HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS ANEMIA DAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN FITHRIANI BATUBARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS ANEMIA DAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN FITHRIANI BATUBARA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS ANEMIA DAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN FITHRIANI BATUBARA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Anemia dan Usia Menarche pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Fithriani Batubara NIM I

3 ABSTRAK FITHRIANI BATUBARA. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Anemia dan Usia Menarche pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI dan NAUFAL MUHARRAM NURDIN. Kebiasaan makan yang tidak sehat membuat remaja rentan terhadap anemia dan keterlambatan usia menarche. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kebiasaan makan dengan status anemia dan usia menarche pada remaja putri di Jakarta Selatan (mewakili perkotaan) dan Jasinga (mewakili perdesaan). Penelitian menggunakan desain cross sesctional study, melibatkan 100 siswi kelas VIII SMP dari 4 sekolah. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah Cluster Random Sampling. Remaja putri kota lebih sering mengonsumsi ikan, susu, dan fast food, serta memiliki asupan karbohidrat dan vitamin A yang lebih tinggi dibandingkan remaja putri di desa. Selain itu usia menarche remaja putri di kota lebih dini dibandingkan usia menarche di desa. Kadar Hb remaja putri di kota dan di desa tidak berbeda nyata. Tidak terdapat hubungan bioavailabilitas besi dengan status anemia (p>0.05), namun terdapat hubungan positif frekuensi konsumsi telur dan sawi dengan anemia. Terdapat juga hubungan negatif asupan lemak dan IMT dengan usia menarche (p<0.05). Kata kunci: kebiasaan makan, remaja putri, status anemia, usia menarche. ABSTRACT FITHRIANI BATUBARA. The Association of Food Habit with Anemia Status and Age of Menarche of Adolescent Girls in the Urban and Rural Areas. Supervised by CESILIA METI DWIRIANI dan NAUFAL MUHARRAM NURDIN Unhealthy food habits may cause adolescent girls to be vulnerable to anemia and delayed age of menarche. The objective of this study was to analyze the association of food habit with anemia status and age of menarche of adolescent girls in South Jakarta (represent urban) and in Jasinga (represent rural). A cross sectional study was conducted involving 100 girls of 8 th grade junior high school from four schools. The sampling method was Cluster Random Sampling. Adolelescent girls in urban area were more frequently consumed fish, milk, and fast food, as well as having higher intake of carbohydrate and vitamin A compared with adolescent girls in rural area. In addition, age of menarche of adolelescent girls in urban area were earlier than that in rural area. Haemoglobin concentration of adolelescent girls in both rural and urban areas were not different. There was no correlation between iron bioavailability and anemia status (p>0.05), but positive correlation were found between frequency of egg and green mustard consumption with anemia. There was also negative correlation of fat intake and body mass index and age of menarche (p<0.05). Keywords: adolescent girls, anemia status, food habit, menarche.

4 HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS ANEMIA DAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN FITHRIANI BATUBARA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

5 Judul Skripsi : Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Anemia dan Usia Menarche Pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan Nama : Fithriani Batubara NIM : I Disetujui oleh Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani, MSc Pembimbing I dr Naufal Muharam, S Ked Pembimbing II Diketahui oleh Dr Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Lulus:

6 PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Anemia dan Usia Menarche Pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan dengan baik. Penelitian ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk melaksanakan penelitian tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc dan dr. Naufal Muharram Nurdin, S.Ked selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan. 2. dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S.Ked. M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS; Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS; Dr Hadi Riyadi, MS; Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani dan dr Mira Dewi sebagai tim peneliti payung yang telah membimbing dalam pengambilan data lapang. 4. Keluarga tercinta : ayah tercinta (Alm.Ikhwan Batubara), ibunda tersayang (Ibu Afidah Lubis) dan Nur Azizah Batubara (Adik) serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan moril dan kasih sayangnya. 5. Teman teman penelitian payung : Weny Anggreny, Mega Seasty Handayani, Heti Sondari banyak membantu dalam memberikan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 6. Sahabat seperjuangan: Mei Rini Safitri, Uthu Dwifitri, Rizki Ardiansyah, Ewin, Sateliter s, dan IKMAMADINA-BOGOR. 7. Teman teman Gizi Masyarakat 46, 47 dan 48 serta kakak kelas 45 dan teman teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2014 Fithriani Batubara

7 DAFTAR ISI DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Kegunaan Penelitian 2 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE PENELITIAN 4 Desain, Tempat dan Waktu 4 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 5 Jenis dan Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6 Definisi Operasional 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Karakteristik Contoh 9 Karakteristik Keluarga 10 Kebiasaan Makan 13 Bioavailabilitas Zat Besi 18 Status Gizi 20 Status Anemia 21 Usia Menarche 21 Hubungan Bioavailabilitas Zat Besi dengan Status Anemia 22 Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Anemia 23 Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Menarche 23 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 25

8 LAMPIRAN 27 RIWAYAT HIDUP 28 DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data 5 2 Contoh perhitungan bioavailabilitas besi pangan metode Du et al. (1999) 7 3 Sebaran contoh berdasarkan umur di kota dan desa 9 4 Sebaran contoh berdasarkan uang jajan letak demografi 10 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga di kota dan desa 10 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan letak demografi 11 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu di kota dan desa 11 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah di kota dan desa 12 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu di kota dan desa Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita dan letak demografi Kebiasaan makan contoh di kota dan desa Frekuensi konsumsi pangan contoh per minggu Rata-rata asupan dan TKG contoh per hari di kota dan desa Perhitungan bioavailabilitas besi contoh di kota dan desa Bioavailabilitas besi contoh di kota dan desa Sebaran contoh berdasarkan bioavailabilitas besi di kota dan desa Sebaran contoh berdasarkan status gizi di kota dan desa Sebaran contoh berdasarkan status anemia di kota dan desa Sebaran contoh berdasarkan usia menarche di kota dan desa 22 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Uji Hubungan 27

9 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa yang akan datang. Usia remaja merupakan fase pertumbuhan pesat kedua (second growth spurt). Tubuh yang mengalami pertumbuhan perlu mendapat asupan zat gizi yang memadai untuk menunjang pertumbuhannya (Khomsan 2003), dan pada remaja putri juga untuk menstruasi dan sebagai persiapan menjelang usia reproduksi dan calon ibu. Pada masa remaja terjadi perubahan gaya hidup, salah satunya adalah perubahan kebiasaan makan. Kebiasaan makan remaja sangat khas karena cenderung memilih-milih makanan sehingga ada makanan yang disukai dan tidak disukai. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang remaja lebih dipengaruhi rekan sebayanya dan pemilihan makanan lebih sekedar untuk bersosialisasi, untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan teman. Hal ini bisa menyebabkan remaja termasuk dalam kelompok yang rentan terhadap masalah gizi (nutritionally vulnerable group) (Khomsan 2003). Kebiasaan makan yang menyimpang banyak terjadi di perkotaan dipengaruhi oleh ketersediaan makanan yang siap saji. Makanan siap saji umumnya tinggi energi dan lemak, sedangkan vitamin dan mineralnya rendah. Menarche adalah tanda awal dimulainya pubertas pada wanita. Berdasarkan data Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2010 (Depkes 2010) usia menarche remaja putri di perkotaan sebagian besar yaitu 24% pada usia tahun dan 39.8% usia tahun, sedangkan remaja putri di perdesaan sebagian besar (34.8%) memiliki usia menarche tahun dan 21.3% usia tahun. Modernisasi dan gaya hidup yang serba instan dipercaya sebagai faktor yang memegang andil cukup besar sehingga usia menarche lebih dini (Rokade 2009). Rogol (2000) menyatakan bahwa usia menarche yang lebih dini juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi keluarga yang tinggi. Selain itu perbaikan asupan zat gizi akan berdampak usia menarche lebih dini. Usia menarche yang lebih dini cenderung ditemui pada wanita dengan status gizi baik sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lusiana dan Dwiriani (2007). Usia menarche yang lebih dini atau lebih lambat berdampak negatif bagi remaja putri. Menarche dini beresiko terhadap kanker payudara (Surbakti 2012), sedangkan menarche lambat beresiko osteoporosis (Rogol 2000). Remaja putri juga mulai memperhatikan penampilan fisik, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanannya dan bahkan banyak yang berdiet tanpa nasehat atau pengawasan seorang ahli, sehingga pola konsumsinya sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Pola konsumsi yang tidak teratur dapat menyebabkan anemia. Penelitian Nirmala (2005) pada remaja putri di pondok pesantren di Surabaya melaporkan bahwa pola makan remaja putri berpengaruh terhadap kejadian anemia. Remaja merupakan usia yang sangat rentan terhadap penyakit anemia. Anemia gizi terutama anemia defesiensi besi merupakan salah satu masalah gizi yang belum terselesaikan (un-finished) di Indonesia dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem). Riskesdas 2007

10 2 (Depkes 2007) menyebutkan prevalensi anemia tingkat nasional cukup tinggi yaitu yaitu 28% (remaja putri tahun). Sebanyak 44% wanita di negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia defisiensi besi. Penyebab anemia defisiensi besi diantaranya rendahnya asupan besi, gangguan absorpsi, peningkatan kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang terjadi pada masa pubertas, dan perdarahan (Arisman 2004). Kebiasaan makan yang salah pada remaja putri dapat mempengaruhi kecenderungan status anemia seseorang terutama pada remaja putri yang berada dalam masa pertumbuhan dan sudah mengalami menstruasi. Dampak yang terjadi akibat anemia sangat merugikan kualitas kerja dan mutu sumber daya manusia di masa mendatang yaitu menurunkan daya tahan tubuh sehingga lebih mudah terserang penyakit, menurunkan aktivitas yang berkenaan dengan kemampuan fisik dan prestasi belajar. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membandingkan pengaruh kebiasaan makan terhadap status anemia dan menarche pada remaja putri di perkotaan dan di perdesaan. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan penelitian umum penelitian ini adalah menganalisis hubungan kebiasaan makan dengan status anemia dan usia menarche pada remaja putri di perkotaan dan di perdesaan. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini, antara lain: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh di SMP kota dan SMP desa (umur dan uang saku) dan karakteristik keluarga contoh di SMP kota dan SMP desa (besar keluarga, pendidikan orangtua, pendapatan, dan pekerjaan orangtua) 2. Mengetahui kebiasaan makan, asupan zat gizi contoh, dan bioavailabilitas zat besi dari makanan yang dikonsumsi contoh di SMP kota dan SMP desa 3. Mengetahui status gizi, status anemia, dan usia menarche contoh di SMP kota dan SMP desa 4. Menganalisis hubungan bioavailabilitas zat besi yang dikonsumsi dengan status anemia contoh di SMP kota dan SMP desa 5. Menganalisis hubungan kebiasaan makan dengan status anemia dan usia menarche contoh di SMP Kota dan SMP desa Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan dengan status gizi dan usia menarche untuk pengambil kebijakan terkait gizi pada remaja untuk perbaikan kebiasaan makannya. Secara keilmuan, peneliti dapat mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan status anemia dan usia menarche pada remaja putri.

11 3 KERANGKA PEMIKIRAN Usia remaja merupakan fase pertumbuhan yang sangat pesat (growth spurt). Pertumbuhan yang sempurna harus didorong dengan pemenuhan asupan zat gizi yang optimal, khususnya pada remaja putri yang membutuhkan persiapan menjelang usia reproduksi dan persiapan menjadi calon Ibu. Pemenuhan asupan zat gizi yang dapat dicapai sejalan dengan kebiasaan makan yang baik. Pada masa remaja, kebiasaan makannya sangat khas karena cenderung memilih-milih makanan sehingga ada makanan yang disukai dan tidak disukai. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat remaja lebih dipengaruhi rekan sebayanya. Kebiasaan makan awalnya tercipta dari keluarga, oleh karena itu kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan orang tua). Kebiasaan makan akan menentukan tingkat kecukupan zat gizi individu, dan dalam kurun waktu tertentu akan berkontribusi membentuk status gizi individu. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan cara antropometri (IMT/U dan TB/U) dan cara biokimia yaitu pemeriksaan spesimen darah. Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan salah satu parameter untuk menentukan status anemia. Pada remaja putri akan terjadi menarche (menstruasi pertama). Usia menarche setiap remaja berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor genetika (usia menarche ibu), faktor ekonomi, dan faktor gizi (asupan zat gizi dan status gizi). Remaja putri yang sudah mengalami menstruasi setiap bulannya akan kehilangan darah dan cenderung beresiko anemia. Anemia yang terjadi pada remaja pada umumnya yaitu anemia gizi besi. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan zat gizi yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu protein, zat besi, vitamin C, vitamin A dan energi. Asupan zat gizi tersebut mempengaruhi bioavailabilitas zat besi dan berkontribusi dalam pembentukan hemoglobin. Bioavailabilitas zat besi dipengaruhi oleh berbagai zat pendorong dan penghambat penyerapan zat besi yaitu pangan hewani, asam askorbat (vitamin C), sayuran dan buah (pendorong) dan serealia, kacang-kacangan, serta teh (penghambat).

12 4 Karakteristik Responden Umur Uang Jajan Karakteristik Keluarga Besar keluarga Pendapatan/Kapita/Bulan Pendidikan Orangtua Pekerjaan Orangtua Kebiasaan Makan Tingkat Kecukupan Energi Protein Zat Besi Vitamin C Vitamin A Status Gizi Antropometri (IMT/U, TB/U) Biokimia (Anemia-Hb) Usia Menarche Bioavailabilitas Zat Besi Enhancer Inhibitor Genetik (Usia Menarche ibu) Gambar 1 Hubungan kebiasaan makan dengan kejadian status anemia dan usia menarche pada remaja putri Keterangan : : variabel yang diteliti : hubungan yang diteliti : variabel yang tidak diteliti : hubungan yang tidak diteliti METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini menggunakan sebagian data dari penelitian yang berjudul Lifestyle and Nutrition Aspect of Rural and Urban Adolescents (Dwiriani et al. 2013). Penelitian ini dilakukan di 4 SMP, yang terdiri dari 2 SMP

13 5 kota dan 2 SMP desa yaitu SMP 98 Jakarta, SMP 242 Jakarta, SMP 01 Jasinga dan SMP Giri Taruna Jasinga. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Mei Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Contoh pada penelitian ini adalah remaja putri siswi kelas VIII di 2 SMP kota dan 2 SMP desa yaitu SMP 98 Jakarta dan SMP 242 Jakarta mewakili perkotaan, SMP 01 Jasinga dan SMP Giri Taruna Jasinga mewakili perdesaan. Metode yang digunakan dalam penarikan remaja adalah dengan metode Cluster Random Sampling. Contoh remaja putri dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu remaja putri kota dan remaja putri desa, kemudian dilakukan pemilihan sekolah yang didasarkan pertimbangan dari Dinas Pendidikan setempat, dan penarikan contoh remaja putri kelas VIII secara acak dengan proporsi jumlah yang sama. Jumlah remaja yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 yang terdiri 25 remaja putri dari masing-masing sekolah. Jenis dan Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan merupakan data sekunder. Data yang dikumpulkan meliputi data umur, berat badan, tinggi badan, karakteristik keluarga, status anemia, usia menarche, status gizi, kebiasaan makan, dan konsumsi pangan (Tabel 1). Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No Variabel Indikator Cara dan alat pengumpulan Skala data 1. Karakteristik Usia Wawancara Rasio contoh Uang jajan dan kuesioner Rasio 2. Karakteristik Besar keluarga Rasio keluarga Pendidikan orangtua Wawancara Ordinal Pendapatan/kap/bulan dan kuesioner Rasio Pekerjaan orangtua Nominal 3. Kebiasaan Asupan Energi dan zat Makan gizi (protein, KH, Recall 2x24 lemak, vitamin A, jam dan FFQ vitamin C, dan Fe) Rasio Frekuensi Makan 4. Status IMT/U, TB/U Pengukuran Gizi Hb langsung Rasio 5. Usia Usia menarche contoh Wawancara Rasio 6. Menarche Bioavailabili tas besi Besi heme Besi non heme dan kuesioner Recall 2x24 jam Rasio

14 6 Pengolahan dan Analisis Data Tahap pengolahan data dilakukan dengan kegiatan-kegiatan seperti pemberian kode, pengeditan data, entri data, skoring data, dan cleaning data. Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Analisis data menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 19.0 for Windows. Hubungan uji beda dianalisis menggunakan Independent Sample t test dan Mann Whitney dan hubungan antar variabel dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh terdiri atas besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan keluarga. Kategori besar keluarga berdasarkan (BKKBN 2009) dibagi menjadi tiga, yaitu kecil ( 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (>7 orang). Kategori pendidikan orangtua dikelompokkan menjadi SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan tinggi. Pekerjaan ayah dibagi menjadi tidak bekerja, PNS/Polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa (penjahit, supir, ojeg, dan reparasi), dan lainnya. Demikian juga dengan pekerjaan ibu yang terbagi menjadi tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga), PNS/Polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa (penjahit/salon), dan lainnya. Menurut BPS DKI Jakarta dan BPS Jawa Barat, pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan pendapatan/kapita/bulan yaitu miskin (<Rp ) dan tidak miskin (>Rp ) untuk contoh kota sedangkan pendapatan/kapita/bulan untuk desa yaitu miskin (<Rp ) dan tidak miskin (>Rp ). Data konsumsi contoh diperoleh melalui Food Recall 2x24 jam. Jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) kemudian dikonversi menjadi gram. Selanjutnya ditentukan asupan energi dan zat gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin A vitamin C, dan Fe) menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah konsumsi zat gizi tersebut adalah: KGj = (Bj/100) x Gj x (BDDj/100) Keterangan: KGij : kandungan zat gizi dalam bahan makanan j yang dikonsumsi Bj : berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram) Gj : kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj : persen bahan makanan j yang dapat dimakan (%BDD) Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) dihitung dengan membandingkan asupan energi dan zat gizi dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Perhitungan AKG contoh dengan status gizi kurang atau lebih menggunakan berat badan ideal, sedangkan contoh dengan status gizi normal menggunakan berat aktual dan berat badan ideal dihitung dengan rumus Brocca: BB ideal = (TB ) 10% (TB - 100) Perhitungan AKG menggunakan rumus: AKG = BBi / BBj x AKG

15 7 Keterangan: BBi = berat badan ideal atau aktual contoh BBj = berat badan standar bedasarkan AKG (WNPG 2004) Penilaian status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan diolah menggunakan WHO Anthroplus untuk menentukan nilai z- score IMT/U dan TB/U. Pengukuran hemoglobin dengan alat hemocue metode azidmethemoglobin. Status anemia ditentukan berdasarkan nilai Hb <12 g/dl. Data yang diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif yaitu data karakteristik contoh (umur dan uang jajan), data karakteristik keluarga (besar keluarga, pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan), status gizi, status anemia, usia menarche, kebiasaan makan, asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, dan zat besi. Analisis statistik inferensia digunakan untuk hubungan antara kebiasaan makan dengan status anemia dan usia menarche pada remaja putri dan hubungan antara asupan energi, protein,vitamin A, vitamin C, dan zat besi dengan status anemia dan usia menarche pada remaja putri. Bioavailabilitas besi dapat dihitung menggunakan metode Du et al. (1999), WHO (1969), dan Monsen et al. (1978). Metode Du et al. (1999) dipilih dalam perhitungan bioavailabilitas besi pada penelitian ini karena tidak hanya memperhitungkan faktor pendorong penyerapan besi seperti pada dua metode lain, tetapi juga memperhitungkan faktor penghambat penyerapan besi yaitu bioavailabilitas non heme (Kolom 8) (Tabel 2). Tabel 2 Contoh perhitungan bioavailabilitas besi pangan metode Du et al. (1999) Total Hewani Fe (mg) Vit C (mg) Heme Faktor Besi Heme (mg) Besi Non Heme (mg) Bioavailabilitas (%) heme Non Heme Heme (mg) Besi Terserap Non Heme (mg) Total (mg) Perse n Total (%) Keterangan cara perhitungan: 1. Kolom pertama yaitu jumlah berat bahan pangan hewani yang dikonsumsi selama satu hari. 2. Kolom kedua yaitu total zat besi (mg) yang dijumlahkan dari nilai zat besi pada setiap pangan yang dikonsumsi. 3. Kolom ketiga yaitu total vitamin C (mg) yang dijumlahkan dari nilai vitamin C pada setiap pangan yang dikonsumsi 4. Kolom keempat yaitu heme faktor dengan nilai tetapan literatur Kolom kelima yaitu besi heme (mg), dihitung dengan perkalian antara heme faktor (kolom 4) dan total zat besi (kolom 2). 6. Kolom keenam yaitu besi non heme (mg), merupakan selisih antara total zat besi (kolom 2) dengan besi heme (kolom 5). 7. Kolom ketujuh yaitu bioavailabilitas heme (%), nilai bioavailabilitas sesuai dengan literatur sebesar 23%. 8. Kolom kedelapan yaitu bioavailabilitas non-heme (%) dihitung dari rumus : % (Bioavailabilitas non-heme) = ln(efs/ifs)

16 8 Keterangan: EFs = Asam askorbat (mg) + sumber hewani (g) + sayuran dan buah (g) + 1 IFs = Serealia (g) + kacang-kacangan (g) + teh (g) + 1 Contoh perhitungan: EFs = = IFs = = Kolom kesembilan yaitu penyerapan besi heme (mg), dihitung dari perkalian antara bioavailabilitas heme (kolom 7) dengan besi heme (kolom 5). 10. Kolom kesepuluh yaitu penyerapan besi non heme (mg), dihitung dari perkalian antara bioavailabilitas non heme (kolom 8) dengan besi heme non heme (kolom 6). 11. Kolom kesebelas yaitu total penyerapan (mg), dihitung dari jumlah penyerapan heme (kolom 9) dan penyerapan non heme (kolom 10). 12. Kolom keduabelas yaitu persen total (%), dihitung dari perbandingan total penyerapan (kolom 11) dengan jumlah zat besi (kolom 1) dikalikan 100. Hubungan kebiasaan makan dengan status anemia dan usia menarche diuji dengan korelasi Pearson jika variabel normal. Jika variabel tidak normal berdasarkan uji normalitas uji hubungan diuji dengan korelasi Spearman. Selanjutnya setiap variabel dikorelasikan dengan variabel status anemia dan usia menarche. Berdasarkan uji korelasi ini maka dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent (status anemia dan usia menarche). Definisi Operasional Kebiasaan Makan adalah informasi mengenai frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan yang dikonsumsi contoh pada waktu tertentu. Konsumsi Pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi contoh dalam satu hari yang diukur dengan metode Recall 2x24 jam serta dihitung jumlahnya zat gizinya (energi, protein, vitamin C, dan zat besi). Tingkat kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, dan Fe adalah konsumsi pangan sumber energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, dan Fe contoh yang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Bioavaibilitas zat besi adalah ketersediaan biologis Fe yang terkandung dalam makanan yang dapat digunakan tubuh untuk menjalankan metabolisme dan fungsi fisiologis. Cara perhitungan bioavailabilitas Fe didapatkan menggunakan metode Du et al Status anemia contoh adalah keadaan kadar Hb contoh yang menunjukkan kondisi contoh anemia dan non anemia. Contoh dikatakan anemia jika kadar Hb <12 g/dl darah. Kadar Hb diukur menggunakan alat Hemocue. Usia Menarche adalah menstruasi yang terjadi pertama kali dan umumnya terjadi pada usia remaja awal (10-12 tahun). Remaja Putri adalah siswi kelas VIII SMP yang sudah mengalami menstruasi.

17 9 Karakteristik Contoh adalah karakteristik yang dimiliki contoh yang membedakannya dengan yang lain (umur dan uang jajan contoh). Uang Jajan adalah uang yang diberikan oleh orangtua contoh untuk digunakan membeli makanan dan minuman oleh contoh. Karakteristik sosial ekonomi keluarga adalah karakteristik yang dimiliki sebuah rumah tangga (besar keluarga, pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan orangtua contoh). Status Gizi adalah keadaan gizi contoh yang dinilai dengan pengukuran indeks TB/U dan IMT/U. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Umur Contoh dalam penelitian berumur antara tahun, dengan median 14 tahun. Contoh dalam penelitian termasuk dalam kelompok remaja awal (Hurlock 2004). Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara umur remaja putri di SMP kota dan SMP di desa (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan umur lebih dapat dilihat pada Tabel 3. Umur (tahun) Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan umur di kota dan desa SMP Kota SMP Desa Total Uji beda n % n % n % p=0.06 Sharlin dan Edelstein (2011) menyatakan bahwa ada tiga kriteria perubahan pada remaja yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Pada masa remaja awal terjadi pertumbuhan yang paling pesat diantara kelompok remaja lainnya. Selain itu pada remaja awal terjadi pemantapan konsep diri yang diperoleh dari pengalaman seperti keluarga. Pada masa remaja awal juga merasa lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas, dan lebih banyak memperhatikan bentuk tubuhnya. Hal tersebut memberi berdampak terhadap kebiasaan makan remaja putri. Uang jajan Besar uang jajan merupakan sejumlah uang yang diterima siswa dalam sehari untuk membeli jajanan. Jajan untuk anak sekolah menjadi suatu kebiasaan (Sinaga et al. 2012). Kisaran uang jajan contoh di SMP kota yaitu Rp Rp Rata-rata uang jajan contoh di SMP kota yaitu Rp ± Rp Kisaran uang jajan contoh di SMP desa yaitu Rp Rp Rata-rata uang jajan contoh di SMP desa yaitu Rp ± Rp Sebagian besar remaja putri

18 10 (67%) di kota dan di desa mempunyai uang jajan berkisar antara Rp Rp Contoh di SMP desa lebih banyak yang mempunyai uang jajan <Rp dibandingkan contoh di SMP kota (Tabel 4). Hasil uji beda menggunakan Independent Sample T test menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara uang jajan contoh di SMP kota dan SMP di desa (p<0.05). Uang jajan contoh di kota lebih tinggi daripada uang jajan contoh di desa. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan uang jajan di kota dan desa Uang Jajan SMP Kota SMP Desa Total Uji beda n % n % n % < Rp Rp Rp Rp > p=0.001 Karakteristik Keluarga Besar keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Kisaran besar keluarga contoh di SMP kota yaitu 3 8 orang dengan median 5 orang. Kisaran besar keluarga contoh di SMP desa yaitu 2 14 orang dengan median 6 orang. Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh di SMP kota maupun di SMP desa mempunyai keluarga sedang terdiri dari 5-7 orang. Contoh di SMP kota lebih banyak mempunyai keluarga kecil dibandingkan dengan contoh di SMP desa. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara besar keluarga contoh di SMP kota dan SMP desa (p<0.05). Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga di kota dan desa Besar keluarga SMP Kota SMP Desa Total Uji beda n % n % n % Kecil (< 4 orang) Sedang (5-7 orang) Besar (>7 orang) p=0.01 Arisman (2004) menyatakan pemenuhan pangan dan gizi dipengaruhi oleh besar kecilnya keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan pangan yang harus tercukupi akan semakin meningkat sehingga biaya yang diperlukan untuk pengeluaran pangan keluarga akan semakin tinggi. Pendidikan orangtua Sebagian besar (56%) pendidikan ayah contoh di SMP kota sampai SMA sedangkan pendidikan ayah contoh di SMP desa sebagian besar (46%) sampai SD.

19 11 Di SMP desa masih ada ayah contoh yang tidak sekolah. Pendidikan ayah tertinggi di SMP kota yaitu perguruan tinggi sedangkan di SMP desa SMA (Tabel 6). Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pendidikan ayah contoh di SMP kota dan SMP desa (p<0.05), yaitu pendidikan ayah di kota lebih tinggi daripada pendidikan ayah di desa. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ayah di kota dan desa Pendidikan ayah SMP Kota SMP Desa Total n % n % n % Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi Uji beda p=0.000 Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) pendidikan ibu contoh di SMP kota sampai SMA sedangkan pendidikan ibu contoh di SMP desa sebagian besar (52%) sampai SD. Di SMP desa masih ada ibu contoh yang tidak sekolah. Pendidikan ibu tertinggi di SMP kota dan desa yaitu perguruan tinggi. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pendidikan ibu contoh di SMP kota dan SMP desa (p<0.05), yaitu pendidikan ibu contoh di SMP kota lebih tinggi daripada di SMP desa. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu di kota dan desa Pendidikan ibu SMP Kota SMP Desa Total Uji beda n % n % n % Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi p=0.000 Pekerjaan orangtua Pendidikan sangat menentukan pekerjaan. Pendidikan yang tinggi mempunyai peluang untuk memperoleh pekerjaan yang baik sehingga pendapatan yang diperoleh juga semakin baik. Pekerjaan orangtua dikategorikan menjadi tujuh macam yaitu: tidak bekerja (ibu rumah tangga), PNS/Polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa (penjahit, salon) dan lainnya. Tabel 8 menunjukkan bahwa contoh di SMP kota lebih banyak memiliki ayah yang

20 12 bekerja sebagai karyawan swasta sedangkan di SMP desa lebih banyak memiliki ayah yang bekerja sebagai buruh. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah di kota dan desa Pekerjaan ayah SMP Kota SMP Desa Total n % n % n % Tidak bekerja PNS/Polisi/ABRI Karyawan swasta Buruh Wiraswasta/pedagang Jasa (Penjahit,salon) Lainnya Tabel 9 menunjukkan bahwa contoh di SMP kota dan di SMP desa lebih banyak memiliki ibu yang tidak bekerja yaitu sebagai ibu rumah tangga. Ibu yang bekerja baik di kota maupun di desa lebih banyak sebagai wiraswasta atau pedagang. Pekerjaan orangtua terutama ibu yang bekerja akan mempengaruhi kebiasaan makan dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena umumnya ibu terlibat langsung dalam perencanaan menu dan penyediaan makanan keluarga. Ibu yang bekerja tidak lagi memiliki waktu untuk mempersiapkan makanan bagi keluarganya. Hal ini yang membuat remaja sering memilih untuk makan di luar (Sinaga et al. 2012). Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu di kota dan desa Pekerjaan ibu SMP Kota SMP Desa Total n % n % n % Tidak bekerja PNS/Polisi/ABRI Karyawan swasta Buruh Wiraswasta/pedagang Jasa (Penjahit,salon) Lainnya Pendapatan per kapita Kisaran pendapatan per kapita di SMP kota yaitu Rp Rp dengan median yaitu Rp Kisaran pendapatan per kapita di SMP desa yaitu Rp Rp dengan median yaitu Rp Sebagian besar keluarga contoh di SMP kota (62%) tergolong dalam kategori tidak miskin, sedangkan di SMP desa sebagian besar (68%) tergolong miskin (Tabel 10). Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan per kapita contoh di SMP kota dan SMP desa (p<0.05).

21 13 Braithwaite et al. (2009) menyatakan bahwa pendapatan keluarga mempengaruhi status gizi, hal ini terkait dengan daya beli terhadap bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pada penelitian didapatkan bahwa pendapatan berhubungan negatif dengan usia menarche (p=0.03), artinya semakin tinggi pendapatan maka usia menarche semakin dini. Hal ini sejalan dengan penelitian Rogol (2000) yang menyatakan penurunan usia menarche juga dipengaruhi oleh sosial ekonomi yang tinggi. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita di kota dan desa Pendapatan per kapita SMP Kota SMP Desa Total Uji beda n % n % n % Miskin Tidak miskin p=0.000 Kebiasaan Makan Frekuensi makan lengkap Frekuensi makan lengkap dalam penelitian ini adalah seperti makan sereal, roti, mie, nasi dan lauk pauk. Sebagian besar contoh (46%) memiliki frekuensi makan lengkap 2 kali sehari, yaitu tepatnya makan siang dan makan malam. Frekuensi makan lengkap pada remaja banyak yang tidak teratur (Arisman 2004). Kisaran frekuensi makan lengkap di SMP kota yaitu 2 4 kali/hari dengan median yaitu 3 kali/hari. Kisaran frekuensi makan lengkap di SMP kota yaitu 2 4 kali/hari dengan median yaitu 2 kali/hari. Berdasarkan Tabel 11 contoh di SMP kota sebagian besar (52%) memiliki frekuensi makan lengkap 3 kali sehari, sedangkan contoh di SMP desa sebagian besar (54%) memiliki frekuensi makan lengkap 2 kali sehari. Contoh dengan frekuensi makan lengkap 2 kali sehari adalah contoh yang sering meninggalkan sarapan, sedangkan yang memiliki frekuensi makan lengkap 4 kali contoh yang sering membawa bekal. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara frekuensi makan lengkap contoh di SMP kota dan SMP desa (p>0.05). Makan bersama keluarga Kisaran frekuensi makan bersama keluarga di SMP kota yaitu 2 7 kali/minggu dengan median 3 kali/minggu. Kisaran frekuensi makan bersama keluarga di SMP desa yaitu 0 7 kali/minggu dengan median 3 kali/minggu. Berdasarkan Tabel 11 frekuensi makan bersama keluarga contoh sebagian besar (73%) tergolong dalam kategori jarang (2-3 kali/minggu) di SMP kota maupun di SMP desa. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara frekuensi makan bersama keluarga contoh di SMP kota dan SMP desa (p>0.05). Kegiatan makan bersama keluarga mulai ditinggalkan oleh remaja. Hal ini disebabkan aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah yang menyebabkan kebiasaan makan remaja dipengaruhi rekan sebayanya (Khomsan 2003). Sharlin dan Edelstein (2011) menyatakan Individu yang sering makan bersama keluarga lebih terkontrol jenis dan jumlah makanan.

22 14 Tabel 11 Kebiasaan makan contoh di kota dan desa Kebiasaan makan Frekuensi makan lengkap SMP Kota SMP Desa Total Uji beda n % n % n % 2 kali kali kali Makan bersama keluarga Selalu (setiap hari) Kadang-kadang (2-3 kali/minggu) tidak pernah Jumlah air yang diminum <8 gelas > 8 gelas Frekuensi sarapan setiap hari kadang-kadang(2-3x/minggu) tidak pernah Konsumsi suplemen Ya Tidak Frekuensi makan camilan/snack setiap hari kadang-kadang(2-3x/minggu) tidak pernah Konsumsi fast food(1 minggu terakhir) tidak pernah kali kali >3kali p=0.270 p=0.062 p=0.000 p=0.792 P=0.125 p=0.688 p=0.028 Jumlah air diminum Air merupakan zat gizi, air mempunyai fungsi penting bagi tubuh salah satunya yaitu air sebagai pembentuk sel, termasuk sel darah. Kebutuhan air untuk remaja awal (13-15 tahun) yaitu sekitar 2L setara dengan 8 gelas (Santoso 2011). Jumlah air yang diminum dalam penelitian ini adalah air putih. Kisaran jumlah air

23 15 yang diminum contoh di SMP kota yaitu 3 17 gelas/hari dengan median 7 gelas/hari. Kisaran jumlah air yang diminum contoh di SMP desa yaitu 1 11 gelas/hari dengan median 5 gelas/hari. Sebagian besar contoh di SMP kota maupun SMP desa (79%) minum air putih dalam sehari <8 gelas. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah air yang diminum contoh di SMP kota dan SMP desa (p<0.05) yaitu konsumsi air contoh di SMP kota lebih tinggi dibandingkan di SMP desa. Frekuensi sarapan Kisaran frekuensi sarapan contoh di SMP kota dan SMP desa yaitu 0 7 kali/minggu dengan median yaitu 3 kali/minggu. Sharlin dan Edelstein (2011) menyatakan bahwa remaja merupakan kelompok umur yang paling sering melewatkan sarapan terutama remaja putri. Hal tersebut terjadi karena remaja putri beranggapan bahwa mereka dapat mengontrol berat badan dengan cara mengabaikan sarapan. Idealnya sarapan memenuhi seperempat hingga sepertiga kebutuhan energi dan zat gizi harian (Almatsier 2011). Contoh yang rutin setiap hari sarapan hanya 34 %. Sebagian besar contoh (59%) melakukan sarapan hanya kadang-kadang (2-3 kali/minggu), bahkan masih ada contoh (7% ) yang tidak pernah sarapan. Berdasarkan hasil wawancara pada contoh menu yang paling sering waktu sarapan yaitu nasi, ayam goreng, dan susu. Hasil wawancara juga menunjukkan alasan contoh meninggalkan sarapan yaitu karena pagi hari selera makan belum ada dan terkadang buru-buru berangkat ke sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hermina (2009), kesibukan orangtua di pagi hari atau belum adanya selera makan di pagi hari menjadi alasan dari sejumlah anak berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata frekuensi sarapan contoh di SMP kota dan SMP desa (p>0.05). Konsumsi suplemen Berdasarkan hasil wawancara, contoh yang mengonsumsi suplemen 24 orang (24%). Sebagian besar contoh (76%) tidak mengonsumsi suplemen saat ini. Contoh di SMP kota lebih banyak (32%) yang mengonsumsi suplemen daripada contoh di SMP desa (16%). Suplemen yang dikonsumsi oleh contoh berupa suplemen yang berfungsi untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh. Hasil analisis konsumsi suplemen didapat bahwa contoh di SMP kota mengonsumsi enervon-c 7 orang (44%), scott emulsion 5 orang (31%), dan zevit grow 4 orang (25%), sedangkan contoh di SMP desa mengonsumsi Vit C 4 orang (50%), scott emulsion 2 orang (25%), dan zevit grow 2 orang (25%). Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi suplemen contoh di SMP kota dan SMP desa (p>0.05). Frekuensi fast food Fast food adalah makanan yang dapat diolah dan disajikan dalam waktu yang singkat dan mudah dalam hitungan beberapa menit. Fast food dipilih karena keterbatasan waktu maupun fasilitas untuk menyiapkan makanannya sendiri. Remaja disibukkan pada jadwal pelajaran yang padat di sekolah, ditambah lagi banyak diantara remaja yang mengambil les tambahan di luar jam sekolah. Pada

24 16 hari libur remaja cenderung mengalokasikan waktu dengan menonton televisi atau jalan-jalan ke mall dan memilih mengkonsumsi fast food. Sharlin dan Edelstein (2011) menyatakan bahwa remaja merupakan kelompok yang sangat senang dengan makanan jenis fast food. Kemudahan memperoleh makanan siap santap (fast food) yang sekarang sudah banyak, terutama di kota-kota besar seperti fried chicken, burger, dan pizza. Sharlin dan Edelstein (2011) menyatakan umumnya makanan ini tinggi energi, lemak, karbohidrat, dan garam, tetapi rendah vitamin A, vitamin C, riboflavin, asam folat, kalsium, dan serat. Kisaran frekuensi konsumsi fast food contoh di SMP kota yaitu 1 7 kali/minggu dengan median 2 kali/minggu. Kisaran frekuensi konsumsi fast food contoh di SMP desa yaitu 0 5 kali/minggu dengan median 1 kali/minggu. Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar contoh (53%) mengonsumsi fast food 2-3 kali seminggu. Terdapat 8% contoh yang tidak mengonsumsi fast food satu minggu terakhir yaitu contoh di SMP desa. Contoh fast food yang paling dominan dikonsumsi yaitu fried chicken. Rata-rata fast food dalam sehari menyumbangkan energi 42 kkal, protein 3.8 g, zat besi 0.4 mg. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara frekuensi mengonsumsi fast food contoh di SMP kota dan SMP desa (p<0.05). Frekuensi konsumsi pangan contoh Frekuensi konsumsi pangan diukur menggunakan metode FFQ. Frekuensi konsumsi pangan menggambarkan kualitas pangan yang dikonsumsi. Tabel 12 menunjukkan frekuensi konsumsi pangan contoh per minggu dalam sebulan terakhir. Tampak bahwa frekuensi konsumsi daging sapi, ikan, dan susu lebih sering di SMP kota, sedangkan di SMP desa lebih sering mengonsumsi lauk nabati, telur, sayuran, teh, dan makanan tinggi lemak. Hasil uji beda frekuensi konsumsi pangan contoh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada frekuensi konsumsi daging sapi, ikan, susu, dan makanan tinggi lemak. Tabel 12 Frekuensi konsumsi pangan contoh per minggu Frekuensi (minggu) Jenis Pangan Uji beda SMP kota SMP desa Serealia dan umbi-umbian 14 (7, 21) 14(7, 21) p=0.140 Lauk nabati 3.8 (0.5, 14) 4.2 (1.8, 12) p=0.091 Daging sapi 0.5 (0, 2.8) 0.2 (0, 1.2) p=0.000 Ayam 1.9 (0, 7) 1.9 (0.2, 3.7) p=0.102 Telur 2.8 (0.5, 7) 3.7 (0.9, 7) p=0.567 Ikan 2.3 (0, 3.7) 1.8 (0, 6.6) p=0.005 Sayuran 5.5(0.6, 13) 9 (0.4, 12) p=0.080 Buah-buahan 1.9(0, 7) 1.9 (0.2, 3.7) p=0.165 Susu 2.8 (0, 14) 1.9 (0, 7) p=0.001 Teh 1.9 (0.2, 14) 2.8 (0, 3.7) p=0.234 Makanan tinggi lemak 2 (1, 7) 3.7 (0.9, 3.7) p=0.028

25 17 Rekomendasi Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) untuk kelompok remaja (13-15 tahun) yaitu konsumsi nasi per hari sebesar 400g/hari (4 porsi), lauk nabati sebesar 150 g/hari (3 porsi), lauk hewani sebesar 150 g/hari (3 porsi), sayuran sebesar 300 g/hari (3 porsi), buah-buahan sebesar 200 g/hari (4 porsi), dan untuk konsumsi susu tidak ada batasannya untuk remaja. Jika dibandingkan dengan anjuran PUGS, konsumsi contoh masih berada di bawah anjuran. Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi (TKG) Asupan zat gizi contoh merupakan hasil konversi dari semua konsumsi pangan. Rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh di SMP kota per hari yaitu 1342± kkal dengan asupan terendah 468 kkal dan asupan tertinggi 2121 kkal. Asupan protein 36±12.7 g dengan asupan terendah 14 g dan asupan tertinggi 75 g. Nilai median asupan lemak 38.9 g, karbohidrat g, zat besi 8.4 mg, vitamin A 280,7 RE, dan vitamin C 13.1 mg. Rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh di SMP desa per hari yaitu 1314± 408 kkal dengan asupan terendah 696 kkal dan asupan tertinggi 2689 kkal. Asupan protein 31.6±10.5 g dengan asupan terendah 13 g dan asupan tertinggi 62 g. Nilai median asupan lemak 34.7 g, karbohidrat g, zat besi 9.1 mg, vitamin A RE, dan vitamin C 22.1 mg (Tabel 13). Zat Gizi Tabel 13 Rata-rata asupan dan TKG contoh per hari di kota dan desa SMP Kota Tingkat Asupan Kecukupan SMP Desa Tingkat Asupan Kecukupan Uji beda Energi 1342± ± ± ±19.7 p=0.717 Protein 36± ± ± ±20.4 p=0.051 Lemak 38.9 (7, 101) 66 (11, 176) 34 (11, 122) 60 (18, 234) p=0.123 Karbohidrat 393 (93, 2839) 127 (29, 853) (80, 812) 73 (33, 251) p=0.000 Zat besi 8.4 (2, 25) 32 (7, 100) 9.1 (4, 30) 36 (1.118) p=0.301 Vitamin A 280 (39, 1762) 52 (6, 294) (0,16) 38 (0,123) p=0.007 Vitamin C 13.1 (0, 202) 21 (0, 302) 22.1(0,83) 34 (0, 232) p=0.078 Setelah nilai asupan diperoleh, maka Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) akan dapat dihitung. Rata-rata Tingkat Kecukupan Gizi energi contoh di SMP kota dan desa adalah defisit tingkat berat (<70%), TKG protein juga berada dalam defisit tingkat berat (<70%), TKG lemak defisit tingkat berat (<70%), sedangkan Tingkat Kecukupan karbohidrat contoh di SMP kota tergolong lebih (>119%) dan di SMP desa tergolong defisit sedang (<79%). TKG zat besi, vitamin A, dan vitamin C contoh di SMP kota dan desa tergolong dalam kategori kurang (<77%). Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara asupan vitamin A contoh di SMP kota dan SMP desa (p<0.05). Berdasarkan konsumsi contoh, asupan zat gizi makro dan mikro masih rendah dibandingkan standar Angka Kecukupan Gizi (AKG). Remaja putri mulai memperhatikan bentuk badannya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanannya. Bahkan banyak yang berdiet tanpa nasehat atau pengawasan seorang ahli, sehingga pola konsumsinya sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Contoh di SMP kota yang sedang melakukan diet untuk menurunkan berat badan

26 18 ada 7 orang (14%). Sebanyak 7 orang contoh yang melakukan diet, ternyata hanya 1 orang yang berstatus gizi gemuk yang lainnya berstatus gizi normal. Ratarata contoh sudah melakukan diet 1 bulan lamanya. Contoh melakukan diet dengan cara megurangi jumlah makan, membatasi jenis makanan tertentu, dan olahraga. Jenis makanan yang dibatasi contoh saat diet yaitu susu, gorengan, fast food dan snack. Semua contoh di SMP desa yang melakukan diet berstatus gizi normal. Rata-rata contoh sudah melakukan diet selama 1 bulan lamanya. Contoh melakukan diet dengan cara mengurangi jumlah makan, membatasi jenis makanan tertentu, olahraga, dan mengurangi frekuensi makan. Jenis makanan yang dibatasi contoh saat diet yaitu susu, gorengan, dan snack. Bioavailabilitas Zat Besi Pengukuran bioavailabilitas besi menggunakan metode Du et al. (1999). Faktor pendorong bioavailabilitas besi yaitu asupan vitamin C, konsumsi pangan hewani, dan konsumsi sayur serta buah sedangkan faktor penghambat adalah konsumsi serealia, kacang-kacangan, dan teh. Tabel 14 menunjukkan bahwa konsumsi pangan hewani di kota lebih tinggi (132 g), akan tetapi asupan Fe dan vitamin C di desa lebih tinggi masing-masing 9.1 mg dan 22.1 mg. Hal ini disebabkan pemilihan jenis pangan yang berbeda, dimana contoh di kota lebih banyak mengonsumsi pangan hewani berupa ikan (kota 23 g, desa 12.5 g), sedangkan di desa adalah telur (kota 25 g, desa 30 g) yang menyumbangkan Fe lebih tinggi. Tingginya asupan vitamin C disebabkan konsumsi sayur dan buah yang berbeda. Jenis sayur yang paling sering dikonsumsi contoh di SMP kota yaitu sayur sop yang terdiri dari wortel, kol, dan kentang, sedangkan di SMP desa yaitu sayur sawi yang menyumbangkan Fe dan vitamin C lebih tinggi. Contoh di SMP kota lebih sering mengonsumsi buah jeruk, sedangkan contoh di SMP desa yaitu buah pisang. Tabel 14 menunjukkan nilai bioavailabilitas besi dari pangan yang dikonsumsi contoh di SMP kota dan di SMP desa. Total Pangan Hewani (g) Tabel 14 Perhitungan bioavailabilitas besi contoh di kota dan desa Fe (mg) Vit C (mg) Heme Faktor Besi Heme (mg) Besi Non Heme (mg) Bioavailabilitas (%) heme Non Heme Heme (mg) Besi Terserap Non Heme (mg) Kota 132,0 8,4 13,1 0,4 3,4 5,1 23,0 1,5 0,78 0,08 0,89 10,1 Desa 81,5 9,1 22,1 0,4 3,7 5,5 23,0 2,0 0,8 0,1 1,0 10,4 Tampak bahwa median persentase bioavailabilitas besi contoh di kota yaitu 10.1%, persentase bioavailabilitas berkisar dari 9.3% % dari total asupan zat besi makanan yang dikonsumsi. Median persentase bioavailabilitas besi contoh di desa yaitu 10%, persentase bioavailabilitas berkisar dari 9.5% - 12% dari total asupan zat besi makanan yang dikonsumsi. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara bioavailabilitas besi contoh di SMP kota dan SMP desa. Persentase bioavailabilitas besi contoh di SMP kota dan desa termasuk dalam kategori penyerapan besi sedang. Nathan (1987) mengklasifikasikan makanan sehari-hari berdasarkan kemampuan tubuh dalam mengabsorbsi zat besi dari makanan Total (mg) Total (%)

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY

HUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY HUBUNGAN ANTARA BIOAVAILABILITAS INTAKE ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA REMAJA DI YOGYAKARTA DAN PADANG SAIDA BATTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Status Anemia Kadar hemoglobin contoh yang terendah 9.20 g/dl dan yang tertinggi 14.0 g/dl dengan rata-rata kadar Hb 11.56 g/dl. Pada Tabel 6 berikut dapat diketahui sebaran contoh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK (Nutrition Knowledge, Physical Activity, Snack Consumption and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO

HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT 1 POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Ratna Juwita Sari 1, Zulhaida Lubis 2, Jumirah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Gizi Masyarakat 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

PERUBAHAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI MAHASISWA PUTRA DAN PUTRI TPB IPB TAHUN 2005/2006 PESERTA FEEDING PROGRAM

PERUBAHAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI MAHASISWA PUTRA DAN PUTRI TPB IPB TAHUN 2005/2006 PESERTA FEEDING PROGRAM PERUBAHAN POLA KONSUMSI DAN STATUS GIZI MAHASISWA PUTRA DAN PUTRI TPB IPB TAHUN 2005/2006 PESERTA FEEDING PROGRAM Maryam Razak 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT This research was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL 59 60 Kode : KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL Nama Jenis Kelamin Alamat Rumah Nomor Telepon/ HP Enumerator Tanggal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku konsumsi, dan persepsi remaja putri SMU dan SMK dikaitkan dengan kesiapan reproduksi adalah cross

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci