman Eucalyptus 2006 Keterangan = Alur Pengelompokan Kenampakan secara visual berdasarkan elemen interpretasi pada Tabel 9 memberikan informasi bahwa pada kelas tutupan lahan yang memiliki permukaan yang datar akan memiliki tone yang gelap karena mengalami pemantulan

17 38 sempurna yang menyebabkan hamburan balik (backscatter) menjauhi sensor sehingga nilai backscatter menjadi rendah. Hal ini terjadi pada kelas tutupan lahan badan air dan lahan terbuka, tetapi dengan melihat kembali pada Tabel 10 tone pada badan air lebih gelap dibandingkan dengan tone pada lahan terbuka. Pemukiman dan daerah dengan topografi berat yang menghadap kearah sensor akan memiliki tone yang sangat terang. Hal tersebut diakibatkan oleh pantulan sudut yang dihasilkan dari permukaan halus yang membentuk sudut siku-siku dan pantulan ganda yang terjadi pada beberapa objek dengan permukaan halus saling berdekatan, sehingga nilai backscatter menjadi tinggi. Hutan tanaman Eucalyptus sedang-tua dan hutan alam didominasi oleh warna hijau dengan tone terang, yang membedakan dari keduanya adalah tekstur. Hutan alam memiliki kerapatan yang tinggi dibandingkan dengan hutan tanaman Eucalyptus sedang-tua sehingga memiliki tekstur yang halus, sedangkan hutan tanaman Eucalyptus sedang-tua memiliki tekstur yang kasar. Hutan tanaman Eucalyptus muda didominasi oleh warna ungu yang bercampur dengan hijau, sedangkan pertanian lahan kering dan sawah panen didominasi oleh warna biru keunguan, sehingga sangat sulit dibedakan ketika keduanya berdampingan. Dengan melihat kembali Tabel 10 warna pink pada pertanian lahan kering terlihat jelas dan itu memudahkan dalam menginterpretasi keduanya jika tidak berdampingan karena sawah panen tidak memiliki warna pink. Pertanian lahan kering, sawah panen dan hutan tanaman Eucalyptus muda memiliki tone yang sedikit lebih terang dibandingkan badan air dan lahan terbuka. Hal tersebut diakibatkan oleh vegetasi rendah, padat, dan seragam yang menyebabkan hamburan balik (backscatter) yang diterima sensor menjadi rendah, sehingga nilai backscatter menjadi rendah.

18 39 Tabel 10 Klasifikasi Tutupan Lahan Berdasarkan Elemen Interpretasi Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m No. Tutupan Lahan Deskripsi Elemen Citra Alos PALSAR Foto Lapangan Interpretasi Resolusi 50 m Seluruh kenampakan Warna : Biru kehitaman perairan termasuk laut, Tone : Gelap miliki tone yang lebih gelap dibansungai, danau, dan dingkan dengan permukaan air yang waduk berombak dan memiliki tumbuhan air Bentuk : Tidak teratur Ukuran : Kecil-besar Tekstur : Halus Pola : Tidak teratur Site : - Asosiasi : - Skala 1: Pertanian Semua aktivitas perta Warna : Biru keunguan lahan kering nian di lahan kering becampur pink, seperti ladang hijau vegetasi rapat memiliki tone yang le- Tone : Terang bih terang dibandingkan dengan pertanian lahan kering yang bervegetasi kurang rapat Bentuk : Tidak teratur Ukuran : Kecil-besar Tekstur : Halus Pola : Tidak teratur Site : - Asosiasi : - Skala 1:

19 40 Tabel 10 (Lanjutan) No. Tutupan Lahan Deskripsi Elemen Citra Alos PALSAR Foto Lapangan Interpretasi Resolusi 50 m 3. Lahan terbuka Kawasan terbuka dengan Warna : Biru, biru keunguan sedikit atau tanpa vegeta becampur pink atau punyai site datar tampilan warsi sama sekali hijau, pink nanya biru dengan tone yang Tone : Gelap lebih gelap dibandingkan dengan lahan terbuka yang mempunyai site yang bergelombang Bentuk : Tidak teratur dan menghadap kearah sensor Ukuran : Kecil-besar Tekstur : Halus Pola : Tidak teratur Site : Datar-bergelombang Asosiasi : - Skala 1: Pemukiman Kawasan Perkotaan Warna : Mosaik pink, kuning, maupun pedesaan yang hijau dan putih paling terang dibandingkan berfungsi sebagai Tone : Terang dengan tutupan lahan lainnya lingkungan tempat ting gal dan bekerja Bentuk : Tidak teratur Ukuran : Kecil-besar Tekstur : Halus Pola : Tidak teratur mengelompok Site : Datar-bergelombang Asosiasi : Aksesibilitas mudah Skala 1:

20 41 Tabel 10 (Lanjutan) No. Tutupan Lahan Deskripsi Elemen Citra Alos PALSAR Foto Lapangan Interpretasi Resolusi 50 m 5. Sawah panen Pertanian di lahan basah Warna : Biru keunguan bercamyang mem punyai pola pur hijau nampakan visual mirip pertanipematang dan padi seba Tone : Terang an lahan kering dengan tampilan gai vegetasi utamanya warna biru keunguan bercampur hijau sedangkan untuk pertanian Bentuk : Kotak-lonjong lahan kering tampilan warnanya Ukuran : Kecil-besar biru keunguan bercampur pink Tekstur : Halus yang sama-sama didominasi oleh Pola : Teratur mengelompok warna birukeunguan Site : Datar-bergelombang Asosiasi : Aksesesibilitas mudah Skala 1: Hutan tanaman Kawasan hutan homo Warna : Ungu bercampur hijau Eucalyptus (muda) gen yang ditanami po Tone : Terang (muda) memiliki warna ungu hon Eucalyptus ber bercamp ur hijau dengan tone umur 1-2 tahun yang terang Bentuk : Tidak teratur Ukuran : Kecil-besar Tekstur : Halus Pola : Teratur mengelompok Site : Datar-bergelombang Asosiasi : Aksesesibilitas mudah Skala 1:

21 42 Tabel 10 (Lanjutan) No. Tutupan Lahan Deskripsi Elemen Citra Alos PALSAR Foto Lapangan Interpretasi Resolusi 50 m 7. Hutan tanaman Kawasan hutan homo Warna : Hijau bercampur Eucalyptus gen yang ditanami po kuning (sedang-tua) memiliki tekstur yang (sedang-tua) hon Eucalyptus ber Tone : Terang kasar berupa garis-garis umur 3-5 tahun Bentuk : Tidak teratur Ukuran : Kecil-besar Tekstur : Kasar Pola : Teratur mengelompok Site : Datar-bergelombang Asosiasi : Aksesesibilitas mudah Skala 1: Hutan alam Kawasan hutan hetero- Warna : Hijau bercampur gen yang dominasi kuning visual mirip dengan hutan anaman oleh vegetasi pohon Tone : Terang Eucalyptus (sedang-tua), yang embedakannya adalah teksturnya ang halus Bentuk : Tidak teratur Ukuran : Kecil-besar Tekstur : Halus Pola : Tidak teratur Site : Datar-bergelombang Asosiasi : - Skala 1:

22 Analisis Akurasi Klasifikasi dan Separabilitas Hasil klasifikasi dievaluasi menggunakan matrik kesalahan (confusion matrix) atau matrik kontingensi. Untuk menghitung nilai dari akurasi klasifikasi umumnya menggunakan metode akurasi umum (overall accuracy). Akurasi ini akan menghasilkan pengukuran yang cenderung over estimatae karena dalam proses perhitungannya, akurasi umum hanya melibatkan piksel-piksel yang dikelaskan dengan benar saja, sehingga untuk saat ini disarankan menggunakan kappa accuracy, karena dalam proses perhitungannya menggunakan seluruh piksel sebagai acuan untuk pengukuran akurasi klasifikasi, sehingga jika dibandingkan dengan akurasi umum, perhitungan akurasi kappa akan lebih akurat. Dengan melihat Tabel 11 citra ALOS PALSAR resolusi 50 m memiliki nilai akurasi umum sebesar 59,15% dan kappa akurasi sebesar 53,48%. Untuk mengetahui kualitas ketelitian klasifikasi dilakukan analisis keterpisahan (Separabilitas Assesment), apakah suatu kelas layak untuk digabung atau tidak berdasarkan kriteria tingkat keterpisahan yang mempunyai kisaran dari tidak terpisahkan sampai sangat baik keterpisahannya. Berdasarkan hasil separabilitas pengklasifikasian tutupan lahan pada Tabel 12 memberikan informasi bahwa pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m memiliki kelas yang tidak dapat terpisahkan, diantaranya pertanian lahan kering dengan sawah panen, pertanian lahan kering dengan hutan tanaman muda, dan sawah panen dengan hutan tanaman muda. Secara keseluruhan kelas tutupan lahan pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m memiliki keterpisahan yang baik.

23 44 Tabel 11 Nilai Akurasi Pengklasifikasian Tutupan Lahan Citra AlOS PALSAR Resolusi 50 m Hutan Hutan User s No Tutupan lahan Badan air Sawah Pertanian lahan Lahan terbuka Pemukiman tanaman- tanaman - Hutan alam Total accurasy Panen Kering muda sedang-tua (%) ,78 2. Sawah panen ,00 3. Pertanian lahan kering ,00 4. Lahan terbuka ,00 5. Pemukiman Hutan tanaman muda ,00 7. Hutan tanaman sedang-tua ,44 8. Hutan alam ,44 Total Produser accuracy (%) 87,50 83,33 50,00 66,67 40,00 70,00 40,00 50,00 Overall accuracy (%) 59,15 Kappa accuracy (%) 53,48 Tabel 12 Hasil Separabilitas Pengklasifikasi Tutupan lahan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m Hutan Hutan No Tutupan Lahan Badan air Pemukiman tanaman- tanaman - Lahan terbuka Sawah Panen Pertanian lahan Hutan alam muda sedang-tua kering 1 Badan air Pemukiman Hutan tanamann muda Hutan tanaman sedang-tua Lahan terbuka Sawah panen Pertanian lahan kering Hutan alam 0 44

24 Analisis Peningkatan Kemampuan Penafsiran Citra ALOS PALSAR Resolusi 12,5 m dan Resolusi 6 m Analisis peningkatan kemampuan penafsiran citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m dan resolusi 6 m dilakukan dengan cara meng-overlay-kan hasil dari klasifikasi citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dengan citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m dan resolusi 6 m sehingga interpretasi citra akan menjadi lebih detail. Kelas tutupan lahan pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m yang dapat dibedakan melalui analisis secara visual terdiri dari 8 kelas tutupan lahan, diantaranya badan air, pemukiman, pertanian lahan kering, sawah panen, lahan terbuka, hutan tanaman muda, hutan tanaman sedang-tua, dan hutan alam. Berdasarkan hasil overlay deliniasi citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m dan resolusi 6 m dengan resolusi 50 m (Tabel13) memberikan informasi bahwa deliniasi citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m dan 6 m dapat memperjelas deliniasi citra ALOS PALSAR resolusi 50 m pada semua kelas tutupan lahan. Hal tersebut terlihat jelas pada badan air yang berupa sungai. Pada citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m dan resolusi 6 m hutan tanaman Eucalyptus sedang-tua memiliki tone lebih gelap dan tekstur yang kasar dibanding hutan alam, sedangkan pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m hutan tanaman Eucalyptus sedang-tua memiliki tekstur yang kasar dibanding hutan alam tetapi memiliki tone yang sama terang. Hal mengidentifikasi tutupan lahan. tersebut mempermudah dalam Dengan melihat Tabel 13 pada lahan terbuka kemungkinan terjadi penambahan kelas karena kenampakan secara visual berbeda, tone pada lahan terbuka yang ditumbuhi alang-alang atau rumput sedikit lebih terang dibanding lahan terbuka yang tidak ditumbuhi sama sekali. Berdasarkan analisis peningkatan kemampuan penafsiran citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m dan resolusi 6 m terhadap citra ALOS PALSAR resolusi 50 dapat memberikan penambahan kelas tutupan lahan, dapat memperjelas deliniasi dan mempermudah identifikasi tutupan lahan pada citra.

25 46 Tabel 13 Overlay Deliniasi Citra ALOS PALSAR Resolusi 12,5 m dengan Resolusi 50 m Overlay deliniasi citra ALOS PALSAR Overlay deliniasi citra ALOS PALSAR Keterangan resolusi 12,5 m dengan resolusi 50 m resolusi 6 m dengan resolusi 50 m Memperjelas deliniasi (danau) 2. Badan air Memperjelas deliniasi (sungai) 3. Sawah yang Memperjelas deliniasi diolah 46

26 47 Tabel 13 (Lanjutan) Overlay deliniasi citra ALOS PALSAR Overlay deliniasi citra ALOS PALSAR Keterangan resolusi 12,5 m dengan resolusi 50 m resolusi 6 m dengan resolusi 50 m 4. Sawah baru Memperjelas deliniasi tanam 5. Sawah panen Memperjelas deliniasi 6. Semak Memperjelas deliniasi 47

27 48 Tabel 13 (Lanjutan) Overlay deliniasi citra ALOS PALSAR Overlay deliniasi citra ALOS PALSAR Keterangan resolusi 12,5 m dengan resolusi 50 m resolusi 6 m dengan resolusi 50 m 7. Tanaman kopi Memperjelas deliniasi 8. Pertanian lahan Memperjelas deliniasi kering 9. Pemukiman desa Memperjelas deliniasi 48

28 49 Tabel 13 (Lanjutan) Overlay deliniasi citra ALOS PALSAR Overlay deliniasi citra ALOS PALSAR Keterangan resolusi 12,5 m dengan resolusi 50 m resolusi 6 m dengan resolusi 50 m 10. Pemukiman Memperjelas deliniasi 11. Lahan terbuka Kemungkinan penambahan kelas, memperjelas deliniasi 12. Hutan Kemungkinan penambahan kelas, Eucalyptus memperjelas deliniasi muda 49 52

29 50 Tabel 13 (Lanjutan) Overlay deliniasi citra ALOS PALSAR Overlay deliniasi citra ALOS PALSAR Keterangan resolusi 12,5 m dengan resolusi 50 m resolusi 6 m dengan resolusi 50 m 13. Hutan Memperjelas deliniasi Eucalyptus sedang-tua 14. Hutan Memperjelas deliniasi alam Keterangan: Deliniasi citra ALOS PALSAR resolusi 50 m Deliniasi citra ALOS PALSAR resolusi 12,5 m Deliniasi citra ALOS PALSAR resolusi 6 m 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Objek di Lapangan Pengamatan lapangan dilakukan di 3 (tiga) kabupaten, yaitu : Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Titik pengamatan sebanyak

Lebih terperinci

benar sebesar 30,8%, sehingga harus dilakukan kembali pengelompokkan untuk mendapatkan hasil proporsi objek tutupan lahan yang lebih baik lagi. Pada pengelompokkan keempat, didapat 7 tutupan lahan. Perkebunan

Lebih terperinci

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B Tabel 5 Matriks Transformed Divergence (TD) 25 klaster dengan klasifikasi tidak terbimbing 35 36 4.1.2 Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan April 2011 dengan daerah penelitian di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU Kelas C Oleh : Ayu Sulistya Kusumaningtyas 115040201111013 Dwi Ratnasari 115040207111011 Fefri Nurlaili Agustin 115040201111105 Fitri Wahyuni 115040213111050

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan

Lebih terperinci

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia berada di daerah tropis mengakibatkan hampir sepanjang tahun selalu diliputi awan. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan citra optik untuk menghasilkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penampilan Citra Dual Polarimetry PALSAR / ALOS Penampilan citra dual polarimetry : HH dan HV level 1. 5 PALSAR/ALOS masing-masing dapat dilihat pada ENVI 4. 5 dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstraksi Citra TerraSAR-X Dual Polarization Citra RGB terbaik idealnya mampu memberikan informasi mengenai objek, daerah atau fenomena yang dikaji secara lengkap. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.. Variasi NDVI Citra AVNIR- Citra AVNIR- yang digunakan pada penelitian ini diakuisisi pada tanggal Desember 008 dan 0 Juni 009. Pada citra AVNIR- yang diakuisisi tanggal Desember

Lebih terperinci

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004 53 5.1.3 Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi data Citra Landsat dilakukan untuk pengelompokan penutupan lahan pada tahun 2004. Metode yang dipergunakan adalah klasifikasi terbimbing (Supervised Classification).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Respon Polarimetri pada Tanaman Padi Varietas Ciherang 4.1.1. Analisis Data Eksploratif Hasil penerapan teori dekomposisi Cloude Pottier pada penelitian ini terwakili oleh

Lebih terperinci

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

Lampiran. Universitas Sumatera Utara Lampiran Lampiran 1. Titik Posisi ground check dan data titik lapangan Tabel 1. Titik Posisi ground check No LU BT Peta Kondisi Lapangan keterangan 1 2 15'6.67" 98 53'24.24" 2 2 14'49.28" 98 53'26.28"

Lebih terperinci

5. SIMPULAN DAN SARAN

5. SIMPULAN DAN SARAN 5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Citra ALOS PALSAR dapat digunakan untuk membangun model pendugaan biomassa di ekosistem transisi yang telah mengalami transformasi dari hutan sekunder menjadi sistem pertanian

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 10 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO Citra nonfoto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor nonfotografik atau sensor elektronik. Sensornya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Tutupan Lahan di Lapangan Pengamatan tutupan lahan di lapangan dilakukan di Kecamatan Cikalong yang terdiri dari 13 desa. Titik pengamatan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Pengolahan data Biomassa Penelitian ini dilakukan di dua bagian hutan yaitu bagian Hutan Balo dan Tuder. Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September dengan mengambil lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Cikalong, Tasikmalaya (Gambar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2 APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2 Prosedur analisis citra untuk penggunaan tanah 1. Pra-pengolahan data atau pengolahan awal yang merupakan restorasi citra 2. Pemotongan

Lebih terperinci

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH 1. Tata Guna Lahan 2. Identifikasi Menggunakan Foto Udara/ Citra Identifikasi penggunaan lahan menggunakan foto udara/ citra dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai dengan Januari 2012 dengan daerah penelitian di Desa Sawohan, Kecamatan Buduran, Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 6 Kenampakan pada citra Google Earth.

Gambar 6 Kenampakan pada citra Google Earth. menggunakan data latih kedua band citra berbasis rona (tone, sehingga didapatkan pohon keputusan untuk citra berbasis rona. Pembentukan rule kedua menggunakan data latih citra berbasis rona ditambah dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA Lampiran 1 Ringkasan Materi RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA 1 Pengertian Intepretasi Citra Inteprtasi Citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh merupakan tehnik dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, wilayah atau fenomena dengan menganalisa data yang diperoleh

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

Sumber bacaan 4/30/2012. Minggu 10: Klasifikasi Data Citra KOMBINASI WARNA

Sumber bacaan 4/30/2012. Minggu 10: Klasifikasi Data Citra KOMBINASI WARNA Minggu 10: Klasifikasi Data Citra Proses Sebelum Klasifikasi Koreksi Geometri Koreksi Radiometri Koreksi Topografi Penajaman Citra Minggu 9 Klasifikasi Pemilihan Kombinasi warna Teknik Klasifikasi Visual

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain: BAB II TEORI DASAR 2.1 Tutupan Lahan Tutupan Lahan atau juga yang biasa disebut dengan Land Cover memiliki berbagai pengertian, bahkan banyak yang memiliki anggapan bahwa tutupan lahan ini sama dengan

Lebih terperinci

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002) BAB III METODA 3.1 Penginderaan Jauh Pertanian Pada penginderaan jauh pertanian, total intensitas yang diterima sensor radar (radar backscattering) merupakan energi elektromagnetik yang terpantul dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2010 sampai bulan September 2011, diawali dengan tahap pengambilan data sampai dengan pengolahan dan penyusunan

Lebih terperinci

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN PERNYATAAN... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii INTISARI... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 25 3.1 Eksplorasi Data Lapangan III HASIL DAN PEMBAHASAN Data lapangan yang dikumpulkan merupakan peubah-peubah tegakan yang terdiri dari peubah kerapatan pancang, kerapatan tiang, kerapatan pohon, diameter

Lebih terperinci

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian 12 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada akhir bulan Maret 2011 hingga bulan Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH 01. Teknologi yang terkait dengan pengamatan permukaan bumi dalam jangkauan yang sangat luas untuk mendapatkan informasi tentang objek dipermukaan bumi tanpa bersentuhan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemantauan Padi dengan SAR Polarisasi Tunggal Pada awal perkembangannya, sensor SAR hanya menyediakan satu pilihan polarisasi saja. Masalah daya di satelit, kapasitas pengiriman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi Geometrik Koreksi geometrik adalah suatu proses memproyeksikan data pada suatu bidang sehingga mempunyai proyeksi yang sama dengan proyeksi peta. Koreksi ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA I. Citra Foto Udara Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang

Lebih terperinci

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan karbon ke atmosfir dalam jumlah yang cukup berarti. Namun jumlah tersebut tidak memberikan dampak yang berarti terhadap jumlah CO

Lebih terperinci

ISTILAH DI NEGARA LAIN

ISTILAH DI NEGARA LAIN Geografi PENGERTIAN Ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH ALOS AVNIR UNTUK PEMANTAUAN LIPUTAN LAHAN KECAMATAN

PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH ALOS AVNIR UNTUK PEMANTAUAN LIPUTAN LAHAN KECAMATAN PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH ALOS AVNIR UNTUK PEMANTAUAN LIPUTAN LAHAN KECAMATAN Wiweka Peneliti Kantor Kedeputian Penginderaan Jauh LAPAN Dosen Teknik Informatika, FTMIPA, Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang 17 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2010 dan berakhir pada bulan Juni 2011. Wilayah penelitian berlokasi di Kabupaten Subang, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil 4 TINJAUAN PUSTAKA Makin banyak informasi yang dipergunakan dalam klasifikasi penutup lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil klasifikasinya. Menggunakan informasi multi

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di kawasan perkotaan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2008. Gambar 3. Citra IKONOS Wilayah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan 5.1.1 Penutupan lahan Kabupaten Sidoarjo Penutupan lahan (land cover) merupakan perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa mempersoalkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan 2.1.1 Pengertian Lahan Pengertian lahan tidak sama dengan tanah, tanah adalah benda alami yang heterogen dan dinamis, merupakan interaksi hasil kerja

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil sensus jumlah penduduk di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 1.904.569 km 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk, dari tahun 2010 jumlah penduduknya

Lebih terperinci

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file PENGINDERAAN JAUH copyright@2007 --- anna s file Pengertian Penginderaan Jauh Beberapa ahli berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi inderaja

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi (Gambar 1) dan analisis data dilakukan di studio Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis adalah sistem berbasis komputer yang terdiri atas perangkat keras komputer (hardware), perangkat lunak (software), data

Lebih terperinci

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S Interpretasi Hibrida Untuk Identifikasi Perubahan Lahan Terbangun dan Kepadatan Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S anggitovenuary@outlook.com

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Drs. Dede Sugandi, M.Si. Drs. Jupri, MT. Nanin Trianawati Sugito, ST., MT. Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan

Lebih terperinci

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si Panjang Gelombang 1 m = 0,001 mm 1 m = 0,000001 m 0,6 m = 0,6 X 10-6 = 6 x 10-7 PANTULAN SPEKTRAL OBJEK Terdapat tiga objek utama di permukaan bumi, yaitu vegetasi, tanah,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia, dengan kondisi iklim basa yang peluang tutupan awannya sepanjang tahun cukup tinggi.

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Degradasi Hutan di Lapangan 4.1.1 Identifikasi Peubah Pendugaan Degradasi di Lapangan Identifikasi degradasi hutan di lapangan menggunakan indikator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN PEMETAAN TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 (OLI) DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG SITI PERMATA SARI

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN PEMETAAN TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 (OLI) DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG SITI PERMATA SARI IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN PEMETAAN TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 (OLI) DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG SITI PERMATA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

Metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual

Metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual Standar Nasional Indonesia Metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta

Lebih terperinci

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT THEMATIC MAPPER Ipin Saripin 1 Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama foto udara dianggap paling baik sampai saat ini karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.. Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Setiap obyek yang terdapat dalam citra memiliki kenampakan karakteristik yang khas sehingga obyek-obyek tersebut dapat diinterpretasi dengan

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan April 2009 sampai November 2009 di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Rully Sasmitha dan Nurlina Abstrak: Telah dilakukan penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di KPH Kebonharjo Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah. Meliputi Bagian Hutan (BH) Tuder dan Balo, pada Kelas Perusahaan Jati.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA HUTAN RAKYAT DAN PENUTUPAN LAHAN LAIN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 OLI (Studi kasus di Asosiasi Petani Hutan Rakyat Wonosobo)

IDENTIFIKASI POLA HUTAN RAKYAT DAN PENUTUPAN LAHAN LAIN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 OLI (Studi kasus di Asosiasi Petani Hutan Rakyat Wonosobo) IDENTIFIKASI POLA HUTAN RAKYAT DAN PENUTUPAN LAHAN LAIN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 OLI (Studi kasus di Asosiasi Petani Hutan Rakyat Wonosobo) DYAH AYU PUTRI PERTIWI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penutupan Lahan dan Perubahannya Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOTIK ISSN:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOTIK ISSN: INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD UNTUK IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA KARANGTENGAH KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN Munisya'ul Khosyi'ah 1, Miftahul Arozaq 2, Hoesni Noor M A 3, Vini Andarista 4, Anita

Lebih terperinci

II METODOLOGI PENELITIAN

II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat II METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Mei 2011. Penelitian dilakukan di wilayah Kerja HTI PT Toba Pulp Lestari Sektor Tele Kecamatan

Lebih terperinci

Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan

Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan No. Kelas 1 Hutan lahan kering primer dataran rendah 2 Hutan lahan kering primer pegunungan rendah 3 Hutan lahan kering sekunder dataran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banyumas Barat (Bagian Hutan Dayeuluhur, Majenang dan Lumbir). Penelitian ini dilakukan dengan mengolah dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik

Lebih terperinci

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data PENGINDERAAN JAUH KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data Lanjutan Sumber tenaga * Alamiah/sistem pasif : sinar matahari

Lebih terperinci

Interpretasi Citra dan Foto Udara

Interpretasi Citra dan Foto Udara Interpretasi Citra dan Foto Udara Untuk melakukan interpretasi citra maupun foto udara digunakan kreteria/unsur interpretasi yaitu terdiri atas rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di DAS Citarum Hulu Jawa Barat dengan luasan sebesar + 230.802 ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penutupan Lahan Tahun 2003 2008 4.1.1 Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi penutupan lahan yang dilakukan pada penelitian ini dimaksudkan untuk membedakan penutupan/penggunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya menerangkan semua tanda pengenal biosfer, atsmosfer, tanah geologi,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012 LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012 JUDUL KEGIATAN: PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tutupan lahan adalah bergesernya jenis tutupan lahan dari jenis satu ke jenis lainnya diikuti dengan bertambah atau berkurangnya tipe penggunaan dari waktu

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH: PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH: Studi Kasus Daerah Eks PLG 1 Juta Hektar di Kalimantan B. Mulyanto, B Sumawinata, Darmawan dan Suwardi Pusat Studi Lahan Basah, Institut Pertanian Bogor Jl.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN PEMETAAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 (OLI) DI KABUPATEN BOGOR BUNGA MENTARI

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN PEMETAAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 (OLI) DI KABUPATEN BOGOR BUNGA MENTARI IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN PEMETAAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 (OLI) DI KABUPATEN BOGOR BUNGA MENTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi Ukuran Hubungan antar obyek Informasi spasial dari obyek Pengambilan data fisik dari

Lebih terperinci