Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Kerinci. Tabel 1.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci Menurut Kecamatan Keadaan Tahun 2016.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Kerinci. Tabel 1.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci Menurut Kecamatan Keadaan Tahun 2016."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI 1. KEDUDUKAN DAN LETAK GEOGRAFIS Kabupaten Kerinci secara yuridis dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 58 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 21 Tahun 1957 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II dalam Lingkungan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah sebagai Undang- Undang. Selanjutnya pada tahun 2008, wilayah Kabupaten Kerinci dimekarkan dengan dibentuknya Kota Otonom Sungai Penuh berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi. ujung barat Kabupaten Kerinci merupakan salah satu wilayah yang terletak pada Provinsi Jambi, tepatnya terletak diantara sampai dengan Lintang Selatan dan diantara sampai dengan Bujur Timur, dengan luas wilayah berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Kerinci Tahun adalah Ha atau 3.328,07 Km 2, yang terdiri dari ,480 Ha atau 59,82 persen merupakan Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan ,52 Ha atau 40,18 persen merupakan kawasan budidaya dan permukiman, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini : No. Kecamatan Tabel 1.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci Menurut Kecamatan Keadaan Tahun 2016 Wilayah (Ha) Luas % TNKS (Ha) % Lahan Budidaya (Ha) 1 Gunung Tujuh , ,360 5, ,64 3,71 2 Kayu Aro , ,530 2, ,47 4,16 3 Kayu Aro Barat , ,180 6, ,82 6,38 4 Gunung Kerinci , ,450 6, ,55 12,99 5 Siulak , ,530 3, ,47 5,48 6 Siulak Mukai , ,210 10, ,79 5,19 % 1

2 No. Kecamatan Wilayah (Ha) Luas % TNKS (Ha) % Lahan Budidaya (Ha) 7 Air Hangat , ,00 1,06 Barat 8 Air Hangat , ,550 8, ,45 3,09 9 Air Hangat Timur , ,360 5, ,64 5,05 10 Depati VII ,88 551,010 0, ,99 1,77 11 Sitinjau Laut , ,600 1, ,40 2,85 12 Danau Kerinci , ,300 8, ,70 4,30 13 Keliling Danau , ,920 11, ,08 9,78 14 Bukit Kerman , ,590 5, ,41 8,19 15 Gunung Raya , ,300 8, ,70 13,95 16 Batang Merangin , ,590 15, ,41 12,05 Total , ,48 100, ,52 100,00 Sumber : Hasil Perhitungan Peta Dasar Digital Kabupaten Kerinci Tahun 2012 Dari sisi administrasi wilayah, Kabupaten Kerinci berbatasan langsung dengan beberapa Provinsi, Kabupaten dan Kota, yaitu: a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat; b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Merangin Provinsi Jambi dan Kabupaten Muko-muko Provinsi Bengkulu: c. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. dan d. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat dan Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi. % Secara tofografi, wilayah Kabupaten Kerinci merupakan daerah pegunungan yaitu terletak di gugus Bukit Barisan dengan bentangan wilayah dari Gunung Kerinci sampai ke Gunung Raya, yang berada pada ketinggian m dpl, yang beriklim tropfis dan berhawa sejuk, dengan suhu rata-rata berkisar 22 derajat Celcius, serta memiliki karakteristik wilayah yang bergelombang, dengan dominasi perbukitan dan membentuk enclave yang sangat luas, yang sebahagian besarnya ditutupi hutan lebat yang alami. 2

3 Sementara dari kondisi dilapangan, secara topografi Kabupaten Kerinci dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Ketinggian Lahan Ketinggian lahan di wilayah Kabupaten Kerinci bervariasi, berupa perbukitan dan pegunungan. Sekitar 45,89% wilayah terletak pada ketinggian mdpl dengan luas Ha, sekitar 0,25% wilayah atau seluas 848 Ha berada pada ketinggian diatas mdpl, dan sekitar 1,06% wilayah atau seluas Ha berada antara mdpl. b. Kemiringan Lahan Wilayah Kabupaten Kerinci memiliki 5 klasifikasi lereng, yakni Wilayah datar dengan kemiringan 0-8%, wilayah dengan kemiringan 8-15%, wilayah bergelombang/berbukit dengan kemiringan 15-25%, wilayah cukup curam dengan kemiringan 25-40%, dan wilayah curam dengan kemiringan >40%. Sekitar 35,53% atau hampir separuh wilayah Kabupaten Kerinci merupakan dataran bergelombang dengan kemiringan 15-25%. Sedangkan untuk wilayah datar dan relatif datar hanya mencapai 26,55% sampai dengan 24,75% terdiri dari kemiringan 0-8% dan 8-15%. Rincian data tentang klasifikasi lereng di Kabupaten Kerinci, dapat terlihat sebagaimana pada tabel 1.2 dibawah ini : Tabel 1.2. Klasifikasi Lereng Wilayah Kabupaten Kerinci Tahun 2016 No. Kecamatan Klasifikasi Lereng (Luas Ha) 0-8% 8-15% 15-25% 25-40% >40% 1 Gunung Tujuh Kayu Aro Kayu Aro Barat Gunung Kerinci Siulak Siulak Mukai Air Hangat Barat Air Hangat Air Hangat Timur Depati VII

4 11 Sitinjau Laut Danau Kerinci Keliling Danau Bukit Kerman Gunung Raya Batang Merangin Total Sumber :BAPPEDA Kab. Kerinci Tahun 2016 Secara geologi, struktur dan karakteristik Kabupaten Kerinci berada dalam sistem patahan (sesar) Sumatera yaitu sesar semangko yang membelah pulau Sumatera menjadi dua bagian mulai dari Lampung Sampai Aceh. Sebagian besar (98,44%) wilayah Kabupaten Kerinci merupakan daerah pegunungan yang membentang dari Gunung Kerinci sampai Gunung Raya yang berada pada ketinggian 500 mdpl mdpl merupakan bagian dari bukit barisan. Kemudian sekitar 81,22% wilayah terletak pada ketinggian di atas m dpl. Selain itu Kabupaten Kerinci terletak di daerah dataran rendah m dpl seluas Ha (17, 20%) berketinggian antara m dpl, dengan rata-rata curah hujan pertahun yang cukup tinggi. Dari aspek hidrologi, Kabupaten Kerinci memiliki beberapa sumber air yang sangat potensial, yang terdiri dari potensi makrohidro (kapasitas > 10 MW), terdapat di Kecamatan Batang Merangin yang memanfaatkan aliran dan debit air Sungai Batang Merangin dengan kapasitas 180 MW. Kemudian Potensi Minihidro (kapasitas 1 MW s/d < 10 MW) antara lain terdapat di Sungai Napal Melintang, Sungai Sangir di lokasi Air Terjun Telun Berasap, Sungai Buai di lokasi Air Terjun Pancuran Aro dan beberapa lokasi lainnya. Sedangkan potensi listrik mikrohidro tersebar di berbagai lokasi di Kabupaten Kerinci, seperti Sungai Pondok Batang Merangin, Sungai Kuning Renah Pemetik, Sungai Batu di Talang Kemulun serta potensi energi yang berasal dari air terjun. Gambaran data dan informasi tentang sebaran potensi dibidang hidrologi yang dimiliki oleh Pemeerintah Kabupaten Kerinci, dapat disajikan sebagaimana terdapat pada tabel dibawah ini. 4

5 Tabel 1.3. Data Potensi Bidang Hidrologi NO POTENSI KAPASITAS (Mega Watt) KET. 1. Air Terjun Telun Berasap di Kecamatan Gunung Tujuh 2 Air Terjun Pancuran Tujuh di Kecamatan Siulak 3. Air Terjun Sungai Medang di Kecamatan Air Hangat Timur 4. Air Terjun Pancuran Rayo di Kecamatan Keliling Danau 5. Air Terjun Bedeng IV di Kecamatan Batang Merangin 6. Air Terjun Batu Namura di Kecamatan Batang Merangin Sumber : Dokumen RTRW Kab Kerinci , ,2 1, ,2 2. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH Berdasarkan karakteristik wilayah Kabupaten Kerinci, dapat diidentifikasikan beberapa wilayah strategis yang memiliki potensi potensi untuk dikembangkan,sebagaimana tertuang dalam RTRW Kabupaten Kerinci Tahun , yaitu : 1. Kawasan Agropolitan di Kecamatan Kayu Aro dan sekitarnya Tanaman hortikultura merupakan salah satu komoditas dalam sub sektor tanaman pangan yang memberikan kontribusi terbesar dalam struktur PDRB Kabupaten Kerinci. Tanaman hortikultura pada umumnya terkosentrasi di beberapa wilayah saja, seperti di Kecamatan Kayu Aro dan sekitarnya. Berdasarkan kondisi ini dapat disimpulkan bahwa potensi dan lokasi budidaya tanaman hortikultura ini ditentukan oleh daya dukung dan kesesuaian lahannya, dan merupakan wujud keunggulan atau spesialisasi wilayah kecamatan tersebut. Dalam perencanaan pengembangannya diharapkan Kecamatan Kayu Aro dan sekitarnya dapat menjadi kawasan agropolitan yang menopang kegiatan sektor perekonomian wilayah secara komprehensif bagi Kabupaten Kerinci dimasa mendatang. 5

6 2. Kawasan Agropolitan di Kecamatan Gunung Raya dan sekitarnya Tanaman tahunan di Kabupaten Kerinci masih didominasi oleh komoditas tanaman kayu manis, dengan rata-rata luas tanam Ha, diikuti oleh tanaman kopi (6.402 Ha), dan teh yang yang merupakan perkebunan dan dikelola oleh PTPN VI Kayu Aro seluas Ha. Melihat dari kondisi ini, dapat disimpulkan bahwa tanaman kayu manis masih merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Kerinci, karena luas tanamnya per tahun mengalami peningkatan yang cukup baik. Dan pada umumnya tanaman kayu manis ini hanya terkosentrasi pada wilayah-wilayah tertentu di Kabupaten Kerinci, seperti Kecamatan Gunung Raya dan sekitarnya sebagai kawasan agropolitan. 3. Kawasan Minapolitan di Danau Kerinci Budidaya perikanan di Kabupaten Kerinci pada umumnya terkosentrasi di Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau. Kondisi ini terlihat dari tingginya produksi ikan di tiga wilayah ini, yaitu 159,69 Ton di Kecamatan Keliling Danau dan 139,98 Ton di Kecamatan Danau Kerinci (BPS Tahun 2010). Dilihat dari kondisi alamnya, kedua wilayah tersebut merupakan wilayah kecamatan yang berada di sisi Danau Kerinci, yang menjadi lokasi budidaya perikanan Perairan umum. Dan kawasan di sekeliling Danau Kerinci ini sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan Minapolitan dimasa mendatang dalam rangka meningkatkan perkonomian masyarakat Kabupaten Kerinci di Sektor Perikanan. 4. Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Siulak dan sekitarnya Kawasan perkotaan di Kecamatan Siulak merupakan suatu kawasan yang dipromosikan oleh sebagai pusat pemerintahan dan jasa. Dalam perkembangannya dimasa mendatang diperlukan dukungan dan kontribusi wilayah hinterlandnya dalam rangka mewujudkan pusat pertumbuhan baru di Kabupaten Kerinci. 6

7 Untuk mencapai tujuan ini, menetapkan beberapa bagian dari wilayah Kecamatan Siulak dan Kecamatan Gunung Kerinci sebagai suatu kawasan pertumbuhan baru dengan menetapkan areal lokasi transmigrasi didalamnya menjadi Kota Terpadu Mandiri di Kabupaten Kerinci. 5. Kota Terpadu mandiri di Kecamatan Bukit Kerman dan sekitarnya Dalam upaya mengurangi ketimpangan wilayah di Kabupaten Kerinci, khususnya wilayah bagian timur dan barat kabupaten, maka di wilayah bagian timur perlu dipacu perkembangannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengalokasikan suatu pusat pertumbuhan baru di wilayah Kecamatan Bukit Kerman. Pengembangan areal lokasi transmigrasi merupakan salah satu rencana solusi dalam mengupayakan percepatan wilayah tersebut menjadi suatu pusat permukiman baru di Kabupaten Kerinci dengan berbasis komoditas perkebunan yang terintegrasi dalam sistim Kota Terpadu Mandiri. 6. Kota Terpadu Mandiri Air Hangat Barat dan Sekitarnya Pengembangan KTM Air Hangat Barat dilakukan dalam rangka menopang pengembangan Ibukota Kabupaten Kerinci dimasa mendatang. Pengembangan wilayah Air Hangat Barat diupayakan untuk menjadi lokasi permukiman baru sebagai antisipasi keterbatasan lahan di pusat pemerintahan (perkotaan Siulak). 7. Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Kecamatan Batang Merangin Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kerinci di Batang Merangin merupakan salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan energi listrik untuk Kabupaten Kerinci dan Propinsi Jambi dan merupakan kegiatan proyek dengan investasi skala besar yang berpengaruh terhadap pola dan struktur perkembangan wilayah Kabupaten Kerinci. Dengan adanya kegiatan pembangunan PLTA ini akan menimbulkan perubahan kondisi fisik wilayah, sosial ekonomi 7

8 maupun sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, lokasi PLTA ini menjadi suatu hal yang sangat penting dipertimbangkan oleh dengan menjadikannya sebagai suatu kawasan khusus dalam penataan ruang wilayah. 3. KONDISI DEMOGRAFI a. Jumlah dan Sebaran Penduduk No. Penduduk merupakan subjek atau sasaran dan sekaligus sebagai objek atau pelaku kegiatan pembangunan. Keberadaan dan peran ganda demikian sehingga menempatkan penduduk pada posisi sentral dalam setiap langkah kebijakan dalam strategi pembangunan. Jumlah penduduk yang besar hendaknya harus disertai dengan kualitas yang tinggi sehingga keberadaannya dapat menjadi modal penggerak proses pembangunan, seperti dijelaskan Tabel berikut ini. Tabel 1.4. Jumlah dan Sebaran Penduduk Kabupaten Kerinci Tahun 2016 Kecamatan Jenis Kelamin Lakilaki Perempuan Jumlah (jiwa) Luas Wilayah (km 2 ) Kepadatan Penduduk / Km 2 1. Gunung Raya ,23 2. Bukit Kerman ,55 3. Batang Merangin ,25 4. Keliling Danau ,61 5. Danau Kerinci ,70 6. Sitinjau Laut ,44 7. Air Hangat ,53 8. Air Hangat Timur ,97 9. Depati VII , Air Hangat Barat , Gunung Kerinci , Siulak , Siulak Mukai , Kayu Aro , Gunung Tujuh , Kayu Aro Barat ,98 Jumlah Sumber : Diolah dari data BPS Kabupaten Kerinci, 2015 Berdasarkan tabel diatas, tingkat kepadatan penduduk terendah pada Tahun 2016 berada di Kecamatan Gunung Raya yakni 0,23 orang per km 2. Sedangkan Kecamatan Air Hangat Barat memiliki 8

9 tingkat kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2016, yakni dengan rataan 5,98 jiwa per km 2. b. Struktur Usia Penduduk Struktur usia penduduk menggambarkan sebaran penduduk berdasarkan kelompok usianya yang secara garis besarnya terbagi ke dalam tiga yaitu usia belum produktif, usia produktif dan usia tidak produktif /usia lanjut. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Pendudukusia tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Grafik 1.1. Struktur usia penduduk Kabupaten Kerinci Tahun 2016 Sumber : BPS Kabupaten Kerinci Tahun 2016 Proporsi penduduk usia belum produktif mencapai jiwa atau 26,73 persen dari total jumlah penduduk. Selanjutnya pada kelompok tidak produktif terdapat sekitar jiwa atau 6,22 persen. Kemudian untuk kelompok usia produktif terdapat sekitar jiwa atau 67,05 persen total jumlah penduduk. Kelompok usia 9

10 inilah yang berpotensi menjadi engine of growth bagi perekonomian kita, menjadi kelompok penanggung beban bagi kelompok belum produktif dan tidak produktif. Kelompok ini juga yang diharapkan dapat bekerja secara produktif dalam mendorong peningkatan aktivitas ekonomi guna memperoleh pendapatan yang layak untuk membiayai kehidupan masyarakat. Selanjutnya, untuk usia reproduksi pada kaum perempuan atau usia Tahun sebanyak atau 52,94 persen dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Konsekuensinya tentu harus tersedianya lapangan kerja yang mencukupi dan sesuai dengan keahlian yang dimiliki guna memaksimalkan peluang dalam bekerja dan meningkatkan penghasilan atau pendapatan menuju peningkatan kesejahteraan hidup, serta meningkatkan kualitas pelayanan dasar bagi masyarakat. Cara penyajian lain dari struktur umur penduduk adalah Piramida penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur. Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan. Seperti terlihat pada grafik berikut ini : 10

11 Kelompok Umur Laporan Kinerja Grafik 1.2. Piramida Penduduk Kabupaten Kerinci Tahun Jumlah Penduduk Sumber : BPS Kabupaten Kerinci Tahun 2016 Wanita Pria 4. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa setiap Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota menyelenggarakan urusan pemerintahan yang terdiri dari urusan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar, urusan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar, serta urusan pilihan. Penyelenggaraan urusan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Urusan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar maupun urusan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar yang diselenggarakan oleh berdasarkan Undang-Undang dimaksud, meliputi antara lain : 1. Penyelenggaraan Pendidikan; 2. Penanganan bidang kesehatan; 3. Pekerjaan umum dan penataan ruang; 4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman; 5. Ketentraman, ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 11

12 6. Sosial dan tenaga kerja 7. Pemberdayaan masyarakat dan desa serta pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; 8. Ketahanan pangan; 9. Lingkungan hidup; 10. Pengendalian pendudukan dan keluarga berencana; 11. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; 12. Koperasi, usaha kecil dan menengah; 13. Perhubungan, komunikasi dan informatika; 14. Penanaman modal; 15. Kepemudaan dan olahraga; 16. Kebudayaan; 17. Perpustakaan dan kearsipan; 18. Serta urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundangundangan; Sedangkan yang menjadi urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang ada di Kabupaten Kerinci. Guna melaksanakan urusan wajib dan urusan pilihan diatas, ditunjang oleh beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah serta Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, yang terdiri dari Sekretariat Daerah dengan 3 Asisten dan 10 Bagian, Sekretariat DPRD, Inspektorat Kabupaten, 4 Badan, 17 Dinas, 1 RSUD dan 16 Kecamatan serta 2 Kelurahan. B. ISU STRATEGIS DAERAH Isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah dalam rangka untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis, dapat meningkatkan akseptabilitas 12

13 prioritas pembangunan daerah, dapat dilaksanakan dan secara moral serta etika birokrasi dapat dipertanggung jawabkan. Dalam merumuskan isu strategis dilakukan melalui analisis lingkungan eksternal terhadap proses perencanaan. Pemerintahan daerah yang tidak merumuskan kebijakannya dan lalu menyelaraskannya dengan isu strategisnya, dikuatirkan akan menghadapi kegagalan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangannya sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan isu-isu strategis diperlukan analisis terhadap berbagai permasalahan pembangunan yang ada. Dari hasil analisis permasalahan pembangunan sebagaimana tersebut diatas, dan terkait dengan posisi Kabupaten Kerinci sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, maka rumusan isu-isu strategis yang perlu mendapat perhatian dan tindak lanjut pemecahan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan. Terkait dengan hal-hal tersebut diatas, maka isu-isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian dan solusi oleh terkait dengan bidang pembangunan dalam 5 (lima) tahun kedepan, meliputi : 1. Isu-isu Lokal Isu-isu strategis yang menjadi kendala dalam konteks lokal dan dapat menjadi kendala/hambatan dalam proses perumusan kebijakan penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah maupun implementasinya, antara lain meliputi : (i) masih rendah sumber daya aparatur dalam pemahaman berbagai regulasi yang terkait dengan perumusan dokumen perencanaan pembangunan daerah; (ii) koordinasi antar SKPD dalam lingkup belum berjalan secara maksimal; (iii) kualitas dan kuantitas data dan informasi yang dijadikan acuan dalam perumusan kebijakan perencanaan pembangunan, masih belum akurat; (iv) sering terjadinya mutasi sumber daya aparatur perencana, sehingga berakibat pada proses perumusan kebijakan dokumen 13

14 perencanaan pembangunan; dan (v) masih kurangnya jumlah tenaga bidang perencanaan pada seluruh SKPD se Kabupaten Kerinci. 2. Isu-isu Regional Pada tingkat regional se Provinsi Jambi, isu-isu strategis yang diperkirakan akan timbul dan perlu diantisipasi sejak dini, merupakan isuisu strategis yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja pemerintah daerah, antara lain meliputi : (i) belum sinkronnya rumusan kebijakan perencanaan pembangunan antar kabupaten/kota se Provinsi Jambi dan antara kabupaten/kota dengan dokumen rencana pembangunan Provinsi Jambi; (ii) belum disinergikannya pendekatan ke wilayahan dalam perumusan perencanaan pembangunan antar kabupaten/kota se Provinsi Jambi: (iii) implementasi program dan kegiatan dalam kerangka kerjasama antar daerah, belum dapat berjalan secara maksimal; dan (iv) koordinasi pembangunan regional antar kabupaten/kota se Provinsi Jambi, belum berjalan secara optimal. 3. Isu-isu Nasional Isu-isu nasional yang mungkin akan membawa dampak terhadap proses perumusan rencana pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Kerinci Tahun , diprediksi meliputi antara lain (i) terkait dengan perkembangan dinamika politk sehubungan dengan agenda politk nasional, yaitu pemilihan anggota legislatif (pileg) dan pemilihan presiden(pilpres); (ii) pertumbuhan ekonomi nasional yang berkembang secara fluktuatif; (iii) kebijakan antar kementerian/lembaga yang tidak sinkron dan saling bertentangan; dan (iv) lambatnya penerbitan pedoman teknis kepada pemerintah daerah, sehingga akan memberi kontribusi pada rendahnya kinerja pemerintah daerah. 4. Isu-isu Global Isu-isu strategis dalam tingkat global yang dapat teridentifikasi dan diprediksi akan dapat berpengaruh dalam perumusan kebijakan perencanaan pembangunan daerah, antara lain meliputi (i) pesatnya perkembangan informasi tehnologi/it, terutama pengembangan jaringan komunikasi dan informasi; (ii) krisis ekonomi dunia yang masih melanda beberapa negara maju di asia, sebagian Eropa dan Amerika; dan (iii) 14

15 terjadinya konflik perang yang terjadi antar negara yang belum dapat terselesaikan. 5. Isu-isu Strategis Urusan Pilihan Sedangkan isu-isu strategis dalam lingkup urusan pilihan yang menjadi prioritas pembangunan Kabupaten Kerinci, meliputi: a. Urusan Pertanian - meningkatnya nilai tambah komoditas pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan melalui industrialisasi pedesaan; - meningkatnya pemasaran komoditas pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan; - terwujudnya kerjasama dengan perguruan tinggi/lembaga riset guna meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian; - meningkatnya sumber daya petani; - meningkatnya kesejahteraan petani; - meningkatnya penerapan teknologi pertanian; - meningkatnya produksi pertanian. Isu-isu strategis terkait dengan pertanian dan peternakan dalam lingkup urusan pertanian, terdiri dari (i) berkurangnya penyakit ternak; (ii) meningkatnya produksi hasil peternakan; (iii) berfungsinya kawasan budidaya laut, air payau; (iv) berkembangnya budidaya perikanan. Sementara itu, isu-isu strategis terkait dengan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan dalam lingkup urusan pertanian, terdiri dari (i) tersedianya perlengkapan gedung kantor; (ii) meningkatnya kemampuan lembaga petani; (iii) meningkatnya kapasitas tenaga penyuluh pertanian/perkebunan lapangan; (iv) meningkatnya pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan; (v) meningkatnya ketahanan pangan pertanian/perkebunan. b. Urusan Kehutanan Isu-isu strategis urusan kehutanan, terdiri dari (i) optimalnya pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan; (ii) optimalnya program 15

16 perlindungan dan konservasi sumber daya hutan; (iii) optimalnya pembinaan dan penertiban industri hasil hutan; (iv) optimalnya perlindungan dan konservasi sumber daya hutan; (v) meningkatnya produksi pertanian/perkebunan; (vi) tersedianya data/informasi yang akurat; (vii) tersedianya perencanaan dan pembangunan hutan; (viii) meningkatnya pengembangan agribisnis; (ix) optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya hutan; (x) otimalnya pemasaran hasil produksi perkebunan; (xi) meningkatnya standarisasi kualitas bahan baku; (xii) optimalnya mendorong pembudidayaan bahan baku berkadar nikotin rendah; (xiii) optimalnya penanganan pasca panen bahan baku dan (xiv) optimalnya penguatan kelembagaan kelompok tani. c. Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral. Isu-isu strategis urusan energi dan sumberdaya mineral, terdiri dari (i) terlaksananya pengembangan, pengawasan dan pembinaan sektor pertambangan; (ii) terbangunnya jaringan listrik pedesaan; (iii) tersedianya rencana pengembangan energi baru dan terbarukan; (iv) meningkatnya kualitas jasa pelayanan sarana dan prasarana energi; (v) tersedianya peta dan inventarisasi bahan galian; (vi) tersedianya peta mitigasi bencana geologi. d. Urusan Pariwisata Isu-isu strategis urusan pariwisata, terdiri dari (i) tersedianya dokumen rencana pengembangan pariwisata; (ii) tersedianya rencana pengembangan destinasi wisata; (iii) terwujudnya rencana pengembangan kemitraan. e. Urusan Perindustrian Isu-isu strategis urusan perindustrian, terdiri dari (i) terwujudnya pengembangan industri kecil dan menengah; (ii) meningkatnya kemampuan teknologi industri; (iii) meningkatnya kapasitas iptek sistem produksi. f. Urusan Perdagangan Isu-isu strategis urusan perdagangan, terdiri dari (i) tersedianya perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan; (ii) meningkatnya nilai eksport; (iii) meningkatnya efisiensi perdagangan 16

17 dalam negeri; (iv) optimalnya pembinaan kepada pedagang kaki lima dan asongan; g. Urusan Ketransmigrasian Isu-isu strategis urusan ketransmigrasian, yaitu tersedianya rencana untuk mengembangkan wilayah transmigrasi. 17

18 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Nasional, merupakan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan termasuk pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Mengacu pada Undang-Undang ini, telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kabupaten Kerinci diharapkan mampu memenuhi keinginan stakeholders dan menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun global. Oleh karena itu, analisis terhadap lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal merupakan langkah yang sangat penting dalam memperhitungkan kekuatan (strenghts), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan tantangan/kendala (threats) yang ada. Analisis terhadap unsur-unsur tersebut sangat penting dan merupakan dasar bagi perwujudan visi dan misi serta strategi instansi pemerintah dalam menjalankan program dan sasaran pembangunan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun Pada prinsipnya RPJMD merupakan : 1. Alat bantu bagi manajemen penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakat di Kabupaten Kerinci. 2. Gambaran visi, misi, persepsi, interpretasi serta strategi Kepala Daerah untuk mengantisipasi tantangan pembangunan yang dihadapi. 3. Alat untuk memacu dan memotivasi aparat serta masyarakat dalam proses mencapai sasaran yang telah ditetapkan. 18

19 1. VISI DAN MISI a. Pernyataan Visi Berdasarkan identifikasi potensi dan permasalahan yang ada serta dalam mengantisipasi tantangan ke depan menuju kondisi yang diinginkan, Kabupaten Kerinci secara terus menerus mengembangkan peluang dan inovasi baru sehingga senantiasa tetap eksis dan unggul dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut harus disusun dalam tahapan yang terencana, konsisten dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil atau manfaat. Untuk itu diperlukan visi sebagai cara pandang jauh ke depan, kemana dan bagaimana pemerintah harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Visi tidak lain adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah, Mengacu pada batasan tersebut, visi Kabupaten Kerinci adalah Terwujudnya Kerinci yang Lebih Baik. b. Penjelasan Makna Adapun makna atau pengertian dari pokok-pokok Visi Kabupaten Kerinci tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, Terwujudnya, memiliki makna bahwa segala sesuatu yang telah dirumuskan dan ditetapkan dalam dokumen RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun , harus dapat direalisasikan dan diwujudkan secara maksimal dengan menggunakan berbagai potensi sumber daya secara efektif dan efesien. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkannya perlu dilakukan melalui kerja keras, kerja cerdas dan kerja bersinergitas, baik oleh seluruh aparatur Pemerintah Kabupaten Kerinci maupun dukungan dan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan. Dengan menetapkan kata terwujudnya sebagai titik tolok, maka target capaian kinerja pemerintahan 5 (lima) tahun mendatang diharapkan akan dapat 19

20 meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kerinci baik jasmani maupun rohani. Kedua, Lebih Baik, memiliki makna bahwa atas dasar potensi yang dimilikinya serta didorong oleh keinginan yang keras untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar dapat hidup lebih layak, sehingga secara moril maupun materiil dapat sejajar dengan masyarakat lainnya se Provinsi Jambi, maka tidak ada pilihan lain bahwa pembangunan yang dilaksanakan harus dilakukan secara efektif, efesien, partisipatif, akuntabel dengan mensinergikan perencanaan dengan penganggaran. Melalui langkah strategi seperti ini, diharapkan hasil pembangunan selama 5 (lima) tahun kedepan akan lebih baik dibandingkan dengan pembangunan pada 5 (lima) tahun yang lalu dan mungkin lebih baik hasilnya jika dibanding dengan pembangunan yang dilakukan oleh kabupaten/kota terdekat/tetangga. Dengan hasil pembangunan yang lebih baik dibandingkan pembangunan sebelumnya, maka akan mendorong gairah dan partisipasi masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam setiap perumusan kebijakan pembangunan. Hal ini diyakini akan membawa dampak ganda, yaitu antara lain terjadi percepatan pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan asli daerah yang signifikan. c. Pernyataan Misi Misi adalah komitmen untuk melaksanakan agenda-agenda utama yang menjadi penentu keberhasilan pencapaian visi pembangunan daerah. Misi juga dapat diartikan sebagai rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Oleh karena itu, dengan rumusan misi yang baik akan dapat membantu memberi gambaran tentang visi yang ingin dicapai dan menjelaskankan langkah-langkah upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai visi. Rumusan misi menjadi penting untuk memberikan kerangka berfikir dan 20

21 kerangka bertindak untuk mencapai tujuan, sasaran dan arah kebijakan yang ingin dicapai dan merumuskan peta jalan yang akan dilalui untuk mencapai visi dimaksud. Dari tinjauan akademis, misi sesungguhnya dapat dirumuskan untuk menemukan argumentasi mengapa organisasi sebagai lembaga yang akan mengimplementasikan visi, misi, tujuan dan sasaran harus ada. Oleh karena itu, dalam rumusan misi kedalam dokumen RPJMD, selain memperhatikan berbagai potensi lokal yang ada, juga diharapkan supaya dijabarkan dengan tetap memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah. Dengan demikian, misi disusun untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai perwujudan visi. Oleh karena itu, rumusan misi menggunakan bahasa yang sederhana, ringkas dan mudah dipahami tanpa mengurangi maksud yang ingin dijelaskan. Terkait dengan uraian dan penjelasan makna dari Visi tersebut diatas, maka penjabaran Misi pembangunan jangka menengah Kabupaten Kerinci Tahun adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat berbasis pertanian, industri mikro, kecil dan menengah, serta pariwisata; 2. Meningkatkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, berakhlak, beriman dan bertaqwa;. 3. Meningkatkan dan pengembangkan kualitas dan kuantitas infrastruktur yang terintegrasi antar sektor; 4. Meningkatkan kualitas ekosistem yang berbasis sumber daya lokal; dan 5. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, bermartabat, berwibawa, amanah dan bermoral. 2. TUJUAN DAN SASARAN Penetapan tujuan pembangunan didasarkan kepada faktor-faktor kunci keberhasilan dalam proses pembangunan daerah. Berdasarkan visi dan misi yang ada maka tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh Pemerintah 21

22 Kabupaten Kerinci dalam rentang periode , adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut : Tabel 2.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Kerinci Tahun No. Tujuan Sasaran 1. Meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat berbasis pertanian, industri mikro, kecil dan menengah, serta pariwisata Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat a. Meningkatnya rasio kemandirian daerah b. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi c. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat d. Meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB e. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja 2. Meningkatkan Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, berakhlak, beriman, dan bertaqwa Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berakhlak, beriman, dan bertaqwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi a. Meningkatnya angka melek huruf b. Meningkatnya angka rata-rata lama sekolah c. Meningkatnya angka partisipasi sekolah d. Meningkatnya angka harapan hidup e. Menurunnya angka kematian bayi f. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan g. Menurunnya jumlah balita gizi buruk 3. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas infrastruktur yang terintegrasi antar sektor Meningkatkan kualitas dan kuantitas a. Meningkatnya kualitas infrastruktur pelayanan umum yang infrastruktur jalan dan terintegrasi antar sektor dan antar jembatan wilayah b. Meningkatnya kualitas dan kesediaan jaringan irigasi c. Meningkatnya akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi 4. Meningkatkan kualitas ekosistem yang berbasis sumberdaya lokal Meningkatkan kualitas pengelolaan Meningkatnya pelestarian dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup lingkungan hidup 22

23 5. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, bermartabat, berwibawa, amanah dan bermoral a. Meningkatnya kualitas Persentase penjabaran program perencanaan pembangunan daerah RPJMD ke dalam RKPD b. Meningkatnya transparansi a. Nilai akuntabilitas kinerja pengelolaan keuangan dan pemerintah akuntabilitas kinerja pemeirntah b. Opini BPK terhadap daerah pengelolaan keuangan daerah c. Meningkatnya kualitas pelayanan Indeks Kepuasan Masyarakat publik B. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian kinerja merupakan suatu pernyataan kinerja yang ingin dicapai untuk mewujudkan kinerja yang baik berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki, maka Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah sebagaimana tertuang dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Kabupaten Kerinci Tahun 2016 No. Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 1. Meningkatnya rasio kemandirian daerah Rasio kemandirian daerah 6,50% 2. Meningkatnya pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi 6,54% ekonomi (ADHK) 3. Meningkatnya pendapatan per Pendapatan per kapita (Rp) 31 jt kapita masyarakat 4. Meningkatnya kontribusi sektor Proporsi sektor industri 2,67% industri pengolahan terhadap pengolahan terhadap PDRB PDRB ADHB 5. Meningkatnya partisipasi angkatan Tingkat partisipasi 68,50% kerja angkatan kerja 6. Meningkatnya kunjungan Jumlah wisatawan wisatawan orang 7. Meningkatnya angkat melek huruf Angka melek huruf 97.29% 8. Meningkatnya angka rata-rata lama sekolah 9. Meningkatnya angka partisipasi sekolah 10. Meningkatnya angka harapan hidup Rata-rata lama sekolah 8 tahun a. Angka Partisipasi 70,63% Kasar PAUD usia 3 6 tahun (persen) b. Angka Partisipasi 99.6% Sekolah SD/MI usia 7-12 tahun (persen) c. Angka Partisipasi 95% Sekolah SMP/MTs usia tahun (persen) Angka harapan hidup tahun 23

24 11. Menurunnya angka kematian bayi Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup 12. Menurunnya angka kematian ibu Angka kematian ibu melahirkan melahirkan per 1000 kelahiran hidup 13. Menurunnya jumlah balita gizi buruk 14. Meningkatnya kualitas Persentase jalan dalam infrastruktur jalan dan jembatan kondisi baik 15. Meningkatnya kualitas dan kesediaan jaringan irigasi 16. Meningkatnya akses masyarakat Persentase rumah tangga terhadap air bersih dan sanitasi pengguna air bersih 17. Meningkatnya pelestarian lingkungan hidup 18. Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah 19. Meningkatnya transparansi pengelolaan keuangan dan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah 20. Meningkatnya kualitas pelayanan publik 7,80 per ,8 per 1000 Persentase balita gizi buruk 0,04 35% Rasio layanan irigasi 65% 75% Pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup: a. Kualitas air permukaan Kelas II b. Kerusakan tanah untuk produksi biomassa c. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Persentase penanganan sampah Penrsentase penjabaran program RPJMD dalam RKPD a. Nilai akuntabilitas kinerja Pemerintah Daerah b. Opini BPK terhadap pengelolaan keuangan daerah Indeks Kepuasan Masyarakat BML 50 45% 80% CC WTP Sedang 24

25 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. METODOLOGI PENGUKURAN PENCAPAIAN KINERJA Akuntabilitas kinerja Tahun Anggaran 2014 disusun dalam bentuk laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan perencanaan strategis dan rencana kinerja tahun Laporan kinerja menyajikan perihal capaian kinerja atas pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, baik keberhasilan maupun kegagalan. Capaian kinerja yang diukur adalah kinerja sasaran melalui indikator-indikator sasaran yang telah ditetapkan. Nilai capaian kinerja sasaran diperoleh dari implementasi, pelaksanaan program dan kegiatan dengan beberapa indikator yaitu input, output, dan outcomes. Mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 telah ditetapkan RPJMD Kabupaten Kerinci untuk periode , Pemerintah Kabupaten Kerinci telah merencanakan / menetapkan 5 (lima) tujuan dan 20 (dua puluh) sasaran pembangunan daerah dalam upaya mewujudkan visi dan misi Kepala Daerah terpilih periode Pengukuran capaian kinerja pada Tahun 2016 dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan capaian kinerja sasaran yaitu dengan cara membandingkan antara rencana kinerja (performance plan) yang diinginkan dengan realisasi kinerja (performance result) yang telah dicapai organisasi dan dilakukan analisis terhadap penyebab terjadinya celah kinerja (performance gap) yang terjadi serta tindakan perbaikan yang diperlukan dimasa mendatang. Metode ini bermanfaat untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak eksternal tentang sejauh mana pelaksanaan misi daerah dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai. Berdasarkan pengukuran capaian kinerja dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori penilaian, yaitu sangat baik dengan tingkat capaian 91%, baik dengan tingkat capaian 81% - 90%, cukup dengan tingkat capaian 71% - 80%, dan kurang dengan tingkat capaian 70%. 25

26 B. ANALISIS ATAS CAPAIAN KINERJA SASARAN TAHUN 2016 Secara garis besar pada tahun 2016 telah berhasil melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggungjawab organisasi. Dari 20 sasaran dengan 26 indikator kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kerinci Tahun kesemuanya telah dilaksanakan, namun tingkat keberhasilannya masih belum terwujud secara optimal. Pengukuran capaian sasaran, telah diupayakan dengan menggunakan indikator setingkat outcome. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : PER/09/MPAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama, yang dimaksud dengan Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator) adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. telah menindaklanjuti Peraturan Menteri dimaksud dengan Keputusan Bupati Kerinci Nomor 050/Kep.544/2014 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kerinci Tahun Dengan memperhatikan masukan dan saran dari berbagai pihak termasuk dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, selanjutnya Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan sebelumnya direvisi melalui Keputusan Bupati Nomor :... Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016 No. Sasaran 1. Meningkatnya rasio kemandirian daerah 2. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi 3. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat 4. Meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB 5. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja Indikator Kinerja Utama Rasio kemandirian daerah Pertumbuhan ekonomi (persen/adhk) Pendapatan per kapita ADHB (Juta Rp) Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB ADHB Tingkat partisipasi angkatan kerja Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 % Capaian ,50% 6,50% 8,32% 128% 9,63% 6,54% 6,45% 98,62% 28,8 jt 31 jt 30,09 jt 97,06% 3,23% 2,67% 3,24% 121,8% 69,69% 68,50% 71,3% 104,95% 26

27 6. Meningkatnya kunjungan wisatawan 7. Meningkatnya angka melek huruf 8. Meningkatnya angka rata-rata lama sekolah 9. Meningkatnya angka partisipasi sekolah 10. Meningkatnya angka harapan hidup 11. Menurunnya angka kematian bayi 12. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan 13. Menurunnya jumlah balita gizi buruk 14. Meningkatnya kualitas infrastruktur jalan dan jembatan 15. Meningkatnya kualitas dan kesediaan jaringan irigasi 16. Meningkatnya akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi 17. Meningkatnya pelestarian lingkungan hidup 18. Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah 19. Meningkatnya transparansi pengelolaan keuangan dan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah 20. Meningkatnya kualitas pelayanan publik Jumlah wisatawan orang orang orang 92,17% Angka melek huruf 97,29% 97.29% 97,30% 100,01% Rata-rata lama sekolah 7,8 tahun 8 tahun 8,01 tahun a. Angka Partisipasi Kasar PAUD usia 3 6t ahun d. Angka Partisipasi Sekolah SD/MI (7-12 tahun) e. Angka Partisipasi Sekolah SMP/MTs (13-15 tahun) Angka harapan hidup 69,2 tahun Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup Angka kematian ibu melahirkan per 1000 kelahiran hidup Persentase balita gizi buruk 100,12% 65,04% 70,63% 77,22% 109,33% 130,7% 99.6% 99,78% 100,19% 90,39% 95% 97% 102,11% 8,48 per ,37 per tahun 7,80 per ,8 per ,05 tahun 5,3 per ,75 per ,91% 147,17% 106,67% 0,02 % 0,04 0,015% 266,67% Persentase jalan 31,13% 35% 33,85% 96,72% kabupaten dalam kondisi baik Rasio layanan irigasi 67,91% 65% 75,30% 115,85% Persentase rumah 74,19% 75% 74,19% 98,92% tangga pengguna air bersih Kualitas air permukaan Kelas II Kelas Kelas II 100% II Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kerusakan tanah untuk produksi biomassa Persentase pengelolaan sampah Persentase penjabaran program RPJMD dalam RKPD a. Nilai akuntabilitas kinerja Pemerintah Daerah b. Opini BPK terhadap pengelolaan keuangan daerah Indeks Kepuasan Masyarakat BML BML BML 100% % 35% 45% 40% 88,89% 96,2% 80% 96,2% 120,25% C CC CC 100% WTP WTP WTP 100% Sedang Sedang Baik 150% 27

28 , Laporan Kinerja Rincian analisis capaian masing-masing sasaran selama tahun 2016, dapat diuraikan sebagai berikut : Sasaran 1 : Meningkatnya rasio kemandirian daerah Dalam konsep Perencanaan Pembangunan Daerah, untuk tingkat kesejahteraan masyarakat, terdapat Rasio kemandirian daerah. Rasio kemandirian daerah adalah rasio yang menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Artinya, semakin tinggi rasio kemandirian, maka tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. Disamping itu, Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak daerah dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama PAD. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi. Perkembangan realisasi Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Kerinci Tahun 2010 sampai dengan 2016 tergambar pada grafik berikut ini: Grafik 3.1. : Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Kerinci Tahun Realisasi Pendapatan Asli Daerah (Rp. Milyar) Realisasi Pendapatan Daerah (Rp. Milyar) Rasio Kemandirian Daerah (%)

29 Sumber : Bappeda Kabupaten Kerinci, diolah dari data realisasi keuangan Kabupaten Kerinci Tahun 2010 s.d 2016 Pada tahun 2016, capaian Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Kerinci adalah sebesar 8,32 % dari target semula dalam RPJMD Kabupaten Kerinci tahun sebesar 6,50%, yang didukung oleh realisasi Pendapatan Daerah sebesar Rp.1,06 Triliun dari target semula sebesar Rp.1,07 Triliun dan didukung oleh realisasi Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp.81,32 Milyar dari target semula dalam APBD Tahun 2016 sebesar Rp.70,12 Milyar. Capaian Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2016 lebih rendah dari rasio Tahun 2015 dan lebih tinggi dari realisasi rasio Tahun 2014, dimana capaian Rasio Kemandirian Daerah Tahun 2015 sebesar 8,50 persen dari target semula dalam RPJMD sebesar 6,00 persen dan realisasi rasio Tahun 2014 sebesar 7,62 persen dari target semula sebesar 5,8 persen (grafik 3.2). Meskipun demikian, realisasi capaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) telah mengalami peningkatan yang signifikan sekitar dibandingkan dengan Tahun sebelumnya, dengan rasio efektifitas PAD mencapai 115,98 persen dan mengalami pertumbuhan sebesar 5,89 persen dari tahun Sementara itu realisasi Pendapatan Daerah secara keseluruhan sebesar 98,61 persen dan belum mampu mencapai target yang ditetapkan. Hal ini disebabkan karena terjadinya pemotongan dana transfer dari Pemerintah Pusat berupa Dana Alokasi Khusus Tahun 2016 sebesar 10 persen, sebagai dampak dari adanya perubahan dari beberapa asumsi makro dan target Penerimaan Negara sebagai dampak dari kondisi ekonomi domestik dan global, perlu dilakukan perubahan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : SE-10/MK.07/2016 Tentang Pengurangan / Pemotongan Dana Alokasi Khusus Fisik Secara Mandiri Tahun Anggaran Melalui rasio Kemandirian Daerah di atas mengindikasikan bahwa pada tahun 2016 peranan PAD sangat kecil, sehingga lebih dari 91 persen biaya pembangunan Kabupaten Kerinci berasal dari Pemerintah Pusat. 29

30 Grafik 3.2. Target dan Realisasi Rasio Kemandirian Daerah (%) Kabupaten Kerinci Target Rasio Kemandirian Daerah (%) Realisasi Rasio Kemandirian Daerah (%) Tingginya realisasi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah tahun 2014, 2015 dan 2016 dipicu oleh meningkatnya realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Total realisasi PAD Kabupaten Kerinci tahun 2014 adalah sebesar Rp ,91 dari target semula sebesar Rp ,- dan realisasi total Pendapatan Daerah yang diperoleh dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Jambi di luar PAD sebesar Rp ,-. Selanjutnya, Total realisasi PAD Kabupaten Kerinci tahun 2015 sebesar Rp ,78,-, dari target semula dalam APBD-P sebesar Rp ,32. Sementara itu realisasi total Pendapatan Daerah yang diperoleh dari Pemerintah Pusat dan Provinsi Jambi di luar PAD sebesar Rp ,-. Kemudian pada Tahun 2016, realisasi PAD mencapai Rp ,77,- dan realisasi Pendapatan Daerah di luar PAD mencapai Rp ,60,-. Pada tingkatan Provinsi Jambi, realisasi rasio Kemandirian Kabupaten Kerinci masih jauh berada di bawah Provinsi Jambi, sebagaimana tergambar pada grafik 3.3 berikut ini : 30

31 Grafik 3.3. Perbandingan Realisasi Rasio Kemandirian Daerah (%) Provinsi Jambi dan Kabupaten Kerinci Rasio Kemandirian Prov Jambi (%) Rasio Kemandirian Kab. Kerinci (%) Dari grafik 3.3 di atas, rasio kemandirian daerah Provinsi Jambi periode Tahun lebih dari angka 50 persen sehingga diinterpretasikan Sangat Baik. Hal sebaliknya terjadi pada Kabupaten Kerinci, periode Tahun Rasio Kemandirian Daerah masih berada di bawah 10 persen, sehingga diinterpretasikan Sangat Kurang. Namun demikian, pada periode , rasio kemandirian Provinsi Jambi terjadi penurunan dari 70,26 persen menjadi 57,02 persen, sebaliknya pada periode yang sama terjadi fluktuasi Rasio Kemandirian Daerah di Kabupaten Kerinci, namun secara linear terjadi peningkatan dari 7,62 persen menjadi 8,32 persen. Hal ini menunjukkan peningkatan kinerja Pendapatan Daerah Kabupaten Kerinci selama periode tersebut. Rencana aksi daerah pada RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun dalam rangka mencapai sasaran strategis Meningkatnya rasio kemandirian daerah diaplikasikan melalui Program Penggalian dan Peningkatan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dilaksanakan oleh SKPD Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset. Pada Tahun 2016, program tersebut didukung oleh 10 kegiatan dengan realisasi fisik dan keuangan keseluruhannya mencapai 91,19 persen, meningkat sebesar 6,4 persen jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 yang sebesar 86,74 persen. Meskipun telah mencapai realisasi yang cukup tinggi dari beberapa kegiatan pendukung, namun masih terdapat kegiatan- 31

32 kegiatan pendukung lainnya pada tahun 2016 dengan realisasi dibawah 80 persen. Hal ini disebabkan karena : 1. Belum optimalnya pengelolaan pemungutan dan penagihan pajak. 2. Data Potensi PAD yang dikelola Dinas/Instansi belum akurat. 3. Kesadaran Masyarakat terhadap kewajibannya membayar pajak dan restribusi daerah relative masih rendah. 4. Belum diterapkannya sanksi hukum terhadap wajib pajak dan wajib retribusi daerah serta Dinas/Instansi pengelola PAD sesuai dengan ketentuan berlaku. 5. Masih kurangnya biaya operasional dan prasarana pendukung terhadap pelaksanaan tugas pokok kedinasan daerah Kabupaten Kerinci. 6. Target yang ditetapkan dalam APBD masih belum sesuai dengan potensi yang ada di Kabupaten Kerinci. 7. belum adanya pembagian tugas yang jelas antara UPTD dengan Bidang PBB pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Kerinci. Adapun solusi dalam pemecahan masalah tersebut adalah : 1. Melaksanakan pendataan objek pajak daerah dan aset retribusi daerah dalam rangka mempersiapkan basis data pajak dan retribusi daerah yang akurat, sehingga penetapan target sesuai dengan potensi yang ada. 2. Optimalisasi penetapan target PAD yang dikelola oleh Dinas/Instansi pengelola. 3. Sosialisasi peraturan daerah pada wajib pajak daerah / rertribusi daerah. 4. Penerapan sanksi hukum kepada wajib pajak dan wajib restribusi yang tidak memenuhi ketentuan peraturan daerah yang berlaku. 5. Meningkatkan ketersediaan dana operasional dan prasarana pendukung. 6. Membentuk tim intensifikasi PAD dengan melibatkan Dinas/Instansi yang terkait. Sasaran 2 : Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi daerah baik secara agregat maupun sektoral, dalam laporan ini menjelaskan kondisi daerah berdasarkan 32

33 data Produk Domestik Regional Bruto yang dipublikasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kerinci. Data tersebut merupakan hasil penyusunan Tahun 2015 yang dipublikasikan pada tahun Sedangkan data tahun 2016, sampai disusunnya Laporan Kinerja ini, belum dipublikasikan oleh BPS Kabupaten Kerinci. Perekonomian Kabupaten Kerinci pada tahun 2015 mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2014 namun lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun Perkembangan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen) Kabupaten Kerinci Tahun Lapangan Usaha * 2015** A Pertanian, Kehutanan, dan 5,99 7,09 5,18 10,36 4,60 Perikanan B Pertambangan dan Penggalian 7,06 8,89 8,91 7,64 9,90 C Industri Pengelolahan 29,73 11,46 11,71 5,69 5,66 D Pengadaan Listrik dan Gas 20,89 11,29 17,28 4,21 0,52 E Pengadaan Air, Pengelolaan 6,62 0,51 1,43 3,58 5,83 Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 4,11 9,52 16,85 6,77 4,58 G Perdagangan Besar dan Eceran, 7,48 8,29 10,20 9,14 8,52 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan 7,79 8,12 7,11 7,54 9,09 I Penyediaan Akomodasi dan Makan 6,14 6,65 5,17 18,68 4,39 Minum J Informasi dan Komunikasi 9,95 10,87-4,25 10,70 16,42 K Jasa Keuangan dan Asuransi 14,99 9,28 11,01 7,14 4,08 L Real Estate 2,71 3,39 3,83 2,17 4,73 M, N Jasa Perusahaan 3,26 3,44 3,01 7,94 3,99 O Administrasi Pemerintahan dan Jaminan Sosial Wajib 1,48 4,8 4,67 9,15 8,09 P Jasa Pendidikan 1,62 6,96 6,71 1,39 8,49 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,21 6,52 6,48 13,97 9,40 R, S,T,U Jasa Lainnya 6,21 5,32 5,24 6,04 9,52 Produk Domestik Regional Bruto 6,21 7,5 6,16 9,06 6,45 Sumber : Diolah dari PDRB Kabupaten Kerinci Tahun menurut LapanganUsaha, BPS Kabupaten Kerinci, 2016 Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci Tahun 2015 Atas Dasar Harga Konstan dengan menggunakan Tahun Dasar 2010 adalah sebesar 6,45 persen, sedangkan Tahun 2014 laju pertumbuhan PDRB sebesar 9,09 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2015 dicapai oleh kategori 33

34 Pertumbuhan Ekonomi Laporan Kinerja Informasi dan Komunikasi sebesar 16,42 persen, diikuti oleh Jasa Lainnya sebesar 9,52 persen dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 9,40 persen. Sementara itu, laju pertumbuhan penyumbang sekitar 55,0 persen PDRB Kabupaten Kerinci, seperti Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan hanya sebesar 4,60 persen. Berbeda dengan tahun 2015, laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kerinci tahun 2014 didominasi oleh kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, yaitu sebesar 18,68 persen, diikuti oleh Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 13,97 persen, Informasi dan Komunikasi sebesar 10,70 persen serta Administrasi Pemerintahan dan Jaminan Sosial Wajib 9,15 persen. Realisasi laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2015 sedikit melambat sebesar 6,45 persen dari target yang direncanakan sebesar 6,54 persen atau terdapat selisih sebesar 0,9 persen. Grafik target dan realisasi pencapaian pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci RPJMD periode Tahun seperti terlihat pada grafik berikut ini : 12 Grafik 3.4. PROYEKSI DAN REALISASI PERTUMBUHAN PDRB (% ) KABUPATEN KERINCI , Tahun Target Realisasi Sumber : Diolah dari data RPJMD Kab. Kerinci dan Statistik Daerah Kabupaten Kerinci Tahun 2016, BPS Kabupaten Kerinci Rendahnya peningkatan PDRB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan target kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor alam dengan adanya musibah musim kemarau dan kabut asap yang melanda beberapa provinsi termasuk Kabupaten Kerinci yang mengakibatkan 34

35 rendahnya produktifitas hasil pertanian. Faktor lain adalah berfluktuasinya harga pasar beberapa komoditi utama dari Kabupaten Kerinci, yakni harga kentang dan cabai merah, serta kayu manis yang belakangan mulai diandalkan kembali oleh para petani di Kabupaten Kerinci. Dari sisi eksternal, hal yang lain mungkin menjadi melambatnya pertumbuhan ekonomi Daerah adalah karena melambatnya perekonomian provinsi Jambi yang tumbuh hanya 4,21 persen pada tahun 2015 di bandingkan tahun 2014 yang mencapai 7,35 persen sementara Provinsi Jambi merupakan salah satu pasar utama produksi pertanian Kabupaten Kerinci. Sasaran ini didukung oleh program-program pembangunan sebagai berikut: 1. Program Peningkatan Produksi, Nilai Tambah, Pemasaran Hasil Tanaman Pangan dan Holtikulra; 2. Program Peningkatan Teknologi Pertanian; 3. Program Peningkatan Produksi, Nilai Tambah dan Pemasaran Komoditi Perkebunan; 4. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani; 5. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak, Ikan dan Peningkatan Fungsi KESMAVET; 6. Program Peningkatan Produksi Peternakan; 7. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan; 8. Program Pembangunan dan Pengembangan Perikanan; 9. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 10. Program Peningkatan SDM Petani; 11. Program Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani; 12. Program Peningkatan Ketahanan Pangan; 13. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan; 14. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah; 15. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri; 16. Program Pengembangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUMKM); 17. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri; 18. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan; 35

36 Jura Rp Laporan Kinerja 19. Program Peningkatan dan Pengembangan Investasi; 20. Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan; 21. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi; dan 22. Program Peningkatan Pengendalian Bidang Perekonomian dan Pembangunan. Sasaran 3 : Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat PDRB per kapita merupakan salah satu indikator makro ekonomi untuk melihat perkembangan perekonomian dan tingkat kesejahteraan suatu daerah. Peningkatan nilai PDRB per kapita Kabupaten Kerinci atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun terus dirasakan hingga tahun 2016, untuk jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini : Grafik 3.5. PDRB PERKAPITA KABUPATEN KERINCI TAHUN Realisasi Tahun Sumber : Diolah dari data BPS Kabupaten Kerinci Tahun 2016 Berdasarkan PDRB per kapita Kabupaten Kerinci (grafik 3.5.) Tahun terlihat bahwa PDRB per kapita pada tahun 2016 meningkat dibandingkan pada tahun 2015 dari Rp.26,67 juta menjadi Rp. 30,09 juta per tahun atau meningkat sebesar 12,82%. Kondisi ini menggambarkan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kerinci. Selain itu berdasarkan target yang tercantum di dalam Indikator Kinerja Utama bahwa untuk tahun 2016 ditargetkan PDRB 36

37 per kapita bagi masyarakat Kerinci adalah sebesar Rp. 31 juta. Dengan pencapaian Rp. 30,09 juta pada tahun 2016 ini berarti target kinerja pada tahun 2016 masih belum tercapai atau dengan tingkat capaian mencapai 97,06% dari target yang ditetapkan. PDRB Tahun 2016 seperti halnya tahun 2015 masih didominasi oleh lima lapangan usaha besar yang terdiri dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang sebesar 53,38%, kemudian diikuti oleh perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 9,87%, selanjutnya diikuti oleh sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib yang menyumbang sebesar 7,16%, Sektor Konstruksi menyumbang 6,01%, dan sektor Informatika dan Komunikasi menyumbang sebesar 5,90%. Dari peningkatan PDRB per kapita ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih mendominasi penggerak perekonomian Kabupaten Kerinci. Namun peningkatan PDRB perkapita terbesar justru disumbangkan oleh sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib yang meningkat sebesar 27,38%, sedangkan di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya meningkat 11,19%. Untuk tetap menjaga kestabilan perekonomian daerah, sebaiknya program-program di bidang pertanian, perdagangan dan industri pengolahan agar dioptimalkan karena lebih 65% kelangsungan ekonomi masyarakat bergerak di bidang ini. Dengan mengoptimalkan program pemerintah daerah di tiga sektor ini maka saat terjadi perubahan iklim ekonomi provinsi atau nasional, pertumbuhan ekonomi daerah dan PDRB per kapita tetap meingkat dengan baik. Sasaran 4 : Meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Pembangunan ekonomi satu daerah merupakan pilar penting bagi terselenggaranya proses pembangunan di segala bidang, hal ini dapat dilihat 37

38 dari semakin maju perkembangan ekonomi suatu daerah akan berdampak terhap sektor lain diantaranya adalah pada sektor industi pengolahan. Peranan sektor industri dalam pembangunan satu daerah sangat penting karena sektor industri memiliki keunggulan salah satunya akan berdampak dalam penyerapan tenaga kerja di daerah dan berpengaruh pada berkurangnya tingkat pengangguran. Dengan memperhatikan kondisi geografis, Kabupaten Kerinci bukanlah merupakan daerah industri, tetapi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kerinci sebagian besar bergantung pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Namun demikian, sektor-sektor penunjang peningkatan ekonomi lainnya seperti sektor industri pengolahan tetap berkontribusi dalam penentuan produk domestik regional bruto Kabupaten Kerinci. Badan Pusat Statistik (BPS) mengartikan industri pengolahan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Besarnya kontribusi lapangan usaha sektor Industri pengolahan di Kabupaten Kerinci dibandingkan dengan lapangan usaha lainnya dalam PDRB Kabupaten Kerinci, tergambar pada tabel berikut ini: 38

39 Tabel 3.3. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun Rata-rata No. LAPANGAN USAHA pertumbuhan Rp. (Juta) % Rp. (Juta) % Rp. (Juta) % Rp. (Juta) % Rp. (Juta) % % Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan , , , , ,39 5,45 2 Pertambangan dan Penggalian , , , , ,49 7,07 3 Industri Pengolahan , , , , ,24 6,90 4 Pengadaan Listrik dan Gas , , , , ,04 6,65 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang , , , , ,39 2,27 6 Konstruksi , , , , ,77 7,54 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor , , , , ,70 7,23 8 Transportasi dan Pergudangan , , , , ,62 6,37 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum , , , , ,87 6,98 10 Informasi dan Komunikasi , , , , ,60 6,75 11 Jasa Keuangan dan Asuransi , , , , ,08 6,30 12 Real Estat , , , , ,87 2,83 13 Jasa Perusahaan , , , , ,04 3,68 Administrasi Pemerintahan, 14 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib , , , , ,11 5,34 15 Jasa Pendidikan , , , , ,45 4,71 16 Jasa Kesehatan d an Kegiatan Sosial , , , , ,66 7,27 17 Jasa lainnya , , , , ,66 5,22 PDRB , , , , ,00 Sumber : Kerinci Dalam Angka

40 Dari tabel 3.4 diatas, dengan menggunakan data Kerinci Dalam Angka Tahun 2016, terlihat bahwa pada tahun 2015, sektor industri pengolahan memberi kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Kerinci sebesar 3,24% atau sebesar Rp. 165,87 Milyar dari keseluruhan jumlah PDRB kabupaten Kerinci tahun 2015 yang jumlah totalnya sebanyak Rp. 5,12 Triliun. Dengan demikian, pencapaian sasaran keempat dari misi pertama ini pada tahun 2015 mencapai 121,8% atau naik 0,58% dari target yang ditetapkan sebesar 2,66%, dan telah melampaui target RPJMD Tahun 2016 sebesar 2,67 persen. Grafik 3.6. Target dan Realisasi Kontribusi Sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Kerinci (%) Tahun Realisasi Target Sumber : Diolah dari data BPS Kabupaten Kerinci Tahun 2016 Secara persentase Kontribusi Sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Kerinci menurun dari 3,26 % tahun 2014 menjadi 3,24 pada tahun 2015, tetapi jumlah PDRB sektor industri pengolahan pada tahun tersebut mengalami peningkatan dari Rp. 156,96 Milyar pada Tahun 2014, menjadi Rp.165,87 Milyar pada tahun Secara umum, meskipun perkembangan industri pengolahan di Kabupaten Kerinci berfluktuatif, namun secara linear mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut khususnya terjadi pada industri kecil. Industri kecil di Kabupaten Kerinci mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, 40

41 dimana pada tahun 2013 terdapat 967 unit usaha, kemudian meningkat menjadi unit usaha pada 2014, dan meningkat pula menjadi unit usaha pada Begitupun dengan penyerapan tenaga kerjanya, dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 industri kecil di Kabupaten Kerinci menyerap tenaga kerja, kemudian pada 2014 meningkat menjadi tenaga kerja, dan meningkat pula menjadi tenaga kerja pada tahun Jika dilihat dari nilai investasi dan produksi industri kecil di kabupaten kerinci, juga menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2015, nilai investasi industri kecil mencapai Rp.240,26 miliar. Sedangkan nilai produksinya mencapai Rp.109,66 miliar. Pada Tahun 2016, angka tersebut semakin meningkat, seiring dengan semakin meningkatnya usaha masyarakat. Rencana aksi daerah dalam RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun dalam rangka mencapai sasaran strategis Meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB, pada tahun 2016 dilaksanakan oleh beberapa program, antara lain : 1. Program pengembangan industri kecil dan menengah, dengan realisasi mencapai 99,19 persen. 2. Program peningkatan kemampuan teknologi industri, dengan realisasi mencapai 94,36 persen. 3. Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri, dengan realisasi mencapai 99,03persen. 4. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan, dengan realisasi mencapai 98,80 persen. 5. Program Pembinaan Pedagang kaki Lima dan Asongan, dengan realisasi mencapai 98,02 persen. 6. Program Peningkatan Pengendalian Bidang Perekonomian dan Pembangunan, dengan realisasi mencapai 99,41 persen. 7. Program pengembangan Koperasi dan usaha Mikro kecil menengah (KUMKM), dengan realisasi mencapai 99,63 persen. 41

42 Sasaran 5 : Meningkatnya partisipasi angkatan kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. Untuk menghitung TPAK diperoleh dari Rasio Aktifitas Ekonomi Umum (General Economic Activity Ratio), rasio ini khusus untuk penduduk usia kerja atau biasa disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Rumus yang digunakan untuk menghitung TPAK adalah sebagai berikut: Jumlah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) di Kabupaten Kerinci pada tahun 2015 sebanyak jiwa, jumlah angkatan kerja sebanyak jiwa dan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak jiwa. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) tercatat mencapai 71,39 persen dari total penduduk usia kerja. Angka tersebut naik jika dibandingkan dengan TPAK pada tahun 2014 yang sebesar 67,60 persen. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, 96,33 persen diantaranya sudah bekerja. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka turun dari tahun sebelumnya, mencapai 3,67 persen. Sebagian besar pekerja di Kabupaten Kerinci pada tahun 2015 masih memilih bekerja di sektor pertanian terutama di sub sektor tanaman pangan. Hal ini dapat dilihat dari luasnya lahan pertanian yang terdapat di Kabupaten Kerinci. Berdasarkan perbandingan empat sektor utama, pilihan bekerja di sektor pertanian masih mendominasi pasar kerja di Kabupaten Kerinci, yaitu dengan persentase sebesar 82,15 persen pada tahun Kemudian diikuti oleh sector jasa sebesar 8,05 persen, sektor perdagangan 4,66 persen dan sektor industri 0,70 persen. 42

43 Tabel 3.4. Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Kerinci Tahun Sumber : Diolah dari data BPS Kabupaten Kerinci, 2016 Tabel diatas juga menggambarkan turunnya angka pengangguran di Kabupaten Kerinci, dari orang (4,44%) pada tahun 2014 menjadi orang (3,67%) pada tahun Meningkatnya angka partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Kerinci, diiringi dengan menurunnya angka pengangguran yang ada. Turunnya angka pengangguran dan meningkatnya angka partisipasi angkatan kerja ini menunjukkan bahwa program-program ketenagakerjaan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Kerinci telah berjalan efektif. Program-program yang telah dijalankan antara lain program pelatihan tenaga kerja sebanyak 38 kali pertahun dengan peserta 16 orang per pelatihan atau 608 orang selama tahun 2015, program padat karya sebanyak 3 paket dengan peserta 80 orang per paket atau 240 orang selama tahun 2015, penempatan tenaga kerja ke luar negeri (Malaysia, Jepang, Singapura, dan sebagainya) yang mencapai angka 500 orang selama tahun 2015, serta kegiatan pelatihan kewirausahaan yang dilakukan di 6 (enam) lokasi / desa dengan peserta per lokasi/desa sebanyak 20 orang atau total peserta mencapai 120 orang dan diberikan bantuan peralatan untuk usaha. Pada Tahun 2016 realisasi Tingkat Partipasi Angkatan kerja (TPAK) mencapai 71,39 persen, atau mengalami peningkatan sebesar 104,95 persen target yang ditetapkan pada RPJMD tahun 2015 yakni sebesar 68 persen. 43

44 Realisasi ini juga telah jauh melampaui target tahun 2016 yaitu sebesar 68,5 persen dan juga telah melampaui capaian tahun Grafik 3.7. Target dan Realisasi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Kabupaten Kerinci Tahun Target (%) Realisasi (%) Sumber : Diolah dari data BPS dan RPJMD Kab. Kerinci, 2016 Apabila dibandingkan dengan Provinsi dan Nasional, maka posisi TPAK Kabupaten Kerinci tergambar seperti grafik berikut ini : Grafik 3.8. Posisi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Kabupaten Kerinci terhadap Provinsi Jambi dan Nasional Tahun Agustus 2011 Agustus 2012 Agustus 2013 Agustus 2014 Agustus 2015 Kab. Kerinci Provinsi Jambi Nasional Sumber : Diolah dari data BPS dan RPJMD Kab. Kerinci, 2016 Berdasarkan grafik di atas, tergambar TPAK Kabupaten Kerinci pada periode Tahun 2013 sebesar 69,32 persen lebih tinggi dari TPAK Provinsi 44

45 Jambi sebesar 62,66 persen dan Nasional sebesar 69,17 persen. Namun pada periode Tahun 2015 mengalami lonjakan kenaikan menjadi sebesar 71,39 persen, jauh berada di atas TPAK Nasional dan Provinsi Jambi. Hal ini berarti bahwa Kabupaten Kerinci dengan TPAK tinggi menunjukan bahwa situasi pasar kerja juga tinggi, baik dari tipe pekerjaan yakni sektor formal maupun informal, sehingga kondisi ini menandakan bahwa peluang untuk bekerja dan tersedianya lapangan kerja juga tinggi. Tercapainya target sasaran strategis RPJMD Meningkatnya partisipasi angkatan kerja, dalam Rencana Aksi Daerah pada Tahun 2016, dilaksanakan oleh beberapa program, antara lain : 1. Program Peningkatan Kesempatan Kerja, dengan realisasi mencapai 96,24 persen. 2. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, dengan realisasi mencapai 100 persen. 3. Program Peningkatan dan Pengembangan Investasi, dengan realisasi mencapai 100 persen. 4. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan, dengan realisasi mencapai 99,45 persen. 5. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi, dengan realisasi mencapai 99,79 persen. Sasaran 6 : Meningkatnya kunjungan wisatawan Sektor pariwisata di Kabupaten Kerinci yang termasuk kedalam visi dan misi kabupaten Kerinci yang tertuang didalam RPJMD Kabupaten Kerinci pada misi I (Satu) yaitu Meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat berbasis pertanian, industri mikro, kecil dan menengah, serta pariwisata. Pembangunan pariwisata memiliki arti yang sangat penting ditinjau dari berbagai aspek dan terintegrasi dari pembangunan nasional, yang merupakan bagian dari cita-cita luhur bangsa Indonesia. Sebagai mana tertuang dalam alenia ke 4 pembukaan UUD 45 dan juga undang-undang Nomor.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan Indonesia dengan 45

46 mengembangkaan konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Kepariwisataan bertanggung jawab dan berkelanjutan. Presiden telah menetapkan Nawa Cita sebagai program prioritas pembangunan Kabinet Kerja Pada Kabinet Kerja, sektor kepariwisataan tumbuh menjadi sektor unggulan dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan menjadi lokomotif untuk penerimaan devisa negara, pengembangan usaha, pembangunan infrastruktur serta penyerapan tenaga kerja. Sektor ini telah memberi kontibusi sebesar 9,5 % pada PDB global. Dalam beberapa tahun terakhir, industri pariwisata selalu menepati urutan ke -4 atau ke-5 penghasil devisa bagi negara. Sementara sektor-sektor usaha lain seperti minyak dan gas, batu bara, karet dan tekstil yang menempati posisi urutan ke-1 hingga ke-4 cenderung menurun sesuai dengan karakternya sebagai non-renewable produk yang diyakini akan dapat dilampaui oleh sektor pariwisata pada penghujung tahun 2019, dengan target kunjungan wisman sebesar 20 juta dan wisnu sebesar 275 juta dapattercapai. Sebagai mana disampaikan Menteri Kepariwisataan RI dalam sambutannya pada peringatan World Tourism Day pada bulan september Tiga pintu masuk yang memberikan kontribusi tinggipenerima wisman adalah Bali, Batam, Jakarta, pemberlakuan kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) serta gencarnya promosi Wonderful Indonesia diharapkan akan menjadi pendorong meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia. Padahal beberapa negara ASEAN untuk periode yang sama justru mengalami pertumbuhan negatif. Kabupaten Kerinci berada pada akses pintu masuk Batam, memiliki sumber daya alam yang paling menonjol yang dikaruniakan tuhan kepada Kabupaten Kerinci adalah kawasan wisata. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Kerinci yaitu Terwujudnya Kerinci Yang Lebih Baik dengan Meningkatkan Pendapatan Daerah dan Masyarakat Berbasis Pertanian,Industri Makro, Kecil dan Menengah, serta Pariwisata. 46

47 Sebagai sebuah kekayaan alam yang given, kawasan wisata di Kabupaten Kerinci adalah suatu kawasan wisata yang terdiri dari gunung, perbukitan, danau, hutan tropis yang sangat terjaga diselingi beberapa air terjun, mengelilingi hamparan persawahan dan perkampungan. Sehingga secara keseluruhan, kawasan ini membentuk satu kesatuan alam yang sangat elok dan menarik. Sejatinya kekayaan alam yang diterima begitu saja dari penciptaan yang maha kuasa, haruslah memberikan dampak yang baik bagi penduduk yang dilokasi dan sekitar lokasi tersebut melalui peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakatnya. Untuk itu dibutuhkan berbagai upaya yang baik dalam merencanakan, mengelola dan memelihara kekayaan alam Kerinci itu supaya tidak kurang daya guna dan hasilnya. Dan sebuah kesempatan bagi Kabupaten untuk berperan aktif terhadap pencapaian target kunjungan wisman dan wisnu, dengan terpilihnya Kabupaten Kerinci sebagai Branding Pariwisata Provinsi Jambi dengan demikian Kabupaten Kerinci dapat memberikan konstribusi dalam mewujudkan tujuan umum Pembangunan Kepariwisataan Jangka Menengah Untuk itu sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor yang bisa dikembangkan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kerinci, hal ini didukung oleh tersedianya sumber daya alam Kabupaten kerinci yang mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan. Beberapa objek wisata di Kabupaten Kerinci yang selalu banyak dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan nusatantara maupun wisatawan mancanegara, antara lain : Tabel 3.5. Nama Objek dan Lokasi Wisata Di Kabupaten Kerinci No. Nama Objek Wisata Lokasi Gunung Kerinci Kec. Kayu Aro 2. Gunung Tujuh Kec. Gunung Tujuh 3. Danau Gunung Tujuh Kec. Gunung Tujuh 4. Air Terjun Telun Berasap Kec. Gunung Tujuh 5. Kebun Teh / Aroma Pecco Kec. Kayu Aro, Kec. Kayu Aro Barat dan Kec. Gunung Tujuh 6. Sumber Air Panas Semurup Kec. Air Hangat Barat 7. Pemandian Air Hangat Sungai Medang Kec. Air Hangat Timur 47

48 8. Danau Kerinci Kec. Danau Kerinci, dan Kec. Keliling Danau 9. Danau Lingkat Kec. Gunung Raya 10. Danau Kaco Kec. Gunung Raya 11. Air Terjun Pancuran Rayo Kec. Keliling Danau 12. Air Terjun Talang Kemulun Kec, Danau Kerinci 13. Danau Duo Kec. Gunung Raya 14. Goa Kasah Kec. Kayu Aro 15. Air Terjun Air Terjun Panorama 7 Kec. Siulak 16. Air Terjun Pendung Kec. Air Hangat 17. Panorama Bukit Tapan sekukung Kec. Depati VII 18. Air Terjun tingkat 13 Kec. Air Hangat Timur 19. Goa Batu Tanjung Tanah Kec. Danau Kerinci 20. Air Terjun Pauh Tinggi Kec. Gunung Tujuh 21. Pantai Indah Koto Petai Kec. Danau Kerinci 22. Air Terjun Seluang Bersisik Emas Kec. Gunung Raya lempur Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Kerinci Selain objek wisata sebagai dimaksud dalam tabel diatas, masih banyak objek dan lokasi wisata lainnya di Kabupaten Kerinci yang dapat dikembangkan. Dengan potensi wisata yang cukup besar tersebut, menjadi sumber pemasukan tersendiri bagi masyarakat di Kabupaten Kerinci yang berada di sekitar objek wisata tersebut. Potensi wisata yang cukup besar itu juga menjadi sumber pendapatan asli daerah yang dapat dikembangkan lebih baik ke depannya. Dengan banyaknya wisatawan yang datang mengunjungi objek wisata tersebut, secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari grafik jumlah kunjungan wisatawan berikut : 48

49 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Laporan Kinerja Grafik 3.9. Jumlah Wisatawan Lokal, Nusantara dan Asing Tahun ,000 16,000 16,497 15,400 15,195 14,000 13,305 12,000 11,035 10,654 11,227 10,000 8,000 6,959 6,000 4,911 5,506 4,000 3,722 3,852 2, Wisatawan Nusantara + Lokal Wisatawan Asing BULAN Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Tahun

50 Dari grafik diatas, terlihat bahwa total kunjungan wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara pada setiap objek wisata di Kabupaten Kerinci sepanjang tahun 2016 mencapai orang. Dari jumlah tersebut 98,9% diantaranya adalah wisatawan lokal dan nusantara, sedangkan wisatawan mancanegara hanya 1,29%. Dengan target kunjungan wisatawan pada 2016 sebanyak orang, dan jumlah kunjungan wisatawan lokal, nusantara maupun mancanegara pada tahun 2016 sebanyak orang, maka sasaran ke-6 ini mencatat terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya, namun untuk capaian target belum mencapai dengan target yang telah ditetapkan atau hanya mencapai 92,17% untuk wisatawan lokal dan Nusantara terjadi penurunan dikarenakan keadaan Gunung Kerinci yang mengalami tingkat waspada sedangkan untuk mancanegara terjadi kenaikan dari sebelumnya. Data jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kerinci ini dihimpun dari berbagai sumber, yakni antara lain : a. Pusat Informasi Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kerinci; b. Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS); c. Data kunjungan setiap objek wisata dalam Kabupaten Kerinci; dan d. Homesyat, mess, dan rumah penduduk dalam Kabupaten Kerinci. Meskipun angka kunjungan wisatawan sepanjang tahun 2016 belum mencapai angka yang telah ditargetkan, namun terdapat upaya-upaya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang dilakukan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kerinci melalui beberapa program Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata. Beberapa upaya yang dilakukan tersebut antara lain : 1. Melakukan pembenahan dan pembangunan fasilitas/sarana penunjang/infrastruktur diobjek-objek wisata yang ada 2. Promosi objek wisata melalui brosur/booklet, website, maupun pameranpameran. Salah satu bentuk promosi wisata yang efektif mendatangkan wisatawan adalah adanya event atau agenda nasional tahunan yang diadakan di Danau Kerinci, yakni Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK). 3. Pembinaan kelompok sadar wisata / pemandu wisata 50

51 4. Pengembangan desa wisata baru, salah satunya adalah Desa Wisata Lempur di Kecamatan Gunung Raya, Desa Talang Kemulung Kecamatan Danau Kerinci. Desa wisata ini menawarkan paket wisata alam kepada para wisatawan yang datang, dimana paket wisata alam ini cukup menarik minat wisatawan mancanegara yang datang berkunjung. Upaya pencapaian sasaran ke-6 ini didukung oleh Program Pengembangan, Pengelolaan Pariwisata dan Budaya dan alokasi anggaran sebesar Rp ,00,- Sasaran 7 : Meningkatnya angka melek huruf Angka Melek Huruf (AMH) adalah proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya, tanpa harus mengerti apa yang di baca/ditulisnya terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka Melek Huruf (AMH) dihitung dengan menggunakan rumus : Keterangan : AMH t 15 P t 15 = Jumlah penduduk 15 ke atas yang melek huruf tahun ke-t. = Jumlah penduduk 15 pada tahun ke-t. Target peningkatan angka melek huruf di Kabupaten Kerinci pada tahun 2016 adalah sebesar 97,29 %, dengan capaian kinerja tahun 2016 mencapai 97,30 % dengan tingkat keberhasilan mencapai 100,01 %. Pencapaian ini juga naik 0,01% jika dibandingkan dengan pencapaian tahun Dalam rangka target pengentasan buta aksara, Dinas Pendidikan Kabupaten Kerinci melalui Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) akan memaksimalkan kegiatan Pembinaan penyelenggaraan Keaksaraan Fungsional (KF) serta Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan. 51

52 Sasaran 8 : Rata-rata lama sekolah Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator Rata-rata lama sekolah ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang dijalankan. Standar UNDP (Badan Program Pembangunan PBB) adalah minimal 0 tahun dan maksimal 15 tahun. Untuk menghitung Angka Rata-rata Lama Sekolah, data dan informasi yang dibutuhkan adalah: a. Data penduduk menurut kelompok Usia. b. Data penduduk menurut Gender. c. Data penduduk menurut pendidikan. Dengan rumus penghitungan sebagai berikut : Rata rata lama sekolah = Jumlah Penduduk X Lama Pendidikan yg Dihabiskan Jumlah Penduduk 15 keatas yg sedang sekolah / telah berijazah Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Kerinci pada tahun 2016 mengalam overload target dengan capaian 100,13 % dan mengalami peningkatan sebesar 0,1 apabila dibandingkan dengan Tahun Dengan angka Rata Rata Lama Sekolah Kabupaten Kerinci 7,79 berarti Penduduk Kabupaten Kerinci rata-rata menyelesaikan pendidikan kelas VII SMP pada semester I. Rata Rata Lama Sekolah Kabupaten Kerinci cenderung mengalami peningkatan, hal ini menandakan peningkatankesadaran Masyarakat Kabupaten Kerinci akan pentingnya pendidikan. Sasaran 9 : Meningkatnya angka partisipasi sekolah Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi 52

53 Sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Angka Partisipasi Sekolah dapat dihitung dengan cara : Jumlah penduduk berumur X-Y tahun yang masih APS (umur X Y) = sekolah X 100 Jumlah penduduk umur X-Y tahun Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD, Angka partisipasi sekolah tingkat SD/MI (anak usia 7 12 tahun) dan angka partisipasi sekolah SMP/MTs (usia tahun) di Kabupaten Kerinci pada tahun 2015, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.6. APK PAUD, APS Usia 7-12 & APS Usia Tahun 2016 NO. INDIKATOR CAPAIAN 2015 TARGET TAHUN 2016 CAPAIAN TAHUN 2016 % CAPAIAN 1. APK PAUD 72,86 % 70,63 % 77,22 % 109,33 % 2. APK ,55 % 99,6 % 99,78 % 100,13 % 3. APK ,86 % 95 % 97,00 % 102,11 % Sumber data : Dinas Pendidikan Kabupaten Kerinci, Tahun 2016 Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan 53

54 indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK PAUD dapat dihitung dengan cara : Jumlah penduduk yang sekolah di PAUD APK PAUD = X 100 Jumlah penduduk umur 4-6 tahun Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD Kabupaten Kerinci dilihat dari tabel di atas, pada tahun 2016 melebihi target yang ditetapkan yakni dengan capaian 109,33% dan mengalami kenaikan 7,88 % apabila dibandingkan dengan Tahun Apabila dilihat dari capaian APK PAUD Tahun 2016 sebesar 77,22 %, ini dapat diartikan bahwa masih ada sekitar 22,78 % penduduk Kabupaten Kerinci yang tingkatan umur mengenyam pendidikan tingkat PAUD. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7 12 tahun 4 6 tahun belum Kabupaten Kerinci dilihat dari table diatas, pada tahun 2016 mengalami overload target dengan capaian 100,19 %. Meskipun persentase capaian kinerjanya menurun hamper 31,11% jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015, namun masih melebihi target yang ditetapkan pada tahun 2016 sebesar 99,6%. Angka APS Usia 7 12 tahun seperti pada table diatas dapat diartikan bahwa hampir semua penduduk Kabupaten Kerinci usia 7 12 tahun telah mendapatkan kesempatan sekolah. Apabila dilihat dari capaian target 99,78 %, hanya 0,22 % saja yang tidak mendapat kesempatan sekolah, ini disebabkan oleh beberapa faktor : a. Beberapa Penduduk Kabupaten Kerinci Usia 7 12 tahun yang sekolah di daerah tetangga yaitu Kota Sungai Penuh terutama orang tuanya yang tempat kerjanya di Kota Sungai Penuh atau penduduk yang berdomisili di perbatasan Kabupaten Kerinci dengan Kota Sungai Penuh. b. Beberapa Penduduk Kabupaten Kerinci Usia 7 tahun belum bersekolah terutama yang mengikuti orang tua tinggal di daerah perladangan yang jauh dari sekolah. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia tahun Kabupaten Kerinci dilihat dari table diatas, padatahun 2016 juga mengalami overload 54

55 target dengan capaian 102,11 % dan mengalami peningkatan 6,95% apabila dibandingkan dengan Tahun Apabila dilihat dari capaian target 97 %, berarti masih ada penduduk Kabupaten Kerinci sebanyak 3 % yang tidak mendapat kesempatan sekolah, hal ini disebabkan penduduk Kabupaten Kerinci usia tahun sebagian kecil memilih untuk sekolah di kota Sungai Penuh yang kualitas sekolahnya lebih baik. Hal ini menandakan masih adanya permasalahan pada sekolah di Kabupaten Kerinci. Tentu hal ini akan menjadi catatan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Kerinci untuk berusaha meningkatkan kualitas sekolah yang ada. Program pembangunan yang mendukung pencapaian sasaran ini adalah program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan dengan kekuatan anggaran sebesar Rp ,- Sasaran 10 : Meningkatnya angka harapan hidup Angka harapan hidup merupakan salah satu komponen penghitungan besaran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) selain angka harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita. Angka harapan hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (age spesific Death Rate / ASDR) dimana datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat tabel kematian. Namun, karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik, maka untuk menghitung angka harapat hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite. Dari data statisik yang ada, angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Kerinci tahun 2016 ditargetkan mencapai angka 69,34 tahun. Pada akhir tahun 2016, angka harapan hidup masyakat Kabupaten Kerinci tercatat mencapai 72,05 tahun. Dengan demikian, persentase pencapaian kinerja peningkatan angka harapan hidup mencapai 103,91%. Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015 (104,02%), maka terjadi penurunan capaian sedikit sebesar 0,11% dari 72,02 tahun menjadi 72,05 tahun, namun pencapaian angka harapan hidup masyarakatnya meningkat. 55

56 Dengan angka harapan hidup ini dapat menjadi strategi pembangunan dalam menanggulangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Kerinci. Untuk mendukung hal tersebut, telah melakukan berbagai upaya diantaranya meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, meningkatkan kepedulian masyarakat, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, serta meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat sehingga dapat memperoleh pekerjaan dengan hasil yang memadai. Angka Harapan Hidup merupakan salah satu komponen penghitungan Indeks Pembangunan Manusia selain harapan usia sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita masyarakat dalam suatu wilayah. Pembangunan manusia merupakan suatu proses manusia agar mampu memiliki pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik, dan sebagainya yang lebih baik. Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. IPM Kabupaten Kerinci dari tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 IPM Kabupaten Kerinci berada angka 66,71 dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 67,49. Angka ini kemudian kembali meningkat menjadi 67,96 pada tahun Dengan angka 67,96 pada tahun 2014, maka IPM Kabupaten Kerinci berada pada urutan ke-3 dari 11 Kabupaten Kota di Provinsi Jambi. Meningkatnya angka harapan hidup masyarakat di Kabupaten Kerinci pada tahun 2016, tidak terlepas dari dukungan program Peningkatan Upaya Kesehatan Masyarakat serta dukungan anggaran sebesar Rp ,00. Sasaran 11 : Menurunnya angka kematian bayi Pada tahun 2016, ditemui angka kematian bayi sebanyak 40 kasus, dengan penanganan kasus terbanyak berada di Puskesmas Kersik Tuo yakni sebanyak 6 kasus. Selengkapnya sebagaimana terlihat pada tabel berikut : 56

57 No. Puskesmas Tabel 3.7. Sebaran Kasus Kematian Bayi Tahun 2016 Kematian Neonatal Laki -laki Pere mpu an Juml ah Laki -laki Kematian Bayi Pere mpu an Juml ah Total Kematian Bayi Pere mpu an Lakilaki 1. Pelompek Kersik Tuo Gunung Labu Siulak Deras Siulak Gedang 6. Siulak Mukai Semurup Kemantan Sungai Tutung 10. Depati VII Hiang Sanggaran Agung 13. Semerap Jujun Lolo Lempur Tarutung Tamiai Bukit Kerman Total Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, Tahun 2016 Angka kematian bayi pada tahun 2016 ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain BBLR sebagai penyebab terjadinya 12 kasus kematian bayi, asfiksia 11 kasus, infeksi/sepsis, kongenital, pneumonia, dan saluran pencernaan masing-masing 1 kasus, dan penyebab kematian terbesar adalah BBLR. Meskipun terjadi kenaikan kasus kematian bayi pada tahun 2016 sebesar 40 kasus (empat puluh) apabila dibandingkan dengan jumlah kasus yang terjadi pada tahun 2015 sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) kasus, namun dari sisi capaian kinerja pada tahun 2016 terjadi penurunan secara bermakna 5,3 per kelahiran hidup (147,17%) lebih baik dibandingkan pada tahun 2015 sebesar 8,48 per kelahiran hidup (99,77%). Juml ah 57

58 Guna menekan angka kematian bayi menjadi 8 per kelahiran hidup pada akhir tahun RPJMD yang mana pada tahun 2016 sudah tercapai 5,3 per kelahiran hidup tersebut di atas merupakan upaya beberapa program unggulan yang dijalan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, yakni Program Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan pada kegiatan Pembinaan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk penanganan komplikasi ibu hamil dan melahirkan dengan anggaran sebesar Rp ,- dengan realisasi anggaran Rp ,-, Program Upaya Kesehatan Masyarakat pada kegiatan Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah dengan anggaran Rp ,- dengan realisasi Rp ,-, kegiatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) biaya daerah Rp ,- dengan realisasi anggaran Rp ,-, dan program/kegiatan lainnya. Sasaran 12 : Menurunnya angka kematian ibu melahirkan Sebagaimana dengan angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Kerinci juga tidak dapat dijabarkan dalam rumusan per kelahiran hidup, mengingat angka ibu melahirkan di Kabupaten Kerinci setiap tahunnya hanya berkisar pada angka melahirkan. Untuk melihat ketercapaian sasaran ini, Pemerintah Kabupaten Kerinci menggunakan angka kasus kematian ibu melahirkan per tahunnya dengan angka konstanta per kelahiran hidup. Pada tahun 2015, terjadi 6 (enam) kasus kematian ibu melahirkan dari angka kelahiran. Namun demikian, angka ini mengalami peningkatan mencapai 100% jika dibandingkan dengan kasus kematian ibu melahirkan yang terjadi pada tahun 2014, yakni sebanyak 3 (tiga) kasus. Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Kerinci menargetkan penurunan angka kematian ibu sebesar 0,9 per kelahiran hidup. Dengan menggunakan penghitungan per kelahiran hidup, maka pada tahun 2015 angka kematian ibu per kelahiran adalah 1,37. Artinya dengan 6 (enam) kasus kematian ibu melahirkan pada tahun 2015, target 0,9 hanya dapat tercapai 65,69%. Selanjutnya pada tahun 2016 angka kematian ibu sebanyak 0,75 per kelahiran, sehingga telah tercapai keberhasilannya dalam upaya menurunkan angka kematian ibu 58

59 melahirkan karena di bawah 0,80 per 1000 kelahiran (target 2016) dan terjadi penurunan 106,67% lebih baik dibandingkan pada tahun 2015 sebesar 1,37 per kelahiran hidup. No. Tabel 3.8. Jumlah Kematian Ibu Hamil, Salin dan Nifas Lingkup Kabupaten Kerinci Tahun 2016 Puskesmas Jml Kematian Bumil Jml Kematian Bulin Jml Kematian Bufas Jml Kematian Ibu Pelompek Kersik Tuo Gunung Labu Siulak Deras Siulak Gedang Siulak Mukai Semurup Kemantan Sungai Tutung Depati VII Hiang Sanggaran Agung Semerap Jujun Lolo Lempur Tarutung Tamiai Bukit Kerman Total Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, Tahun 2016 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 6 (enam) kasus ibu melahirkan yang terjadi pada tahun 2016, 2 (dua) kasus kematian ibu hamil disebabkan oleh penyebab lainnya, 3 (tiga) kasus kematian ibu bersalin dengan penyebab pendarahan, dan 3 (tiga) kasus kematian ibu nifas yang disebabkan penyebab lainnya. Terjadinya kematian ibu melahirkan karena komplikasi pada tahun 2016 ini, dikarenakan oleh 3 (tiga) jenis keterlambatan, yakni : 1. Terlambat merujuk karena kendala transportasi; 2. Terlambat mendapat penanganan karena terbatasnya sarana dan jumlah sumber daya manusia; dan 59

60 3. Terlambat mengambil keputusan sehingga terlambat untuk mendapat penanganan. Untuk menekan kasus kematian ibu melahirkan salah satunya dapat dilakukan dengan upaya peningkatan kemampuan petugas dalam mendeteksi tanda bahaya kehamilan guna mendeteksi secara dini kelainan pada ibu hamil, mendekatkan akses tenaga kesehatan dengan menempatkan bidan di desa, serta meningkatkan pelaksanaan kelas ibu hamil dengan orientasi P4K. Namun upaya-upaya tersebut juga harus mendapat dukungan dari Penyuluh Keluarga Berencana serta para tenaga medis yang ada di Kabupaten Kerinci yang selalu memberikan penyuluhan dan pembinaan tentang pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi pada saat melahirkan. Upaya pencapaian ini didukung dengan program-program pembangunan bidang kesehatan seperti program peningkatan gizi masyarakat, program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita, program peningkatan pelayanan kesehatan lansia, dan program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak. Sasaran 13 : Menurunnya jumlah balita gizi buruk Kabupaten Kerinci juga menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan sasaran menurunnya jumlah balita gizi buruk yaitu persentase balita gizi buruk yang merupakan salah satu indikator yang dijadikan tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci jumlah Balita Gizi Buruk pada tahun 2014 sebanyak 8 balita atau 0,04% dari jumlah balita ditimbang sebesar balita, dan tahun 2015 menurun menjadi 3 balita atau sebesar 0,02% dari jumlah balita ditimbang sebesar balita, serta tahun 2016 menurun lagi menjadi 3 balita atau sebesar 0,015% dari jumlah balita ditimbang sebesar 60

61 balita sebagaimana terlihat pada perkembangan status gizi balita di Kabupaten Kerinci seperti pada tabel 3.11 berikut. Tabel 3.9. Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun Tahun No. Status Gizi Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1. Gizi Lebih 68 0, , ,12 2. Gizi Baik , , ,8 3. Gizi Kurang 301 1, , ,2 4. Gizi Buruk 8 0,04 3 0,02 3 0,015 Jumlah Balita Ditimbang (D) Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun 2016 Adapun secara rinci status gizi di Kabupaten Kerinci Tahun 2016 sebagaimana terlihat pada tabel 3.12 berikut. Tabel Jumlah Balita dengan kondisi Gizinya Tahun 2016 No. Puskesmas Gizi Gizi Gizi Gizi Baik Lebih Kurang Buruk Pelompek Kersik Tuo Gunung Labu Siulak Deras Siulak Gedang Siulak Mukai Semurup Kemantan Sungai Tutung Depati VII Hiang Sanggaran Agung 13. Semerap Jujun Lolo Lempur Tarutung Tamiai Bukit Kerman Total Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci Tahun

62 Kasus gizi buruk yang terjadi pada tahun 2016 terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kersik Tuo Kecamatan Kayu Aro sebanyak 1 balita, dan Puskesmas Depati VII Kecamatan Depati VII sebanyak 2 balita. Dari hasil pantauan petugas medis Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci, kasus yang terjadi bukan murni kasus gizi buruk. Keseluruhan kasus gizi buruk yang terjadi merupakan kasus gizi buruk dengan penyerta, diantaranya adalah kurangnya pengetahuan dan pendidikan ibu yang mempengaruhi pola asuh dan pola makanan bagi anaknya. Keseluruhan bayi yang didiagnosa menderita gizi buruk telah mendapat penanganan secara medis dan telah diberikan makanan/asupan gizi yang memadai dari Dinas teknis terkait. Meskipun kasus gizi buruk pada tahun 2016 hanya terjadi 3 (tiga) kasus, namun dari segi medis angka ini masih dianggap sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa). Dengan adanya 3 (tiga) kasus gizi buruk yang terjadi pada tahun 2016, target 0,04% angka gizi buruk dari total balita ditimbang tercapai 0,015%, dengan persentase capaian mencapai 266,67%. Sasaran 14 : Meningkatnya kualitas infrastruktur jalan dan jembatan Prasarana jalan merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan daerah. Kondisi jalan berbanding lurus dengan tingkat aksesbilitas, jika kondisi jalan baik maka tingkat aksesbilitas akan baik. Pada tahun panjang jalan kabupaten yang merupakan kewenangan sepanjang km yang tersebar di 16 kecamatan. Pada tahun 2016, dari target 35% jalan Kabupaten dalam kondisi baik dapat terealisasi 33,85% jalan dalam kondisi baik atau sepanjang 315,85 km Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2015, dimana hanya 31,45% atau 293,50 km jalan Kabupaten Kerinci dalam kondisi baik, atau meningkat 2,39% pada tahun Namun, dari sisi capaian kinerja angka ini belum memenuhi target yang telah ditetapkan atau 62

63 Kerinci dari tahun 2015 s/d 2016 : dengan tingkat capaian hanya mencapai 96,72%. Hal ini dikarenakan adanya perbaikan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci pada Tahun Berikut tabel kondisi jalan Kabupaten No Kecamatan Tabel Kondisi Jalan Kabupaten Kerinci Tahun Panjang Jalan (km) Kondisi Baik (km) (%) Panjang Jalan (km) Kondisi Baik (km) 1 Gunung Tujuh 57,40 16,40 22,19 57,40 15,70 27,35 2 Kayu Aro 88,71 42,42 20,63 88,71 44,83 50,54 3 Kayu Aro Barat 64,88 34,23 43,25 64,88 44,33 68,33 4 Gunung Kerinci 35,74 26,54 38,72 35,74 23,54 65,86 5 Siulak 86,10 22,68 12,06 86,10 25,28 29,36 6 Siulak Mukai 27,20 5,00 17,05 27,20 6,20 22,79 7 Air Hangat 32,15 9,45 25,69 32,15 10,55 32,81 Air Hangat 8 Barat 17,35 5,38 20,63 17,35 5,38 31,01 9 Depati Tujuh 34,96 11,91 24,46 34,96 11,91 34,07 Air Hangat 10 Timur 43,66 9,50 21,76 43,66 9,50 21,76 11 Sitinjau Laut 54,50 23,49 38,02 54,50 24,02 44,07 12 Danau Kerinci 26,49 14,94 48,61 26,49 16,14 60,93 13 Keliling Danau 68,90 14,20 21,13 68,90 17,56 25,49 14 Gunung Raya 153,40 34,08 22,07 153,40 34,92 22,76 15 Bukit Kerman 45,38 10,03 19,89 45,38 10,27 22,63 16 Batang Merangin 96,30 13,25 13,56 96,30 15,70 16,30 Jumlah 933,12 293,50 31,45 933,12 315,83 33,85 Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci Tahun 2016 (%) 63

64 Peningkatan kualitas jalan Kabupaten ini dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci melalui program Pembangunan Sarana dan Prasarana dengan anggaran sebesar ,00, Program Peningkatan Rehabilitasi Kebinamargaan dengan anggaran sebesar Rp , Program Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Pekerjaan Umum dengan anggaran sebesar Rp , Program Peningkatan Pelayanan Angkutan dengan anggaran sebesar Rp , dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perhubungan dengan anggaran sebesar Rp Sasaran 15 : Meningkatnya kualitas dan kesediaan jaringan irigasi Jaringan irigasi merupakan prasarana pengairan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air baku bagi masyarakat khususnya dalam bidang pertanian. Pada tahun 2016 luas area irigasi yang menjadi kewenangan seluas ha dan 75,30 persen dari daerah irigasi tersebut berkondisi baik. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 terjadi peningkatan pelayanan daerah irigasi berkondisi baik seluas 680 hektar atau terjadi peningkatan sebesar 7,39 persen. Dengan rasio layanan irigasi mencapai 75,30%, maka capaian kinerja untuk indicator ini melebih dari target yang ditetapkan sebesar 65% atau dengan persentase capaian kinerja sebesar 115,85%. Pembangunan irigasi dilaksanakan melalui dana APBD Kabupaten Kerinci sebanyak Rp ,-. Berikut tabel Luasan Daerah Irigasi Kewenangan Tahun Tabel Luas Area Daerah Irigasi Kewenangan Tahun 2016 NO TAHUN AREA/ LAHAN (ha) KONDISI BAIK PERSENTASE (%) ,91% ,30% Sumber Data : Data Kondisi Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah Tahun

65 No. Pada tahun 2016 terdapat 213 Daerah Irigasi dalam Kabupaten Kerinci dan sebanyak 101 D.I. merupakan kewenangan Pemerintah Pusat dan pemeliharaan D.I. yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dibiayai melalui DAK tahun 2016 sebesar Rp ,- untuk areal seluas hektar. berikut dapat dilihat data irigasi, luas areal serta sumber pendanaan pembangunan dan pengembangan irigasi di Kabupaten Kerinci. Nama Irigas Tabel Lokasi, Luas Areal, dan Sumber Anggaran Irigasi Kabupaten Kerinci Tahun 2016 Pusat / APBN Lokasi Kewenangan / Pendanaan Luas Area (Ha) No. Nama Irigas Daerah / APBD Lokasi Luas Area (Ha) D.I. Lubuk Pauh Ds. Lubuk 78 1 D.I. Sei. Tanduk Ds. Sei. 70 Pauh Tanduk 2 D.I. Tangkil Ds. Tangkil 45 2 D.I. Sei. Ulu Ds. Pesisir 250 Jernih III Bukit 3 D.I. Sungai Tandai Ds. Pauh Tinggi D.I. Sei. Ulu Jernih IV Ds. Pesisir Bukit 75 4 D.I. Pesisir Bukit Ds. Pesisir 85 4 D.I. Sei. Ulu Ds. Pesisir 90 Bukit Jernih V Bukit 5 D.I. Sei. Air Jernih Ds. Air Jernih 21 5 D.I. Sei. Pide II Ds. Pelompek 85 6 D.I. Sungai Ulu Jernih I Ds. Pesisir Bukit D.I. Sei. Tandai Ds. Pelompek D.I. Sungai Ulu Jernih II Ds. Pesisir Bukit D.I. Sei. Dalam II 8 D.I. Sungai Pide I Ds. Pelompek D.I. Sei. Dalam III 9 D.I. Sungai Ds. Pelompek 40 9 D.I. Sei. Gunung Pandan Bendung Air 10 D.I. Sungai Kersik Jaro 11 D.I. Sungai Air Tembesut 12 D.I. Sungai Harapan Jaya 13 D.I. Sungai Pauh Tinggi 14 D.I. Bumbun Duri Ds. Bumbun Duri 15 D.I. Sungai Talang Ds. Talang Lindung Lindung 16 D.I. Talang Lindung Ds. Talang Lindung 17 D.I. Sungai Sikai Ds. Sungai Sikai 18 D.I. Sei Rumpun Ds. Sungai Rumpun Ds. Sei. Dalam 85 Ds. Sei. Dalam 70 Ds. Koto Tengah Ds. Pelompek D.I. Sei. Tanduk Ds. Bendung Air Ds. Pelompek D.I. Sei. Ujung Ladang Ds. Ujung Ladang Ds. Pelompek D.I. Koto Aro Ds. Koto Aro 25 Ds. Pelompek D.I. Jambu Alo Jambu Alo D.I. Koto Mebai Koto Mebai D.I. Siulak Gedang D.I. Limau Padang D.I. Bukit Sembahyang D.I. Sei. Langkap 30 Siulak Gedang 60 Limau Padang 30 Siulak Kecil 85 Sei. Langkap 50 65

66 19 D.I. Sei. Bukit Bendung 20 D.I. Sei. Koto Panjang Ds. Sei. Rumpun Ds. Koto Panjang & Sei. Tanduk D.I. Sei. Mukai Tinggi D.I. Sei. Siulak Mukai 21 D.I. Sei. Renah Ds. Sei. Renah D.I. Mukai Tengah 22 D.I. Sei. Dalam Ds. Sei. Dalam D.I. Sei. Dusun Baru Semurup Siulak Mukai 45 Siulak Mukai 80 Siulak Mukai 45 Dusun Baru D.I. Sei. Sampun Ds. Sei D.I. Pendung Pendung 25 Sampun Mudik Mudik 24 D.I. Sei. Koto Tuo Ds. Koto Tuo D.I. Sei. Semurup 173 Semurup 25 D.I. Sei. Koto Tengah Ds. Koto Tengah D.I. Sei. Pugu Pugu Semurup D.I. Sei. Kersik Tuo 27 D.I. Sei. Danau Tinggi 28 D.I. Sei. Teluk Kepayang Ds. Kersik Tuo D.I. Sei. Kabut Semurup 30 Ds. Danau Tinggi Ds. Teluk Kepayang 29 D.I. Sei. Cubadak Ds. Siulak Deras Mudik 30 D.I. Simpang Tutup 31 D.I. Sei. Siulak Deras Mudik 32 D.I. Sei. Betung Mudik Ds. Simpang Tutup Ds. Siulak Deras Mudik Ds. Betung Mudik 33 D.I. Sekabu Ds. Siulak Deras Mudik 34 D.I. Sei. Kunyit Ds. Suko Pangkat 35 D.I. Sei. Suko Pangkat Ds. Suko Pangkat 36 D.I. Sei. Kubu Ds. Suko Pangkat 37 D.I. Sei. Betung Ds. Betung Hilir Hilir 38 D.I. Sei. Lubuk Kemenyan Ds. Betung Hilir D.I. Sei. Tanah Keras D.I. Sei. Sidik I Air Panas Semurup Semurup D.I. Sei. Sidik II Dusun Baru Semurup D.I. Sei. Gunung Selasih Semurup D.I. Sei. Kuyung Semurup D.I. Sei. Koto Duo Lama D.I. Sei. Batu Lumang I 4 34 D.I. Sei. Batu Lumang II 7 35 D.I. Muara Semerah Koto Duo Lama Muara Semerah Muara Semerah Muara Semerah 9 36 D.I. Sei. Tutung Sei. Tutung D.I. Sei. Kemantan Darat 8 38 D.I. Sei. Kemantan Kebalai D.I. Gunung Telang Kemantan Darat Kemantan Kebalai 39 D.I. Sei. Batu Gantih Ds. Batu Gantih Pasir Jaya D.I. Sei. Gelampeh Ds. Gelampeh D.I. Koto Koto Payang 150 Payang 41 D.I. Sei. Tanjung Ds. Tanjung D.I. Belui Tinggi Belui Tinggi 50 Genting Genting 42 D.I. Sei. Siulak Tenang 43 D.I. Sei. Selampik I 44 D.I. Sei. Lubuk Muara Sungai 45 D.I. Napal Melintang Ds. Siulak Tenang Ds. Siulak Tenang Ds. Tanjung Genting Ds. Simpang Tutup D.I. Tebat Ijuk Tebat Ijuk D.I. Dahat Kotorepuan D.I. Simpang Belui D.I. Sei. Tanah Lapang Dahan Kotorepuan Belui Tinggi 20 Sekungkung 20 66

67 46 D.I. Sei. Dadap Ds. Mukai Tinggi 47 D.I. Sei. Kuning Ds. Sei. Kuning D.I. Sei. Belui Tinggi I D.I. Sei. Kayu Aro Berok 48 D.I. Sei. Rotan Ds. Pasir Jaya D.I. Sei. Sekungkung 49 D.I. Pasir Jaya Ds. Pasir Jaya D.I. Sei. Batu Kurik 50 D.I. Sei. Pungut Ds. Pungut D.I. Sei. Mudik Mudik Semumu 51 D.I. Lubuk Tabun Ds. Pungut Mudik 52 D.I. Sei. Pungut Tengah Ds. Pungut Tengah D.I. Sei. Sawah Panjang D.I. Sei. Kubang Gedang Belui Tinggi 20 Belui Tinggi 40 Sekungkung 100 Sekungkung 30 Semumu 60 Koto Tuo 40 Kubang Gedang 53 D.I. Sei. Pungut Ds. Pungut D.I. Sei. Hiang Muara Air Dua 541 Hilir Hilir 54 D.I. Sei. Abu Ds. Sei. Abu D.I. Sei. Plantun Hiang Hiang Tinggi D.I. Sei. Deras Ds. Sei. Deras D.I. Sei. Pendung Hiang 56 D.I. Koto Panjang Ds. Koto Panjang 57 D.I. Sei. Ambai Ds. Ambai Atas Atas D.I. Sei. Sebukar D.I. Sei. Pondok Beringin 58 D.I. Sei. Cupak Ds. Cupak D.I. Sei. Tebat Kabu 59 D.I. Sei. Rajo Ds. Seleman D.I. Sei. Ambai Seleman Bawah 60 D.I. Sei. Talang Kemulun 61 D.I. Sei. Tanjung Tanah 62 D.I. Sei. Tebing Tinggi Ds. Talang Kemulun Ds. Tanjung Tanah Ds. Tebing Tinggi 63 D.I. Sei. Balun Ds. Sanggaran Agung 64 D.I. Sei. Air ke Bangko 65 D.I. Air Kebangko Tanjung Tanah 66 D.I. Sei. Koto Tengah Seleman 67 D.I. Sei. Tebing Tinggi Ds. Tanjung Tanah Ds. Tanjung Tanah Ds. Koto Tengah Seleman Ds. Pendung Talang Genting 68 D.I. Air Kerinci Ds. Sanggaran Agung 69 D.I. Pauh manis Ds. Ujung Pasir 70 D.I. Dtk. Sarimut Putih 71 D.I. Tebat Nail Ds. Pendung Talang Genting D.I. Bunga Tanjung Pendung Hiang Sebukar 80 Pondok Beringin 100 Ambai Atas 100 Ambai Bawah 85 Bunga Tanjung D.I. Tanaka Hiang Tinggi D.I. Simpang Tanjung Tanah D.I. Sei. Tanjung Tanah D.I. Sei. Pendung Talang Genting D.I. Sei. Tebat Semen Tanjung Tanah Tanjung Tanah Pendung Talang Genting Tanjung Tanah D.I. Koto Petai Koto Petai D.I. Sei. Lubuk Pagar D.I. Sei. Air Jernih D.I. Sei. Pancuran Tiga Ds. Cupak D.I. Sei. Bandar Panjang D.I. Sei. Talang Berdo.a Pulau Tengah 229 Talang Lindung Tanjung Pauh Mudik Tanjung Pauh Mudik Tanjung Pauh Mudik

68 72 D.I. Sei. Tapan Ds. Pulau Tengah D.I. Sei. Tayas Tanjung Pauh Mudik 73 D.I. Sei. Air Jujun Ds. Jujun D.I. Sei. Talang Beringin Koto Baru Semerap 74 D.I. Sei. Keluru Ds. Keluru D.I. Sei. Merbu Semerap D.I. Lempur Danau Ds. Lempur D.I. Sei. Indah Semerap 52 Semerap danau Rupa 76 D.I. Sei. Lempur Ds. Lempur D.I. Sei. Koto Koto Dian 40 Dian 77 D.I. Sei. Air Ds. Lolo Hilir D.I. Jujun Jujun 169 Lingkat 78 D.I. Sei. Air Abang Ds. Lempur D.I. Sei. Pondok Jujun Jujun D.I. Sei. Tanjung Syam 80 D.I. Perikan Tengah 81 D.I. Sei. Selampaung Ds. Tanjung Syam Ds. Perikan Tengah Ds. Selampaung D.I. Sei. Pupun Panjang D.I. Sei. Harapan D.I. Sei. Bukit Segantung Koto Agung 87 Koto Agung 85 Koto Agung D.I. Air Agung Ds. BMRN D.I. Koto Agung Koto Agung D.I. Lubuk Keling Lubuk Keling D.I. Tanjung Tanjung Batu 20 Batu 84 D.I. Sei. Talang Kemuning Ds. Talang Kemuning D.I. Koto Tuo Pulau Tengah D.I. Sei. Lolo Kecil Ds. Lolo Kecil D.I. Air Hunduk Pulau Tengah D.I. Sei. Air Ds. Pondok D.I. Air Durian Keluru 25 Pondok 87 D.I. Sei. Lolo Gedang Ds. Lolo Gedang D.I. Sei. Barung Kulit Tanjung Syam D.I. Sei. Lolo Hilir Ds. Lolo Hilir D.I. Sei. Sekijan Talang Kemuning 89 D.I. Sei. Pulau Ds. Pulau D.I. Sei. Payo Talang Pandan Pandan Lebar Kemuning 90 D.I. Sei. Ulu Air Larat 91 D.I. Sei. Kebun Baru Air Larat 8 90 D.I. Sei. Air Baruh Ds. Kebun Baru D.I. Sei. Pasar Kerman 92 D.I. Sei. Hangat Ds. Air Hangat D.I. Sei. Air Lintah 93 D.I. Sei. Renah sako 94 D.I. Sei. Air Selai Ds. Pengasi Lamo 95 D.I. Sei. Pengasi Baru Renah Sako D.I. Sei. Tambulun Ds. Pengasi Baru 96 D.I. Sei. Tambulun Ds. Baru Pulau Sangkar 97 D.I. Sei. Pulau Sangkar 98 D.I. Sei. Sawah Panjang 99 D.I. Sei. Talang Angin 100 D.I. Sei. Sawah Panjang Ds. Pulau Sangkar Ds. Pulau Sangkar Ds. Pasar Tamiai D.I. Sei. Air Sadan D.I. Sei. Air Pondok D.I. Sei. Talang Aro I D.I. Sei. Talang Aro II Talang Kemuning Pasar Kerman 70 Pondok Pulau Sangkar Pondok Pulau Sangkar Seberang Merangin Pondok 75 Ds. Baru Lempur 30 Lempur Mudik D.I. Sei. Puar Lempur Mudik D.I. Sei. Tebat Kapat Ds. Tamiai D.I. Sei. Talang Lebik Lempur Mudik 40 Lempur Mudik D.I. Sei. Sako Ds. Tamiai D.I. Sei. Tebat Lempur Mudik 48 68

69 Mudik Jambi 102 D.I. Renah Kayu Kisut 103 D.I. Sei. Tebat Betung 104 D.I. Sei. Air Kesin Mudik 105 D.I. Sei. Renah Kayu Pacet 106 D.I. Lubuk Kepayang 107 D.I. Sei. Tarutung 108 D.I. Sei. Pasar Tamiai 109 D.I. Sei. Pintu Rimbo 110 D.I. Sei. Koto Ipuh 111 D.I. Sei. Mudik Duang Lempur Mudik 80 Lempur Mudik 25 Lempur Mudik 50 Selampaung 45 Lempur Mudik 85 Tarutung 50 Pasar Tamiai 60 Tamiai 35 Tamiai 10 Tamiai D.I. Sei. Tamiai 35 Pematang Lingkung 113 D.I. Sei. Tiung Tamiai 35 TOTAL 8783 TOTAL 9191 Dari 213 (seratus tujuh puluh enam) unit irigasi yang ada di Kabupaten Kerinci, 101 diantaranya dibangun dengan menggunakan anggaran dari Pemerintah Pusat dan 112 lainnya dibangun dengan menggunakan APBD Kabupaten Kerinci. Dari tabel diatas terlihat bahwa total area persawahan yang dapat terlayani oleh irigasi yang ada adalah seluas ha. Meningkatnya jumlah areal pertanian yang diairi oleh irigasi di Kabupaten Kerinci pada tahun 2016, ditunjang oleh Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Sarana dan Prasana Wilayah dengan dukungan anggaran sebesar Rp ,- Sasaran 16 : Meningkatnya akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi Ketersediaan air bersih bagi masyarakat merupakan hal yang sangat penting dan merupakan tanggungjawab pemerintah untuk menjamin dalam pemenuhan ketersediaannya. Berdasarkan data dari PDAM Tirta Sakti, Jumlah pengguna air bersih di Kabupaten Kerinci pada tahun 2015 sebesar KK atau 68,069 %. Sedangkan pada tahun 2016 keluarga pengguna air bersih meningkat menjadi 74,19%, kenaikan tersebut dikarenakan adanya 69

70 pembangunan jaringan air bersih melaui program-program pemerintah dalam penyediaan air bersih seperti PAMSIMAS. Dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2016, dengan persentase rumah tangga pengguna air bersih pada tahun 2016 mencapai 74,19%, maka persentase capaian kinerja untuk sasaran ke-16 tidak mencapai target yang telah ditetapkan yakni 75% atau dengan persentase capaian kinerja mencapai 98,92%. Untuk melihat persentase rumah tangga pengguna air bersih pada tahun dapat dilihat pada tabel berikut. NO Tabel Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENGGUNA AIR BERSIH Jiwa KK Jiwa KK KK % KK % 1 Gunung Tujuh Kayu Aro Kayu Aro Barat Gunung Kerinci Siulak Siulak Mukai Air Hangat Barat Air Hangat Air Hangat Timur Depati VII Sitinjau Laut Gunung Raya Bukit Kerman Batang Merangin Keliling Danau Danau Kerinci JUMLAH , ,19 Sumber : PDAM Tirta Sakti, tahun 2016 KET oleh Program : Peningkatan jumlah rumah tangga pengguna air bersih ini ditopang 70

71 a. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Wilayah, dengan anggaran sebesar Rp ,00; dan b. Program PAMSIMAS, dengan dukungan anggaran sebesar Rp ,- Sasaran 17 : Meningkatnya pelestarian lingkungan hidup Upaya pencapaian ini dilaksanakan dengan beberapa indikator kinerja, yakni pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan (air, tanah, dan udara), serta pengelolaan persampahan. a. Pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan (air, tanah, dan udara) Kualitas air permukaan Kabupaten Kerinci memiliki ketersedian air yang cukup besar dibandingkan daerah lainnya di Provinsi Jambi. Hampir seluruh Kecamatan dalam Kabupaten Kerinci tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih dengan kualitas baik, hal ini didukung dengan sumber air yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Kerinci pada saat ini. Secara geografis, Kabupaten Kerinci didominasi dan dikelilingi oleh deretan pegunungan Bukit Barisan yang berada di sebelah Barat dan Timur wilayah Kabupaten Kerinci sebagai titik tertinggi di Kabupaten Kerinci. Dengan dukungan kondisi topografi pegunungan dan hutan lebat, maka di Kabupaten Kerinci terdapat banyak sungai dan anak sungai, sehingga diperkirakan terdapat 5 (lima) daerah aliran sungai (DAS) utama di Kabuapten Kerinci, yakni: 1. DAS Dikit 2. DAS Indrapura 3. DAS Menjuto 4. DAS Selagan 71

72 5. DAS Silaut Dari 5 (lima) DAS utama tersebut, terdapat 4 (empat) sub DAS,yang terdiri dari : 1. Sub DAS Batang Merangin Tembesi 2. Sub DAS Batang Tabir 3. Sub DAS Batang Tebo 4. Sub DAS Batanghari Umumnya sungai dan anak sungai tersebut bermuara di Danau Kerinci. Sungai terbesar di Kabupaten Kerinci adalah sungai Batang Merangin yang mengalir dari Danau Kerinci, dengan debit air yang cukup tinggi dan stabil sepanjang tahun. Selain itu terdapat 30 (tiga puluh) sungai lain yang terdapat di Kabupaten Kerinci, yakni : 1. Sungai Sikai 2. Sungai Rumpun 3. Sungai Tanduk 4. Sungai Cubadak 5. Sungai Dadap 6. Sungai Simpang Tutup 7. Sungai Siulak Deras 8. Sungai Koto Rendah 9. Sungai Bukit Sembahyang 10. Sungai Dusun Baru 11. Sungai Pendung Mudik 12. Sungai Air Patah 13. Sungai Terung 14. Sungai Semurup 15. Sungai Tutung 16. Sungai Hiang 17. Sungai Batang Sangir 18. Sungai Betung Kuning 19. Sungai Cupa 20. Sungai Raja Seleman 72

73 21. Sungai Talang Kemulun 22. Sungai Lubuk Pagar 23. Sungai Tapan 24. Sungai Air Jernih 25. Sungai Air Terjun 26. Sungai Air Lintah 27. Sungai Talang Kemuning 28. Sungai Rawa Air Lingkat 29. Sungai Lempur 30. Sungah Renah Sako Selain bermuara di Danau Kerinci, sebagai sungai ini mengalir ke wilayah Provinsi Sumatera Barat, seperti Sungai Air Terjun yang mengalir kearah Kabupaten Solok Selatan dan Sungai Batang Sako yang mengalir kearah Kabupaten Pesisir Selatan. Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan atau pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiahnya. Pelestarian kualitas air dilakukan pada sumber air yang terdapat di hutan lindung. Sedangkan pengelolaan kualitas air pada sumber air di luar hutan lindung dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu air. Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia serta kehidupan makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil guna, 73

74 produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumber daya alam (natural resources depletion). Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting maka harus digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini berarti bahwa penggunaan air untuk berbagai manfaat dan kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi masa kini dan masa depan. Untuk itu air perlu dikelola agar tersedia dalam jumlah yang aman, baik kuantitas maupun kualitasnya, dan bermanfaat bagi kehidupan dan perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya agar tetap berfungsi secara ekologis, guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Disatu pihak, usaha atau kegiatan manusia memerlukan air yang berdayaguna, tetapi di pihak lain berpotensi menimbulkan dampak negatif, antara lain berupa pencemaran yang dapat mengancam ketersediaan air, daya guna, daya dukung, daya tampung dan produktivitasnya. Agar air dapat bermanfaat secara lestari dan pembangunan dapat berkelanjutan, maka dalam pelaksanaan pembangunan perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Dampak negatif pencemaran air mempunyai nilai (biaya) ekonomik, disampaing nilai ekologik, dan sosial budaya. Upaya pemulihan kondisi air yang tercemar, bagaimanapun juga akan memerlukan biaya yang mungkin lebih besar dibandingkan dengan nilai kemanfaatan finansial dari kegiatan yang menyebabkan pencemarannya. Demikian pula dengan kondisi air yang tercemar dibaiarkan (tanpa upaya pemulihan) juga mengandung ongkos, mengingat air yang tercemar akan menimbulkan biaya untuk menanggulangi akibat atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh air yang tercemar. Berdasarkan definisinya, pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. 74

75 Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan tentang tingkat kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap program kerja pengendalian pencemaran air. Penetapan baku mutu air selain didasrakan pada peruntukan (designated financial water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukkan perlu disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air). Penetapan baku mut air yang didasarkan pada peruntukan semata akan menghadapi kesulitan serta tidak realistis dan sulit dicapai pada air yang kondisi nyata kualitasnya tidak layak untuk semua golongan peruntukan. Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya, maka akan dapat dihitung beberapa beban zat pencemar yang dapat ditenggang adanya oleh air penerima sehingga air dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Beban pencemaran air ini merupakan daya tampung beban pencemaran air bagi air penerima yang telah ditetapkan peruntukannya. Pada tahun 2016, target capaian kualitas air permukaiaan di Kabupaten Kerinci berada di Kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun Kualitas air Kelas II adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Pengukuran target dilakukan dengan cara membandingkan kualitas air dengan baku mutu air Kelas II. 75

76 Tabel Hasil Pengukuran Kualitas Air Tahun 2016 No. Parameter Hasil Uji Baku Mutu 1 DHL ,5 31,2 (-) 2 TDS TSS ph 6,58 6,40 6,53 6, BOD 2,82 2,82 2,82 2, COD Phosfat 0,05 0,05 0,05 0,029 0,2 8 Nitrat 0,253 0,553 0,273 0, Nitrit 0,027 0,031 0,1010 0,021 0,06 10 Amoniak 0,330 0,326 0,274 0,059 (-) 11 Calcium ,48 (-) 12 Magnesium 3,34 3,72 1,50 1,20 (-) 13 Natrium 3,57 3,75 4,06 4,15 (-) 14 Cromium < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 0,05 15 Tembaga < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008 0,02 16 Besi 0,396 0,213 0,821 0,162 (-) 17 Timbal < 0,03 < 0,03 < 0,03 < 0,03 0,03 18 Mangan < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 (-) 19 Seng < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 0,05 20 Sufat 2,40 3,80 2,00 < 0,4 (-) 21 Sulfida < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 0, Minyak & Lemak < 2 < 2 < 2 < Detergen < 0,03 < 0,03 < 0,03 < 0,03 0,2 24 Fenol < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003 0, Sianida < 0,004 0,009 < 0,004 < 0,004 0,02 26 E. Coli Total Coliform Sumber : Badan Lingkungan Hup Kab. Kerinci Tahun 2016 Berdasarkan hasil pengujian kualitas air, target capaian untuk kualitas air permukaan pada tahun 2016, maka target kualitas permukaan air tahun 2016 di Kelas II, tercapai dengan persentase capaian sebesar 100%. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2015, dimanakualitas air permukaan pada tahun 2015 berada di Kelas II. 76

77 Tidak tercapainya target yang ditetapkan pada tahun 2016 ini, diakibatkan oleh beberapa factor antara lain banyaknya usaha pertambangan batuan (sirtu) yang melakukan aktifitas di perairan, masih banyak masyarakat yang melakukan aktifitas MCK di perairan, air limbah domestic yang dibuang ke perairan tanpa diolah di IPAL, serta masih banyaknya masyarakat yang menggunakan pupuk kimia dalam kegiatan pertanian. Untuk mengatasi permasalaha tersebut kedepannya melalui instansi terkait diharapkan agar dapat menertibkan kegiatan usaha pertambangan batuan (sirtu), melakukan pembinaan masyarakat agar membuat dan memanfaatkan WC di rumah, mengolah limbah domestic sebelum dibuang ke perairan, serta mengarahkan masyarakat untuk menggunakan pupuk organic dalam kegiatan pertanian. Guna menunjang pencapaian target kualitas air permukaan Kelas II, pada tahun 2016 melaksanakan beberapa program pendukung, yakni: Kerusakan tanah untuk produksi biomassa Tanah sebagai salah satu komponen lahan, bagian dari ruang daratan dan lingkungan hidup dalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia, merupakan karunia Tuhan Yang Maha esa kepada bangsa Indonesia. Tanah memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Disamping sebagai ruang hidup, tanah memiliki fungsi produksi, yaitu antara lain sebagai penghasil biomassa, seperti bahan makanan, serat, kayu, dan bahan obat-obatan. Selain itu, tanah juga berperan dalam menjaga kelestarian sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup secara umum. Karena itu, bangsa Indones berkewajiban untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi tanah, dengan tujuan melestarikan dan meningkatkan produksi dan pelestariannya. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan tanah harus dilakukan dengan bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Agar tanah dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan 77

78 tingkat mutu yang diinginkan, maka kegiatan pengendalian perusakan tanah menjagi sangat penting. Indonesia adalah negara agraris dengan sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor pertanian, termasuk juga masyarakat di Kabupaten Kerinci. Oleh karena itu adanya kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa (pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman) sangat diperlukan. Penekanan pada produksi biomassa juga didasarkan pada pertimbangan bahwa kegiatan produksi biomassa sangat mutlak mempersyaratkan mutu tanah sebagai media pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kerusakan tanah untuk produksi biomassa dapat terjadi karena tindakan orang, baik diareal produksi biomassa maupun karena adanya kegiatan lain diluar areal produksi biomassa yang dapat berdampak terhadap terjadinya kerusakan tanah untuk produksi biomassa. Selain dari pada itu, kerusakan tanah dapat pula terjadi akibat proses alam. Pada tahun 2016, melalui SKPD terkait menargetkan pencegahan dan pemeliharaan tanah untuk produksi biomassa dari pencemaran, sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan (BML) sebagaimana dimaksud pada Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun Cara mengukur pencapaian target adalah dengan membandingkan hasil pemantauan dengn Baku Mutu Lingkungan (BML). Dengan menggunakan rumus penghitungan tersebut, maka pada tahun 2016 Baku Mutu Lingkungan di Kabupaten Kerinci berada dalam keadaan baik. Dengan demikian, target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dapat tercapai, dengan persentase capaian sebesar 100% Kondisi yang sama juga terjadi pada tahun 2015, dimana target Baku Mutu Lingkungan (BML) juga berada dalam keadaan baik atau dengan capaian sebesar 100%. Kegiatan pemeliharan dan pencegahan pencemaran maupun kerusakan tanah untuk produksi biomassa ini dilakukan melalui beberapa program antara lain : 78

79 1. Program Pemantauan, Pengawasan, dan Pengendalian Lingkungan Hidup, dengan capaian realisasi fisik dan keuangan pada tahun 2016 sebesar 97,37%, dimana dengan program ini telah dilakukan pemantauan kerusakan tanah untuk produksi biomassa di beberapa titik. Masih kurangnya titik pantau karena terbatas dana serta sarana dan prasarana pendukung lainnya. 2. Program Konservasi dan Pelestarian Lingkungan Hidup, dengan realisasi capaian fisik dna keuangan pada tahun 2016 sebesar 99,79%, dimana telah dilakukan penanaman pohok sebanyak batang di sepadan sungai dan danau. 3. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat di Bidang Lingkungan Hidup, dengan capaian realisasi fisik dan keuangan mencapai 98,42%, dimana telah dilakukan pembinaan terhadap masyarakat sehingga berbuah beberapa penghargaan seperi Kalpataru, Adiwiyata, dan Proper. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Udara merupakan suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara merupakan sumber daya alam yang berpengaruh pada kehidupan di bumi, yang harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya. Pencemaran udara dapat terjadi apabila terdapat satu atau lebih kontaminan atau substansi fisik, kimia, atau biologi (debu, jelaga, gas, kabut, bau, asap, uap, dan lain sebagainya) di atmosfir dalam jumlah yang dapat membahayakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan, juga menggangu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumebr alami maupun kegiatan manusia. Beberapa gangguan fisik seperti polusi suara, panasa, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung lokal, regional, maupun global. Untuk tahun 2016, target Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kabupaten Kerinci adalah 50 atau kategori baik. Dengan demikian target yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Pemerintah 79

80 Kabupaten Kerinci Tahun 2016 dapat tercapai dengan persentase keberhasilan sebesar 100%. Tabel Hasil Uji Udara Kabupaten Kerinci Tahun 2016 No. Parameter Hasil Uji Baku Mutu 1. SO2 7,59 9, NO2 0,73 0, O3 33,9 39, Debu 78,3 84,6 230 Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kab. Kerinci, Tahun 2016 Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan capaian pada tahun 2015, dimana pada tahun sebelumnya kualitas udara di Kabupaten Kerinci juga berada dalam kategori baik. Beberapa factor pendorong tercapainya target kinerja untuk indicator Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) ini adalah telah tersedianya alat uji lingkungan (udara) di Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kerinci dan didukung oleh personil yang handal, serta tidak lepas dari keberadaan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang mengelilingi kawasan Kabupaten Kerinci yang mencakup lebih 50% dari total wilayah Kabupaten Kerinci. Pengelolaan Persampahan Jumlah penduduk di Indonesia yang besar seiring dengan tinggakt pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disampaing itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam. Selama ini sebagian masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ketempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi 80

81 melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam, diperlukan jangka waktu lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar. Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk, ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradgima baru tersebut dilakukan dengan kegiatn pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan pemilahan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat dan bersih. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal itu memberikan konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang berwenangdan bertanggungjawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi persampahan dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga diikutsertakan dalam kegiatan pengelolaan persampahan. Pada tahun 2016, menargetkan pengelolaan sampah mencapai 45%. Dengan volume sampah per hari di Kabupaten Kerinci mencapai 368,70m 3, target tahun 2016 hanya dapat 81

82 dicapai sebesar 40%, artinya tingkat capaian pengelolaan sampah di Kabupaten Kerinci tahun 2016 sebesar 88,89%. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2015, dimana capaian kinerja pengolahan sampai hanya 35% dari target 40% yang ditetapkan atau dengan tingkat capaian sebesar 87,5%. Pengelolaan sampah dihitung dengan menggunakan rumus : Belum tercapainya target tahun 2016 ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : a. Kurangnya armada kebersihan (dump truck dan amroll), dimana saat ini hanya terdapat 8 (delapan) unit dump truck yang harus mengangkut sampah dari 16 (enam belas) kecamatan lingkup Kabupaten Kerinci. b. Masih minimnya dana operasional untuk pengelolaan persampahan. c. Kurangnya TPS sampah. d. Belum adanya TPA yang sesuai standar (sanatary landfill) Guna mengatasi permasalah tersebut, maka perlu kiranya diadakan penambahan armada kebersihan, penambahan dana operasional untuk pengelolaan persampahan, penambahan pengadaan TPS sampah, serta pembuatan TPA yang sesuai standar (sanatary landfill), dan program dan kegiatan khusus yang menunjang pengelolaan persampahan. Pada tahun 2016, khusus untuk pengelolaan persampahan dilakukan melalui Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan dengan dukungan anggaran sebesar Rp Dari anggaran tersebut dapat terealisasi sebesar 99,51% antara lain digunakan untuk penambahan TPS sampah sebanyak 33 unit dan dilaksanakannya kegiatan pengelolaan bank sampah dengan prinsip 3R yang bertujuan untuk mengurangi volume sampah. Upaya pencapaian sasaran ke-17 dengan 4 (empat) indikator capaian kinerja, ditopang oleh beberapa program pembangunan, yakni antara lain: a. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan, dengan anggaran sebesar Rp ,- 82

83 b. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan anggaran sebesar Rp ,- c. Program Konservasi dan Pelestarian Lingkungan Hidup, dengan anggaran sebesar Rp ,- d. Program Pemantauan, Pengawasan, dan Pengendalian LH, dengan anggaran sebesar Rp ,- e. Program Peningkatan, Pengendalian Sumber Dalam Alam (SDA), dengan anggaran sebesar Rp ,- f. Program Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim, dengan anggaran sebesar Rp ,- g. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat di Bidang Lingkungan Hidup, dengan anggaran sebesar Rp ,- h. Program Perlindungan Hutan dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dengan anggaran sebesar Rp ,- i. Program Penertiban Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu, dengan anggaran sebesar Rp ,- j. Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi, dengan anggaran sebesar Rp ,- k. Program Peningkatan Kualitas Jasa Pelayanan Sarana dan Prasarana Energi, dengan anggaran sebesar Rp ,- l. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan, dengan anggaran sebesar Rp ,- Sasaran 18 : Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah Pada tahun 2015 yang merupakan tahun pertama pelaksanaan RPJMD Kabupaten Kerinci , terdapat 79 Program dalam RKPD Tahun 2015, dari keseluruhan program tersebut, 76 program terdapat dalam RPJMD Kabupaten Kerinci dan hanya 3 program yang tidak terdapat dalam RPJMD (diagram 3.1.). Hal ini disebabkan karena berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku, Pemerintah Daerah harus melaksanakan program tersebut mulai tahun 2015, meskipun tidak terdapat dalam RPJMD. Hal yang sama terjadi pada Tahun 2016, sebagai Tahun 83

84 kedua pelaksanaan RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun , dimana penjabaran program RPJMD dalam RKPD telah mencapai 96,2 persen dari target semula dalam RPJMD pada tahun 2016 sebesar 80 persen, atau dengan capaian sebesar 120,25 persen (Diagram 3.2.). Diagram 3.2. Diagram Venn, Irisan Program pada RKPD Tahun 2015 dengan Program RPJMD Tahun RKPD RPJMD Sumber : RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun dan RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2015, Bappeda Kab. Kerinci, 2016 Grafik TARGET DAN REALISASI PENJABARAN PROGRAM RPJMD KABUPATEN KERINCI TAHUN DALAM RKPD KABUPATEN KERINCI TAHUN Target Realisasi Sumber : RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun dan RKPD Kabupaten Kerinci Tahun 2016, Bappeda Kab. Kerinci, 2017 Tingkat capaian penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD yang cukup tinggi pada tahun 2015 disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : a. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya kualitas penyusunan dokumen perencanaan 84

85 pembangunan daerah. Melalui kegiatan asistensi RENJA-SKPD, Fasilitasi penyusunan RENSTRA SKPD dan kegiatan-kegiatan fasilitasi lainnya untuk melakukan penyempurnaan terhadap perencanaan pembangunan daerah. b. Penggunaan Sistim Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah c. Penyelenggaraan workshop dan pelatihan perencanaan pembangunan daerah kepada kasubbag program dan staf di SKPD. Upaya pencapaian sasaran ke-18 ini didukung oleh beberap program, yakni: 1. Program Perencanaan Pembangunan Daerah, dengan anggaran sebesar Rp ,- 2. Program Penelitian Inovasi Daerah, dengan anggaran sebesar Rp ,- 3. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah, dengan anggaran sebesar Rp ,- dan 4. Program Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh, dengan anggaran sebesar Rp ,- Sasaran 19 : Meningkatnya transparansi pengelolaan keuangan dan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah Sasaran ke-20 ini merupakan sasaran kedua pencapaian dari misi ke-5 dari RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun , yakni Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, bermartabat, berwibawa, amanah, dan bermoral. Guna mengukur tercapainya sasaran ini digunakan 2 (dua) indikator utama, yakni nilai akuntabilitas kinerja pemerintah dan Opini BPK terhadap pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas merupakan kata kunci dari SAKIP yang diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang 85

86 telah ditetapkan melaui media pertanggungjawaban dan berupa laporan akuntabilitas yang disusun secara periodek. Secara hukum, SAKIP berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Didalamnya disebutkan bahwa SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan, pengukuran, pengumpulan data, pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja instansi pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. SAKIP sendiri bertujuan untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintahan yang baik dan terpercaya. Pelaporan kinerja sendiri merupakan salah satu bagian dari SAKIP selain perencanaan, pengukuran kinerja, evaluasi internal dan capaian kinerja. Baik atau buruknya hasil evaluasi pelaporan kinerja sangat tergantung pada baik atau buruknya penyusunan perencanaan, pengukuran kinerja, serta hasil capaian kinerja. Penyusunan laporan kinerja oleh SKPD maupun Pemerintah Daerah dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah mengevaluasi Laporan Kinerja tahun Dari hasil evaluasi tersebut, nilai akuntabilitas Pemerintah Kabupaten Kerinci adalah 50,79 atau mendapat predikat CC. Sedangkan Laporan Kinerja Kabupaten Kerinci Tahun 2016 akan dievaluasi oleh Kementeria Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada Oktober 2017 nanti, sehingga hasil evaluasi Laporan Kinerja Kabupaten Kerinci Tahun 2016 belum dapat diketahui tingkat realisasi kinerjanya. Hasil evaluasi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 86

87 No. Tabel Penilaian Kinerja Tahun 2016 Komponen yang dinilai Bobot Nilai Bobot Nilai 1. Perencanaan Kinerja 30 9, ,36 2. Pengukuran Kinerja 25 8, ,57 3. Pelaporan Kinerja 15 9, ,29 4. Evaluasi Internal 10 2,5 10 3,80 5. Capaian Kinerja 20 9, ,77 Nilai Hasil Evaluasi , ,79 Tingkat Kinerja Akuntabilitas C CC Dari tabel diatas, terlihat bahwa dari 5 (lima) komponen yang dinilai dalam evaluasi laporan kinerja tahun 2015, seluruh komponen penilaian menunjukkan peningkatan meskipun belum signifikan. Ini menunjukkan bahwa upaya untuk memperbaiki dan menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang lebih baik. Terhadap hasil evaluasi tersebut, melalui surat Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : B/106/AA.05/2017, tanggal 17 Januari 2016, perihal Laporan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016, ada beberapa rekomendasi yang harus dilakukan oleh dalam upaya melakukan perbaikan lebih lanjut, yakni: 1. Melakukan penyempurnaan dokumen perencanaan dan melengkapinya dengan indikator kinerja yang relevan, baik untuk tujuan maupun sasaran yang akan diwujudkan serta menyelaraskan dokumen renstra dengan dokumen RPJMD dan mereviu dokumen tersebut secara berkala agar pada akhir periode RPJMD dan Renstra dapat disimpulkan keberhasilan dan prestasi yang akan dicapai selama periode tersebut. 2. Rencana Aksi atas kinerja yang telah dibuat agar mencantumkan target secara periodic atas kinerja. Hal ini penting agar kinerja yang telah diperjanjikan dapat dimonitor pencapaiannya secara berkala dan dapat 87

88 dimanfaatkan dalam pengarahan dan pengorganisasian kegiatan serta penyusunan (identifikasi) kinerja sampai kepada tingkat eselon III dan IV. 3. Melakukan reviu atas Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam upaya meningkatkan kualitas indikator agar lebih relevan dan cukup untuk mempresentasikan kinerja atau kondisi yang ingin diwujudkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memastikan pengukuran kinerja dilakukan secara berjenjang dan pengumpulan data kinerja dapat diandalkan dan dikembangkan menggunakan teknologi informasi, serta memastikan dimanfaatkannya IKU dalam proses dan dokumen perencanaan, penganggaran, pengukuran, pelaporan hasil pengukuran (capaian) kinerja mulai dari setingkat eselon IV ke atas agar dikaitkan dengan (dimanfaatkan sebagai dasar pemberian) reward & punishment. 4. Melakukan penyempurnaan dalam penyajian informasi Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan dan SKPD dalam hal analisis efisiensi penggunaan sumber daya dan memanfaatkan informasi yg disajikan dalam perbaikan perencanaan, penilaian dan perbaikan program dan kegiatan organisasi. 5. Agar Inspektorat meningkatkan kualitas evaluasi akuntabilitas kinerja atas unit kerja dilingkungan Kabupaten Kerinci. 6. Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja di seluruh jajaran untuk mempercepat terwujudnya pemerintahan yg berkinerja dan akuntabel. 7. Memperhatikan dan menindaklanjuti rekomendasi hasil evaluasi yg diberikan, agar tercapainya peningkatan akuntabilitas kinerja di lingkungan. Guna memastikan bahwa rekomendasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dimaksud dilaksanakan secara maksimal, maka melakukan upaya perbaikan serta peningkatan nilai evaluasi laporan kinerja melalui Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan, dan didukung dengan anggaran sebesar Rp , dengan langkah-langkah perbaikan antara lain : 1. Menyusun Rencana Aksi Daerah dan Rencana Aksi SKPD; 2. Menyusun Perjanjian Kinerja Eselon III dan IV 88

89 3. Mengadopsi aplikasi Si-LAKIP dari Pemerintah Kota Bandung dengan konten dan isi disesuaikan dengan kondisi daerah di Kabupaten Kerinci. Indikator kedua pencapaian sasaran ini adalah opini BPK terhadap pengelolaan keuangan daerah, Terdapat 5 (lima) jenis opini yang dapat diberikan oleh BPK yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP DPP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW) dan Tidak Menyatakan Pendapat (TMP). Opini Wajar Tanpa Pengecualian adalah opini audit yang akan diterbitkan jika Laporan Keuangan dianggap memberikan informasi yang bebas dari salah saji material.. Hasil opini BPK terhadap Laporan Keuangan selama tahun 2011 s.d 2015 dapat ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel Hasil Opini BPK terhadap LKPD No Tahun Opini WDP WDP WDP WTP DPP WTP Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK RI 2016 Tahun anggaran 2016 merupakan tahun kedua penerapan Laporan Keuangan berbasis akrual, Pada tahun 2015 Pemerintahan Kabupaten Kerinci kembali mendapat predikat opini WTP atas pertanggungjawaban Laporan Keuangan Pemerintah Daerah karena dinilai telah melaksanakan pengelolaan keuangan secara tertib administrasi, transparan dan akuntabel. Hal ini telah sesuai dengan target kinerja tahun 2015 dan akan terus dipertahankan bahkan ditingkatkan kualitasnya. Sementara untuk realisasi dari target kinerja tahun 2016 belum dapat diketahui karena pemeriksaan BPK RI atas LKPD tahun 2016 baru dilaksanakan di bulan Maret 89

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Perumusan Kebutuhan Pendanaan dalam perencanaan jangka menengah ini berlandaskan kaidah Budget follows Program. Selaras dengan penganggaran

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN INDIKATOR KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN INDIKATOR KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN INDIKATOR KINERJA 2.1 Rencana Strategis Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 bahwa setiap Daerah wajib menetapkan Rencana Stratejik

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM... I-1 1.3. GAMBARAN UMUM JAWA BARAT... I-4 1.3.1.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

Kata Pengantar menuju Bintan yang maju, sejahtera dan berbudaya

Kata Pengantar menuju Bintan yang maju, sejahtera dan berbudaya Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-nya yang tidak terhingga bagi bangsa dan negara tercinta ini, sehingga kita dapat selalu berikhtiar untuk meningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera BAB - V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan rangkaian kegiatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (ILPPD) PROVINSI BANTEN TAHUN 2013 I. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2013 periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan menegaskan tentang kondisi Kota Palembang yang diinginkan dan akan dicapai dalam lima tahun mendatang (2013-2018).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada tanggal 29 Desember 2016 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Lebih terperinci

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Perumusan Kebutuhan Pendanaan dalam perencanaan jangka menengah ini berlandaskan kaidah Budget follows Program. Selaras dengan penganggaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan

dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan 2015 Ringkasan dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan Calon Bupati dan Wakil Tahun 2016-2021 Visi-Misi Bupati Luwu Timur Periode IR. H. MUH. THORIG HUSLER IRWAN BACHRI SYAM,

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2012 merupakan periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

IKU Pemerintah Provinsi Jambi Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS RPJMD ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 yang disusun dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 20122

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Kubu Raya merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja yang dilaksanakan serta sebagai alat kendali dan penilaian

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB III Visi dan Misi

BAB III Visi dan Misi BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang tahun 2015-2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi dan Misi ini dibuat sebagai pedoman dalam penetapan arah kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta pelayanan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 RPJMD Tahun 2008-2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat BAB VI INDIKATOR KINERJA BIRO BINA SOSIAL YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1. TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 2015, telah ditetapkan Visi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. (RPJPD) Provinsi Riau , maka Visi Pembangunan

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. (RPJPD) Provinsi Riau , maka Visi Pembangunan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 9 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Riau 2005-2025, maka Visi Pembangunan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci