KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Ida Nuraini Universitas Muhammadiyah Malang Abstract Pertumbuhan ekonomi telah lama dijadikan sebagai indikator keberhasilan pembangunan ekonomi. Namun demikian, yang sering terjadi adalah tingginya pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti dengan pemerataan pendapatan. Oleh sebab itu perlu adanya pengembangan konsep pembangunan ekonomi yang tidak hanya memakai indikator pertumbuhan ekonomi tetapi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang memasukkan dimensi pemerataan pendapatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan dan menganalisis daerah kabupaten/kota di Jawa Timur berdasar konsep pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yaitu yang mempertimbangkan adanya pemerataan pendapatan. Berdasar perhitungan menggunakan Indeks Williamson (IW) yang dimodifikasi dan data tahun , Kota Surabaya merupakan kota yang tingkat ketimpangan pendapatannya tertinggi dengan nilai IW mencapai 0,19. Sementara itu Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kota Blitar, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun dan Kota Batu merupakan derah yang ketimpangan pendapatannya paling rendah (IW = 0,00). Dari analisis Typology Klassen dapat disimpulkan bahwa 15 Kabupaten / Kota yang tergolong Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat (Pertumbuhan ekonominya tinggi dan ketimpangan pendapatannya rendah). Sementara itu Daerah Maju tapi Tertekan (pertumbuhan ekonominya rendah dan ketimpangan pendapatannya rendah) terdiri dari 17. Daerah Berkembang Pesat (pertumbuhan ekonominya tinggi dan ketimpangan pendapatannya tinggi) terdiri dari 4 Kabupaten / Kota. Sedangkan Daerah Relative Tertinggal (pertumbuhan ekonominya rendah dan ketimpangan pendapatannya tinggi) terdiri dari 2 Kabupaten / Kota yaitu Kabupaten Kediri dan Kota Kediri. Secara umum dapat disimpulkan bahwa Kabupaten/Kota di Jawa Timur belum memiliki kualitas pertumbuhan ekonomi yang baik karena belum semua wilayah kabupaten/kota memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan disparitas pendapatan yang belum merata. Tapi secara nasional Jawa Timur sudah dikatakan berhasil dalam distribusi pendapatan. Keyword: Kualitas Pertumbuhan Ekonomi, Distribusi Pendapatan, Pembangunan Ekonomi, Jawa Timur. PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi hingga kini masih digunakan sebagai indikator kemajuan perekonomian secara agregat. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan dalam produksi barang maupun jasa dalam suatu perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi ini merupakan salah satu indikator penting di dalam melakukan suatu analisis pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun menduduki peringkat 9 dari 93 negara, dan tahun menduduki peringkat 5. Namun perlu dicermati apakah tingginya pertumbuhan ekonomi atau kemajuan perekonomian di suatu negara bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat? Bisa jadi 79

2 pertumbuhan ekonomi yang tinggi justru mengakibatkan semakin besarnya ketimpangan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur berdasar data dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur hingga triwulan I tahun 2016 sebesar 5,34%. Pada triwulan yang sama tahun sebelumnya hanya sebesar 5,05%. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang tinggi tersebut sebagian besar didorong oleh 3 sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor industri manufaktur, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan ekonomi tersebut kelihatan tidak merata antar sektor. Sektor yang mengalami pertumbuhan cepat (dia atas 6%) seperti sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi serta keuangan, persewaan dan jasa. Sektor bangunan memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu 8,98%. Sektor pertanian memiliki peringkat pertumbuhan terendah yaitu 0,88% dan mengalami perlambatan hingga 0,26% pada tahun Pertumbuhan ekonomi harusnya mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat, namun syaratnya adalah bahwa pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto harus dibarengi dengan pengendalian laju inflasi. Pertumbuhan ekonomi yang tidak dibarengi dengan pertumbuhan inflasi akan menurunkan kesejahteraan masyarakat karena tingkat pendapatan tidak mampu mengimbangi kenaikan harga-harga yang dicerminkan dari naiknya tingkat inflasi. Tahun 2009 inflasi Jawa Timur sebesar 3,62% dan menjadi 7,59% pada tahun 2013 yang hal ini lebih besar daripada angka pertumbuhan ekonomi yang hanya sebesar 5,78%. Pertumbuhan ekonomi yang mencerminkan kesejahteraan masyarakat harus tercermin pada tingkat kemiskinan yang ada di daerah tersebut. Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur jika dilihat dari data antar Kabupate/Kota adalah sebagai berikut: Tabel 1. Penduduk Miskin Jawa Timur No Kabupaten/Kota Penduduk miskin (000) Persentase Penduduk miskin 1 Pacitan 88,90 16, Ponorogo 99,90 11, Trenggalek 90,00 13, Tulungagung 89,00 8, Blitar 116,70 10, Kediri 196,80 12, Malang 280,30 11, Lumajang 120,70 11,75 234,728 9 Jember 270,40 11, Banyuwangi 147,70 9, Bondowoso 111,90 14, Situbondo 87,70 13, Probolinggo 231,90 20, Pasuruan 170,70 10, Garis Kemiskinan Rp/Kap/Bln 80

3 No Kabupaten/Kota Penduduk miskin (000) Persentase Penduduk miskin 15 Sidoarjo 133,80 6, Mojokerto 113,30 10, Jombang 133,50 10, Nganjuk 136,50 13, Madiun 81,20 12, Magetan 74,00 11, Ngawi 123,20 14, Bojonegoro 190,90 15, Tuban 191,10 16, Lamongan 186,10 15, Gresik 166,90 13, Bangkalan 212,20 22,38 366, Sampang 239,60 25, Pamekasan 148,80 17, Sumenep 218,90 20, Kota Kediri 22,10 7, Kota Blitar 9,80 7,15 338, Kota Malang 40,60 4,80 393, Kota Probolinggo 19,00 8,37 355, Kota Pasuruan 14,20 7,34 328, Kota Mojokerto 8,00 6,42 328, Kota Madiun 8,50 4,86 338, Kota Surabaya 164,40 5,79 393, Kota Batu 9,10 4,59 355,317 Jatim 4748,40 12,28 0,45 Sumber: BPS Jatim Garis Kemiskinan Rp/Kap/Bln Tidak meratanya jumlah penduduk miskin di Jawa Timur mencerminkan belum adanya tingkat pemerataan pendapatan di masyarakat walaupun pertumbuhan ekonomi Jawa Timur cukup tinggi. Demikian pula dengan tingkat produktivitas tenaga. Sektor pertanian memiliki tingkat produktivitas tenaga kerja yang paling rendah dibanding sektor-sektor lainnya (Ida Nuraini:2008). Oleh karena itu perlu adanya perubahan paradigma indikator pembangunan ekonomi dari pertumbuhan ekonomi yang hanya menghitung perubahan produk domestik bruto (PDB) menjadi paradigma pertumbuhan ekonomi yang menambahkan indikator lain seperti indikator pemerataan pendapatan.penulis juga perlu menyampaikan tujuan penelitian penelitian secara jelas serta manfaat (optional) dilakukan penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Ekonomi 81

4 Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian (Sukirno, 1991). Penilaian mengenai cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi haruslah dibandingkan dengan pertumbuhan di masa lalu dan pertumbuhan yang dicapai oleh daerah lain (Sukirno, 1994). Dengan kata lain, suatu daerah dapat dikatakan mengalami pertumbuhan yang cepat apabila dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup berarti. Sedangkan dikatakan mengalami pertumbuhan yang lambat apabila dari tahun ke tahun mengalami penurunan atau fluktuatif. Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Straurt Mill, maupun ekonomneo klasik, Robert Solow dan TrevorSwan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhanekonomi yaitu (1) jumlah penduduk,(2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan (Sukirno, 1985; 275). Suatu perekonomian dikatakan mengalamipertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Kuznets memberikan enam ciri pertumbuhan yang muncul dalam analisis yang didasarkan pada produk nasional dan komponennya, dimana ciri-ciri tersebut seringkali terkait satu sama lain dalam hubungan sebab akibat (Jinghan, 1993). Keenam ciri tersebut adalah : a. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan produk per kapita yang tinggi. b. Peningkatan produktifitas yang ditandai dengan meningkatnya laju produk perkapita. c. Laju perubahan struktural yang tinggi yang mencakup peralihan dari kegiatan pertanian ke non pertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-unit produktif dan peralihan dari usaha-usaha perseorangan menjadi perusahaan yang berbadan hukum serta perubahan status kerja buruh. d. Semakin tingginya tingkat urbanisasi. e. Ekspansi dari negara lain. f. Peningkatan arus barang, modal dan orang antar bangsa. Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Wilayah 82

5 Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antara berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan perkapita antar daerah (Kuncoro, 2004). Berbagai penelitian tentang ketimpangan antar daerah telah banyak dilakukan Kuznets (1954) tercatat sebagai salah satu peneliti awal dalam meneliti kesenjangan. Ia meneliti kesenjangan di berbagai negara secara cross-sectional dan menemukan pola U terbalik. Kuznets menyimpulkan bahwa pendapatan rata-rata perkapita pada awal perkembangan negara masih rendah, dan tingkat kesenjangan juga rendah. Ketika pendapatan rata-rata naik, maka kesenjangan juga meningkat. Kemudian ketika pendapatan rata-rata naik lebih tinggi, maka kesenjangan akan turun kembali. Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris tahun 1973 menyatakan bahwa faktor penyebab ketimpangan pendapatan di Negara sedang berkembang (Arsyad, 1997) adalah sebagai berikut : a. Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan turunnya pendapatan perkapita. b. Inflasi. Dimana penerimaan pendapatan yang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertumbuhan produksi barang-barang. c. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah. d. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive). e. Rendahnya mobilitas sosial. f. Pelaksanaan kebijakan industri subtitusi impor yang menyebabkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi golongan kapitalis. g. Memburuknya nilai tukar bagi mata uang negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan negara maju sebagai akibat tidak elastisnya barang-barang ekspor dari negara sedang berkembang. h. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industry rumah tangga dan lain-lain. Tambunan (2001) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan ketimpangan wilayah antara lain : a. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah. Semakin tinggi konsentrasi kegiatan ekonomi di wilayah tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan pembangunan antar daerah. b. Alokasi Investasi. Berdasarkan teori Harrod-Domar yang menerangkan adanya korelasi positif antara tingkat investasi dengan laju pertumbuhan ekonomi, dengan kata lain bahwa kurangnya investasi disuatu wilayah akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat perkapita di wilayah tersebut rendah, karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif. 83

6 c. Tingkat Mobilitas dan faktor-faktor produksi yang rendah antar daerah. Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal bisa menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi regional. d. Perbedaan Sumberdaya Alam antar daerah. Dasar pemikiran klasik mengatakan bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumberdaya alamnya akan lebih cepat maju dibandingkan dengan daerah yang miskin sumberdaya alam. e. Perbedaan kondisi demografis antar wilayah. Ketimpangan ekonomi regional juga disebabkan oleh perbedaan kondisi demografis, terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat dan etos kerja. Faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi lewat sisi permintaan dan penawaran. f. Kurang lancarnya perdagangan. Kurang lancarnya perdagangan antar daerah juga merupakan unsur-unsur yang turut menciptakan terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Ketidaklancaran tersebut lebih disebabkan oleh keterbatasan sarana transportasi dan komunikasi. Penelitian yang dilakukan oleh Williamson (1966) menekankan pada kesenjangan antar wilayah di dalam negara. Williamson menghubungkan kesenjangan pendapatan rata-rata antar wilayah dengan berbagai faktor termasuk tingkat urbanisasi suatu wilayah. Dalam penelitian ini untuk menghitung disparitas pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur di gunakan Indeks Williamson. 1. Tipology Klassen Tipology Klassen merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi prioritas atau unggulan suatu daerah. Pendekatan Wilayah / Daerah seperti yang digunakan dalam penelitian Syafrizal maka peneliti memodifikasi analisis Tipology Klassen untuk mengetahui klasifikasi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan atau produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata PDRB per kapita sebagai sumbu horizontal. pendekatan wilayah dapat menghasilkan empat klasifikasi kabupaten yang masing masing mempunyai karakteristik pertumbuhan ekonomi yang berbeda yaitu : a. Daerah bertumbuh maju dan cepat (Rapid Growth region / Kuadran I) Daerah maju dan cepat tumbuh (Rapid Growth Region) adalah daerah yang mengalami laju pertumbuhan PDRB dan tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari rata-rata seluruh daerah. Pada dasarnya daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang paling maju, baik dari segi tingkat pembangunan maupun kecepatan pertumbuhan. Biasanya daerah-daerah ini merupakan merupakan daerah yang mempunyai potensi pembangunan yang sangat besar dan telah dimanfaatkan secara baik 84

7 untuk kemakmuran masyarakat setempat. Karena diperkirakan daerah ini akan terus berkembang dimasa mendatang. b. Daerah maju tapi tertekan (Retarted Region / Kuadran II) Daerah maju tapi tertekan (Retarted Region) adalah daerah-daerah yang relatif maju tetapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhannya menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Karena itu, walaupun daerah ini merupakan daerah telah maju tetapi dimasa mendatang diperkirakan pertumbuhannya tidak akan begitu cepat, walaupun potensi pembangunan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar. c. Daerah berkembang cepat (Growing Region / Kuadran III) Daerah berkembang cepat (Growing Region) pada dasarnya adalah daerah yang memiliki potensi pengembangan sangat besar, tetapi masih belum diolah secara baik. Oleh karena itu, walaupun tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi namun tingkat pendapatan per kapitanya, yang mencerminkan tahap pembangunan yang telah dicapai sebenarnya masih relatif rendah dibandingkan dengan daerahdaerah lain. Karena itu dimasa mendatang daerah ini diperkirakan akan mampu berkembang dengan pesat untuk mengejar ketertinggalannya dengan daerah maju. d. Daerah relatif tertinggal (Relatively Backward Region / Kuadran IV) Kemudian daerah relatif tertinggal (Relatively Backward Region) adalah daerah yng mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang berada dibawah rata-rata dari seluruh daerah. Ini berarti bahwa baik tingkat kemakmuran masyarakat maupun tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah ini masih relatif rendah. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa didaerah ini tidak akan berkembang di masa mendatang. Melalui pengembangan sarana dan prasarana perekonomian daerah berikut tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat setempat diperkirakan daerah ini secara bertahap akan dapat pula mengejar ketertinggalannya (Syafrizal, 1997). METODE Penelitian dengan obyek 29 daerah Kabupaten dan 9 daerah Kota di Jawa Timur menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB per kapita tahun yang bersumber dari BPS Jawa Timur. Analisis data yang digunakan adalah : 1. Tipology Klassen, dengan analisis Tipology Klassen yang dimodifikasi digunakan untuk memetakan daerah kabupaten/kota di Jawa Timur berdasar kualitas pertumbuhan ekonomi dan kualitas pemerataan pendapatan. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2. Tipology Klassen (dimodifikasi) 85

8 Pertumbuhan Ekonomi IW IW i < IW r gi> gr (Kuadran I) Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat gi< gr (Kuadran II) Daerah Maju tapi Tertekan IW i > IW r (Kuadran III) Daerah yang masih dapat Berkembang Pesat (Kuadran IV) Daerah Tertinggal Relative Sumber: Syafrizal, 1997 (dimodifikasi) Keterangan: gi : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten / Kota i gr : Pertumbuhan Ekonomi rata-rata Kabupaten / Kota di Jawa Timur IW i : Indeks Williamson daerah Kabupaten / Kota i IW r : Indeks Williamson rata-rata Kabupaten / Kota di JawaTimur 2. Analisis IndeksWilliamson (IW) : IW = (Yi Y)2 fi/n Y Dimana : IW Yi Y f i n : Indeks Williamson : Pendapatan per kapita di daerah studi i : Pendapatan per kapita rata-rata daerah refrensi : Jumlah penduduk di daerah studi i : Jumlah penduduk di daerah refrensi 3. Geografi Information System Analisis ini digunakan untuk memperjelas hasil perhitungan IW dan Typologi Klassen dengan menggunakan peta geografi wilayah. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Presentase Produk Domestik Regional Bruto yang terdiri dari 17 sektor ekonomi di Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 1. Ada 3 sektor ekonomi yang mendominasi PDRB, diantaranya adalah Industri pengolahan yang merupakan sektor dengan kontribusi terbesar pada PDRB di Jawa Timur yaitu 29%, ranking kedua yaitu sektor Perdagangan dengan kontribusi 86

9 18% dan disusul oleh sektor pertanian dengan kontribusi 14%. Sektor-sektor lain memiliki kontribusi yang relative rendah. Jasa Keuangan dan Asuransi 3% Informasi dan Komunikasi 5% Penyediaan Akomodasi 5% Real Estat 2% administrasi Jasa pemerintahan Perusahaan 1% 2% Jasa Pendidikan 3% Jasa Lainnya 1% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1% Pertanian 14% Pertambangan 4% Transportasi dan Pergudangan 3% Perdagangan 18% Industri Pengolahan 29% Listrik dan Gas 0% Konstruksi 9% Air, Sampah, Limbah 0% Gambar 1. Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Berlaku Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Dilihat dari kontribusi tiap-tiap sektor tersebut maka pemerintah Propinsi Jawa Timur harus berupaya agar sektor sektor lain yang masih rendah kontribusinya dapat ditingkatkan sehingga lebih merata distribusinya. 2. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Timur berdasar data tahun , dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi dapat dikatan baik yaitu 5,79%. Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Timur Wilayah Rerata Kabupaten Pacitan

10 Kabupaten Ponorogo Kabupaten Trenggalek Kabupaten Tulungagung Kabupaten Blitar Kabupaten Kediri Kabupaten Malang Kabupaten Lumajang Kabupaten Jember Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Bondowoso Kabupaten Situbondo Kabupaten Probolinggo Kabupaten Pasuruan Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Mojokerto Kabupaten Jombang Kabupaten Nganjuk Kabupaten Madiun Kabupaten Magetan Kabupaten Ngawi Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Tuban Kabupaten Lamongan Kabupaten Gresik Kabupaten Bangkalan Kabupaten Sampang Kabupaten Pamekasan Kabupaten Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Rata-rata Jatim Sumber:PDRB Provinsi Jawa Timur (diolah) Pertumbuhan ekonomi rata-rata Jawa Timur yang tinggi seperti pada tabel di atas secara umum dapat dikatakan baik, namun kalau dilihat dari penyebarannya antar kabupaten dan kota belum dapat dikatakan baik karena ada beberapa kabupaten yang pertumbuhan ekonomi tinggi seperti Kota 88

11 Surabaya, Kota Batu, Kota Madiun, Kota Blitar, Kabupaten Sumenep, Bojonegoro, Gresik, Lamongan, Pasuruan dan Sidoarjo, namun ada beberapa daerah yang pertumbuhan ekonominya sangat rendah seperti Kota Kediri, Kabupaten Sampang dan Bangkalan. 3. Disparitas (kesenjangan) Pendapatan berdasar Indeks Williamson. Analisis Indeks Williamson merupakan salah satu teknik untuk mengukur ketimpangan pendapatan antar wilayah. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Indeks Williamson Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur selama Tahun 2011 sampai dengan 2015 yang memiliki nilai terendah yaitu di Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kota Blitar, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Madiun dan Kota Batu (IW= 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah daerah tersebut tidak terjadi ketimpangan pendapatan. Sedangkan untuk rata-rata angka Indeks Williamson tertinggi yaitu mencapai nilai sebesar 0,19 yaitu Kota Surabaya. Tabel 4. Nilai Indeks Williamson Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun Kabupaten/kota Rerata Kabupaten Pacitan Kabupaten Ponorogo Kabupaten Trenggalek Kabupaten Tulungagung Kabupaten Blitar Kabupaten Kediri Kabupaten Malang Kabupaten Lumajang Kabupaten Jember Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Bondowoso Kabupaten Situbondo Kabupaten Probolinggo Kabupaten Pasuruan Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Mojokerto Kabupaten Jombang Kabupaten Nganjuk Kabupaten Madiun Kabupaten Magetan Kabupaten Ngawi Kabupaten Bojonegoro Kabupaten Tuban

12 Kabupaten Lamongan Kabupaten Gresik Kabupaten Bangkalan Kabupaten Sampang Kabupaten Pamekasan Kabupaten Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya Kota Batu Rata-rata Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur (diolah) Kesenjangan dalam pendapatan daerah kabupaten dan kota di Jawa Timur pada umumnya rendah, hanya Surabaya yang memiliki angka paling tinggi yaitu 0,2. Secara umum Provinsi Jawa Timur memiliki kesenjangan yang rendah. Nilai Indeks Williamson Jawa Timur jika dibandingkan dengan angka ketimpangan secara nasional masih tergolong rendah karena < 0,35. Kesenjangan dalam pendapatan daerah kabupaten dan kota di Jawa Timur pada umumnya rendah, hanya Surabaya yang memiliki angka paling tinggi yaitu 0,2. Secara umum Provinsi Jawa Timur memiliki kesenjangan yang rendah. Nilai Indeks Williamson Jawa Timur jika dibandingkan dengan angka ketimpangan secara nasional masih tergolong rendah karena < 0, Analisis Tipologi Klassen berikut: Hasil analisis Tipologi Klassen daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel Tabel 5. Tipologi Klassen Kabupaten dan Kota di Jawa Timur Wilayah Pertumbuhan Ekonomi Indeks Williamson Tipology Klassen Kabupaten Pacitan Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Ponorogo Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Trenggalek Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Tulungagung Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Lumajang Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Jombang Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan 90

13 Kabupaten Nganjuk Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Madiun Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Magetan Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Tuban Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Sampang Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Ngawi Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Probolinggo Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Situbondo Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Bangkalan Kabupaten Blita Rendah Rendah Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Bondowoso Rendah Rendah Daerah Maju tapi Tertekan Kabupaten Kediri Rendah Tinggi Daerah Relative Tertinggal Kota Kediri Rendah Tinggi Daerah Relative Tertinggal Kabupaten Malang Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kabupaten Mojokerto Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kabupaten Bojonegoro Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kabupaten Lamongan Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kabupaten Pamekasan Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kabupaten Sumenep Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kota Blitar Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kota Malang Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kota Probolinggo Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kota Pasuruan Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kota Mojokerto Kota Madiun Tinggi Tinggi Rendah Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat K Kabupaten Sumenep Ti Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kabupaten Banyuwangi Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kota Batu Tinggi Rendah Daerah Maju dan Tumbuh dengan Pesat Kabupaten Gresik Tinggi Tinggi Daerah Berkembang dengan Pesat Kabupaten Sidoarjo Tinggi Tinggi Daerah Berkembang dengan Pesat Kabupaten Jember Tinggi Tinggi Daerah Berkembang dengan Pesat Kota Surabaya Tinggi Tinggi Daerah Berkembang dengan Pesat Sumber: BPS Jawa Timur (data diolah) 91

14 Dengan analisis Geografiy Information System, maka informasi pada tabel Tipologi Klassen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2. Peta Kabupaten dan Kota Jawa Timur Berdasar Analisis Tipology Klassen Warna merah menggambarkan daerah relative tertinggal yaitu daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah dibanding rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Jawa Timur dan memiliki kesenjangan pendapatan yang tinggi dibanding rata-rata kesenjangan daerah kabupaten/kota di Jawa Timur. Semakin banyak daerah dalam kategori maju dan tumbuh dengan pesat maka semakin berkualitas pertumbuhan ekonominya. SIMPULAN DAN SARAN Di Jawa Timur masih ada 2 daerah Kabupaten/Kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang belum berkualitas yaitu pertumbuhan ekonomi yang rendah dan kesenjangan pendapatannya relative tinggi yaitu Kota Kediri dan Kabupaten Kediri. Sementara ada 15 daerah yang pertumbuhan ekonominya tinggi dan ketimpangan pendapatannya rendah, 4 daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi namun kesenjangan pendapatannya juga tinggi dan 17 daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah dan tidak adanya kesenjangan pendapatan. Untuk itu disarankan pada pemerintah Kabupaten dan Kota untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui kebijakan moneter dan fiskal serta regulasi regulasi daerah untuk 92

15 menunjang pertumbuhan PDRB sekaligus mengupayakan adanya pemerataan pendapatan melalui regulasi pemerintah daerah baik di sektor moneter maupun fiskal. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, , Jawa Timur Dalam Angka, BPS, Provinsi Jawa Timur. Badan Pusat Statistik, , PDRB Jawa Timur, BPS, Provinsi Jawa Timur. Badan Pusat Statistik, , PDRB Kabupaten / Kota se-jawa Timur, BPS, Provinsi Jawa Timur. Boediono, 1981, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE Yogyakarta. Cholif Prasetio Wicaksono, 2010, Analisis Disparitas Pendapatan antar Kabupaten / Kota dan Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah Tahun , FE UNDIP, Semarang, Skripsi. Glasson, Jhon, 1990, Pengantar Perencanaan Regional, terjemahan Paul Sitohang, LPFE UI Jakarta. Irawan dan Suparmoko, 1981, Ekonomi Pembangunan, BPFE UGM, Yogyakarta. Lincolin Arsyad, 1999, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta. Mudrajad Kuncoro, 1997, Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan, AMP YKPN, Yogyakarta. Mudrajad Kuncoro, 2001, Analisis Spasial dan Regional, AMP YKPN, Yogyakarta. Putu Mahesa Eka R. & Made suyana utama, 2013, Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan antar Kecamatan di Kabupaten Gianyar Tahun , Jurnal Ekonomi Pembangunan, FE UNUD, Bali. Sadono Sukirno, 1985, Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan, LPFE UI, Jakarta. Sutarno & Kuncoro, 2003, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas Periode tahun , Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.8 No.2 Desember 2003 hal , FE UGM. Syafrizal, 1997, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat, Majalah Prisma. No.3 Maret 1997, hal 27-38, LP3ES. Tambunan, 2001, Perekonomian Indonesia : Teori dan Temuan Empiris, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Tanjung Sasongko, 2012, Analisis Disparitas Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomiantar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun FE UB, Malang, Skripsi. Todaro, Michael. P, 1993, Perkembangan Ekonomi Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta. Tutik Yuliani, 2015, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan antar Kabupaten di Kalimantan Timur, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Universitas Balikpapan, Indonesia. 93

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR PROPINSI SUMATERA TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR PROPINSI SUMATERA TAHUN ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR PROPINSI SUMATERA TAHUN 2011-2015 Putri Suryani Sebayang Jurusan Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Email : putrisby76@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR Oleh: Zainal Arifin Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail/No. Hp: azainala@yahoo.com/08155528001 Abstract

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISPARITAS PENDAPATAN KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISPARITAS PENDAPATAN KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISPARITAS PENDAPATAN KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi Oleh : Muchamad Ilham Imawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga paradigma kebijakan pembangunan nasional sebaiknya diintegrasikan dengan strategi pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR Oleh: Zainal Arifin Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail/No. Hp: azainala@yahoo.com/08155528001 Abstract

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL KORIDOR UTARA SELATAN PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2005 2009 Oleh: M. Sofyan Andiatma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRACT The research analyzes

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dihitung menggunakan data PDRB Provinsi

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang berlangsung di Indonesia berjalan terus menerus dan tiap daerah tersebut berusaha untuk memajukan daerahnya.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam rangka pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE.

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE. Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5 April 2012 Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA Etik Umiyati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dari Sisi Penerimaan dan Sisi Pengeluaran Selama masa desentralisasi fiskal telah terjadi beberapa kali perubahan

Lebih terperinci

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal.

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal. 149 DAFTAR PUSTAKA Amir, H. dan S. Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input Output. Jurnal

Lebih terperinci

PENENTUAN LEADING SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

PENENTUAN LEADING SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR PENENTUAN LEADING SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Sudarti 1 1 Fakultas Ekonomi, IESP, Universitas Muhammadiyah Malang Alamat Korespondensi : Perum Pondok Bestari Indah E1/157 Landungsari

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTARA WILAYAH UTARA DAN SELATAN PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTARA WILAYAH UTARA DAN SELATAN PROVINSI JAWA TIMUR ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTARA WILAYAH UTARA DAN SELATAN PROVINSI JAWA TIMUR Warda Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya This research aimed to know disparity of economic

Lebih terperinci

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO 2 Penjelasan Umum Sensus Ekonomi 2016 Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit usaha/perusahaan (kecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Sebelum melakukan segmentasi, kita membutuhkan data-data tentang jawa timur sebagaiuntuk dijadikan acuan. Berikut data-data yang dapat dijadikan sebagai acuan. Segmentasi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAWA TIMUR

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAWA TIMUR Signifikan Vol. 4 No. 1 April 2015 KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAWA TIMUR Denny Iswanto Yayasan Al-Kahfi Kota Tangerang Selatan denny.iswanto@gmail.com

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN PENDAPATAN PROVINSI JAMBI. Oleh : PRIMA AUDIA DANIEL Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK

KAJIAN KESENJANGAN PENDAPATAN PROVINSI JAMBI. Oleh : PRIMA AUDIA DANIEL Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK KAJIAN KESENJANGAN PENDAPATAN PROVINSI JAMBI Oleh : PRIMA AUDIA DANIEL Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh jumlah penduduk, inflasi, investasi dan pertumbuhan

Lebih terperinci

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017 DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2017 DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2017 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017 DATA DINAMIS

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR

LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR Kondisi Umum Perekonomian Kabupaten/Kota di Jawa Timur Perekonomian di berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Timur terbentuk dari berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten,

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera Tiur Roida Simbolon Ilmu Ekonomi Regional, Fakultas Ekonomi Pascasarjana Unimed, Medan e-mail :

Lebih terperinci

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA UMUM 4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Jawa Timur (Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015) Berdasarkan hasil estimasi penduduk, penduduk Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 No. 35/05/35/Th. XV, 24 Mei 2017 BRTA RSM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS JAWA TMUR Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING SUB SEKTOR PERIKANAN KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING SUB SEKTOR PERIKANAN KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING SUB SEKTOR PERIKANAN KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TIMUR SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi Oleh: Moch. Rizki Firnanda NIM : 201210180311141

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Peneliti mengambil penelitian di Provinsi Jawa Timur yang terdiri atas 29 (dua puluh sembilan) kabupaten dan 9 (sembilan) kota yang telah dikelompokkan

Lebih terperinci

1.2. Perumusan Masalah

1.2. Perumusan Masalah I. PENDAHULUAN Analisis pemetaan potensi ekonomi wilayah memperlihatkan terjadinya disparitas pemanfaatan sumberdaya perikanan antara wilayah pesisir Utara, daratan dan Selatan, hasil analisis PDRB, rasio,

Lebih terperinci

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 4.1 Kondisi Kecukupan Kalori dan Protein Keseimbangan kontribusi diantara jenis pangan yang dikonsumsi masyarakat adalah salah satu

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan di Jawa Timur Tahun Factors Affecting Inequality in East Java in Years

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan di Jawa Timur Tahun Factors Affecting Inequality in East Java in Years 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan di Jawa Timur Tahun 2008-2012 Factors Affecting Inequality in East Java in Years 2008-2012 Susi Lestari Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia pasca terjadi krisis moneter sampai dengan tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini ditunjukkan oleh grafik

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR KONDISI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR OLEH SOULMA ARUM MARDIANA H14080055 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR

TESIS ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Agribisnis oleh : BUDI SETYONO NIM. 201210390211011

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Indeks Williamson b. Shift Share. a. PDRB b. PDRB Perkapita c. Jumlah Penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Indeks Williamson b. Shift Share. a. PDRB b. PDRB Perkapita c. Jumlah Penduduk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan suatu penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai acuan penelitian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

ECONOMIC GROWTH MODEL LOCATION QUOTIENT (LQ) IN EAST JAVA PROVINCE

ECONOMIC GROWTH MODEL LOCATION QUOTIENT (LQ) IN EAST JAVA PROVINCE ECONOMIC GROWTH MODEL LOCATION QUOTIENT (LQ) IN EAST JAVA PROVINCE Wiwin Priana 1 1.Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa email: wiwinp@yahoo.com Abstract Sectors of the economy of a region is

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dharmawan (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 dengan

Lebih terperinci

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dapat dielaborasi kedalam tiga fokus utama, yaitu Fokus Kesejahteraan Masyarakat dan Pemertaan Ekonomi, Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL DI ERA DESENTRALISASI FISKAL

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL DI ERA DESENTRALISASI FISKAL ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL DI ERA DESENTRALISASI FISKAL (Studi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Periode 2008-2012) JURNAL ILMIAH Disusun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses yang menyebabkan pendapatan penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci