BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan selfdisclosure online, situs jejaring sosial, penggunaan internet bermasalah, remaja, serta kerangka berpikir. 2.1 Self-disclosure Online Konsep self-disclosure online tidak pernah lepas dari konsep tradisional self-disclosure itu sendiri, dalam penelitian ini konsep selfdisclosure online dijelaskan sebagai perubahan pola interaksi antar pribadi yang terjadi ketika seseorang berinterkasi melalui internet (online) Definisi Self-disclosure Online Jourard & Lasakow (1958, dalam Joinson, Paine, Buchanan, & Reips, 2007) menyebutkan self-disclosure sebagai proses membuat diri dikenal oleh orang lain. Pengungkapan informasi pribadi kepada pihak lain (Archer, 1980 dalam Breket- Bojmel & Shahar, 2011). Pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, pikiran, emosi, pendapat dan cita-cita (Archer, 1980; Cozby, 1973; Derlega, Metts, Petronio, & Margulis, 1993 dalam Wang, 2004). Penggunaan perangkat komputer dan jaringan internet untuk berkomunikasi mengalahkan bentuk komunikasi tradisional sehingga self disclosure kini berkembang dalam konteks online. 8

2 9 Barak & Suler (2008 dalam Blau, 2011) menjelaskan bahwa selfdisclosure online mirip dengan self-disclosure offline dalam beberapa aspek penting yaitu mempunyai hubungan timbal-balik, pengungkapan diri yang dilakukan secara personal, sensitif dan intim. Keintiman pengungkapan diri secara langsung atau tatap muka berdampak pada self-disclosure online dimana interaksi yang terjadi memiliki implikasi dalam membangun hubungan antar pribadi (Valkenberg & Peter, 2009a, 2009b dalam Schiffrin & Falkenstern, 2010). Dalam konteks komunikasi antar pribadi ditemukan bahwa, self-disclosure secara online lebih tinggi dibandingkan dengan interaksi tatap muka (offline), hal tersebut merupakan respon terhadap perubahan desain sistem interaksi (Joinson, 2001a; Tidwell & Walther, 2002 dalam Joinson, Paine, Buchanan, & Reips, 2007). Proses menulis sebagai bentuk komunikasi tekstual dalam kondisi online menstimulasi self-disclosure (Mckenna & Bargh, 2007 dalam Blau, 2011). Suler (2004 dalam Schiffrin & Falkenstern, 2012) menciptakan istilah online disinhibition effect untuk meringkas gagasan bahwa seseorang seringkali melakukan hal-hal pada saat online lebih banyak dan bervariasi dibandingkan pada saat berinteraksi secara langsung. Disinhibition effect dapat menjadi hal baik seperti meningkatkan self-disclosure untuk merepresentasikan bentuk komunikasi antar individu yang ideal.

3 10 Namun bisa juga menjadi buruk ketika terjadi pembajakan dan atau cyberbullying yang merugikan pihak lain (Schiffrin & Falkenstern, 2012). Disinhibition effect menurut Suler, 2004 (dalam Schiffrin & Falkenstern, 2012) terjadi disebabkan oleh karakteristik internet itu sendiri. McKenna & Bargh (2010 dalam Schiffrin & Falkenstern, 2012) mendeskripsi empat karakteristik komunikasi online yang membedakannya dengan komunikasi tatap muka, dalam komunikasi online. Pertama, seseorang bisa membangun presentasi diri mereka secara anonim, Kedua, jarak secara fisik dianggap bukan lagi halangan untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan. Ketiga, tidak adanya pengaruh visual yang dapat mengganggu komunikasi dan terakhir, individu yang berkomunikasi secara online dapat dengan bebas mengatur presentasi diri mereka dan menampilkannya kepada orang lain sebagai orang baru yang berbeda. Media richness teori yang dikemukakan oleh Daft & Lengel (1986 dalam Schiffrin & Falkenstern 2012) menyebutkan empat hal yang dapat menghalangi self-disclosure online: 1. Jaringan / kemampuan untuk menyampaikan isyarat non-verbal 2. Kecepatan memberikan respon 3. Standar ukuran yang berbeda terhadap pesan yang disampaikan 4. Bahasa yang digunakan

4 11 Dari berbagai pengertian diatas, maka dalam penelitian ini, konsep self-disclosure online yang dimaksud adalah sebuah perilaku mengungkapkan diri kepada orang lain atau pihak lain yang telah dikenal sebelumnya ataupun tidak dikenal sama sekali melalui komunikasi tekstual dalam kondisi online Dimensi Self-disclosure Dimensi self-disclosure oleh Leung (2002) di sebutkan sebagai berikut, meliputi: 1. Depth/intimacy Merupakan dimensi yang menunjukan sifat intim yang dikandung dalam suatu informasi yang diungkapkan oleh individu. 2. Honesty Merupakan dimensi yang menunjukan ketepatan dan kejujuran individu dalam mengungkapkan diri. 3. Amount Merupakan dimensi yang menunjukan kuantitas dari self-disclosure, dapat diukur dengan mengetahui frekuensi kepada siapa individu mengungkapkan diri dan durasi dari pesan yang disampaikan atau waktu yang diperlukan untuk mengutarakan pesan tersebut.

5 12 4. Valence Merupakan dimensi yang menjelaskan mengenai hal-hal yang positif dan negatif dari perilaku self-disclosure dimana individu dapat menunjukan perilaku mengenai hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan mengenai dirinya, memuji hal-hal yang ada dalam dirinya atau menjelek-jelekan diri individu sendiri. 5. Intention Merupakan dimensi yang menjelaskan seluas apa individu mengungkapkan tentang apa yang ingin diungkapkan, seberapa besar kesadaran individu untuk mengontrol informasi-informasi yang akan dikatakan pada orang lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur revised selfdisclosure scale yang telah diadaptasi oleh Blau dimana alat tes tersebut memiliki tiga dimensi self-disclosure dari Leung (2002) yaitu depth, honesty, & intention. Ketiga dimensi tersebut dijelaskan dalam penelitian Blau (2011) terbukti dapat menggambarkan perilaku self-disclosure online yang ada pada situs jejaring sosial.

6 Faktor-faktor Self-disclosure Menurut Mesch & Beker (2010). ada dua faktor yang mempengaruhi self-disclosure yaitu : 1. Perbedaan Gender Gender merupakan variabel penting yang berkaitan dengan pengungkapan diri. Diantara orang dewasa, beberapa penelitian menunjukkan tingkat pengungkapan diri yang lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria (Murstein, & Adler, 1995; Papini et al, 1990 dalam Mesch & Beker, 2010). Dalam konteks self-disclosure pada remaja menunjukan bukti pengaruh perbedaan gender, baik secara kuantitas dan kualitas. (Shulman, Laursen, Kalman, & Karpovsky, 1997, dalam Mesch & Beker, 2010). Dalam studi yang membandingkan pengungkapan diri secara langsung (FTF) dan komunikasi online, remaja perempuan dilaporkan cenderung memiliki skor pengungkapan diri lebih tinggi dibandingkan laki-laki. (Camarena et al., 1990 dalam Mesch & Beker, 2010). Penjelasan untuk perbedaan gender dalam pengungkapan diri, dihubungkan dengan variasi dalam sosialisasi gender. Dimana laki-laki secara tradisional diajarkan untuk menahan diri dalam berbagi perasaan mereka, sedangkan perempuan diharapkan untuk menjadi lebih

7 14 ekspresif dan terbuka dalam berkomunikasi. Perempuan lebih mudah dalam membentuk rasa percaya ketika melakukan komunikasi online dibandingkan laki-laki, dan untuk alasan ini, pengungkapan diri pada perempuan lebih tinggi (Cho, 2007; Dindia, & Allen, 1992 dalam Mesch & Beker, 2010). 2. Usia Usia seseorang merupakan salah satu indikator atas perilakunya, selama masa remaja, keterlibatan secara sosial mengalami peningkatan, disertai dengan kecenderungan untuk mengungkapkan informasi pribadi. Penelitian menunjukan, bahwa selama masa remaja, seorang remaja membangun kemampuan untuk membina kedekatan berdasarkan tingkat keterbukaan, kejujuran, dan pengungkapan diri. Remaja memiliki kecenderungan melakukan self-disclosure kepada teman sebaya, daripada kepada orang tua mereka, hal tersebut memainkan peran penting dalam pembangunan hubungan, memberikan kaum muda sumber daya sosial yang membantu mereka menangani isu-isu yang menjadi perhatian mereka pada setiap titik dalam kehidupan mereka (Buhrmester & Prager, 1995, dalam Mesch & Beker, 2010).

8 Penggunaan Internet Bermasalah Definisi Penggunaan Internet Bermasalah Penggunaan internet bermasalah didefinisikan sebagai konstruk multidimensi terdiri dari kognitif, emosi dan gejala perilaku yang terkait dengan penggunaan internet yang berlebihan mengakibatkan kesulitan dengan mengelola kehidupan sehari-hari (Caplan, 2002,2003,2005; Ceyhan, 2008; Davis, 2001; Davis, Flett, Besser, 2002 dalam Debernardi, 2012). Davis (2001 dalam Debernardi, 2012) menyatakan gejala kognitif dari penggunaan internet bermasalah memunculkan dan menyebabkan terjadinya gejala lain pada aspek emosi dan perilaku, bukan sebaliknya. Pernyataan tersebut serupa dengan teori depresi kognitif, kognisi yang maladaptif terkait dengan penggunaan internet bermasalah. Dalam kasus penggunaan internet bermasalah, Davis menyatakan kognisi yang maladaptif secara proksimal dapat mendasari terjadinya evaluasi terhadap diri dan dunia yang buruk, titik terjauh (distal) dari kognisi yang maladaptive dapat mendasari terjadinya psikopatologi (depresi, kecemasan sosial, ketergantungan,dsb.) Penggunaan internet bermasalah dibagi kedalam dua bagian. Pertama, menjelaskan secara spesifik dimana penggunaan internet bermasalah dibatasi dalam aktifitas online dan penggunaan aplikasi tertentu misalnya messenger, YouTube, mengunjungi situs porno, melakukan judi online, dan penggunaan social media seperti Facebook & Twitter (Blau, 2011). Kedua, menjelaskan

9 16 penggunaan internet bermasalah secara umum yaitu dijabarkan sebagai dorongan yang besar untuk melakukan aktifitas online terkait keinginan berkomunikasi dengan orang lain (Davis, Flett & Besser, 2002). Caplan (2002 dalam Ma, Li, & Pow 2011) berpendapat bahwa gejala utama dari penggunaan internet bermasalah adalah pikiran obsesif tentang Internet, berkurangnya kontrol, ketidakmampuan untuk menghentikan penggunaan internet dan yang lebih penting, merasa bahwa internet adalah satusatunya teman bagi individu. Selain itu dalam penelitian Ma, Li, & Pow (2011) juga menemukan bahwa: (a) Pengguna yang bermasalah lebih cenderung ditemukan pada laki-laki. (b) Penggunaan internet bermasalah secara positif berhubungan dengan depresi, kesepian, rasa malu, serta isolasi sosial. (c) Penggunaan internet yang berlebihan terkait dengan rasa rendah diri. (d) Pada pengguna bermasalah, internet berpengaruh pada rutinitas sehari-hari; terhadap performa di sekolah dan hubungan negatif dengan orang tua. (e) Penggunaan internet bermasalah memiliki hubungan negatif dengan kompetensi emosional dan keterampilan sosial. (f) Penggunaan berlebihan internet terkait dengan penurunan dukungan sosial yang dirasakan.

10 17 Penggunaan internet bermasalah dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan alat ukur Online Cognitive Scale (OCS) dikembangkan oleh Davis, Flett, & Besser, (2002). Alat ukur ini memiliki empat dimensi yang mengukur aspek kognisi. Dimensi terdiri dari: 1. Kekurangan kontrol (Diminished impulse control). 2. Kesepian/Depresi (Loneliness/Depression). 3. Gangguan (Distraction). 4. Kenyamanan Sosial (Social comfort). Kekurangan kontrol (Diminished impulse control) menggambarkan pikiran obsesif terhadap internet dan ketakutan tidak dapat hidup tanpa internet. Dorongan yang tidak terkontrol dalam aktifitas online terkait dengan pengambilan keputusan yang beresiko dan perilaku berbahaya seperti perjudian online, sex online dan aktifitas illegal online lain seperti mengirim konten yang merugikan:virus, pornografi, mengunduh mp3. Dimensi kesepian/depresi (Loneliness/Depression) mencakup perasaan tidak berharga dan kondisi pikiran yang depresif terkait aktifitas di internet. Pikiran pengguna yang depresif memainkan peran penting dalam memperburuk penggunaan internet bermasalah. Dimensi ketiga, kenyamanan sosial (Social comfort) mempunyai hubungan erat dengan penggunaan internet bermasalah. Hasil dari penelitian Davis, Flett, & Besser (2002) menunjukan individu yang merasa kesepian akan menggunakan internet sebagai cara untuk

11 18 memperoleh kenyamanan sosial. Kenyaman sosial menyangkut tentang perasaan aman dan nyaman karena berada dalam lingkup jaringan sosial, walaupun sebenarnya jaringan tersebut hanyalah sekedar dunia maya. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan seseorang yang menggunakan internet dengan tujuan mencari kenyamanan sosial memiliki perasaan sensitif yang lebih tinggi terhadap penolakan. Dimensi keempat adalah gangguan (Distraction) mencakup penggunaan internet sebagai cara untuk menghindar dari hal-hal yang menyebabkan stress pada diri seseorang, menghindari tugas, juga menghindari tekanan dari lingkungan. 2.3 Situs Jejaring Sosial Situs jejaring sosial merupakan suatu struktur sosial antara individu (users), sebagian besar individu, atau organisasi, yang menunjukkan cara mereka terhubung melalui berbagai hubungan sosial seperti persahabatan, rekan kerja, atau pertukaran informasi (Hanneman & Riddle 2005 dalam Jamali & Abolhassani, 2006). Menurut Dashgupta (2010), untuk mengetahui sebuah hubungan dalam situs jejaring sosial, dapat dilihat melalui beberapa dimensi, 1. Closeness Menunjukan kedekatan individu dengan individu lain dalam suatu situs jejaring sosial.

12 19 2. Degree Mengukur jumlah relasi seseorang dalam situs jejaring sosial. 3. Eigenvector centrality Mengukur pentingnya peran seseorang dalam suatu aktifitas pada sebuah situs jejaring sosial. Dimana seseorang menjadi penghubung dalam sebuah situs jejaring sosial. 4. Clustering coefficient Merupakan grafik untuk mengukur asosiasi hubungan antar pengguna. 5. Cohesion Mengukur kedekatan hubungan dalam sebuah fungsi jaringan sosial. Kohesi dinyatakan dalam bentuk tinggi dan rendah. Kohesi tinggi ditandai dengan ketahanan, kehandalan, kegunaan, dan kemudahan untuk dapat dimengerti. Kohesi rendah merupakan kelemahan dalam jejaring sosial dimana kohesi yang rendah sulit dalam mempertahankan suatu hubungan, sulit untuk diukur dan dimengerti. 6. Density Merupakan derajat hubungan seseorang dalam mengenal satu sama lain dalam suatu jaringan sosial secara global. 7. Integration Merupakan suatu ukuran dimana suatu jaringan terhubung satu sama lain melalui aktifitas yang ditampilkan.

13 20 8. Betweeness Mengukur sejauh mana posisi seorang pengguna terhadap pengguna lainnya dalam suatu jaringan sosial. Dalam sepuluh tahun terakhir, kemajuan teknologi dan fitur internet telah memungkinkan untuk menggunakan alat komunikasi elektronik untuk membuat aplikasi jaringan sosial, hal ini dibuktikan dengan adanya teknologi web 2.0 yang dikembangkan sekitar tahun 2004 (Lenhart, 2009 dalam Jang & Stefanoe, 2010). Aplikasi yang ada pada versi web 2.0 memungkinkan pengguna untuk membuat profil pribadi dan terhubung ke orang lain yang menggunakan aplikasi yang sama untuk membangun dan memelihara jaringan pribadi melalui web/situs (Skiba, 2007;dalam Dashgupta, 2010). Jejaring sosial merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk mengakomodasi hubungan antar pribadi. Aplikasi diantaranya yang populer digunakan adalah Facebook, Twitter dan LinkedIn. Situs jejaring sosial merupakan wadah untuk menghubungkan banyak orang dalam lingkungan sosial online melalui penggunaan website (Douglis, 2008). Social Networking Site (SNS), atau situs jejaring sosial didefinisikan sebagai suatu layanan berbasis web yang memungkinkan setiap individu untuk membangun hubungan sosial melalui dunia

14 21 maya seperti membangun suatu profil tentang dirinya sendiri, menunjukkan koneksi seseorang dan memperlihatkan hubungan apa saja yang ada antara satu pengguna dengan pengguna lainya dalam sistem yang disediakan (Boyd & Ellison, 2007). Situs jejaring sosial sebenarnya serupa dengan jenis lain dari media sosial dan komunitas online yang mendukung komunikasi lewat komputer. Namun yang membedakannya dengan media sosial lainnya, dan bahkan mendefinisikan kategori tertentu dari situs jejaring sosial adalah kombinasi fitur (Goodings, Locke, & Brown 2007). Situs jejaring sosial menyediakan akses ke beberapa alat komunikasi untuk mendukung kemampuan seseorang dalam membangun sebuah identitas digital (Dashgupta, 2010). Melalui fitur yang diberikan dalan setiap situs jejaring sosial, pengguna bisa mengetahui secara lengkap seperti nama, tanggal lahir, foto wajah, alamat, pekerjaan atau semua informasi seseorang yang disertakan di dalamnya. Ada beberapa aspek yang dapat dilihat, dalam situs jejaring sosial. Boyd dan Ellison (2007) menyebutkan bahwa aspek-aspek tersebut antara lain adalah : 1. Impression management, 2. Networks and network structure 3. Online or offline social networks

15 22 4. Privacy Aspek pertama digunakan untuk membangun identitas untuk menguatkan jalinan pertemanan dimana pengguna dapat membangun suatu profil tentang dirinya. Aspek kedua merupakan struktur jaringan dan sekumpulan data yang ada pada situs jejaring sosial yang digunakan untuk menggambarkan suatu interkasi. Aspek ketiga memungkinkan situs jejaring sosial dapat menghubungkan individu ketika dalam keadaan online maupun offline. Aspek keempat terkait pengaturan privasi yang bisa dilakukan oleh pengguna untuk mengelola hal-hal yang ingin ditampilkan pada halaman profil. Serupa dengan Boyd dan Ellison (2007), menurut Gotta (2008) situs jejaring sosial memiliki beberapa aspek yaitu: 1. Berperan sebagai fasilitas bagi individu untuk menjalin hubungan dengan individu lainnya sehingga memungkinkan seseorang untuk bersama-sama membangun atau memperluas jaringan sosialnya. 2. Merupakan sebuah fasilitas bagi pengguna untuk berinteraksi satu sama lain, berbagi informasi, berpartisipasi dalam kegiatan situs yang berbeda, dan membangun komunitas secara informal dan sukarela. 3. Terintegrasi dengan sistem yang melengkapi fungsi dari situs jejaring sosial tersebut.

16 23 4. Mengandung komponen spesifik yang memungkinkan pengguna untuk: a) Mendefinisikan profil secara online. b) Menjelaskan hubungan antar individu. c) Pemberitahuan tentang suatu kegiatan (notification). d) Berpartisipasi dalam kegiatan suatu kelompok masyarakat (group). e) Melakukan pengaturan privasi dan izin Aplikasi Facebook Beberapa fitur yang tersedia di dalam Facebook (Dunay & Krueger, 2010) antara lain: 1. Profile Profile adalah halaman personal pengguna Facebook yang dapat dilihat oleh sesama pengguna Facebook. Profile berisi gambaran umum dari pengguna seperti nama, tanggal lahir, dan berbagai informasi pribadi lain. Pengguna dapat mengontrol informasi mana yang dapat dilihat pengguna lain dan mana yang tidak dapat dilihat oleh pengguna lain. 2. Wall Menu wall ada di setiap halaman profil Facebook. Menu ini memungkinkan sesama pengguna yang telah terhubung dalam jaringan pertemanannya menuliskan pesan dan dapat saling memberikan balasan berupa komentar di tempat yang telah disediakan berupa text box.

17 3. Friends Fasilitas untuk mengoleksi teman-teman yang telah terhubung. Pengguna dapat mengorganisasikan daftar teman ini. Jumlah teman dibatasi sampai 5000 teman. 4. Photos dan video Aplikasi yang terdapat di dalam profile. Memungkinkan pengguna mengunggah foto sebanyak mungkin serta mengorganisasikannya sendiri. Setiap foto dapat ditandai untuk dapat terhubung dengan orang lain yang diinginkan dengan fasilitas tag. Demikian pula halnya dengan video dapat diorganisasi oleh pengguna sesuai keinginan sendiri dan dapat ditandai agar dapat terhubung dengan orang lain menggunakan fasilitas tag. 5. Group Aplikasi dalam Facebook untuk membuat suatu kelompok pertemanan sesuai dengan minat yang sama. Biasanya Group digunakan untuk berdiskusi, pengumuman, dan sebagainya. Sebuah Group terdiri atas: anggota yang telah bergabung, berita terbaru, panel diskusi, wall, foto kiriman, dan video yang semuanya dapat diberi komentar oleh anggota grup tersebut. Keanggotaan dapat diatur oleh administrator dalam tiga kategori: a) terbuka, siapa saja dapat mendaftarkan diri, b) terbatas, siapa saja dapat minta didaftarkan dan jadi anggota

18 25 atas ijin dari administrator, c) sangat terbatas, hanya teman yang diundang saja. 6. Page aplikasi yang mirip dengan group. Sebutan lainnya adalah fan page atau public profile. Merupakan aplikasi yang berfungsi seperti sebuah web site. Siapa saja dapat bergabung menjadi fans dengan jumlah anggota yang tidak terbatas. Biasanya digunakan oleh pelaku bisnis sebagai sarana promosi produknya. 2.4 Remaja dan internet Definisi Remaja Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja usia remaja memiliki rentang yang berbeda-beda. Menurut Papalia, Olds, & Feldman (2007) rentang masa remaja dimulai pada usia 11 tahun dan berakhir di usia 20 tahun. Sedangkan Sarwono (2003) berpendapat bahwa masa remaja berada pada rentang usia 13 tahun sampai 19 tahun. Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial. Dalam kebanyakan budaya, remaja dimulai pada kira-kira usia tahun dan berakhir kira-kira usia tahun (Santrock, 2003), Hurlock (1990) memberikan batasan usia remaja berada pada rentang usia 13 tahun dan akan berakhir pada usia 18 tahun. Di Indonesia, label remaja biasanya diberikan pada individu yang memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP)

19 26 dengan usia sekitar 12 tahun. Dalam penelitian ini batasan usia yang digunakan adalah dimulai dari 14 tahun dengan asumsi usia masuk anak SMA hingga batasan usia akhir remaja menurut Hurlock (1990) yakni 18 tahun. Perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Remaja yang terbiasa dengan media digital, tak akan mengenal dunia tanpa adanya komputer, layanan internet, video games, dan telepon genggam. Hal tersebut disebabkan karena remaja menganggap komputer atau teknologi lainnya merupakan bagian alami dari lingkungan mereka, dan dunia maya merupakan perpanjangan dari dunia nyata mereka (Oblinger, 2003). Salah satu dampak dari generasi digital yaitu terjadinya penurunan komunikasi interpersonal karena lebih banyak orang beralih ke jejaring sosial online sebagai sarana untuk berkomunikasi (Tapscot, 2009). Remaja sangat rentan terhadap penggunaan internet bermasalah karena ketersediaan teknologi serta faktor psikologis dan perkembangan terkait dengan karakteristik remaja (Kandell, 1998; Moore,1995 dalam Blau, 2011) Karakteristik Remaja Sebagai Generasi Digital

20 Tapscott (2009) menguraikan delapan karakteristik generasi digital yang merupakan sikap dan perilaku yang mendefinisikan generasi digital pada remaja. 1. Freedom. Generasi digital menginginkan kebebasan dalam segala hal yang mereka lakukan, mulai dari kebebasan menentukan pilihan hingga kebebasan berekspresi. 2. Customization. Generasi digital menyesuaikan dan melakukan personalisasi dalam bentuk digital. Mereka telah tumbuh dalam balutan teknologi dan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam bentuk yang mereka inginkan. 3. Scrutiny. Transparansi dalam mengakses informasi dengan bantuan media digital, membuat mereka tidak percaya pada informasi begitu saja, mereka sangat mencermati informasi yang diperoleh dengan mencari tahu kebenaran disertai bukti yang mendukung. 4. Integrity. Mereka mencari integritas. Mengharapkan kejujuran berlaku kepada mereka. Mereka maafkan kesalahan kecil, namun tidak memaafkan kesalahan besar yang dibuat kepada mereka. 5. Collaboration.

21 28 Berkolaborasi dalam membina relasi dalam kehidupan sosial. Bertukar cerita, pandangan, ide, pendapat, dan cita-cita dalam jejaring sosial. Mereka telah tumbuh dalam jaringan sosial yang terhubung melalui aplikasi seperti Facebook. 6. Entertainment. Remaja menginginkan dan mencari hiburan dalam dunia digital, kebanyakan dari remaja sulit memisahkan antara bekerja dan bermain. Mereka ingin bekerja sambil bersenangsenang. 7. Speed. Kebanyakan remaja generasi digital terbiasa dalam melakukan segala sesuatunya dengan cepat dan instan melalui akses dimana kecepatan menjadi ciri khas dalam mengalirnya informasi, para generasi digital mengharapkan komunikasi yang cepat dengan orang lain. Hal ini menyebabkan remaja menjadi frustasi, bosan, cemas dan kesal ketika respon yang diterima mengalami hambatan. 8. Innovation. Generasi digital mengharapkan banyak inovasi dalam kehidupannya. Dalam bidang teknologi selalu menginginkan dan mencari yang terbaru. Perpindahan dari satu lingkungan lama ke lingkungan baru merupakan sebuah pencapaian dari kultur inovasi yang ada dikepala mereka.

22 Kerangka Berpikir Remaja Facebook Selfdisclosure Online Penggunaan Internet Bermasalah Remaja dalam penelitian ini merupakan pengguna situs jejaring sosial Facebook. Remaja pada usia dibawah 18 tahun merupakan pengguna terbesar Facebook di Indonesia, dimana Facebook dijadikan sebagai sarana untuk menjalin interaksi antar pribadi melalui komunikasi utamanya dalam bentuk tekstual. Bentuk komunikasi tekstual melalui Facebook, memunculkan perilaku self-disclosure online. Perilaku self-disclosure online dalam situs jejaring sosial Facebook dapat dilihat melalui aktifitas pengguna dalam menuliskan status, berkomunikasi melalui wall, mengunggah foto, menggunggah video, mengomentari foto dan video. Bentuk komunikasi tekstual dalam lingkup online dipengaruhi oleh faktor kognitif yang dapat mempengaruhi emosi dan cara seseorang berperilaku, dorongan yang besar untuk melakukan aktifitas online terkait dengan keinginan seseorang

23 30 untuk melakukan komunikasi dengan orang lain dalam lingkup online didefinisikan sebagai penggunaan internet bermasalah (Davis, Flett, & Besser, 2002).

24

BAB I PENDAHULUAN. jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial

BAB I PENDAHULUAN. jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang kemajuan internet sungguhlah pesat, terutama di jaringan sosial. Jaringan sosial itu sendiri terdiri dari berbagai macam media sosial yang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam penelitian ini, telah dibuktikan melalui uji hipotesa bahwa terdapat korelasi antara self-disclosure online dengan penggunaan internet bermasalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, internet menjadi salah satu inovasi teknologi komunikasi yang banyak digunakan. Kehadiran internet tidak hanya menjadi sekadar media komunikasi, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use Problematic Internet use (PIU) didefinisikan sebagai cara penggunaan internet yang menyebabkan penggunanya memiliki gangguan atau masalah secara psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kesepian 2.1.1 Definisi Kesepian Kesepian didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problematic Internet Use 2.1.1 Pengertian Problematic Internet Use (PIU) Problematic Internet Use atau PIU merupakan sindrom multi-dimensi dengan gejala kognitif maladatif dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Kesepian Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) 2.1.1 Definisi Problematic Internet Use Problematic Internet Use (PIU) didefinisikan sebagai penggunaan internet yang menyebabkan sejumlah gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berpacaran merupakan hal yang lazim dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi sudah semakin berkembang dan bertumbuh di berbagai Negara termasuk di Indonesia. Teknologi juga sangat bermanfaat untuk banyak orang, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang di dalam hidupnya selalu memerlukan dan membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rogers dan Kincaid, seorang ilmuwan komunikasi (dalam. Cangara, 2000) komunikasi adalah proses pertukaran informasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rogers dan Kincaid, seorang ilmuwan komunikasi (dalam. Cangara, 2000) komunikasi adalah proses pertukaran informasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan diperlukan komunikasi antar satu dan yang lainnya. Komunikasi apabila diaplikasikan dengan benar akan mampu mencegah konflik dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi membawa indikator kemajuan di bidang teknologi, khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya mungkin menyediakan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial dalam bertingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan teknologi membuat facebook dapat diakses dimana saja, kapan saja dan melalui apa saja. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat

BAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini sudah semakin maju, khususnya perkembangan teknologi internet. Melalui teknologi internet, individu dapat menggunakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Masalah Penelitian Pada zaman mordernisasi ini, kemajuan dari fungsi telepon genggam semakin berkembang pesat. Tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II OBJEK PENELITIAN. gambaran singkat Group SMA Stella Duce 2 Yogyakarta di Facebook dan gambaran

BAB II OBJEK PENELITIAN. gambaran singkat Group SMA Stella Duce 2 Yogyakarta di Facebook dan gambaran BAB II OBJEK PENELITIAN A. GAMBARAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK Pada bab ini berisikan tentang sejarah singkat situs jejaring sosial Facebook, gambaran singkat Group SMA Stella Duce 2 Yogyakarta di Facebook

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problematic Internet Use 2.1.1 Definisi Problematic Internet Use Awal penelitian empiris tentang penggunaan internet yang berlebihan ditemukan dalam literatur yang dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE ONLINE DENGAN PENGGUNAAN INTERNET BERMASALAH PADA REMAJA PENGGUNA SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK

HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE ONLINE DENGAN PENGGUNAAN INTERNET BERMASALAH PADA REMAJA PENGGUNA SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK HUBUNGAN ANTARA SELF-DISCLOSURE ONLINE DENGAN PENGGUNAAN INTERNET BERMASALAH PADA REMAJA PENGGUNA SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK Luthfi Fauzie Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara Jakarta, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg dan mulai resmi dapat di akses secara umum pada tahun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara perilaku prososial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial di dunia nyata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Salah satu pemanfaatan teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah internet. Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil penelitian Yahoo!-TNSNet Index, aktivitas internet yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil penelitian Yahoo!-TNSNet Index, aktivitas internet yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi salah satu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan jaman, beragam media komunikasi dan cara berinteraksi mulai berubah.

Lebih terperinci

FENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI

FENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI FENOMENA KEINGINAN MENAMPILKAN DIRI PADA MAHASISWA MELALUI LAYANAN SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. media sosial. Popularitas media sosial semakin berkembang dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. media sosial. Popularitas media sosial semakin berkembang dari tahun ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang berkembang di era globalisasi saat ini berfungsi untuk mempermudah, mempercepat, atau memberikan alternatif lain bagi pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang semakin modern,

Lebih terperinci

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif Laporan Hasil Penelitian PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif Anak-anak dan remaja yang jumlahnya mencapai hampir sepertiga penduduk yang berjumlah

Lebih terperinci

PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN

PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN Ditya Ardi Nugroho, Tri Dayakisni, dan Yuni Nurhamida Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), Self-Esteem merupakan bentuk evaluasi dari sikap yang di dasarkan pada perasaan menghargai diri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intimacy (Keintiman) 2.1.1 Definisi Intimacy Menurut Erikson (dalam Valentini, & Nisfiannoor, 2006) intimacy sebagai kemampuan untuk berkomunikasi dan juga berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kemudahan yang telah disediakan oleh kemajuan teknologi bernama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kemudahan yang telah disediakan oleh kemajuan teknologi bernama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalin hubungan sosial merupakan sebuah hal penting yang perlu dilakukan oleh manusia. Dengan dasar manusia merupakan makhluk sosial, hubungan sosial tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen penting bagi kehidupan masyarakat modern terutama fungsinya dalam bersosialisasi dan berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data

BAB I PENDAHULUAN. yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial di dalam internet yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data dengan pengguna lain. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kearah kehidupan yang sangat kompetitif. Andersen (2004) memprediksi situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kearah kehidupan yang sangat kompetitif. Andersen (2004) memprediksi situasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, sebagian demi sebagian akan bergeser

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) 2.1.1 Pengertian Problematic Internet Use (PIU) PIU merupakan penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan fungsi-fungsi konten spesifik dari internet.

Lebih terperinci

Materi Sim Dig KD 3.2. Menerapkan Komunikasi Daring (3. Kewargaan Digital (Digital Citizenship)

Materi Sim Dig KD 3.2. Menerapkan Komunikasi Daring (3. Kewargaan Digital (Digital Citizenship) Materi Sim Dig KD 3.2. Menerapkan Komunikasi Daring (3. Kewargaan Digital (Digital Citizenship) A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, siswa mampu : menyajikan pengertian dan komponen kewargaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas yang tersedia. Salah satu fasilitas tersebut adalah internet. Dengan internet manusia

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas yang tersedia. Salah satu fasilitas tersebut adalah internet. Dengan internet manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini, manusia tidak lepas kaitannya dengan berbagai macam teknologi dan fasilitas yang tersedia. Salah satu fasilitas tersebut adalah internet. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi semakin berkembang dan maju, terutama dibidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Seperti yang kita kenal dalam dunia informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang berkembang, internet merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirilis oleh majalah Marketeers (Marketeers, 27 Oktober 2011) yang. di Indonesia memberikan gambaran mengenai trend penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. dirilis oleh majalah Marketeers (Marketeers, 27 Oktober 2011) yang. di Indonesia memberikan gambaran mengenai trend penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan internet di Indonesia berkembang terus dari tahun ke tahun seiring dengan perbaikan infrastruktur yang dibangun. Hasil riset memperlihatkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internet merupakan salah satu media yang paling diminati banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. Internet merupakan salah satu media yang paling diminati banyak orang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet merupakan salah satu media yang paling diminati banyak orang. Awalnya, internet merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Departemen Pertahanan Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal sebagai sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk komunikasi interaktif

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap temuan dan analisis data terkait pokok permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam seluruh aspek kehidupan. Media komunikasi pun semakin berkembang seriring dengan perkembangan

Lebih terperinci

Bab V KESIMPULAN. berbeda dari konsep pasar tradisional. Berjualan bukan lagi dilihat dari

Bab V KESIMPULAN. berbeda dari konsep pasar tradisional. Berjualan bukan lagi dilihat dari Bab V KESIMPULAN Fenomena munculnya online shop dalam jejaring sosial merupakan suatu tanda bahwa masyarakat semakin cerdas dalam melihat peluang demi meningkatkan kesejahteraan mereka. Tujuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. tatap muka secara langsung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. tatap muka secara langsung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Terjadi perubahan dalam cara berkomunikasi dari bentuk komunikasi tatap muka secara langsung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi. Situs jejaring sosial online

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini banyak pengaruh negatif yang ditemukan pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini banyak pengaruh negatif yang ditemukan pada remaja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era globalisasi ini banyak pengaruh negatif yang ditemukan pada remaja, dimulai dari pergaulan bebas hingga tawuran antar pelajar. Untuk mengatasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

SIAP Mencoba Yammer? MENGAPA YAMMER? ANDA DAPAT MENGGUNAKAN YAMMER UNTUK BERGABUNG DENGAN JARINGAN SEKARANG JUGA!

SIAP Mencoba Yammer? MENGAPA YAMMER? ANDA DAPAT MENGGUNAKAN YAMMER UNTUK BERGABUNG DENGAN JARINGAN SEKARANG JUGA! SIAP Mencoba Yammer? Yammer adalah jejaring sosial pribadi perusahaan kita, yaitu alat online untuk berkomunikasi dan berkolaborasi. Yammer tersedia untuk membantu menyelesaikan pekerjaan Anda serta mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y MENGAPA MEDIA SOSIAL Selamat Datang di Era Generasi Y 1 Media Sosial di Indonesia 2 Dokter, Pasien, dan Media sosial Sisi positif Sisi Negatif 3 MENGENAL MEDIA SOSIAL Masihkah Anda ingat dengan perangko,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS 8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS Pada bab ini dibahas secara berturut-turut mengenai (1) landasan teori, (2) kerangka berpikir, (3) hipotesis. 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Layanan

Lebih terperinci

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna situs media sosial saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media sosial mendominasi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman modern ini, internet merupakan sebuah kebutuhan yang dapat dikatakan wajib bagi setiap orang. Menurut Shelly dan Campbell (2012) internet merupakan jaringan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN Agar mendapat keuntungan, suatu perusahaan harus menciptakan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan mereka. Untuk mencapai hal ini, pertama perusahaan harus mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

mengembangkan dirinya melalui respons-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya.

mengembangkan dirinya melalui respons-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai meninggalkan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan definisi maupun teori yang di jadikan landasan berpikir penulis dalam melakukan penelitian berkaitan dengan topik persepsi rasa aman pada pengguna media sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesepian tanpa adanya teman cerita terlebih lagi pada remaja yang cendrung untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu tidak akan pernah dapat hidup sendirian, mereka selalu membutuhkan orang lain untuk dapat diajak berteman atau pun bercerita dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja akhir merupakan masa yang telah mengalami penyempurnaan kematangan secara fisik, psikis dan sosial. Masa remaja akhir berada direntang usia 18-21

Lebih terperinci

FACEBOOK APPS "IBUKREATIF" SEBAGAI WAHANA PEMBELAJARAN JARAK JAUH UNTUK IBU RUMAH TANGGA

FACEBOOK APPS IBUKREATIF SEBAGAI WAHANA PEMBELAJARAN JARAK JAUH UNTUK IBU RUMAH TANGGA FACEBOOK APPS "IBUKREATIF" SEBAGAI WAHANA PEMBELAJARAN JARAK JAUH UNTUK IBU RUMAH TANGGA Abdul Munif 1, Vico Ade Candra, Siti Rochimah 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Lebih terperinci

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang membutuhkan, namun sebagian besar orang dari semua kalangan diseluruh dunia. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengungkapkan, pengguna internet di Indonesia tahun 2014 mencapai 88,1 juta orang dari total penduduk Indonesia. Dari

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use PIU merupakan sindrom multidimensional yang terdiri dari gejala kognitif,emosional, dan perilaku yang mengakibatkan seseorang kesulitan dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern ini muncul berbagai perkembangan teknologi yang telah mengubah cara masyarakat dalam mengakses dan menggunakan berbagai informasi untuk berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengguna internet yang terus meningkat mengindikasikan bahwa komputer sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pengguna internet yang terus meningkat mengindikasikan bahwa komputer sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komputer dan internet telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Internet awalnya hanya digunakan sebagai media untuk menambah pengetahuan dan informasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Perbedaan Kecerdasan..., Muhammad Hidayat, FPSI UI, 2008

I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Perbedaan Kecerdasan..., Muhammad Hidayat, FPSI UI, 2008 I. PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional yang rendah berhubungan dengan meningkatnya penggunaan obat-obatan terlarang dan kekerasan, terutama pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 1. Terdapat pengaruh blended learning berbasis edmodo terhadap hasil belajar

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 1. Terdapat pengaruh blended learning berbasis edmodo terhadap hasil belajar 101 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh blended learning berbasis edmodo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, saat ini individu tidak hanya hidup di dunia nyata, tetapi juga memiliki kehidupan di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal abad ke-21, istilah internet sudah dikenal berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, terlepas dari usia, tingkat pendidikan, dan status sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Internet merupakan salah satu wujud perkembangan teknologi yang membawa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Internet merupakan salah satu wujud perkembangan teknologi yang membawa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Internet merupakan salah satu wujud perkembangan teknologi yang membawa pengaruh signifikan dalam kehidupan masyarakat. Saat ini masyarakat menjadikan fasilitas online

Lebih terperinci

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang melibatkan berbagai perubahan, baik dalam hal fisik, kognitif, psikologis, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan komunikasi atau sering disebut dengan Information and Communication

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan komunikasi atau sering disebut dengan Information and Communication BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat terutama dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi atau sering disebut dengan Information and Communication Technology

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial, secara kodrati manusia hidup bersama dengan orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesepian (loneliness) 2.2.1 Pengertian Kesepian (loneliness) Loneliness diartikan sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan yang terjadi ketika hubungan sosial dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang menjadi semakin berat. Salah satunya perkembangan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. orang menjadi semakin berat. Salah satunya perkembangan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang begitu pesat membuat tuntutan hidup untuk semua orang menjadi semakin berat. Salah satunya perkembangan tersebut adalah perkembangan

Lebih terperinci

DIRI PRIBADI. Tentang Diri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi

DIRI PRIBADI. Tentang Diri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi MODUL PERKULIAHAN DIRI PRIBADI Presentasi diri; Pengetahuan diri pribadi; Berpikir mengenai diri pribadi; Harga diri pribadi; Penilaian diri pribadi; Diri pribadi sebagai sasaran prasangka Fakultas Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan teknologi di Indonesia, semakin terbuka luas juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan teknologi di Indonesia, semakin terbuka luas juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan teknologi di Indonesia, semakin terbuka luas juga peluang bagi seseorang untuk dapat menjangkau dan menggunakan teknologi tersebut. Beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika menggunakan teknologi informasi ini (Flourensia, 2012: 22). Pada

BAB I PENDAHULUAN. ketika menggunakan teknologi informasi ini (Flourensia, 2012: 22). Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan komunikasi massa kian pesat dan kompleks, serta menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan manusia. Pemanfaatan teknologi informasi memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, akses internet menjadi semakin mudah dan murah. Hal tersebut memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak (KB/TK ISlam Al-Azhar

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak (KB/TK ISlam Al-Azhar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah islam Al-Azhar di Jawa Timur mengelola tiga tingkatan sekolah mulai dari Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak (KB/TK ISlam Al-Azhar 15) dan KB/TK

Lebih terperinci