PERUBAHAN ANGKA KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH Wiwin Uhsinatul M.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERUBAHAN ANGKA KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH Wiwin Uhsinatul M."

Transkripsi

1 PERUBAHAN ANGKA KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH Wiwin Uhsinatul M. Abdur Rofi ABSTRACT Poverty is one of the social economic problems in regional development that cannot easily be addressed until now. Decentralization policy provides the authority to local governments in managing their own territory included in the set of policies in order to reduce the number of poor people.this research aims to identify the changes of poverty rate in East Java Province before decentralization and decentralization eras, and to determine the pattern of distribution of poverty, as well as the correlation between the changes of Human Development Index (HDI) and the changes of development expenditure with the changes of poverty rate. This research found that the changes of poverty rate that occurs in majority of district in East Java Province has decreased significantly, and only a small part of East Java Province that the poverty rates has increased. While the distribution of poverty that occur tend to be concentrated in the coastal areas both North and South, as well as on the border of East Java and Central Java. The research also found that the changes of Human Development Index (HDI) and the changes of development expenditure had not a significant correlation with the changes of poverty rate. Keyword : Poverty, Poverty Rate, Decentralization, Human Development Index (HDI). ABSTRAK Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan sosial ekonomi yang sulit diatasi hingga saat ini. Kebijakan otonomi daerah memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya termasuk menetapkan kebijakan untuk menanggulangi kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan angka kemiskinan di Provinsi jawa Timur, pola distribusi angka kemiskinan, serta hubungan antara perubahan IPM dan perubahan pengeluaran pembangunan dengan perubahan angka kemiskinan pada pra dan era otonomi daerah. Penelitian ini menemukan bahwa perubahan angka kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada pra dan era otonomi daerah mayoritas mengalami penurunan angka kemiskinan signifikan, hanya sebagian kecil mengalami peningkatan angka kemiskinan. Distribusi kemiskinan pada pra otonomi daerah cenderung terkonsentrasi di daerah pesisir, pesisir utara dan pesisir selatan, serta di perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Era otonomi daerah angka kemiskinan cenderung terkonsentrasi di pesisir utara Jawa Timur. Sementara perubahan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan perubahan pengeluaran pembangunan tidak memiliki hubungan signifikan dengan perubahan angka kemiskinan. Kata Kunci : Kemiskinan, Angka Kemiskinan, Otonomi Daerah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 1

2 PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu kegiatan mengelola sumberdaya daerah yang melibatkan segenap pemerintah daerah tersebut dan juga seluruh komponen masyarakat dengan cara menjalin sebuah hubungan kerja sama yang baik untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan kegiatan perekonomian yang berkembang untuk kesejahteraan rakyat. (Lincolin Arsyad, 1999; Blakely, 1989 dalam Kuncoro, 2004). Pembangunan ekonomi daerah bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat, sehingga pelaksanaannya berdasarkan suatu rencana dan dilakukan secara terus menerus. Pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah semakin ditingkatkan sejalan mulai diberlakukannya sistem otonomi daerah. Otonomi daerah mulai dicanangkan oleh pemerintah pusat pada 1 Januari 2001 yang berlandaskan pada Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah mendefinisikan Daerah otonom sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas daerah tertentu yang berwenang mengelola, mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Undang-Undang No 22 tahun 1999 kemudian dilakukan revisi menjadi Undang Undang Nomor 32 Tahun Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004, Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai negara kepulauan yang terdiri atas 33 provinsi dengan keberagaman kondisi geografis, ekonomi, sosial budaya dan ketentuan atau peraturan pemerintahan menyebabkan Indonesia menghadapi persoalan kemiskinan yang sangat kompleks dan beragam pada masing masing provinsi. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi dibandingkan beberapa provinsi lain di Indonesia, utamanya di Pulau Jawa (Lihat Tabel 1.). Tabel 1. Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2000 dan 2010 Provinsi Penduduk Miskin (%) DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten Sumber : Data dan Informasi Kemiskinan Buku 1, 2003; Statistik Indonesia, Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa angka kemiskinan di Jawa Timur berada pada urutan kedua pada pra otonomi daerah dan berada pada urutan ketiga pada era otonomi daerah. Meskipun demikian, Provinsi Jawa Timur telah meraih penghargaan sebagai penyelenggara otonomi daerah dengan prestasi terbaik untuk tingkat provinsi, kabupaten, dan kota, sebagaimana ditulis dalam harian Review of Indonesian and Malaysian Affairs (Anonim, 2012). Oleh sebab itu keberhasilan otonomi daerah yang diselenggarakan oleh Provinsi jawa Timur seharusnya mampu menurunkan tingkat kemiskinan. Provinsi Jawa Timur termasuk kedalam tiga provinsi dengan tingkat kemiskinan tinggi setelah Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tahun 2000 tingkat kemiskinan Jawa Timur sebesar persen. Tingkat kemiskinan di Jawa Timur merupakan tingkat kemiskinan dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Keberhasilan pembangunan juga dilihat dari pembangunan manusia yang dicerminkan melalui nilai Indeks pembangunan manusia (IPM). Indeks 1 Merupakan daerah pemekaran dari Provinsi Jawa Barat yang baru terbentuk pada pertengahan tahun 2000, sehingga data angka kemiskinan tahun 2000 belum tersedia dan oleh sebab itu perubahan angka kemiskinan tidak dapat diketahui 2

3 Pembangunan Manusia (IPM) mencerminkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang asumsinya jika kualitas SDM tinggi akan membawa dampak pada tingginya kemampuan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sehingga mencegah timbulnya kemiskinan dan atau membantu menurunkan tingkat kemiskinan. Secara konseptual, Badan Pusat Statistik (2011) mendefinisikan kemiskinan menjadi dua, yaitu : 1. Kemiskinan Relatif : kemiskinan / kondisi miskin yang terjadi karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. 2. Kemiskinan Absolut : tingkat kemiskinan yang ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan dasar tersebut dikenal sebagai istilah garis kemiskinan. Menurut Sharp (1996) terdapat tiga penyebab kemiskinan jika dilihat dari sudut pandang ekonomi. Pertama, ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Kedua, perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan produktivitas dan upah yang rendah. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Penyebab kemiskinan menurut masyarakat miskin sendiri adalah kurangnya modal, pendidikan, keterampilan, kesempatan kerja dan rendahnya pendapatan (dikutip dari Wijayanto, 2010). Orang miskin cenderung mengelompok di tempat-tempat tertentu. Variasi geografis terhadap timbulnya kemiskinan dan besarnya kemiskinan disebabkan oleh faktor spasial seperti dukungan sumber daya alam dan akses layanan sosial termasuk pelayanan kesehatan, pendidikan, tenaga kerja dan pasar produk (Henninger dan Snel, 2002). Dalam penelitiannya, Mega Puspitasari, Vitri Nurmalasari dan Achmad Sjafii (2011) menemukan bahwa pola spasial kemiskinan di Jawa Timur pada tahun cenderung tinggi di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Tuban, Situbondo, dan Pacitan yang merupakan daerah pesisir. Tahun 2010, Provinsi Jawa Timur memiliki nilai IPM sebesar 71,62. Nilai tersebut merupakan peringkat ke-5 di Pulau jawa. Ini menunjukkan bahwa kualitas SDM di Provinsi Jawa Timur masih sangat rendah dibandingkan dengan kualitas SDM provinsiprovinsi lain di Pulau Jawa (Lihat tabel 2). Tabel 2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Pulau Jawa Tahun 2009 dan 2010 Indeks Pembangunan Provinsi Manusia DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Sumber :Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi, Salah satu syarat yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan atas dasar desentralisasi, yaitu tersedianya sumbersumber keuangan sebagaimana telah diatur dalam Undang Undang No. 34 tahun Sumber keuangan pemerintah daerah berasal dari APBD. Melalui dana dari APBD tersebut diharapkan pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah dapat berjalan secara efektif dan efisien untuk mencapai terciptanya pemerataan pembangunan (kesejahteraan) (Darise, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui perubahan angka kemiskinan yang terjadi di Provinsi Jawa Timur pada pra dan era otonomi daerah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pola distribusi angka kemiskinan yang terjadi di Jawa Timur, serta untuk mengetahui hubungan perubahan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan perubahan pengeluaran pembangunan terhadap perubahan angka 3

4 kemiskinan di Provinsi Jawa Timur pada pra dan era otonomi daerah. METODE PENELITIAN Pemilihan Daerah Penelitian Pemilihan daerah penelitian berdasarkan beberapa alasan. Alasan yang pertama adalah Provinsi Jawa Timur merupakan penyelenggara otonomi daerah dengan prestasi terbaik untuk tingkat provinsi, kabupaten, dan kota dengan diperolehnya penghargaan pada tahun Alasan yang kedua adalah karena Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan jumlah dan persentase penduduk miskin tinggi yaitu 15,26 persen pada tahun Sedangkan alasan yang ketiga karena berdasarkan pengetahuan peneliti, masih sedikit penelitian tentang kemiskinan dengan lokasi penelitian di Provinsi Jawa Timur. Jenis Data dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain : 1. Persentase penduduk miskin untuk masingmasing Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2000 dan Data diperoleh dari buku Analisis Indikator Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2002 dan 2010 publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur. 2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan komponen-komponennya untuk masingmasing Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 1999 (tahun 2000 data tidak tersedia) dan Data diperoleh dari buku Analisis Indikator Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2002 dan 2010 publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur. 3. Pengeluaran Pembangunan Daerah yang diproksi kedalam data Pengeluaran untuk Kesejahteraan Sosial untuk masing-masing Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Metode Analisis Data angka kemiskinan di Provinsi jawa Timur pada tahun pra dan era otonomi daerah dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Pola distribusi kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dianalisis dengan analisis spasial dengan melalui sajian peta tematik. Untuk menjelaskan distribusi kemiskinan dilihat berdasarkan besarnya angka kemiskinan masing-masng Kabupaten/Kota. Penelitian ini fokus pada wilayah dengan angka kemiskinan tinggi, yaitu Kabupaten/Kota yang angka kemiskinannya diatas rata-rata angka kemiskinan Provinsi Jawa Timur. Hasil analisis akan diperoleh apakah pola distribusi kemiskinan cenderung mengelompok di daerah pesisir atau tidak. Hubungan perubahan IPM dan perubahan pengeluaran pembangunan dengan perubahan angka kemiskinan di Jawa Timur dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik korelasi. Cara yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan berdasarkan nilai probabilititas, yakni nilai signfikan dari hasil uji korelasi: - Probabilitas >0.05, maka H1 diterima, H0 ditolak - Probabilitas <0.05, maka H1 ditolak, H0 diterima HASIL DAN PEMBAHASAN Angka Kemiskinan Pada Pra dan Era Otonomi Daerah Pada pra otonomi daerah yaitu tahun 2000 angka kemiskinan Provinsi Jawa Timur sebesar 28,59 persen ( jiwa). Sepanjang pemerintahan otonomi daerah tentu terdapat perubahan perubahan yang mengarah pada kemajuan dan pertumbuhan suatu wilayah. Begitu pula dengan perkembangan angka kemiskinan di Provinsi Jawa Timur yang mengalami perubahan signifikan dari tahun 2000 hingga tahun angka kemiskinan pada masingmasing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur hampir seluruhnya memiliki nilai minus. (-) yang artinya mengalami penurunan (Lihat Tabel 3). Banyak sekali Kabupaten/Kota yang mengalami penurunan angka kemiskinan pada kisaran 10 persen hingga 20 persen yakni sebanyak 18 Kabupaten/Kota. 4

5 Tabel 3. Pembagian Wilayah Berdasarkan Besaran Angka Kemiskinan Pada Pra dan Era Otonomi Daerah di Provinsi Jawa Timur < 0 % (Meningkat) 0-10 (%) (%) (%) >30 (%) Kab. Lamongan Kab. Situbondo Kab. Pacitan Kab. Malang Kab. Ponorogo Kab. Gresik Kab. Nganjuk Kab. Tulungangung Kab. Sampang Kab. Trenggalek Kota Probolinggo Kab. Bangkalan Kab. Blitar Kab. Pamekasan Kab. Jember Kota Kediri Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Surabaya Kab. Sidoarjo Kab. Mojokerto Kab. Probolinggo Kab. Banyuwangi Kab. Bondowoso Kab. Pasuruan Kab. Jombang Kab. Madiun Kab. Magetan Kab. Ngawi Kab. Bojonegoro Kota Blitar Kota Mojokerto Kab. Lumajang Kab. Sumenep Kab. Tuban Kab. Kediri Kota Madiun Sumber : Analisis Indikator Makro Sosial & Ekonomi Jawa Timur, 2002 dan 2010 (Diolah) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perubahan angka kemiskinan paling sedikit berada pada kisaran 20 persen hingga 30 persen yang dalam hal ini hanya sebanyak 3 Kabupaten/Kota, begitu pula dengan perubahan angka kemiskinan yang besarnya mencapai minus 30 persen. Hampir semua Kabupaten/Kota di Jawa Timur mengalami penurunan angka kemiskinan kecuali pada Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik dan Kota Probolinggo. Wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah pesisir Jawa Timur, yakni pesisir utara untuk Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik, serta wilayah pesisir selatan untuk Kota Probolinggo. Wilayah berbeda tentu faktor penyebab kemiskinan juga berbeda. Jika dilihat dari jauh dekatnya dengan pusat provinsi yaitu Kota Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur, tidak semestinya Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik mengalami peningkatan angka kemiskinan dan menjadikan wilayah ini memiliki angka kemiskinan tinggi. Sebab, secara logika aliran dana APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) yang merupakan sumber dana pemerintah daerah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan pasti dengan mudah sampai pada kedua wilayah tersebut. Berbeda dengan wilayah-wilayah lain yang jauh dari pusat seperti Pulau Madura dan wilayah-wilayah di perbatasan. Letak geografis Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik yang bertetangga dengan pusat provinsi juga menimbulkan pemikiran bahwa tidak mungkin jika angka kemiskinan pada kedua wilayah ini menjadi kurang diperhatikan pemerintah pusat, sebab angka kemiskinan Provinsi merupakan ratarata dari angka kemiskinan masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Meskipun pada dasarnya urusan kemiskinan telah menjadi tanggung jawab penuh pemerintah daerah Lamongan dan Gresik sebagaimana telah diberikan otonomi pada masing-masing 5

6 daerah, akan tetapi rasanya tidak mungkin jika pemerintah pusat tidak ikut berperan serta dalam menurunkan angka kemiskinan. Oleh sebab itu, melalui pemikiran tersebut dapat ditarik pernyataan bahwa peningkatan angka kemiskinan di Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik kemungkinan disebabkan oleh kurang maksimalnya kinerja pemerintah daerah dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Mungkin saja terkait kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tidak tepat sasaran dan kurang memihak daerah pesisir, karena stabilitas perekonomian yang terganggu, atau karena terjadinya bencana alam mengingat beberapa daerah di Kabupaten Lamongan yang hampir setiap tahun dilanda bencana banjir akibat luapan air dari Sungai Bengawan Solo. Kota Probolinggo berbeda dengan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik. Jika dilihat dari letak geografisnya wilayah ini cukup jauh dari pusat provinsi, sehingga mungkin saja angka kemiskinannya tinggi karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat dan atau karena aliran dana APBD yang kurang lancar, atau karena kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tidak/kurang sukses. Hal ini dapat dibandingkan dengan wilayah lain yang berbatasan dengan Kota Probolinggo, utamanya Kabupaten Probolinggo yang masih dalam satu kesatuan wilayah yang mengalami penurunan angka kemiskinan. Terkait dengan kemiskinan di daerah pesisir, dapat dilihat pada Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Malang, Kabupaten Jember, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Pamekasan yang juga merupakan daerah pesisir akan tetapi wilayah-wilayah ini memiliki prestasi baik dalam hal penanggulangan kemiskinan. Wilayah wilayah tersebut telah berhasil menurunkan angka kemiskinan hingga minus 20 persen dan 30 persen. Jika bicara mengenai perbedaan wilayah, maka akan berbeda pula kemampuan dan kapasitasya dalam melakukan pembangunan daerah. Oleh sebab itu meskipun beberapa wilayah sama-sama daerah pesisir belum tentu perubahan angka kemiskinan yang dicapai akan sama pula. Pola Distribusi Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Pada Pra dan Era Otonomi Daerah Analisis distribusi kemiskinan yang diperhatikan pada penelitian ini hanyalah Kabupaten/Kota dengan angka kemiskinan tinggi, yakni Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang memiliki angka kemiskinan diatas ratarata angka kemiskinan provinsi. Tujuannya agar dapat dianalisis apakah ada hubungan antara tingginya angka kemiskinan dengan letak geografs suatu wilayah. Tabel 4. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dengan Kelas Kemiskinan Tinggi Tahun 2000 dan 2010 Tahun 2000 Tahun Kab. Pacitan 2. Kab. Ponorogo 3. Kab. Trenggalek 4. Kab. Blitar 5. Kab. Malang 6. Kab. Jember 7. Kab. Bondowoso 8. Kab. Magetan 9. Kab. Madiun 10. Kab. Ngawi 11. Kab. Bojonegoro 12. Kab. Bangkalan 13. Kab. Sampang 14. Kab. Pamekasan 15. Kab. Lumajang 16. Kab. Sumenep 17. Kab. Tuban 18. Kab. Kediri 19. Kab. Probolinggo 1. Kab. Pacitan 2. Kab. Trenggalek 3. Kab. Bondowoso 4. Kab. Situbondo 5. Kab. Nganjuk 6. Kab. Madiun 7. Kab. Ngawi 8. Kab. Bojonegoro 9. Kab. Lamongan 10. Kab. Gresik 11. Kab. Bangkalan 12. Kab. Sampang 13. Kab. Pamekasan 14. Kab. Sumenep 15. Kab. Tuban 16. Kab. Kediri 17. Kab. Probolinggo 18. Kota Probolinggo Sumber : Analisis Indikator Makro Sosial & Ekonomi Jawa Timur, 2002 dan 2010 (Diolah) Berdasarkah hasil peta tematik yang telah dibuat, pada pra otonomi daerah distribusi angka kemiskinan pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur secara umum memiliki pola yang mengelompok atau terkonsentrasi di daerah perbatasan yakni perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah, di pesisir utara yaitu Pulau Madura dan beberapa di pesisir selatan. 6

7 Gambar 1. Peta Persebaran Angka Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2000 dan 2010 Penyebab tingginya angka kemiskinan di pesisir Madura antara lain karena faktor kultural terkait pemikiran masyarakat yang menganggap pekerjaan paling menjanjkan hanyalah sebagai PNS. Faktor penyebab lainnya adalah karena keterbatasan lapangan pekerjaan. Mayoritas penduduk madura hanya bergantung pada sektor pertanian dan perikanan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Potensi perikanan memang melimpah di Pulau Madura, akan tetapi karena rendahnya kualitas SDM menjadikan potensi tersebut kurang memberikan kontribusi dalam upaya penurunan jumlah penduduk miskin. Penduduk Madura lebih mementingkan bagaimana caranya mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dari pada harus menyelesaikan sekolahnya di SD/SMP. Hal inilah yang mengakibatkan rendahnya kualitas SDM dan kreativitas penduduk dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang lain. Selain karena faktor-faktor tersebut, tingginya angka kemiskinan di Pulau Madura yakni di Kabupaten Sampang disebabkan oleh bencana banjir yang sering melanda wilayah ini. Faktor penyebab lain diantaranya karena permasalahan internal wilayah terkait kinerja pemerintah daerah. Misalnya pada Kabupaten Pamekasan, yang ditemui bahwa sering terjadi kasus penyalahgunaan wewenang pejabatpejabat daerah dalam menyalurkan bantuan Raskin (beras miskin). Distribusi angka kemiskinan di Jawa Timur pada pra dan era otonomi daerah tidak mengalami perbedaan signifikan. Beberapa daerah pesisir seperti Kabupaten Tuban dan keempat kabupaten di Pulau Madura masih memiliki angka kemiskinan tinggi. Kabupaten/Kota di daerah pesisir yang tidak lagi memiliki angka kemiskinan tinggi antara lain kabupaten-kabupaten di pesisir selatan yakni Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Jember. Semua Kabupaten/Kota yang berada pada wilayah perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah pada tahun 2000 memiliki angka kemiskinan tinggi. Tetapi pada tahun 2010 mengalami perubahan yakni pada Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ponorogo yang telah mengalami penurunan angka kemiskinan. Penurunan angka kemiskinan diduga disebabkan oleh banyaknya penduduk dari wilayah-wilayah tersebut yang pergi merantau ke luar daerah sehingga membawa banyak remitten dan mengakibatkan kondisi perkonomian meningkat dan angka kemiskinan pun menurun. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan Angka Kemiskinan di Jawa Timur. Berdasarkan data yang digunakan dalam analisis, tren perubahan IPM dan perubahan angka kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur terlihat berlawanan (Lihat Tabel 5). 7

8 Tabel 5. IPM Kabupaten/Kota di Jawa Timur Kabupaten/Kota IPM Kabupaten/Kota IPM Kabupaten/Kota IPM Kab. Pacitan 7.55 Kab. Bondowoso 8.71 Kab. Ngawi 9.01 Kab. Ponorogo 9.35 Kab. Situbondo 8.89 Kab. Bojonegoro 6.88 Kab. Trenggalek 7.52 Kab. Probolinggo 3.23 Kab. Tuban 5.88 Kab. Tulungangung 7.03 Kab. Pasuruan 2.26 Kab. Lamongan 2.63 Kab. Blitar 9.42 Kab. Sidoarjo Kab. Gresik Kab. Kediri 7.13 Kab. Mojokerto 7.83 Kab. Bangkalan 16.7 Kab. Malang 7.69 Kab. Jombang 8.93 Kab. Sampang 3.38 Kab. Lumajang 7.56 Kab. Nganjuk 7.47 Kab. Pamekasan 9.11 Kab. Jember 9.43 Kab. Madiun 4.58 Kab. Sumenep 3.78 Kab. Banyuwangi 7.06 Kab. Magetan Kab. Tuban 6.78 Kota Blitar 8.98 Kota Pasuruan 9.91 Kota Surabaya 7.52 Kota Malang Kota Mojokerto 7.83 Kota Batu Kota Probolinggo Kota Madiun 7.53 Jawa Timur 7.9 Sumber : Analisis Indikator Makro Sosial & Ekonomi Jawa Timur, 2002 dan 2010 (Diolah) Tabel diatas menunjukkan bahwa IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan sementara angka kemiskinannya menurun. Hasil uji korelasi yang dilakukan, perubahan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan perubahan angka kemiskinan memiliki hubungan positif (Lihat nilai Pearson Correlation pada Tabel 6). Meskipun data menunjukkan tren perubahan IPM dan perubahan angka kemiskinan terlihat berlawanan, yakni IPM meningkat sementara perubahan angka kemiskinan menurun, akan tetapi hasil uji korelasi menunjukkan hal yang berbeda. Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa perubahan IPM dan perubahan angka kemiskinan memiliki hubungan positif akan tetapi hubungannya lemah karena nilai koefisien korelasi <0,5. Namun, keputusan korelasi antara kedua variabel diputuskan berdasarkan nilai probabilitas, yakni nilai signfikan. Pada tabel 6 terihat bahwa nilai signifikan korelasi antara kedua variabel >0,05. Dengan demikian, perubahan IPM dan perubahan angka kemiskinan tidak memiliki hubungan yang signifikan. Tabel 6. Hasil Uji Korelasi IPM dengan Angka Kemiskinan _ Kemiskinan _I PM Pearson Correlation _ Kemiskinan _IPM Sig. (2- tailed).192 N Pearson Correlation Sig. (2- tailed).192 N Dengan demikian, perubahan IPM memang tidak berkontribusi besar bagi perubahan angka kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Kemungkinan besar perubahan angka kemiskinan berhubungan dengan keberhasilan program - program penanggulangan kemiskinan. Hubungan Pengeluaran Pembangunan dengan Angka Kemiskinan di Jawa Timur Pada Pra dan Era Otonomi Daerah. Realisasi dana pengeluaran pembangunan di Provinsi Jawa Timur 8

9 sebagian besar mengalami penurunan dari tahun 2000 hinga tahun Sementara itu, data realisasi dana pengeluaran pembangunan yang digunakan dalam penelitian ini tidak lengkap. Terdapat beberapa kabupaten/kota yang datanya tidak tersedia. Berikut dapat dilihat perubahan realisasi pengeluaran pembangunan dan perubahan angka kemiskinan kabupaten/kota di jawa timur (Lihat Tabel 7). Tabel 7. Pengeluaran Pembangunan Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Kabupaten/Kota Pengeluaran Pembangunan Kab. Pacitan - Kab. Magetan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi Kab. Trenggalek Kab. Bojonegoro 5.96 Kab. Tulungangung - Kab. Tuban - Kab. Blitar Kab. Lamongan Kab. Kediri - Kab. Gresik Kab. Malang 5.54 Kab. Bangkalan 0.18 Kab. Lumajang - Kab. Sampang 5.94 Kab. Jember Kab. Pamekasan 4.22 Kab. Banyuwangi Kab. Sumenep - Kab. Bondowoso 0.48 Kab. Tuban - Kab. Situbondo 1.22 Kota Blitar Kab. Probolinggo - Kota Malang Kab. Pasuruan Kota Probolinggo 0.22 Kab. Sidoarjo - Kota Pasuruan 2.33 Kab. Mojokerto - Kota Mojokerto 2.28 Kab. Jombang 4.64 Kota Madiun Kab. Nganjuk Kab. Madiun Kabupaten/Kota Pengeluaran Pembangunan Kota Surabaya Sumber : Kementrian Keuangan 2000, 2010 (Diolah) Jika pengeluaran pembangunan menurun, maka dikhawatirkan angka kemiskinan akan meningkat. Tetapi pada kenyataannya, berdasarkan data yang digunakan angka kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur mengalami penurunan meskipun realisasi pengeluaran pembangunan juga menurun. Hasil korelasi menunjukkan bahwa perubahan pengeluaran pembangunan dengan perubahan angka kemiskinan memiliki hubungan negatif, yakni jika perubahan pengeluaran pembangunan menurun maka perubahan angka kemiskinan akan meningkat dan juga sebaliknya. Akan tetapi hubungan antara kedua variabel adalah lemah (Lihat Tabel 8). Tabel 8. Hasil Korelasi Pengeluaran Pembangunan dengan Angka Kemiskinan. _ Kemiskinan Kemiskin an _Pengeluar an Pearson Correlation Sig. (2-Tailed).737 N Pearson Correlation Pengeluaran Sig. (2-Tailed).737 N Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perubahan pengeluaran pembangunan dengan perubahan angka kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tidak memiliki hubungan signifikan karena nilai sig >0,05, meskipun nilai koefisien korelasi menunjukkan adanya hubungan negatif berlawanan. Dengan demikian, besar kecilnya realisasi dana pengeluaran pembangunan tidak berkontribusi besar terhadap tinggi rendahnya angka kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Faktor penyebab dari kurang/tidak adanya kontribusi pengeluaran pembangunan terhadap penurunan angka kemiskinan di Jawa Timur diduga disebabkan oleh kurang tepatnya pembuatan skala prioritas dalam penggunaan dana pengeluaran pembangunan. Hal tersebut dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan tingkat kemiskinan yang terjadi. Ini didukung oleh pernyataan Dyah Arini Rudiningtyas (t.t) yang menyebutkan bahwa selektifitas serta prioritas belanja akan menumbuhkan perekonomian yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap pengentasan kemiskinan. Selain itu, hal ini juga diduga disebabkan oleh penggunaan dana APBD yang lebih besar atau lebih memprioritaskan pengeluaran rutin dari pada pengeluaran pembangunan, sehingga masalah kemiskinan di Jawa Timur belum mampu teratasi dengan baik. 9

10 KESIMPULAN 1. angka kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur mayoritas mengalami penurunan angka kemiskinan dan hanya sebagian kecil yang mengalami peningkatan angka kemiskinan. angka kemiskinan tersebut mayoritas pada kisaran minus 10 persen hingga 20 persen, sedangkan perubahan angka kemiskinan paling sedikit berada pada kisaran minus 20 persen hingga 30 persen serta lebih dari minus 30 persen. 2.Pola distribusi kemiskinan di Provinsi Jawa Timur pada pra otonomi daerah cenderung terkonsentrasi di daerah pesisir baik pesisir utara maupun pesisir selatan, serta pada wilayah perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sedangkan pada era otonomi daerah angka kemiskinan cenderung terkonsentrasi di pesisir utara Jawa Timur. 3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan komponen-komponennya tidak memiliki hubungan signifikan dengan perubahan angka kemiskinan di Provinsi Jawa Timur, sehingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan komponenkomponennya tidak berkontribusi besar dalam penurunan maupun peningkatan angka kemiskinan di Jawa Timur. 4. pengeluaran pembangunan dengan perubahan angka kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tidak memiliki hubungan yang signifikan, yang diduga disebabkan oleh kurang tepatnya pembuatan skala prioritas dalam penggunaan dana pengeluaran pembangunan dan penggunaan dana APBD yang lebih besar atau lebih memprioritaskan pengeluaran rutin dari pada pengeluaran pembangunan. Pemerintah. (1999). Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta : Pemerintah. Pemerintah. (2004). Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta : Pemerintah. Darise, Nurlan. (2009). Pengelolaan Keuangan Daerah (Rangkuman 7 UU, 30 PP Dan 15 Permendagri). Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang. Henninger, N., and Snell, M. (2002). Where Are The Poor? Experiences with The Development and Use of Poverty Maps. Washington,DC : World Resources Institute. Badan Pusat Statistik. (2011). Perhitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia Jakarta. BPS. Wijayanto, R. Dwi Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun Skripsi (dipublikaskan). Semarang. Universitas Dipoegoro. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2012). Jatim Raih Penyelenggara Otonomi Daerah Terbaik. Diterima 28 September 2012, dari Rima Koran Online Indonesia (Rimanews) /jatim-raih-penyelenggara-otonomidaerah-terbaik 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten,

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dari Sisi Penerimaan dan Sisi Pengeluaran Selama masa desentralisasi fiskal telah terjadi beberapa kali perubahan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga paradigma kebijakan pembangunan nasional sebaiknya diintegrasikan dengan strategi pembangunan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun 1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena kemiskinan telah berlangsung sejak lama, walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam menanggulanginya, namun sampai saat ini masih terdapat lebih dari 1,2

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958

Lebih terperinci

PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISITRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN JAWA TIMUR

PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISITRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN JAWA TIMUR PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISITRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN JAWA TIMUR Satria Yuda Anggriawan PT. Mega Finance Dr. ArisSoelistyo, M.Si Dra. DwiSusilowati, M. M. Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO 2 Penjelasan Umum Sensus Ekonomi 2016 Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit usaha/perusahaan (kecuali

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 4.1 Kondisi Kecukupan Kalori dan Protein Keseimbangan kontribusi diantara jenis pangan yang dikonsumsi masyarakat adalah salah satu

Lebih terperinci

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal.

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal. 149 DAFTAR PUSTAKA Amir, H. dan S. Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input Output. Jurnal

Lebih terperinci

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation : Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation : 2011-2012 No. Provinces and Groups of Participants Training Dates and Places Number and Origins of Participants Remarks

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M. 16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari

Lebih terperinci

LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR

LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR Kondisi Umum Perekonomian Kabupaten/Kota di Jawa Timur Perekonomian di berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Timur terbentuk dari berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan jenis pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menguji hubungan signifikan dengan cara

Lebih terperinci

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012 PADA MASING-MASING DAS (BRANTAS, SOLO DAN SAMPEAN) No Kabupaten Luas Wilayah Lahan Kritis Luar Kawasan Hutan (Ha) Ket. (Ha)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pulau Jawa Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota di antaranya dari Kab Pacitan, Kab Ponorogo, Kab Trenggalek,

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Disampaikan dalam Acara: World Café Method Pada Kajian Konversi Lahan Pertanian Tanaman Pangan dan Ketahanan Pangan Surabaya, 26 September 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR Oleh: Zainal Arifin Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail/No. Hp: azainala@yahoo.com/08155528001 Abstract

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH DI JAWA TIMUR PADA MASA DESENTRALISASI FISKAL

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH DI JAWA TIMUR PADA MASA DESENTRALISASI FISKAL PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH DI JAWA TIMUR PADA MASA DESENTRALISASI FISKAL Kuswoyo, Sujarwoto, Abdul Wachid Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang E-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR Oleh: Zainal Arifin Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail/No. Hp: azainala@yahoo.com/08155528001 Abstract

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

BAB V PENUTUP. maka diperoleh kesimpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut : tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2012, maka diperoleh kesimpulan yang

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM

KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM KETERSEDIAAN DATA PENGUMPULAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DATA INTERPRETASI T U J U A N UMUM DIPEROLEHNYA GAMBARAN DAN INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih baik dan berkesinambungan

Lebih terperinci

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber : BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia pasca terjadi krisis moneter sampai dengan tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini ditunjukkan oleh grafik

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2017

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2017 Urusan Pemerintahan Organisasi Kode DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pemerintah Tahun Anggaran : ( ) Sosial : ( ) Rekapitulasi Belanja Langsung Berdasarkan Program dan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dihitung menggunakan data PDRB Provinsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG PENGUMUMAN RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : 027/1388/114.5/2013 TANGGAL : 1 April 2013 ALAMAT : JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 171 SURABAYA NO NAMA PAKET 1 059114

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 42 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN

MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN MEWUJUDKAN BIROKRASI AKUNTABEL, EFEKTIF DAN EFISIEN 1 3 S A S A R A N R E F O R M A S I B I R O K R A S I Pemerintah yang bersih, akuntabel, dan berkinerja tinggi Pemerintah yang efektif dan efisien Pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 200 KODE PERMEN 2 05 000 2 Kelautan dan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Dinas 2.400.000 Fasilitasi Program Anti Kemiskinan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEMISKINAN DI JAWA TIMUR DAN KEMISKINAN DINAMIS JAWA TIMUR PPLS 2011 DENGAN PBDT 2015

KARAKTERISTIK KEMISKINAN DI JAWA TIMUR DAN KEMISKINAN DINAMIS JAWA TIMUR PPLS 2011 DENGAN PBDT 2015 Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia KARAKTERISTIK KEMISKINAN DI JAWA TIMUR DAN KEMISKINAN DINAMIS JAWA TIMUR PPLS 2011 DENGAN PBDT 2015 Dr. Ardi Adji (Asisten Ketua Pokja Kebijakan) Tim Nasional

Lebih terperinci

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL KORIDOR UTARA SELATAN PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2005 2009 Oleh: M. Sofyan Andiatma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRACT The research analyzes

Lebih terperinci

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur. BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id

Lebih terperinci

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017 DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2017 DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2017 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017 DATA DINAMIS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup

Lebih terperinci

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH Perhatian! 1. Format Kartu Kendali Validasi Proses Visitasi di bawah ini, mohon di print oleh asesor sebanyak 16 set (sesuai kebutuhan/jumlah sasaran visitasi). Selanjutnya tiap-tiap sekolah/ madrasah

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING SUB SEKTOR PERIKANAN KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING SUB SEKTOR PERIKANAN KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING SUB SEKTOR PERIKANAN KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TIMUR SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi Oleh: Moch. Rizki Firnanda NIM : 201210180311141

Lebih terperinci

POLA HUBUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN Rinda Ayun Anggraini

POLA HUBUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN Rinda Ayun Anggraini POLA HUBUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2007-2011 Rinda Ayun Anggraini rinda.geografi@yahoo.co.id Luthfi Muta ali luthfi.mutaali@gmail.com Abstract This study

Lebih terperinci

TIPOLOGI DAYA SAING KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

TIPOLOGI DAYA SAING KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TIPOLOGI DAYA SAING KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto 1 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Alamat Korespondensi : Jl. Raya Tlogomas No. 246 E-mail:

Lebih terperinci