BAB 3 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Waktu Kerja Sistem kerja yang baik merupakan faktor yang penting dalam suatu manajemen operasional suatu perusahaan. Dalam merancang suatu sistem kerja yang baik dibutuhkan seorang perancang kerja yang menguasai dan dapat mengendalikan faktor-faktor yang membentuk sistem kerja. Faktor-faktor tersebut antara lain pekerja, mesin, peralatan, dan lingkungannya. Komponen ini harus diperhatikan dengan baik secara individual maupun secara keterkaitannya satu sama lain sebagai komponen dari sistem kerja. Prinsip pengaturan kerja menghasilkan beberapa alternatif sistem terbaik yang diperlukan adanya pengukuran dengan teknik-teknik pengukuran kerja yang mencakup pengukuran waktu, tenaga akibat psikologis maupun sosiologis. Perancangan sistem kerja terdiri dari dua tahap, yaitu : rancangan kerja (work design) dan pengukuran kerja (work measurement). (Sritomo, 1995, p173) Menurut Sritomo (1995, p174) bahwa teknik pengukuran waktu kerja dibagi menjadi : 1. Pengukuran waktu secara langsung pengukuran dilakukan langsung di tempat pekerjaan yang bersangkutan dijalankan, cara yang termasuk di dalamnya adalah cara jem henti dan sampling kerja. 2. Pengukuran waktu secara tidak langsung perhitungan waktu dilakukan tanpa harus berada di tempat pekerjaan yaitu dengan melihat data tabel yang tersedia dan mengetahui jalan proses pekerjaan melalui elemen kerja dan

2 28 elemen gerakan, yang termasuk dalam kelompok ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan. Waktu baku penyelesaian adalah waktu wajar yang dibutuhkan secara normal oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Wajar dan normal yang dimaksud adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja dengan kemampuan rata-rata yang bekerja dalam sistem kerja terbaik. (Sutalaksana, 1979, p119) Tahapan Melakukan Sebelum Pengukuran Untuk mendapatkan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan, banyak faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, banyaknya pengukuran, dan sebagainya. Langkah tahapan yang dilakukan sebelum pengukuran antara lain : a. Tujuan Pengukuran Untuk apa hasil pengukuran ini dilakukan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. b. Penelitian Pendahuluan Tujuan dari pengukuran waktu adalah mendapatkan waktu yang tepat yang diberikan seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk mendapatkan waktu penyelesaian yang singkat, maka perbaikan cara kerja harus dilakukan. Dalam penelitian pendahuluan ini mempelajari kondisi kerja dan cara kerja kemudian diperbaiki. Hal ini dapat berlaku apabila pengukuran dilakukan atas pekerjaan yang telah ada.

3 29 c. Memilih Operator Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur waktunya adalah operator yang harus memenuhi persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik dan hasil yang dapat diandalkan, syaratnya antara lain adalah memiliki kemampuan normal dan dapat bekerjasama. Penelitian menyatakan bahwa operator dengan kemampuan tinggi dan rendah memiliki jumlah yang sedikit, sedangkan operator dengan kemampuan rata-rata memiliki jumlah yang banyak. Dari kenyataan tersebut, maka operator yang akan dipilih adalah operator dengan kemampuan rata-rata. Disamping itu, syarat lainnya adalah operator yang bekerja secara wajar tanpa canggung saat diukur dan pengukur yang berada di dekatnya agar tidak terjadi penyimpangan yang terlalu mencolok. (Sutalaksana, 1979, p ) d. Melatih Operator Apabila penelitian pendahuluan, kondisi kerja dan cara kerja mengalami perubahan, operator yang dipilih harus dilatih terlebih dahulu untuk terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang ditetapkan, agar didapatkan waktu penyelesaian yang tidak dilakukan oleh operator yang masih kaku dalam melakukan pekerjaan. (Sutalaksana, 1979, p122) e. Penguraian Pekerjaan Berdasarkan Elemen Pekerjaan Berdasar Sutalaksana (1979, p ) beberapa alasan pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemennya :

4 30 1. Menjelaskan catatan tentang cara kerja yang dibakukan. 2. Memungkinkan melakukan penyesuaian tiap elemen 3. Memudahkan pengamatan terjadinya elemen 4. Memungkinkan dikembangkannya waktu baku. Beberapa metode penguraian pekerjaan atas elemennya : 1. Sesuai dengan ketelitian yang diinginkan 2. Elemen pekerjaan berupa satu atau beberapa elemen gerakan untuk memudahkan. 3. Jumlah dari semua elemen tepat sama dengan pekerjaan yang bersangkutan, tidak ada yang tertinggal. 4. Tiap elemen dipisahkan dengan jelas. f. Persiapan Alat Pengukuran Alat-alat yang harus disiapkan untuk pengukuran adalah : (Sutalaksana, 1979, p124) 1. Jam henti (stop watch) tiga metode umum dalam mengukur elemen kerja dengan menggunakan stop watch : Pengukuran terus menerus (continous timing) tombol stop watch akan ditekan saat elemen kerja pertama dimulai dan dibiarkan berjalan terus menerus sampai periode siklus kerja berakhir. Pengukuran waktu secara berulang (repetitive timing) angka penunjuk stop watch akan dikembalikan ke nol pada tiap akhir elemen kerja yang diukur. Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing) menggunakan dua atau lebih stop watch yang berfungsi bergantian.

5 31 2. Lembar pengamatan Lembar pengamatan digunakan untuk pencatatan hasil pengukuran. Dibagi menjadi : lembar pengamatan pengukuran keseluruhan dan pengukuran per elemen. 3. Pena atau pensil Digunakan untuk pencatatan data yang didapatkan pada lembar pengamatan. 4. Papan pengamatan Untuk mempermudah pencatatan, sebagai alas lembar pengamatan. 5. Alat hitung (kalkulator) Untuk menghitung hasil waktu pengamatan Uji Keseragaman Data Sistem kerja sering mengalami perubahan, karena dengan cara apapun, sistem kerja tidak dapat dipertahankan tetap terus menerus dengan keadaan yang sama. Tujuan dalam mengukur adalah mendapatkan data yang seragam. Batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan batas seragam atau tidaknya suatu data. Data dapat dikatakan seragam yaitu berasal dari sistem yang sama dan berada dalam batas kontrol. (Sutalaksana, 1979, p133) Langkah yang dilakukan dalam uji keseragaman data adalah :

6 32 1. Kelompokan data dalam subgrup dan hitung nilai rata-rata masing-masing subgrup. x i xi = (1) n Dimana : x i = harga rata-rata dari sub grup ke 1 x i = data ke n = jumlah data tiap subgroup 2. Hitung harga rata-rata sampel xi x = (2) n i Dimana : x = harga rata-rata sampel n 1 = jumlah sub grup 3. Hitung standar deviasi sebenarnya Dimana : δ = standar deviasi N = jumlah data seluruhnya 2 = 2 N xi ( xi ) δ (3) N( N 1)

7 33 4. Hitung standar deviasi distribusi harga rata-rata subgrup δ δ x = (4) n Dimana : δ x = standar deviasi dari ditribusi harga rata-rata 5. Hitung nilai Z tabel 1 β Z = 1 2 (5) Dimana : Z = nilai Z tabel β = tingkat keyakinan 6. Menentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah BKA = x + Z * δx (6) BKB = x Z * δx (7) Dimana : BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah Menghitung Kecukupan Data Pengukuran kerja pada dasarnya adalah proses sampling, dimana semakinn besar jumlah data yang diambil maka data yang diperoleh akan semakin akurat. Uji kecukupan data untuk mengetahui apakah data yang diambil telah cukup atau tidak untuk melakukan perhitungan selanjutnya. Perhitungan kecukupan data : (Sutalaksana, 1979, p134)

8 k / s N( x ) ( ) i xi N ' = (8) x i Dimana : N = jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan k = konstanta untuk tingkat kepercayaan tertentu s = tingkat ketelitian kesimpulan : jika N > N maka data cukup jika N < N maka data tidak cukup Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan Keseragaman data akan membahas mengenai tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan. Pengukuran yang baik harus dilakukan dengan sangat banyak pengamatan namun hal ini sulit dilaksanakan dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Pengukuran yang singkat akan mengakibatkan pengamat kehilangan sebagian kepastian rata-rata waktu penyelesaian yang sebenarnya. Pada Sutalaksana (1979, p135) tingkat keyakinan menunjukan besarnya keyakinan pengamat bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian. Semakin tinggi tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan maka akan semakin banyak pengukuran yang dilakukan Perhitungan Waktu Baku Jika data yang diperoleh sudah seragam dan jumlah telah memenuhi tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, selanjutnya adalah menentukan waktu baku. Langkah untuk mendapatkan waktu baku adalah : (Sutalaksana, 1979, p137)

9 35 1. Menentukan siklus waktu rata-rata Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan pekerja untuk melakukan pekerjaan dari awal hingga akhir. Dimana : Ws = waktu siklus rata-rata x i = data ke i N = jumlah data seluruhnya xi Ws = (9) N 2. Menghitung waktu normal Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan operator untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan memperhitungkan faktor kelonggaran. Dimana : Wn = waktu normal p = faktor penyesuaian Jika operator bekerja terlalu cepat maka nilai p < 1 Jika operator bekerja normal maka nilai p = 1 Jika operator bekerja terlalu lama maka nilai p > 1 Wn = Ws * p (10) 3. Menghitung waktu baku Wb = Wn + ( Wn * kelonggaran) (11) Dimana : Wb = waktu baku A = kelonggaran yang diperoleh berdasarkan pengamatan

10 Penyesuaian Pengamat harus dapat mengetahui ketidakwajaran dan menilai seberapa jauh hal tersebut terjadi. Untuk menormalkan ketidakwajaran yang ada, perlu dilakukan penyesuaian. (Sutalaksana, 1979, p ). 1. Persentase Cara paling awal yang dilakukan dalam melakukan penyesuaian. Besarnya faktor penyesuaian ditentukan selama melakukan pengukuran. Waktu normal diperoleh dengan mengalikan waktu siklus dengan harga p yang ditentukan. 2. Shumard Memberikan batasan penilaian melalui kelas performance kerja yang memiliki nilai-nilai sendiri dalam kelasnya. Contoh : jika performance seorang operator dinilai good maka akan mendapat nilai 70, faktor penyesuaiannya adalah : p = 70/60 = 1.16 Tabel 3.1 Tabel Penyesuain Shumard kelas penyesuaian superfast 100 fast + 95 fast 90 fast - 85 excellent 80 good + 75 good 70 good - 65 normal 60 fair + 55 fair 50 fair - 45 poor 40 Sumber : Sutalaksana, 1979, p140

11 37 3. Westinghouse Cara ini mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang menentukan kewajaran/ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. (Sutalaksana, 1979, p 140) Tabel 3.2 Tabel Penyesuaian Westinghouse faktor kelas lambang penyesuaian ketrampilan superskill A A excellent B B good C C average D 0 fair E E2-0.1 poor F F usaha excessive A A excellent B1 0.1 B good C C average D 0 fair E E poor F F kondisi kerja ideal A 0.06 excellently B 0.04 good C 0.02 average D 0 fair E poor F konsistensi perfect A 0.04 excellent B 0.03 good C 0.01 average D 0 fair E poor F Sumber : Sutalaksana, 1979, p

12 38 4. Objektif Cara objektif memperhatikan dua faktor, yaitu : kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Kesulitan kerja disediakan tabel yang menunjukan berbagai keadaan kesulitan kerja seperti banyaknya dibutuhkan anggota badan yang bekerja. Penyesuaian untuk kecepatan adalah p1, dan kesulitan adalah p2, maka nilai penyesuaian metode objektif adalah : p = p1 x p Kelonggaran Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup, ada hal lain yang tidak boleh dilupakan yaitu penambahan kelonggaran atas waktu normal yang telah didapatkan. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu : (Sutalaksana, 1979, p ) 1. Kebutuhan pribadi Yang termasuk didalamnya adalah hal-hal seperti minum, ke kamar kecil, berbincang untuk menghilangkan ketegangan dan kebosanan kerja. 2. Menghilangkan rasa fatique Rasa fatique atau kelelahan tercermin dari menurunnya produktivitas baik segi jumlah maupun kualitas. 3. Hambatan tidak terhindarkan Menerima atau meminta petunjuk petugas. Melakukan penyesuaian mesin. Memperbaiki kerusakan singkat. Mengambil alat-alat khusus dari gudang.

13 Pengukuran Produktivitas Produktivitas menyangkut masalah akhir yaitu seberapa hasil akhir yang diperoleh dalam suatu produksi, dalam hal ini tidak terlepas dari efisiensi dan efektivitas. Pengukuran efisiensi tidak terlepas dari identifikasi dari hasil kinerja dan identifikasi jumlah sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan suatu output tertentu. (Sulistiyani, 2003, p 199) Produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output suatu sistem produksi. Jika hasil output yang dihasilkan lebih besar sedangkan dengan input yang sama, maka dapat dikatakan produktivitas meningkat, demikian sebaliknya apabila output yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan input ynag sama maka produktivitas dikatakan mengalami penurunan. Masalah produktivitas harus dilihat sebagai masalah organisasi secara luas dan produktivitas harus dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan untuk kelangsungan berjalannya organisasi. Berdasarkan Nasution (2003, p 429) bahwa rasio produktivitas berbeda-beda bergantung pada jenis industri dan kebutuhannya. Rasio produktivitas dibuat pada tiap tingkatan atau seluruh unit organisasi untuk mengukur efektifitas masing-masing unit dari organisasi secara parsial maupun keseluruhan. Dalam mengukur produktivitas dikenal dengan berbagai macam model, salah satunya adalah model Mundel yang merupakan konsep pengukuran produktivitas berdasarkan konsep ilmu teknik industri yang mensyaratkan perusahaan harus memiliki waktu standar kerja. (Nasution, p445) Marvin E Mundel mengemukakan 2 (dua) bentuk pengukuran indeks produktivitas yang merupakan model yang paling popular dan lengkap untuk pengukuran produktivitas secara total, yaitu :

14 40 AOMP / RIMP IP = *100 AOMB / RIBP (12) AOMP / AOMB IP = *100 RIMP / RIBP (13) dimana : IP = indeks produktivitas AOMP = output agregat untuk periode yang diukur AOBP = output agregat untuk periode dasar RIMP = input-input untuk periode yang diukur RIBP = input-input untuk periode dasar Dari dua bentuk indeks produktivitas yang dikemukakan tampak bahwa pada dasarnya bentuk kedua pengukuran adalah serupa, kita dapat menggunakan salah satu formula dalam penerapannya pada perusahaan. Model pengukuran Mundel menggunakan dua data dengan waktu periode yang berbeda, model ini mensyaratkan bahwa perusahaan yang akan diukur produktivitasnya harus memiliki standar waktu untuk bekerja yang artinya berkaitan dengan teori waktu baku perusahaan.

15 Manajemen Sumber Daya Manusia Selama ini belum diketahui secara pasti kapan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) mulai dikembangkan, banyak versi dan pendapat yang menjelaskan awal mula pengembangan MSDM. Ditandai munculnya aktivitas sekitar masalah personalia pada 1915 saat menjelang perang dunia I yang mengembangkan korporasi pengujian psikologi dimana dimaksudkan untuk pengujian tim serikat kerja, dan tim semangat kerja. Akhir abad 20 banyak organisasi publik maupun swasta yang semakin menaruh perhatian terhadap MSDM yang dinilai sangat bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas pelayanan. MSDM menjadi cara pandang umum yang diaplikasikan oleh perusahaan. Pelaksanaan MSDM yang baik diyakini dapat meningkatkan efektivitas organisasi serta memberikan keuntungan walaupun dalam suasana penuh persaingan. (Sulistiyani, 2003, p 2). Asal mula MSDM merupakan hasil penemuan Peter Drucker dan Douglas MC.Gregor pada tahun 1950, dimana karya Drucker yang berjudul The Practice of Management yang menurutnya manajemen yang efektif harus mengarah pada pandangan dan usaha manajer ke arah tujuan bersama, konsep ini menjadi dasar bagi MSDM. Drucker juga merintis falsafah MSDM dan program sumber daya manusia (SDM) yang dimasukkan sebagai sasaran dan rencana strategis perushaan yang diarahkan untuk melibatkan semua orang dalam mencapai tujuan dan rencana tersebut. Pada awalnya yang berkembang di organisasi publik adalah manajemen personalia, namun pada abad 20 ada kecenderungan perhatian pada MSDM. Menurut Gommes (1995) pengertian istilah manajemen personalia ke MSDM dianggap sebagai satu gerakan yang

16 42 mencerminkan adanya peranan vital dan semankin pentingnya SDM dalam pengelolaan SDM secara efektif serta pertumbuhan ilmu pengetahuan dan profesionalisme pada MSDM. Tantangan kompetisi yang semakin kuat pada era globalisasi menuntut peranan penting MSDM yang mampu menyediakan pelayanan, kinerja tinggi, dan kemampuan SDM yang baik. Sangat penting bagi tiap organisasi untuk meningkatkan pengembangan MSDM untuk dapat bersaing dengan perkembangan zaman Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen diambil dari kata dalam bahasa inggris management, sedangkan kata tersebut berasal dari kata latin manus yang berarti tangan dan berkembang menjadi mannegiare yang berarti menangani. Berdasar Sulistiyani, 2003, p 7-10 bahwa manajemen didefinisikan oleh beberapa pakar yang ditemukan tulisan mengenai studi manajemen, antara lain : 1. G.R. Terry (1960) manajemen adalah melakukan pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan bantuan orang lain. 2. John M. Pfifner bahwa manajemen berhubungan dengan pengarahan orang dan tugastugasnya untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. 3. Stonner dan Freeman yang menyatakan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan kendali upaya anggota organisasi, serta proses penggunaan seluruh SDM dan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasar dari pemahaman definisi tersebut, maka dapat disimpulkan konsep kunci manajemen adalah bekerja melalui orang lain, namun manajer bukan berarti pasif dan orang

17 43 lain yang digerakkan adalah aktif, akan tetapi manajemen itu memiliki pengertian yang fungsional. Menurut H. Hadari Nawawi (2000), yang dimaksud sebagai SDM yaitu : 1. SDM adalah manusia yang bekerja pada lingkungan pada suatu organisasi, meliputi personil, tenaga kerja, pegawai atau karyawan 2. SDM adalah potensi manusiawi sebagai gerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. 3. SDM adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal di dalam organisasi bisnis, yang dapat di wujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah pendekatan terhadap manajemen manusia, didasarkan pada nilai manusia dalam hubungannya dengan organisasi. Manusia merupakan sumber daya yang penting dalam organisasi dan sangat menentukan efektifitas organisasi. Aktivitas MSDM meliputi peningkatan produktivitas, pemanfaatan sumber daya manusia, dan unsur unsur yang berkaitan dengan SDM seperti : rekrutmen, pengembangan, pemberian imbalan, motivasi, mutasi, dan pemberhentian. Pengembangan SDM dikaitkan dengan masalah produktivitas, dan efisiensi organisasi, penanganan SDM tidak luput dari usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja, dan efisiensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

18 Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi terdiri atas semua orang yang melakukan aktivitas organisasi, berkaitan dengan seleksi calon pegawai, penerimaan, pelatihan, pengembangan, pembayaran upah, evaluasi, promosi, dan pemutusan hubungan kerja. Dalam MSDM terdapat proses panjang untuk mendapatkan, mengembangkan, membina, mengevaluasi karyawan dan apabila mencapai batas tertentu akan dilepaskan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. Cara yang dilakukan agar SDM lebih meningkatkan kinerja yaitu dengan memberikan motivasi yang kuat. (Sulistiyani, 2003, p 58) dan beberapa aspek yang dapat dipenuhi, antara lain : memberikan pelatihan serta memberikan kompensasi, tunjangan, insentif. (Nasution, 2006, p462 ; Sulistiyani,2003, p 177, ) Motivasi Sumber Daya Manusia Motivasi merupakan proses memberikan dorongan kepada anak buah agar dapat bekerja sejalan dengan batasan yang ditentukan untuk mencapai tujuan organisasi yang optimal. Proses pemberian dukungan ini merupakan serangkaian aktivitas yang harus dilakukan agar dorongan motivasi dapat maksimal. Hal yang perlu diperhatikan antara lain: (Sulistiani, 2003, p 58-60) 1. Mengidentifikasi apa yang menjadi inti dari kebutuhan pegawai. Inti tersebut memiliki kekuatan yang besar dalam menentukan sikap pegawai dalam bekerja, jika pengaruh yang ditimbulkan besar, maka dorongan kerja akan besar.

19 45 2. Berusaha untuk menghubungkan kebutuhan inti tersebut dalam konsep kebutuhan pegawai dalam organisasi pabrik yang berpedoman pada teori relevan. 3. Merumuskan program motivasi yang selaras dengan tuntutan dan kondisi/kemampuan organisasi publik bersangkutan, meliputi : jenis pegawai, program kompensasi, program sosial, jaminan, reward, dan program pengembangan. Teori motivasi biasanya berpedoman pada teori kebutuhan, banyak teori yang dijadikan acuan dalam pendekatan motivasi pegawai yang secara umum dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. Teori content, yaitu teori yang membahas tentang kebutuhan manusia. 2. Teori proses, yaitu teori yang membahas cara pemenuhan kebutuhan. 3. Teori reinforcement, yaitu teori yang membahas wujud prilaku sebagai akibat dari terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masa lalu. Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Sulistiani, 2003, p176 dikatakan pelatihan merupakan proses sistematik perubahan prilaku pegawai dalam meningkatakn tujuan organisasi. Pelatihan dan pengembangan sangat penting sebagai cara yang digunakan organisasi untuk mempertahankan, menjaga, dan memelihara pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja. Pelatihan dimulai dari orientasi yang merupakan proses pegawai diberikan informasi dan pengetahuan mengenai kepegawaian, organisasi, dan harapan untuk mencapai prestasi tertentu.

20 46 Pelatihan diberikan kepada karyawan baru untuk mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. (Dessler, 1997, P263). Dalam pelatihan akan diciptakan suatu lingkungan dimana pegawai dapat mempelajari dan memperoleh sikap, keahlian, prilaku yang spesifik yang berkaitan. Disamping itu, aiberikan instruksi untuk pengembangan keahlian yang dapat langsung digunakan oleh pegawai. Tujuan dari dilakukannya pelatihan, antara lain : 1. memperbaiki kinerja dengan meningkatkan keahlian pegawai sejalan dengan perkembangan teknologi. 2. mengurangi waktu belajar yang dibutuhkan oleh pegawai baru. 3. membantu pemecahan masalah operasional. 4. mempersiapkan pegawai untuk promosi 5. memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan pribadi. 6. sangat berguna untuk menentukan efektivitas dan efisiensi. Setelah pelatihan, proses manajemen sumber daya manusia dilanjutkan dengan manajemen kinerja. Manajemen kinerja adalah suatu proses menetapkan standar kinerja dan menilai kinerja untuk tiba pada keputusan sumber daya manusia yang objektif sehingga dapat memberikan dokumentasi untuk mendukung keputusan itu. Manajemen kinerja juga berfungsi untuk menilai kinerja karyawan untuk memberikan masukkan sebagai keputusan manajemen selanjutnya.

21 47 Kompensasi Sumber Daya Manusia Kompensasi adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu. Kompensasi penting bagi suatu organisasi untuk mempertahankan sumber daya manusia sebagai komponen utama dan merupakan komponen biaya yang paling penting. (Dessler, 1997, P85; Sulistiyani, 2003, p 206 ). Sedangkan tunjangan adalah pembayaran tidak langsung yang diberikan kepada karyawan dapat mencakup asuransi jiwa, cuti, pension, rencana pendidikan dan rabat untuk produk-produk perusahaan. (Dessler, 1997, P174) Kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa atas kerja yang dilakukan, pada dasarnya merupakan kontribusi. Komponen merupakan aspek yang penting bagi pegawai karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran nilai karya bagi pegawai itu sendiri, keluarga, dan masyarakat. Bila kompensasi diberikan secara benar, pegawai akan termotivasi dan lebih terpusat untuk mencapai sasaran organisasi. Kompensasi langsung adalah upah/ dasar sistem gaji yang dibayarkan berdasarkan prestasi kerja, sedangkan kompensasi tak langsung adalah tunjangan karyawan, program proteksi, asuransi kesehatan, jaminan keselamatan kerja, pemindahan kerja, dan lainnya. (Sulistiyani, 2003, p 206)

22 48 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data berhubungan dengan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan cara. Sumber pengumpulan data dapat berupa : - sumber primer : sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. - sumber sekunder : sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Misalnya lewat orang lain maupun dokumen. Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner, pengamatan, atau gabungan dari ketiganya. (Sugiyono, 2004, p ) 1. Wawancara (interview) teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau setidaknya pada keyakinan diri sendiri. Terdiri atas : - wawancara terstruktur : bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis dan alternative jawabannya. - Wawancara tidak terstruktur : peneliti tidak menggunakan instrumen pedoman yang telah tersusun secara sistematis, peneliti belum mengetahui secara pasti data yang akan diperolehnya. 2. Kuesioner (angket) Merupakan teknik pengumpulan data yang memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk menjawabnya. Kuesioner cocok digunakan untuk responden yang banyak dan tersebar di wilayah yang luas. Prinsip dalam penulisan kuesioner :

23 49 - Prinsip penulisan menyangkut beberapa faktor, yaitu : isi dan tujuan dari penelitian, bahasa yang digunakan, pertanyaan yang tidak mendua, panjang pertanyaan, urutan pertanyaan. - Pengukuran Instrument angket harus dapat digunakan untuk mengukur data yang valid. - Penampilan fisik mempengaruhi respond an keseriusan responden dalam mengisi angket, semakin naik tampilan angket diharapkan respon akan lebih menarik. 3. Observasi (penelitian) Merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Digunakan apabila berhubungan dangan perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, dan responden yang tidak terlalu besar. Observasi dibedakan menjadi : - Observasi berperan serta : peneliti terlibat dalam kegiatan orang yang diobservasi. - Observasi nonpartisipan : peneliti sebagai pengamat independent. Peneliti mencatat, menganalisis, kemudian membuat kesimpulan. - Observasi terstruktur : peneliti tahu apa yang akan diamatinya, dirancang secara sistematis, mengenai apa yang akan diamati, dimana tempatnya. - Observasi tidak terstruktur : tidak dipersiapkan secara sistematis mengenai apa yang akan diamati, hal ini karena pengamat tidak mengetahui secara pasti apa yang akan diamati.

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajamen Operasi dan Produksi Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2011:2) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Di dalam sebuah sistem kerja unsur manusia, mesin, peralatan kerja dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan dengan baik secara sendirisendiri maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian yang akan dilakukan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu mengukur waktu produktif, menganalisis faktor faktor penyebab rendahnya

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti The major objective of this chapter is to learn how to calculate a time standard based on stopwatch time study procedures. Time Study Suatu proses untuk menghitung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu 7 BAB II LANDASAN TEORI Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu adanya dasar teori yang tepat yang dapat dijadikan patokan dalam pembahasan kasus. Oleh karena itu metode

Lebih terperinci

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Sinar Inti Electrindo Raya adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, pemasaran panel Tegangan Menengah (TM) dan panel Tegangan Rendah (TR).Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pekerjaan yang diamati pada praktikum kali ini adalah produktifitas kasir hypermart oleh dua operator. Proses kinerja kasir tersebut adalah kasir tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem 24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Merupakan gambaran urutan kerja yang dilakukan dalam melakukan pengamatan dan pengolahan dalam penelitian di pabrik. Urutan kerja ini membantu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugas-tugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari para operator

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengertian Sampling pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran cara langsung yang dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Standar pekerja

Lebih terperinci

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data 96 Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Uji keseragaman data 1. waktu setup bagian pencetakan Subgroup No (i) Waktu (detik) (detik) (detik) BKA BKB 1 712 2 564 1 3 534 603,4 4 602 5

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Sebelum kita lebih jauh mengupas masalah kompensasi dan motivasi, ada perlunya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH Dalam pembuatan skripsi ini, diperlukan serangkaian langkah-langkah yang sistematis dan logis untuk memberikan pedoman dan kemudahan dalam melakukan analisis terhadap implementasi

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Time Study Time study merupakan suatu pengukuran waktu kerja yang dikembangkan oleh F.W. Taylor untuk menentukan suatu sistem kerja yang baik. Taylor sampai saat ini dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan dengan prinsip keuntungan dalam bidang ekonomi. Pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan dengan prinsip keuntungan dalam bidang ekonomi. Pencapaian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perusahaan merupakan sebuah organisasi yang dibentuk dan dijalankan dengan prinsip keuntungan dalam bidang ekonomi. Pencapaian keuntungan ekonomi dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG Metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan Waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan produktivitas telah banyak dilakukan sebelumnya, baik yang berhubungan dengan produktivitas total,

Lebih terperinci

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling Nama : Johanes Susanto NIM : 2012-21-046 Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian Work Sampling Sampling Pekerjaan (Work Sampling) adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Perkembangan organisasi dan perubahan struktur dalam organisasi

BAB II LANDASAN TEORI. Perkembangan organisasi dan perubahan struktur dalam organisasi 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Deskripsi Dan Spesifikasi Jabatan Perkembangan organisasi dan perubahan struktur dalam organisasi menyebabkan kebutuhan akan pekerjaan baru semakin meningkat. Sebelum organisasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 2 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING-MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN. 1. Direktur Direktur merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kerja Menurut Sritomo, pengukuran kerja adalah : metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian produktivitas Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (Output) dan masukan (Input) pada perusahaan, dapat diartikan sebagai rasio antara jumlah output yang

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pada zaman era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali persaingan di dalam dunia usaha maupun dunia kerja. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Sistem Kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan. Teknikteknik dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL Jurusan Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Kerja Pengukuran kerja ialah penerapan teknik yang direncanakan untuk menerapkan waktu bagi pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada

Lebih terperinci

Lamp n (menit) x/n

Lamp n (menit) x/n BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Hasil Pengukuran Waktu Dibawah ini merupakan hasil pengukuran langsung (menggunakan stopwatch) waktu rakit panel. Box n (menit) x/n 1 2 3 4 5 1 11.9 12.5

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 8 STOPWATCH Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com TIME STUDY: METODE STOPWATCH

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Cara Kerja Pada laporan skripsi ini penelitian cara kerja menggunakan metode penelitian yang dilakukan melalui operation process chart. Dan dalam perhitungan untuk

Lebih terperinci

BAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh

BAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh BAB II Activity-Based Management 2.1. Definisi Activity Based Management Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian umum pengecatan Pengecatan adalah salah satu jenis pelapisan permukaan dimana bahan pelapisnya telah diberi pewarna (cat). Pengecatan secara tradisional digambarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perawatan / Maintenance 1. Pengertian Maintenance Maintenance Menurut Lindley R. Higgis & R. Keith Mobley, (Maintenance Enginering Handbook, Sixth Edition, McGraw-Hill, 2002)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan suatu wadah bagi orang-orang untuk mencapai tujuan ataupun sasaran tertentu. Dengan kata lain organisasi merupakan sistem yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Silvi Nurlaely, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Silvi Nurlaely, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan kebutuhan yang sangat penting yang berpengaruh dalam efektifitas dan efisiensi suatu organisasi.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang kompensasi telah dilakukan oleh Nurmala (2003) dengan judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Ergonomi Istilah Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergo berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan, sehingga ergonomi dapat diartikan sebagai studi tentang aspek manusia

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK Debrina Puspita Andriani 1, Billy Anugrah 2, Annissa Dian Islami 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG IMPLEMETASI METODE WORK SAMPLIG GUA MEGUKUR PRODUKTIVITAS TEAGA KERJA DI CV.SIAR KROM SEMARAG Dwi urul Izzhati 1, Dhieka Anendra 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Dian uswantoro, Semarang 50131 E-mail :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja Lampiran 1 Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja WC 1 (Laminating) Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Sub Total Keterampilan Good C2 +0.03 Usaha Good C2 +0.02 Kondisi Fair E -0.03 Konsistensi Average

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Salah satu asset yang paling berharga bagi perusahaan adalah Sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Salah satu asset yang paling berharga bagi perusahaan adalah Sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Salah satu asset yang paling berharga bagi perusahaan adalah Sumber Daya Manusia. Dan apabila Sumber Daya Manusia itu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Salah satu masalah yang cukup penting dalam system produksi adalah bagaimana melakukan pengaturan dan penjadwalan pekerjaan, agar pesanan dapat selesai sesuai

Lebih terperinci

LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara V-122 LAMPIRAN V-123 FAKTOR PENGALI PEGANGAN V-124 RATING FACTOR SUPER SKILL : EXCELLENT SKILL: 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya 2. Bekerja dengan sempurna 3. Tampak seperti telah terlatih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan karena sebagai ujung tombak perusahaan sehingga praktek manajemen Sumber Daya Manusia atau SDM harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penulisan ini, diperlukan teori teori yang mendukung, yang didapat dari mata kuliah yang pernah diajarkan dan dari referensi referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia menyangkut desain sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA DAN JUMLAH KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENGEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS ( WLA ) DI PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO

ANALISIS BEBAN KERJA DAN JUMLAH KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENGEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS ( WLA ) DI PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO ANALISIS BEBAN KERJA DAN JUMLAH KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENGEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS ( WLA ) DI PABRIK GULA CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI OLEH : ISNAINI 0632010053 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang diperhatikannya produktivitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di dalam setiap aktifitas suatu organisasi perlu memiliki kerjasama harmonis, melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja 2.1.1. Pengertian Kinerja Kinerja pada dasarnya memiliki banyak arti berdasarkan sudut pandang atau pendapat para ahli. Menurut Hardiyanto (2003), kinerja adalah hasil

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR FINISHING SORTIR DENGAN METODE WORK SAMPLING (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR FINISHING SORTIR DENGAN METODE WORK SAMPLING (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK Nana Rahdiana 1), Nani Agustiani 2) ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR FINISHING SORTIR DENGAN METODE WORK SAMPLING Nana Rahdiana 1), Nani Agustiani 2) Program Studi Teknik Industri, Universitas Buana Perjuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan negara sekarang ini adalah koperasi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, organisasi harus memperoleh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan negara sekarang ini adalah koperasi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, organisasi harus memperoleh dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan yang pesat di negara kita telah mendorong suatu organisasi pemerintah untuk meningkatkan kegiatan usahanya yang berorientasi pada pelayanan publik,

Lebih terperinci

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 121 Lampiran A Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 122 Tabel Penyesuaian Metode Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Ketrampilan Superskil A1 +0,15 A2 +0,13 Excelent B1 +0,11 B2 +0,08 Good

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola. Manajemen dalam bahasa ingris berarti mengatur. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat mencapai tujuan sesuai apa yang diharapkan perusahaan. Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat mencapai tujuan sesuai apa yang diharapkan perusahaan. Sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu perusahaan beroperasi dengan cara mengkombinasikan antara sumber daya yang ada, untuk menghasilkan produk dan jasa yang dapat dipasarkan dan dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Telah kita ketahui bersama bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam kegiatan suatu organisasi, karena manusia sebagai perencana,

Lebih terperinci

BAB IX MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA

BAB IX MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA BAB IX MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA Sumber daya namusia (human resources) merujuk pada orang-orang yang bekerja di lingkungan suatu organisasi, disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan.(simamora,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah produktivitas parsial di PT.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah produktivitas parsial di PT. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah produktivitas parsial di PT. PUMARIN (Pusaka Marmer Indahraya), yaitu sebuah perusahan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen.

Lebih terperinci