BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Jawa Timur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan tipologi Klaassen atas pertumbuhan ekonomi dan PDRB per

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Jawa Timur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan tipologi Klaassen atas pertumbuhan ekonomi dan PDRB per"

Yanti Lie
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian atas efek limpahan antarkabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan tipologi Klaassen atas pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita, 3 daerah yang secara konsisten berada pada kuadran I atau merupakan daerah cepat tumbuh dan maju/kaya pada tahun 2001 dan tahun 2013, yakni Kota Probolinggo, Kota Mojokerto, dan Kota Surabaya. Kabupaten/kota yang konsisten berada pada kuadran I atau yang mengalami peningkatan tipe memiliki capaian pelaksanaan pembangunan dengan kategori pro growth-pro poor atau pro growth. Sedangkan, kabupaten/kota yang konsisten berada pada kuadran IV atau yang mengalami penurunan tipe memiliki capaian pelaksanaan pembangunan dengan kategori pro poor atau tidak keduanya. 2. Indentifikasi kutub pertumbuhan berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Richardson (1978: ) yang diperkuat dengan pernyataan Kubis, et al. (2007), Ellison dan Glaeser (1997), Greenstone, et al. (2010), serta Dobrescu dan Dobre (2014), diketemukan bahwa kandidat terbaik kutub pertumbuhan di Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya. Namun, yang memenuhi ketiga kriteria sebagai kutub pertumbuhan adalah Kota Surabaya. Hal ini persis seperti temuan Kuncoro (2001) bahwa Kota Surabaya telah berevolusi menjadi kota industri dan pelabuhan besar, sehingga banyak industri bermunculan disekitar 96

2 Kota Surabaya yaitu di Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik, serta kabupaten/kota di sepanjang jalan raya utama yaitu Kota Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Malang. 3. Berdasarkan analisis efek limpahan pertumbuhan, ditemukan bahwa terdapat ketimpangan efek limpahan pertumbuhan yang tinggi dengan nilai terendah adalah 0,0769 pada Kabupaten Sumenep dan tertinggi sebesar 9,9454 pada Kabupaten Sidoarjo. Hal ini membuktikan bahwa dari tahun 2001 hingga tahun 2013 alokasi pembangunan masih terkonsentrasi di kawasan tengah. Selain itu, diperoleh bahwa pada kelompok kabupaten/kota dengan pertumbuhan yang tinggi dijumpai efek limpahan pertumbuhan yang tinggi pula. Sebaliknya, efek limpahan yang relatif rendah terjadi pada konsentrasi kabupaten/kota dengan pertumbuhan yang rendah. Hal ini didukung dengan temuan pola/kelompok/klaster spasial pada kabupaten/kota yang berada pada kuadran tipologi Klaassen yang sama. Temuan ini diperkuat dengan hasil analisis atas interaksi spasial yang memperlihatkan bahwa terdapat 2 klaster yang signifikan, yaitu 1 klaster high-high yang berada di kepulauan utama dan 1 klaster low-low yang berada di Kepulauan Madura. Klaster high-high terdiri atas Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, dan Kota Surabaya. Temuan ini membuktikan bahwa Kota Surabaya sebagai kutub pertumbuhan mampu memberikan efek limpahan terhadap daerah sekitarnya. Selain itu juga memperkuat hasil penelitian oleh Santosa dan McMichael (2005) yang menyatakan bahwa terjadi konsentrasi aktivitas ekonomi di kawasan tengah, khususnya pada tiga kabupaten/kota tersebut. 97

3 Klaster low-low terjadi antara Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Pamekasan. Kedua klaster ini memperlihatkan pertumbuhan ekonomi yang sinergis yang dibuktikan dengan koefisien korelasi linear Kendall s tau dan Spearman. Sebaliknya, ke-29 kabupten/kota yang lain tidak terdapat autokorelasi spasial yang mengindikasikan tidak signifikannya interaksi ekonomi antardaerah (Rey dan Montouri, 1999). Diperlukan penelitian yang lebih dalam dengan data yang lebih bervariatif untuk dapat menggali fenomena tersebut secara detail dan komprehensif. 5.2 Implikasi Berdasarkan simpulan hasil analisis tersebut di atas, maka implikasi yang dapat diajukan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Kabupaten/kota yang terjebak di kuadran IV atau yang mengalami degradasi tipe tipologi Klaassen pada tahun memiliki capaian pembangunan dengan kategori pro poor atau tidak keduanya. Kemiskinan dalam suatu kabupaten/kota bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota setempat. Akan tetapi, menjadi tanggung jawab seluruh elemen pemerintah di pusat maupun di daerah. Oleh karena itu, ketika target kemiskinan telah ditetapkan harus didukung dengan pembagian porsi pembangunan yang relevan. Dengan demikian ketimpangan kemampuan pembangunan antardaerah dapat diminimalisasi, dan tercapai pembangunan yang pro growth, pro poor di setiap kabupaten/kota. Karena menurut Warr (2006), lebih penting menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan daripada penanggulangan kemiskinan jangka pendek. 98

4 2. Identifikasi terhadap kutub pertumbuhan memperlihatkan bahwa Kota Surabaya merupakan kutub pertumbuhan di Provinsi Jawa Timur. Fenomena ini merupakan kewajaran, karena Kota Surabaya merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Timur yang menjadi pusat pembangunan di provinsi ini. Segala bentuk fasilitas publik yang tersedia tentu jauh lebih lengkap dan memadai untuk mendukung berbagai aktivitas ekonomi yang berpusat di kota tersebut. Keberadaan Kota Surabaya sebagai kutub pertumbuhan terbukti dapat memberikan dampak pertumbuhan industri terhadap kabupaten/kota disekitarnya. Hal ini menjadi bukti bahwa adanya kutub pertumbuhan dapat membawa dampak positif bagi daerah disekitarnya. Oleh karena itu, ada baiknya diterapkan strategi pembangunan berbasis kutub pertumbuhan di kabupaten/kota yang lain. Berdasarkan LISA cluster map, peneliti menyarankan untuk menerapkan strategi ini di Kabupaten Tuban atau Kabupaten Lamongan. Karena selain kabupaten tersebut tumbuh standar dan tumbuh kuat, juga mampu memberikan efek limpahan kepada kabupaten tetangganya. Namun, seperti saran Richardson (1976), bahwa dalam menerapkan strategi ini pengambil kebijakan harus sabar dalam menunggu dampak dari strategi kutub pertumbuhan. Selain itu, harus didukung dengan upaya promosi yang berkelanjutan dalam suasana ekonomi yang kondusif, serta memiliki resistansi terhadap intervensi politik. Dengan demikian adanya kutub pertumbuhan tersebut dapat memberikan dampak yang signifikan bagi Provinsi Jawa Timur dalam jangka panjang. 99

5 3. Perlunya upaya pemerataan hasil pembangunan di kawasan yang lain, sehingga tidak tercipta celah yang semakin besar antarkawasan di Provinsi Jawa Timur. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemerataan pembangunan infrastruktur jalan dan instalasi listrik. 5.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pada penelitian ini tidak dibahas perihal peranan sektor usaha pada tiap kabupaten/kota. Keterkaitan spasial yang dianalisis hanya berdasarkan performa ekonomi kabupaten/kota dari tahun 2001 hingga tahun Alat analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak dapat menjelaskan tingkat kontribusi efek limpahan terhadap pertumbuhan daerah tetangga. Selain itu, alat analisis yang dipergunakan juga tidak dapat menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya efek limpahan antardaerah. 5.4 Saran Untuk penelitian dengan topik serupa pada lokasi yang sama, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut. 1. Penambahan analisis terhadap sektor usaha tiap kabupaten/kota untuk mempertajam pembahasan perihal dinamika tipologi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Untuk melihat keterkaitan antarkabupaten/kota berdasarkan tiap sektor usaha yang ada kabupaten/kota, diperlukan 9 LISA cluster map untuk 9 sektor usaha berdasarkan data dari tahun 2001 hingga tahun

6 2. Penelitian tentang kontribusi efek limpahan terhadap pertumbuhan daerah tetangga dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efek limpahan pertumbuhan antarkabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur akan sangat menarik, karena dari penelitian tersebut akan dapat dilihat secara empiris faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat efek limpahan pertumbuhan antarkabupaten/kota. Sehingga hasil penelitian dapat memberikan konstribusi yang lebih dalam terhadap pembangunan di Provinsi Jawa Timur. 101

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,