BAB III PENYAJIAN DATA. 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENYAJIAN DATA. 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten"

Transkripsi

1 BAB III PENYAJIAN DATA 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Pemberlakuan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak Daerah di Kabupaten Langkat dimulai sejak Januari Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan masih rendah dibandingkan dengan perkotaan yang masyarakatnya memiliki rasa antusiasme yang tinggi dalam membayar PBB. Berikut penulis akan menyajikan Data Potensi atau Kemampuan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dalam memungut Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaaan pada Tahun adalah sebagai berikut : SPPT Jumlah SPPT Terutang SPPT Dibayar SPPT Menunggak Tabel 3.1 Potensi Penerimaan PBB-P2 tahun 2014 Tahun 2014 Jumlah SPPT Penerimaan Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Pada tahun 2014 jumlah SPPT terutang sebanyak lembar dengan penerimaan sebesar Rp ,00, SPPT yang telah dibayar

2 sebanyak lembar dengan penerimaan sebesar Rp ,00 dan SPPT yang menunggak sebanyak lembar dengan penerimaan sebesar Rp ,00, maka dapat diketahui persentase penerimaan PBB-P2 pada tahun 2014 berdasarkan jumlah SPPT yang telah dibayar dari jumlah SPPT teturang keseluruhan ada sebesar 75,62%. SPPT Jumlah SPPT Terutang SPPT Dibayar SPPT Menunggak Tabel 3.2 Potensi Penerimaan PBB-P2 Tahun 2015 Tahun 2015 Jumlah SPPT Penerimaan Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Rp ,00 Rp ,59 Rp ,41 Pada tahun 2015 jumlah SPPT terutang sebanyak lembar dengan penerimaan sebesar Rp ,00, SPPT yang telah dibayar sebanyak lembar dengan penerimaan sebesar Rp ,59 dan SPPT yang menunggak sebanyak lembar dengan penerimaan sebesar Rp , ,41 maka dapat diketahui persentase penerimaan PBB-P2 pada tahun 2015 berdasarkan jumlah SPPT yang telah dibayar dari jumlah SPPT teturang keseluruhan ada sebesar 76,81% Tabel 3.3 Potensi Penerimaan PBB-P2 Tahun 2016 SPPT Jumlah SPPT Terutang SPPT Dibayar SPPT Menunggak Tahun 2016 Jumlah SPPT Penerimaan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00

3 Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Pada tahun 2016 jumlah SPPT terutang sebanyak lembar dengan penerimaan sebesar Rp ,00, SPPT yang telah dibayar sebanyak lembar dengan penerimaan sebesar Rp ,00 dan SPPT yang menunggak sebanyak lembar dengan penerimaan sebesar Rp ,00 maka dapat diketahui persentase penerimaan PBB-P2 pada tahun 2016 berdasarkan jumlah SPPT yang telah dibayar dari jumlah SPPT teturang keseluruhan ada sebesar 81,31% 6. Target dan Realisasi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Setiap kecamatan di Kabupaten Langkat membantu BAPENDA Kabupaten Langkat untuk Meningkatkan PAD Kabupaten Langkat khususnya dalam Pemungutan PBB-P2 yang dilaksanakan oleh UPT PBB Kabupaten Langkat. Berikut ini adalah Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Langkat selama tiga tahun terakhir sejak diberlakukannya Pengelolaan PBB-P2 oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat. Tingkat pencapaian realisasi penerimaan PBB-P2 tahun sebesar 101,85%, 101,70%, 106,46%. Tingkat pencapaian realisasi PBB-P2 di tahun 2016 merupakan tingkat pencapaian tertinggi dari tahun dan juga merupakan realisasi PBB-P2 terbesar selama tiga tahun periode Sedangkan tingkat pencapaian realisasi pada tahun 2015 merupakan tingkat pencapaian realisasi terendah selama tahun yaitu 101,70%.

4 Tabel 3.4 Daftar Realisasi Penerimaan PBB-P2 Tiap Kecamatan Tahun 2014 No Kecamatan Target Realisasi % Bahorok Kutam baru Salapian Serapit Kuala Sei bingai Selesai Binjai WIL. I Stabat Wampu Secanggang Hinai Padang tualang Batang serangan Sawit seberang Tanjung pura WIL. II Gebang Babalan Sei lepan Brandan barat P. Susu Besitang Pematang jaya WIL. III Dispenda Jumlah Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2017 Berdasarkan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan pada tahun 2014 terdapat 10 kecamatan yang berhasil merealisasikan target penerimaan diatas 100% yaitu Bahorok, Kutam Batu, Salapian, Serapit, Kuala, Selesai, Padang Tualang, Sawit Seberang, P.susu, Pematang Jaya.

5 Tabel 3.5 Daftar Realisasi Penerimaan PBB-P2 Tiap Kecamatan Tahun 2015 No Kecamatan Target Realisasi % Bahorok Kutam baru Salapian Serapit Kuala Sei bingai Selesai Binjai , , , , , , , , , , , , , , , , WIL. I , , Stabat , , Wampu , , Secanggang , , Hinai , , Padang tualang , , Batang , , serangan Sawit seberang , , Tanjung pura , , WIL. II , , Gebang Babalan Sei lepan Brandan barat P. Susu Besitang Pematang jaya , , , , , , , , , , , , , , WIL. III , , Dispenda , , Jumlah , , Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2017 Berdasarkan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan pada tahun 2015 terdapat 18 kecamatan yang berhasil merealisasikan target penerimaan diatas 100% yaitu Bahorok, Kutam Batu, Salapian, Serapit, Kuala, Sei Bingai, Selesai, Binjai, Wampu, Hinai, Padang Tualang, Batang Serangan, Sawit Seberang, Babalan, Sei Lepan, P.susu, Besitang, Pematang Jaya.

6 Tabel 3.6 Daftar Realisasi Penerimaan PBB-P2 Tiap Kecamatan Tahun 2016 No Kecamatan Target Realisasi % Bahorok Kutam baru Salapian Serapit Kuala Sei bingai Selesai Binjai WIL. I Stabat Wampu Secanggang Hinai Padang tualang Batang serangan Sawit seberang Tanjung pura WIL. II Gebang Babalan Sei lepan Brandan barat P. Susu Besitang Pematang jaya WIL. III Dispenda Jumlah Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Tahu Berdasarkan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan pada tahun 2016 terdapat 19 kecamatan yang berhasil merealisasikan target penerimaan diatas 100% yaitu Bahorok, Kutam Batu, Salapian, Serapit, Kuala, Selesai, Binjai, Wampu, Secanggang, Hinai, Padang Tualang, Batang Serangan, Sawit Seberang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, P.susu, Besitang, Pematang Jaya.

7 Dari daftar realisasi yang ingin dicapai BAPENDA Kabupaten Langkat, untuk meningkatkan PAD Kabupaten Langkat dalam hal ini pemungutan PBB-P2 sangat diperlukan, jika dilihat dari Potensi penerimaannya nampaknya masih belum memenuhi dalam hal kepatuhan pembayaran pajak Bumi dan Bangunan.penulis beranggapan bahwa realisasi yang didapatkan dibapenda masih bisa ditingkatkan kedepannya. 7. Perbedaan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PBB-P2 Berdasarkan Jumlah SPPT Dengan Target Yang Telah Ditetapkan Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Di Kabupaten Langkat pada tahun 2014 sampai dengan 2016 hanya sekitar 75% - 81% wajib Pajak yang patuh dalam membayar PBB-P2, tetapi menariknya dari Persentase tersebut Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat mampu mencapai target realisasi 100%. Yang pada saat itu terhitung 3 (tiga) tahun berjalannya Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat mengelola PBB-P2 pasca pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak Daerah. Pada tahun 2014 menetapkan target sebesar Rp Sedangkan dari hasil realisasi hanya SPPT yang berhasil dikeluarkan dengan pendapatan sebesar Rp Ini berarti realisasi pendapatan dari PBB mencapai target sebesar 101,85%. Pada tahun 2015 target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat sebesar Rp sedangkan dari hasil realisasi hanya SPPT yang berhasil dikeluarkan dengan pendapatan sebesar Rp berarti realisasi pendapatan dari PBB mencapai target sebesar 101,70%.

8 Dan pada tahun 2016 target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat sebesar Rp sedangkan dari hasil realisasi hanya SPPT yang berhasil dikeluarkan dengan pendapatan sebesar Rp berarti realisasi pendapatan dari PBB mencapai target sebesar 106,46%. 8. Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat penulis mengajukan beberapa pertanyaan dan mendapatkan jawabansebagai berikut: a. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Bagaimana kondisi penerimaan pembayaran PBB-P2 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat ini selama tiga tahun terakhir, mengalami peningkatan atau malah menagalami penurunan sejak tahun diberlakukan nya pengalihan? Berdasarkan penerimaan pembayaran PBB-P2 yang diperoleh Di Badan Pendapatan Daerah Kabupten Langkat mengalami peningkatan setiap tahunnya ditinjau dari target dan realisasi Penerimaannya yang pada tahun 2014 sebesar101.85%, pada tahun 2015 sebesar %, dan tahun 2016 sebesar %. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2 di Badan Daerah Kabupaten Langkat? Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, Jarak tempuh yang terbilang jauh menuju tempat pembayaran PBB-P2, Adanya

9 anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak tidak bisa dinikmati secara langsung, Minimnya sosialisasi kepada masyarakat dikarenakan kurangnya SDM yang membidangi pengelolaan PBB-P2 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, Kondisi ekonomi masyarakat yang kecil, Tingkat kebenaran data di SPPT dengan fakta objek pajak yang sebenarnya. c. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Apa saja upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2? Memberikan sosialisasi kepada wajib pajak sehingga wajib pajak mengetahui serta dapat menambah pengetahuan tentang manfaat serta peran pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan, Melakukan peningkatan pelayanan, Mempermudah pelayanan, Mengadakan pekan panutan, Melakukan upaya pendekatan terhadap Wajib Pajak.

10 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengelolaan dan Pemungutan PBB-P2 Kabupaten Langkat Pajak Bumi dan Bangunan pada awalnya merupakan pajak pusat yang alokasi penerimannya dialokasikan ke daerah-daerah dengan proporsi tertentu, namun demikian dalam perkembangannya berdasarkan Undang Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pajak ini khususnya sektor perdesaan dan perkotaan menjadi sepenuhnya pajak daerah. Pengalihan pengelolaan PBB-P2 kepada pemerintah daerah paling lambat diserahkan pada awal tahun 2014, sehingga bagi pemerintah daerah yang sudah siap mengelola PBB-P2 sebelum tahun 2014 bisa melaksanakannya paling cepat sejak tahun 2011.Dengan adanya Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan dari pusat ke daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD). Di Kabupaten Langkat Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan mulai berlaku menjadi Pajak Daerah dimulai sejak Januari Dikarenakan adanya masa transisi yang diberikan pemerintah pusat dimulai sejak diberlakukannya pengalihan selama 5 tahun, pemerintah memberikan waktu untuk Badan Pendapatan Daerah melakukan Persiapan seperti persiapan SDM, server dan sarana prasarana. Oleh karena itu Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat baru bisa memenuhi persiapan tersebut pada akhir 2013 dan baru mulai diberlakukan pada tahun 2014

11 Berikut dapat dilihat pada tabel 4.1 yaitu persentase tingkat kepatuhan berdasarkan pencapaian realisasi dari target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat : Tabel 4.1 Persentase tingkat kepatuhan berdasarkan Pencapaian Realisasi Target No Tahun Target Realisasi Persentase Sumber : Data diolah % % % Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa persentase pencapaian target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat pada tahun 2014 sampai tahun 2016 sudah melebihi target yakni pada tahun 2014 mencapai 101,85% lalu pada tahun 2015 mencapai 101,70% kemudian kembali mengalami peningkatan pada tahun 2016 mencapai 106,46% hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di kabupaten langkat tinggi, namun jika persentase tingkat kepatuhan wajib pajak diukur berdasarkan jumlah SPPT yang dibayar dari keseluruhan jumlah SPPT terutang tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan tidak mencapai 100%. Ada pun tingkat kepatuhan berdasarkan jumlah SPPT yang dibayar dapat dilihat pada tabel 4.2

12 Tabel 4.2 Persentase Tingkat Kepatuhan WP berdasarkan jumlah SPPT Tahun Sumber : Data diolah SPPT Terutang SPPT Menunggak SPPT yang Dibayar Persentase Tingkat Kepatuhan 75.62% 76.81% 81.31% Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persentase tingkat kepatuhan wajib pajak pada tahun 2014 hanya mencapai 75,62% kemudian mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan pada tahun 2015 hanya mencapai 76,81% yang kemudian meningkat lagi pada tahun 2016 mencapai 81,31%. Hal itu dikarenakan tingkat kepatuhan wajib pajak berdasarkan target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah dihitung berdasarkan jumlah nominal pembayaran PBB-P2 yang telah direncanakan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, sedangkan tingkat kepatuhan wajib pajak berdasarkan jumlah SPPT yang dibayar dari keseluruhan jumlah SPPT terutang dihitung berdasarkan jumlah transaksi pembayaran PBB-P2 sehingga terdapat kemungkinan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dapat menerima jumlah realisasi Pembayaran PBB-P2 yang lebih besar apabila jumlah SPPT yang dibayar wajib pajak mengalami peningkatan yang secara langsung akan mempengaruhi jumlah realisasi pembayaran PBB-P2. B. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2 Berdasarkan Data yang di diperoleh penulis selama melakukan penelitian, tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan selama kurun waktu tiga tahun terakhir sejak

13 diberlakukannya Pengalihan PBB-P2 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dapat dilihat pada Grafik : Grafik 4.1 Tingkat kepatuhan Wajib Pajak TINGKAT KEPATUHAN (%) TINGKAT KEPATUHAN (%) Sumber : Data Diolah Pada tahun 2014 tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak PBB- P2 sebesar 75,62%, pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 1,19% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat kepatuhan meningkat menjadi 76,81%, dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 4,5% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat kepatuhan meningkat menjadi 81,31%. Dapat diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2 mengalami peningkatan, maka meningkat pula penerimaannya. Peningkatan penerimaan PBB-P2 Di Kabupaten Langkat erat kaitannya dengan kontribusi yang diberikan PBB-P2 terhadap PAD Kabupaten Langkat. Dapat diketahui bahwa

14 kontribusi yang diberikan PBB-P2 terhadap PAD Kabupaten Langkat selama tahun mengalami peningkatan. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2 Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Kepala Bidang pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dapat diketahui Beberapa Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak, diantaranya : Kurangnya kesadaran masyarakat, walaupun sebagian besar masyarakat di Kabupaten Langkat sudah menyadari pentingnya membayar PBB, tetapi tidak sedikit pula masyarakat yang masih belum menyadari akan kewajibannya sebagai Wajib Pajak PBB yang memanfaatkan Tanah dan Bangunan. Masyarakat menganggap pembangunan daerah bukanlah tanggung jawab mereka. Padahal seharusnya mereka sadar bahwa fasilitas sarana dan prasarana yang mereka manfaatkan sebenarnya adalah hasil dari penerimaan PBB. Jauhnya jarak tempuh menuju tempat pembayaran, Wilayah yang cukup luas dan banyaknya jumlah wajib pajak yang terdapat di wilayah Kabupaten Langkat jika dibandingkan dengan jumlah petugas sangat jauh berbeda sehingga kurangnya sosialisasi, yang menyebabkan masyarakat belum terinformasi akan pentingnya membayar PBB-P2 yang nantinya bermanfaat untuk pembangunan daerah. Terdapat perbedaan antara kebenaran data di SPT dengan objek pajak yang sebenarnya dilapangan menjadi salah satu faktor wajib pajak enggan

15 membayar pajak dikarenakan tidak adanya pelaporan setelah melakukan pengalihan atas kepemilikan, kesalahan dalam penulisan data objek maupun data wajib pajak. Kondisi Perekonomian masyarakat yang kecil,kabupaten Langkat yang terdiri dari desa-desa yang sebagian besar penduduknya berpenghasilan kecil, oleh karena itu mereka tidak mampu dan merasa terbebani jika harus membayar PBB yang terutang karena beralasan lebih mengutamakan kebutuhan hidup sehari-hari yang lebih penting seperti kebutuhan pangan dan biaya pendidikan daripada membayar pajak. Minim sosialisasi oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat ini menyangkut masalah sumber daya yang kurang, yaitu dari tim lapangan yang ada masih kurang, dan tim penilai yang ada tidak terlalu maksimal, mungkin itu malasalah yang di hadapi bapenda khususnya UPT PBB-P2, serta masalah eksternal dari bapenda yaitu wajib pajak itu sendiri, mengapa wajib pajak, karena bapenda telah menghitung dan mengimput data sesuai yang diberikan oleh wajib pajak itu sendiri.dan ternyata masih ada wajib wajib pajak yang kurang disiplin. D. Upaya-upaya Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2 Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Kepala Bidang pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, Ada pun upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dengan Melakukan peningkatan pelayanan di Kantor Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

16 Langkat dengan membangun sarana prasarana, hal ini diharapkan mampu menambah kenyamanan dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Memberikan sosialisasi kepada wajib pajak sehingga wajib pajak mengetahui serta dapat menambah pengetahuan tentang manfaat serta peran pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan, sosialisasi dilakukan melalui Media cetak seperti ; spanduk, famplet, koran, brosur, Perangkat kecamatan dan perangkat desa/kelurahan yang nantinya diharapkan akan mensosialisasikan kemasyarakatnya, serta melakukan Sosialisasi langsung kepada wajib pajak potensial seperti Perusahaan-perusahaan. Mempermudah pelayanan dengan mobil keliling, Bupati Langkat juga meluncurkan Mobil Kas Pelayanan Pembayaran PBB-P2 yang diberikan oleh Pimpinan PT. Bank Sumut, yang tujuannya untuk melayani para wajib pajak yang ada di desa-desa dengan motonya "Menjelajah Desa Menjemput Pajak " Mengadakan pekan panutan, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat rutin mengadakan suatu kegiatan yaitu Pekan Panutan berupa apresiasi terhadap Wajib Pajak yang patuh dan tepat waktu dalam membayar pajaknya dengan pemberian hadiah (doorprize) dengan diadakannya pengapresiaan oleh pemerintah kepada masyarakat diharapkan mampu meningkatkan antusiasme dan kepedulian masyarakat dalam membayar pajak Melakukan upaya pendekatan terhadap Wajib Pajak PBB agar tidak menghindari untuk membayar PBB dan tidak menganggap pajak sebagai beban, tetapi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi Wajib Pajak PBB untuk memajukan dan mengembangkan pembangunan daerah Kabupaten

17 Langkat. Penyampaiannya bisa melalui acara yang formal ataupun informal. Acara formal biasanya menggunakan format acara yang disusun sedemikian rupa secara resmi. Contohnya: Sosialisasi bendaharawan, seminar dan sebagainya. Acara informal biasanya menggunakan format acara yang lebih santai dan tidak resmi. Contohnya: Ngobrol santai dengan wartawan, dengan tokoh masyarakat, dan sebagainya. Dengan tingginya intensitas informasi yang diterima oleh masyarakat, maka dapat secara perlahan merubah mindset masyarakat tentang pajak ke arah yang positif.

18 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di Bab sebelumnya, maka sebagai akhir dari penulisan ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pajak Bumi dan Bangunan pada awalnya merupakan pajak pusat yang alokasi penerimannya dialokasikan ke daerah-daerah dengan proporsi tertentu, namun demikian dalam perkembangannya berdasarkan Undang Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pajak ini khususnya sektor perdesaan dan perkotaan menjadi sepenuhnya pajak daerah. Pengalihan pengelolaan PBB-P2 kepada pemerintah daerah paling lambat diserahkan pada awal tahun 2014, sehingga bagi pemerintah daerah yang sudah siap mengelola PBB-P2 sebelum tahun 2014 bisa melaksanakannya paling cepat sejak tahun 2011.Dengan adanya Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan dari pusat ke daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD). Di Kabupaten Langkat Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan mulai berlaku menjadi Pajak Daerah dimulai sejak Januari Berdasarkan target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Darerah dalam tiga tahun terakhir sejak diberlakuannya Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaaan menjadi Pajak Daerah dan dikelola oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat realisasi penerimaannya melebihi

19 target dan meningkat setiap tahunnya yaitu Rp dari target Rp pada tahun 2014, Rp dari target Rp dan pada tahun 2015, dan Rp dari target Rp pada tahun Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Langkat selama kurun waktu tiga tahun terakhir sejak diberlakukannya Pengalihan PBB-P2 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat mengalami peningkatan setiap tahunnya, Pada tahun 2014 tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak PBB-P2 sebesar 75,62%, pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 1,19% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat kepatuhan meningkat menjadi 76,81%, dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 4,5% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat kepatuhan meningkat menjadi 81,31%. 4. Adanya kesalahan teknis berupa alamat yang tertera di SPPT tidak sama dengan yang kenyataannya, banyaknya SPPT sehingga menyulitkan petugas dalam memilah-milah SPPT sesaui dengan RW ataupun RT, dan banyaknya tanah dan bangunan kosong yang sudah berpindah tangan atau sudah dijual kepda pihak lain dan pemiliknya sebelumnya tidak melaporkannya kepda pihak kelurahan sehingga sangat menyulitkan petugas dalam penyaluran SPPT.

20 B. Saran Selain menarik kesimpulan diatas, penulis juga mengajukan saran-saran, yang mana nantinya diharapkan dapat diterapkan dan berguna dalam meningkatkan pelayanan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, antara lain sebagai berikut : 1. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat harus sering mengadakan sosialiasi guna mengajak Wajib Pajak untuk lebih sadar dan ikut berpartisipasi dalam membayar pajak terutama PBB-P2 salah satunya dengan cara Melakukan sosialisasi melalui media cetak dan elektronik 2. Melakukan pendataan ulang bagi objek pajak yang dirasa sudah tidak sesuai untuk pembaruan penentuan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). dan Mengadakan pemutakhiran data pola SISMIOP (Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak). Dengan pemutakhiran data diharapkan objek PBB dapat tergali dengan lebih optimal sehingga dapat ditingkatkan agar pembangunan berjalan dengan baik karena sumber pendapat daerah semakin meningkat. 3. Menambah jumlah SDM dalam bidang pajak daerah khususnya yang menangani PBB-P2 agar dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. 4. Lebih meningkatkan koordinasi dengan aparatur pemerintah seperti Camat dan Kades/Lurah guna meningkatkan potensi PBB agar segera disampaikan kepada Wajib Pajak. Sebab aspek penting untuk meningkatkan realisasi penerimaan pajak bukan saja bagaimana sistem

21 penagihan tunggakan tapi meningkatkan sistem pelayanan publik dalam pelayanan dasar. 5. Melakukan strategi jemput bola dengan sarana mobling (mobil keliling) yang diharapkan lebih berperan aktif ke wilayah-wilayah yang tidak tersedia tempat pembayaran dan survey lapangan. 6. Wajib Pajak sebagai warga negara yang baik, seharusnya memberikan partisipasinya untuk ikut membangun negara dengan membayar pajak tepat waktu, untuk kepentingan dan kesejahteraan negara dan masyarakat serta memberikanmasukan baik kritikan maupun solusi kepada pemerintah berkaitan dengan pajak bumi dan bangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan sektor pertanian ini sangat penting karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai BAB II GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor Inspeksi

Lebih terperinci

07 Perdagangan Trade. http://langkatkab.bps.go.id

07 Perdagangan Trade. http://langkatkab.bps.go.id 07 Perdagangan Trade T R A D E BAB VII. PERDAGANGAN CHAPTER VII. TRADE 1. Perdagangan Data mengenai sektor perdagangan adalah dari Kantor Pelayanan Terpadu serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN UMUM GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

BAB II PEMBAHASAN UMUM GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai BAB II PEMBAHASAN UMUM GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI 2.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor Inspeksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi Sebagai salah satu wujud pelaksanaan otonomi daerah, maka Pemerintah Kota Bekasi terus berupaya mengelola sumber-sumber penerimaan

Lebih terperinci

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010. Lampiran 1. Jumlah tani per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2009 No KABUPATEN/KOTA KELOMPOK TANI/POKTAN 1 Dairi 673 2 Deli Serdang 1.512 3 Humbang Hasundutan 808 4 Karo 2.579 5 Langkat 1.772 6 Pak Pak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil getah ini.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai 12 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan pada tanggal 1 April 1994, berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan 39 BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Langkat Berdasarkan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGUNAAN JASA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) KEPADA DESA, KELURAHAN DAN

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Langkat Tahun 2013 sebanyak 125,391 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Langkat Tahun 2013 sebanyak 125,391 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Langkat Tahun 2013 sebanyak 125,391 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Langkat Tahun 2013 sebanyak 81 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN

V. SIMPULAN DAN SARAN V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data dan analisa yang dilakukan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Efektivitas organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di dalam suatu negara merupakan kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan, yang bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Boyolali. Ekstensifikasi Pajak merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DAN SELEKSI UMUM NO. 001/PAN-CKP/PLU-SU/DPU-LKT/2011

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DAN SELEKSI UMUM NO. 001/PAN-CKP/PLU-SU/DPU-LKT/2011 PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEMBORONGAN PROYEK DAN JASA KONSULTANSI BIDANG CIPTA KARYA/BIDANG PENGAIRAN DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN LANGKAT TAHUN ANGGARAN 2011 PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DAN SELEKSI

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DAN SELEKSI UMUM No. 03/PAN/DPU-LKT/BM/2011

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DAN SELEKSI UMUM No. 03/PAN/DPU-LKT/BM/2011 PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEMBORONGAN PROYEK DAN JASA KONSULTANSI BIDANG BINA MARGA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN LANGKAT TAHUN ANGGARAN 2011 Jl. T. Amir Hamzah No. 3 Stabat PENGUMUMAN PELELANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan untuk meningkatkan kesajahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BOGOR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BOGOR BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BOGOR 4.1 Visi dan Misi Dinas PendapatanDaerah Kota Bogor Dinas Pendapatan Daerah Kota Bogor memiliki Visi : Menjadi lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Mbina Pinem 1. Abstrak

PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Mbina Pinem 1. Abstrak PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT Mbina Pinem 1 1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan 20211 Telp.(061) 6627549

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang BAB II DESKRIPSI LOKASI II. 1 Sejarah Kab. Langkat II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali Besarnya tingkat efektivitas penerimaan PBB Kabupaten Boyolali tahun 2013-2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pengelolaan fiskal yang cukup mendasar. Undang-Undang Pajak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pengelolaan fiskal yang cukup mendasar. Undang-Undang Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan langkah strategis untuk memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d.

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d. ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d. 2016 Khairiah (Universitas Lambung Mangkurat) ABSTRAK Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), karena melalui pajak pemerintah dapat membiayai pengeluaran negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kontribusi pajak dalam beberapa tahun semakin signifikan dan diperhitungkan sebagai tulang punggung sumber pembiayaan nasional untuk mensukseskan berbagai program

Lebih terperinci

11. URUSAN KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

11. URUSAN KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 11. URUSAN KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Penduduk merupakan bagian integral dalam proses kegiatan pemerintahan dan pembangunan, oleh karenanya penduduk tidak dapat hanya dilihat sebagai obyek, tetapi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan penelitian ini bersifat cross sectional yang

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma K-Means Clustering Untuk Pengelompokkan Penyebaran Diare Di Kabupaten Langkat

Penerapan Algoritma K-Means Clustering Untuk Pengelompokkan Penyebaran Diare Di Kabupaten Langkat Penerapan Algoritma K-Means Clustering 108 Penerapan Algoritma K-Means Clustering Untuk Pengelompokkan Penyebaran Diare Di Kabupaten Langkat Fina Nasari 1, Charles Jhony Manto Sianturi 2 1,2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sumber dana dari dalam negeri antara lain

I. PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sumber dana dari dalam negeri antara lain 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa di zaman modern saat ini tidak terlepas dari sumber dana pembangunan. Sumber dana pembangunan itu antara lain bersumber dari dalam negeri dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive, artinya daerah penelitian didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Penelitian

Lebih terperinci

BAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:

BAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu: BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. KERANGKA TEORI Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu: 1. Miopia 2. Hipermetropia

Lebih terperinci

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PBB UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DAERAH STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PBB UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DAERAH STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PBB UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DAERAH STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT Lia Atmasari Sipayung Muindro Renywijoyo Dwidjaja Agus Susanto

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH Bab ini merupakan inti dari penulisan tesis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Keseluruhan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendapatan atau penerimaan di Indonesia yang sangat penting dan potensial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendapatan atau penerimaan di Indonesia yang sangat penting dan potensial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendapatan atau penerimaan di Indonesia yang sangat penting dan potensial untuk membiayai pembangunan nasional salah satunya adalah dari sektor pajak. Meskipun

Lebih terperinci

Wilayah Kerja BPP, Jumlah Desa, Jumlah Kelompok Tani dan Jumlah Penyuluh Pertanian Per Kecamatan di Kabupaten Langkat

Wilayah Kerja BPP, Jumlah Desa, Jumlah Kelompok Tani dan Jumlah Penyuluh Pertanian Per Kecamatan di Kabupaten Langkat Lampiran 2. Wilayah Kerja BPP, Jumlah Desa, Jumlah Kelompok Tani dan Jumlah Penyuluh Pertanian Per Kecamatan di Kabupaten Langkat No Nama BPP WKBPP Jumlah Desa/ Jumlah Jumlah PPL (Kecamatan) Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari pulau dan dikelilingi garis

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari pulau dan dikelilingi garis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang dunia setelah Kanada. Disepanjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan di Indonesia dan semakin ketatnya persaingan sehingga peraturan pajak mewajibkan wajib pajak harus patuh, melaporkan, dan membayar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DARI BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGUNAAN JASA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KEPADA DESA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (www.bps.go.id), sehingga pada tahun 2010 Indonesia merupakan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. (www.bps.go.id), sehingga pada tahun 2010 Indonesia merupakan negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau dengan jumlah penduduk 206.264.595 jiwa pada tahun 2000 dan pada tahun 2010

Lebih terperinci

Kabupaten Pulau Morotai Cukup Baik.

Kabupaten Pulau Morotai Cukup Baik. BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Besarnya kontribusi pajak hotel di Kabupaten Pulau Morotai pada Tahun

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DESENTRALISASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT

ANALISIS PERANAN DESENTRALISASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT ANALISIS PERANAN DESENTRALISASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT Dini Rahmatika Hidayanti 1 dhy.dinni@gmail.com Transna

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap. Target Penerimaan PBB TA.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap. Target Penerimaan PBB TA. 34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Target Penerimaan PBB TA. 2011 s/d 2015 Dalam rangka pemungutan Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan dari berbagai sumber, salah satunya yaitu berasal dari pemungutan pajak, baik pajak negara maupun

Lebih terperinci

Susanti, Liberti Pandiangan

Susanti, Liberti Pandiangan PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut pengelolaan pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerimaan negara yang saat ini sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerimaan negara yang saat ini sedang gencar-gencarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penerimaan negara yang saat ini sedang gencar-gencarnya digalakkan adalah pajak. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik

Lebih terperinci

PUBLIKASI KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Edisi : Selasa, 9 Desember 2014

PUBLIKASI KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Edisi : Selasa, 9 Desember 2014 PUBLIKASI KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Edisi : Selasa, 9 Desember 2014 Dalam upaya mewujudkan Visi Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 yaitu Kabupaten Bogor menjadi Kabupaten Termaju di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat melimpahkan wewenang pada pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangannya. Salah satu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu diantaranya pembangunan. Pembangunan dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. salah satu diantaranya pembangunan. Pembangunan dapat diartikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang dikategorikan sebagai negara baru berkembang (peralihan) di dunia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sisi, salah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 22 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM INSTANSI 1. Sejarah Berdirinya Instansi Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Bone Bolango

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Bone Bolango BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Bone Bolango Dinas pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah Kabupaten Bone Bolango terbentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, kami yang

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1.Latar Belakang Salah satu wujud tata kepemerintahan yang baik (good governance) itu terdapatnya citra pemerintahan yang demokratis. Prinsip demokrasi yang paling penting

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dalam beberapa tahun terakhir (tahun 2009 sampai 2011) dilihat dari penerimaan

BAB VI PENUTUP. dalam beberapa tahun terakhir (tahun 2009 sampai 2011) dilihat dari penerimaan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hasil analisa data lapangan menunjukkan bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam beberapa tahun terakhir (tahun 2009 sampai 2011) dilihat dari penerimaan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu Self Assesment System.

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu Self Assesment System. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepatuhan merupakan hal yang sangat penting dalam sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu Self Assesment System. Kepatuhan material merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki penerimaan dari berbagai sumber. Salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar yaitu dari penerimaan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan 108 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan Implementasi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 (NAMA SKPD) KABUPATEN BOGOR PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 (NAMA SKPD) KABUPATEN BOGOR PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 (NAMA SKPD) KABUPATEN BOGOR Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara untuk meningkatkan pembangunan nasional. Berkaitan dengan hal tersebut pentingnya pengelolaan pajak menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada

Lebih terperinci

JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 1 No. 1, September 2016

JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 1 No. 1, September 2016 ANALISIS JALUR PENGARUH SOSIALISASI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN KOTA KEDIRI DENGAN KESADARAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Erna Puspita Universitas Nusantara PGRI Kediri erna.poezt@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Berdasarkan rencana kerja Dinas Pendapatan Kabupaten Blitar tahun 2015, strategi pencapaian tujuan dan sasaran diuraikan dalam 7 ( tujuh ) program dan 17 ( tujuh belas ) kegiatan.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan hanya boleh ada

KUESIONER PENELITIAN. kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan hanya boleh ada L1 KUESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian Berilah tanda centang ( ) pada kotak yang tersedia untuk masing-masing jawaban pertanyaan kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang utama, karena itu peranan sektor pajak sangat besar, terutama untuk menunjang keberhasilan pembangunan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang terutang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. negara yang terutang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak memiliki peran penting dalam sumber penerimaan negara, karena pendapatan terbesar negara berasal dari sektor pajak. Pajak sendiri banyak memberikan kontribusi

Lebih terperinci

b. Melaksanakan pembinaan dan pengarahan guna peningkatan pendapatan PBB; c. Mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. 2.

b. Melaksanakan pembinaan dan pengarahan guna peningkatan pendapatan PBB; c. Mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. 2. BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 336 /KEP/429.011/2013 TENTANG PENUNJUKAN DAN PENGANGKATAN APARAT PENUNJANG DAN APARAT PELAKSANA PEMUNGUTAN DAN PENETAPAN PENGGUNAAN BIAYA

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ANALISIS A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten Sukoharjo Sebelum melakukan penetapan pajak reklame, Bagian Pajak Daerah melakukan langkah-langkah yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III

LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Hasil Wawancara dengan Kepala S eksi Pengawasan dan Konsultasi III KPP Pratama Jakarta Tebet Narasumber : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si Kepala seksi pengawasan dan konsultasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi oleh penerimaan minyak (migas) kemudian didominasi oleh penerimaan non migas yaitu dari perpajakan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya adalah ketersediaan dana pembangunan baik yang diperoleh dari sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya adalah ketersediaan dana pembangunan baik yang diperoleh dari sumbersumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu aspek penunjang dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan nasional selain aspek sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya lainnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Sekilas Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah pusat dan

BAB IV GAMBARAN UMUM Sekilas Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah pusat dan BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Sekilas Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerimaan Ketetapan dan Target Pajak Bumi dan Bangunan di

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerimaan Ketetapan dan Target Pajak Bumi dan Bangunan di BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penerimaan Ketetapan dan Target Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Pinang Pajak merupakan salah satu penghasilan Negara yang cukup besar dan paling penting untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB III. TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III. TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III. TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan teradap kebijakan Nasional Dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBERIAN PENGHARGAAN KEPADA DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN BERPRESTASI DALAM PELUNASAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN TRENGGALEK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.01,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pembayaran, penyetoran, Pajak Bumi & Bangunan Perdesaan & Perkotaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN TENTANG PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPARKIRAN. Dasar Hukum Pengeloal Perparkiran Kota Medan meliputi:

BAB III GAMBARAN TENTANG PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPARKIRAN. Dasar Hukum Pengeloal Perparkiran Kota Medan meliputi: BAB III GAMBARAN TENTANG PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPARKIRAN A. Dasar Hukum Dasar Hukum Pengeloal Perparkiran Kota Medan meliputi: 1. Keputusan Mendagri RI No.43 Tahun 1980 tentang pedoman pengelolaan perparkiran

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu penerimaan bagi negara, pajak sangat diandalkan untuk pembiayaan pembangunan dan pengeluaran negara. Pajak dapat didefenisikan sebagai iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, pencapaian tujuan pembangunan nasional diprioritaskan untuk terwujudnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN SARAN

BAB V KESIMPULAN SARAN BAB V KESIMPULAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalihan PBB-P2 di Kota Payakumbuh melalui penilaian tingkat efektifitas, efisiensi serta kontribusi PBB-P2, baik

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN I DEWA MADE MARDIKA Banjar Wijaya B 50 No.11,Cipete - Tangerang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Pajak Daerah yang dipungut oleh Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Pajak Daerah yang dipungut oleh Provinsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak adalah suatu kewajiban warga negara yang merupakan wujud pengabdian terhadap negara yang manfaatnya tidak dapat dirasakan secara langsung. Peranan Pajak sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Sebelum dan Sesudah Menjadi Pajak Daerah

BAB V PENUTUP. 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Sebelum dan Sesudah Menjadi Pajak Daerah BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi Sebelum dan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci