BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sektor pajak semakin besar dan semakin penting artinya untuk membiayai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sektor pajak semakin besar dan semakin penting artinya untuk membiayai"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN IV.1 Penyusunan Ketetapan dan Target Penerimaan PBB Kecamatan Pondok Aren Sejalan dengan komitmen nasional yang mengupayakan penerimaan dari sektor pajak semakin besar dan semakin penting artinya untuk membiayai pembangunan, sehingga pemerintah menyusun rencana anggaran penerimaan sedemikian rupa agar penerimaan tersebut dapat menutupi pengeluaran selama satu tahun anggaran. Penyusunan target penerimaan PBB dilakukan setiap tahun mengingat aparat pajak cenderung dibebani target yang harus dicapai dalam satu tahun. Disamping itu penerimaan PBB diharapkan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, karena hal ini sejalan dengan perkembangan kemampuan perekonomian masyarakat, yang dalam kenyataannya pembangunan dan penguasaan lahan semakin pesat dilakukan. Target penerimaan PBB sebagai target nasional didalam merealisasikannya dibebankan kepada seluruh daerah-daerah di wilayah Indonesia. Penetapan target penerimaan PBB untuk setiap daerah didasarkan pada ketetapan PBB yang dikirim oleh daerah ke pusat (Dirjen Pajak) dan berdasarkan inilah Dirjen Pajak menetapkan besarnya target yang harus dicapai/direalisasikan daerah yang bersangkutan untuk satu tahun anggaran. Adapun cara penetapan target secara keseluruhan dengan melihat data-data yang ada dari setiap objek pajak dan melihat perkembangan di masing-masing wilayah serta menentukan objek tersebut masuk dalam kelas mana. Kemudian semua objek pajak tersebut disatukan dalam satu daerah dan menjadi 58

2 ketetapan suatu daerah. Hal ini menjadikan peningkatan ketetapan berbeda satu sama lain. Perkembangan ketetapan pokok PBB di Kecamatan Pondok Aren dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1: Ketetapan PBB Kecamatan Pondok Aren Tahun Pokok Ketetapan PBB (Rp) Peningkatan (%) , , ,34 Sumber : Kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah ketetapan PBB mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 ketetapan sebesar Rp ,-. Tahun 2009 ketetapan sebesar Rp ,- (naik 14,39%). Tahun 2010 ketetapan sebesar Rp (naik 16,34%). Pokok ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan mengalami perubahan setiap tahunnya disebabkan adanya perubahan pada jumlah wajib pajak karena kemungkinan terjadinya mutasi objek pajak atau karena wajib pajak yang terdaftar meninggalkan daerah tertentu untuk jangka waktu yang lama tanpa melaporkan atau menunjuk pihak tertentu yang bertanggung jawab atas pembayaran tersebut. Disamping itu, perubahan jumlah pokok ketetapan PBB juga bisa disebabkan karena terjadinya kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Penetapan target yang ingin dicapai didasarkan pada pokok ketetapan PBB tahun berjalan dan besarnya target yang ingin dicapai adalah 80% dari ketetapan tahun tersebut. Rencana target yang telah disusun ini selanjutnya menjadi pedoman bagi aparat pelaksana untuk merealisasikan penerimaan pada setiap tahun periodenya. Penyusunan besarnya rencana penerimaan ditetapkan oleh kanwil Banten 59

3 dengan metode Top Down yaitu dimana perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berwal dari perencanaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perencanaan mempunyai peranan penting dalam usaha mencapai tujuan. Dengan demikian, perencanaan penerimaan dalam bentuk target akan sangat berperan dalam memperkirakan penerimaan. Rencana penerimaan menggambarkan perkiraan jumlah yang akan direalisasikan dalam suatu periode tertentu dan dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam pemasukan PBB, karena pada dasarnya aparat perpajakan dibebani target didalam pelaksanaannya. IV.2 Peningkatan Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Dengan adalanya ketetapan PBB, pemerintah membuat rencana penerimaan untuk setiap daerah dari sektor PBB yang besarnya 80% dari ketetapan. tabel-tabel dibawah ini memperlihatkan rencana dan realisasi penerimaan PBB Tabel 4.2: Rencana Penerimaan PBB di Kecamatan Pondok Aren Tahun Rencana penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,34 Sumber: hasil olahan tabel

4 Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah rencana penerimaan PBB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena rencana penerimaan didasarkan dari ketetapan PBB pada tahun berjalan yaitu sebesar 80% dari ketetapan. Sehingga presentase peningkatan sama seperti ketetapan. Pada tahun 2008 rencana penerimaan sebesar Rp ,-. Tahun 2009 rencana penerimaan sebesar Rp ,- (naik 14,39%). Tahun 2010 rencana penerimaan sebesar Rp (naik 16,34%). Tabel 4.3: Realisasi Penerimaan PBB di Kecamatan Pondok Aren Tahun realisasi penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,83 Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan PBB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena ketetapan dan rencana penerimaan PBB yang juga meningkat. Meningkatnya ketetapan dan rencana penerimaan terjadi karena kenaikan NJOP serta kemampuan aparatur melihat potensi PBB pada daerah tersebut. Dari tabel terlihat adanya peningkatan realisasi penerimaan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 realisasi penerimaan PBB sebesar Rp ,-. Sedangkan pada tahun 2009 realisasi penerimaan PBB sebesar Rp ,-. Hal ini menunjukan adanya peningkatan sebesar 3,96% dari tahun sebelumnya. Untuk tahun 2010 realiasasi penerimaan PBB sebesar Rp atau 61

5 meningkat sebesar 7,83% dari tahun sebelumnya. Jika melihat dari tabel diatas, peningkatan terbesar ada pada tahun Hal ini terjadi karena ketetapan dan target PBB pada tahun 2010 juga meningkat paling tinggi jika dibandingkan dengan tahuntahun yang lain. IV.3 Analisis Tingkat Pencapaian Realisasi Penerimaan PBB Kecamatan Pondok Aren Tercapai atau tidaknya suatu target dilihat dari realisasi yang didapat dibandingkan dengan target yang telah ditentukan. Jika realisasi sama atau bahkan melebihi target, maka target tersebut telah tercapai. Sedangkan jika realisasi masih dibawah target, maka target tersebut belum tercapai. Maka dari itu untuk menghitung besarnya pencapaian yang telah didapat, maka digunakanlah perhitungan sebagai berikut: -Tahun X: -Tahun 2008: Berdasarkan data pada tabel 2 dan 3 diatas diperoleh perhitungan: -Tahun 2009: 62

6 -Tahun 2010: Tabel 4.4: Tingkat Pencapaian target Kecamatan Pondok Aren Tahun Rencana penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat penerimaan (%) , , ,19 Sumber: Kantor kecamatan Pondok Aren, diolah Dari hitungan yang diperjelas dalam tabel diatas, terlihat bahwa tingkat pencapaian realisasi pada tahun 2008 sebesar 63,14%. Padahal tahun 2008 rencana penerimaan sebesar Rp.,- sedangkan realisasi penerimaan sebesar Rp.,-. Hal ini berarti tingkat realisasi pada tahun 2008 tidak mencapai target atau rencana penerimaan yang telah ditentukan. Sedangkan untuk tahun 2009 tingkat pencapaian realisasi hanya sebesar 57,38% atau menurun sebanyak 5,76% dari tahun Rencana penerimaan pada tahun 2009 sebesar Rp. sebesar Rp.,-. Sedangkan realisasi penerimaannya hanya,-. Pada tahun ini jelas menunjukan bahwa tingkat realisasi tidak mencapai rencana penerimaan yang telah ditetapkan. Pada tahun 2010 terlihat bahwa tingkat pencapaian semakin menurun. Hal ini terlihat dari pencapaian pada tahun 2010 hanya sebesar 53,19% atau menurun sebanyak 4,19% dari tahun sebelumnya dan sebanyak 9,95% dari tahun Rencana penerimaan pada tahun 2010 sebesar Rp.,- sedangkan 63

7 realisasinya hanya sebesar Rp.,-. Tingkat pencapaian pada tahun 2010 semakin jauh dari rencana penerimaan yang telah ditetapkan. Dari tiga tahun tersebut mengindikasikan bahwa adanya penurunan tingkat pencapaian dari tahun ke tahun walaupun secara nominal, realisasi semakin tinggi. Hal ini terjadi karena walaupun banyaknya potensi penerimaan dari sektor PBB, namun kesadaran wajib pajak masih kurang untuk membayar PBB. Selain itu, adanya NOP ganda menyebabkan reaslisasi menjadi kecil, hal lain yang turut menyumbang kecilnya tingkat pencapaian penerimaan PBB adalah mekanisme penyampaian SPPT yang tidak bagus sehingga wajib pajak tidak mendapat SPPT. Pada kecamatan ini juga tidak adanya surat tagihan sehingga wajib pajak yang menunggak PBB selama bertahun-tahun tidak kena peringatan apapun. Wajib pajak yang membayar PBB biasanya yang memang dari tahun-tahun sebelumnya selalu taat membayar pajak. Sedangkan untuk yang diperkirakan sebagai potensi, masih belum semuanya taat membayar PBB. IV.4 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan Perkelurahan Setiap kecamatan terdiri dari beberapa kelurahan. Kelurahan inilah yang menjadi tempat terakhir bagi pemerintah daerah untuk mengatur rakyat yang selanjutnya diteruskan kepada rakyat melalui RT/RW. Di kecamatan Pondok Aren terdapat 11 kelurahan yang masing-masing mempunyai target atau rencana penerimaan dan realisasi penerimaan PBB berbeda-beda. Berikut ini disampaikan mengenai rencana penerimaan dan realisasi PBB pada setiap kelurahan. 64

8 Tabel 4.5: Rencana Penerimaan PBB setiap kelurahan pada Kecamatan Pondok Aren No Kelurahan 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 1 PD. Betung PD. Karya PD.KC. Timur JurBar PD.KC.Barat PD.Aren Jurtim PD.Pucung PD.Jaya Parigi Baru Parigi jumlah Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren Tabel 4.6: Realisasi Penerimaan PBB setiap Kelurahan pada Kecamatan Pondok Aren No Kelurahan 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 1 PD. Betung PD. Karya PD.KC. Timur JurBar PD.KC.Barat PD.Aren Jurtim PD.Pucung PD.Jaya Parigi Baru Parigi jumlah Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren 65

9 IV.4.1 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan tabel berikut: Kelurahan Pondok Betung pada kelurahan Pondok Betung, data rencana peneriman PBB terlihat pada Tabel 4.7: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Betung Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,75 Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah rencana penerimaan PBB mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 rencana penerimaan sebesar Rp ,-. Sedangkan Tahun 2009 rencana penerimaan sebesar Rp ,- (naik 13,12%) dan pada Tahun 2010 rencana penerimaan sebesar Rp (naik 12,75%). Peningkatan rencana penerimaan ini mengikuti dari peningkatan ketetapan yang ada, yaitu sebesar 80% dari ketetapan direncanakan dapat diterima. Pada kelurahan pondok betung ada beberapa kawasan yang tadinya lahan kosong mulai dibangun rumah-rumah kelas menengah bawah sehingga disimpulkan dapat menambah jumlah pendapatan dari sektor PBB. 66

10 Tabel 4.8: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Betung Tahun Realisasi (Rp) Peningkatan (%) 2008 Rp , Rp , Rp ,73 Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa realisasi penerimaan PBB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun dilihat dari peningkatannya, antara realisasi dengan rencana penerimaanya masih jauh berbeda. Dari tabel terlihat adanya peningkatan realisasi penerimaan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 realisasi penerimaan PBB sebesar Rp ,-. Sedangkan pada tahun 2009 realisasi penerimaan PBB sebesar Rp ,-. Hal ini menunjukan adanya peningkatan sebesar 11,30% dari tahun sebelumnya. Untuk tahun 2010 realiasasi penerimaan PBB sebesar Rp ,- atau hanya meningkat sebesar 0,73% dari tahun sebelumnya. Peningkatan yang sangat kecil ini terjadi karena walaupun potensi bertambah banyak, tetapi wajib pajak potensi yang membayar PBB tidak sebesar potensi yang diperkirakan sehingga hasil peningkatan pun sangat kecil. Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 7 dan 8 maka diperoleh hasil: 67

11 Tabel 4.9: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Pondok Betung Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Penerimaan (%) , , ,45 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dalam dua tahun pertama pencapaian target masih diatas 70% yaitu pada tahun 2008 sebesar 72,18% dan tahun 2009 sebesar 71,02%. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB cukup tinggi. Namun ditahun 2010, pencapaian rencana penerimaan hanya sebesar 63,45%. Penurunan yang cukup jauh ini disebabkan oleh kenaikan target yang tinggi namun tidak diimbangi oleh kenaikan kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB. Daerah ini karena banyaknya rumah baru dan masih kosong, menjadikan pemilik tidak membayar PBB sebagaimana mestinya. IV.4.2 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan kelurahan Pondok karya Data rencana penerimaan PBB pada kelurahan Pondok Karya adalah: Tabel 4.10: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Karya Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,18 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah 68

12 Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah rencana penerimaan PBB mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun kenaikan yang paling tinggi ada pada tahun 2009 yaitu sebesar 14,15% dimana pada tahun ini mulai berdirinya banyak ruko di jalan utama dan juga diikuti munculnya ruko-ruko pada tahun 2010 sehingga adanya kenaikan rencana penerimaann sebesar 12,18%. Selain itu, harga rumah di kompek kawasan ini juga mengalami kenaikan sehingga harga NJOP pun meningkat. Hal ini menjadikan potensi yang seharusnya diterima oleh pemerintah dari sektor PBB pada kawasan ini pun bertambah. Tabel 4.11: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Karya Tahun Realisasi (Rp) Peningkatan (Rp) , , ,44 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa realisasi penerimaan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0,65% dibandingkan dengan hal ini terjadi karena minimnya sosialisasi pada warga dikawasan ini. Padahal jika dilihat pada tahun ini banyak ruko baru yang berdiri. Namun pada tahun 2010 dengan adanya sosialisasi, wajib pajak mulai membayar pajak dengan benar sehingga ada peningkatan dalam realisasi sebesar 6,44%. Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 10 dan 11 maka diperoleh hasil: 69

13 Tabel 4.12: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Pondok Betung Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Penerimaan (%) , , ,62 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Dari tabel diatas terlihat bahwa tingkat pencapaian target menurun dari tahun ketahun. Namun penurunan yang terbesar adalah pada tahun 2009 yaitu sebesar 9,05%. Karena pada tahun ini muncul banyak ruko baru, namun karena usaha yang masih baru dan belum banyak pemasukan, maka pemilik ruko banyak yang belum membayar PBB sebagaimana mestinya. Dan pada tahun 2010, walaupun mengalami penurunan pencapaian target karena ditahun ini juga banyak muncul ruko baru yang para pemiliknya tidak membayar pajak sesuai kewajiban, namun secara nominal sudah mengalami peningkatan dengan adanya sosialisasi. IV.4.3 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan Kelurahan Pondok Kacang Timur Berikut ini adalah data rencana penerimaan PBB pada kelurahan Pondok Kacang Timur: Tabel 4.13: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Kacang Timur Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Peningkatan (Rp) , , ,51 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah 70

14 Dari tabel diatas terlihat bahwa kenaikan rencana penerimaan PBB pada kelurahan Pondok Kacang Timur pada tahun 2009 dan 2010 hampir sama yaitu 17,72% dan 17,51%. Hal ini terjadi karena kenaikan NJOP pada kawasan ini konsisten. Daerah Pondok Kacang Timur berupa kawasan pemukiman non perumahan yang disektarnya mulai dibangun sarana dan prasarana ke bintaro jaya. Tabel 4.14: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Kacang Timur Tahun Realisasi (Rp) Peningkatan (%) , , ,18 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa realisasi penerimaan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0,09% dibandingkan dengan Hal ini disebabkan oleh sebagian besar wajib pajak yang membayar PBB hanyalah yang sebelumnya memang taat membayar PBB dan banyak pula yang belum membayar PBB hingga batas akhir. Namun pada tahun 2010 ada peningkatan realisasi yang disebabkan oleh adanya kesadaran wajib pajak yang serta jumlah pajak yang dibayarkan perwajib pajak memang meningkat karena kenaikan NJOP. Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 13 dan 14 diatas diperoleh perhitungan: 71

15 Tabel 4.15: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Kacang Timur Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Penerimaan (%) , , ,58 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Dari tabel diatas terlihat bahwa pencapaian target tertinggi adalah tahun 2008 dimana mencapai angka 61,75% dan kemudian turun drastis menjadi 52,41% pada tahun Penurunan yang tinggi ini disebabkan oleh kesadaran wajib pajak yang sangat minim mengingat ajakan mengenai pentingnya membayar pajak bumi dan bangunan pada kawasan ini kurang. iklan berupa poster dan spanduk PBB lebih diarahkan ke kawasan komplek perumahan di kelurahan lain. Namun pada tahun 2010 beberapa poster dan spanduk PBB mulai ada dikawasan ini sehingga dapat mengingatkan wajib pajak untuk membayar PBB. Hal ini menjadikan adanya peningkatan realisasi yang cukup tinggi walaupun jika dibandingkan dengan target mengalami penurunan, namun tidak sebanyak IV.4.4 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan Kelurahan Jurang Mangu Barat Jurang Mangu Barat merupakan kawasan yang berada dijalur utama Ceger Raya dan terdapat banyak perumahan. Berikut ini adalah data rencana penerimaan PBB pada kelurahan Jurang Mangu Barat: 72

16 Tabel 4.16: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Jurang Mangu Barat Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,60 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa peningkatan rencana penerimaan PBB pada tahun 2010 yaitu 11,60% lebih tinggi dari pada tahun 2009 yang hanya 8,58%. Hal ini disebabkan karena kondisi jalan dikawasan ini pada akhir tahun 2008 ada pembetonan namun sempat terhenti dan pada akhir tahun 2009 telah selesai pembetonan sehingga akses yang mudah dari kawasan lain menyebabkan banyaknya pengusaha mendirikan ruko di kawasan jalan utama ceger ini. Hal ini menyebabkan aktifitas kawasan ini meningkat sehingga harga jual rumah dan tanah juga meningkat yang menyebabkan NJOP pun naik. Tabel 4.17: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Jurang Mangu Barat Tahun Realisasi (Rp) Peningkatan (%) , , ,51 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa adanya penurunan yang sangat jauh pada realisasi penerimaan 2009 dibandingkan dengan Yaitu turun 12,15%. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan hal ini disebabkan oleh rendahnya minat wajib pajak membayar PBB. Penyebabnya adalah 73

17 jalan yang tak kunjung selesai dibeton pada tahun 2009 membuat wajib pajak bertanya-tanya apakah pajak yang mereka bayarkan digunakan dengan semestinya oleh pihak yang berwenang. Namun pada tahun 2010 dengan sesesainya pembetonan jalan, minar beberapa wajib pajak bertambah sehingga membayar pajak dengan benar, Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 16 dan 17 diatas diperoleh hasil: Tabel 4.18: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Jurang Mangu Barat Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Penerimaan (%) , , ,15 Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 sebenarnya target telah tercapai diatas70%. Namun karena adanya masalah pembetonan jalan maka minat masyarakat membayar PBB pun jauh berkurang pada tahun 2009 sehingga menyebabkan merosotnya pencapaian target yang hanya 59,95%. namun pada awal 2010 dimana telah selesainya pembetonan, walaupun pencapaian masih merosot, namun tidak sedrastis penurunan pada Merosotnya pencapaian karena banyak ruko baru yang berdiri, belum membayar pajak sebagaimana mestinya. 74

18 IV.4.5 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan Kelurahan Pondok Kacang Barat Data rencana penerimaan pada kelurahan Pondok Kacang barat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.19: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Kacang Barat Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,08 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah dari tabel diatas terlihat bahwa rencana kenaikan relatif stabil yaitu pada tahun 2009 sebesar 16,11% dan tahun 2010 sebesar 17,08%. Hal ini terjadi karena peningkatan perkembangan dikawasan ini yang stabil sehingga menyebabkan kenaikan harga tanah dan bangunan yang relatif sama pertahunnya. Dengan demikian NJOP pada kawasan ini meningkat sehingga menyebabkan rencana penerimaan dari PBB juga meningkat. Tabel 4.20: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Kacang Barat Tahun Realisasi (Rp) Peningkatan (%) , , ,79 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Berdasarkan data realisasi diatas, terlihat bahwa peningkatan yang cukup stabil pada tahun 2009 dan Yaitu 8,19%% dan 7,79%. Walaupun ada 75

19 kecenderungan menurun, namun tidak signifikan. Hal ini terjadi karena memang jumlah PBB yang harus dibayar oleh setiap wajib pajaknya meningkat dan terdapat beberapa pamflet dikawasan ini yang mengingatkan warga untuk segera melunasi PBBnya. Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 19 dan 20 diatas diperoleh hasil: Tabel 4.21: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Pondok Kacang Barat Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Realisasi (%) , , ,48 Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Pada tabel diatas terlihat bahwa pencapaian target di kelurahan ini sangat minim. Paling tinggi selama tiga tahun berturut-turut hanya 54,18% pada tahun 2008 dan semakin menurun menjadi 50,48% pada 2009 dan 46,48% pada Walaupun pada kawasan sudah dipasang pamfet berupa ajakan untuk membayar PBB, namun hanya berhasil mengingatkan sebagian wajib pajak untuk membayar dengan benar. Tingkat kesadaran wajib pajak yang rendah akan pentingnya membayar PBB membuat pencapaian realisasi PBB pada kawasan ini rendah. IV.4.6 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan Kelurahan Pondok Aren Nama dari kelurahan ini merupakan kawasan yang bernama Pondok Aren yang akhirnya juga dijadikan nama kecamatan. Adapun data rencana penerimaan 76

20 PBB kelurahan ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.22: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Aren Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,01 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah Dari tabel diatas terlihat bahwa rencana kenaikan penerimaan dikawasan ini cukup tinggi yaitu 16,52% pada tahun 2009 dan 24,01% pada tahun Hal ini terjadi karena kawasan yang akses jalannya menyambung dengan kelurahan Jurang Mangu Barat ini tergolong ramai. Walaupun kawasan ini bukan berupa komplek perumahan, namun toko-toko yang berderet disepanjang jalan ini membuat kawasan ini semakin berkembang. Sama halnya dengan kelurahan Jurang Mangu Barat, dengan adanya pembetonan dikawasan ini membuat akses semakin mudah dan hal ini membuat nilai pasar dikawasan tersebut melonjak. Tabel 4.23: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Aren Tahun Realisasi Peningkatan , , ,82 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan hanya meingkat sangat sedikit setiap tahunnya. Yaitu 3,62% dan 2,82% pada tahun 2009 dan Sama seperti pada kelurahan Jurang Mangu Barat yang terkendala dengan 77

21 pembetonan yang tak kunjung selesai, kelurahan Pondok Aren pun mengalami hal tersebut. Hal ini menjadikan minat wajib pajak untuk membayar pajak rendah karena fasilitas umum yang seharusnya dibiayai dari pajak tak kunjung selesai. Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 22 dan 23 diatas diperoleh hasil: Tabel 4.24: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Pondok Aren Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Penerimaan (%) , , ,82 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Pada tabel diatas terlihat bahwa pencapaian target dari tahun ke tahun semakin menurun. Tahun 2008 sudah mencapai angka 63,51% dan menurun menjadi 56,47% pada tahun 2009 hingga merosot menjadi 46,82% pada tahun Sama seperti kelurahan Jurang Mangu Barat, menurunnya pencapaian target karena proses pembetonan yang tak kunjung selesai. Namun pada kelurahan ini pembetonan terhenti lebih lama dan pada pertengahan 2010 baru selesai. Penyelesaian pembetonan terlebih dahulu menyelesaikan jalan dikawasan kelurahan Jurang Mangu Barat, baru kemudian menyelesaikan kawasan kelurahan Pondok Aren. Maka dari itu minat masyarakat semakin berkurang dalam membayar PBB. 78

22 IV.4.7 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan Kelurahan Jurang Mangu Timur Jurang Mangu Timur merupakan kelurahan disisi timur yang akses jalan utamanya, yaitu jalan Ceger, menyambung dari kelurahan Pondok Aren dan Jurang Mangu barat. Adapun data rencana penerimaan PBB kelurahan ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.25: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Jurang Mangu Timur Tahun Rencana penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,38 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah Dari tabel diatas terlihat bahwa pada kelurahan ini rencana peningkatan penerimaan pada tahun 2009 sebesar 15,46% dan 2010 sebesar 13,38%. Berbeda dengan kelurahan lain yang pada kawasannya berdiri banyak ruko sehingga meningkatkan harga pasar, di kawasan ini pada tahun 2009 berdiri pasar tradisional yang besar dan didesain secara modern sehingga mendorong kemajuan ekonomi serta membuat kawasan ini semakin lengkap dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, adanya tanggul untuk mengatasi banjir yang sering melanda pun telah selesai. Hal ini membuat kawasan Jurang Mangu Timur diminati oleh banyak orang sehingga membuat nilai property dikawasan ini naik dan menjadikan NJOP naik. Tingkat rencana penerimaan yang diatas satu milyar pertahun disebabkan karena kawasan ini sebagian besar berupa komplek perumahan yang tentu saja NJOP-nya lebih tinggi dari pada pemukiman non komplek. Untuk akses jalan raya yang 79

23 menyambung dengan kelurahan Jurang Mangu Barat dan Pondok Aren, dikawasan ini tidak dibeton, melainkan hanya diaspal saja karena jalan dikawasan ini tidak cepat rusak. Tabel 4.26: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Jurang Mangu Timur Tahun Realisasi (Rp) Peningkatan (%) , , ,41 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren Berdasarkan tabel diatas, peningkatan realisasi pada tahun 2009 sudah diatas peningkatan perencanaan penerimaan yaitu sebesar 16,77% (rencana penerimaan 15,46%). Dan pada tahun 2010 tetap mengalami peningkatan walaupun tidak sebesar 2009 yaitu sebesar 16,77%. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 dimana sosialisasi yang gencar kepada masyarakat dalam hal PBB. Namun pada tahun 2010 upaya ini mengurang karena masyarakat dianggap telah patuh dalam membayar pajak. Ternyata terjadi penurunan peningkatan akibat mengurangnya sosialisasi PBB. Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 25 dan 26 diatas diperoleh hasil: Tabel 4.27: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Jurang Mangu Timur Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Penerimaan (%) , , ,52 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah 80

24 Pada hasil diatas terlihat bahwa pencapaian realisasi terhadap rencana penerimaan relatif stabil, berkisar antara 56-57%. Yaitu 56,37% pada 2008, 57,01% pada 2009 dan 56,52% pada Seperti yang telah diungkapkan dalam peningkatan realisasi, pada 2009 adanya sosialisasi yang gencar menyebabkan adanya peningkatan realisasi. Namun ternyata jika dilihat dengan rencana pendapatan, hanya meningkat sangat sedikit, tidak mencapai 1%. Dan pada 2010 dengan mengurangnya sosialisasi, ada penurunan yang juga tidak mencapai 1%. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi berpengaruh namun hanya sedikit dalam pencapaian terget dikelurahan ini. IV.4.8 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan Kelurahan Pondok Pucung Pondok Pucung merupakan kelurahan yang kawasannya sebagian besar berupa kawasan elit perumahan Bintaro Jaya sektor 9. Adapun data rencana penerimaan PBB kelurahan ini adalah sebagai berikut Tabel 4.28: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Pucung Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Peningkatan (%) 2008 Rp , Rp , Rp ,45 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah Dari tabel diatas, terlihat bahwa peningkatan penerimaan pada tahun 2009 sebesar 12,29% namun pada tahun 2010 hanya 4,45%. Hal ini terjadi karena kelurahan yang sangat ramai ini diperngaruhi oleh moda trasportasi kereta api dari 81

25 jakarta ke tangerang yang berhenti pada stasiun sudimara. Pada tahun 2008 akhir dengan adanya kereta ciujung ekonomi AC, bintaro membangun cluster-cluster baru dan memasang iklan dibanyak tempat yang menggambarkan mudahnya akses kekawasan tersebut. Hal ini menjadikan daerah yang ada stasiun semakin berkembang karena dikenal banyak orang serta harga jualnya naik karena mudahnya akses ke kawasan ini. Tentu saja NJOP mengikuti harga pasar yang berkembang sehingga naik pula. Namun ditahun 2010 peningkatan rencana penerimaan yang sedikit dikarenakan sudah penuhnya kawasan ini sehingga terkesan jenuh dan tak ada lagi lonjakan yang tinggi. Tabel 4.29: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Pucung Tahun Realisasi (Rp) Peningkatan (%) , , ,86 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa realisasi penerimaan mengalami peningkatan yang sangat sedikit. Pada tahun 2009 hanya meningkat 5,04% dan pada tahun 2010 hanya 1,86%. Meningkatnya realisasi yang sangat sedikit ini karena walaupun potensi penerimaan PBB yang besar karena adanya moda transportasi kereta, namun tidak diimbangi peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB. Hal ini terjadi karena memang warga komplek yang lebih individualis dan cenderung sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga sulit dilakukan penyuluhan. untuk pamflet mengenai PBB memang sudah diletakan pada beberapa 82

26 lokasi. Namun hal ini tidak begitu berpengaruh pada ketaatan pembayaran PBB yang dilakukan oleh warga. Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 28 dan 29 diatas diperoleh hasil: Tabel 4.30: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Pondok Pucung Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Penerimaan (%) , , ,79 Sumber: Kecamatan Pondok Aren, diolah Dalam tabel diatas terlihat bahwa tiap tahun mengalami penurunan dalam pencapaian realisasi target. Dari tahun 2008 sebesar 67,64%, 2009 menjadi 63,36%, dan 2010 yang semakin menurun menjadi 61,79%. Seperti yang telah dijelaskan pada peningkatan realisasi, hal ini terjadi karena walaupun potensi penerimaan PBB yang besar pada 2009, namun tidak diimbangi oleh kesadaran wajib pajak dalam membayarnya, bahkan cenderung menurun. Sosialisasi yang minim menyebabkan hal ini terjadi. IV.4.9 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan Kelurahan Pondok Jaya Pondok Jaya merupakan kelurahan yang terdiri dari berbagai segmen masyarakat. Mulai dari komplek elite bintaro sektor 6 sampai 8 maupun kawasan perkampungan. Adapun data rencana penerimaan PBB kelurahan ini adalah sebagai berikut: 83

27 Tabel 4.31: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Jaya Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,10 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa rencana penerimaan tahun 2009 bertambah sebesar 7,79% dan pada 2010 meningkat drastis menjadi 18.10%. peningkatan pada tahun 2009 disebabkan oleh sebagian lahan yang tadinya kosong, kini mulai dimanfaatkan menjadi ruko dijalan bulevard yang mencakup kawasan CBD. Namun pada akhir 2009 bintaro menyelesaikan cluster-cluster baru yang menjadikan kawasan yang tadinya berupa perkampungan, berubah menjadi kawasan elite. Hal ini menyebabkan NJOP berubah sehingga rencana penerimaan/target pun melonjak. Tabel 4.32: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Pondok Jaya Tahun Realisasi (Rp) peningkatan (%) , , ,71 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa realisasi pada tahun 2009 menurun sebesar 5,26% dibandingkan dengan tahun Hal ini terjadi karena penyampaian SPPT dari kelurahan banyak yang tidak mencapai wajib pajak. SPPT yang sudah berada di kelurahan, kemudian diambil oleh RT yang selanjutnya dibagikan ke wajib 84

28 pajak. Namun didaerah ini adapula RT yang tidak menyampaikan SPPT kepada wajib pajaknya dengan berbagai alasan seperti terselip. Adapula wajib pajak yang ternyata harus mengambil SPPTnya sendiri ke kelurahan. Hal ini menyebabkan hambatan yang besar bagi kelancaran penerimaan PBB. Namun pada tahun 2010 dengan adanya penyuluhan dari kecamatan, maka mekanisme penyampaian SPPT pada kelurahan ini menjadi lebih baik dan menghasilkan peningkatan yang tinggi yaitu sebesar 42,71% dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 31 dan 32 diatas diperoleh hasil: Tabel 4.33: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Pondok Jaya Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Peningkatan (%) , , ,58 Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Dalam tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2008 pencapaian target mendekati 50% yaitu 49,50%, namun turun menjadi 43,51% dan kembali naik menjadi 52,59%. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 memang mekanisme penyampaian SPPT yang buruk menjadi kendala dalam merealisasikan penerimaan. Sedangkan dengan adanya penyuluhan bagi petugas PBB di tingkat kelurahan serta penyuluhan bagi RT, kembali meiningkat drastis. Namun hal ini menunjukan bahwa kurangnya kesadaran wajib pajak pada daerah ini untuk membayar pajak dengan benar sehingga target yang diharapkan tidak tercapai. Salah satu hal yang meyebabkan wajib pajak tidak taat membayar pajak adalah karena tidak adanya 85

29 sanksi yang tegas jika menunggak pajak. Tidak ada surat teguran kepada wajib pajak yang menunggak, maupun pemberitahuan lisan dari RT setempat untuk membayar PBB.menyebabkan wajib pajak tidak membayar PBB sebagaimana mestinya IV.4.10 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan Kelurahan Parigi Baru Parigi Baru merupakan kawasan pecahan dari kelurahan Parigi. Karena semakin berkembangnya kawasan ini, maka dipecah menjadi Parigi dan parigi Baru. Adapun data rencana penerimaan PBB kelurahan Parigi Baru adalah sebagai berikut: Tabel 4.34: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Parigi Baru Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,52 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah Dari Tabel diatas terlihat bahwa kelurahan Parigi Baru mengalami peningkatan perencanaan yang cukup tinggi. Yaitu 20,37% pada tahun 2009 dan 28,52% pada tahun Hal ini terjadi karena kawasan yang sejak sekian lama banyak berupa lahan kosong, mulai tahun 2008 hingga saat ini dikembangkan oleh Bintaro Jaya menjadi komplek perumahan, yaitu Graha Bintaro. Kawasan didaerah ini bahkan menjadi lokasi yang dijadikan komoditas utama dalam berjualan property. Hal ini terlihat dari setiap iklan yang dipasang oleh bintaro jaya selalu mengiklankan mengenai kawasan ini. 86

30 Tabel 35: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Parigi Baru Tahun Realisasi (Rp) Peningkatan (%) , , ,69 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa realisasi dikelurahan ini pada tahun 2009 hanya meningkat sebanyak 8,78% yang berarti masih jauh dari peningkatan rencana penerimaan. Namun pada tahun 2010 terjadi peningkatan yang sangat tinggi yaitu 28,69% dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 memang belum banyak warga komplek yang tinggal dikawasan ini. Hanya sekedar membeli rumah namun belum ditinggali. Hal ini meyebabkan pembayaran PBB menjadi terganggu karena penyampaian SPPT yang akan disampaikan dari kelurahan kepada wajib pajak juga terganggu karena wajib pajak tidak tinggal di rumah daerah tersebut. Namun pada tahun 2010 sudah mulai banyak warga yang tinggal dirumah yang telah dibelinya dikawasan ini. Hal ini menjadikan SPPT banyak yang diterima oleh wajib pajak sehingga pembayaran PBB dari wajib pajak pun meningkat. Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 34 dan 35 diatas diperoleh hasil: Tabel 4.36: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Parigi Baru Tahun Rencana penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat penerimaan (%) , , ,91 Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah 87

31 Dalam tabel diatas terjadi poenurunan dalam pencapaian penerimaan dari tahun 2008 yang 47,42% ke tahun 2009 yang hanya 42,85%. Namun sedikit meningkat menjadi 42,91% pada tahun Penurunan pada tahun 2009 disebabkan oleh target yang meningkat namun tidak diimbangi oleh realisasi yang meningkat sebesar target. Hal ini terjadi karena pada tahun ini memang belum banyak warga yang tinggal dikomplek kawasan ini walaupun sudah membeli rumah dikawasan ini. Sehingga warga tidak membayar PBB sesuai dengan yang seharusnya. Namun pada tahun 2010 dengan mulai banyaknya warga yang tinggal dikawasan ini, pembayaran PBB pun menjadi meningkat walaupun hanya sedikit. Karena berupa kawasan pemukiman baru, maka sosialisasi PBB dikawasan ini pun masih minim. IV.4.11 Analisis Rencana Penerimaan dan Pencapaian Realisasi Penerimaan Kelurahan Parigi Parigi merupakan kelurahan yang terdiri dari komplek perumahan serta perkampungan. Dikawasan ini juga terdapat sekolah internasional. Namun kawasan masih terdapat banyak lahan kosong sepeti pada kelurahan Parigi Baru Adapun data rencana penerimaan PBB kelurahan Parigi Baru adalah sebagai berikut : Tabel 4.37: Rencana Penerimaan PBB Kelurahan Parigi Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Peningkatan (%) , , ,66 Sumber: kantor Kecamatan pondok Aren, diolah 88

32 Dari Tabel diatas terlihat bahwa kelurahan Parigi mengalami peningkatan perencanaan yang sangat tinggi. Yaitu 24,39% pada tahun 2009 dan 52,66% pada tahun Sama seperti kelurahan Parigi Baru, pada kelurahan ini pun tadinya memilikai banyak lahan kosong yang tidak dimanfaatkan. Namun pada tahun 2008 oleh Bintaro Jaya kawasan ini dikembangkan menjadi perumahan komersil yang tentu saja nilai ekonomisnya meningkat dari lahan kosong. Pada tahun 2008 muncul banyak rumah kelas menengah dan pada akhir 2009 kawasan ini sudah banyak menjadi komplek walaupun masih sepi karena belum banyak yang tinggal di komplek tersebut. Hal inilah yang membuat rencana penerimaan PBB dikawasan ini meningkat sangat tinggi. Selain itu, di kelurahan ini juga terdapat SPPT ganda sehingga berperan juga meningkatkan ketetapan namun kenyataannya peningkatan itu tidak benar. Tabel 4.38: Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Parigi Tahun Realisasi (Rp) Peningkatan (%) , ,94 Sumber: kantor Kecamatan Pondok Aren Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa peningkatan realisasi tidak sebanyak rencana penerimaan. Pada tahun 2009 hanya meningkat 17,82% sedangkan pada tahun 2010 hanya 13,94%. Hal ini terjadi karena selain NJOP yang terus naik sehingga menyebabkan jumlah pembayaran PBB per wajib pajak meningkat, juga 89

33 sebagian warga komplek baru yang sudah tinggal di komplek tersebut, sudah membayar PBB dengan benar. Untuk mengetahui besarnya pencapaian target, berdasarkan data pada tabel 37 dan 38 diatas diperoleh perhitungan: Tabel 39: Tingkat pencapaian Target PBB kelurahan Parigi Tahun Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Tingkat Realisasi (%) , , ,96 Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Dari tabel diatas, terlihat bahwa pencapaian penerimaan PBB pada kelurahan ini sangat kecil dan terus menurun. Mulai dari tahun 2008 yang 48,04%, tahun 2009 turun menjadi 45,51% dan tahun 2010 yang hanya 33,96%. Hal ini terjadi karena potensi yang ada tidak diimbangi dengan penerimaan yang sesuai dengan perkembangan potensi. Untuk warga komplek baru, karena masih banyak yang belum tinggal disana, penyampaian SPPT menjadi terhambat karena tidak sampai kepada wajib pajak. Sedangkan untuk warga non komplek, kesadaran untuk membayar PBB masih rendah berhubung sosialisasi yang juga minim, serta menganggap PBB kurang penting. IV.5 Analisis Pencapaian Realisasi PBB Tertinggi dan Terendah pada kelurahan yang berada di Kecamatan Pondok Aren Untuk Kelurahan dengan tingkat pencapaian PBB tertinggi dan terendah tahun 2008, dapat terlihat pada tabel berikut: 90

34 Tabel 4.40: Pencapaian Target Seluruh kelurahan Pada Kecamatan Pondok Aren Tahun 2008 No Kelurahan Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian Target (%) 1 JurBar ,86% 2 PD. Betung ,18% 3 PD. Karya ,78% 4 PD.Pucung ,74% 5 PD.Aren ,51% PD.KC. 6 Timur ,75% 7 Jurtim ,37% 8 PD.KC.Barat ,18% 9 PD.Jaya ,50% 10 Parigi ,04% 11 Parigi Baru ,42% Sumber: Kantor Kecamatan Pondok Aren, diolah Pada Tahun ini terlihat bahwa Kelurahan Jurangmangu Barat menempati posisi tertinggi dalam pencapaian target. Hal ini terjadi karena memang kawasan Jurangmangu Barat yang sebagian besar Berupa Komplek Perumahan sehingga ratarata para wajib pajaknya telah membayar dengan baik untuk tahun ini. Sama seperti kelurahan lain yang pencapaian targetnya cukup tinggi, kelurahan-kelurahan tersebut sebagian besar kawasannya berupa komplek perumahan. hal ini dikarenakan juga oleh pendidikan dan kesadaran warga komplek yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan warga yang bukan berada pada komplek perumahan. Sedangkan Kelurahan Parigi Baru menempati posisi terbawah. Hal ini terjadi karena pada kelurahan ini masih terdapat banyak rumah kosong. Walaupun sudah dibangun dan ada pemiliknya, namun pemilik belum tinggal dirumah daerah tersebut. Hal ini menjadikan kawasan ini masih sepi walaupun rumah-rumahnya sudah ada. 91

35 Dengan banyak yang belum tinggal pemilik rumah dikawasan ini, Sehingga menyebabkan realisasi pun tidak sesuai target karena pemilik baru tidak mendapat SPPT dan tidak membayar PBB untuk rumah baru ini. Sedangkan untuk Kelurahan dengan tingkat Pencapaian tertinggi dan terendah tahun 2009 dapat dilihat di tabel berikut ini: Tabel 4.41: Pencapaian Target Seluruh kelurahan Pada Kecamatan Pondok Aren Tahun 2009 Pencapaian No Kelurahan Target (Rp) Realisasi (Rp) Target (%) 1 PD. Betung ,02 2 PD.Pucung ,36 3 PD. Karya ,73 4 JurBar ,95 5 Jurtim ,01 6 PD.Aren ,47 PD.KC. 7 Timur ,41 8 PD.KC.Barat ,48 9 Parigi ,51 10 PD.Jaya ,51 11 Parigi Baru ,85 Sumber: Kantor Kecamatan pondok Aren, diolah Pada Tahun ini, Pondok Betung menempati posisi pertama dalam tingkat pencapaian target. Hal ini terjadi karena memang kesadaran wajib pajak pada kelurahan ini tergolong tinggi. Terlihat dari tahun sebelumnya yang sudah menempati posisi kedua. Walaupun kawasan ini bukan berupa perumahan elit, namun dengan sosialisasi dan mekanisme yang baik, wajib pajak pun membayar PBB dengan benar. Kelurahan ini aktif dalam menyampaikan sosialisasi PBB semisal pada ssat pertemuan RT dan mekanisme penyampaian SPPT yang baik sehingga sampai pada wajib pajak membuat pencapaian realisasi PBB dikelurahan ini tinggi., 92

36 Urutan terakhir adalah kelurahan Parigi Baru. Sama seperti tahun sebelumnya, kawasan ini memang terus dikembangkan oleh Bintaro Jaya selama beberapa tahun belakangan ini. Dengan membangun rumah baru, tentu meningkatkan ketetapan dan target PBB yang diterima. Namun karena warga belum banyak menempati kawasan ini, maka realisasi pun jauh dibawah target. Alsan utama pemilik tidak tinggal dirumah yang baru ini adalah Kawasan yang masih sepi. untuk Kelurahan dengan tingkat Pencapaian tertinggi dan terendah tahun 2010 dapat dilihat di tabel berikut ini: Tabel 4.42: Pencapaian Target Seluruh kelurahan Pada Kecamatan Pondok Aren Tahun 2010 No Kelurahan Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian Target (%) 1 PD. Betung ,40 2 PD.Pucung ,79 3 PD. Karya ,62 4 Jurtim ,52 5 JurBar ,15 6 PD.Jaya ,58 PD.KC. 7 Timur ,58 8 PD.Aren ,82 9 PD.KC.Barat ,48 10 Parigi Baru ,91 11 Parigi ,96 Sumber: Kantor Kecamatan pondok Aren, diolah Pada tahun ini tingkat pencapaian setiap kelurahan cenderung menurun. Hal ini terjadi karena berbagai faktor sepeti kurangnya sosialisasi, banyak properti baru yang belum ditempati, ataupun kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB. Namun pada tahun 2010 ini walaupun menurun, tempat tertinggi tetap 93

37 ditempati oleh kelurahan Pondok Betung. Sama seperti tahun sebelumnya, kesadaran wajib pajak daerah ini memang tinggi. pada tahun 2010 ini muncul berbagai ruko menggantikan lahan kosong. Karena memang belum ditempati sehingga pemilik belum membayar PBB dengan semestinya. Untuk tempat terendah ada pada kelurahan Parigi. Kelurahan yang berhimpitan dengan kelurahan Parigi Baru ini memang tengah dibangun oleh Bintaro Jaya. Kawasan yang terletak di Graha Raya ini memang sepi oleh warga. Berbeda dengan kelurahan Parigi Baru yang pada tahun ini rumahnya mulai ditempati oleh pemilik, pada kelurahan Parigi ini pembangunan perumahan masih terus berlangsung dan masih belum banyak yang tinggal dikawasan ini. IV.6 Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan PBB Berikut ini adalah upaya-upaya yang dilakukan pada kecamatan Pondok Aren yang didapatkan oleh penulis selama penelitian: 1. Melakukan pemasangan pamflet pembayaran PBB pada jalan-jalan utama. Hal ini dilakukan agar wajib pajak yang lewat jalan tersebut ingat dan sadar mengenai PBB yang harus dibayarkan. 2. Melakukan aksi jemput bola. Jemput bola dilakukan pada bulan Mei hingga Agustus pukul hingga dikecamatan dan kelurahan-kelurahan di Pondok Aren. Aksi ini dilakukan karena kantor kecamatan dan kelurahan di Pondok Aren yang letak semua kantornya strategis dan sering dilewati warga, sehingga diharapkan dapat menarik minat wajib pajak untuk segera membayarkan PBBnya. 94

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerimaan Ketetapan dan Target Pajak Bumi dan Bangunan di

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerimaan Ketetapan dan Target Pajak Bumi dan Bangunan di BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penerimaan Ketetapan dan Target Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Pinang Pajak merupakan salah satu penghasilan Negara yang cukup besar dan paling penting untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor

BAB 4 PEMBAHASAN. Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Penyusunan Target Penerimaan PBB KPP Pratama Serpong Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor pajak semakin besar dan semakin penting yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi Sebagai salah satu wujud pelaksanaan otonomi daerah, maka Pemerintah Kota Bekasi terus berupaya mengelola sumber-sumber penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS TARGET DAN REALISASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KECAMATAN PINANG

ANALISIS TARGET DAN REALISASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KECAMATAN PINANG ANALISIS TARGET DAN REALISASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KECAMATAN PINANG ABSTRAK Tujuan penelitian, ialah untuk mengetahui besarnya target PBB dan juga untuk megetahui hambatan apa yang terjadi dalam

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN I DEWA MADE MARDIKA Banjar Wijaya B 50 No.11,Cipete - Tangerang,

Lebih terperinci

WORKING PAPER ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT PBB PADA KECAMATAN KEBON JERUK

WORKING PAPER ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT PBB PADA KECAMATAN KEBON JERUK WORKING PAPER ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT PBB PADA KECAMATAN KEBON JERUK Alief Widho Zainuddin Bina Nusantara University, l. Kb. Jeruk Raya No.27, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Banten, Indonesia. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi kota otonom, Pondok

BAB III OBJEK PENELITIAN. Banten, Indonesia. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi kota otonom, Pondok BAB III OBJEK PENELITIAN III.I Sejarah Singkat Pondok Aren adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi kota otonom, Pondok Aren

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 KPP Pratama Serpong 3.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Serpong Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Boyolali. Ekstensifikasi Pajak merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

ANALISIS TARGET RENCANA DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA KECAMATAN PONDOK AREN. Oleh Jonathan Yoga Perdana

ANALISIS TARGET RENCANA DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA KECAMATAN PONDOK AREN. Oleh Jonathan Yoga Perdana ANALISIS TARGET RENCANA DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA KECAMATAN PONDOK AREN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta. pusat yang sebagian besar hasilnya (90%) diserahkan kembali kepada daerah yang

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta. pusat yang sebagian besar hasilnya (90%) diserahkan kembali kepada daerah yang BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan salah satu penerimaan pemerintah pusat yang sebagian besar hasilnya (90%) diserahkan kembali

Lebih terperinci

Susanti, Liberti Pandiangan

Susanti, Liberti Pandiangan PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang sejak tahun 2008 telah memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d.

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d. ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d. 2016 Khairiah (Universitas Lambung Mangkurat) ABSTRAK Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi oleh penerimaan minyak (migas) kemudian didominasi oleh penerimaan non migas yaitu dari perpajakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di dalam suatu negara merupakan kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan, yang bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan 39 BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Langkat Berdasarkan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan untuk meningkatkan kesajahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

BAB III PENYAJIAN DATA. 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten BAB III PENYAJIAN DATA 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Pemberlakuan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak Daerah di Kabupaten Langkat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali Besarnya tingkat efektivitas penerimaan PBB Kabupaten Boyolali tahun 2013-2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu penerimaan bagi negara, pajak sangat diandalkan untuk pembiayaan pembangunan dan pengeluaran negara. Pajak dapat didefenisikan sebagai iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan masyarakat sama sama memiliki kewajiban dan hak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan masyarakat sama sama memiliki kewajiban dan hak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah dan masyarakat sama sama memiliki kewajiban dan hak yang harus dipenuhi terhadap satu sama lainnya. Pemerintah wajib menjaga keamanan, ketertiban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sumber dana dari dalam negeri antara lain

I. PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sumber dana dari dalam negeri antara lain 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa di zaman modern saat ini tidak terlepas dari sumber dana pembangunan. Sumber dana pembangunan itu antara lain bersumber dari dalam negeri dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan yaitu: 1. Analisis tingkat efektivitas penagihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pengelolaan fiskal yang cukup mendasar. Undang-Undang Pajak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pengelolaan fiskal yang cukup mendasar. Undang-Undang Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan langkah strategis untuk memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal,

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI UNIT PELAYANAN PAJAK DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI UNIT PELAYANAN PAJAK DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI UNIT PELAYANAN PAJAK DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR Nama : Anisa Ulfasari NPM :40211927 Pembimbing :Dr. Misdiyono PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki penerimaan dari berbagai sumber. Salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar yaitu dari penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PBB UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DAERAH STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PBB UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DAERAH STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PBB UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DAERAH STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT Lia Atmasari Sipayung Muindro Renywijoyo Dwidjaja Agus Susanto

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 22 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM INSTANSI 1. Sejarah Berdirinya Instansi Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi di berbagai kota. Permasalahan transportasi yang sering terjadi di kota-kota besar adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan di Indonesia dan semakin ketatnya persaingan sehingga peraturan pajak mewajibkan wajib pajak harus patuh, melaporkan, dan membayar

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta memiliki peranan yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, selain berkedudukan sebagai Ibukota Negara, Kota Jakarta memiliki fungsi sebagai Pusat Pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Taman Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo SKRIPSI

Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Taman Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo SKRIPSI Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Taman Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lain-lain yang sah.

BAB IV PEMBAHASAN. kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lain-lain yang sah. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pembahasan Pendapatan Asli Daerah Secara umum pendapatan asli daerah Kota Tangerang terdiri dari 4 (empat) jenis, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah

Lebih terperinci

Hasil Wawancara. Kecamatan Jatiasih

Hasil Wawancara. Kecamatan Jatiasih L10 Hasil Wawancara Kecamatan Jatiasih Narasumber : Bpk. Sayuti Anwar Jabatan : Petugas UPTD PBB Kec. Jatiasih Tanggal : 12 April 2012 1. Mengapa target penerimaan PBB tidak dapat terealiasasi sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tebet adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak ( DJP) yang berada

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini mencakup penggunaan lahan, faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, dan dampak perubahan penggunaan lahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengelola pembangunan di daerah tanpa adanya kendala struktural yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

BAB I PENDAHULUAN. menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), merupakan pajak langsung yang dikenakan atas bumi dan atau bangunan. Subjek pajak dalam PBB adalah orang atau badan secara nyata mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada tuntutan perkembangan berbagai bidang agar dapat menjaga stabilitas negara. Pemenuhan tuntutan tersebut diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Benua Asia, oleh karena itu Indonesia melakukan berbagai pembangunan nasional pada semua aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai masalah, potensi, aspirasi dan prioritas kebutuhan masyarakat di daerah, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011):

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011): BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah negara memerlukan pembangunan untuk mendukung perekonomiannya baik dalam sarana dan prasarana. Sumber pembiayaan negara salah satunya adalah pajak. Menurut Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini begitu banyak pembangunan di wilayah perkotaan atau di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini begitu banyak pembangunan di wilayah perkotaan atau di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini begitu banyak pembangunan di wilayah perkotaan atau di pinggiran kota seiring berkembangnya zaman dan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN S A L I N A N BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Sebagai salah satu penerimaan negara, baik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Sebagai salah satu penerimaan negara, baik pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak memiliki fungsi budgetair yang artinya adalah pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penerimaan terbesar negara. Dari tahun ketahun terlihat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penerimaan terbesar negara. Dari tahun ketahun terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan pendapatan negara yang cukup potensial untuk dapat mencapai keberhasilan pembangunan. Penerimaan dari sektor pajak ternyata merupakan salah satu penerimaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum yang berpedoman pada Pancasila dan juga berpegang teguh pada aturan yang ada di negaranya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis BAB I PENDAHULUAN 1.4. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan permasalahan klasik yang sejak lama telah berkembang di kota-kota besar. Walaupun demikian, permasalahan permukiman kumuh tetap menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa pajak negara ini tidak dapat melakukan pembangunan. Sebagian besar sumber penerimaan negara yang tertuang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ANALISIS A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten Sukoharjo Sebelum melakukan penetapan pajak reklame, Bagian Pajak Daerah melakukan langkah-langkah yaitu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 25 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Upaya tersebut harus dilakukan secara bertahap,

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperhatikan arti penting permukiman yang tidak dapat dipisahkan dari ruang yang harus dimanfaatkannya, maka lingkup permukiman meliputi masalah-masalah yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH Bab ini merupakan inti dari penulisan tesis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Keseluruhan pembahasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DARI BUPATI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap. Target Penerimaan PBB TA.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap. Target Penerimaan PBB TA. 34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Target Penerimaan PBB TA. 2011 s/d 2015 Dalam rangka pemungutan Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembentukan daerah otonomi dimaksudkan untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta meningkatkan daya guna penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil yang didapat selama penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan dari data dan fakta yang telah dipaparkan. Peneliti juga memberikan rekomendasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung 1.1.1 Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung Sebagai daerah yang tengah mengembangkan pariwisatanya, Kabupaten Bandung dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung dari kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak berperan penting dalam pembiayaan pembangunan suatu Negara, karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan kawasan yang mempunyai kenampakan dan masalah. yang komplek. Kota tidak hanya berfungsi sebagai wadah dimana tempat

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan kawasan yang mempunyai kenampakan dan masalah. yang komplek. Kota tidak hanya berfungsi sebagai wadah dimana tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan yang mempunyai kenampakan dan masalah yang komplek. Kota tidak hanya berfungsi sebagai wadah dimana tempat beraglomerasinya penduduk

Lebih terperinci

NO.2/C 19 AGUSTUS 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C

NO.2/C 19 AGUSTUS 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C 19 AGUSTUS 2009 SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C NO.2/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah suatu kegiatan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah suatu kegiatan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah suatu kegiatan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari segi materiil maupun spiritual. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI. senantiasa berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya

BAB III TINJAUAN TEORI. senantiasa berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya BAB III TINJAUAN TEORI A. Pengertian Pajak dan Objek Pajak Sebagaimana diketahui bahwa sektor pajak merupakan pemasukan bagi Negara yang terbesar demikian juga halnya dengan daerah. Sejak dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung. Sumber penerimaan negara yang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan ekonomi dan perkembangan sosial suatu bangsa dapat diwujudkan adanya sumber pendanaan yang tetap. Hingga saat ini sumber utama pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada tahun 2000, Banten merupakan wilayah pemekaran dari Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada tahun 2000, Banten merupakan wilayah pemekaran dari Jawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2000, Banten merupakan wilayah pemekaran dari Jawa Barat berdasarkan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Kota Serang menjadi Pusat pemerintahannya.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGURANGAN DENDA ADMINISTRASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menjunjung tinggi

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menjunjung tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warganegara

Lebih terperinci

REKAPITULASI TIME TABLE DINAS KESEHATAN TH MINGGUAN

REKAPITULASI TIME TABLE DINAS KESEHATAN TH MINGGUAN REKAPITULASI TIME TABLE DINAS KESEHATAN TH. 2016 MINGGUAN Program n Urusan Setiap SKPD 1 Pembinaan, Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur 2 Penyediaan dan Pemeliharaan Barang dan Jasa Perkantoran

Lebih terperinci

PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI FUNGSI KOMERSIAL Studi Kasus: Jln Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya

PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI FUNGSI KOMERSIAL Studi Kasus: Jln Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI FUNGSI KOMERSIAL Studi Kasus: Jln Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya Anggraeni Dyah S. Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur Jl. Raya

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 LANDASAN HUKUM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 LANDASAN HUKUM. KATA PENGANTAR Dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang, sesuai dengan tahapan sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tersebut dalam butir 1 d, disebutkan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

FISIK PRASARANA WILAYAH

FISIK PRASARANA WILAYAH FISIK PRASARANA WILAYAH GAMBAR. Peta Wilayah Administrasi Kota Tangerang Selatan A. FISIK DASAR DAN PEMANFAATAN LAHAN Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pasanggrahan dan Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka menjalankan roda pemerintahan dan untuk melaksanakan pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia membutuhkan dana yang tidak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 85 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan dan Saran Kebijakan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dengan menggunakan analisis data statistik dan analisis regresi serta berdasarkan atas

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan, dengan senantiasa harus sebagai bentuk perwujudan wawasan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan, dengan senantiasa harus sebagai bentuk perwujudan wawasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat yang dilaksanakan di semua aspek kehidupan bangsa yang meliputi

Lebih terperinci

Nama Diklat : Diklatpim Tingkat IV Angkatan CI Tahun : 2017 Ruang lingkup inovasi : Kabupaten/Kota Cluster inovasi : P2A & KB

Nama Diklat : Diklatpim Tingkat IV Angkatan CI Tahun : 2017 Ruang lingkup inovasi : Kabupaten/Kota Cluster inovasi : P2A & KB 1/11 AKSELERASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) MELALUI LAYANAN JEMPUT BOLA DI KELURAHAN KUDAILE KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL Nama Diklat : Diklatpim Tingkat IV Angkatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN A. Data Jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Semarang Gayamsari Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Efektif di KPP Pratama Semarang Gayamsari Tahun 2014 dan 2015

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY 4.1 Pelaksanaan Sunset Policy di KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 sejak

Lebih terperinci

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA Darul Dana

Lebih terperinci

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK DAERAH I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK DAERAH Kabupaten Garut memiliki potensi yang cukup strategis dilihat dari berbagai aspek. Dari aspek kewilayahan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penelitian Persyaratan Permohonan 1. Pemenuhan Kesesuaian dan Kelengkapan Dokumen Permohonan Pemenuhan kesesuaian dan kelengkapan dokumen permohonan ini

Lebih terperinci