BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta. pusat yang sebagian besar hasilnya (90%) diserahkan kembali kepada daerah yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta. pusat yang sebagian besar hasilnya (90%) diserahkan kembali kepada daerah yang"

Transkripsi

1 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan salah satu penerimaan pemerintah pusat yang sebagian besar hasilnya (90%) diserahkan kembali kepada daerah yang memungutnya, PBB dikenakan pada 5 sektor yaitu pedesaan, perkotaan, perkebunan, kehutanan dan pertambangan. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu primadona sumber penerimaan dana yang memberikan kontribusi sebesar 10% dari APBD di Provinsi DKI Jakarta. Rapat koordinasi dilakukan agar para pemungut memberikan himbauan Wajib Pajak untuk membayar PBB tepat pada waktunya. Sebutan upaya jemput bola pun dikerahkan di masing masing wilayah guna peningkatan penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta. Wilayah Jakarta Selatan dan Pusat merupakan wilayah yang rata rata penerimaan PBB dengan bernilai tinggi dikarenakan daerah memiliki pertumbuhan yang berpotensial, sekitar 30 juta / meter untuk lahan sekitar wilayah MH. Thamrin dan Sudirman. Kemudian wilayah Jakarta Barat dan Utara, wilayah ini tersebar bangunan industri, gedung bertingkat dan mall. Sedangkan wilayah Jakarta Timur dipadati perumahan perumahan masyarakat dan wilayah Kepulauan Seribu yang merupakan wilayah perairan jakarta yang masih dalam proses perkembangan. Potensi di masing masing daerah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB diprovinsi DKI Jakarta. 58

2 Ini merupakan beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta 1. PDRB per kapita Pendapatan per kapita menunjukkan kemampuan seseorang untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, termasuk membayar pajak. Kemampuan seseorang untuk membayar pajak dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu tingkat pendapatan, jumlah kekayaan, dan besarnya pengeluaran konsumsi. Semakin tinggi tingkat pendapatan, kekayaan, dan konsumsi seseorang, berarti semakin tinggi kemampuan orang tersebut untuk membayar pajak dan berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan pajak. 2. Jumlah wajib pajak Pertumbuhan penduduk merupakan unsur penting yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Penduduk yang besar akan menggerakkan berbagai kegiatan ekonomi dan merangsang tingkat output atau produksi agregat yang lebih tinggi, dan pada alchimya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh pendapatan nasional. Peningkatan pendapatan nasional akan menaikkan NJOP, sehingga semakin tinggi beban PBB yang harus ditanggung oleh wajib pajak. Kenaikan NJOP juga dapat menciptakan wajib pajak-wajib pajak baru, di mana masyarakat yang sebelumnya tidak ditetapkan sebagai wajib pajak pada akhirnya menjadi wajib pajak baru. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah wajib pajak berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan PBB. Dengan penjelasan tersebut nampak jelas bahwa pertumbuhan penduduk bila ditangani secara serius akan menambah jumlah wajib pajak yang membayar pajak. 59

3 3. Jumlah bangunan Bangunan yang juga dijadikan objek PBB adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah (dan / atau perairan), yang diperuntukkan sebagaitempat tinggal atau tempat berusaha atau tempat yang dapat diusahakan. PBB merupakan pajak objektif, dimana pengenaan pajak didasarkan pada objek dari PBB, yaitu bumi dan / atau bangunan, sehingga otomatis yang menjadi objek pajaknya adalah bumi dan bangunan. Penerimaan PBB dipengaruhi oleh luasan (seberapa besar luas lahan) dan bangunan yang terkena pajak. 4.2 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang memiliki kontribusi untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sehingga upaya peningkatan terus dilakukan guna meningkatkan anggaran pendapatan daerah yang akan digunakan sebagai pembiayaan anggaran belanja daerah. Penerimaan Pajak bumi dan bangunan pada Provinsi DKI Jakarta selalu mencapai targetnya disetiap tahunnya. Untuk mengetahui seberapa besar penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat dari tabel berikut ini: 60

4 Tabel 4.1 Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Periode 2010 s/d 2012 Periode Rencana (Rp,-) Realisasi (Rp,-) Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah Pemprov DKI Jakarta Dari tabel diatas dapat dilihat pada setiap tahunnya rencana dan realisasi penerimaan PBB mengalami fluktuasi. Untuk rencana penerimaan PBB mengalami penurunan pada tahun 2011 dari rencana penerimaan tahun 2010 sebesar Rp dan turun menjadi Rp ini dikarenakan adanya evaluasi target yang dilakukan setiap pertengahan tahun guna pencapaian target diakhir tahun. Untuk realisasi penerimaan PBB selalu mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun sesuai dengan uraian penulis, bahwa Provinsi DKI Jakarta selalu mencapai target bahkan melebihi target disetiap tahunnya. Realisasi penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta selalu mencapai target disetiap tahunnya namun hal itu masih diperlukan kontrol yang baik guna dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta ditahun berikutnya. 4.3 Tingkat Pencapaian Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan terbesar di Indonesia, selain itu sebagai pusat pemerintahan dan juga merupakan pusat bisnis dan keuangan. Dengan 61

5 keadaan wilayah ini, maka dapat dipastikan tingkat penerimaan pajak guna meningkatkan penerimaan APBD pun sesuai target. Untuk mengetahui tingkat pencapaian PBB pada wilayah wilayah di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat dari tabel tabel berikut ini Tabel 4.2 Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran WILAYAH RENCANA (Rp,-) REALISASI (Rp,-) % Kanwil DJP Jakarta Pusat ,23% Kanwil DJP Jakarta Barat ,07% Kanwil DJP Jakarta Selatan ,77% Kanwil DJP Jakarta Timur ,26% Kanwil DJP Jakarta Utara ,04% ,30% Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta Berdasarkan tabel IV.3 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010, penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta mencapai target bahkan melebihi target dengan persentase pencapaian sebesar 115,30%. Pencapaian target tersebut didukung oleh pencapaian beberapa wilayah di Provinsi DKI Jakarta. Wilayah Jakarta Pusat merupakan wilayah Jakarta dengan pencapaian penerimaan PBB tertinggi yakni sebesar 121,23% dimana realisasi penerimaan sebesar Rp dengan target yang direncanakan sebesar Rp Sedangkan tingkat pencapaian penerimaan PBB terendah yaitu Wilayah Jakarta Selatan dengan persentase pencapaian sebesar 110,77% dimana realisasi penerimaan sebesar Rp dengan target yang 62

6 direncanakan sebesar Rp Meskipun wilayah Jakarta Selatan berada di urutan terendah dalam persentase tingkat pencapaian namun wilayah ini merupakan wilayah dengan penerimaan PBB terbesar diantara wilayah-wilayah DKI Jakarta. Secara keseluruhan tingkat pencapaian setiap Wilayah Provinsi DKI Jakarta diatas 100%. Tabel 4.3 Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran WILAYAH RENCANA (Rp,-) REALISASI (Rp,-) % Kanwil DJP Jakarta Pusat ,73% Kanwil DJP Jakarta Barat ,46% Kanwil DJP Jakarta Selatan ,61% Kanwil DJP Jakarta Timur ,66% Kanwil DJP Jakarta Utara ,28% ,34% Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta Berdasarkan tabel IV.4 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011, pencapaian penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dengan persentase sebesar 115,30% menjadi 134,34%. Wilayah Jakarta Selatan merupakan Wilayah dengan tingkat pencapaian tertinggi dengan tingkat pencapaian sebesar 150,61% dimana realisasi penerimaan PBB sebesar Rp dengan target yang telah direncanakan sebesar Rp Perolehan tertinggi PBB mayoritas dari wajib pajak yang mendapat gati rugi pembebasan tanah. Seperti 2 kelurahan, yakni Kel. Rawajati pembebasan lahan untuk pembangunan rusunami dan di Kel. Pesanggarahan terkait pembebasan Jorr Barat. 63

7 Sedangkan wilayah yang tingkat pencapaiannya terendah adalah wilayah Jakarta Utara dengan tingkat pencapaian %, dimana realisasi penerimaan PBB sebesar Rp dengan target yang direncanakan sebesar Rp Namun secara keseluruhan tingkat pencapaian penerimaan PBB setiap wilayah meningkat kecuali Wilayah Jakarta Utara. Tabel 4.4 Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran WILAYAH RENCANA (Rp,-) REALISASI (Rp,-) % Kanwil DJP Jakarta Pusat ,02% Kanwil DJP Jakarta Barat ,73% Kanwil DJP Jakarta Selatan ,03% Kanwil DJP Jakarta Timur ,21% Kanwil DJP Jakarta Utara ,65% ,73% Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta Berdasarkan tabel VI.4 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2012, tingkat pencapaian penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 134,34% menjadi 109,73%. Wilayah dengan urutan pencapaian tertinggi adalah wilayah Jakarta timur yakni sebesar 113,21% dimana realisasi penerimaan sebesar Rp dengan target yang direncanakan sebesar Rp Sedangkan wilayah dengan urutan pencapaian terendah kembali diduduki oleh Wilayah Jakarta Utara dengan tingkat pencapaian sebesar 64

8 105,65% dimana realisasi penerimaan sebesar Rp dengan target yang direncanakan sebesar Rp Gambar 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Periode 2010 s/d rencana realisasi Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta Berdasarkan tabel 2,3, dan 4 dapat dilihat bahwa antara rencana dan realisasi penerimaan PBB di masing- masing wilayah di Provinsi DKI Jakarta mengalami fluktuasi disetiap tahunnya. Wilayah Jakarta Pusat dan Selatan merupakan wilayah yang dapat menghasilkan penerimaan PBB yang cukup optimal untuk Provinsi DKI Jakarta dibandingkan dengan wilayah lainnya. Sedangkan Wilayah lainnya, khususnya wilayah Jakarta Utara masih harus terus berupaya guna pencapaian target yang optimal lagi ditahun berikutnya. Namun jika dilihat pada grafik 1, secara keseluruhan target dan realisasi penerimaan PBB di Provinsi DKI meningkat disetiap tahunnya. 4.4 Penetapan Target PBB Provinsi DKI Jakarta Penetapan Penetapan target PBB disetiap tahunnya direncanakan bersama dan dikelola oleh Badan Pengelola Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta guna 65

9 mengukur keberhasilan pencapaian penerimaan PBB pada setiap wilayah di DKI Jakarta. Penetapan target ini mempengaruhi tingkat pencapaian penerimaan di akhir tahun. Ini merupakan tabel mengenai target target PBB yang ditetapkan oleh PemProv DKI Jakarta serta laju pertumbuhan target target PBB yang ditetapkan Pemprov DKI Jakarta. Tabel 4.5 Target PBB dan Laju Pertumbuhan Target PBB Provinsi DKI Jakarta Periode 2010 s/d 2012 WILAYAH Laju 2012 Laju RENCANA (Rp,-) RENCANA (Rp,-) Pertumbuhan (%) RENCANA (Rp,-) Pertumbuhan (%) Jakarta Pusat ,02% ,43% Jakarta Barat ,48% ,01% Jakarta Selatan ,77% ,65% Jakarta Timur ,37% ,12% Jakarta Utara ,99% ,70% ,44% ,76% Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta Berdasarkan data yang diperoleh, disetiap tahunnya target yang ditetapkan mengalami fluktuasi, ini dikarenakan setiap penetapan target PBB melalui beberapa tahapan. Tahapan itu dilakukan agar dapat mencapai target diakhir tahun. Tahapan tersebut juga melakukan perimbangan dengan target APBD yang telah ditetapkan. Realiasasi penerimaan PBB diakhir tahun menjadi dasar penetapan target PBB diawal tahun, kemudian dipertengahan tahun akan ada evaluasi dimana yang menjadi dasar pengukuran adalah evaluasi pencapaian target pertengahan tahun lalu maka akan adanya 66

10 perubahan apabila pencapaian pertengahan tahun dibawah atau melebihi rata rata persentase pencapaian pertengahan tahun sebelumnya. Gambar 4.2 Laju Penetapan Target PBB di Provinsi DKI Jakarta Periode 2010 s/d Kanwil DJP Jakarta Pusat Kanwil DJP Jakarta Barat Kanwil DJP Jakarta Selatan Kanwil DJP Jakarta Timur Kanwil DJP Jakarta Utara Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta Berdasarkan Grafik diatas, ini sangat jelas terlihat Target yang ditetapkan pada Tahun 2011, hanya Wilayah Jakarta Pusat yang mengalami kenaikan penetapan target diantara wilayah lainnya yang mengalami penurunan penetapan target dikarenakan pada Tahun 2010, Wilayah Jakarta Pusat dapat mencapai target dengan persentanse tertinggi diantara Wilayah wilayah lain. Sedangkan pada wilayah lain mengalami penurunan penetapan target ditahun 2011 dikarenakan pada tahun sebelumnya meskipun sudah sesuai dengan target namun kurang optimal sehingga guna pencapaian yang optimal ditahun berikutnya maka target disesuaikan ditahun Selain itu, pada tahun 2011, merupakan masa 67

11 transisi perencanaan PBB didaerahkan namun yang akhirnya mulai ditetapkan sebagai pajak daerah per 1 januari Pada tahun 2012, semua Wilayah mengalami kenaikan targtet dikarenakan pada tahun 2011 pencapaian atas target masing masing wilayah cukup optimal dibanding tahun sebelumnya. Secara keseluruhan persentase pencapaian target PBB Provinsi DKI Jakarta mencapai persentase 134,34%. Perubahan target tersebut dilakukan guna pencapaian penerimaan PBB dapat mencapai target bahkan melebihi target yang telah ditetapkan sehingga dapat dilihat realisasi penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta disetiap tahunnya dapat mencapai target diatas 100%. 4.5 Kontribusi Penerimaan PBB Terhadap Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan dibagi untuk Pemerintah Pusat dan Daerah dengan imbangan 90 % untuk Pemerintah Daerah dan 10% untuk Pemerirntah Pusat. Penerimaan PBB untuk Pemerintah Daerah akan berkontribusi kepada APBD. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta terhadap APBD dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.6 Kontribusi Penerimaan PBB Terhadap Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2010 s/d 2012 TAHUN APBD (Rp,-) PBB-P2 (Rp,-) (%) 11,42 10,65 8,92 7,34 Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah Pemprov DKI Jakarta 68

12 Dilihat dari tabel diatas, penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta memiliki kontribusi rata rata dibawah 10% untuk APBD. Pada setiap tahunnya kontribusi penerimaan PBB menurun dikarenakan persentase kenaikan Anggaran APBD yang semakin melaju lebih tinggi dibandingkan laju penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta meskipun peningkatan penerimaan PBB terjadi disetiap tahunnya. Hal ini juga dikarenakan pembagian hasil penerimaan PBB yang dibagi untuk pemerintah daerah dan pemerintah pusat, sehingga PBB tidak dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi APBD Provinsi DKI Jakarta. Oleh sebab itu, mulai per 1 januari 2013, sesuai dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang disah kan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 15 September tahun 2009, maka seluruh daerah Provinsi maupun Kabupaten termasuk Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta memperoleh perluasan objek pajak daerah sebagai sumber penghasilan tambahan dalam penyelenggaraan pembangunan dan urusan pemerintahan lainnya. Perluasan objek pajak bagi daerah yang diatur dalam Undang- Undang tersebut meliputi pendaerahan objek Pajak Bumi dan Bangunan yang tadinya sebagai pajak pusat, akan dialihkan menjadi pajak daerah. Adanya pendaerahan jenis pungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang diamanatkan oleh pemerintah pusat selambat-lambatnya Januari tahun 2013, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keuangan daerah yang selama ini dirasakan belum mencukupi. Oleh karena itu dengan penambahan jenis pajak baru serta keleluasaan dalam menerapkan tarif pajak daerah (diskresi tarif) sebagaimana diamanatkan Undangundang Nomor 28 Tahun 2009, Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 69

13 dapat mengoptimalkan pendapatan daerah dalam pembiayaan APBD paralel dengan peningkatan pelayanan bagi masyarakat. Dengan adanya pendaerahan Pajak Bumi dan Bangunan, daerah memiliki kewenangan yang lebih besar untuk mengatur rumah tangganya sendiri, baik dari aspek perencanaan, keuangan, maupun pelaksanaan.dengan menganut prinsip keadilan, maka dalam kebijakan otonomi daerah tak hanya mengatur peningkatan wewenang dan tanggung jawab Daerah tetapi juga upaya kemandirian daerah dengan memberikan kebebasan menggali sumber penerimaannya sendiri. 4.6 Pelaksanaan Penyampaian SPPT PBB di Provinsi DKI Jakarta SPPT PBB merupakan salahsatu sarana utama yang digunakan pemerintah dalam melaksanakan pemungutan pajak bumi dan bangunan. Di Provinsi DKI Jakarta pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan diatur dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 81 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Koordinasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta dan menindaklanjuti Surat Tugas Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta tentang Tim Penyampaian SPPT-PBB. Pelaksanaan koordinasi pemungutan pajak bumi dan bangunan di Provinsi DKI Jakarta dengan SPPT-PBB melalui beberapa prosedur. Untuk mengetahui pelaksanaan penyampaian SPPT PBB dan jumlah SPPT PBB yang disampaikan dapat dilihat ditabel berikut ini. 70

14 Tabel 4.7 Jumlah SPPT PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2010 Jumlah Jumlah Jumlah Wilayah SPPT PBB SPPT PBB SPPT PBB yang diterima yang disampaikan belum disampaikan Wilayah Jakarta Pusat Wilayah Jakarta Barat Wilayah Jakarta Selatan Wilayah Jakarta Timur Wilayah Jakarta Utara Wilayah Kep. Seribu Sumber data Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta Tabel diatas merupakan jumlah SPPT PBB Tahun 2010 yang diterima oleh Tim Penyampaian SPPT tingkat Kelurahan masing-masing wilayah, jumlah SPPT PBB Tahun 2010 yang telah disampaikan oleh Tim Penyampaian SPPT tingkat Kelurahan masing-masing wilayah dan jumlah SPPT PBB Tahun 2010 yang belum disampaikan oleh Tim Penyampaian SPPT tingkat Kelurahan masing-masing wilayah. Sebelum pelaksanaan kegiatan penyampaian SPPT PBB, BPKD menyebarluaskan informasi kegiatan penyampaian SPPT PBB kepada masyarakat selama 2 minggu sebelum waktu penyampaian baik melalui brosur brosur, spanduk dan pelayanan melalui media lainnya. Informasi yang disampaikan meliputi batas waktu dan tempat pengambilan/penyampaian SPPT PBB, SPPT PBB dapat diambil oleh wajib pajak yang bersangkutan atau kuasanya, tentang jatuh tempo pembayaran serta 71

15 pemberitahuan bahwa SPPT PBB dapat dibayar pada Bank Persepsi dan Bank lainnya yang ditunjuk. Tahap Penyampaian SPPT PBB dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. SPPT PBB buku I s.d buku V dalam satu Wilayah Kalurahan oleh KPP Pratama terlebih dahulu dikelompokan kedalam satuan Wilayah RT/Blok dan dilengkapi dengan daftar nama dan alamat Wajib Pajak pada tiap-tiap RT/Blok. b. SPPT PBB Buku I s.d Buku IV dan DHKP secara utuh semua wajib pajak diserahkan oleh KPP Pratama kepada Kepala Kelurahan selaku penanggung jawab Tim Kerja pelaksanaan penyampaian SPPT PBB dengan Berita Acara Penyerahan SPPT PBB. c. SPPT Buku V (tanpa DHKP) diserahkan kepada WP oleh KPP Pratama.KPP Pratama membuat Berita Acara sebagaimana tersebut pada huruf b, dibuat dalam rangkap 5 (lima) untuk disistribusikan kepada Badan Pengelola Keuangan Daerah, Kepala KPP Pratama, Wakil/Bupati, Camat, dan Lurah. d. Berita Acara Penyerahan SPPT PBB ditandatangani oleh Kepala KPP Pratama sebagai pihak yang menyerahkan SPPT PBB, Lurah selaku penanggung jawab sebagai pihak penerima SPPT PBB, dan Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan sebagai saksi. e. SPPT PBB yang telah dihimpun per wilayah RT/Blok kemudian oleh Lurah diserahkan kepada anggota TIM Koordinasi. 72

16 f. SPPT PBB dapat disampaikan melalui beberapa tahapan, diantaranyatahap Pertama, SPPT PBB disampaikan oleh petugas selaku anggota TIM Kerja secara langsung kepada wajib pajak atau kuasanya (door to door) dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari.untuk memenuhi batas waktu 15 (lima belas) hari penyampaian SPPT PBB, Lurah dapat menugaskan staf Kalurahan atau lembaga masyarakat (petugas RT/RW, Karang Taruna) untuk menyampaikan SPPT PBB kepada Wajib Pajak, dan penyampaian SPPT PBB Tahap Pertama dilakukan secara serentak dalam satu wilayah Kecamatan.Tahap Kedua, terhadap SPPPBB yang belum tersampaikan pada tahap pertama diserahkan kembali kepada KPP Pratama setempat. SPPT PBB yang disampaikan pada tahap kedua adalah SPPT PBB yang belum tersampaikan pada penyampaian SPPT PBB tahap pertama yang dilakukan oleh petugas KPP Pratama. Struk SPPT yang disampaikan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dengan mencantumkan tanggal saat SPPT PBB tersebut diterima wajib pajak atau kuasanya dan selanjutnya dihimpun oleh petugas kelurahan secara berkala diserahkan ke KPP Pratama dengan cara diantaranya : 1. Melalui Tim Kerja a. Struktur SPPT buku I s.d buku IV dari wajib pajak yang telah dihimpun oleh Tim Kerja diserahkan oleh Lurah kepada KPP Pratama setiap hari senin dengan menggunakan formulir penyerahan struk yang dibuat rangkap 3 (tiga) untuk 73

17 didistribusikan kepada Kepala KPP Pratama, Walikota, dan Kelurahan. b. Struk SPPT yang diterima dari Kelurahan dikompilasi sebagai bahan laporan disampaikan kepada Walikota dan Badan Pengelola Keuangan Daerah. c. BPKD menerima laporan rekapitulasi struk SPPT yang diterima KPP Pratama sebagai hasil kompilasi yang diterima Kelurahan melalui Walikota. 2. Melalui KPP Pratama a. Struk SPPT PBB buku V yang disampaikan oleh KPP Pratama kepada WP setiap hari Senin melaporkan penerimaan Struk SPPT-PBB tersebut kepada Kanwil Direktorat Jendral Pajak dengan tembusan Badan Pengelola Keuangan Daerah dan Kota Administrasi/ Kabupaten Administrasi. b. BPKD menerima rekapitulasi penyampaian Struk SPPT-PBB tersebut dari KPP Pratama. 74

18 Tabel 4.8 Jumlah SPPT PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2011 Jumlah Jumlah Jumlah Wilayah SPPT PBB SPPT PBB SPPT PBB yang diterima yang disampaikan yang belum disampaikan Wilayah Jakarta Pusat Wilayah Jakarta Barat Wilayah Jakarta Selatan Wilayah Jakarta Timur Wilayah Jakarta Utara Wilayah Kep. Seribu Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta Seperti tahun sebelumnnya, Pelaksanaan kegiatan penyampaian SPPT PBB, dimulai dengan BPKD yang menyebarluaskan informasi kegiatan penyampaian SPPT PBB kepada masyarakat selama 2 minggu sebelum waktu penyampaian baik melalui spanduk. Informasi yang disampaikan meliputi tempat pengambilan SPPT PBB dan tanggal pengambilan. Informasi ini melalui spanduk yang dipasang ditempat tempat strategis, diharapkan agar masyarakat dapat mengetahui mengenai informasi tersebut. Pelaksanaan penyampaian SPPT PBB di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan oleh Tim penyampaian SPPT PBB tingkat Kelurahan yang terdiri dari aparat Kelurahan dan aparat Direktorat Jenderal Pajak/aparat KPP Pratama yang ada di masing-masing Kota /Kabupaten Administrasi berdasarkan Surat Tugas dari masing-masing wilayah; Tim Pemantauan Pelaksanaan Penyampaian SPPT-PBB Provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari Aparat BPKD, Biro Tata Pemerintahan, dan Kanwil DJP berdasarkan 75

19 Surat Tugas Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 820/ , tentang Pemantauan Pelaksanaan Penyampaian SPPT-PBB di Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2011 telah melakukan pemantauan ke 5 (lima) wilayah kota administrasi, dan menemukan beberapa kendala yang menyebabkan belum tersampaikannya SPPT PBB Tahun 2011, diantaranya adalah sebagai berikut; a. Alamat Subjek Pajak tidak ditemukan atau tidak diketahui. b. Adanya SPPT PBB Ganda/Double SPPT PBB. c. Pemilik Objek Pajak tidak ada ditempat. SPPT PBB yang belum disampaikan tersebut, sudah dikembalikan ke masingmasing KPP Pratama. Secara keseluruhan setiap tahunnya pada periode 2010 s/d 2012 pelaksanaan penyampaian dan pemungutan memiliki kesamaan prosedur. Untuk mengetahui jumlah SPPT PBB yang disampaikan dapat dilihat dari tabel berikut ini. 76

20 Tabel 4.9 Jumlah SPPT PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2012 Jumlah Jumlah Jumlah Wilayah SPPT PBB SPPT PBB SPPT PBB yang diterima yang disampaikan belum disampaikan Wilayah Jakarta Pusat Wilayah Jakarta Barat Wilayah Jakarta Selatan Wilayah Jakarta Timur Wilayah Jakarta Utara dan Kep. Seribu Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta Sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pemberian Biaya Operasional Penyampaian SPPT PBB dan Pengadministrasian Struk PBB, serta Surat Tugas Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1358/1.724 tentang Pelaksanaan Pengadministrasian Struk PBB Tahun 2012 di Provinsi DKI Jakarta. Pengadministrasian Struk PBB melalui berapa tahapan, sebelum dilakukan pengadministrasian maka dilakukan penyampaian SPPT PBB. Setelah kegiatan penyampaaian SPPT PBB dilaksanakan sebagaimana mestinya selanjutnya Tim kelurahan melakukan kegiatan sebagai berikut 1. Menghimpun Struk SPPT PBB per RT/Blok 2. Menyampaikan Struk SPPT PBB yang diterima dari Wajib Pajak ke KPP Pratama setempat 3. Melaporkan penyampaian Struk SPPT PBB kepada Tim Kecamatan. 77

21 Berdasarkan Laporan dari Tim Kelurahan, Tim Kecamatan selanjutnya melaksanakan kegiatan sebagai berikut 1. Mengadministrasikan Struk SPPT PBB dari masing masing Kelurahan. 2. Memantau perkembangan penyampaian SPPT PBB dan pengadministrasian Struk SPPT PBB yang disampaikan Tim Kelurahan. 3. Menghimpun laporan penyampaian SPPT PBB pengadminitrasian Struk SPPT PBB dari masing masing Tim Kelurahan kepada Tim Kota/Kabupaten Administrasi Setelah laporan dari Tim Kecamatan, Tim Kota/Kabupaten selanjutnya melaksanakan kegiatan sebagai berikut 1. Memantau perkembangan penyampaian SPPT PBB dan pengadministrasian Struk SPPT PBB yang disampaikan Tim Kelurahan maupun Tim Kecamatan 2. Menerima laporan penyampaian SPPT PBB dan pengadministrasian Struk SPPT PBB dari masing masing Tim Kecamatan 3. Membuat daftar penyampaian SPPT PBB dan pengadministrasian Struk SPPT PBB dari masing masing Kelurahan dan Kecamatan. 4. Melaporkan hasil pemantauan perkembangan penyampaian SPPT PBB dan pengadministrasian Struk SPPT PBB kepada Tim Provinsi melalui Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta. 78

22 4.7 Hambatan dalam Pencapaian Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Dalam pelaksanaan pemungutan guna mengoptimalkan pencapaian penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta mengalami beberapa hambatan. Hambatan ini berasal dari pihak pemungut pajak maupun dari pihak wajib pajak. Secara keseluruhan pada dari periode anggaran 2010 s/d 2012 PemProv DKI Jakarta mengalami hambatan hambatan dalam pencapaian penerimaan PBB seperti berikut ini a. Jakarta Pusat 1) Banyak Wajib Pajak yang sudah melunasi pembayaran PBB pada Bank Tempat Pembayaran tidak terekam pada basis data sehingga dalam print out untuk diberikan himbauan masih muncul padahal telah dilunasi. 2) Perlu perbaikan dan evaluasi sistem pembayaran online System, mengingat masih banyak kendala dilapangan. 3) Masih banyak Wajib Pajak potensial menunggak PBB terutama Wajib Pajak yang ada kaitannya dengan aset sekretariat negara, kepada mereka sudah dihimbau maupun diundang ke Kantor Walikota Jakarta Pusat. b. Jakarta Utara 1) Masih terdapat SPPT PBB yang dikembalikan ke KPP Pratama disebabkan beberapan hal seperti : 79

23 lembaran SPPT ganda, obyek/alamat tidak jelas, perbedaan luas tanah/bangunan dan SPPT tanah yang masih dalam proses hukum. Khusus lokasi tanah yang bermasalah perlu dicermati apakah perlu atau tidak diterbitkan SPPTnya. 2) Keterlambatan penyampaian SPPT PBB dari KPP Pratama kepada Kelurahan dan dari Kelurahan kepada Wajib Pajak (masyarakat). 3) Masih Kurang optimalnya koordinasi, Integrasi dan sinkronisasi antara unsur yang terkait dengan pemungutan PBB seperti KPP Pratama, Kecamatan, dan Kelurahan, seperti sosialisasi kepada Wajib Pajak (masyarakat) terutama kepada Wajib Pajak yang menunggak. 4) Masih Belum optimalnya pelaksanaan proses penagihan kepada para wajib pajak yang menunggak. 5) PT. Bank DKI Jakarta di Kota Administrasi Jakarta Utara sebagai Bank Operasional penerima pembayaran PBB masih sangat terbatas jumlahnya, sehingga sangat menyulitkan masyarakat / wajib pajak yang lokasi tempat tinggalnya relatif jauh dari PT. Bank DKI Jakarta. 80

24 c. Jakarta Barat 1) Masih terdapat SPPT PBB bermasalah dengan jumlah yang cukup besar akibat belum adanya batasbatas yang jelas SPPT dikategorikan sebagai SPPT bermasalah yang diperparah oleh kurangnya pemahaman aparat yang bertugas menyampaikan SPPT PBB. 2) Kurang gencarnya dilakukan pembenahan atas basis data Sismiop pada jajaran Direktorat Jenderal Pajak. 3) Terdapat kawasan dimana wajib pajak kurang dapat memanfaatkan secara optimal bumi/bangunan yang ditetapkan menjadi objek pajak, sehingga dilematis dengan teori bahwa PBB dikenakan atas manfaat yang diperoleh wajib pajak. d. Jakarta Selatan 1) Di wilayah Jakarta Selatan SPPT masih banyak yang alamatnya salah, double, kesalahan nama, tidak ditemukan objeknya. 2) Banyak terbitnya SPPT pada tanah yang telah berubah fungsi menjadi taman, atau fungsi lainnya. 3) Adanya SPPT PBB yang terbit atas nama induk, walaupun telah diusulkan bahwa tanah tersebut telah dipecah manjadi bebarapa bagian, sehingga induk 81

25 tetap terbit SPPT PBB disamping pecahannya juga terbit SPPT PBBnya. 4) Banyaknya tanah yang telah menjadi jalan tol, belum pendataan ulang terhadap objek pajak tersebut. 5) Banyaknya NJOP yang tidak sama walaupun dalam 1 (satu) lokasi telah berubahnya bangunan, sehingga perlunya pendataan ulang terhadap bangunan e. Jakarta Timur 1) Masih kurangnya koordinasi dan komunikasi antara perangkat Kota Administrasi, Kecamatan dan Kelurahan dengan Kanwil DJP Jakarta Timur dan KPP Pratama dalam pengelolaan PBB khususnya mengenai permasalahan SPPT PBB. 2) Perlunya ditingkatkan kegatan operasi sisir, jemput bola dan lainnya untuk pengamanan penerimaan PBB di wilayah Jakarta Timur. 3) Masih kurang optimalnya pelayanan kepada Wajib Pajak yang bermasalah di wilayah Jakarta Timur. Berdasarkan data diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa Provinsi DKI Jakarta mengalami hambatan hambatan sebagai berikut ini a. Masih kurangnya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar unsur yang terkait dengan pemungutan PBB seperti KPP Pratama, Kecamatan dan Kelurahan, seperti 82

26 sosialisasi wajib pajak (masyarakat) terutama wajib pajak yang menunggak. b. Di tingkat wilayah masih adanya SPPT PBB yang alamatnya tidak sesuai dengan yang sebenarnya. c. Masih adanya SPPT PBB yang terbit atas nama Induk, walaupun telah diusulkan bahwa tanah tersebut telah dipecah menjadi beberapa bagian, sehingga induk tetap terbit SPPT PBBnya disamping pecahannya juga terbit SPPTnya. d. Banyaknya tanah yang telah menjadi jalan tol, tetapi belum didata ulang data objeknya. e. Banyaknya NJOP yang tidak sama walaupun dalam satu lokasi telah berubah bangunan, sehingga perlu adanya pendataan ulang terhadap objek pajaknya. f. Masih kurang optimalnya pelaksanaan proses penagihan kepada para wajib pajak yang menunggak. 4.8 Upaya Upaya Peningkatan Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta pada periode 2010 s/d 2012 meningkat dari tahun ketahunnya, ini jelas tidak terlepas dari upaya upaya yang dilakukan oleh PemProv DKI Jakarta untuk mengoptimalkan penerimaan PBB. Upaya upaya yang dilakukan oleh masing masing Wilayah di DKI Jakarta sebagai berikut ini 83

27 a. Jakarta Pusat Koordinasi terus dilaksanakan dengan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wilayah Jakarta Pusat, sehingga tingkat pencapaian penerimaan PBB dapat meningkat. b. Jakarta Utara 1) Melakukan himbauan kepada masyarakat baik secara tertulis maupun lisan tentang arti penting dan manfaat pembayaran PBB. 2) Mengadakan pertemuan dengan Instansi terkait sebagai evaluasi penerimaan PBB dan Pengamanan Penerimaan serta membahas hambatan yang terjadi dalam pemungutan PBB 3) Melaksanakan penagihan kepada para wajib pajak yang menunggak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4) Melakukan kegiatan jemput bola untuk meningkatkan penerimaan PBB di Wilayah Jakarta Utara. c. Jakarta Barat 1) Melaksanakan dan meningkatkan koordinasi dengan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wilayah Jakarta 84

28 Barat untuk meingkatkan penerimaan dan pengamanan PBB Tahun. 2) Akselerasi penerimaan PBB dari komponen pokok, diantaranya dengan pelaksanaan operasi jemput bola PBB untuk menjaring penerimaan 3) Perlu didefinisikan dengan lebih baik kategori SPPT bermasalah diikuti dengan sosialisasi kepada petugas penyampaian SPPT PBB serta pembenahan basis data SISMIOP pada jajaran Direktorat Jenderal Pajak 4) Untuk mengatasi kesulitan penyampaian SPPT PBB Buku V oleh KPP Pratama melalui Account Representative dilakukan kerjasama dengan aparat pemerintah daerah tingkat Kecamatan dan Kelurahan. Namun demikian kedepan perlu disusun kebijakan yang lebih tegas mengenai peran, fungsi dan kedudukan Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan dalam penyampaian SPPT PBB Buku V. d. Jakarta Selatan 1) Membuat Surat Himbauan secara intensif pembayaran PBB dari Kelurahan kepada warganya, sehingga diharapkan mempermudah kepada wajib pajak untuk membayar PBB ditempat yang terdekat, dapat menghemat waktu dan tenaga. 85

29 2) Melaksanakan jemput bola secara berkesinambungan yang dilaksanakan di Kecamatan dan Kelurahan sesuai dengan kesepakatan bersama. 3) Melaksanakan rapat koordinasi para wakil Camat dan Instansi terkait setiap hari rabu di ruang rapat Wakil Walikota Jakarta Selatan. 4) Melaksanakan sosialisasi dalam berbagai macam bentuk (sapnduk, pemanfaatan media elektronik tv, radio, serta penyebaran leaflet) 5) Membuat panggilan kepada Wajib Pajak potensial ke Walikota Jakarta Selatan, dimana para Wajib Pajak membuat Surat Pernyataan kesediaan pembayaran PBB. e. Jakarta Timur 1) Untuk pengamanan target penerimaan PBB terus dilakukan upaya peningkatan koordinasi dan komunikasi antara perangkat Kota Administrasi, Kecamatan dan Kelurahan dengan Kanwil DJP Jakarta Timur, dan hal ini sangat penting dilakukan menjelang beralihnya pengelolaan PBB ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2) Melaksanakan pembinaan kepada para Lurah yang pencapaian penerimaan PBB terendah, hal ini 86

30 dimaksudkan agar perangkat Kelurahan lebih menggiatkan kegiatan operasi sisir atau jemput bola Berdasarkan data diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa Provinsi DKI Jakarta melakukan upaya upaya sebagai berikut guna meningkatkan penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta a. Perlu ditngkatkan lagi koordinasi yang selama ini telah baik agar lebih intensif dan lebih baik lagi untuk pengamanan penerimaan PBB. b. Berkoordinasi dengan KPP Pratama agar tidak timbul lagi adanya data objek pajak PBB yang tidak sesuai dengan alamatnya. c. Perlunya pendataan ulang terhadap objek pajak karena objeknya sudah berubah. d. Memonitor kembali penyampaian SPPT PBB pada tingkat Kelurahan atau petugas yang menyampaikan dan perlunya penyempurnaan Basis Data PBB sehingga tidak menimbulkan SPPT PBB bermasalah. e. Perlu melaksanakan rekonsiliasi penerimaan PBB per Wilayah setiap bulannya, sehingga realiasasi penerimaan dapat selalu dimonitor. f. Melaksanakan penagihan aktif kepada para wajib pajak yang menunggak sesuai dengan ketentuan yang berlaku terutama bagi para wajib pajak. 87

BERITA DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 81 Tahun 2014 Seri 4 Nomor B PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENERBITAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG DAN SURAT KETETAPAN

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor

BAB 4 PEMBAHASAN. Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Penyusunan Target Penerimaan PBB KPP Pratama Serpong Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor pajak semakin besar dan semakin penting yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DARI BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi Sebagai salah satu wujud pelaksanaan otonomi daerah, maka Pemerintah Kota Bekasi terus berupaya mengelola sumber-sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 22 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM INSTANSI 1. Sejarah Berdirinya Instansi Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENERBITAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENERBITAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENERBITAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 menyelesaikan berbagai permasalahan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

2 menyelesaikan berbagai permasalahan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.117, 2014 PERATURAN BERSAMA. Pengalihan. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Pajak Daerah. Tahapan. Pencabutan. PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PERSIAPAN PENGALIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN SEBAGAI PAJAK DAERAH DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15/PMK.07/2014 NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15/PMK.07/2014 NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15/PMK.07/2014 NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TAHAPAN PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN I DEWA MADE MARDIKA Banjar Wijaya B 50 No.11,Cipete - Tangerang,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR : 45 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR : 45 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR : 45 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN, PENERBITAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEBERITAHUAN PAJAK TERUTANG (SPPT) PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di dalam suatu negara merupakan kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan, yang bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

: Tugas dari Petugas pemungut pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan sebagaimana dimaksud pada diktum kedua adalah: 1. Bupati Banyuwangi,

: Tugas dari Petugas pemungut pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan sebagaimana dimaksud pada diktum kedua adalah: 1. Bupati Banyuwangi, BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/170/KEP/429.011/2016 TENTANG PENUNJUKAN DAN PENGANGKATAN PETUGAS PEMUNGUT SERTA PENETAPAN BESARNYA INSENTIF PAJAK BUMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan untuk meningkatkan kesajahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK PADA KPDJP A. KOMPILASI PERATURAN PELAKSANAAN PBB-P2, SOP PBB-P2, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN DJP SERTA APLIKASI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2013 TENTANG PEMELIHARAAN BASIS DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM RANGKA

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-61/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PERSIAPAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SEBAGAI PAJAK TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus

Lebih terperinci

b. Melaksanakan pembinaan dan pengarahan guna peningkatan pendapatan PBB; c. Mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. 2.

b. Melaksanakan pembinaan dan pengarahan guna peningkatan pendapatan PBB; c. Mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. 2. BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 336 /KEP/429.011/2013 TENTANG PENUNJUKAN DAN PENGANGKATAN APARAT PENUNJANG DAN APARAT PELAKSANA PEMUNGUTAN DAN PENETAPAN PENGGUNAAN BIAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak mempunyai peran penting dalam kehidupan bernegara terutama dalam menjalankan pemerintahan di suatu negara, karena diperlukan sumber daya untuk melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

a. Menetapkan kebijakan daerah di bidang pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah; b. Melaksanakan pembinaan dan pengarahan guna peningkatan

a. Menetapkan kebijakan daerah di bidang pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah; b. Melaksanakan pembinaan dan pengarahan guna peningkatan BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/745/KEP/429.011/2013 TENTANG PENUNJUKAN DAN PENGANGKATAN PEJABAT DAN PEGAWAI INSTANSI PELAKSANA PEMUNGUTAN DAN PEMUNGUT SERTA PENETAPAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN PAJAK DAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK DAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Januari 2016 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG PETUNJUK KEGIATAN EKSTENSIFIKASI, PENDAFTARAN,

Lebih terperinci

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang utama, karena itu peranan sektor pajak sangat besar, terutama untuk menunjang keberhasilan pembangunan pada

Lebih terperinci

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN S A L I N A N BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN BENTUK, ISI, TATA CARA, PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK, SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG DAN SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH PAJAK BUMI

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NOMOR : 213/PMK.07/2010 NOMOR : 58 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI NOMOR : 213/PMK.07/2010 NOMOR : 58 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 213/PMK.07/2010 NOMOR : 58 TAHUN 2010 TENTANG TAHAPAN PERSIAPAN PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SEBAGAI PAJAK

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KOTA SURABAYA WALIKOTA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

MEMUTUSKAN : Menetapkan : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 107, 2012 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 107 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PENETAPAN TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi oleh penerimaan minyak (migas) kemudian didominasi oleh penerimaan non migas yaitu dari perpajakan.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENILAIAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENILAIAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENILAIAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa Pajak Bumi dan Bangunan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres BAB III OBYEK PENELITIAN III.1. Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres adalah instansi vertikal Direktorat

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN BPHTB SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KP DJP

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN BPHTB SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KP DJP LAMPIRAN I TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN BPHTB SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KP DJP KOMPILASI PERATURAN PELAKSANAAN BPHTB, SOP BPHTB, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 186/PMK.07/2010 NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG TAHAPAN PERSIAPAN PENGALIHAN BEA PEROLEHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 274 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 274 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 274 TAHUN 2015 TENTANG PENUNJUKAN PETUGAS PEMBANTU PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), karena melalui pajak pemerintah dapat membiayai pengeluaran negara

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 1 Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 40 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA MUTASI SEBAGIAN / SELURUHNYA OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA MUTASI SEBAGIAN / SELURUHNYA OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA MUTASI SEBAGIAN / SELURUHNYA OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.045/2007 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.045/2007 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.045/2007 TENTANG KEBIJAKAN PENAGIHAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Dalam rangka mendukung tercapainya rencana penerimaan pajak, perlu dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, PERATURAN BUPATI KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WORKING PAPER ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT PBB PADA KECAMATAN KEBON JERUK

WORKING PAPER ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT PBB PADA KECAMATAN KEBON JERUK WORKING PAPER ANALISA FAKTOR PENGHAMBAT PBB PADA KECAMATAN KEBON JERUK Alief Widho Zainuddin Bina Nusantara University, l. Kb. Jeruk Raya No.27, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 54 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 54 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 54 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO Sebelum memasuki pembahasan mengenai peranan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Pemerintah dalam penerapan otonomi daerah, memberikan kewenangan kepada daerah untuk dapat mengurus dan mengatur sendiri urusan di daerahnya. Otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai segala kebutuhannya. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai segala kebutuhannya. Tidak terkecuali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah negara dalam menjalankan pemerintahannya tentu saja memerlukan dana untuk membiayai segala kebutuhannya. Tidak terkecuali Indonesia. Sebagai negara berkembang,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.061/7200/SJ Tanggal 21 Maret

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi. Dinas Pendapatan Kabupaten Kuantan Singingi adalah merupakan salah satu dinas yang diberi

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN. akan masuk ke kas negara, komponen utama penerimaan dalam APBN.

BAB III PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN. akan masuk ke kas negara, komponen utama penerimaan dalam APBN. BAB III PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN A. Pengertian Pajak Pusat Pajak pusat atau Pajak Negara adalah semua jenis pajak yang lembaga pemungutnya adalah pemerintah

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. diambil kesimpulan bahwa pemungutan PBB sejak tahun 2008 sampai tahun 2012

BAB 5 PENUTUP. diambil kesimpulan bahwa pemungutan PBB sejak tahun 2008 sampai tahun 2012 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan paparan di atas, temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemungutan PBB sejak tahun 2008 sampai tahun 2012 sudah efektif hal ini terlihat

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 124 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 124 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 124 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN KERINGANAN POKOK DAN PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang

Lebih terperinci

Kini PBB Menjadi Pajak Daerah!

Kini PBB Menjadi Pajak Daerah! Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Kini PBB Menjadi Pajak Daerah! Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi: Account Representative Pengalihan PBB Perdesaan & Perkotaan Panduan ini hanya bersifat

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 30 TAHUN TENTANG TATA CARA PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 30 TAHUN TENTANG TATA CARA PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 30 TAHUN 20122 TENTANG TATA CARA PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Boyolali. Ekstensifikasi Pajak merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURANWALIKOTASURAKARTA TENTANG PENGELOLAANADMINISTRASIPAJAKBUMI DAN BANGUNAN PERDESAANDANPERKOTAAN WALIKOTASURAKARTA,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURANWALIKOTASURAKARTA TENTANG PENGELOLAANADMINISTRASIPAJAKBUMI DAN BANGUNAN PERDESAANDANPERKOTAAN WALIKOTASURAKARTA, WALIKOTA SURAKARTA PERATURANWALIKOTASURAKARTA NOMOR \~ TAHUN ~O\P. TENTANG PENGELOLAANADMINISTRASIPAJAKBUMI DAN BANGUNAN PERDESAANDANPERKOTAAN WALIKOTASURAKARTA, Menimbang a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1. Pengertian Pajak Pajak secara umum adalah iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan undang undang tanpa mendapatkan jasa timbal balik langsung.

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 19 TAHUN 2016

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 19 TAHUN 2016 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 123 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 32 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 32 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 32 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

Lebih terperinci

2 memberikan kepastian hukum, perlu mengatur ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan dan penelitian Pajak Bumi dan Bangunan; d. bahwa berdasarkan per

2 memberikan kepastian hukum, perlu mengatur ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan dan penelitian Pajak Bumi dan Bangunan; d. bahwa berdasarkan per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2015, 2014 KEMENKEU. Pajak Bumi Dan Bangunan. Penelitian. Pemeriksaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penelitian Persyaratan Permohonan 1. Pemenuhan Kesesuaian dan Kelengkapan Dokumen Permohonan Pemenuhan kesesuaian dan kelengkapan dokumen permohonan ini

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 63 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENERBITAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGUNAAN JASA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) KEPADA DESA, KELURAHAN DAN

Lebih terperinci

1 of 11 7/26/17, 12:19 AM

1 of 11 7/26/17, 12:19 AM 1 of 11 7/26/17, 12:19 AM KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-24/PJ/2016 TENTANG TATA CARA PENILAIAN UNTUK PENENTUAN NILAI JUAL

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d.

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d. ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d. 2016 Khairiah (Universitas Lambung Mangkurat) ABSTRAK Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.573, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak Bumi dan Bangunan. Sektor Pertambangan. Penatausahaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK.03/2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH, PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU

Lebih terperinci

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010 Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan Nomor, tanggal 11/PMK.07/2010 25 Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 5 TAHUN

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 5 TAHUN BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN KERINCI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Kritikan terhadap Bunyi Beberapa Pasal Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Kritikan terhadap Bunyi Beberapa Pasal Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kritikan terhadap Bunyi Beberapa Pasal Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Darwin Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pajak Jl. Sakti Raya No.1 Kemanggisan,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.01,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pembayaran, penyetoran, Pajak Bumi & Bangunan Perdesaan & Perkotaan.

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN YANG SUDAH KEDALUWARSA

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci