BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar Salah satu kriteria guru yang baik adalah jika guru itu dapat mengenal dan memahami peserta didiknya. Jika mengenal dan memahami peserta didik, guru dapat memberikan pembelajaran yang baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan anak dan harapan orang tua serta masyarakat pada umumnya. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus mengenal betul perkembangan fisik dan mental serta intelektual peserta didiknya. Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak yang berlangsung dari usia sekitar enam tahun hingga dua belas tahun. Masa ini merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena itu, guru akan selalu dituntut untuk memahami dengan betul karakteristik siswa sekolah dasar. Perkembangan anak merupakan salah satu sasaran utama dalam kegiatan pendidikan atau pembelajaran pada berbagai satuan, jenis, dan jenjang pendidikan. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan harus memperhatikan karakteristik perkembangan anak yang menjadi subjek didik. Piaget (Sumantri dan Syaodih, 2009: 1.15) mengemukakan bahwa proses perkembangan anak dari kecil hingga dewasa melalui empat tahap perkembangan, yaitu: 1) Tahap Sensori Motor (0-2 Tahun) Pada tahap ini, kegiatan intelektual anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang diterima secara langsung melalui indera. Pada saat anak mencapai kematangan dan secara 7

2 8 perlahan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Pada tahap ini anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama benda tersebut. 2) Tahap Praoperasional (2-7 Tahun) Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada tahap ini. Anak semakin memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda-benda. Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisa rasional. Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu kesuluruhan yang besar. 3) Tahap Operasional Konkret (7-11 Tahun) Pada tahap ini anak akan mulai berpikir logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Masalah yang dihadapi dalam tahap ini bersifat konkret. Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi masalah yang bersifat abstrak. Pada tahap ini anak menyukai soal-soal yang telah tersedia jawabannya. 4) Tahap Operasional Formal (11-15 Tahun) Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategori, baik yang abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapat memikirkan buah pikirannya, dapat membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara realistis. Siswa kelas V di SD Negeri 1 Pejagoan berumur antara tahun. Pada masa itu anak masih masuk dalam tahap operasional konkret. Piaget (Sudarwan, 2013: 80) menyatakan bahwa proses berpikir anak-anak berubah secara signifikan selama tahap operasional konkret. Anak-anak usia sekolah bisa terlibat dalam klasifikasi atau kemampuan untuk mengelompok sesuai dengan fitur dan serial pemesanan atau kemampuan untuk mengelompokkan sesuai dengan

3 9 perkembangan logis. Anak-anak telah memiliki kemampuan untuk memahami hubungan sebab-akibat. Berdasarkan pembahasan tentang karakteristik siswa sekolah dasar, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V berada pada fase operasional konkret. Karakteristik yang dimiliki diantaranya mempunyai rasa ingin tahu tinggi, berimajinasi, suka bermain dengan senang dan gembira, aktif, ingin berprestasi, suka berkelompok dengan teman sebaya, serta menyukai hal-hal yang baru. Hal itu pula yang dimiliki siswa oleh siswa kelas V di SD Negeri 1 Pejagoan dengan berbagai karakteristik siswa sekolah dasar pada umumnya. Dengan mengetahui berbagai karakteristik siswa, seorang guru dituntut untuk mampu mengemas pembelajaran, baik perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa. Pada pembelajaran IPS siswa melakukan pengalaman belajar sehingga materi yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna. Maka dari itu, peneliti mencoba untuk menerapkan pendekatan saintifik, karena dalam pendekatan saintifik meliputi beberapa tahap, diantaranya mengamati, menanya, mencari informasi, mengolah informasi, dan menyimpulkan atau mengkomunikasikan. Tahapan tersebut sangat cocok dengan karakteristik siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, aktif, ingin berprestasi, dan suka berkelompok dengan teman sebaya. Selain itu, peneliti juga akan menggunakan multimedia sebagai media untuk membanguan pemahaman siswa dari yang abstrak menjadi lebih konkret, karena pada fase operasional konkret ini siswa belum dapat memahami pengetahuan yang bersifat abstrak. Pada pembelajaran IPS hendaknya siswa memiliki kesempatan untuk aktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun kelompok. Melalui pendekatan saintifik dengan multimedia diharapkan siswa mampu berpengalaman aktif dalam belajarnya sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar yang akan dicapai.

4 10 b. Belajar, Pembelajaran, dan Hasil Belajar 1) Belajar Menurut Gagne (Susanto, 2013: 1), belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana suatu organisme merubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2013: 13) belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Menurut pandangan Skinner (Sagala, 2013: 14) belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Burton (Hosnan, 2014: 3) mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka dapat beinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan Djamarah dan Zain (Susanto, 2013: 3) menetapkan bahwa dua indikator belajar adalah sebagai berikut: (a) daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok; (b) perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ instruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok. Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan belajar adalah proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan disertai adanya interaksi antara individu dengan individu lain maupun individu dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tindakan atau perilaku pada diri individu dari semula tidak tahu menjadi tahu. 2) Pembelajaran Sagala (2013: 61) mengatakan pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh

5 11 peserta didik atau murid. Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2013: 62) menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk membangun kreativitas berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah antara peserta didik, pendidik, dan sumber belajar sebagai upaya untuk membangun pengetahuan yang dilakukan pada suatu lingkungan belajar. 3) Hasil Belajar Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar di suatu lingkungan belajar. Nawawi (Susanto, 2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Menurut Sunal (Susanto, 2013: 5), untuk mengetahui apakah hasil belajar yang telah dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara mengukur tingkat penguasaan siswa. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional

6 12 menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom. Menurut Bloom (Sudjana, 2009: 22) secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranaf afektif, dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. a) Ranah kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, implikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. b) Ranah afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. c) Ranah psikomotorik Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: (1) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar); (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; (3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain; (4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan;

7 13 (5) gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi nondecursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris. Sekalipun demikian, tidak berarti bidang afektif dan psikomotoris diabaikan sehingga tidak perlu dilakukan penilaian. Tipe hasil belajar psikomotoris berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam. Ketiga hasil belajar yang telah dijelaskan di atas penting diketahui oleh guru dalam rangka merumuskan tujuan pengajaran, menyusun alat-alat penilaian, baik melalui tes maupun nontes. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang peneliti paparkan adalah hasil belajar kognitif, yaitu hasil belajar pada materi peristiwa dan tokoh proklamasi. Menurut Sudjana (2009: 35) alat-alat penilaian hasil belajar yakni tes, baik tes uraian (esai) maupun teks obyektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari bentuk, yakni pilihan bentuk benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi. Tes sebagai penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),

8 14 dan dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Hasil belajar tidak hanya dapat dinilai dengan tes, tetapi juga dinilai oleh alat-alat nontes atau bukan tes. Alat-alat nontes yang sering digunakan yaitu kuesioner dan wawancara, skala (skala penilaian, skala sikap, skala minat), observasi dan pengamatan, studi kasus dan sosiometri. Kelebihan nontes dari tes adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor. Penilaian non tes juga dapat digunakan untuk menilai proses belajar (Sudjana, 2009: 67). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi dan kemampuan diperoleh siswa setelah melalui proses belajar. Hal itu dapat diketahui melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif (pemahaman konsep), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan proses). Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi merupakan penilaian atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi hasil belajar siswa dapat diketahui dengan berbagai cara, diantaranya yaitu dengan tes atau nontes. 4) Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah proses meningkatnya serangkaian kegiatan yang dirancang sedemikian rupa oleh guru terhadap siswa untuk mempelajari bahan pelajaran IPS menggunakan langkah-langkah pendekatan saintifik yang dipadukan dengan multimedia sehingga siswa mengerti dan

9 15 paham terhadap materi kompetensi dasar IPS yang terdapat di kelas V SD. Hal ini ditunjukkan dengan hasil akhir yang baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan menjadi tolak ukur pembelajaran selanjutnya, yang bertolak pada proses dan hasil belajar. c. Konsep IPS 1) Pengertian IPS Ilmu Pengetahun Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Permendiknas No. 22, 2006: 575). Rudy (2013: 48) mengatakan, Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi. Lebih lanjut Faqih dan Bunyamin (2001: 5) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahun Sosial adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, dan generalisasi isu sosial yang memuat materi Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.

10 2) Tujuan IPS Mata pelajaran IPS di sekolah dasar merupakan program pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Selain itujuga memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara baik. Berdasarkan falsafah negara, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu: 16 Membentuk manusia pembangunan yang ber-pancasila membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, meliputi pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dan dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh rasa tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD Sejalan dengan tujuan tersebut, tujuan pendidikan IPS menurut Nursid Sumaatmaja (Gunawan, 2013: 18) adalah Membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara. Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik (Gunawan, 2013: 18) merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkahlaku para siswa, yaitu (1) pengetahuan dan pemahaman; (2) sikap hidup belajar; (3) nilai-nilai sosial dan sikap; (4) keterampilan. Mutakin (Susanto, 2013: 145) merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut: (a) memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat; (b) mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu

11 17 menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial; (c) mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat; (d) menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial serta mampu membuat analisis kristis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat; (e) mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat; dan (f) menjadi warga negara yang baik. Gunawan (2011: 37) menjelaskan Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Dari beberapa pendapat di atas mengenai tujuan IPS, dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah membekali siswa menjadi warga negara Indonesia yang baik dan bertanggung jawab dengan mengembangkan kemampuannya sesuai dengan bakat dan minat serta menumbuhkan jiwa nasionalisme dan sikap mental positif terhadap perbaikan dalam membangun kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan agar mampu memecahkan masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi warga dunia yang efektif. 3) Ruang Lingkup IPS Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materinya, budayanya, kejiwaannya, pemamfaatan sumber daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya

12 18 maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya mempelajari, menelaah, mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya, maka pengajaran IPS di tiap jenjang pendidikan harus dibuat batasan-batasan sesuai dengan kemampuan peserta didik pada tingkat masing-masing jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah, dan juga dengan jenjang pendidikan tinggi. Ruang lingkup IPS menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 adalah sebagai berikut: (a) manusia, tempat, dan lingkungan; (b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (c) sistem sosial dan budaya; (d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Sedangkan menurut Gunawan (2013: 51) ruang lingkup mata pelajarang IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (a) manusia, tempat, dan lingkungan; (b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (c) sistem sosial dan budaya; (d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan; (e) IPS SD sebagai pendidikan Global (global education), yakni mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia; menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa; menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa dunia; mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan. Berdasarkan penjabaran tentang ruang lingkup pembelajaran IPS, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembelajaran IPS adalah keseluruhan kehidupan manusia yang berkaitan dengan masyarakatnya, yaitu: (a) manusia, tempat, dan lingkungan; (b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (c) sistem sosial dan budaya; (d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan; dan IPS SD sebagai pendidikan global.

13 19 Dari berbagai ruang lingkup pembelajaran IPS yang telah diuraikan, materi yang peneliti pilih termasuk ke dalam ruang lingkup yang kedua, yaitu waktu, keberlanjutan, dan perubahan. Hal ini dikarenakan materi tentang peristiwa dan tokoh-tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia terdapat unsur waktu yaitu kejadian pada materi ini merupakan kejadian di masa lalu, peristiwa tersebut juga berkelanjutan dari peristiwa-peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan sampai proklamasi kemerdekaan itu dilakukan. Pada materi ini juga menjelaskan adanya perubahan dari keadaan awal bangsa Indonesia belum memproklamasikan kemerdekaan hingga pada saatnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu, karena pengajaran IPS tidak hanya sekedar menyajikan materimateri yang akan memenuhi ingatan peserta didik, melainkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materimateri yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya. 4) Materi Pembelajaran a) Standar Isi IPS Kelas V Semester 2 Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar tentang materi peristiwa dan tokoh-tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia berdasarkan Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut.

14 Tabel 2.2. Penjabaran Standar Isi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD/ MI Kelas V Semester 2 pada Materi Perisitiwa dan tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 20 Standar Kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Dasar 2.3 Menghargai jasa dan peran dan tokoh dalam memprokla masikan kemerdekaan Indikator Menyebutkan berbagai peristiwa menjelang proklamasi kemerde kaan Indonesia Menjelaskan pembentukan alat kemerdekaan Indonesia Mengemukakan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia Menyebutkan tokoh-tokoh dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia Menjelaskan cara menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasika n kemerdekaan Indonesia Mengindentifikasi nilai-nilai positif dari tokoh proklamasi yang dapat diteladani.

15 21 b) Materi Pembelajaran IPS Kelas V SD Adapun materi yang akan dipelajari dalam pembelajaran selama penelitian adalah materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. (1) Peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan (a) Pertemuan di Dalat Tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Soekarno, dan Drs. Muhammad Hatta memenuhi undangan Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan). Dalam pertemuan itu, Jenderal Terauchi mengatakan pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan itu diambil setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom di Jepang. Akibatnya, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus (b) Menanggapi berita kekalahan Jepang Berita tentang kekalahan itu sangat dirahasiakan oleh Jepang. Semua radio disegel oleh pemerintah Jepang. Namun demikian, ada juga tokoh-tokoh pergerakan yang dengan sembunyi-sembunyi mendengarkan berita tentang kekalahan Jepang tersebut. Di antaranya adalah Sutan Syahrir. Keputusan rapat pada tanggal 15 Agusutus 1945 sore, disampaikan oleh Wikana dan Darwis kepada Soekarno. Utusan golongan muda mengancam akan terjadi pertumpahan darah jika tuntutan golongan muda tidak dilaksanakan. Hal ini menimbulkan suasana ketegangan. Soekarno marah mendengar ancaman itu. Peristiwa menegangkan itu disaksikan oleh golongan tua, seperti Muhammad Hatta, Ahmad Subarjo, Dr. Buntaran,

16 22 Dr. Sanusi, dan Iwa Kusumasumantri. Golongan tua tetap menekankan perlunya melakukan proklamasi kemerdekaan dalam rapat PPKI untuk menghindari pertumpahan darah. (c) Peristiwa Rengasdengklok Setelah mengetahui pendirian golongan tua, golongan muda mengadakan rapat lagi menjelang pukul Mereka melakukan rapar di asrama Baperpi, Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut selain dihadiri mereka yang mengikuti rapat di Pegangsaan Timur, juga dihadir Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi, dan Sodancho Singgih. Golongan tua dan golongan muda sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jakarta, golongan tua diwakili Ahmad Subardjo dan golongan muda diwakili Wikana. Laksamana Maeda bersedia menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu, Jusuf Kunto, dari pihak pemuda mengantarkan Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok pada hari itu juga. Mereka akan menjemput Soekarno-Hatta. Semula para pemuda tidak mau melepas Soekarno-Hatta. Ahmad Soebardjo memberikan jaminan bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus keesokan harinya, selambat-lambatnya pukul bila hal tersebut tidak terjadi, Ahmad Soebardjo rela mempertaruhkan nyawanya,. Dengan jaminan itu, komandan kompi Peta setempat, Cudanco Subeno bersedia melepaskan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.

17 23 (d) Perumusan teks proklamasi Sesampai di Jakarta, Soekarno-Hatta bersama Laksamana Maeda menemui Mayjen Nishimura untuk berunding. Nishimura tidak mengizinkan proklamasi kemerdekaan. Kemudian, mereka menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1. Di tempat inilah naskah proklamasi dirumuskan. Para pemuka Indonesia yang hadir dan berkumpul dalam dua ruangan, ruang makan dan serambi depan. Perumusan teks proklamasi dilakukan di dalam ruang makan di Soekarno, Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo. Soekarno menulis rumusan proklamasi tersebut. Gambar 2.1 Konsep naskah Proklamasi tulisan tangan Bung Karno Gambar 2.2 Naskah Proklamasi yang diketik Sayuti Melik.

18 24 Setelah selesai, teks proklamasi tersebut dibacakan di hadapan tokoh-tokoh peserta rapat. Setelah terjadi kesepakatan bersama, teks proklamasi selanjutnya diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Teks proklamasi yang sudah ditandatangani oleh Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Naskah itulah yang dikenal dengan naskah Proklamasi yang autentik. (2) Pembentukan Alat Kemerdekaan Indonesia Pada tanggal 18 Agustus 1945 diselenggarakan sidang PPKI yang pertama, yang menghasilkan keputusan sebagai berikut. a. Mengesahkan dan menetapkan RUUD (yang dibuat dalam sidang II BPUPKI) menjadi UUD negara RI (dikenal dengan UUD 1945). b. Memilih Ir. Soekarno dan Moh. Hatta menjadi presiden dan wakil presiden. c. Dalam masa peralihan, tugas presiden dibantu oleh KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat). (3) Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi banyak orang yang berkumpul di kediaman Soekarno. Mereka adalah rakyat dan para pemuda. Sekitar pukul 10.00, Ir. Soekarno didampingi Drs. Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah pembacaan teks proklamasi selesai, upacara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. Pengibaran bendera Merah Putih dilakukan oleh Suhud dan Cudanco Latif, serta diiringi lagu Indonesia Raya. Bendera Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno.

19 25 Pada saat Sang Saka Merah Putih dikibarkan, tanpa ada yang memberi aba-aba, para hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah pengibaran bendera Merah Putih, Wali kota Suwiryo dan dr. Mawardi memberikan sambutan. Kemudian mereka yang hadir saling bertukar pikiran sebentar lalu pulang ke rumah masing-masing. Peristiwa yang sangat penting bagi bangsa Indonesia ini berlangsung sekitar satu jam. Meski sangat sederhana, namun upacara itu dilakukan penuh kekhimatan. Peristiwa itu membawa perubahan yang luar biasa bagi kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Bangsa baru telah lahir. (4) Tokoh-tokoh Penting dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Ada banyak tokoh yang terlibat dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus Tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa proklamasi dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan tua dan golongan muda. Kedua golongan ini sama-sama berjuang agar bangsa Indonesia merdeka. (a) Ir. Soekarno ( ) Soekarno adalah tokoh yang sangat penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sebagai pemimpin Indonesia yang menonjol waktu itu, Bung Karno dipilih menjadi Ketua PPKI. Sepak terjang Bung Karno pada saat-saat menjelang kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari kedudukan beliau sebagai ketua PPKI. Peran Bung Karno yang sangat menonjol adalah bersama Bung Hatta bertindak sebagai proklamator. Bung Karnolah yang akhirnya dengan penuh keberanian

20 26 dan kekhidmatan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus (b) Drs. Mohammad Hatta Peran Moh. Hatta dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan sangatlah penting. Waktu itu, Bung Hatta dianggap sebagai pemimpin utama Bangsa Indonesia selain Bung Karno. Beberapa kali beliau menjadi perantara antara golongan tua dan golongan muda bisa dipertemukan. Selain itu, Bung Hatta adalah perumus naskah proklamasi. Bersama Bung Karno, Bung Hatta bertindak sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia. Selain menandatangani proklamasi, beliau juga mendampingi Bung Karno dalam membacakan teks proklamasi. Bung Hatta juga sangat berjasa atas perubahan beberapa kata dalam Piagam Jakarta. Sebagai pemimpin bangsa, beliau menerima aspirasi seluruh rakyat Indonesia. Beliau memikirkan keutuhan seluruh bangsa Indonesia. (c) Ahmad Subardjo Ahmad Subardjo adalah penasehat PPKI. Beliau menjadi penengah golongan tua dan golongan muda ketika Soekarno-Hatta diculik dan diamankan ke Rengasdengklok. Setelah mencapai kesepakatan, beliau menjemput Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Beliau meyakinkan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 akan diumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Peran penting lain Subardjo adalah merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan. Bersama Bung Karno dan Bung Hatta, beliau merumuskan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda.

21 27 (d) Ibu Fatmawati Sebagai istri pemimpin bangsa Indonesia, Fatmawati turut mendampingi Soekarno. Ibu Fatmawati dikenal sebagai orang yang dekat dengan rakyat indonesia yang sedang memperjuangkan kemerdekaan. Jasa Ibu Fatmawati sangat menonjol dalam peristiwa proklamasi. Beliau menjahit Bendera Pusaka, Merah Putih. Beliau menjahit Bendera Pusaka ini pada bulan Oktober Bendera ini dikibarkan setelah Bung Karno membaca teks proklamasi. (e) Sutan Syahrir Sutan Syahrir adalah tokoh politik, pejuang kemerdekaan, dan perdana menteri pertama RI. Syahrir dilahrkan di Bukit tinggi. Pada zaman Jepang, Syahrir memutuskan untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah Jepang. Beliau salah satu tokoh yang berani mengambil resiko mencari berita dan mendengarkan berita radio. Syahrir adalah salah tokoh yang paling awal mengetahui berita Jepang menyerah kepada Sekutu. Setelah beliau mengetahui berita tersebut, beliau mendesak Soekarno- Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan RI di luar rapat PPKI. (f) Laksamana Takasi Maeda Laksamana Maeda adalah seorang perwira penghubung Jepang. Beliau mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia. Dukungannya telah tumbuh sejak beliau menjabat atase militer di Belanda. Di Belanda, beliau menjalin hubungan dengan sejumlah mahasiswa, misalnya Ahmad Subardjo.

22 28 Beliau menjamin keselamatan perencanaan proklamasi. Perumusan teks proklamasi dilakukan di rumah beliau. Karena dukungannya terhadap persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia, beliau ditangkap oleh Sekutu dan dipenjara di Gang Tengah. (5) Cara Menghargai Jasa dan Peranan Tokoh Proklamasi Kemerdekaan yang dinikmati sekarang, bukan pemberian dari Jepang atau pemerintah Belanda. Kemerdekaan ini adalah hasil perjuangan Bangsa Indonesia sendiri. Dalam perjuangan mencapai Indonesia merdeka, para pahlawan mengorbankan harta, benda, dan nyawa. Tidak terhitung jumlah putra bangsa yang gugur di seluruh Nusantara. Mereka rela mempertahankan jiwa raga demi membela tanah air Indonesia. Ada beberapa cara mengenang dan menghormati jasa para pahlawan, di antaranya sebagai berikut. (a) Pada waktu upacara di sekolah atau di kantor, dilakukan acara mengheningkan cipta yang tujuannya untuk mengenang jasa para pahlawan. (b) Melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan dan mendoakan semoga arwahnya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa. (c) Meneladani semangat perjuangan para pahlawan dalam kehidupan sehari-hari. (d) Mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif dan membangun Indonesia supaya lebih maju (6) Nilai-Nilai Postif Tokoh Proklamasi yang Dapat Diteladani Para tokoh proklamasi kemerdekaan memiliki jasa yang sangat besar dalam memerdekakan Negara Indonesia. Mereka berjuang sampai titik darah penghabisan demi

23 29 merdekanya Indonesia. Sikap mereka tentunya adalah sikap yang harus diteladani oleh masyarakat Indonesia. Berikut ini adalah nilai-nilai positif dari para tokoh proklamasi yang dapat kita teladani: (a) rela berkorban; (b) cinta tanah air; (c) rela menolong; (d) semangat yang tinggi; (e) pantang menyerah; (f) kekompakan 2. Pendekatan Saintifik dengan Multimedia a. Pendekatan Saintifik 1) Pengertian Pendekatan Pembelajaran Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian pendekatan adalah (a) proses, perbuatan, cara mendekati; (b) usaha dalam rangka aktivitas pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah pengamatan. Adapun pengertian pendekatan pembelajaran menurut Hosnan (2014: 32) antara lain sebagai berikut. a) Perspektif (sudut pandang; pandangan) teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam memilih model, metode, dan teknik pembelajaran. b) Suatu proses atau perbuatan yang digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran. c) Sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. 2) Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Adapun macam-macam pendekatan pembelajaran yang dikemukakan oleh Irzieq (2013: 4) antara lain pendekatan kognitif, pendekatan sosial budaya, pendekatan humanistik, pendekatan integratif, dan pendekatan saintifik.

24 30 a) Pendekatan kognitif Pendekatan kognitif pembelajaran beranjak dari teori perkembangan kognitif Piaget. Proses kognitif ditandai oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian data baru ke dalam struktur kognitif. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif dengan situasi baru. Sedangkan equilibrasi adalah proses penyesuaian kembali yang terus-menerus antara asimilasi dan akomodasi. b) Pendekatan sosial budaya Pendekatan sosial budaya dalam pembelajaran bertolak dari teori Belajar Sosial dari Albert Bandura (1971). Teori tersebut mencoba menjelaskan proses belajar di dalam setting atau situasi yang alami (naturalistic). Diakui bagaimanapun juga lingkungan sosial memberikan banyak kesempatan kepada individu untuk memperoleh keterampilan dan kemampuan melalui pengamatan terhadap perilaku contoh dan implikasinya terhadap perilaku individu. c) Pendekatan humanistik Pendekatan humanistik bertolak dari humanistic psicology yang melihat proses belajar sebagai proses membangun pengetahuan melalui pengalaman. Hakekat proses belajar adalah integrasi dan dinamika proses prehension (penangkapan makna) dan dinamika transformation (pengubah atau pengolahan hasil penangkapan). d) Pendekatan integratif Pendekatan integratif (Integrated Approach) dimaksudkan sebagai pendekatan yang memusatkan perhatian pada suatu masalah dengan menggunakan berbagai konsep dan metode dalam berbagai bidang ilmu. Pendekatan ini juga

25 31 sering disebut pendekatan antar bidang ilmu (Interdisciplinary Approach, Interfiled Approach). Pendekatan ini memusatkan perhatian terhadap pengkajian masalah dan pemecahannya dari tiga sudut pandang, yakni ilmu, teknologi, dan masyarakat. e) Pendekatan saintifik Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan ilmiah meliputi langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. 3) Pendekatan Saintifik a) Pengertian Pendekatan Saintifik Menurut Daryanto (2014: 51), pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, mengolah data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan. Sani (2014: 50) mengatakan bahwa pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah ini pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan dan percobaan. Oleh sebab itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber.

26 32 Sependapat dengan Daryanto dan Sani, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan yang melibatkan keterampilan proses yang meliputi mengamati, menanya, mengklasifikasi, mencari informasi, meramalkan, mengolah informasi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan untuk mendapatkan pengetahuan baru yang membekas di pemikiran siswa. b) Prinsip Pendekatan Saintifik Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut Daryanto (2014: 58) adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran berpusat pada siswa (2) pembelajaran membentuk student self concept (3) pembelajaran terhindar dari verbalisme (4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. (5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa. (6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi (7) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. c) Langkah dalam Pendekatan Saintifik Daryanto (2014: 59) mengatakan bahwa langkahlangkah pendekatan ilmiah (saintifik) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan.

27 33 Menurut Dyer (dalam Sani, 2014: 53) pendekatan saintifik dalam pembelajaran memiliki komponen proses pembelajan antara lain: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mencoba/mengumpulkan informasi; (4) menalar/ asosiasi; (5) membentuk jejaring/ melakukan komunikasi. Sependapat dengan Daryanto dan Dyer, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan saintifik di antaranya adalah: (a) menggali pengetahuan dengan melakukan pengamatan; (b) mengajukan pertanyaan; (c) mengumpulkan data/informasi dari berbagai sumber pembelajaran; (d) mengolah data/ informasi yang telah diperoleh; dan (e) menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Observing (mengamati) Questioning (menanya) Experimenting (mencoba) Associating (menalar) Networking (membuat jejaring) Gambar 2.3 Langkah-langkah pendekatan Saintifik (1) Mengamati (Observing) Pada kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Melalui kegiatan mengamati peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. (2) Menanya (Questioning) Pada tahap menanya, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai

28 34 apa yang sudah dilihat atau diamati. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan. Selain mengajukan pertanyaan, siswa juga didorong untuk mampu menjawab pertanyaan dari guru. Oleh karena itu, guru perlu merancang kegiatan pembelajaran yang mengupayakan seluruh siswa aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan. (3) Mencoba/ Mengumpulkan Informasi (Experimenting) Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan menanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu, peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak dan memperhatikan fenomena atau objek yang diteliti. Dari kegiatan tersebut maka terkumpulah informasi. (4) Menalar/ Mengolah Informasi (Associating) Pada tahap mengolah informasi, kegiatan yang dilakukan adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik dari hasil mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai pada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi. (5) Mengkomunikasikan (Networking) Kegiatan mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar siswa dapat mengetahui secara benar atau ada yang harus diperbaiki.

29 35 b. Multimedia 1) Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahas Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gagne (Sadiman, dkk, 2010: 6) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Asyhar (2011: 5) berpendapat bahwa media memiliki peran yang sangat penting, yaitu suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi atara komunikator dan komunikan. Briggs (Anitah, 2008: 1) mengatakan bahwa media pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Termasuk di dalamnya, buku, video tape, slide suara, suara guru, tape recorder, modul, atau salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 2) Macam-macam Media Pembelajaran Macam-macam media pembelajaran menurut Asyhar (2011: 53) dikelompokkan menjadi empat macam, diantaranya adalah media visual, media audio, media audio-visual, dan multimedia. a) Media Visual Menurut Arsyad (Asyhar, 2011: 53) secara garis besar, unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri dari garis, bentuk, warna, dan tekstur. Garis tidak lain merupakan kumpulan dari titik-titik. Terdapat banyak sekali bentuk garis,

30 36 seperti garis horizontal, garis vertikal, garis lengkung, garis lingkar, garis zig-zag. Bentuk adalah sebuah konsep simbol yang dibangun atas garis-garis atau gabungan garis dengan konsep lainnya. Warna diperlukan untuk memberi kesan penekanan, juga untuk membangun kemenarikan dan keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi realisme dan menciptakan respon emosional. b) Media Audio Media audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran saja. Media audio berfungsi merekam dan memancarkan suara manusia, binatang, serta untuk tujuan interview. Media audio digunakan dalam pengembangan keterampilan-keterampilan mendengarkan untuk pesan-pesan lisan. c) Media Audio-Visual Media ini dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media audio-visual terbagi menjadi dua macam, yaitu: (1) Audio-visual murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti video kaset; dan (2) Audio-visual tidak murni, yaitu unsur suara dan unsur gambar nya berasal dari sumber yang berbeda. d) Multimedia Multimedia adalah media yang melibatkan jenis media untuk merangsang semua indera dalam satu kegiatan pembelajaran. Keuntungan penggunaan multimedia dalam pembelajaran diantaranya adalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep abstrak dengan lebih mudah.

31 37 e) Kriteria memilih Media Pembelajaran Agar pemilihan media tepat sasaran, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran. Memilih media hendaknya dilakukan secara cermat dan pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu. Menurut Asyhar (2011: 81) kriteria media pembelajaran yang baik yang perlu diperhatikan dalam proses pemilihan media adalah sebagai berikut: (1) jelas dan rapi; (2) bersih dan menarik; (3) cocok dengan sasaran; (4) relevan dengan topik yang diajarkan; (5) sesuai dengan tujuan pembelajaran; (6) praktis, luwes, dan tahan; (7) berkualitas baik; dan (8) ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar. Pendapat serupa mengenai pemilihan media pembelajaran khususnya untuk multimedia diungkapkan oleh Duffy, dkk (Anitah, 2008: 91), ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah: (1) kesesuaian dengan kurikulum; (2) interaksi pebelajar; (3) mendukung materi pembelajaran; (4) mudah dimanfaatkan; dan (5) memiliki kualitas teknis. Berdasarkan pendapat Asyhar dan Anitah, dapat disimpulkan bahwa dalam memilih media pembelajaran perlu memperhatikan kriteria-kriteria berikut: (1) sesuai dengan materi yang akan diajarkan; (2) sesuai dengan tujuan pembelajaran; (3) penggunaannya sesuai dengan karakteristik peserta didik; (4) jelas, menarik, rapi, dan mudah digunakan; dan (5) memiliki kualitas yang baik. f) Pengertian Multimedia Hefzallah (Anitah, 2008: 60) mengatakan bahwa multimedia digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan berbagai media secara terpadu dalam menyajikan atau mengajarkan suatu topik mata pelajaran. Menurut Heinich (Asyhar, 2011: 75),

32 38 multimedia merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media yang berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer. Sedangkan menurut Gayeski (Munir, 2013: 2) mendefinisikan multimedia sebagai kumpulan media berbasis komputer dan sistem komunikasi yang memiliki peran untuk membangun, menyimpan, menghantarkan, dan menerima informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, video, dan sebagainya. Dari beberapa definisi tentang multimedia di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa multimedia adalah kumpulan beberapa media berbasis komputer secara terpadu yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, video, maupun lainnya. Pada penelitian ini, cakupan media dalam multimedia yang akan peneliti gunakan adalah gabungan dari media teks, gambar, audio, dan video. (1) Teks Teks adalah suatu kombinasi huruf yang membentuk satu kata atau kalimat yang menjelaskan suatu maksud atau materi pembelajaran yang dapat dipahami oleh orang yang membacanya. (2) Gambar Gambar merupakan segala sesuatu yang dapat diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pemikiran yang bermacam-macam. (3) Audio Audio didefinisikan sebagai macam-macam bunyi dalam bentuk digital seperti suara, musik, narasi, dan sebagainya yang bisa didengar untuk keperluan latar, penyampaian pesan duka, sedih, semangat, dan macam-macam disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

33 39 (4) Video Video pada dasarnya adalah alat atau media yang dapat menunjukkan simulasi benda nyata. Menurut Agnew dan Kellerman video adalah media digital yang menunjukkan susunan atau urutan gambar-gambar bergerak dan dapat memberikan ilusi/fantasi. g) Langkah-langkah Penggunaan Multimedia Menurut Rasimin langkah-langkah penggunaan multimedia adalah: (1) merancang multimedia yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari; (2) mempersiapkan alat-alat dan peralatan elektronik yang akan digunakan dalam penyajian multimedia; (3) menyajikan multimedia kepada siswa; (4) menjelaskan tentang multimedia yang sudah disajikan sehingga siswa mudah untuk memahami materi yang dipelajari (Pratomo, 2014: 32). Pendapat serupa mengenai langkah-langkah penggunaan multimedia dikemukakan oleh Koirunisa (2014: 42) yaitu: (1) guru merancang multimedia sesuai dengan materi yang dipelajari: (2) guru mempersiapkan multimedia yang akan digunakan; (3) guru menyajikan multimedia; (4) guru menjelaskan multimedia. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penggunaan multimedia yaitu: (1) guru merancang multimedia sesuai dengan materi yang akan dipelajari; (2) guru mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk menyiapkan multimedia; (3) guru menyajikan multimedia kepada siiswa; (guru menjelaskan tentang multimedia yang sudah disajikan sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang akan dipelajari. h) Keunggulan dan Kekurangan Multimedia Munir (2013: 6) mengemukakan keunggulan multimedia pembelajaran antara lain: (1) penggunaan beberapa media dalam menyajikan informasi;

MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN

MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN OLEH : (XI-IIS.1) FIKRI NUR WAFA (16) FIRJATULLAH AL F. (17) HANIFATUL WAHDA (18) ISYFA MAULANA A. (19) JIHAN FADIYAH M. (20) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

DRAMA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA DIBALIK AKSI HEROIK PERJUANGAN PARA PAHLAWAN DI TAHUN 1945

DRAMA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA DIBALIK AKSI HEROIK PERJUANGAN PARA PAHLAWAN DI TAHUN 1945 DRAMA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA DIBALIK AKSI HEROIK PERJUANGAN PARA PAHLAWAN DI TAHUN 1945 BABAK I Latar di ruangan perkumpulan para golongan muda. Bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat

Lebih terperinci

Validitas Instrumen Pra Siklus. Cronbach's N of Items

Validitas Instrumen Pra Siklus. Cronbach's N of Items 87 Lampiran 1. Uji Validitas dan Reabilitas Validitas Instrumen Pra Siklus Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha.890 30 Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item

Lebih terperinci

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA BAB I MASA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Pembentukan BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) Pembentukan PPKI (Dokuritsu Junbi Inkai) Peristiwa Rengasdengklok Perumusan Teks

Lebih terperinci

BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA

BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA Bab keempat yang merupakan hasil kajian penulis terhadap fakta-fakta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing. Secara umum pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing. Secara umum pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pembelajaran Sejarah Pembelajaran sejarah adalah dua konsep kata yang memiliki arti khusus secara masing-masing. Secara umum pembelajaran dapat diartikan

Lebih terperinci

Kondisi Jepang semakin melemah ketika pada bulan februari 1944, pasukan-pasukan

Kondisi Jepang semakin melemah ketika pada bulan februari 1944, pasukan-pasukan Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Kedudukan Jepang semakin terdesak oleh Sekutu dalam Perang Dunia II di Asia Pasifik. Kondisi Jepang semakin melemah ketika pada bulan februari 1944, pasukan-pasukan

Lebih terperinci

RENGASDENGKLOK. Written by Soesilo Kartosoediro Thursday, 19 August :51 -

RENGASDENGKLOK. Written by Soesilo Kartosoediro Thursday, 19 August :51 - Rengasdengklok hanyalah sebuah kota kecamatan kecil di wilayah kabupaten Karawang, Jawa Barat. Namun tanpa Rengasdengklok yang terletak di sebelah utara kota Karawang ini barangkali perjalanan sejarah

Lebih terperinci

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 89 Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN 90 91 92 93 94 95 96 LAMPIRAN 2 INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR IPS SEBELUM VALIDASI MATERI JASA DAN PERAN TOKOH DI SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN 97 TES FORMATIF

Lebih terperinci

Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku

Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku Bab V Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku Ayo bersama mencintai NKRI! Sumber: bipa.ut.ac.id Gambar 5.1 Peta Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk melalui

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan Kelas : 7 Waktu : 12.45-14.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai :

Lebih terperinci

Lampiran 1 97

Lampiran 1 97 LAMPIRAN 96 Lampiran 1 97 98 99 100 101 Lampiran 2 Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SD Negeri Klero 01 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Kelas / Semester : V /

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

Lampiran 1 64

Lampiran 1 64 63 Lampiran 1 64 65 Lampiran 2 66 67 68 Lampiran 3 RPP KELAS EKSPERIMEN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Dasar : SD Negeri Kalibeji 01 Mata Pelajaran : IPS Kelas / Semester : VA / 2 Materi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. atau cara. Sedang secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis

BAB II KAJIAN TEORI. atau cara. Sedang secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau cara. Sedang secara umum strategi mempunyai pengertian

Lebih terperinci

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Tabel 2.3 Arti Penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 No Unsur Manfaat Akibat apabila tidak ada UUD 1 Warga Negara 2 Bangsa dan Negara Kesimpulan : C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS 1 Sekolah : SD 2 Kuripan Kabupaten Grobogan Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas/Semester : V/II Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran @ 35 menit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPS, maka jenis penelitian yang digunakan adalah classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. IPS, maka jenis penelitian yang digunakan adalah classroom action BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu meningkatkan hasil belajar IPS, maka jenis penelitian yang digunakan adalah classroom action research (penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN DI SD BAWEN 04

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN DI SD BAWEN 04 60 Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN DI SD BAWEN 04 61 Lampiran 2 SURAT IJIN PENELITIAN DI SD BAWEN 01 62 Lampiran 3 SURAT KETERANGAN PENELITIAN DI SD NEGERI BAWEN 04 63 Lampiran 4 SURAT KETERANGAN PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Partisipasi Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah ketrelibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu.

Lebih terperinci

SOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A

SOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A SOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A 1. Latar belakang Jepang memberi janji kepada bangsa Indonesia di kelak kemudian hari adalah a. ingin membentuk Asia Timur Raya b. untuk mendewasakan bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA GURU

HASIL WAWANCARA GURU 176 177 Lampiran 1 HASIL WAWANCARA GURU Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Desember 2013 Responden : Guru/Wali Kelas V Nama Guru : Mustiatun, S.Pd Tempat wawancara : Ruang Kantor Guru SD 4 Lau No. Pertanyaan Jawaban

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data mentah uji validitas instrumen

Lampiran 1 Data mentah uji validitas instrumen 65 Lampiran 1 Data mentah uji validitas instrumen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD N MUDAL KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI di susun untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2.1.1 Pengertian IPS Mata pelajaran di sekolah dasar terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok, salah satunya yaitu mata pelajaran IPS. Sapriya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hari merdekanya Indonesia menjadi momentum yang sangat penting bagi perjalanan bangsa Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Hal tersebut bisa diperoleh setelah

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercipta cenderung menjadikan siswa atau peserta didik pasif, tidak kreatif, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercipta cenderung menjadikan siswa atau peserta didik pasif, tidak kreatif, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya mengajar dipahami sekedar sebagai suatu kegiatan atau upaya menstransfer pengetahuan yang dimiliki oleh guru kepada siswanya. Dengan adanya paradigma

Lebih terperinci

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA A. Definisi Belajar dan Pembelajaran Menurut Arsyad (2007: 1) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Kartu Kata Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk majemuk atau jamak medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran

Lebih terperinci

MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Sejarah lahirnya Pancasila Tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi pada masa sekarang ini pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Seseorang tanpa pendidikan dianggap tidak mampu memasuki era globalisasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman ditandai dengan kemajuan teknologi, dituntut untuk dapat mengikuti kemajuan teknologi yang telah ada. Begitu halnya dengan jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa sebagai generasi penerus bangsa. Pendidikan menjadi hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran Pengertian media sebagai sumber belajar adalah segala benda serta mahluk hidup yang berada di lingkungan sekitar serta peristiwa yang dapat memungkinkan siswa

Lebih terperinci

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung 100 Sulastri, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS... PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI DISKUSI DAN EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS V SDN 02 SEMBON KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang dalam bertindak atau beraktifitas menuju pembenaran, dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Pengelolahan pendidikan harus berorientasi bagaimana menciptakan perubahan yang lebih

Lebih terperinci

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila 1. Nilai Semangat Pendiri Negara Sebelum kamu mempelajari tentang semangat kebangsaan para pendiri negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan dan pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat disepanjang kehidupan, melalui berbagai upaya yang berlangsung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Izin Validitas

Lampiran 1. Surat Izin Validitas LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1 Surat Izin Validitas 76 77 Lampiran 2 Surat Izin Penelitian 78 79 Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Siklus 1 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada dirinya seseorang. Belajar dan pembelajaran dapat dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen

Lebih terperinci

: SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1

: SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 Materi Pokok : Perumusan Dasar Negara Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan ( 3 x 40 menit)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPS Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 2003) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) suatu siswa pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, BAB II Tinjauan Pustaka A. Media Pembelajaran Interaktif Media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahas Arab, media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Diantara faktor-faktor tersebut adalah siswa,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan BAB V PEMBAHASAN A. Keterampilan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Media Pembelajaran Audio untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. Dalam

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI 10020021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan individu untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baik secara formal di sekolah maupun non-formal di lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mata pelajaran yang mengulas mengenai pengetahuan-pengetahuan umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mata pelajaran yang mengulas mengenai pengetahuan-pengetahuan umum 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial atau disingkat IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mengulas mengenai pengetahuan-pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pemuda Indonesia wajib mempertahankan Negara dan memajukan bangsa maka dari itu pemuda wajib selalu ingat akan semangat patriotik yang telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka

BAB II. Kajian Pustaka 5 BAB II Kajian Pustaka 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat PKn Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR 8 BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan pada BAB I, maka dalam penelitian ini difokuskan

Lebih terperinci